Membuka Keterisolasian Melalui Pendidikanhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Warta... ·...

25

Transcript of Membuka Keterisolasian Melalui Pendidikanhumas.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Warta... ·...

  • EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    3

    SETIAP WARGA negara berhak untuk

    mendapat pendidikan. Demikianlah

    amanat yang dituangkan dalam pasal 31

    ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia

    tahun 1945. Salah satu tujuan pendidikan

    adalah meningkatkan keimanan dan

    ketakwaan serta akhlak mulia dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    dan salah satu cara untuk meningkatkan

    mutu pendidikan adalah membuka

    akses sumber belajar yang dekat dengan

    domisili peserta didik. Inilah yang

    menjadi pertimbangan pemerintah dalam

    membentuk Program Studi di Luar Kampus

    Utama (PSDKU) yang dituangkan melalui

    Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan

    Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

    Nomor 1 Tahun 2017. Sebelumnya, PSDKU

    lebih dikenal dengan Program Studi di Luar

    Domisili (PDD) yang penyelenggaraannya

    berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

    Nasional RI Nomor 30 Tahun 2009.

    Menindaklanjuti amanat peraturan di atas,

    Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melalui

    keputusan Rektor Unsyiah membuka

    kampus PDD di Kabupaten Gayo Lues pada

    tahun 2014. Tujuan pembukaan kampus

    ini untuk membuka akses pendidikan lebih

    luas di Aceh, terutama bagi warga yang

    berada di wilayah tengah dan tenggara

    Aceh. Selain itu, kehadiran kampus ini

    diharapkan dapat membuka keterisolasian

    daerah yang berada di gugusan Bukit

    Barisan dan Gunung Leuser ini.

    Unsyiah selaku wakil pemerintah pusat

    dalam penyelenggaraan pendidikan terus

    berupaya meningkatkan pelaksanaan

    Tri Dharma Perguruan Tinggi di PSDKU

    Gayo Lues. Terbukti hadirnya kampus ini

    membuka akses komunikasi dan informasi

    sehingga memudahkan masyarakat.

    Bahkan, jaringan internet juga dapat

    dinikmati dengan baik oleh masyarakat

    sehingga memudahkan proses belajar

    mengajar. Puncaknya pada tahun

    2016 lalu, bertepatan dengan hari jadi

    Unsyiah ke-55 tahun, kampus ini beserta

    Pemerintah Aceh melaksanakan Bakti

    Sosial Terintegrasi di kabupaten Seribu

    Bukit ini. Kegiatan tersebut disamping

    untuk memperkenalkan kampus ini,

    juga merupakan wujud pengabdian dan

    perhatian Unsyiah bagi masyarakat Aceh.

    (Redaksi)

    MembukaKeterisolasianMelalui Pendidikan

    HUSNI FRIADY, S.T., M.M.

    IFTITAH

  • EDISI 207 . JANUARI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    5

    IZIN TERBITDITERBITKAN OLEHPERINTIS

    PEMBINA

    PENASIHAT BIDANG REDAKSI

    PENASIHAT BIDANG ADMINISTRASI & PENGEMBANGANKETUA PENGARAHPEMIMPIN REDAKSIWAKIL PEMIMPIN REDAKSIREDAKTUR PELAKSANASEKRETARIS REDAKTUREDITORPEWARTA

    FOTOGRAFERLAYOUTERADMINISTRASI & KEUANGANLOGISTIKSIRKULASIWEB MASTER

    STT No. 1138/SK/DITJEN PPG/STT/1987 Humas Universitas Syiah Kuala, Banda AcehProf. Dr. Abdullah Ali, M.Sc. (alm.); Drs. T. A. Hasan Husin (alm.); T. Syarif Alamuddin, Sm. Hk. (alm.)Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. (Rektor Universitas Syiah Kuala) Dr. Hizir (Wakil Rektor I); Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC. (Wakil Rektor III); Dr. Nazamuddin, S.E., M.A. (Wakil Rektor IV)

    Prof. Dr. Husni Jalil, S.H., M.Hum. (Wakil Rektor II)Drs. Zulkarnaini M. YasinHusni Friady, S.T., M.M.Fajriana, S.E. | Hayatana, S.E.Reza Fahlevi, S.I.PMuarrief Rahmat, S.Pd.Ferhat, S.EIbnu Syahri Ramadhan, S.E. | Cut Dini Syahrani, S.Si | Fahmi Risnaldi, S.PdSyahri Afrizal, S.I.Kom.Sayed JamaluddinRika Marlia, S.E., M.M.Munawar, S.H.SaidiMuhammad Iqbal, S.I.Kom

