Membuka Keterisolasian Melalui Pendidikanhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Warta... ·...
Transcript of Membuka Keterisolasian Melalui Pendidikanhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Warta... ·...
-
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
3
SETIAP WARGA negara berhak untuk
mendapat pendidikan. Demikianlah
amanat yang dituangkan dalam pasal 31
ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Salah satu tujuan pendidikan
adalah meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan salah satu cara untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah membuka
akses sumber belajar yang dekat dengan
domisili peserta didik. Inilah yang
menjadi pertimbangan pemerintah dalam
membentuk Program Studi di Luar Kampus
Utama (PSDKU) yang dituangkan melalui
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2017. Sebelumnya, PSDKU
lebih dikenal dengan Program Studi di Luar
Domisili (PDD) yang penyelenggaraannya
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 30 Tahun 2009.
Menindaklanjuti amanat peraturan di atas,
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melalui
keputusan Rektor Unsyiah membuka
kampus PDD di Kabupaten Gayo Lues pada
tahun 2014. Tujuan pembukaan kampus
ini untuk membuka akses pendidikan lebih
luas di Aceh, terutama bagi warga yang
berada di wilayah tengah dan tenggara
Aceh. Selain itu, kehadiran kampus ini
diharapkan dapat membuka keterisolasian
daerah yang berada di gugusan Bukit
Barisan dan Gunung Leuser ini.
Unsyiah selaku wakil pemerintah pusat
dalam penyelenggaraan pendidikan terus
berupaya meningkatkan pelaksanaan
Tri Dharma Perguruan Tinggi di PSDKU
Gayo Lues. Terbukti hadirnya kampus ini
membuka akses komunikasi dan informasi
sehingga memudahkan masyarakat.
Bahkan, jaringan internet juga dapat
dinikmati dengan baik oleh masyarakat
sehingga memudahkan proses belajar
mengajar. Puncaknya pada tahun
2016 lalu, bertepatan dengan hari jadi
Unsyiah ke-55 tahun, kampus ini beserta
Pemerintah Aceh melaksanakan Bakti
Sosial Terintegrasi di kabupaten Seribu
Bukit ini. Kegiatan tersebut disamping
untuk memperkenalkan kampus ini,
juga merupakan wujud pengabdian dan
perhatian Unsyiah bagi masyarakat Aceh.
(Redaksi)
MembukaKeterisolasianMelalui Pendidikan
HUSNI FRIADY, S.T., M.M.
IFTITAH
-
EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
5
IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS
PEMBINA
PENASIHAT BIDANG REDAKSI
PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKTUREDITORPEWARTA
FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGANLOGISTIKSIRKULASIWEB MASTER
STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)
Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Reza Fahlevi, S.I.PMuarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.EIbnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si | Fahmi Risnaldi, S.PdSyahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinRika Marlia, S.E., M.M.Munawar, S.H.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom
WARTA UNSYIAHEDISI 212 . JUNI 2017
ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN
DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA
REDAKSI WARTA UNSYIAH
[email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAMuniv_syiahkualaEMAILwarta@unsyiah.ac.id
Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)
WARTAGeliat Pendidikan di PSDKU Gayo Lues
POLEMMeunyoe hana ligat digulong le ureung barat
SAG
OE
PO
LEM
IFTITAH 3MEMBUKA KETERISOLASIAN MELALUI PENDIDIKAN
EDUKASI 8-9URGENSI QANUN PENDIDIKAN KEBENCANAAN
MAHASISWA 10-11MAHASISWA UNSYIAH CIPTAKAN ROBOT POINTER
FOKUS 12-17GELIAT PENDIDIKAN DI PSDKU GAYO LUESFOKUS PADA OPTIMALISASI PEMBELAJARAN
PROFIL 18-19HIDUP DENGAN SKALA PRIORITAS
PENGABDIAN 20-22BERINOVASI UNTUK MENGABDI
RELIGIA 24-25ISLAM INDONESIA SEBAGAI TELADAN DUNIA
PERSPEKTIF 26-27HUKUMAN CAMBUK DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI
RISET 28-29MERAMU TEH DAUN KOPI
KREATIF 30-31PUISI-PUISI MUKSIN ALATAS
FAKULTAS 36-37MENEBAR MANFAAT DI BULAN PENUH BERKAH
ENGLISH 38-39LEARNING RESPECT FROM YOUTH EXCHANGE PROGRAM
ASPIRASI 46-47BAGAIMANA MENURUT KAMU PROGRAM RAMADAN DI KAMPUS (RDK) UNIVERSITAS SYIAH KUALA?
10
4 DAFTAR ISIREDAKSI
20
18
-
6
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
7
Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah. Fungsi serta manfaat laboratorium digunakan sebagai sarana (alat) untuk membantu belajar memahami metode ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Teori yang disertai dengan praktikum merupakan salah satu pemecahan masalah secara ilmiah.
-
8
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
9
Urgensi QanunPendidikan Kebencanaan
semester lalu. Sebab bagi Unsyiah,
materi pendidikan kebencanaan menjadi
kebutuhan mendesak bagi generasi
muda Aceh agar menjadi generasi siaga
dan tangguh.
Selain menyusun naskah akademik
kebencanaan, Unsyiah melalui Tim Satgas
Pemulihan Pasca Gempa Pidie Jaya juga
telah merumuskan enam aksi prioritas
lainnya demi pemulihan Kabupaten Pidie
Jaya pasca gempa. Enam aksi prioritas
tersebut adalah pendampingan proses
pembangunan fisik dan infrastruktur,
membangun rumah sakit kontainer,
pemetaan patahan gempa, Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Tematik, mendorong
pembangunan Rumoh Pembelajaran
Gempa di Aceh, dan penyusunan
naskah akademik Qanun Pendidikan
Kebencanaan.
“Sangat penting bagi Aceh untuk
melahirkan naskah akademik
pendidikan kebencananaan agar
menjadi pembelajaran bukan hanya bagi
masyarakat Aceh dan Indonesia, tetapi
juga dunia,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penyusunan
Naskah Akademik Qanun Pendidikan
Kebencanaan Unsyiah, Drs. Denni
Iskandar, M.Pd., menyebutkan pertemuan
ini merupakan rangkaian dari aksi Satgas
Unsyiah.
“Aceh sebagai daerah yang rawan
bencana sudah sepatutnya memiliki
kurikulum pendidikan yang mempelajari
tentang kebencanaan,” tegasnya.
Menurut Denni, korban bencana dapat
diminimalisir jika masyarakat memiliki
pemahaman yang baik sekaligus memiliki
kesiapsiagaan dalam bencana. Terlebih
lagi menurut Data dan Informasi Bencana
Indonesia (DIBI), Aceh merupakan daerah
tertinggi di Indonesia yang sering dilanda
bencana. Tercatat sejak tahun 1815
“Aceh merupakan wilayah rawan
bencana, kita ingin pendidikan
kebencanaan juga diajarkan sebagai
mata pelajaran wajib di SD hingga SMA
di seluruh Aceh,” lanjutnya.
Menyadari Aceh sebagai daerah
rawan bencana, Unsyiah merasa perlu
mengambil peran dalam menyikapi
kesiapsiagaan terhadap bencana
melalui pendidikan kebencanaan. Hal
ini dibuktikan dengan mewajibkan
mahasiswa baru untuk mengikuti mata
kuliah Mitigasi Bencana dan Lingkungan
Hidup yang telah dimulai sejak dua
hingga 2017 terdapat 1.057 bencana di
Aceh.
“Maka pertemuan hari ini adalah upaya
menjaring dan menyerap masukan dari
berbagai pihak baik secara filosofis,
sosiologis, dan yuridis sehingga semakin
memperkaya hasil naskah akademik yang
sedang disusun,” pungkasnya.
Fasilitator FGD Dr. Yanis Rinaldi,
S.H., M.hum., menambahkan,
naskah akademik tersebut nantinya
akan dijadikan sebagai draft qanun.
Kemudian diserahkan kepada pihak
Dewan Perwakilan Rakyat Aceha (DPRA)
berupa usul inisiatif. Kegiatan ini turut
menghadirkan 34 pengambil kebijakan
dan pakar di bidang pendidikan dan
kebencanaan baik lokal maupun nasional.
