MEME SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM …
Transcript of MEME SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM …
1
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
LAPORAN
PENELITIAN KOLABORATIF DOSEN DAN MAHASISWA (PKDM)
MEME SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH
DALAM ENTITAS KEBUDAYAAN MASYARAKAT
MILENIAL
(Studi Kasus: Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP-UHAMKA)
Oleh
Prof. Dr. Suswandari, M.Pd (NIDN: 0020116601)
Nur Fajar Absor, M.Pd
Mohammad Badrus Soleh (NIM: 1701075039)
Nomor Surat Kontrak Penelitian: 308/F.03.07/2020
Nilai Kontrak: Rp.14.000.000
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA, 2020
2
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN KOLABORATIF DOSEN DAN MAHASISWA (PKDM)
Judul Penelitian
Meme sebagai Media Pembelajaran dalam Entitas Kebudayaan Masyarakat
Milenial (Studi Kasus: Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP-UHAMKA)
Jenis Penelitian : PENELITIAN KOLABORATIF DOSEN DAN
MAHASISWA (PKDM)
Ketua Peneliti : Prof. Dr. Suswandari, M.Pd
Link Profil simakip : http://simakip.uhamka.ac.id/pengguna/show/978
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Anggota Peneliti : - Nur Fajar Absor, M.Pd
- Mohammad Badrus Soleh
Link Profil simakip : -
Waktu Penelitian : 6 Bulan
Luaran Penelitian
Luaran Wajib : Skripsi
Status Luaran Wajib : -
Luaran Tambahan : Artikel Ilmiah
Status Luaran Tambahan: Submitted
Mengetahui, Jakarta, 30 November 2020
Ketua Program Studi Ketua Peneliti
Hari Naredi, M. Pd Prof. Dr. Suswandari, M.Pd
NIDN. 0319047404 NIDN. 0020116601
Menyetujui,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ketua Lemlitbang UHAMKA
Dr. Desvian Bandarsyah, M. Pd Prof. Dr. Suswandari, M.Pd
NIDN. 0317126903 NIDN. 0020116601
3
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
SURAT KONTRAK PENELITIAN
4
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
5
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
ABSTRAK
Teknologi mengalami perkembangan yang begitu cepat, salah satunya adalah media sosial dengan
kontennya yang sedang populer adalah meme. Meme yang awalnya hanya berupa penyampaian
humor, kini terus berkembang menjadi media penyampaian informasi hingga media kritik. Meme
pun berkembang dengan memiliki tema-tema tersendiri, salah satunya adalah sejarah. Tema sejarah
menjadi hal yang menarik, karena para penikmat meme dapat mengetahui info kesejarahan melalui
meme. Hal ini dapat digarisbawahi bahwa meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
dapat membantu dalam proses pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1)
untuk menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah; (2) untuk
menyusun kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah; (3) untuk
menyeleksi konten meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sedangkan,
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan dokumentasi. Sementara itu,
teknik analisis data menggunakan model Creswell. Untuk sasarannya sendiri, penelitian ini
ditujukan kepada mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA dengan jumlah informan
sebanyak 10 orang dan untuk triangulasi data yang dipakai adalah triangulasi sumber data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan meme sebagai stimulus bagi para pembacanya
untuk mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi humor atau
lelucon, sehingga ringan untuk dibaca, guru/dosen dapat menyelingi proses pembelajaran sejarah
dengan menggunakan meme sebagai media pembelajaran dengan tetap memberikan fakta sejarah di
dalam suatu peristiwa, sehingga pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan baik dan menarik. Kata Kunci : Meme, Media Pembelajaran Sejarah, Entitas Kebudayaan, Masyarakat Milenial
6
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..2
SURAT KONTRAK PENELITIAN………………………………………………3
ABSTRAK………………………………………………………………………...5
DAFTAR ISI………………………………………………………………………6
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...7
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….10
BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………………...14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..16
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..45
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI …………………………………………….46
BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI………..47
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….48
LAMPIRAN……………………………………………………………………...53
7
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
DAFTAR GAMBAR
8
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
Teknologi mengalami perkembangan yang begitu cepat sehingga muncul
temuan-temuan yang memberikan dampak pada peradaban dunia terutama terhadap
kebudayaan. Tujuan utama pengembangan teknologi tidak lain adalah untuk
memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia dan menjadikan kehidupan
manusia di bumi ini menjadi lebih baik lagi. Teknologi yang tercipta memberikan
peranan pada kehidupan manusia mulai dari hal remeh hingga hal yang cukup
konkret (Astriningrum, 2018).
Teknologi yang berkembang saat ini memperlihatkan bahwa teknologi
memberikan kemudahan manusia untuk mengerjakan sesuatu secara efektif dan
efisien, salah satu contohnya adalah media sosial. Media sosial terbuka terhadap
berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang tua, remaja, hingga anak-anak yang
berkenan untuk berbagi informasi mengenai cerita, foto, dan video dalam rangka
mempermudah jalannya komunikasi dan juga sebagai bentuk mengekspresikan diri
atau mengekspos kegiatan pribadi. Saat ini, banyak platform media sosial yang
terkenal, beberapa di antaranya seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube
(Putri, Nurwati, & S., 2016). Dalam media sosial, banyak konten yang disajikan,
seperti cerita, foto, dan video. Salah satu konten yang sedang populer adalah meme.
Meme adalah sebuah replikator yang merepresentasikan gagasan atau pikiran
tentang unit transmisi budaya atau sebuah imitasi. Meme sendiri berasal dari kata
mimeme yang berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai representasi
dari akal manusia. Contoh meme sendiri secara garis besar adalah semua ciptaan
manusia seperti tangga lagu, gagasan, kalimat, gaya busana, dan lain-lain (Dawkins,
2018).
Meme yang awalnya hanya berupa penyampaian humor, kini terus
berkembang menjadi media penyampaian informasi, media kritik, hingga media
penyebaran ideologi dari kreator meme. Para penikmat dan kreator meme sendiri
memiliki komunitas sendiri di kalangan masyarakat penikmatnya yang terhimpun
dalam sebuah situs di internet. Beberapa situs yang terkenal di antaranya adalah
9
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
1cak.com dan 9gag.com. Meme pun berkembang dengan memiliki tema-tema
tersendiri di dalamnya, seperti makanan, minuman, olahraga, game, film, musik,
hingga sejarah.
Tema yang disebutkan terakhir menjadi menarik, karena para penikmat meme
dapat mengetahui info kesejarahan melalui meme. Hal ini dapat digarisbawahi
bahwa meme bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang merupakan salah
satu komponen penting dalam proses pembelajaran (Falahudin, 2014). Maka, meme
sebagai media pembelajaran dalam hal ini pembelajaran sejarah dapat membantu
proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi dari pembelajaran sejarah.
Mengacu pada tulisan di atas, maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengkaji
‘Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah dalam Entitas Kebudayaan
Masyarakat Milenial’ dengan studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Sejarah
FKIP-UHAMKA. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1)
bagaimana persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah?; (2)
bagaimanakah kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran
sejarah?; (3) dan bagaimanakah konten meme yang bisa digunakan sebagai media
pembelajaran sejarah? Sedangkan, tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk
menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah; (2)
untuk menyusun kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran
sejarah; (3) untuk menyeleksi konten meme yang bisa digunakan sebagai media
pembelajaran sejarah.
Selain itu, Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA di dalam
kurikulumnya, terdapat beberapa mata kuliah yang mempelajari mengenai
pendidikan sejarah dan kebudayaan, seperti ‘Strategi Pembelajaran’, ‘Inovasi
Pembelajaran Sejarah’, ‘Problematika Pembelajaran Sejarah’, ‘Pengantar Sosiologi
dan Antropologi’, dan ‘Teori Perubahan Budaya’. Dengan demikian, adanya
penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengkaji suatu kurikulum, sehingga di
dalam materi perkuliahannya, dosen pengampu akan memberikan materi berupa
teori dan praktik sesuai dengan hasil penelitian ini.
10
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. State of The Art
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan ‘Meme sebagai Media
Pembelajaran dalam Entitas Kebudayaan Masyarakat Milenial’ adalah: (1)
Blackmore (2000) mengenai ‘The Power of Meme’ yang membahas seputar
konsep dan kekuatan dari meme; (2) Gumelar dan Mulyati (2018) tentang
‘Meme: Dapatkah Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Teks
Anekdot?’ yang mengkaji mengenai keefektifan meme dalam meningkatkan
kemampuan menulis teks anekdot peserta didik kelas X MIPA dan IPS SMA
Negeri 15 Bandung; dan (3) Mufarikha (2019) tentang ‘Efektifitas Penggunaan
Meme Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas VIII MTS NU 01
Cepiring’ yang berfokus pada keefektifan meme dalam meningkatkan minat
belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas
VIII MTs NU 01 Cepiring. Namun, dari penelitian-penelitian tersebut tidak
meneliti mengenai meme sebagai media pembelajaran dalam entitas kebudayaan
masyarakat milenial menggunakan data kualitatif. Maka dari itu, penelitian ini
mencoba untuk menganalisis ‘Meme sebagai Media Pembelajaran dalam Entitas
Kebudayaan Masyarakat Milenial’ menggunakan data kualitatif.