    WARTA UNSYIAHEDISI 212 . JUNI 2017

    ISSN 0215-2916TEBAL ISI 48 HALAMAN

    DITERBITKAN OLEHHUMAS UNIVERSITASSYIAH KUALA

    REDAKSI WARTA UNSYIAH

    [email protected] TVWEBSITEwww.humas.unsyiah.ac.idFACEBOOK@univ.syiahkuala.idINSTAGRAMuniv_syiahkualaEMAILwarta@unsyiah.ac.id

    Warta Unsyiah mengajak para pembaca untuk mengirim tulisan terbaiknya ke majalah resmi Unsyiah ini. Silakan kirim tulisan terbaik Anda disertai foto dan biodata diri ke email [email protected] (600-700 kata)

    WARTAGeliat Pendidikan di PSDKU Gayo Lues

    POLEMMeunyoe hana ligat digulong le ureung barat

    SAG

    OE

    PO

    LEM

    IFTITAH 3MEMBUKA KETERISOLASIAN MELALUI PENDIDIKAN

    EDUKASI 8-9URGENSI QANUN PENDIDIKAN KEBENCANAAN

    MAHASISWA 10-11MAHASISWA UNSYIAH CIPTAKAN ROBOT POINTER

    FOKUS 12-17GELIAT PENDIDIKAN DI PSDKU GAYO LUESFOKUS PADA OPTIMALISASI PEMBELAJARAN

    PROFIL 18-19HIDUP DENGAN SKALA PRIORITAS

    PENGABDIAN 20-22BERINOVASI UNTUK MENGABDI

    RELIGIA 24-25ISLAM INDONESIA SEBAGAI TELADAN DUNIA

    PERSPEKTIF 26-27HUKUMAN CAMBUK DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI

    RISET 28-29MERAMU TEH DAUN KOPI

    KREATIF 30-31PUISI-PUISI MUKSIN ALATAS

    FAKULTAS 36-37MENEBAR MANFAAT DI BULAN PENUH BERKAH

    ENGLISH 38-39LEARNING RESPECT FROM YOUTH EXCHANGE PROGRAM

    ASPIRASI 46-47BAGAIMANA MENURUT KAMU PROGRAM RAMADAN DI KAMPUS (RDK) UNIVERSITAS SYIAH KUALA?

    10

    4 DAFTAR ISIREDAKSI

    20

    18

  • 6

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    7

    Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah. Fungsi serta manfaat laboratorium digunakan sebagai sarana (alat) untuk membantu belajar memahami metode ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Teori yang disertai dengan praktikum merupakan salah satu pemecahan masalah secara ilmiah.

  • 8

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    9

    Urgensi QanunPendidikan Kebencanaan

    semester lalu. Sebab bagi Unsyiah,

    materi pendidikan kebencanaan menjadi

    kebutuhan mendesak bagi generasi

    muda Aceh agar menjadi generasi siaga

    dan tangguh.

    Selain menyusun naskah akademik

    kebencanaan, Unsyiah melalui Tim Satgas

    Pemulihan Pasca Gempa Pidie Jaya juga

    telah merumuskan enam aksi prioritas

    lainnya demi pemulihan Kabupaten Pidie

    Jaya pasca gempa. Enam aksi prioritas

    tersebut adalah pendampingan proses

    pembangunan fisik dan infrastruktur,

    membangun rumah sakit kontainer,

    pemetaan patahan gempa, Kuliah

    Kerja Nyata (KKN) Tematik, mendorong

    pembangunan Rumoh Pembelajaran

    Gempa di Aceh, dan penyusunan

    naskah akademik Qanun Pendidikan

    Kebencanaan.

    “Sangat penting bagi Aceh untuk

    melahirkan naskah akademik

    pendidikan kebencananaan agar

    menjadi pembelajaran bukan hanya bagi

    masyarakat Aceh dan Indonesia, tetapi

    juga dunia,” harapnya.

    Sementara itu, Ketua Tim Penyusunan

    Naskah Akademik Qanun Pendidikan

    Kebencanaan Unsyiah, Drs. Denni

    Iskandar, M.Pd., menyebutkan pertemuan

    ini merupakan rangkaian dari aksi Satgas

    Unsyiah.