Hadir pula berbagai unsur masyarakat
seperti pengawas sekolah, guru, aktivis
lingkungan, perwakilan media, organisasi
kemasyarakatan, akademisi, pakar
bencana, hingga pemuka agama. (mr)
EDUKASIEDUKASI
“Berbagai hasil riset kebencanaan menyimpulkan bahwa banyaknya korban manusia dapat
diminimalisasi apabila masyarakat
memiliki kesadaran moral yang baik
tentang kebencanaan. Ketidaksiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
tentang kebencanaan.”
Paparan Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng
di atas menjadi pembuka Focus Group
Discussion (FGD) terkait pembahasan
penyusunan naskah akademik Qanun
Pendidikan Kebencanaan di Aceh. Acara
yang diadakan di Balai Senat Unsyiah
ini merupakan bentuk gagasan Unsyiah
melalui Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan
Pasca Gempa Pidie Jaya.
Prof Samsul menjelaskan hingga
kini belum ada payung hukum
yang mengatur tentang pendidikan
kebencanaan di Aceh, baik itu
pendidikan formal maupun non-formal.
Padahal lembaga pendidikan memiliki
peranan penting untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana.
Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kebencanaan.
“
-
10
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami gempa bumi. Ini dikarenakan lokasi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga
lempeng besar yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Indo-Australia, dan lempeng
Pasifik. Pada tahun 2004 yang lalu,
sebuah gempa dahsyat yang disusul
gelombang tsunami meluluhlantakkan
Aceh. Bencana gempa bumi juga terjadi
di Pidie Jaya pada Desember 2016
silam dan menelan banyak korban jiwa.
Korban yang berjatuhan memerlukan
penanganan langsung dalam bentuk
evakuasi. Terkadang, tim evakuasi yang
terjun ke lokasi gempa mengalami
kesulitan untuk menemukan korban
gempa. Hal ini diakibatkan banyaknya
reruntuhan bangunan di sekitar korban.
Latar belakang ini yang menjadi motivasi
mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas
Syiah Kuala, untuk menciptakan Ropo
(robot pointer).
Ropo merupakan hasil cipta dari tim
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM),
Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro,
Unsyiah. Tim ini memiliki anggota yang
terdiri dari Bima Sakti Syadza Sausan,
Achmi Yuliani, Intan Permatasari, dan
Hendrik Leo. Tim ini dibimbing oleh
Mohd. Syaryadhi S.T., M.Sc,. Ropo
dibuat di laboratorium elektronika dan
instrumentasi Fakultas Teknik, Unsyiah,
pada 31 Mei 2017 yang lalu.
Bima Sakti menjelaskan ada beberapa
tujuan diciptakannya Ropo, yaitu
sebagai penunjuk jalan bagi tim SAR
(Search and Rescue) dalam mencari
korban gempa yang sulit dijangkau
dalam reruntuhan. Diharapkan hadirnya
Ropo dapat mempermudah tim SAR
untuk menemukan korban gempa.
Ropo dilengkapi dengan roda dan tiga
sensor ultrasonic sehingga mudah untuk
menjangkau lokasi yang sulit terdeteksi.
Ketika bencana gempa terjadi, Ropo
diturunkan di lokasi gempa dan
mencari rute aman serta
detail korban gempa.
Ropo dikendalikan oleh
seorang user (pengguna)
melalui remote control.
Semua informasi yang
terekam oleh tiga
sensor ultrasonic
akan diteruskan ke
tim SAR secara
nirkabel oleh
MAHASISWA
modul zigbee yang terpasang pada Ropo.
Hal ini juga dilakukan untuk menunjang
tingkat keselamatan dari tim SAR sendiri.
Selain itu, Ropo juga dibuat dalam
rangka mengikuti Pekan Kreativitas
Mahasiswa yang diadakan pada Juli 2017
di Unsyiah. Ajang PKM ini merupakan
tempat berkumpulnya mahasiswa dan
audience yang berdatangan dari berbagai
tempat. Dalam ajang tersebut, Ropo
yang merupakan karya cipta mahasiswa
Aceh juga diikutsertakan. Hal ini
sekaligus membuktikan jika mahasiswa
Aceh juga dapat menghasilkan inovasi
unggulan dalam bidang teknologi.
Diharapkan di ajang PKM, Ropo
dapat menjadi terobosan baru dalam
menangani korban bencana yang
sering terjadi di Aceh. Walau saat ini
Ropo hanya dapat beraktifitas di lokasi
bencana gempa bumi, ke depannya
Ropo diharapkan dapat diturunkan saat
bencana longsor atau banjir.
Bima Sakti berharap semoga dengan
adanya penemuan Ropo ini dapat
menginspirasi pemuda-pemuda Aceh
untuk terus berinovasi dalam hal
teknologi.
“Semoga ke depan, anak-anak Aceh
dapat menciptakan robot maupun mesin
berkualitas tinggi yang bermanfaat dalam
menangani masalah bencana. Semoga
project seperti ini dapat dukungan penuh
dari pemerintah, sehingga anak Aceh
dapat terus berkarya demi kemajuan
bangsa dan negara,” harap Bima Sakti.
(fhr)
Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Robot Pointer
11MAHASISWA
Semoga ke depan, anak-anak Aceh dapat menciptakan robot maupun mesin berkualitas tinggi yang bermanfaat dalam menangani masalah bencana.
“RALATPada rubrik Mahasiswa edisi 212 Juni 2017, tertulis: UKM Economic Otomotif Club Unsyiah.Seharusnya tertulis, UKM Economic Otomotif Club Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsyiah.Mohon maaf atas kekeliruan ini.
-
12
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
13
Geliat Pendidikan
di PSDKUGayo Lues
-
14
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
15
Perjalanan menuju Gayo Lues benar-benar menguji adrenalin. Medan yang berbukit serta tebing yang curam adalah karakteristik dari daerah
yang bersinggungan langsung dengan
Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) ini. Sulitnya akses perjalanan
menuju Gayo Lues adalah salah satu
faktor yang menyebabkan daerah ini sulit
berkembang. Padahal Gayo Lues memiliki
potensi yang cukup menjanjikan.
Hal ini yang kemudian menjadi perhatian
besar Unsyiah, yaitu bagaimana
meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Gayo Lues. Salah satu caranya adalah
memberikan akses pendidikan yang
mudah bagi masyarakat setempat.
Sebab akses pendidikan yang mudah
menempuh pendidikan di perguruan
tinggi yang selama ini sulit didapat
akhirnya terselesaikan. Kemudahan
akses pendidikan ini akhirnya membuka
kembali harapan para orang tua tentang
masa depan anaknya. Harapan agar
mereka tumbuh menjadi generasi cerdas
sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidupnya.
Harapan besar masyarakat inilah yang
terus menguatkan tekad Unsyiah dalam
melayani pendidikan. Bagi Unsyiah,
inisiatif mendirikan PSDKU sejatinya
adalah bentuk lain pengabdian Unsyiah
bagi masyarakat. Seperti ungkapan
Rektor Unsyiah yang berharap dari
PSDKU Gayo Lues ini akan lahir putra-
putri terbaik dari wilayah Aceh bagian
tengah. Mereka adalah orang-orang
yang berpotensi, tetapi terkendala untuk
melanjutkan pendidikan karena faktor
ekonomi atau faktor lainnya.
“Yang sangat penting adalah Unsyiah
ingin memberikan pengabdian di
pendidikan tinggi yang berkualitas
kepada putra-putri terbaik di wilayah
Aceh bagian tengah ini. Mereka adalah
anak-anak bangsa yang memiliki
hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan,” ujar Rektor. (ib)
FOKUSFOKUS
merupakan satu dari tiga indikator
penting dalam meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) selain akses
kesehatan dan daya beli.