B. Kajian Teori
1. Meme
Secara terminologi, meme berasal dari bahasa Yunani “mimeme” yang
memiliki arti dalam bahasa Indonesia sebagai “imitasi” yang dikaitkan
dengan kata même dalam bahasa Perancis yang memiliki arti “sama”. Sebagai
pencetus istilah meme, Dawkins (2018) ingin mengarahkan pembacanya
kepada sebuah wacana konseptual dimana meme merupakan suatu replikator
hidup yang terus berkembang yang menyebar dari suatu individu ke individu
lainnya. Dawkins sendiri mencoba menjelaskan bawasannya tidak hanya
sebuah mikroorganisme saja yang dapat berevolusi akan tetapi sebuah sebuah
kebudayaan juga dapat berevolusi layaknya organisme hidup yang
mempengaruhi jalan hidup manusia sebagai inangnya. Peneliti sependapat
11
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
dengan Dawkins bahwa sebuah eksistensi yang hidup dalam alam pikiran
manusia yang memanfaatkan manusia sebagai wahana dalam wacana
keberkembangbiakannya sebagai satu kesatuan organisme yang dianggap
hidup sebagai organisme.
Sesuai dengan pendapat Dawkins tersebut, maka konsep meme pun
berevolusi dan dinamis, seperti pendapat Zannettou et al. (2018) bahwa meme
yang marak saat ini di internet “merujuk kepada sesuatu berbagai jenis
gambar, video, klise, dan lain-lain yang dibagikan dalam tema yang umum
dan disebarluaskan oleh sebagian besar orang”. Maka dari itu, menurut
peneliti meme yang ada di internet adalah ide atau gagasan atas sebuah
pemikiran yang disampaikan dalam bentuk tulisan, gambar, video, dan lain-
lain, sehingga hal tersebut dapat diterima oleh masyarakat (internet) dalam
bentuk reaksi (menyukai atau menyebarkan).
2. Generasi Milenial
Konsep mengenai generasi milenial sendiri pada dasarnya masih
terdapat banyak perbedaan pendapat, akan tetapi Budiati et al. (2018)
menghimpun beberapa pendapat mengenai konsep generasi milineal, yakni:
(1) Tapscott (1998) menyebut generasi milenial dengan istilah Digital
Generation yang lahir antara tahun 1976-2000; (2) Zemke et al. (2000)
menyebut generasi milenial dengan istilah Nexters yang lahir tahun 1980-
1999; (3) Oblinger (2005) menyebut generasi milenial dengan istilah
Generasi Y/NetGen yang lahir antara 1981- 1995; (4) Terakhir Lancaster dan
Stillman (2002), serta Martin dan Tulgan (2002) menyebut dengan istilah
Generasi Milenial/Generasi Y/Milenial yang dikenal sampai sekarang,
meskipun rentang tahun kelahirannya masing-masing berbeda. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa generasi milenial adalah generasi
yang lahir pada rentang tahun 1980 sampai 2000-an yang tidak asing dengan
kemajuan teknologi, terutama internet.
12
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
3. Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Sejarah Bagi Generasi
Milenial
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun
1980 sampai 2000-an yang tidak asing dengan kemajuan teknologi, terutama
internet. Generasi ini menurut Andarwati (2019) adalah generasi yang lahir,
tumbuh, dan dibesarkan di era digital dengan beragam teknologi di gawai
yang canggih. Tapscott (dalam Lalo, 2018) menyatakan bahwa generasi
mileneal yang disebut juga sebagai generasi Z memiliki ciri-ciri: (1) suka
dengan kebebasan; (2) senang melakukan personalisasi; (3) mengandalkan
kecepatan informasi yang instan; (4) suka belajar dan bekerja dengan
lingkungan inovatif; (5) aktif berkolaborasi; (6) hyper technology.
Dengan kondisi demikian, maka guru harus menerapkan paradigma
baru dalam pembelajaran yang menyesuaikan dengan tantangan zaman saat
ini. Hal tersebut juga mengharuskan pembelajaran sejarah yang selama ini
dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak menarik, membosankan, dan sulit
untuk dipahami (Alfian, 2011; Sayono, 2013), mengubah paradigma
pembelajarannya.
Generasi milenial yang tidak asing dengan kemajuan teknologi, dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk membuat pembelajaran sejarah yang menarik
dan inovatif. Absor, Umasih, dan Kurniawati (2019) mengungkapkan ada
beberapa opsi bagi guru untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran
sejarah, yakni: (1) Membuat grup kelas di Whatsapp atau Line dengan
memuat beberapa link website yang membahas mengenai sejarah, seperti
historia.id dan tirto.id; (2) Mengakses Facebook atau Instagram untuk
mengakses akun-akun yang membahas mengenai sejarah, seperti Kelompok
Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) dan Album Sejarah; (3)
Membuka kelas daring di Google Classroom atau Edmodo yang dijadikan
sarana untuk memudahkan pemberian materi pembelajaran dan pengumpulan
tugas oleh guru; (4) Presentasi menggunakan Prezi atau Imindmap untuk
lebih menarik perhatian peserta didik terhadap presentasi yang dilakukan; (5)
13
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Menonton video atau film dokumenter yang membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan teknologi lainnya, yakni (1)
Power Director yang merupakan aplikasi untuk mengedit gambar, foto, teks,
dan suara yang dijadikan video sebagai media pembelajaran sejarah tanpa
koneksi internet; (2) Meme yang merupakan gambar yang diberi tulisan untuk
mendukung ekspresi dari gambar tersebut (Andarwati, 2019; Mufarikha,
2019). Khusus untuk meme, bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai media
pembelajaran sejarah, karena meme saat ini digandrungi oleh generasi
milenial. Hal ini bisa dilihat dengan akun-akun yang ada di media sosial yang
berisi konten meme. Dengan demikian, guru dapat memberikan media
pembelajaran sejarah yang bervariatif supaya pembelajaran sejarah
berlangsung secara menarik dan inovatif.
C. Roadmap Penelitian
14
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 3 METODE PENELITIAN
Alur penelitian merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah yang
ditempuh dalam proses penelitian. Untuk penelitian ini, terdapat beberapa langkah
yang diambil oleh peneliti selama penelitian berlangsung, yaitu: (1) Menentukan
tema dan permasalahan yang akan diteliti; (2) Mengumpulkan data; (3)
Menganalisis data; (4) Menuliskan hasil penelitian; (5) Menarik kesimpulan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif
(menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah
masalah penelitiannya. Penggunaan berbagai metode ini sering disebut triangulasi
yang dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif
(holistik) mengenai fenomena yang diteliti (Mulyana, 2018). Sedangkan,
pendekatan studi kasus merupakan sebuah strategi yang lebih cocok apabila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’, selain
itu studi kasus dapat pula memberi nilai tambah pada pengetahuan secara unik
tentang fenomena individual, organisasi, sosial, dan politik (Yin, 2019).
Untuk sampelnya, penelitian ini mengambil sampel atau informan dari
mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA sebanyak sepuluh orang.
Wawancara dilakukan melalui Google Meet, dikarenakan masa pandemi Covid-19
yang masih berlangsung. Sedangkan, triangulasi data yang dipakai adalah
triangulasi sumber data dengan mengambil sumber data yang berbeda untuk
dilakukan cek silang dengan tujuan untuk memperkaya informasi yang telah
diperoleh dari sumber data pertama (M. Ali & Asrori, 2014). Dengan demikian,
diharapkan penelitian ini dapat menganalisis pemanfaatan meme sebagai media
pembelajaran secara utuh.
Sedangkan, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara
dan dokumentasi (Wirawan, 2016). Sementara itu, teknik analisis data
menggunakan model Creswell (dalam Sugiyono, 2018) dengan tahapan-tahapannya
adalah: (1) Mengorganisasikan dan menyiapkan data yang akan dianalisis; (2) Baca
dan lihat seluruh data; (3) Membuat koding seluruh data; (4) Menggunakan koding
15
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
sebagai bahan untuk membuat deskripsi; (5) Menghubungkan antar tema; (6)
Memberi interpretasi dan makna tentang tema.
16
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Media Sosial sebagai Wadah Diseminasi Meme
Kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari penggunaan internet yang
masif, di Indonesia sendiri tercatat oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) terdapat 171,17 juta pengguna internet atau 64,8% dari total
populasi penduduk Indonesia, yakni 264,16 juta jiwa pada 2018 (Penetrasi &
Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia, 2018). Data tersebut juga
mengungkapkan bahwa sebanyak 18,9% pengguna internet menggunakan media
sosial sebagai alasan paling utama dalam menggunakan internet, sedangkan
media sosial yang paling sering dikunjungi secara berturut-turut adalah
Facebook, Instagram, dan Twitter.
Masifnya penggunaan internet dan media sosial oleh masyarakat
Indonesia, melahirkan fenomena baru di kalangan penggunanya, yakni
kreativitas pembuatan meme yang kemudian meme tersebut secara cepat
tersebar dan dikomentari di media sosial (Juditha, 2015). Bahkan, masih
menurut Juditha dalam penelitiannya, sempat ramai meme terkait kasus Haji
Lulung yang terjadi pada medio 2015 di jagat Twitter, bahkan tanda pagar
#SaveHajiLulung sempat merajai topik terpopuler di Twitter.
