Memilih Makanan Jajanan Bergizi

4
MEMILIH MAKANAN JAJANAN YANG BERGIZI Oleh : Dyah Umiyarni Purnamasari, SKM, M.Si A. PENDAHULUAN Hampir di setiap sekolah, pasti dijumpai para pedagang makanan jajanan. Hal ini mendorong timbulnya kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan pada anak sekolah, terutama pada jeda jam istirahat sekolah. Menurut Susanto (1986), kebiasaan jajan merupakan kegiatan membeli makanan jajanan yang meliputi variasi, jenis, frekuensi dan jumlah kandungan zat gizi (konsumsi energi dan protein) dari makanan jajanan setiap harinya. Namun kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sehat masih belum banyak dimiliki oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Penelitian yang telah dilakukan oleh Irawati dkk (1998) menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar masih belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang dikonsumsi siswa SD di sekolah masih banyak yang mengandung pewarna sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lain- lain. Selain itu siswa SD juga belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan. Hermina dkk., (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bila dilihat dari frekuensi konsumsi makanan jajanan di sekolah selama seminggu terakhir tampak bahwa sebagian siswa (50%) mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang beragam jenis zat gizinya. Mereka umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi, yakni hanya mengandung karbohidrat atau karbohidrat dan lemak saja. Hal ini tentu saja dapat membahayakan bagi status gizinya. Oleh karena itu perlu adanya informasi yang memadai bagi siswa tentang pemilihan makanan jajanan yang sehat dan bergizi. B. MAKANAN JAJANAN YANG BERGIZI Selain makanan utama yang dihidangkan di rumah, makanan jajanan juga dapat berfungsi menambah pemasukan energi dan zat gizi lain seperti protein ke dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1998) bahwa pengaruh jajanan tidak ditujukan semata-mata mengurangi rasa lapar, meskipun hal itu kadang-kadang benar tetapi tidak mutlak. Jajanan sering berfungsi untuk menambah zat-zat makanan yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk pauknya. Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan mempunyai keuntungan ganda yaitu selain untuk tambahan zat gizi juga berguna untuk mengisi kekosongan lambung. Hidayat (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa manfaat makanan jajanan bagi murid-murid di sekolah adalah untuk memelihara ketahanan belajar karena kurang lebih selama enam jam mereka di sekolah. Untuk mendukung hal tersebut, sangat diperlukan makanan jajanan dengan komposisi gizi yang cukup dan seimbang. Berikut adalah kebutuhan gizi pada anak usia Sekolah Dasar.

description

kk

Transcript of Memilih Makanan Jajanan Bergizi

Page 1: Memilih Makanan Jajanan Bergizi

MEMILIH MAKANAN JAJANAN

YANG BERGIZI

Oleh : Dyah Umiyarni Purnamasari, SKM, M.Si

A. PENDAHULUAN Hampir di setiap sekolah, pasti dijumpai para pedagang makanan jajanan.

Hal ini mendorong timbulnya kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan pada anak sekolah, terutama pada jeda jam istirahat sekolah. Menurut Susanto (1986), kebiasaan jajan merupakan kegiatan membeli makanan jajanan yang meliputi variasi, jenis, frekuensi dan jumlah kandungan zat gizi (konsumsi energi dan protein) dari makanan jajanan setiap harinya.

Namun kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sehat masih belum banyak dimiliki oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Penelitian yang telah dilakukan oleh Irawati dkk (1998) menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar masih belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang dikonsumsi siswa SD di sekolah masih banyak yang mengandung pewarna sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lain-lain. Selain itu siswa SD juga belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan. Hermina dkk., (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bila dilihat dari frekuensi konsumsi makanan jajanan di sekolah selama seminggu terakhir tampak bahwa sebagian siswa (50%) mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang beragam jenis zat gizinya. Mereka umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi, yakni hanya mengandung karbohidrat atau karbohidrat dan lemak saja. Hal ini tentu saja dapat membahayakan bagi status gizinya. Oleh karena itu perlu adanya informasi yang memadai bagi siswa tentang pemilihan makanan jajanan yang sehat dan bergizi. B. MAKANAN JAJANAN YANG BERGIZI

Selain makanan utama yang dihidangkan di rumah, makanan jajanan juga dapat berfungsi menambah pemasukan energi dan zat gizi lain seperti protein ke dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1998) bahwa pengaruh jajanan tidak ditujukan semata-mata mengurangi rasa lapar, meskipun hal itu kadang-kadang benar tetapi tidak mutlak. Jajanan sering berfungsi untuk menambah zat-zat makanan yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk pauknya.

Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan mempunyai keuntungan ganda yaitu selain untuk tambahan zat gizi juga berguna untuk mengisi kekosongan lambung. Hidayat (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa manfaat makanan jajanan bagi murid-murid di sekolah adalah untuk memelihara ketahanan belajar karena kurang lebih selama enam jam mereka di sekolah.

Untuk mendukung hal tersebut, sangat diperlukan makanan jajanan dengan komposisi gizi yang cukup dan seimbang. Berikut adalah kebutuhan gizi pada anak usia Sekolah Dasar.