Maka pada tahun 2014, Unsyiah
mendirikan kampusnya di Tanah Gayo
ini dengan nama Pendidikan Di Luar
Domisili (PDD) Gayo Lues. Lokasi kampus
ini berada di Desa Akul Blangnangka,
Kecamatan Blangjerango, Kabupaten
Gayo Lues. Lalu pada tahun 2017, nama
PDD Gayo Lues berubah menjadi Program
Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU)
karena merujuk pada Peraturan Menteri
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No
1 Tahun 2017 tentang PSDKU Perguruan
Tinggi.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Samsul Rizal,
M.Eng, berharap kehadiran PSDKU Gayo
Lues bisa memberikan pemerataan akses
daerah setempat untuk masuk PSDKU
Gayo Lues.
“Pada angkatan pertama, fully kita
terima masyarakat Gayo Lues sebagai
calon mahasiswa di PSDKU Gayo Lues.
Tesnya pun kita laksanakan di sana,” ujar
Dr. Hizir selaku Wakil Rektor I Unsyiah
Bidang Akademik di ruang kerjanya.
Kini, geliat pendidikan di PSDKU Gayo
Lues pun semakin terasa. Hal ini ditandai
dengan calon mahasiswa yang mendaftar
tidak lagi berasal dari daerah Gayo Lues
saja. Tetapi juga berasal dari kabupaten
lain, bahkan ada juga yang berasal dari
luar Aceh. Kehadiran PSDKU Gayo Lues
ini benar-benar telah mengubah dunia
pendidikan di daerah ini. Akses untuk
Pada angkatan pertama, fully kita terima masyarakat Gayo Lues sebagai calon mahasiswa di PSDKU Gayo Lues. Tesnya pun kita laksanakan di sana.
“pendidikan bagi putra-putri terbaik di
kawasan tengah Aceh serta Sumatera
Utara. Sebab merekalah yang nantinya
bertanggung jawab secara moril untuk
membangun daerahnya.
“Karena itu kita membuka program
studi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di wilayah tengah ini.
Tujuannya untuk dapat menjaga
ekosistem Leuser dan membangun
masyarakat sekitar,” ujar Rektor.
Unsyiah mendirikan empat program studi
di PSDKU Gayo Lues, yaitu Pendidikan
Biologi, Manajemen, Argoteknologi,
dan Kehutanan sebagai program studi
favorit di kampus ini. Di tahun pertama,
Unsyiah memprioritaskan putra-putri
-
16 17
Tahun ini merupakan tahun pertama mahasiswa Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Gayo Lues mengikuti kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Unsyiah. Jika semua
berjalan lancar, maka tahun depan
para mahasiswa ini akan lulus sebagai
angkatan pertama PSDKU Gayo Lues.
“Insya Allah, cepat atau lambat tahun
depan mereka sudah ada yang lulus,”
ujar Wakil Rektor I Bidang Akademik
Unsyiah, Dr. Hizir.
Menurut Dr. Hizir, tahun ini merupakan
tahun paling sibuk bagi tenaga
pendidikan serta dosen PSDKU Gayo
Lues. Pasalnya, mereka sedang berjuang
menyusun akreditasi sejumlah prodi yang
ada di PSDKU Gayo Luess. Akreditasi
dipersiapkan agar para wisudawan
nantinya tidak lulus begitu saja. Karena
selain disiplin ilmu yang mereka pelajari,
status akreditasi juga penting saat
mereka masuk ke dunia kerja. Peluang
mereka untuk diterima kerja lebih besar
jika prodinya telah terakreditasi.
Dr. Hizir juga menambahkan, untuk
mengirimkan dosen ke PSDKU Gayo
Lues juga membutuhkan biaya yang
cukup besar. Selain itu, para dosen
juga harus menempuh minimal 12
jam perjalanan. Dengan kondisi ini,
harus mempertimbangkan banyak hal
dengan memperbandingkan hasil yang
didapatkannya.
“Jadi semua ini harus dilihat bukan hanya
benefit ekonomi, tetapi juga benefit
sosialnya,” ujarnya.
Semua cara ini ditempuh Unsyiah agar
dunia pendidikan di Gayo Lues bisa terus
bergeliat. Pihak Kemenristekdikti pun
sangat mengapresiasi kinerja Unsyiah
terkait PSDKU Gayo Lues ini. Seperti yang
pernah disampaikan Staf Ahli Bidang
Akademik dari Kemenristekdikti, Prof. Dr.
Paulina Pannen, M.Ls, kepada Dr. Hizir.
“Mereka sangat appreciate dengan
sistem pendidikan jarak jauh yang
dilakukan Unsyiah. Karena sistem ini
sangat cocok dilakukan di Indonesia yang
terdiri dari ribuan pulau yang jaraknya
sangat jauh dari satu tempat ke tempat
lain,” jelas Dr. Hizir.
Melihat begitu banyaknya hal positif dari
PSDKU Gayo Lues, beberapa kabupaten
di Aceh pun meminta agar Unsyiah
membuka program pendidikan yang
sama di daerahnya. Namun Unsyiah tidak
ingin gegabah menjawab permintaan
tersebut. Karena selain terikat Peraturan
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, Unsyiah juga masih fokus untuk
mengoptimalkan program studi yang ada
di PSDKU Gayo Lues.
“Sejatinya kita welcome untuk setiap
permintaan. Tapi saat ini fokus kita
adalah optimalisasi pembelajaran di Gayo
Lues,” pungkas Dr. Hizir. (ib)
FOKUSFOKUS
Fokus Pada Optimalisasi Pembelajaran
PSDKU Gayo Lues. Sementara untuk
sistem mengajar, Unsyiah menerapkan
dua model pembelajaran yaitu dengan
sistem tatap muka dan telekonferensi.
Melalui telekonferensi, dosen yang
berada di Banda Aceh bisa memberikan
transfer ilmu dengan mahasiswa yang
berada di Gayo Lues. Sehingga saat
perkuliahan berlangsung, dosen tetap
dapat mengawasi jalannya perkuliahan.
Mahasiswa pun bisa berinteraksi atau
tanya-jawab dengan dosen.
Meski demikian, Dr. Hizir tidak ingin
membandingkan mana sistem belajar
yang lebih baik antara tatap muka atau
telekonferensi. Sebab menurutnya, kedua
sistem ini merupakan hal yang berbeda.
“Cara belajar yang paling baik tentu saja
bertatap muka langsung. Tetapi, khusus
telekonferensi adalah solusi yang paling
rasional untuk kondisi pendidikan jarak
jauh seperti PSDKU Gayo Lues,” jelasnya.
“Belakangan ini semua tenaga
pendidikan dan dosen di sana sedang
bahu-membahu demi akreditasi. Sebab
target kita begitu mahasiswa lulus,
prodinya sudah terakreditasi. Tidak
mudah memang, tapi bukan berarti tidak
mungkin,” ungkap Dr. Hizir.
Namun, jauh sebelum penyusunan
akreditasi ini, Unsyiah telah terlebih
dahulu mengoptimalkan sumber daya
yang ada agar proses pendidikan di
PSDKU Gayo Lues semakin berkualitas.
Untuk dosen misalnya, Unsyiah telah
melakukan seleksi para lulusan perguruan
tinggi terbaik untuk menjadi dosen
kontrak di PSDKU Gayo Lues.
“Mereka dipilih sesuai dengan bidang
yang sudah ditentukan di empat prodi.
Numerasi mereka juga lumayan besar,”
ujar Dr. Hizir.
Selain dosen kontrak, Unsyiah juga
mengirimkan dosen-dosennya yang
ada di Darussalam untuk mengajar di
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
Sejatinya kita welcome untuk setiap permintaan. Tapi saat ini fokus kita adalah optimalisasi pembelajaran di Gayo Lues.
“
-
t
PROFIL
Terpilih sebagai Mahasiswa Prestasi Unsyiah 2017 tidak membuat Idha berbesar hati. Perempuan bertubuh mungil ini sadar bahwa
penghargaan ini punya tanggung
jawabnya. Idha harus bisa menunjukkan
kalau ia memang layak menyandang
status prestisius tersebut. Kini, semangat
belajar Idha bertambah. Ia tidak ingin
nilai akademiknya turun.
Ada banyak yang berubah dari
perempuan kelahiran Indrapuri, 19
April 1996 ini, setelah dirinya didaulat
sebagai Mahasiswa Prestasi Unsyiah.
Selain menjaga nilai akademik, Idha juga
berupaya untuk menjadi teladan bagi
teman-temannya.