Selain itu, meme yang berkaitan dengan dunia politik juga ramai
diperbincangkan di media sosial. Meme-meme yang sempat ramai tersebut,
seperti konflik antara Polri dan KPK, Pemilihan Presiden tahun 2014 dan 2019,
serta kenaikan harga bahan bakar minyak pada November 2014 (Allifiansyah,
2017; Rahayu, Herman, & Sastra, 2019; Syahputra, 2018; Wijayanti, 2015).
Dengan adanya fenomena tersebut, maka bisa disebut bahwa media sosial dapat
dijadikan sebagai wadah diseminasi meme.
B. Hasil Penelitian
1. Persepsi Penggunaan Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, terdapat
berbagai pandangan mengenai konsep dari meme, namun setidaknya terdapat
beberapa persamaan pandangan dari para informan mengenai konsep meme,
tujuh informan berpendapat bahwa meme identik dengan gambar (CSK,
17
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
2020; DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; RR, 2020; ZHYP, 2020),
adapun enam informan berpendapat bahwa meme identik dengan lelucon atau
humor (AYP, 2020; CSK, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; RR, 2020; ZHYP,
2020). Selain itu, terdapat pendapat satu informan yang menarik dengan
mengatakan bahwa meme mengalami evolusi budaya, karena informan
tersebut membaca karyanya Richard Dawkins ‘The Selfish Gene’ (HS, 2020).
Ketika berbicara manfaat dari meme, semua informan sepakat bahwa
meme memberikan manfaat dalam hal menghibur dan memberikan informasi,
namun ada pula dampak negatif dari meme tersebut, seperti meme yang
melecehkan tokoh (RR, 2020), bahkan seseorang bisa terlibat hukum akibat
mengunggah meme, hal tersebut diutarakan AYP (2020) bahwa “…takut
berakibat fatal seperti klarifikasi atau menyinggung satu pihak tertentu
ataupun lembaga tertentu yang berakibat hukum, itu negatifnya, karena meme
bisa jadi bermasalah, masuk penjara”.
Menurut tujuh informan, meme dapat disebut sebagai entitas
kebudayaan masyarakat milenial, karena meme banyak diunggah di berbagai
macam media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter (AYP, 2020;
CSK, 2020; DA, 2020; MAF, 2020; MRAEP, 2020; RR, 2020; RV, 2020),
namun terdapat pernyataan yang menarik dari dua informan, yakni HS dan
MH. Kedua informan tersebut menyatakan bahwa:
Kalau diidentikkan sama generasi milenial sebenarnya tidak,
soalnya generasi-generasi sebelumnya juga bisa, kalau
menggunakan meme, mungkin meledaknya pas di generasi milenial
sekarang ya mungkin, akan tetapi sebelum-sebelumnya itu
mungkin sudah ada karena kalau berdasarkan itu mengacu kepada
meme-nya Richard Dawkins juga, Richard Dawkins saja
menerbitkan ‘The Selfish Gene’ juga kalau tidak salah tahun ‘98-
’88, jadi sudah lama bukunya, tapi mungkin dia mengalami evolusi
ke arah gambar yang berisi sindiran halus, mungkin baru sekitar
tahun 2000-an (HS, 2020).
Kalau menurut saya meme itu memang muncul itu sudah lama, jadi
untuk sekarang ini menurut saya, meme ini paling digemari oleh
kaum-kaum milenial, anak-anak muda kebanyakan mengutarakan
pendapatnya lewat meme kadang (MH, 2020).
18
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Kedua pernyataan tersebut mengatakan bahwa keberadaan meme
sebetulnya sudah lama, bahkan apabila mengikuti istilah Dawkins di dalam
karyanya yang berjudul ‘The Selfish Gene’, kata meme diperkenalkan
pertama kali pada 1976, namun seiring perkembangannya, meme saat ini
meledak kembali di kalangan masyarakat milenial, sehingga meme tersebut
diidentikkan dengan masyarakat milenial.
Terkait dengan media pembelajaran sejarah, seluruh informan
menyatakan bahwa meme bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah,
karena menurut MH (2020), “kalau dilihat sejarah banyak peristiwa dan
kisah, cocok banget kalau digambarkan lewat meme”. Namun, menurut RV
(2020), meme tidak dapat dijadikan media pembelajaran yang utama,
melainkan hanya selingan saja, karena “sejarah itu fakta, kalau meme itu lebih
ke lelucon, takutnya nanti sejarah dijadikan bahan bercanda dan faktanya itu
jadi tidak satu sumber lagi, sedangkan kalau meme itu banyak penafsiran
tergantung darimana kita melihat sudut pandang dari gambar itu”.
Setelah sesi tanya-jawab berlangsung, para informan memberikan
persepsinya terhadap meme-meme yang ditayangkan melalui Google Meet.
Meme yang ditayangkan merupakan meme berdasarkan peristiwa sejarah
Indonesia secara kronologis mulai dari penjajahan Belanda, pendudukan
Jepang, hingga Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Meme dan
tanggapan para informan tersebut, yakni:
19
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 1. Meme Avengers
Sumber:
https://www.facebook.com/meme.ikhwan.akhwat/posts/912011562490030?
comment_id=912135115811008&comment_tracking=%7B%22tn%22%3A
%22R%22%7D
Menurut delapan informan, meme ini menggambarkan bahwa
pemikiran masyarakat Indonesia mengenai kehebatan dunia magis di
Indonesia tidak benar, karena Indonesia saat itu dijajah oleh bangsa lain
(AYP, 2020; CSK, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; MRAEP, 2020;
RR, 2020; ZHYP, 2020). Hal ini dijelaskan oleh MAF (2020) bahwa meme
“ini seperti sarkas, seperti menyinggung orang-orang yang percaya akan
dukun tersebut, kalau misalkan dukun memang sesakti itu mungkin Belanda
tidak bakal datang ke sini”.
Gambar 2. Meme Nusantara
Sumber: https://1cak.com/2554983
Seluruh informan berpendapat bahwa meme tersebut benar,
bahwasannya kalau tidak ada Belanda yang menjajah Nusantara kala itu, bisa
20
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
jadi Indonesia tidak akan pernah ada, seperti pendapat DA (2020) bahwa
“saya sepakat sama dia, karena dari kita dijajah, kita bisa jadi satu, mungkin
kalau kita tidak dijajah, mungkin kita terpecah-pecah, misalkan nanti ada
kesultanan Aceh, nanti juga ada Mataram…”. Meme tersebut membuat para
pembacanya berpikir, seperti yang diutarakan oleh HS (2020), bahwa “kalau
yang ini juga bagus, ini membuat kita berpikir…”.
Gambar 3. Meme Penjajahan Perancis
Sumber: Dokumen Pribadi
Pada meme ini, para informan memberikan pendapatnya yang berbeda,
karena membuat para pembacanya berpikir tentang kalimat yang ada di
bagian bawah meme, seperti yang disampaikan oleh RR (2020), bahwa
“belum tentu kalau kalimat bawahnya, bisa jadi pernah, bisa jadi tidak, tapi
dari meme ini kita diajak untuk berpikir, apakah Perancis pernah menjajah
Belanda, seperti halnya Indonesia dijajah sama Perancis”.
Hanya ada dua informan yang memberikan pendapat yang sesuai
dengan meme tersebut sampaikan, yakni “karena Belanda dijajah Perancis
yang saat itu ingin menguasai Eropa, maka otomatis daerah kekuasaan atau
jajahan Belanda seperti Indonesia menjadi jajahan Perancis juga” (MH,
2020). Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan DA (2020), bahwa:
Ini kalau tidak salah awal abad 19 yang tentang Republik Bataaf,
jadi Belanda waktu itu dikuasai sama Perancis, kalau tidak salah
Daendels diutus untuk Indonesia. Saya sepakat juga kalau
Perancis pernah menguasai Belanda dan mengirim utusannya ke
Hindia Belanda waktu itu.
21
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 4. Meme Persamaan Belanda dengan Jepang
Sumber: https://1cak.com/2086014
Seluruh informan berpendapat bahwa meme tersebut benar, bahwa
kedatangan Jepang sama saja dengan Belanda, yakni untuk menjajah
Indonesia. Menurut MAF (2020), situasi di meme tersebut “menceritakan
tentang ketika datangnya Jepang sebagai Cahaya Asia, sebagai Pelindung
Asia, sebagai Pemimpin Asia, tapi pada kenyataannya memang ujung-
ujungnya kita dijajah-jajah juga sama Jepang”. Meme ini diberikan apresiasi
oleh dua informan, seperti disampaikan oleh AYP (2020) bahwa “yang
seperti ini bisa, yang saya bilang sebelumnya dari kartun dijadikan meme,
contohnya seperti ini, kalau siswa-siswa sekarang mereka senangnya lihat
gambar atau nonton video”. Selain itu, HS (2020) juga berpendapat bahwa
meme tersebut “Bagus ini secara singkat, jelas, dan padat”.
22
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 5. Meme Niat Pendudukan Jepang
Sumber: https://1cak.com/2492956
Terdapat sembilan informan yang menyampaikan pendapatnya bahwa
maksud dari meme ini adalah niatan lain dari masuknya bangsa Jepang ke
Indonesia, yakni bertujuan untuk menguasai Indonesia (AYP, 2020; CSK,
2020; DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; RR, 2020; RV, 2020;
ZHYP, 2020). Adapun dua informan yang menyatakan bahwa meme tersebut
relevan dengan penggunaan Kuda Trojan di dalam meme tersebut, yakni
“perumpaannya seperti ini, kita bawa Trojan, Trojan isinya di luarnya
kedatangan Jepang dengan semboyannya 3A ingin membantu Indonesia
dengan harapan-harapan yang tinggi, namun di dalam Trojan-nya isinya niat
ingin menguasai” (AYP, 2020).