    “Aceh sebagai daerah yang rawan

    bencana sudah sepatutnya memiliki

    kurikulum pendidikan yang mempelajari

    tentang kebencanaan,” tegasnya.

    Menurut Denni, korban bencana dapat

    diminimalisir jika masyarakat memiliki

    pemahaman yang baik sekaligus memiliki

    kesiapsiagaan dalam bencana. Terlebih

    lagi menurut Data dan Informasi Bencana

    Indonesia (DIBI), Aceh merupakan daerah

    tertinggi di Indonesia yang sering dilanda

    bencana. Tercatat sejak tahun 1815

    “Aceh merupakan wilayah rawan

    bencana, kita ingin pendidikan

    kebencanaan juga diajarkan sebagai

    mata pelajaran wajib di SD hingga SMA

    di seluruh Aceh,” lanjutnya.

    Menyadari Aceh sebagai daerah

    rawan bencana, Unsyiah merasa perlu

    mengambil peran dalam menyikapi

    kesiapsiagaan terhadap bencana

    melalui pendidikan kebencanaan. Hal

    ini dibuktikan dengan mewajibkan

    mahasiswa baru untuk mengikuti mata

    kuliah Mitigasi Bencana dan Lingkungan

    Hidup yang telah dimulai sejak dua

    hingga 2017 terdapat 1.057 bencana di

    Aceh.

    “Maka pertemuan hari ini adalah upaya

    menjaring dan menyerap masukan dari

    berbagai pihak baik secara filosofis,

    sosiologis, dan yuridis sehingga semakin

    memperkaya hasil naskah akademik yang

    sedang disusun,” pungkasnya.

    Fasilitator FGD Dr. Yanis Rinaldi,

    S.H., M.hum., menambahkan,

    naskah akademik tersebut nantinya

    akan dijadikan sebagai draft qanun.

    Kemudian diserahkan kepada pihak

    Dewan Perwakilan Rakyat Aceha (DPRA)

    berupa usul inisiatif. Kegiatan ini turut

    menghadirkan 34 pengambil kebijakan

    dan pakar di bidang pendidikan dan

    kebencanaan baik lokal maupun nasional.

    Hadir pula berbagai unsur masyarakat

    seperti pengawas sekolah, guru, aktivis

    lingkungan, perwakilan media, organisasi

    kemasyarakatan, akademisi, pakar

    bencana, hingga pemuka agama. (mr)

    EDUKASIEDUKASI

    “Berbagai hasil riset kebencanaan menyimpulkan bahwa banyaknya korban manusia dapat

    diminimalisasi apabila masyarakat

    memiliki kesadaran moral yang baik

    tentang kebencanaan. Ketidaksiapan

    masyarakat dalam menghadapi bencana

    disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

    tentang kebencanaan.”

    Paparan Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng

    di atas menjadi pembuka Focus Group

    Discussion (FGD) terkait pembahasan

    penyusunan naskah akademik Qanun

    Pendidikan Kebencanaan di Aceh. Acara

    yang diadakan di Balai Senat Unsyiah

    ini merupakan bentuk gagasan Unsyiah

    melalui Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan

    Pasca Gempa Pidie Jaya.

    Prof Samsul menjelaskan hingga

    kini belum ada payung hukum

    yang mengatur tentang pendidikan

    kebencanaan di Aceh, baik itu

    pendidikan formal maupun non-formal.

    Padahal lembaga pendidikan memiliki

    peranan penting untuk meningkatkan

    kesiapsiagaan masyarakat dalam

    menghadapi bencana.

    Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kebencanaan.

  • 10

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami gempa bumi. Ini dikarenakan lokasi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga

    lempeng besar yaitu lempeng Eurasia,

    lempeng Indo-Australia, dan lempeng

    Pasifik. Pada tahun 2004 yang lalu,

    sebuah gempa dahsyat yang disusul

    gelombang tsunami meluluhlantakkan

    Aceh. Bencana gempa bumi juga terjadi

    di Pidie Jaya pada Desember 2016

    silam dan menelan banyak korban jiwa.

    Korban yang berjatuhan memerlukan

    penanganan langsung dalam bentuk

    evakuasi. Terkadang, tim evakuasi yang

    terjun ke lokasi gempa mengalami

    kesulitan untuk menemukan korban

    gempa. Hal ini diakibatkan banyaknya

    reruntuhan bangunan di sekitar korban.

    Latar belakang ini yang menjadi motivasi

    mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas

    Syiah Kuala, untuk menciptakan Ropo

    (robot pointer).