“Predikat ini justru menjadi protect
bagi diri Idha sendiri. Oh iya, ya, Idha
itu anak berprestasi Unsyiah. Jadi
enggak boleh jadi anak jahat. Harus
menjadi contoh bagi teman lain,”
ungkapnya.
Setelah sukses di tingkat
universitas, Idha harus bersaing
mewakili Unsyiah di tingkat
nasional untuk Mahasiswa
Prestasi Nasional. Namun,
perjuangan Idha harus
terhenti. Dari 150
peserta yang
mengikuti ajang ini, Idha gagal masuk 15
besar. Menurutnya salah satu penyebab
kegagalan dirinya adalah karena ia lemah
di bidang KTI (Karya Tulis Ilmiah).
“Jadi sebelumnya Idha belum pernah
menulis karya tulis ilmiah. Ini pengalaman
baru bagi Idha,” ujarnya.
Menjadi pribadi yang pantang menyerah
untuk mengejar berprestasi tampaknya
telah menjadi karakter anak dari Muslim
dan Fatmaliza ini. Sebab bukan hanya di
bidang akademik saja, Idha juga sukses
meraih banyak prestasi di bidang seni.
Seperti pada tahun 2016 lalu, Idha
mewakili Unsyiah pada Peksiminas (Pekan
Seni Mahasiswa Nasional) XIII di Sulawesi
Tenggara. Lalu di tahun yang sama, Idha
sukses meraih juara III Band Etnik Cardinal
Art and Culture Competition di Bali.
Bagi Idha, setiap prestasi yang ia raih
adalah caranya untuk membanggakan
orang-orang yang dicintainya, khususnya
orang tua. Karena untuk saat ini, ia
belum mampu membahagiakan orang
tuanya dari segi finansial sebab masih
bergantung pada mereka.
“Kalau dari sisi finance, sekarang Idha
belum bisa kasih apa-apa. Jadi bagi Idha
cara banggain orang tua saat ini adalah
terus berprestasi,” ujarnya.
Seperti pada April lalu, Idha terpilih
untuk mewakili Unsyiah dalam student
exchange ke Finlandia dan Belanda
pada kegiatan INDOPED-Modernizing
Indonesian Higher With Tested European
Pedagogical Practice Project 2017.
Selama dua minggu di Finlandia, ia
belajar banyak tentang sistem pendidikan
Hatchery yang selama ini dianut negara
Eropa Utara itu.
“Itu adalah pengalaman pertama Idha
ke Eropa dan ke luar negeri,” ucapnya
sambil tersenyum.
Sepintas, cara belajar Idha memang
tampak seperti mahasiswa lainnya. Hanya
saja, Idha mengerti apa yang menjadi
skala prioritas dalam hidupnya. Bahkan
ia mengklasifikasi setiap kegiatannya
berdasarkan tingkat kegentinganya. Idha
membaginya dalam empat skala prioritas:
penting dan mendesak, mendesak,
mendesak tapi tidak penting, lalu tidak
penting dan tidak mendesak.
Begitu pula dalam menggunakan media
sosial, sesuatu yang menurutnya sangat
addict bagi mahasiswa. Tapi Idha sadar,
kapan saatnya harus berhenti untuk
mengerjakan hal yang bermanfaat
lainnya.
“Jadi yang mana yang penting dulu,
itulah yang Idha kerjakan,” ucapnya.
Kini mahasiswi semester tujuh jurusan
Peternakan Unsyiah ini sedang fokus
untuk membangun mimpinya, yaitu
untuk menjadi pengusaha di bidang
peternakan. Impian ini sangat terkait
dengan masa kecil Idha. Sebab saat
tinggal di Takengon, ayahnya bekerja di
BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul)
sehingga di rumahnya ada banyak jenis
ternak. Saking cintanya dengan ternak,
Idha selalu memberi nama setiap anak
kambingnya yang lahir. Ia juga sangat
sedih jika ada anak kambing yang mati.
Bahkan saat kecil, ada satu pengalaman
yang paling berkesan dalam hidupnya
yaitu membantu persalinan seekor
kambing.
“Sampai sekarang Idha masih ingat
pengalaman itu. Karena alhamdulillah,
persalinannya berhasil,” ucapnya
tersenyum. (ib)
HIDUPDENGAN SKALA PRIORITAS
18 19PROFIL PROFIL
Predikat ini justru menjadi protect bagi diri Idha sendiri.
“
EDISI 213 . JULI 2017
IDHA RACHMADANYMAHASISWA PRESTASI UNSYIAH 2017
-
20 PENGABDIAN 21PENGABDIAN
Peran perguruan tinggi bagi negara selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat. Peran yang dirangkum dalam Tri Dharma Perguruan
Tinggi berupa pendidikan, penelitian,
dan pengabdian harus terus digapai
oleh setiap perguruan tinggi. Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai Jantong
Hatee Rakyat Aceh ingin terus memompa
semangat berinovasi untuk mengabdi
bagi Indonesia, khususnya Provinsi Aceh.
Kali ini, pengabdian itu diwujudkan
dalam bentuk sebuah inovasi mobile
pengolah air bertenaga surya yang diberi
nama Ie Dhiet 1.0. Inovasi tersebut
digawangi oleh tiga dosen, yaitu, Dr.
Zahrul Fuadi, S.T., M.Sc, Muhammad
Tadjuddin, ST, M.Eng.SC, dan Dr.
Iskandar, ST, M.Eng.SC. Ketiga dosen
itu juga melibatkan mahasiswa dari
Laboratorium Desain dan Manufaktur
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
(FT), Unsyiah. Mereka adalah Mahadir
Muhammad, Muhammad Fadli Damanik,
Ridho Fadil Aulia, Mardhatillah, Yusuf
Zaini, dan Saiful Hadiullah.
Kerja keras dan kerja sama tim dosen dan
mahasiswa ini mampu menyelesaikan
pengerjaan mesin pengolah air bertenaga
surya yang termasuk berteknologi tinggi.
Hasil karya mahasiswa dan dosen FT
Unsyiah ini mampu menyimpan energi
listrik hingga 220 volt dengan fasilitas
penerangan 12 volt. Guna menyelamatkan
ekosistem bumi, sumber tenaga yang
digunakan untuk energi mesin berasal dari
solar cell atau tenaga surya.
Mobile pengolahan air bertenaga surya
ini mampu menyuplai air bersih yang
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
BERINOVASIUNTUK MENGABDI
Mobile pengolahan air bertenaga surya ini mampu menyuplai air bersih yang layak diminum untuk masyarakat.
“
-
22
EDISI 213 . JULI 2017
layak diminum untuk masyarakat. Mesin
pengolah air bersih sangat dibutuhkan
oleh pengungsi atau masyarakat yang
berada di tengah bencana yang biasanya
kekurangan air. Jika pun tersedia,
volumenya sangat terbatas seperti yang
terjadi pasca bencana gempa bumi di
desa Meunasah Jurong, Kabupaten Pidie
Jaya. Saat itu, banyak masyarakat yang
mengkonsumsi air yang mengandung
senyawa Fe (besi). Selain itu, mesin ini
juga untuk menfasilitasi masyarakat yang
berada di kawasan yang belum dialiri air
bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Melihat kondisi itu, tim FT
Unsyiah tergerak dan terinspirasi untuk
membuat Ie Dhiet 1.0. agar seluruh
daerah di Aceh tersedia air bersih yang
layak untuk dikonsumsi.
PENGABDIAN
Muhammad Tadjuddin S.T., M.Eng.
Sc yang juga Ketua Laboratorium
Desain dan Manufaktur FT Unsyiah
menyebutkan, mesin Ie Dhiet 1.0 sangat
cocok digunakan di daerah rawan
bencana atau daerah yang kesulitan
mendapatkan air bersih. Alat ini bekerja
dengan tiga kali penyaringan yang
filternya terdiri dari zat mangan, karbon
aktif, filter satu micron, dan filter tiga
micron. Setelah melewati tiga tahap
penyaringan dengan menggunakan filter
aktif, maka air yang dihasilkan dapat
digunakan oleh masyarakat.