Hal ini ditambahkan oleh HS (2020) bahwa “Ini menggabungkan
tentang kisah Troya sama masuknya Jepang, jadi seperti kisah di Troya juga,
jadi ada maksud jelek dari Jepang itu disembunyikannya dalam sebuah
personanya yang seolah-olah dia itu bagaikan pahlawan”. Namun, ada satu
informan yang tidak dapat menjelaskan maksud dari meme tersebut
(MRAEP, 2020).
23
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 6. Meme Seikerei
Sumber: https://1cak.com/2382532
Terdapat sembilan informan yang menyampaikan bahwa inti dari meme
ini adalah penolakan masyarakat Indonesia terhadap pemaksaan untuk
melakukan seikerei yang dilakukan oleh Jepang (AYP, 2020; CSK, 2020;
DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; RR, 2020; RV, 2020; ZHYP,
2020). Meme ini ditanggapi dengan baik oleh AYP (2020) bahwa “…jadi
selain kartun dan animasi, potongan film ini juga bisa dijadikan meme seperti
ini”. Akan tetapi, terdapat satu informan yang tidak dapat memberikan
pandangannya tentang meme tersebut (MRAEP, 2020).
Gambar 7. Meme Pemberontakan Peta
Sumber: https://1cak.com/2541445
24
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Para informan memiliki perbedaan pendapat mengenai meme ini. Ada
empat informan yang berpendapat sesuai dengan meme tersebut sampaikan,
seperti yang disampaikan oleh CSK (2020) mengenai meme tersebut bahwa:
Pandangan saya mengenai hal ini, anak laki-laki dengan anak
perempuan mungkin punya pandangan yang berbeda-beda. Sering
terjadi di kelas IPS, mungkin anak-anak perempuan ingin ke
daerah-daerah yang bisa dikatakan seperti tempat studi tur yang
dapat menjadi objek foto-foto berbeda dengan anak laki-laki.
Menurut pandangan saya, rata-rata anak laki-laki IPS ingin
mencari tahu atau memiliki historis tersendiri pada tempat-tempat
berhistoris, tidak memikirkan nilai eksotis seperti bagus atau
tidaknya menjadi tempat berfoto-foto, bukan hanya sekadar
hiburan saja namun saat pulang ke rumah ada yang didapat.
Gambar 8. Meme Pendudukan Jepang 3,5 Tahun
Sumber: https://1cak.com/2614210
Seluruh informan menyatakan bahwa meski pendudukan Jepang
berlangsung selama 3,5 tahun saja, akan tetapi penderitaan rakyat tetaplah
pedih. Meme ini menggambarkan bahwa “ini ketika ada orang yang bilang
Jepang hanya menjajah Indonesia 3,5 tahun tapi nyatanya penjajahan 3,5
tahun itu memang aslinya perih sekali, lebih parah dibandingkan Belanda bisa
25
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
dibilang, seperti pemerasan sumber daya alam dan sebagai macamnya”
(MAF, 2020).
Gambar 9. Meme Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Sumber:
https://www.reddit.com/r/BikiniBottomTwitter/comments/92m4lq/good_gu
y_murica/
Perbedaan persepsi para informan terjadi dalam meme ini. Hanya dua
informan yang memberikan pendapat yang sesuai dengan meme tersebut
sampaikan, yakni RV yang menjelaskan situasi di Indonesia saat itu dengan
salah satu adegan di dalam ‘SpongeBob SquarePants’ dengan menjabarkan
karakter-karakter yang ada di dalamnya, berikut ini pendapat dari RV:
Ini menceritakan tentang Squidward itu Jepang, Patrick itu
Amerika, SpongeBob itu Indonesia. Indonesia itu menyambut
Jepang dengan baik, tapi ternyata habis itu dibom sama Patrick
(Amerika Serikat), dikasih bom semangka, Jepang itu
dihancurkan sama Sekutu waktu itu, yang bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki (RV, 2020).
Hal ini ditambahkan oleh HS bahwa terdapat peran guru di sini untuk
menjelaskan maksud dari meme tersebut, berikut ini adalah pernyataan dari
HS:
Jadi kalau melihat gambar-gambar ini Jepang minta untuk
dihormati sama disanjung oleh Indonesia, akan tetapi ketika
Jepang menyerang Pearl Harbor, terus Amerika melakukan
26
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
serangan balik dan hingga akhirnya Jepang dibom atom, Jepang
langsung kalah. Kalau gurunya bisa menjelaskan secara baik,
bagus, soalnya ini tidak ada teks (HS, 2020).
Gambar 10. Meme Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Sumber: https://1cak.com/2417727
Pada meme ini pun, para informan memberikan pandangan yang
berbeda-beda, hal ini disebut oleh HS (2020) dikarenakan “…terlalu sedikit
gambarnya, beberapa mungkin bingung juga”. Selanjutnya, RR (2020)
menyampaikan bahwa “…dia tidak berwarna, seharusnya dia dikasih warna-
warna, sehingga menarik minat pembaca”. Sehingga, hanya satu informan
yang memiliki pandangan yang sesuai dengan meme ini maksudkan, yakni:
Ini bisa dikatakan bahwa Sukarno mengibarkan bendera merah
putih dan membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus
1945, mungkin ini kondisi Indonesia pada saat itu, masyarakat
merasa akhirnya Indonesia merdeka, ini yang dinamakan bebas
dari penjajahan dan masyarakat merasa senang, situasinya senang
merdeka (CSK, 2020).
27
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 11. Meme Penolakan Sukarno
Sumber: https://1cak.com/2552824
Tujuh informan menyampaikan meme ini memiliki maksud bahwa
Sukarno menolak untuk membacakan ulang proklamasi saat itu (AYP, 2020;
CSK, 2020; DA, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; RR, 2020; ZHYP, 2020).
Namun, kembali lagi dinyatakan oleh HS bahwa terdapat peran guru untuk
menjelaskan maksud dari meme tersebut, menurutnya “…ini sederhana,
kalau tidak dijelaskan secara detail mungkin siswanya juga bingung, tetapi
punya makna yang mendalam kalau dilihat dari teksnya sama gambar” (HS,
2020). Kebingungan ini juga disampaikan oleh dua informan yang tidak dapat
memberikan pendapatnya mengenai meme ini (MRAEP, 2020; RV, 2020).
Gambar 12. Meme Suka Cita Rakyat Indonesia
Sumber: https://1cak.com/2415909
28
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Seluruh informan sepakat bahwa meme ini menggambarkan tentang
ekspresi rakyat Indonesia yang senang mendengar kabar bahwa bangsanya
sudah merdeka, hal ini ditambahkan oleh dua informan yang menjabarkan
situasi saat itu dengan salah satu adegan di dalam ‘SpongeBob SquarePants’,
berikut ini adalah pendapat dari MAF (2020): “ini menggunakan salah satu
scene di SpongeBob untuk menggambarkan bagaimana rasa senangnya
masyarakat Indonesia ketika dengar proklamasi lewat radio”. Ditambahkan
oleh MH (2020) bahwa “karakter Patrick di samping menggambarkan
seorang warga yang senang mendengarkan proklamasi lewat radio, ditambah
dengan warna hitam putih seperti ala foto-foto arsip nasional”.
Setelah sesi pemberian persepsi informan terhadap meme-meme yang
ditayangkan, peneliti kembali bertanya kepada para informan mengenai
penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah, seluruh informan
menegaskan kembali bahwa meme bisa dijadikan sebagai media
pembelajaran sejarah dengan catatan bahwa hal tersebut hanya sebagai
selingan, bukan hal yang utama dan juga guru harus memberi tahu maksud
dari meme tersebut, supaya tidak terjadi multitafsir (AYP, 2020; CSK, 2020;
DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; MRAEP, 2020; RR, 2020; RV,
2020; ZHYP, 2020). Sehingga, diharapkan dengan adanya meme sebagai
media pembelajaran sejarah dapat menambah ketertarikan peserta didik,
peserta didik tidak lagi menganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang
membosankan dan monoton, serta meningkatkan kreativitas peserta didik
(AYP, 2020; CSK, 2020; MH, 2020; RR, 2020; RV, 2020).
2. Kriteria Meme dalam Media Pembelajaran Sejarah
Untuk kriteria ideal suatu meme dapat digunakan sebagai media
pembelajaran sejarah, para informan menyampaikan berbagai pendapatnya,
yakni: (1) menggunakan kartun yang ada saat ini; (2) gambar yang digunakan
merupakan gambar yang bagus dengan warna-warna yang menarik dan font
tulisan yang tidak kaku; (3) kreatif dan tidak terlalu panjang gambarnya; (4)
gambar yang digunakan tidak melecehkan tokoh-tokoh dan sejarah bangsa
Indonesia; (5) meme yang membuat penasaran sehingga pembacanya
29
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
mencari informasi dari meme tersebut; (6) pesannya tersampaikan; (7) meme
yang sedang viral (AYP, 2020; CSK, 2020; DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020;
MH, 2020; MRAEP, 2020; RR, 2020; RV, 2020; ZHYP, 2020).