    Ropo merupakan hasil cipta dari tim

    Program Kreativitas Mahasiswa (PKM),

    Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro,

    Unsyiah. Tim ini memiliki anggota yang

    terdiri dari Bima Sakti Syadza Sausan,

    Achmi Yuliani, Intan Permatasari, dan

    Hendrik Leo. Tim ini dibimbing oleh

    Mohd. Syaryadhi S.T., M.Sc,. Ropo

    dibuat di laboratorium elektronika dan

    instrumentasi Fakultas Teknik, Unsyiah,

    pada 31 Mei 2017 yang lalu.

    Bima Sakti menjelaskan ada beberapa

    tujuan diciptakannya Ropo, yaitu

    sebagai penunjuk jalan bagi tim SAR

    (Search and Rescue) dalam mencari

    korban gempa yang sulit dijangkau

    dalam reruntuhan. Diharapkan hadirnya

    Ropo dapat mempermudah tim SAR

    untuk menemukan korban gempa.

    Ropo dilengkapi dengan roda dan tiga

    sensor ultrasonic sehingga mudah untuk

    menjangkau lokasi yang sulit terdeteksi.

    Ketika bencana gempa terjadi, Ropo

    diturunkan di lokasi gempa dan

    mencari rute aman serta

    detail korban gempa.

    Ropo dikendalikan oleh

    seorang user (pengguna)

    melalui remote control.

    Semua informasi yang

    terekam oleh tiga

    sensor ultrasonic

    akan diteruskan ke

    tim SAR secara

    nirkabel oleh

    MAHASISWA

    modul zigbee yang terpasang pada Ropo.

    Hal ini juga dilakukan untuk menunjang

    tingkat keselamatan dari tim SAR sendiri.

    Selain itu, Ropo juga dibuat dalam

    rangka mengikuti Pekan Kreativitas

    Mahasiswa yang diadakan pada Juli 2017

    di Unsyiah. Ajang PKM ini merupakan

    tempat berkumpulnya mahasiswa dan

    audience yang berdatangan dari berbagai

    tempat. Dalam ajang tersebut, Ropo

    yang merupakan karya cipta mahasiswa

    Aceh juga diikutsertakan. Hal ini

    sekaligus membuktikan jika mahasiswa

    Aceh juga dapat menghasilkan inovasi

    unggulan dalam bidang teknologi.

    Diharapkan di ajang PKM, Ropo

    dapat menjadi terobosan baru dalam

    menangani korban bencana yang

    sering terjadi di Aceh. Walau saat ini

    Ropo hanya dapat beraktifitas di lokasi

    bencana gempa bumi, ke depannya

    Ropo diharapkan dapat diturunkan saat

    bencana longsor atau banjir.

    Bima Sakti berharap semoga dengan

    adanya penemuan Ropo ini dapat

    menginspirasi pemuda-pemuda Aceh

    untuk terus berinovasi dalam hal

    teknologi.

    “Semoga ke depan, anak-anak Aceh

    dapat menciptakan robot maupun mesin

    berkualitas tinggi yang bermanfaat dalam

    menangani masalah bencana. Semoga

    project seperti ini dapat dukungan penuh

    dari pemerintah, sehingga anak Aceh

    dapat terus berkarya demi kemajuan

    bangsa dan negara,” harap Bima Sakti.

    (fhr)

    Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Robot Pointer

    11MAHASISWA

    Semoga ke depan, anak-anak Aceh dapat menciptakan robot maupun mesin berkualitas tinggi yang bermanfaat dalam menangani masalah bencana.

    “RALATPada rubrik Mahasiswa edisi 212 Juni 2017, tertulis: UKM Economic Otomotif Club Unsyiah.Seharusnya tertulis, UKM Economic Otomotif Club Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsyiah.Mohon maaf atas kekeliruan ini.

  • 12

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    13

    Geliat Pendidikan

    di PSDKUGayo Lues

  • 14

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    15

    Perjalanan menuju Gayo Lues benar-benar menguji adrenalin. Medan yang berbukit serta tebing yang curam adalah karakteristik dari daerah

    yang bersinggungan langsung dengan

    Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser

    (TNGL) ini. Sulitnya akses perjalanan

    menuju Gayo Lues adalah salah satu

    faktor yang menyebabkan daerah ini sulit

    berkembang. Padahal Gayo Lues memiliki

    potensi yang cukup menjanjikan.