Membutuhkan waktu satu bulan untuk
merampungkan pengerjaan mesin
Ie Dhiet 1.0. Sementara biaya yang
dihabiskan untuk pembuatan satu
unit mesin mencapai Rp 30-35 juta.
Mengingat Provinsi Aceh termasuk
kawasan yang rentan terjadinya bencana,
jumlah biaya tersebut tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat.
Maka kehadiran mesin pengolah
air ini diharapkan dapat membantu
masyarakat yang terkena bencana
atau yang kekurangan air bersih. Jadi
sudah sepantasnya inovasi civitas
akademika Unsyiah ini menjadi bagian
dari pengabdian yang diberikan Unsyiah
untuk Aceh. Keberhasilan Unsyiah dalam
menciptakan hasil karyanya akan terus
berlanjut. Capaian-capaian seperti ini
akan terus dikejar oleh Unsyiah guna
mewujudkan universitas yang inovatif,
mandiri, dan terkemuka. (Rz)
-
pluralisme. Kalau kita lihat sejarahnya,
agama yang pertama kali masuk ke
wilayah Indonesia adalah Hindu-Budha,
kemudian disusul oleh agama Kristen dan
Katolik, serta yang terakhir yaitu agama
Islam. Islam mudah diterima penduduk
Indonesia karena syarat masuk agama
Islam sangat mudah, hanya dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Seiring dengan berjalannya waktu,
kehidupan sosial dan kehidupan
beragama masyarakat Indonesia semakin
kompleks. Pada awal abad ke-21, isu-
isu terorisme yang mengatasnamakan
Islam mulai bermunculan di tengah
masyarakat. Isu tersebut mulai mencuat
pasca meletusnya bom Bali yang
menewaskan banyak orang, terutama
warga negara asing. Pelaku bom berdalih
untuk memerangi negara-negara barat.
Sebenarnya pelaku utama terorisme itu
bukanlah orang Indonesia, melainkan
orang-orang yang berasal dari Timur
Tengah. Orang Indonesia adalah
pendukung perdamaian dunia.
Apabila kita melihat perkembangan
dunia Islam sekarang, banyak terjadi
perpecahan umat Islam. Konflik terjadi di
mana-mana dan banyak di antara sesama
umat Islam yang saling mengatakan
golongan lain sesat. Memang ada
beberapa aliran dalam agama Islam,
seperti Sunni dan Syi’ah. Kedua aliran
itu merupakan aliran terbesar yang
penganutnya tersebar di seluruh penjuru
dunia. Islam Syi’ah banyak dianut oleh
penduduk negara Iran, sedangkan Islam
Sunni banyak dianut oleh penduduk
negara-negara di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
Di Timur Tengah, peperangan antarumat
Islam tiada henti-hentinya. Sudah banyak
jatuh korban jiwa tak terkecuali anak-
anak. Slogan perdamaian sepertinya
jauh dari pikiran mereka. Namun,
peristiwa demikian tidak terjadi di negara
Indonesia. Indonesia yang merupakan
negara dengan populasi umat Islam
terbesar di dunia masih bisa menjaga
kerukunan antarumat beragama,
khususnya antarumat Islam. Hal ini
tidak terlepas dari semboyan negara,
yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Maknanya
adalah walaupun berbeda-beda agama,
ras, suku, dan golongan tetap satu jua.
Kalau pun terjadi perbedaan, maka
perbedaan itu muncul karena ada
kesalahpahaman di antara sesama umat
Islam sendiri. Pada hakikatnya agama
Islam itu bersumber dari ajaran yang
sama, yaitu apa yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw melalui Alquran dan
hadist.
24 25RELIGIARELIGIA
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
Di sisi lain, umat Islam di Indonesia
merasa sangat nyaman dalam beribadah,
tanpa anda tekanan dan intimidasi dari
pihak manapun. Umat Islam Indonesia
juga bisa menghargai perbedaan antara
satu golongan dengan golongan lain,
misalnya antara organisasi Nahdhatul
Ulama dan Muhammadiyah. Kedua
organisasi ini merupakan organisasi
masyarakat Islam terbesar yang ada di
Indonesia. Namun, masih ada beberapa
aliran yang dianut oleh sebagian kecil
masyarakat Indonesia. Perbedaan aliran
ini terlihat pada saat penentuan awal
bulan Ramadan dan hari raya, baik hari
raya Idul Fitri maupun Idul Adha.
Kendati demikian, masyarakat Indonesia
tidak mempermasalahkan perbedaan
subtansial tersebut. Pemerintah juga
membolehkan rakyatnya merayakat
hari lebaran pada waktu yang berbeda.
Meskipun pemerintah sudah menetapkan
tanggal awal bulan Ramadan dan hari
raya. Ini merupakan suatu kebebasan
yang mungkin tidak dapat kita temui di
belahan bumi lain. Kebebasan beribadah
di Indonesia merupakan suatu hal yang
pantas diteladani oleh negara-negara
lain.
Tugas berat kita sebagai umat
Islam di Indonesia sekarang adalah
mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa. Kerukunan antarumat
beragama yang telah tercipta jangan
sampai ternodai oleh isu-isu yang tidak
benar. Semoga kita mampu menjadi
umat Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (Rz)
Berbicara tentang Indonesia berarti sedang berbicara mengenai keberagaman. Ketika orang mendengar kata Indonesia yang terlintas
dalam benaknya adalah alam yang indah,
hutan hujan tropis yang lebat, sumber
daya alam yang melimpah, penduduknya
yang ramah, dan corak budaya yang
sangat banyak dan unik. Tidak ada
habisnya kalau kita berbicara mengenai
Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia
merupakan negara kesatuan dengan
bentuk pemerintahan negara
republik. Indonesia terletak di Benua
Asia tepatnya di Asia Tenggara. Dengan
luas lebih dari 1,9 juta kilometer persegi,
Indonesia merupakan negara terluas di
kawasan Asia Tenggara dan terluas ke-
16 di dunia. Berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
negara ini mencapai 237 juta jiwa.
Jumlah yang sangat besar ini membawa
Indonesia ke urutan keempat sebagai
negara terbesar di dunia, setelah Cina,
India, dan Amerika Serikat.
Penduduk Indonesia sangat heterogen,
baik dari segi agama, suku, ras, dan adat
istiadat. Di negara ini terdapat enam
agama resmi yang diakui negara, yaitu
agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Khonghucu. Mayoritas
penduduk Indonesia menganut agama
Islam. Berdasarkan data yang dirilis Badan
Pusat Statistik tahun 2010, persentase
umat muslim Indonesia kini berjumlah
87,2 persen. Kemudian penganut agama
Kristen sebanyak 6,9 persen, Katolik
sebanyak 2,9 persen, Hindu sebanyak 1,7
persen, Budha 0,7 persen, dan Konghucu
sebanyak 0,05 persen.
Selain itu, Indonesia juga terdiri dari
ratusan suku bangsa yang tersebar di
seluruh pelosok Nusantara. Sudah sejak
lama rakyat Indonesia hidup dalam
IRMANSYAH
MAHASISWA PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS
MIPA UNSYIAH
Islam Indonesiasebagai Teladan Dunia
Umat Islam Indonesia juga bisa menghargai perbedaan antara satu golongan dengan golongan lain, misalnya antara organisasi Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.
“
-
Pasangan gay yang tertangkap basah di Rukoh, Darussalam, akhirnya menerima hukuman atas perbuatannya yaitu cambukan sebanyak
83 kali di Masjid Besar Syuhada,
Lamgugop, Banda Aceh. Pasangan
homoseksual yang viral videonya
di media sosial itu divonis bersalah
karena melakukan perbuatan liwath
(homoseksual) yang melanggar Qanun
Nomor 7 Tahun 2014.