3. Konten Meme dalam Media Pembelajaran Sejarah
Sama seperti kriteria ideal suatu meme, untuk konten meme yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran sejarah, para informan pun
menyampaikan berbagai pandangannya, namun menurut HS (2020)
“…hampir semua konten sejarah bisa dijadikan meme, …misalnya manusia
pra sejarah, dia menyindir secara halus tentang teori-teori evolusi atau
misalnya di masa madya tentang Wali Songo sistem penyebarannya, kenapa
pada masa lampau kita lebih bisa menerima perbedaan, sedangkan di masa
sekarang kita sepertinya memperdebatkan perbedaan”.
C. Pembahasan
1. Persepsi Penggunaan Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah
Konsep meme yang pertama kali dipelopori oleh Richard Dawkins pun
mengalami evolusi seperti yang disampaikan oleh Dawkins sendiri, maka
tidak ada konsep tunggal mengenai meme. Kamus Merriam-Webster
menjelaskan bahwa meme adalah “an idea, behavior, style, or usage that
spreads from person to person within a culture”, yakni sebuah ide, kebiasaan,
gaya, atau sesuatu yang penggunaannya disebarkan dari satu orang ke orang
lainnya melalui budaya. Selain itu, Merriam-Webster pun memiliki
pengertian lain di dalam kamusnya, yakni: “an amusing or interesting item
(such as a captioned picture or video) or genre of items that is spread widely
online especially through social media” yang dapat diartikan sebagai suatu
hal yang lucu atau menarik (seperti gambar atau video dengan teks) atau suatu
hal yang tersebar luas secara online terutama melalui media sosial.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Juza (2013) bahwa meme di internet
adalah “most commonly used to describe certain kinds of information
disseminated among the Internet users by themselves. This information may
include pictures, films (usually short), video clips, graphics, texts, quotes,
animations, as well as their various combinations (e.g. captioned pictures)”.
30
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Hal ini dapat diartikan bahwa meme sering digunakan untuk mendeskripsikan
jenis informasi tertentu yang disebarkan oleh mereka sendiri di antara
pengguna internet. Informasi ini dapat mencakup gambar, film yang biasanya
pendek, klip video, grafik, teks, kutipan, animasi, serta berbagai
kombinasinya, misalnya gambar dengan teks.
Selain itu, menurut Judhita (2015) meme merupakan “sekumpulan
gambar atau video yang dimodifikasi baik diberi ungkapan maupun
digabungkan dengan konten lain yang menghasilkan suatu gambar atau video
baru yang mirip namun dengan cerita yang berbeda dan disebarkan di internet
melalui media sosial misalnya”. Masih menurut Judhita, meme yang lebih
dikenal saat ini adalah meme internet, berbeda dengan konsep meme yang
ada sebelumnya, karena penggunaan internet yang masif, sehingga yang
dikenal saat ini adalah meme internet. Meme internet merupakan segala hal
yang tersebar dalam masyarakat siber yang menjadi suatu budaya bagi
khalayak di dunia maya.
Penjelasan-penjelasan tersebut menguatkan pandangan bahwa meme
identik dengan gambar seperti yang diutarakan oleh tujuh informan (CSK,
2020; DA, 2020; HS, 2020; MAF, 2020; MH, 2020; RR, 2020; ZHYP, 2020).
Semua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa meme merupakan
potongan atau gabungan suatu gambar yang direplikasi sehingga dapat
membuat suatu gambar baru dengan penjelasan atau cerita yang berbeda
tergantung pada keinginan kreator meme dan biasanya meme tersebut akan
disebarkan di internet.
Sama seperti pendapat seluruh informan, manfaat dari meme
tergantung dari pembaca memahaminya, karena meme bisa digunakan
sebagai lelucon, informasi, edukasi, kata-kata motivasi dan bijak, sindiran,
serta kritik sosial dan politik. Namun, ada pula meme yang menimbulkan
masalah, seperti membuat candaan mengenai kecelakaan pesawat dan
menyudutkan atau bahkan melecehkan seseorang (Juditha, 2015; Syahputra,
2018).
31
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Terkait dengan meme yang diidentikkan dengan entitas kebudayaan
masyarakat milenial bisa ditarik kembali dengan awal kemunculan istilah
meme yang dipelopori oleh Dawkins pada 1976, namun seiring
perkembangannya, meme pun menjadi tren di kalangan masyarakat milenial
saat ini. Meskipun tidak diketahui secara pasti fenomena meme pertama kali
muncul, di Indonesia sendiri meme populer sejak tahun 2009 dengan
kemunculannya pada situs yeahmahasiswa.com. Awalnya, dalam situs
tersebut berisi meme mengenai parodi dan sindirian kehidupan sehari-hari
mahasiswa. Kemudian, meme-meme yang lainnya muncul di berbagai
macam platform dengan berbagai macam topik, seperti yang ditemui saat ini
di internet (Allifiansyah, 2017).
Penyebaran meme yang cepat ini relevan dengan konsep Jenkins (dalam
Allifiansyah, 2017), yakni salah satu karakteristik produk media baru, dalam
hal ini meme adalah harus selalu menyebar, jika tidak menyebar, maka ia
akan musnah. Masyarakat milenial pun menganggap bahwa meme
merupakan salah satu bentuk gaya komunikasi baru dalam interaksi digital
(Rahayu et al., 2019). Hal ini tidak terlepas dari latar belakang bahwa
masyarakat milenial merupakan masyarakat yang tumbuh saat internet
sedang berkembang pesat.
Generasi milenial adalah generasi yang unik dengan ciri khasnya, yakni
3C: (1) Creative yang identik dengan banyaknya ide dan gagasan serta
berpikir out of the box; (2) Confidence yang identik dengan kepercayaan diri
yang tinggi dan berani mengungkapkan pendapatnya tanpa ragu; dan (3)
Connected yang identik dengan kepandaian bersosialisasi dan berselancar di
internet yang menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok (H. Ali,
Purwandi, Nugroho, Ekoputri, & Halim, 2017). Hal inilah yang membuat
masyarakat milenial mudah untuk mengakses atau bahkan membuat meme
dengan adanya 3C yang melekat pada masyarakat milenial tersebut.
Pada titik ini, masyarakat milenial memasuki ideologi Web 2.0, yakni
ketika sesama pengguna internet bisa saling berbagi informasi yang dalam hal
ini mereka bisa menjadi produsen informasi sekaligus konsumennya.
32
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Sehingga, ada timbal-balik antar pengguna. Hal tersebut tidak terlepas dari
kemunculan berbagai media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram,
Whatsapp, dan Line (Haeri, 2019).
Secara umum, meme bisa dijadikan sebagai media pembelajaran di
berbagai mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia (Erawati, Mulyati, &
Sastromiharjo, 2008; Gumelar & Mulyati, 2018; Khomariyah, 2016), Bahasa
Jawa (Aribowo, 2018), Pendidikan Agama Islam (Alwi, 2018), Aqidah
Akhlak (Sulthani, 2016), Pendidikan Jasmani (Sumarsono & Sianturi, 2018),
Fisika (Irwandani & Juariyah, 2016), Matematika (Serano, 2018), dan
Pendidikan Kewarganegaraan (Amri, 2018).
Adapun untuk pembelajaran sejarah, meme juga bisa dijadikan sebagai
media pembelajaran sejarah. Hal ini disampaikan Mufarikha (2019) di dalam
penelitiannya, yakni meme sebagai media pembelajaran efektif dalam
meningkatkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII MTs NU 01 Cepiring.
Selain itu, Silva (2019) mengungkapkan bahwa meme sejarah dapat
digunakan dalam pembelajaran IPS ketika membahas mengenai Sejarah
Amerika. Hal ini pun dilakukan oleh Manggong (2019) yang menggunakan
meme sejarah dalam kegiatan pembelajaran pada mata kuliah Survey of
Contemporary Literature in English (SCLE) dan Further Studies in Prose
(FSIP), hasilnya ditemukan bahwa meme menjadi media dalam
menjembatani pemahaman mahasiswa terhadap karya sastra yang dibahas di
kelas.
Meskipun tidak dilakukan di dalam pembelajaran sejarah, namun meme
sejarah tersebut dapat menjadi media pembelajaran di luar pembelajaran
sejarah. Meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah karena
menurut Enthoven (2019), meme lebih mudah diingat daripada flashcards.
Melalui meme, peserta didik dapat menumbuhkan keterampilan media digital
mereka.
Terkait dengan sesi informan memberikan persepsinya terhadap meme-
meme yang ditayangkan melalui Google Meet, para informan memiliki
33
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
persepsi yang berbeda-beda tergantung dengan penafsirannya terhadap meme
tersebut. Adapun, untuk menengahi perbedaan penafsiran tersebut, maka
peneliti memberikan interpretasi dari setiap meme tersebut sebagai berikut:
Gambar 1. Meme Avengers
Sumber:
https://www.facebook.com/meme.ikhwan.akhwat/posts/912011562490030?
comment_id=912135115811008&comment_tracking=%7B%22tn%22%3A
%22R%22%7D
Meme ini menggambarkan bahwa kehebatan dunia magis di Indonesia
yang dalam hal ini disebut sebagai dukun oleh kreator tidaklah sehebat
pandangan pandangan masyarakat Indonesia, hal tersebut dikarenakan
Indonesia yang dalam hal ini disebut sebagai Nusantara oleh kreator tetap saja
dijajah oleh bangsa asing, padahal kalau dukun Indonesia hebat, maka
Indonesia tidak akan pernah dijajah. Di akhir kalimat dalam gambar,
dijelaskan bahwa dukun yang hebat hanya ada di film Avengers: Infinity War
yang digambarkan sebagai sosok Doctor Strange, seorang pahlawan dalam
Marvel yang memiliki kekuatan magis, dan sosok itu pun merupakan fiksi,
bukanlah asli yang ada di dunia nyata. Oleh karena itu, melalui meme ini guru
dapat memberikan pandangan bahwa hal-hal yang bersifat magis tidak bisa
dipercayai 100% dalam peristiwa sejarah.