    Hal ini yang kemudian menjadi perhatian

    besar Unsyiah, yaitu bagaimana

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat

    Gayo Lues. Salah satu caranya adalah

    memberikan akses pendidikan yang

    mudah bagi masyarakat setempat.

    Sebab akses pendidikan yang mudah

    menempuh pendidikan di perguruan

    tinggi yang selama ini sulit didapat

    akhirnya terselesaikan. Kemudahan

    akses pendidikan ini akhirnya membuka

    kembali harapan para orang tua tentang

    masa depan anaknya. Harapan agar

    mereka tumbuh menjadi generasi cerdas

    sehingga mampu meningkatkan kualitas

    hidupnya.

    Harapan besar masyarakat inilah yang

    terus menguatkan tekad Unsyiah dalam

    melayani pendidikan. Bagi Unsyiah,

    inisiatif mendirikan PSDKU sejatinya

    adalah bentuk lain pengabdian Unsyiah

    bagi masyarakat. Seperti ungkapan

    Rektor Unsyiah yang berharap dari

    PSDKU Gayo Lues ini akan lahir putra-

    putri terbaik dari wilayah Aceh bagian

    tengah. Mereka adalah orang-orang

    yang berpotensi, tetapi terkendala untuk

    melanjutkan pendidikan karena faktor

    ekonomi atau faktor lainnya.

    “Yang sangat penting adalah Unsyiah

    ingin memberikan pengabdian di

    pendidikan tinggi yang berkualitas

    kepada putra-putri terbaik di wilayah

    Aceh bagian tengah ini. Mereka adalah

    anak-anak bangsa yang memiliki

    hak yang sama untuk mendapatkan

    pendidikan,” ujar Rektor. (ib)

    FOKUSFOKUS

    merupakan satu dari tiga indikator

    penting dalam meningkatkan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) selain akses

    kesehatan dan daya beli.

    Maka pada tahun 2014, Unsyiah

    mendirikan kampusnya di Tanah Gayo

    ini dengan nama Pendidikan Di Luar

    Domisili (PDD) Gayo Lues. Lokasi kampus

    ini berada di Desa Akul Blangnangka,

    Kecamatan Blangjerango, Kabupaten

    Gayo Lues. Lalu pada tahun 2017, nama

    PDD Gayo Lues berubah menjadi Program

    Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU)

    karena merujuk pada Peraturan Menteri

    Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No

    1 Tahun 2017 tentang PSDKU Perguruan

    Tinggi.

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Samsul Rizal,

    M.Eng, berharap kehadiran PSDKU Gayo

    Lues bisa memberikan pemerataan akses

    daerah setempat untuk masuk PSDKU

    Gayo Lues.

    “Pada angkatan pertama, fully kita

    terima masyarakat Gayo Lues sebagai

    calon mahasiswa di PSDKU Gayo Lues.

    Tesnya pun kita laksanakan di sana,” ujar

    Dr. Hizir selaku Wakil Rektor I Unsyiah

    Bidang Akademik di ruang kerjanya.

    Kini, geliat pendidikan di PSDKU Gayo

    Lues pun semakin terasa. Hal ini ditandai

    dengan calon mahasiswa yang mendaftar

    tidak lagi berasal dari daerah Gayo Lues

    saja. Tetapi juga berasal dari kabupaten

    lain, bahkan ada juga yang berasal dari

    luar Aceh. Kehadiran PSDKU Gayo Lues

    ini benar-benar telah mengubah dunia

    pendidikan di daerah ini. Akses untuk

    Pada angkatan pertama, fully kita terima masyarakat Gayo Lues sebagai calon mahasiswa di PSDKU Gayo Lues. Tesnya pun kita laksanakan di sana.

    “pendidikan bagi putra-putri terbaik di

    kawasan tengah Aceh serta Sumatera

    Utara. Sebab merekalah yang nantinya

    bertanggung jawab secara moril untuk

    membangun daerahnya.

    “Karena itu kita membuka program

    studi yang sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat di wilayah tengah ini.

    Tujuannya untuk dapat menjaga

    ekosistem Leuser dan membangun

    masyarakat sekitar,” ujar Rektor.

    Unsyiah mendirikan empat program studi

    di PSDKU Gayo Lues, yaitu Pendidikan

    Biologi, Manajemen, Argoteknologi,

    dan Kehutanan sebagai program studi

    favorit di kampus ini. Di tahun pertama,

    Unsyiah memprioritaskan putra-putri

  • 16 17

    Tahun ini merupakan tahun pertama mahasiswa Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Gayo Lues mengikuti kegiatan Kuliah

    Kerja Nyata (KKN) Unsyiah. Jika semua

    berjalan lancar, maka tahun depan

    para mahasiswa ini akan lulus sebagai

    angkatan pertama PSDKU Gayo Lues.