Acara pelaksanaan hukuman cambuk
hari itu sangatlah heboh baik sebelum
dan sesudah pelaksanaannya. Sebab
ini merupakan pertamakalinya di Aceh
ada pelaku liwath (homoseksual)
yang tertangkap dan dihukum atas
Sebenarnya, ketakutan pada hukum
jinayat tersebut adalah hal yang terlalu
dibesar-besarkan. Pelaksanaan hukum
cambuk di Aceh dilakukan secara
manusiawi. Sebelum dicambuk, terhukum
diperiksa dulu kesehatannya. Apabila di
tengah prosesi cambuk terhukum merasa
tidak sanggup, algojo akan berhenti
sejenak. Prosesi cambuk pun dilakukan
dengan kondisi terhukum mengenakan
busana lengkap. Jika ketidakmanusiawian
ini dilihat dari mempertontonkan prosesi
cambuk dan membacakan biodata
lengkap di depan umum, itu merupakan
konsekuensi dari perilaku yang telah
dilakukannya. Sebab hukuman cambuk ini
lebih bertujuan untuk menimbulkan efek
jera dan malu bagi pelaku.
Sakit fisik yang dirasakan dari hukuman
cambuk pun hanya sebentar. Efeknya
pun tidak separah hukuman kebiri
kimiawi yang dapat mengakibatkan
penuaan dini, pengurangan massa otot
yang memperbesar kesempatan tubuh
menumpuk lemak, dan meningkatkan
resiko penyakit jantung dan pembuluh
darah. B.F Skinner, ahli psikologi
behaviouristik yang terkenal dengan teori
Operant Conditioning (Pengondisian
Operant) menyatakan, jika perilaku
manusia dipengaruhi oleh lingkungan.
Suatu perilaku bisa ada apabila perilaku
itu dipelajari.
Perilaku dapat dimodifikasi baik
diperlemah atau diperkuat dengan
penguatan (reinforcement) secara positif
maupun negatif bahkan dihapus dengan
hukuman (punishment). Reinforcement
positif adalah penguatan suatu perilaku
dengan stimulus yang menyenangkan,
misalnya memberikan hadiah saat
berhasil mendapatkan sebuah prestasi.
Reinforcement negatif merupakan
penguatan suatu perilaku berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respon
meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan
atau tidak menyenangkan. Contohnya
seperti menunda atau tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
Perilaku bisa dihapuskan dengan
hukuman (punishment) yaitu suatu proses
di mana konsekuesi dari suatu perilaku
menghasilkan penurunan kemunculan
perilaku di masa depan. Misalnya pada
terpidana hukuman cambuk pada kasus
liwath. Cambuk merupakan konsekuensi
tidak menyenangkan yang ia terima
setelah melakukan perbuatan tersebut.
Prosesi cambuk dapat menimbulkan
berbagai perasaan seperti rasa malu dan
efek jera. Sehingga diharapkan perilaku
amoral ini tidak muncul lagi di masa
depan. Prosesi cambuk yang dilakukan
dapat dikatakan modifikasi perilaku
dengan metode punishment untuk
mencegah serta mengurangi angka
pelaku LGBT.
Pelaksanaan hukum cambuk
yang dipertontonkan juga dapat
memberikan efek bagi penonton yang
menyaksikannya. Banyak masyarakat
yang mengaku takut dicambuk dan
membayangkan betapa malunya
keluarga. Hadirnya rasa takut tersebut
diharapkan dapat menurunkan jumlah
pelaku pelanggar syariat Islam. (Ib/Syr)
NADHIRA RIZKIA FATHA
MAHASISWI PRODI PSIKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
26 27PERSPEKTIFPERSPEKTIF
EDISI 213 . JULI 2017EDISI 213 . JULI 2017
Hukuman Cambukdalam Pandangan Psikologi
perbuatannya. Media sosial pun penuh
dengan keriuhan pro dan kontra tentang
hukuman ini sampai Direktur Amnesti
Internasional Untuk Asia Tenggara dan
Pasifik Josef Benedict ikut berkomentar.
Setelah dilegalkannya LGBT di Amerika
Serikat pada tahun 2015 lalu, banyak
orang yang akhirnya tidak malu
dengan identitasnya sebagai LGBT
bahkan menyerukan kampanye Sayangi
LGBT karena HAM. Kita mengetahui
bahwasanya LGBT secara ajaran agama
maupun moral (dalam budaya timur)
sama sekali tidak dibenarkan.
Aceh selaku provinsi yang memegang
teguh syariat Islam tidak mungkin
membiarkan penyebaran LGBT semakin
subur. Sama seperti pelanggar hukum
syariat Islam lainnya; khalwat (berdua-
duaan dengan lawan jenis di tempat
sepi), maisir (judi), khamar (minuman
alkohol). Setiap pelanggaran dikenai
hukuman agar perilaku ini tidak semakin
subur di Aceh bahkan Indonesia.
Hukum pidana berdasarkan syariat Islam
atau hukum jinayah masih dianggap
sebagai hukum yang kurang manusiawi.
Hukum ini cenderung dianggap
menakutkan dan barbar karena hukuman
yang diberikan memanglah menakutkan,
misalnya potong tangan bagi pelaku
pencurian, rajam atau dilempari
batu sampai meninggal bagi pelaku
perzinahan.
Pelaksanaan hukum cambuk yang dipertontonkan juga dapat memberikan efek bagi penonton yang menyaksikannya. Banyak masyarakat yang mengaku takut dicambuk dan membayangkan betapa malunya keluarga.
“
-
hanya buahnya saja yang bermanfaat,
tetapi juga daunnya berkhasiat sebagai
minuman herbal?
Sejarah minuman herbal berbahan dasar
daun kopi terbilang unik. Konon zaman
dahulu, saat Jepang masih menjajah
dan berkuasa di Ranah Minang, mereka
mengambil kopi segar dari tanah warga
pribumi dan mengekspornya ke luar
negeri. Akibatnya warga pribumi tidak
dapat menikmati air seduhan dari buah
kopi tersebut. Padahal masa itu, minum
kopi memiliki keistimewaan tersendiri
yang menggambarkan tingginya derajat
seseorang. Akhirnya warga mengganti
ketiadaan buah kopi dengan olahan
daun kopi yang ternyata rasanya tidak
kalah nikmat.
Selain rasanya nikmat untuk diminum,
teh herbal daun kopi juga berkhasiat
bagi kesehatan tubuh. Hasil penelitian
Royal Botanic Gardens di Kew, London
dan Joint Research Unit for Crop
Diversity, Adaptation and Development
in Montpellier di Perancis yang dilansir
MedicalDaily (Aaron Davies dan Claudine
Campa), menyebutkan jika teh dari daun
kopi memiliki kandungan antioksidan
yang tinggi dan mangiferin. Senyawa
ini mempunyai efek anti peradangan,
menurunkan kadar kolestrol, melindungi
saraf di otak, mengurangi risiko penyakit
diabetes, membantu melawan penyakit
jantung dan kanker, serta bisa langsung
mengatasi kelaparan dan kelelahan
(sumber: Detik Food, 2013). Khasiat
ini sangat cocok dikonsumsi untuk
mnenghindari dan mencegah berbagai
penyakit berbahaya.
Salah satu penghasil komoditas kopi
terbesar di Indonesia adalah Aceh,
tepatnya di dataran tinggi Bener Meriah
dan Takengon. Di sana merupakan
daerah penghasil kopi jenis arabica
dan beberapa jenis lainnya seperti
robusta, ateng dan kecak.
Memanfaatkan potensi serta
sumber daya alam yang
ada untuk dijadikan
produk baru sangatlah
menarik. Terlebih
lagi jika Aceh belum memproduksinya.
Selain mengoptimalkan potensi, dapat
juga memanfaatkan limbah berupa tunas
baru dari pohon kopi yang biasanya
dipangkas agar tidak menyulitkan
pemeliharaan dan pemungutan hasil.
Selain itu, limbah yang berupa tunas baru
ini dapat mengurangi banyaknya buah
yang akan dipanen.
Proses pembuatan teh dari daun
kopi sama dengan pembuatan teh
pada umumnya yaitu melalui proses
pelayuan, perajangan, tahap fermentasi
melalui enzim pada daun, dan tahap
pengeringan. Tidak seperti teh yang
biasa kita minum, ada keunikan lain dari
teh herbal daun kopi. Terutama aroma
dan rasanya berbeda dari teh-teh lain.