34
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 2. Meme Nusantara
Sumber: https://1cak.com/2554983
Meme ini terdiri dari tiga panel yang berisi percakapan antara orang
‘berwarna hitam’ dengan orang ‘berwarna biru’. Pembaca bisa membaca
meme ini dari atas, lalu ke pojok kiri bawah, lalu pojok kanan bawah. Orang
‘berwarna’ hitam memberikan pendapat bahwa apabila Belanda tidak datang
untuk menjajah negeri yang saat itu bernama Nusantara, kemungkinan bangsa
dan negara yang bernama Indonesia di kemudian hari tidak akan ada, karena
nama Indonesia sendiri diperkenalkan oleh James R. Logan, orang Skotlandia
yang kemudian diadaptasi oleh para pelajar Hindia Belanda yang
menginginkan identitas bagi bangsa mereka, semenjak itulah mulai dikenal
istilah Indonesia (Welianto, 2020). Maka dari itu, orang ‘berwarna hitam’
memberikan pendapatnya demikian dan akhirnya orang ‘berwarna biru’
meskipun berat untuk menyetujui pendapat tersebut, akhirnya ia setuju
dengan pendapat orang ‘berwarna hitam’ dan diberikan ‘fun’, fitur yang ada
di dalam 1cak.com, situs yang memuat meme-meme Indonesia. Oleh karena
itu, guru dapat memberikan pandangan kepada peserta didik melalui meme
ini bahwa ada hikmah di balik penjajahan yang dilakukan oleh Belanda,
meskipun penjajahan sesuatu hal yang buruk, namun hikmahnya adalah
terbentuknya Indonesia.
35
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 3. Meme Penjajahan Perancis
Sumber: Dokumen Pribadi
Meme ini merupakan template yang biasanya ada di dalam situs-situs
meme. Template ini dinamai ‘Philosoraptor’ yang diidentikkan dengan
kegiatan perenungan (Kikinak, 2009). Pada meme tersebut ada perenungan
bahwa benar atau tidaknya Indonesia pernah dijajah oleh Perancis. Hal ini
didasari bahwa adanya pendirian Republik Bataaf pada abad ke 18, karena
saat itu Perancis menguasai Belanda dan seluruh wilayah jajahannya
termasuk Indonesia yang sempat dipimpin oleh tokoh terkenal bernama
Daendels, maka dari itu secara tidak langsung Indonesia sempat dijajah oleh
Perancis (Raditya, 2020). Hal ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk
merangsang keingintahuan melalui meme tersebut bahwa Indonesia pernah
dijajah oleh Perancis.
Gambar 4. Meme Persamaan Belanda dengan Jepang
Sumber: https://1cak.com/2086014
36
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Meme ini diambil dari salah satu adegan dalam animasi SpongeBob
SquarePants ‘The Gentle Laborer Shall No Longer Suffer’. Meme ini terdiri
dari enam panel yang bisa dibaca dari pojok kiri atas, lalu ke pojok kanan
atas, lalu ke kolom dua kiri, lalu ke kolom dua kanan, lalu ke pojok kiri
bawah, lalu ke pojok kanan bawah. Pada meme tersebut memperlihatkan
Jepang yang digambarkan oleh Squidward memberikan harapannya bahwa
Jepang datang ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman
Belanda yang menindas mereka. Pada awalnya rakyat Indonesia senang
dengan kedatangan Jepang dengan semboyan 3A, akan tetapi dalam
perkembangannya rakyat Indonesia merasa bahwa Jepang sama saja dengan
Belanda, yakni menindas mereka juga. Melalui meme tersebut, guru dapat
menjelaskan secara singkat mengenai kedatangan Jepang yang awalnya
dikira oleh bangsa Indonesia dapat membebaskan mereka, namun
kenyataannya tetap saja menguasai Indonesia.
Gambar 5. Meme Niat Pendudukan Jepang
Sumber: https://1cak.com/2492956
Meme ini merupakan template yang biasanya ada di dalam situs-situs
meme. Template ini dinamai ‘Trojan Horse Object Labels’ yang diidentikkan
dengan adanya niat tersembunyi dari seseorang yang memberikan hadiah
(Matt, 2018a). Meme tersebut mengilustrasikan Jepang yang datang ke
Indonesia dengan semboyan 3A diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia,
namun ternyata Jepang punya niatan yang tersembunyi, yakni ingin
menguasai Indonesia. Sama seperti meme pada Gambar 4, guru dapat
37
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
menjelaskan secara singkat mengenai kedatangan Jepang yang awalnya
diterima oleh bangsa Indonesia karena semboyannya, namun kenyataannya
tetap saja menguasai Indonesia.
Gambar 6. Meme Seikerei
Sumber: https://1cak.com/2382532
Meme ini diambil dari salah satu adegan dalam film ‘Avengers: Infinity
War’ dengan tokohnya adalah Black Panther yang menyebut ‘We don’t do
that here’ yang artinya adalah kami tidak melakukan hal tersebut di sini
(Matt, 2018b). Meme tersebut menggambarkan mengenai peristiwa ketika
Jepang menginginkan masyarakat Indonesia untuk melakukan Seikerei, yakni
menghormati matahari dengan cara membungkukkan badan, namun hal
tersebut ditolak oleh golongan santri dan agamis yang menganggap bahwa
Seikerei tidak sesuai dengan tuntunan agama yang mereka jalani. Di sini guru
dapat memberikan penjelasan bahwa Seikerei tidak sesuai dengan tuntunan
agama yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia dan terjadi penolakan
hingga berujung pada pertempuran seperti yang dilakukan masyarakat
Tasikmalaya dan dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa pada 25 Februari 1944
(Fadillah, 2019).
38
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 7. Meme Pemberontakan Peta
Sumber: https://1cak.com/2541445
Meme ini menggambarkan percakapan guru dengan peserta didiknya
yang terpecah suaranya ketika guru menyatakan akan mengadakan studi tur
ke Blitar. Menurut peserta didik perempuan, lebih baik ke Lombok daripada
ke Blitar, namun menurut peserta didik laki-laki, mereka menyetujuinya dan
langsung berpikiran mengenai peristiwa yang terjadi di Blitar, yakni
Pemberontakan Peta dan pemimpin pemberontakan, Supriyadi. Meskipun
cenderung seksisme, namun melalui meme ini guru dapat mengingatkan
kembali bahwa ketika melakukan wisata ke suatu tempat, jangan hanya
mengingat wisata alamnya saja, namun perlu juga mengingat peristiwa
sejarah yang ada di tempat tersebut, sehingga bisa dilakukan wisata sejarah
di dalamnya.
39
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 8. Meme Pendudukan Jepang 3,5 Tahun
Sumber: https://1cak.com/2614210
Meme yang diambil dari salah satu adegan dalam animasi SpongeBob
SquarePants ‘Rock – a – Bye Bivalve’ ini terdiri dari delapan panel yang bisa
dibaca dari pojok kiri atas, lalu ke pojok kanan atas, lalu ke kolom dua kiri,
lalu ke kolom dua kanan, dan seterusnya. Meme menyindir adanya anggapan
yang dalam hal ini digambarkan oleh Patrick bahwa Jepang hanya 3,5 tahun
saja menduduki Indonesia, sehingga tidak memberikan dampak negatif yang
besar terhadap Indonesia, namun hal ini ditentang yang dalam hal ini
digambarkan oleh SpongeBob bahwa dampak negatifnya bagi Indonesia
sangat besar, yakni adanya pemerasan SDA, Jugun Ianfu, penangkapan K.H.
Hasyim Asy’ari, wabah kelaparan, rakyat yang hanya mengenakan karung
goni sebagai pakaiannya, hingga yang terakhir adalah Romusha. Hal ini bisa
dimaknai oleh guru bahwa penjajahan bukanlah suatu hal yang baik,
meskipun itu terjadi secara singkat.
40
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 9. Meme Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Sumber:
https://www.reddit.com/r/BikiniBottomTwitter/comments/92m4lq/good_gu
y_murica/
Meme ini mengambil latar dari salah satu adegan dalam animasi
SpongeBob SquarePants ‘Squidward the Unfriendly Ghost’ yang terdiri dari
enam panel yang bisa dibaca dari pojok kiri atas, lalu ke pojok kanan atas,
lalu ke kolom dua kiri, lalu ke kolom dua kanan, lalu ke pojok kiri bawah,
lalu ke pojok kanan bawah. Meme ini menggambarkan peristiwa pengeboman
atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Pada meme tersebut, Jepang yang
dalam hal ini digambarkan oleh Squidward yang sedang santai meminta
Indonesia yang dalam hal ini digambarkan oleh SpongeBob untuk
‘menjamunya’, maka dari itu SpongeBob memberikan berbagai jamuan
seperti anggur dan pisang, hal ini diidentikkan dengan Indonesia yang banyak
‘memberikan’ SDA dan SDM bagi Jepang saat itu, namun Amerika Serikat
(AS) yang dalam hal ini digambarkan oleh Patrick memberikan ‘jamuan’
yang lain kepada Squidward, yakni semangka, hal ini diidentikkan dengan
peristiwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang oleh AS
masing-masing pada 6 dan 9 Agustus 1945 (Hasan, 2018). Melalui meme ini,
guru dapat memberikan gambaran peristiwa pengeboman atom di Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang yang dilakukan oleh AS.