    “Insya Allah, cepat atau lambat tahun

    depan mereka sudah ada yang lulus,”

    ujar Wakil Rektor I Bidang Akademik

    Unsyiah, Dr. Hizir.

    Menurut Dr. Hizir, tahun ini merupakan

    tahun paling sibuk bagi tenaga

    pendidikan serta dosen PSDKU Gayo

    Lues. Pasalnya, mereka sedang berjuang

    menyusun akreditasi sejumlah prodi yang

    ada di PSDKU Gayo Luess. Akreditasi

    dipersiapkan agar para wisudawan

    nantinya tidak lulus begitu saja. Karena

    selain disiplin ilmu yang mereka pelajari,

    status akreditasi juga penting saat

    mereka masuk ke dunia kerja. Peluang

    mereka untuk diterima kerja lebih besar

    jika prodinya telah terakreditasi.

    Dr. Hizir juga menambahkan, untuk

    mengirimkan dosen ke PSDKU Gayo

    Lues juga membutuhkan biaya yang

    cukup besar. Selain itu, para dosen

    juga harus menempuh minimal 12

    jam perjalanan. Dengan kondisi ini,

    harus mempertimbangkan banyak hal

    dengan memperbandingkan hasil yang

    didapatkannya.

    “Jadi semua ini harus dilihat bukan hanya

    benefit ekonomi, tetapi juga benefit

    sosialnya,” ujarnya.

    Semua cara ini ditempuh Unsyiah agar

    dunia pendidikan di Gayo Lues bisa terus

    bergeliat. Pihak Kemenristekdikti pun

    sangat mengapresiasi kinerja Unsyiah

    terkait PSDKU Gayo Lues ini. Seperti yang

    pernah disampaikan Staf Ahli Bidang

    Akademik dari Kemenristekdikti, Prof. Dr.

    Paulina Pannen, M.Ls, kepada Dr. Hizir.

    “Mereka sangat appreciate dengan

    sistem pendidikan jarak jauh yang

    dilakukan Unsyiah. Karena sistem ini

    sangat cocok dilakukan di Indonesia yang

    terdiri dari ribuan pulau yang jaraknya

    sangat jauh dari satu tempat ke tempat

    lain,” jelas Dr. Hizir.

    Melihat begitu banyaknya hal positif dari

    PSDKU Gayo Lues, beberapa kabupaten

    di Aceh pun meminta agar Unsyiah

    membuka program pendidikan yang

    sama di daerahnya. Namun Unsyiah tidak

    ingin gegabah menjawab permintaan

    tersebut. Karena selain terikat Peraturan

    Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan

    Tinggi, Unsyiah juga masih fokus untuk

    mengoptimalkan program studi yang ada

    di PSDKU Gayo Lues.

    “Sejatinya kita welcome untuk setiap

    permintaan. Tapi saat ini fokus kita

    adalah optimalisasi pembelajaran di Gayo

    Lues,” pungkas Dr. Hizir. (ib)

    FOKUSFOKUS

    Fokus Pada Optimalisasi Pembelajaran

    PSDKU Gayo Lues. Sementara untuk

    sistem mengajar, Unsyiah menerapkan

    dua model pembelajaran yaitu dengan

    sistem tatap muka dan telekonferensi.

    Melalui telekonferensi, dosen yang

    berada di Banda Aceh bisa memberikan

    transfer ilmu dengan mahasiswa yang

    berada di Gayo Lues. Sehingga saat

    perkuliahan berlangsung, dosen tetap

    dapat mengawasi jalannya perkuliahan.

    Mahasiswa pun bisa berinteraksi atau

    tanya-jawab dengan dosen.

    Meski demikian, Dr. Hizir tidak ingin

    membandingkan mana sistem belajar

    yang lebih baik antara tatap muka atau

    telekonferensi. Sebab menurutnya, kedua

    sistem ini merupakan hal yang berbeda.

    “Cara belajar yang paling baik tentu saja

    bertatap muka langsung. Tetapi, khusus

    telekonferensi adalah solusi yang paling

    rasional untuk kondisi pendidikan jarak

    jauh seperti PSDKU Gayo Lues,” jelasnya.