Page 2: Memilih Makanan Jajanan Bergizi

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar No Kelompok Umur Berat Badan

(Kg) Tinggi Badan (Centimeter)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Anak 7-9 tahun

25 120 1800 45

2 Laki-laki 10-12 tahun

35 138 2050 50

3. Perempuan 10-12 tahun

37 145 2050 50

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

Menurut Depkes RI (1991) jumlah energi dan protein yang diharapkan dapat disumbangkan terhadap kebutuhan gizi anak sekitar 10-15%, jadi untuk energi sekitar 200-300 kkal, dan protein sekitar 3-5 gram.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2005) tentang makanan jajanan di SDN 1 Pamijen Sukaraja, menunjukkan bahwa sebagian besar makanan jajanan yang dijual belum memenuhi nilai gizi yang diharapkan. Makanan yang dianggap sebagai makanan berat, seperti: bubur nasi dan bubur sum-sum, berat perporsi hanya 20-40 gram, dengan nilai energi 32-59 kkal, dan protein 0.3-0.98, sedangkan makanan semi basah seperti: cilok, mendoan, bakwan, timus goreng, dan sosis goreng, berat per porsi hanya 5-30 gram, dengan nilai energi 0-95 kkal, dan protein 0- 3.2 gram. Tentu saja hal ini masih jauh dari nilai gizi yang diharapkan dapat disumbangkan dari makanan jajanan.

Untuk dapat memetik manfaat dari mengkonsumsi makanan jajanan, maka

harus pandai-pandai dalam memilih makanan jajanan yang dibeli sehingga dapat menunjang nilai gizinya. Berikut adalah beberapa jenis makanan jajanan yang memenuhi standar makanan jajanan yang bergizi. Tabel 2. Jenis-Jenis Makanan Jajanan yang Bergizi No Nama Jajanan Ukuran

Perporsi (gram)

Energi (kkal)

Protein (gram)

Anjuran Konsumsi

1. Misoa 50 172.5 4.25 2 porsi 2. Bakwan 50 140 4.1 2 porsi 3. Pastel 50 153.5 2.25 2 porsi 4. Gemblong kacang

merah 50 172.2 2.9 2 porsi

5. Bubur manado+ayam

100 230.5 6.85 1 porsi

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009) C. PENUTUP

Makanan jajanan pada anak sekolah harus memenuhi standar nilai gizi agar dapat memberikan sumbangan terhadap pemenuhan gizinya sehari. Tentu saja hal ini harus pula melibatkan pihak sekolah untuk memberikan pengarahan kepada pengelola kantin maupun pedagang yang berjualan di sekitar sekolah

Page 3: Memilih Makanan Jajanan Bergizi

untuk memperhatikan kuantitas dan kualitas makanan yang dijual untuk siswanya. Hal ini membantu siswa dalam memilih makanan bergizi sebagai makanan jajanannya. DAFTAR PUSTAKA Anwar, F. 1999. Identifikasi Pangan Lokal untuk Makanan Kudapan PMT-AS.

Makalah disampaikan dalam Pelatihan Pengembangan Teknologi dan Keamanan Makanan Kudapan, Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 4-10 April 1999.

Hidayati, I.P. 2005. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap tentang Gizi dengan

Praktik Pemilihan Makanan Jjajanan pada Siswa di SD Penyelenggara PMT-AS. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Tidak dipublikasikan)

Wardiatmo, T. dan A. Ridwan. 1987. Jajanan di Sekolah Baikkah?. Warta Konsumen, No. 164.

Susanto, D. 1986. Masalah Kebiasaan Jajan pada Anak Sekolah. Buletin Gizi, No. 3, Vol 10.

Wulansari, R.Y. 2008. Pentingkah pendidikan nutrisi di sekolah, di rumah atau di masyarakat. http://www.wordpress.com. Diakses 13 September 2008.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003. Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2003.

Fardiaz, S. dan D. Fardiaz. 1992. Makanan Jajanan dan Peluang

Peningkatannya. Makalah Proyek Makanan Jajanan Puslitbang Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor disampaikan dalam Kongres Nasional IX Persagi dan Kursus Penyegar Ilmu Gizi, Semarang, 17-19 November 1992.

Hidayat, T.S. 1997. Pola Kebiasaan Jajan Murid SD dan Ketersediaan Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah di Propinsi Jateng dan DIY. Makalah disajikan dalam Prosiding Widyakarya Nasional: Khasiat Makanan Tradisional, Puslitbang Gizi, Bogor.

Winarno, F.G. 1988. Makanan Jajanan Perlu Diperhatikan. Warta Konsumen. Depkes RI, 1991. Pedoman Umum Program Pemberian Makanan Tambahan

bagi Anak Sekolah di Wilayah Indonesia Bagian Timur dan Jawa Tengah. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Deniawan, S. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengkonsumsi

Makanan Jajanan pada Siswa di SDN 1 Karangpucung, Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Kesehatan dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Unsoed (Tidak dipublikasikan)

Page 4: Memilih Makanan Jajanan Bergizi

Fariani, S. 2008. Analisis Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Terjadinya Keracunan Makanan. http://www.adln.lib.unair.ac.id.Diakses 27 November 2008.

Irawati, A., T. Tjukarni, dan D.S. Puspitasari. 1998. Penelitian Pemberian

Tambahan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan pada Murid Sekolah Dasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

Hermina, T. S. Hidayat, N. Afriansyah, Salimar, dan D. Susanto. 2000. Perilaku

Makan Murid Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di Desa Ciheuleut dan Pasir Gaok Kabupaten Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

Husaini. 1993. Kebiasaan Makan, Konsumsi Jajan dan Aspek-aspek Kesehatan

Murid Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor.

Mahmud, Mien K, Hermana, Nils Aria Zulfianto, Rossi Rozanna, Apriyanto, Iskari Ngadiarti, Budi Hartanti, Bernadus dan Tinexclly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Pangan Indonesia (TKPI).PT Gramredia, Jakarta

Romdhiyatin, I. 2002. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kebiasaan Jajan pada

Anak Sekolah di SD Muhammadiyah Wedi Kabupaten Klaten Tahun 2001. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. 54 hal. (Tidak dipublikasikan).

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.