Jika teh yang biasa kita minum beraroma
mawar atau melati, teh herbal daun kopi
ini beraroma teh bercampur kopi. Untuk
meningkatkan inovasi agar mampu
bersaing di pasaran, teh herbal daun
kopi dapat dikombinasi dengan bahan
lain agar memiliki nilai tambah. Seperti
diketahui, Aceh merupakan daerah kaya
tanaman termasuk di antaranya jenis
turunan atsiri seperti, pala, cengkeh,
28 29RISETRISET
kayu manis, nilam, dan kayu putih.
Masing-masing turunan ini memiliki
manfaat dan khasiat tersendiri.
Saat ini, khususnya di Bener Meriah,
belum begitu banyak produksi teh
herbal dari daun kopi. Ini dikarenakan
kurangnya informasi mengenai fungsi
serta manfaat dari daun kopi secara luas.
Padahal dengan jumlah kebun kopi yang
sangat banyak telah mencukupi untuk
memproduksi teh herbal dari daun kopi.
Sehingga dapat menambah pemasukan
bagi petani-petani kopi dengan
memanfaatkan daun yang biasanya
dibuang.
Selain itu, hadirnya teh herbal daun
kopi dapat menambah daftar oleh-oleh
khas Aceh terutama dari Tanah Gayo.
Peluang ini membuat saya tertarik untuk
meneruskan ide ini menjadi lahan bisnis
dan menggantikan teh yang biasa kita
konsumsi dengan minuman herbal
berkhasiat. Sebab kesuksesan itu dilihat
dari seberapa besar kita bermanfaat bagi
orang lain maupun orang banyak. (cds)
RESTI HANDAYANI
MAHASISWI PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNSYIAH,
ANGGOTA ATSIRI RESEARCH CENTER UNSYIAH, ANGGOTA INDONESIA
ISLAMIC BUSINESS FORUM.
EDISI 208 . FEBRUARI 2017 EDISI 208 . FEBRUARI 2017EDISI 212 . JUNI 2017EDISI 213 . JULI 2017
Kopi, siapapun mengenal tanaman yang hidupnya di dataran tinggi ini. Tanaman kopi memiliki beberapa spesies. Buahnya
berwarna merah dan berbunga layaknya
melati. Sejak zaman dahulu, buah
ini sangat populer hingga diekspor
ke beberapa negara di benua Eropa.
Buah dengan kadar kafein yang
tinggi ini sangat digemari oleh semua
kalangan masyarakat untuk diminum
air seduhannya. Bahkan pada tahun
2012, Indonesia pernah menjadi urutan
ketiga negara eksportir kopi terbesar di
dunia. Namun, apakah Anda tahu bukan
Proses pembuatan teh dari daun kopi sama dengan pembuatan teh pada umumnya yaitu melalui proses pelayuan, perajangan, tahap fermentasi melalui enzim pada daun, dan tahap pengeringan. Tidak seperti teh yang biasa kita minum, ada keunikan lain dari teh herbal daun kopi.
“
Meramu TehDaun Kopi
-
30
EDISI 213 . JULI 2017
31KREATIFKREATIF
EDISI 213 . JULI 2017
MUKSIN ALATAS
ALUMNI PRODI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNSYIAH
DI LAUT TENGAH SEPADU KATAAngin berhembus jauh di pantai
Pesona Malaka menghias zaman
Warna ungu di balik awan
Di halauan dara melempar senyum
Sambutan refleks di ekor mata
Jauh disayang di balik kudung
Terbuka katup gerbang hati
Kalbu berahi sapa menyapa
Ku tunaikan asal negeri
Pelan selembut busa
Tertangkap indra asal sang dara
Negeri patiang di Malaysia
Dara jelita ingin seri
Dia mensudi asalku pula
Spontan kujawab wajah berseri
Asal desaku tuan
Di kota Idi tanah rencong
Di ujung barat Indonesia
Dua hati jadi kiambang
Selat Malaka menjadi biduk
PELARIANDARI DERITAJika hatiku duka pilu
Ku ajak dia menari dendang
Untuk pelipur lara
Dengan penaku petik seni
Di kala aku merindu
Semua sapa menepi
Jangankan seluas senyum
Lirik benci pun tiada
Kenapa aku menangis?
Bola mata ditutupi kabut
Rintik-rintik securah di pipi
Ini karena guruh cinta
KESAN BELAKAJika ku ingatku kenang-kenang
Air mataku derai berlinang
Kembali semua terbayang
Putus janji di rembang petang
Di bawah pohon yang rindang
Berpeluk bagai tak lekang
Laksana di awang-awang
Hidup semati canang
Di pagi indah hatiku terbang
Dia telah menghilang
Direnggut jaka petualang
Berlayar ke tanah seberang
Bilaku hitung-hitung
Pilu sampai ke dasar tulang
TINGGI MENJULANGSemua insan berkeinginan
Keagungan cinta kemuliaan
Kebencian mengutuk kemiskinan
Pukul rata terpeluk kejadian
Memuja harapan istana impian
Intan berlian gemerlapan
Kisah seribu satu malam
Gelaran duli paduka sultan
Namun dibalik kenyataan
Tunggal kuasa milik Tuhan
Yang dibenci jadi pujaan
Yang dipuja jadi kenangan
Memeluk kebahagiaan
Terangkul kemiskinan
Di gubuk rotan
Di sebuah tepian
-
32
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
33GALERIGALERI
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Abulyatama (Unaya), Kabupaten Aceh Besar, menjalin kerja sama terkait peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pembinaan hubungan kelembagaan.
Perjanjian kerja sama ini tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dan Rektor Unaya, R. Agung Efriyo Hadi, Ph.D.,
di ruang mini Rektor Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menggandeng Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
dalam Uji Sahih Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang
tentang Pengelolaan Kekayaan Negara dan Daerah (PKND). Kegiatan ini
dilaksanakan di ruang Balai Senat, Unsyiah.
Universitas Syiah Kuala melalui Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Pasca Gempa Pidie Jaya melakukan penyusunan naskah akademik Qanun Pendidikan Kebencanaan di Aceh. Penyusunan tersebut dilaksanakan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang berlanngsung di ruang Balai Senat, Unsyiah.
-
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
34 35GALERIGALERI
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., memberikan sambutan dalam acara sosialisasi dan bedah buku “Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia” di gedung AAC Dayan Dawood.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Bank Indonesia wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala.
Dr.rer.nat. Ilham Maulana memberikan ceramah Ramadan dalam acara buka puasa bersama civitas akademika di Hall Gedung AAC Dayan Dawood.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry memperingati malam Nuzulul Quran bersama di Masjid Jamik Kampus Unsyiah, Darussalam. Peringatan Nuzulul Quran dirangkai dengan pelaksanaan tarawih yang diimami oleh Ustaz Hajarul Akbar Alhafiz SHI MA. Sementara ceramah agama yang bertema Alquran sebagai Solusi Kongkrit Umat Akhir Zaman Menuju Kebangkitan Islam disampaikan oleh Pimpinan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) K.H Syuhada Bachri LC.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dipilih oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan
Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) untuk menjadi pengasuh dua perguruan tinggi
di Aceh yaitu Universitas Serambi Mekkah (USM), Banda Aceh dan Universitas Jabal
Ghafur (Unigha), Sigli. Kesepakatan ini terjalin dalam Kick of Meeting Program Hibah Asuh
Perguruan Tinggi dan Program Studi 2017 yang ditandatangani oleh Rektor Unsyiah,
Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng., Rektor USM, Dr. H. Abdul Gani Asyik, MA, dan Rektor
Unigha, Drs. Sulaiman Usman M.Pd, di Balai Senat Unsyiah.
-
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
Kisah Khalifah Umar saat menjenguk rakyatnya pada suatu malam sangat membekas pada jiwa-jiwa muslim yang beriman. Betapa
tidak, masa itu, Umar merasa bersalah
saat mengetahui ada rakyatnya seorang
ibu yang kekurangan makanan. Ibu
tersebut memasak makanan berupa
bebatuan bagi anaknya yang kelaparan.
Mengetahui hal itu, Umar langsung
membawa gandum dan makanan lainnya
ke rumah tersebut. Hal ini dilakukan
Umar sebagai bentuk pengabdian dan
pelayanan kepada masyarakat.