41
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Gambar 10. Meme Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Sumber: https://1cak.com/2417727
Meme ini diambil dari beberapa bagian dalam animasi SpongeBob
SquarePants. Panel atas menggambarkan peristiwa pembacaan teks
proklamasi oleh Sukarno yang dalam hal ini digambarkan oleh Mr. Krabs,
setelah peristiwa proklamasi, rakyat bersorak-sorak gembira dengan berteriak
merdeka dan juga mengibarkan bendera merah putih yang dalam hal ini
digambarkan oleh SpongeBob dan Patrick di panel tengah dan bawah. Guru
melalui meme ini dapat mengilustrasikan kegembiraan rakyat Indonesia
ketika proklamasi dibacakan saat itu.
Gambar 11. Meme Penolakan Sukarno
Sumber: https://1cak.com/2552824
42
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Meme tersebut merupakan salah satu adegan dalam animasi Looney
Tunes ‘Bugs Bunny's "No"’. Meme ini menggambarkan peristiwa adanya
pasukan Barisan Pelopor yang terlambat datang dalam pembacaan teks
proklamasi, bahkan saat itu mereka meminta agar Sukarno membacakan
proklamasi sekali lagi, namun sosok Sukarno yang dalam hal ini digambarkan
oleh Bugs Bunny menolaknya, karena proklamasi hanya dibacakan satu kali
dan berlaku untuk selama-lamanya (Johari, 2020). Meme ini dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk menggambarkan peristiwa keinginan pasukan
Barisan Pelopor untuk Sukarno membacakan ulang proklamasi.
Gambar 12. Meme Suka Cita Rakyat Indonesia
Sumber: https://1cak.com/2415909
Meme ini diambil dari salah satu adegan dalam animasi SpongeBob
SquarePants yang memperlihatkan Patrick yang begitu senang. Patrick di
meme tersebut ‘mewakili’ rakyat Indonesia yang senang mendengarkan
proklamasi dibacakan melalui radio. Melalui meme tersebut, guru dapat
memberikan gambaran mengenai kegembiraan rakyat Indonesia dalam
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, dengan beberapa contoh meme yang ada, maka meme
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah yang menarik para
pembacanya. Meme secara umum lebih diakui sebagai imitasi yang
mengandung parodi, sebab pengguna internet lebih mudah menyerap
informasi humor daripada informasi yang terlalu serius. Di sisi lain, kesulitan
43
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
kreator meme untuk mencapai kebenaran sejarah melalui meme yang
dibuatnya merupakan ruang yang tersedia bagi sejarawan untuk tetap hadir,
memperingati, dan memberi kritik atas kekurangan mereka (Haeri, 2019).
Melalui meme, peserta didik tidak perlu lagi mempertanyakan alasan mereka
belajar tentang suatu peristiwa sejarah, karena meme dapat secara tiba-tiba
berhubungan dengan media, emosi, dan gambar yang sudah dikenal selama
ini (Enthoven, 2019).
Hal ini bisa dimanfaatkan oleh guru/dosen bahwa dalam proses
pembelajaran sejarah bisa diselingi dengan penggunaan meme sebagai media
pembelajaran dengan tetap memberikan fakta sejarah di dalam suatu
peristiwa, dengan kata lain meme dapat dijadikan sebagai alternatif media
pembelajaran sejarah, sehingga pembelajaran sejarah dapat berlangsung
dengan baik.
2. Kriteria Meme dalam Media Pembelajaran Sejarah
Tidak ada kriteria yang baku dalam menentukan ideal atau tidaknya
suatu meme yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah,
namun setidaknya terdapat enam kriteria ideal meme yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran sejarah yang peneliti tawarkan, yakni: (1)
menggunakan gambar yang menarik mata para pembacanya, seperti
pemilihan warna yang tepat dan font tulisan yang tidak kaku; (2) panel yang
tidak terlalu panjang; (3) pesan yang ada di dalam meme dapat tersampaikan,
oleh karena itu hindari penyampaian pesan yang menggantung; (4)
memancing para pembacanya untuk mengetahui suatu peristiwa sejarah; (5)
gambar yang digunakan tidak harus menggunakan foto atau gambar sejarah
yang berkaitan dengan suatu peristiwa sejarah, akan tetapi bisa digunakan
gambar-gambar yang familiar atau viral bagi para pembacanya, namun
dengan nuansa suatu peristiwa sejarah tersebut; (6) gambar yang digunakan
tidak melecehkan seseorang, golongan, dan masyarakat serta tidak
mengandung SARA.
44
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
3. Konten Meme dalam Media Pembelajaran Sejarah
Semua konten sejarah dapat dijadikan meme sebagai media
pembelajaran sejarah, baik itu sejarah Indonesia yang membahas dari masa
praaksara hingga reformasi dan juga sejarah dunia, seperti Revolusi yang ada
di dunia, Perang Dunia I, Perang Dunia II, hingga Perang Dingin. Di sini
terdapat peran guru/dosen dalam memilih meme di internet yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran atau bahkan guru/dosen juga dapat
membuat meme tersebut apabila tidak ada meme yang cocok di internet.
Tahapan selanjutnya, guru/dosen juga dapat memberi tugas kepada
peserta didik/mahasiswa untuk membuat meme suatu peristiwa sejarah,
sehingga dapat mengasah kreativitas mereka. Dalam hal ini, baik itu
guru/dosen maupun peserta didik/mahasiswa dapat memanfaatkan situs-situs
yang ada, seperti 1cak.com, 9gag.com, knowyourmeme.com, dan
memegenerator.net.
45
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meme dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran sejarah yang menarik para pembacanya, yang
saat ini mayoritas pembacanya adalah masyarakat milenial. Meski dalam
prosesnya guru/dosen harus memberikan pemahaman mengenai meme yang
ada, dengan kekuatan meme sebagai stimulus bagi para pembacanya untuk
mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi
humor atau lelucon, sehingga ringan untuk dibaca, maka hal ini bisa
dimanfaatkan oleh guru/dosen bahwa dalam proses pembelajaran sejarah bisa
diselingi dengan penggunaan meme sebagai media pembelajaran dengan
tetap memberikan fakta sejarah di dalam suatu peristiwa, dengan kata lain
meme dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran sejarah,
sehingga pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan baik dan menarik.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang ada, maka peneliti menyarankan
kepada penelitian berikutnya untuk lebih menggali lagi potensi meme sebagai
media pembelajaran sejarah dengan melakukan penelitian berbasis mix
methods dengan harapan dapat menguraikan lebih dalam lagi penggunaan dan
keefektifan meme sebagai media pembelajaran sejarah. Sehingga, guru/dosen
dapat secara masif menggunakan meme sebagai media pembelajaran sejarah
dengan harapan pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan lebih baik
dan lebih menarik lagi.
46
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI
Jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal Paramita – Historical Studies Journal
2 Website Jurnal https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita
3 Status Makalah Submitted/Review/Accepted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi
5 Tanggal Submit 25 Oktober 2020
6 Bukti Screenshot submit
Pemakalah di seminar
IDENTITAS SEMINAR
1 Nama Seminar International Conference on Natural and Social Science
Education (ICNSSE) 2020
2 Website Seminar https://conference.uhamka.ac.id/lic/
3 Status Makalah Accepted
4 Tanggal Submit 7 Oktober 2020
5 Bukti Screenshot submit
47
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI
Hasil Penelitian Perlu riset lebih lanjut untuk lebih menggali lagi potensi
meme sebagai media pembelajaran sejarah dengan
melakukan penelitian berbasis mix methods dengan harapan
dapat menguraikan lebih dalam lagi penggunaan dan
keefektifan meme sebagai media pembelajaran sejarah.
Sehingga, guru/dosen dapat secara masif menggunakan
meme sebagai media pembelajaran sejarah dengan harapan
pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan lebih baik
dan lebih menarik lagi.
Rencana Tindak
Lanjut
Setelah penelitian ini selesai, peneliti ingin meneruskan
roadmap penelitian yang dibuat, yakni meneliti mengenai
‘Persepsi dan Profil Guru Sejarah SMA/Sederajat Tentang
Kurikulum 2013 dan Implementasinya’. Sehingga,
diharapkan penelitian mengenai Kurikulum 2013,
khususnya bagi pembelajaran sejarah akan dapat lebih
komprehensif lagi.