    “Belakangan ini semua tenaga

    pendidikan dan dosen di sana sedang

    bahu-membahu demi akreditasi. Sebab

    target kita begitu mahasiswa lulus,

    prodinya sudah terakreditasi. Tidak

    mudah memang, tapi bukan berarti tidak

    mungkin,” ungkap Dr. Hizir.

    Namun, jauh sebelum penyusunan

    akreditasi ini, Unsyiah telah terlebih

    dahulu mengoptimalkan sumber daya

    yang ada agar proses pendidikan di

    PSDKU Gayo Lues semakin berkualitas.

    Untuk dosen misalnya, Unsyiah telah

    melakukan seleksi para lulusan perguruan

    tinggi terbaik untuk menjadi dosen

    kontrak di PSDKU Gayo Lues.

    “Mereka dipilih sesuai dengan bidang

    yang sudah ditentukan di empat prodi.

    Numerasi mereka juga lumayan besar,”

    ujar Dr. Hizir.

    Selain dosen kontrak, Unsyiah juga

    mengirimkan dosen-dosennya yang

    ada di Darussalam untuk mengajar di

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    Sejatinya kita welcome untuk setiap permintaan. Tapi saat ini fokus kita adalah optimalisasi pembelajaran di Gayo Lues.

  • t

    PROFIL

    Terpilih sebagai Mahasiswa Prestasi Unsyiah 2017 tidak membuat Idha berbesar hati. Perempuan bertubuh mungil ini sadar bahwa

    penghargaan ini punya tanggung

    jawabnya. Idha harus bisa menunjukkan

    kalau ia memang layak menyandang

    status prestisius tersebut. Kini, semangat

    belajar Idha bertambah. Ia tidak ingin

    nilai akademiknya turun.

    Ada banyak yang berubah dari

    perempuan kelahiran Indrapuri, 19

    April 1996 ini, setelah dirinya didaulat

    sebagai Mahasiswa Prestasi Unsyiah.

    Selain menjaga nilai akademik, Idha juga

    berupaya untuk menjadi teladan bagi

    teman-temannya.

    “Predikat ini justru menjadi protect

    bagi diri Idha sendiri. Oh iya, ya, Idha

    itu anak berprestasi Unsyiah. Jadi

    enggak boleh jadi anak jahat. Harus

    menjadi contoh bagi teman lain,”

    ungkapnya.

    Setelah sukses di tingkat

    universitas, Idha harus bersaing

    mewakili Unsyiah di tingkat

    nasional untuk Mahasiswa

    Prestasi Nasional. Namun,

    perjuangan Idha harus

    terhenti. Dari 150

    peserta yang

    mengikuti ajang ini, Idha gagal masuk 15

    besar. Menurutnya salah satu penyebab

    kegagalan dirinya adalah karena ia lemah

    di bidang KTI (Karya Tulis Ilmiah).

    “Jadi sebelumnya Idha belum pernah

    menulis karya tulis ilmiah. Ini pengalaman

    baru bagi Idha,” ujarnya.

    Menjadi pribadi yang pantang menyerah

    untuk mengejar berprestasi tampaknya

    telah menjadi karakter anak dari Muslim

    dan Fatmaliza ini. Sebab bukan hanya di

    bidang akademik saja, Idha juga sukses

    meraih banyak prestasi di bidang seni.

    Seperti pada tahun 2016 lalu, Idha

    mewakili Unsyiah pada Peksiminas (Pekan

    Seni Mahasiswa Nasional) XIII di Sulawesi

    Tenggara. Lalu di tahun yang sama, Idha

    sukses meraih juara III Band Etnik Cardinal

    Art and Culture Competition di Bali.

    Bagi Idha, setiap prestasi yang ia raih

    adalah caranya untuk membanggakan

    orang-orang yang dicintainya, khususnya

    orang tua. Karena untuk saat ini, ia

    belum mampu membahagiakan orang

    tuanya dari segi finansial sebab masih

    bergantung pada mereka.

    “Kalau dari sisi finance, sekarang Idha

    belum bisa kasih apa-apa. Jadi bagi Idha

    cara banggain orang tua saat ini adalah

    terus berprestasi,” ujarnya.

    Seperti pada April lalu, Idha terpilih

    untuk mewakili Unsyiah dalam student

    exchange ke Finlandia dan Belanda

    pada kegiatan INDOPED-Modernizing

    Indonesian Higher With Tested European

    Pedagogical Practice Project 2017.