Kisah ini tentu juga hadir dalam segenap
hati civitas akademika Unsyiah. Salah
satunya tergambar dalam kegiatan yang
dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Simetris dan Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran
Gigi (FKG), Unsyiah. Dalam memeriahkan
bulan suci Ramadan, dua lembaga
mahasiswa ini menggelar buka puasa
bersama yang diberi tajuk Molar (Momen
Silaturahmi Ramadan) yang dilaksanakan
di Panti Asuhan An Nur, Banda Aceh.
Kegiatan ini merupakan bentuk kepekaan
mahasiswa bagi masyarakat sekitar,
seperti yang dicontohkan Umar.
Kegiatan Molar dilaksanakan pada
Ramadan ke-13. Muhammad Roni,
Ketua Panitia Acara, mengatakan jika
kegiatan ini merupakan media untuk
menjalin silaturahmi sekaligus momen
berbagi antar sesama. Ia berharap
terselenggaranya kegiatan ini dapat
memupuk pribadi yang lebih peduli dan
peka terhadap masyarakat sekitar.
Hal senada juga disampaikan oleh Dekan
FKG Unsyiah, Dr. drg. Zaki Mubarak,
M.S., yang berharap kegiatan ini dapat
mempererat persaudaraan antar sesama,
terutama civitas akademika FKG. Ia
sangat mendukung kegiatan ini yang
merupakan bentuk kesadaran kampus
dalam memberikan pelayanan dan
pengabdian bagi masyarakat. Sebab
menurutnya akan ada nilai-nilai yang
lahir dalam kegiatan ini, salah satunya
kesadaran berbagi antar sesama. Selain
buka puasa bersama, kegiatan turut
diisi dengan tausyiah agama, pemutaran
video Ramadan, penampilan tahfiz, dan
permainan yang melibatkan penghuni
panti asuhan
“Kegiatan ini untuk meningkatkan
silaturahmi keluarga besar FKG Unsyiah
sekaligus menjalin silaturahmi dengan
penghuni Panti Asuhan An Nur,” ujar Dr.
drg. Zaki Mubarak.
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
36 37FAKULTASFAKULTAS
Melihat kegiatan yang penuh berkah ini,
maka kita akan teringat dengan riwayat
dari Ibnu Abi Dunya dari Hibban bin Abi
Jandah, “Sesungguhnya sedekah yang
paling cepat sampai ke langit adalah
bila seseorang menyiapkan makanan
yang baik lalu ia mengundang saudara-
saudaranya untuk menikmatinya”
(Zainudin Al-Malibari, Irsyadul
‘Ibaad [Jakarta: Darul Kutul Al-Islamiyah,
2010], hal. 82).
Sungguh dalam ajaran Islam,
memperbanyak sedekah bukan hanya
untuk membersihkan harta, tetapi juga
menolong mereka yang membutuhkan,
menghilangkan kesombongan, menyebar
manfaat bagi orang lain, sekaligus meraih
pahala. Seperti sabda Rasulullah Saw,
“Siapa memberi makan bagi orang yang
berpuasa, maka baginya pahala seperti
orang yang berpuasa tersebut, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa
itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi ). (mr)
Menebar Manfaatdi Bulan Penuh Berkah
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
“
-
EDISI 212 . JUNI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
38 39ENGLISHENGLISH
Rizki Hawalaina
Learning Respect from Youth Exchange Program
Indonesia Youth and Sport Ministry always held Youth Echange Program to several foreign countries every year. One
of the programs is Indonesia-Malaysia
Youth Echange Program in which I
participated last year. The main purpose
of the program is to maintain bilateral
relationship between the two countries.
The participants were expected to be the
agents who are in charge to strengtenth
the friendship and to discuss about the
current issues between their countries.
Indonesia delegated 18 of their youths
from all over Indonesia to participate
in this program last year. One of them
was me. I was selected to be the
representative of Aceh through a long yet
intense selection. In the process , I was
also chosen to be the Youth Leader who
should lead all of Indonesia delegations
during the program. It means that I
should be twice as wise as I used to be in
my daily life.
As we know that Indonesia and Malaysia
shared a lot of things in common. Our
culture are mostly alike. For some people
, this is a gift to have similar culture. But
for others, it may be something to be
claimed. It is where most of the conflicts
began lately between Indonesia and
Malaysia. We have experienced some of
the conflicts regarding to claiming things
in the previous years. For instance, batik,
wayang, angklung and maybe many
others.
Those issues actually scared me a lot
when I started the program. I thought
about many bad things that could
possibly happen during the program.
What if in one occasion, one of the
Malaysia delegations claims something
which I believe belong to Indonesia?
How am I supposed to react? How could
I say something without hurting neither
Indonesians nor Malaysians? Those kind
of questions was all over my head before I
actually met the Malaysia delegations.
Surprisingly we, Indonesia delegations,
named our generation as Batik
Generation which could possibly heaten
the relationship between us. Actually
we chose that term as our identity
because it stands for Berintegrasi, Aktif,
Informatif dan Komunikatif. We took the
risk just in case they, Malaysians, will be
uncomfortable about it. We assumed
that it might be a bad idea. We discussed
about the worst possibilities. We also kept
reminding each other to react as wise
as possible regarding to our position as
country ambassadors.
When we finally met Malaysia
delegations, all of our perceptions
towards them was all proven to be
wrong. All of the worst cases we have
prepared to be involved in did not
happen at all. What happened was totally
different. They really respected us and
never claimed or said something sensitive.
They totally changed my perception
towards Malaysian whom I mostly believe
to be when I watched on tv or read on
the newspaper.
Coincidentally, we welcomed them
in Jakarta using batik from all over
Indonesia. But surprisingly, they did
not even say bad things about it.
Otherwise, they loved it. They kept
giving compliments about our batik.
Moreover, they bought a lot of batik in
Indonesia as souvenir because they said
that in Malaysia batik was too expensive.
It totally made me think that it could
possibly the issue did not influence those
who could think wisely. They showed
that accepting similarities or differences is
beautiful.
Another situation that surprised me was
when I visited an art center in Malaysia
where they performed wayang to
welcome us. But again, they surprised
me when they said that they learned
about wayang from Indonesia. They did
not claim it as theirs. That was a really
humble act from them. The point is,
Youth Exchange Program taught me to
respect and to love both similarities and
differences. (fhr)
Curriculum VitaeNama : NurchalisLahir : Tanjong Mesjid,3 Juli 1993Usia : 23 tahun Educational BackgroundFKIP Bahasa Inggris Unsyiah : 2011 - SekarangMAS Jeumala Amal : 2008 – 2011MTsS Jeumala Amal : 2005 – 2008SD Dayah Teungoh : 1999 – 2005 Social Medias• Email: [email protected]• Instagram:chalis_elbarca
• Facebook:NurchalisElBarca
Achievement:• Juara 1 penulisan English Essay Unsyiah• Runner up Indonesia – Korea Youth
Exchange Program• Delegasi Indonesia untuk Program
Pertukaran Pemuda Indonesia-Malaysia• Pemuda Berprestasi Provinsi Aceh tahun
2016
Another situation that surprised me was when I visited an art center in Malaysia where they performed wayang to welcome us.
“
-
40 GALERI 41GALERI
Jajaran pimpinan Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah) bersilaturahmi dengan
pimpinan, dosen, dan staf di lingkungan
Universitas. Silaturahmi ini dipimpin oleh
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,
M.Eng.
Rektor mengatakan, civitas akademika
Unsyiah sedang berupaya menjadikan
Unsyiah berstatus Badan Layanan
Umum (BLU). Ketika BLU sudah berhasil,
maka akan dibentuk panitia guna
meningkatkan status menjadi Perguruan
Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).
Silaturahmi ini merupakan kegiatan rutin
tahunan dalam bulan suci Ramadan.
Tahun ini, silaturahmi di awali dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas
Kedokteran Hewan, Fakultas Teknik,
Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas MIPA,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Pascasarjana, dan berakhir di Kantor
Pusat Administrasi Unsyiah.
-
42 43GALERI
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
-
44
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
45
-
EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017
46 47ASPIRASIASPIRASI