48
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Absor, N. F., Umasih, U., & Kurniawati, K. (2019). Pembelajaran Sejarah di SMK
Era Revolusi Industri 4.0: Tantangan dan Peluang. Jurnal Teori Dan Praksis
Pembelajaran IPS, 4(2), 59–65.
https://doi.org/10.17977/um022v4i22019p059
Alfian, M. (2011). Pendidikan Sejarah Dan Permasalahan Yang Dihadapi. Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 3(2), 1–8. https://doi.org/10.30595/jkp.v3i2.643
Ali, H., Purwandi, L., Nugroho, H., Ekoputri, A. W., & Halim, T. (2017). The
Urban Middle-Class Indonesia: Financial and Online Behavior. Retrieved
from https://alvara-strategic.com/wp-content/uploads/whitepaper/The-Urban-
Middle-Class-Millenials.pdf
Ali, M., & Asrori, M. (2014). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Allifiansyah, S. (2017). Kaum Muda, Meme, dan Demokrasi Digital di Indonesia.
Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 13(2), 151.
https://doi.org/10.24002/jik.v13i2.676
Alwi, R. M. P. (2018). Pengaruh Penggunaan Media Meme Komik dan Mind
Mapping Terhadap Partisipasi Siswa Sman 1 Sentolo. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Amri, S. (2018). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS
VISUALISASI MEME KOMIK DAN GAMBAR KARTUN MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP
NEGERI 2 BERBAH. E-Jurnal Skripsi Program Studi Teknologi Pendidikan,
7(2), 205–214.
Andarwati, M. (2019). Pembelajaran Sejarah Kontekstual, Kreatif, Menyenangkan
di Kelas Dengan “Power Director” bagi Generasi Z. Jurnal Pendidikan
Sejarah Indonesia, 2(1), 64–81.
https://doi.org/10.17977/um033v2i12019p064
Aribowo, E. K. (2018). Digitalisasi Aksara Jawa Dan Pemanfaatannya Sebagai
Media Pembelajaran Bagi Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Smp Kabupaten Klaten. Warta LPM, 21(2), 59–70.
https://doi.org/10.23917/warta.v21i2.5620
Astriningrum, W. (2018). HIGH TECH HIGH IMPACT; MENYELISIK
PENGARUH TEKNOLOGI BAGI ANAK-ANAK (1st ed.; S. Adams, Ed.).
Yogyakarta: Psikologi Corner.
AYP. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Blackmore, S. (2000). The power of memes. Scientific American, 283(4).
https://doi.org/10.1038/scientificamerican1000-64
Budiati, I., Susianto, Y., Adi, W. P., Ayuni, S., Reagan, H. A., Larasaty, P., …
49
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Saputri, V. G. (2018). Profil Generasi Milenial Indonesia. 1–153.
CSK. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
DA. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Dawkins, R. (2018). The Selfish Gene (2nd ed.). Jakarta: KPG.
Enthoven, M. (2019). Make History Lessons Relevant Using Memes in the
Classroom. Retrieved from kapwing.com website:
https://www.kapwing.com/resources/make-history-lessons-relevant-using-
memes-in-the-classroom/
Erawati, N., Mulyati, Y., & Sastromiharjo, A. (2008). Menggagas meme sebagai
media pembelajaran dalam menulis argumentasi. Seminar Internasional Riksa
Bahasa XIII, 1423–1432. Retrieved from
http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/1026/931
Fadillah, N. Al. (2019). K.H. Zainal Mustafa dan Pertempuran Tasikmalaya.
Retrieved from jabarprov.go.id/ website:
http://disdik.jabarprov.go.id/news/918/k.h.-zainal-mustafa-dan-pertempuran-
tasikmalaya
Falahudin, I. (2014). Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 1(4), 104–117.
Gumelar, F., & Mulyati, Y. (2018). Meme: Dapatkah Meningkatkan Kemampuan
Siswa Dalam Menulis Teks Anekdot? JSSH (Jurnal Sains Sosial Dan
Humaniora), 2(1), 105–117. https://doi.org/10.30595/jssh.v2i1.2315
Haeri, I. Z. (2019). Foto Sejarah Pada Media Digital: Pewarnaan Dan Meme
Berkonten Sejarah. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, 3(1), 14.
https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.43884
Hasan, A. M. (2018). Mengapa Sekutu Memilih Hiroshima & Nagasaki untuk
Dibom? Retrieved from tirto.id website: https://tirto.id/mengapa-sekutu-
memilih-hiroshima-nagasaki-untuk-dibom-cucQ
HS. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Irwandani, I., & Juariyah, S. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa
Komik Fisika Berbantuan Sosial Media Instagram sebagai Alternatif
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(1), 33.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v5i1.103
Johari, H. (2020). Detik-Detik Usai Proklamasi. Retrieved from historia.id website:
https://historia.id/politik/articles/detik-detik-usai-proklamasi-6anZN
Juditha, C. (2015). Meme di Media Sosial: Analisis Semiotik Meme Haji Lulung.
Pekommas, 18(2), 105–116. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/62566/
Juza, M. (2013). Internet memes – creation, distribution, social meaning. Studia
50
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Medioznawcze Media Studies, 55(4), 1–15.
Khomariyah, N. (2016). PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS MEMO
MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NONEXAMPLES DENGAN MEDIA
MEME PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 BAE KUDUS.
Universitas Negeri Semarang.
Kikinak. (2009). Philosoraptor. Retrieved from knowyourmeme.com website:
https://knowyourmeme.com/memes/philosoraptor
Lalo, K. (2018). Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter dengan Pendidikan
Karakter guna Menyongsong Era Globalisasi. Ilmu Kepolisian, 12(2), 68–75.
MAF. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Manggong, L. (2019). The Use of Memes and Whatsapp Message in Teaching
Literature. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1), 12–
22. https://doi.org/10.21009/aksis.030102
Matt. (2018a). Trojan Horse Object Labels. Retrieved from knowyourmeme.com
website: https://knowyourmeme.com/memes/trojan-horse-object-labels
Matt. (2018b). We Don’t Do That Here. Retrieved from knowyourmeme.com
website: https://knowyourmeme.com/memes/we-dont-do-that-here
Merriam-Webster. (n.d.). Meme. Retrieved from merriam-webster.com website:
https://www.merriam-webster.com/dictionary/meme
MH. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
MRAEP. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Mufarikha, I. (2019). Efektifitas Penggunaan Meme Sebagai Media Pembelajaran
Terhadap Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) Kelas VIII MTS NU 01 Cepiring. Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
Mulyana, D. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif (9th ed.). bandung: Remaja
Rosdakarya.
Penetrasi & Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia. (2018). Retrieved from
https://apjii.or.id/survei2018/download/y4pPW8E056oxtwuhYAejflmviH9rg
q
Putri, W. S. R., Nurwati, N., & S., M. B. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap
Perilaku Remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
3(1). https://doi.org/10.24198/jppm.v3i1.13625
Raditya, I. N. (2020). Republik Batavia Bikin Sengsara Rakyat Indonesia.
Retrieved from tirto.id website: https://tirto.id/republik-batavia-bikin-
sengsara-rakyat-indonesia-cDsd
Rahayu, S., Herman, D. Z., & Sastra, A. Z. (2019). Meme : Gaya Komunikasi Baru
51
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
Dalam Interaksi Digital. Prosiding COMNEWS Conference on
Communication and New Media Studies, 285–295.
RR. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
RV. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
Sayono, J. (2013). Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis.
Sejarah Dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 7(1), 9–
17. Retrieved from http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-
budaya/article/view/4733
Serano, S. (2018). 5 ways to use memes with students. Retrieved from iste.org
website: https://www.iste.org/explore/In-the-classroom/5-ways-to-use-
memes-with-students
Silva, L. (2019). To Meme or Not to Meme? Using Memes to Teach Media Literacy
Skills. Retrieved from kqed.org website:
https://www.kqed.org/education/531438/to-meme-or-not-to-meme-using-
memes-to-teach-media-literacy-skills
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Evaluasi. Bandung: Alfabeta.
Sulthani, M. A. (2016). Pengembangan Meme Comic Sebagai Media Pembelajaran
Aqidah Akhlak Di Mts Mujahidin Mojokerto. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sumarsono, A., & Sianturi, M. (2018). Implementation interactive media and
characterized meme media: A comparation study. Journal of Education and
Vocational Research, 9(1), 10–16.
Syahputra, F. P. (2018). Meme Ideational Meaning: Multimodal Interpretation.
Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA), 1(1),
022–032. https://doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.136
Welianto, A. (2020). Sosok Pria Skotlandia Pencetus Nama Indonesia. Retrieved
from kompas.com website:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/08/120000669/sosok-pria-
skotlandia-pencetus-nama-indonesia?page=all
Wijayanti, K. D. (2015). Meta Pesan dalam Perspektif Meme. PROSIDING
PRASASTI, 203–207.
Wirawan. (2016). Evaluasi: Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan
Profesi. Jakarta: Rajawali Pers.
Yin, R. K. (2019). Studi Kasus: Desain dan Metode. Depok: Rajawali Pers.
Zannettou, S., Cauleld, T., Blackburn, J., De Cristofaro, E., Sirivianos, M.,
Stringhini, G., & Suarez-Tangil, G. (2018). On the origins of memes by means
of fringe web communities. Proceedings of the ACM SIGCOMM Internet
Measurement Conference, IMC, (Imc), 188–202.
https://doi.org/10.1145/3278532.3278550
52
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
ZHYP. (2020). Meme sebagai Media Pembelajaran Sejarah.
53
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id
LAMPIRAN
A. Artikel Ilmiah
B. Pemakalah di Seminar
54
Created by Lemlitbang UHAMKA │ simakip.uhamka.ac.id │lemlit.uhamka.ac.id