    Selama dua minggu di Finlandia, ia

    belajar banyak tentang sistem pendidikan

    Hatchery yang selama ini dianut negara

    Eropa Utara itu.

    “Itu adalah pengalaman pertama Idha

    ke Eropa dan ke luar negeri,” ucapnya

    sambil tersenyum.

    Sepintas, cara belajar Idha memang

    tampak seperti mahasiswa lainnya. Hanya

    saja, Idha mengerti apa yang menjadi

    skala prioritas dalam hidupnya. Bahkan

    ia mengklasifikasi setiap kegiatannya

    berdasarkan tingkat kegentinganya. Idha

    membaginya dalam empat skala prioritas:

    penting dan mendesak, mendesak,

    mendesak tapi tidak penting, lalu tidak

    penting dan tidak mendesak.

    Begitu pula dalam menggunakan media

    sosial, sesuatu yang menurutnya sangat

    addict bagi mahasiswa. Tapi Idha sadar,

    kapan saatnya harus berhenti untuk

    mengerjakan hal yang bermanfaat

    lainnya.

    “Jadi yang mana yang penting dulu,

    itulah yang Idha kerjakan,” ucapnya.

    Kini mahasiswi semester tujuh jurusan

    Peternakan Unsyiah ini sedang fokus

    untuk membangun mimpinya, yaitu

    untuk menjadi pengusaha di bidang

    peternakan. Impian ini sangat terkait

    dengan masa kecil Idha. Sebab saat

    tinggal di Takengon, ayahnya bekerja di

    BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul)

    sehingga di rumahnya ada banyak jenis

    ternak. Saking cintanya dengan ternak,

    Idha selalu memberi nama setiap anak

    kambingnya yang lahir. Ia juga sangat

    sedih jika ada anak kambing yang mati.

    Bahkan saat kecil, ada satu pengalaman

    yang paling berkesan dalam hidupnya

    yaitu membantu persalinan seekor

    kambing.

    “Sampai sekarang Idha masih ingat

    pengalaman itu. Karena alhamdulillah,

    persalinannya berhasil,” ucapnya

    tersenyum. (ib)

    HIDUPDENGAN SKALA PRIORITAS

    18 19PROFIL PROFIL

    Predikat ini justru menjadi protect bagi diri Idha sendiri.

    EDISI 213 . JULI 2017

    IDHA RACHMADANYMAHASISWA PRESTASI UNSYIAH 2017

  • 20 PENGABDIAN 21PENGABDIAN

    Peran perguruan tinggi bagi negara selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat. Peran yang dirangkum dalam Tri Dharma Perguruan

    Tinggi berupa pendidikan, penelitian,

    dan pengabdian harus terus digapai

    oleh setiap perguruan tinggi. Universitas

    Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai Jantong

    Hatee Rakyat Aceh ingin terus memompa

    semangat berinovasi untuk mengabdi

    bagi Indonesia, khususnya Provinsi Aceh.

    Kali ini, pengabdian itu diwujudkan

    dalam bentuk sebuah inovasi mobile

    pengolah air bertenaga surya yang diberi

    nama Ie Dhiet 1.0. Inovasi tersebut

    digawangi oleh tiga dosen, yaitu, Dr.

    Zahrul Fuadi, S.T., M.Sc, Muhammad

    Tadjuddin, ST, M.Eng.SC, dan Dr.

    Iskandar, ST, M.Eng.SC. Ketiga dosen

    itu juga melibatkan mahasiswa dari

    Laboratorium Desain dan Manufaktur

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

    (FT), Unsyiah. Mereka adalah Mahadir

    Muhammad, Muhammad Fadli Damanik,

    Ridho Fadil Aulia, Mardhatillah, Yusuf

    Zaini, dan Saiful Hadiullah.

    Kerja keras dan kerja sama tim dosen dan

    mahasiswa ini mampu menyelesaikan

    pengerjaan mesin pengolah air bertenaga

    surya yang termasuk berteknologi tinggi.

    Hasil karya mahasiswa dan dosen FT

    Unsyiah ini mampu menyimpan energi

    listrik hingga 220 volt dengan fasilitas

    penerangan 12 volt. Guna menyelamatkan

    ekosistem bumi, sumber tenaga yang

    digunakan untuk energi mesin berasal dari

    solar cell atau tenaga surya.

    Mobile pengolahan air bertenaga surya

    ini mampu menyuplai air bersih yang

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    BERINOVASIUNTUK MENGABDI

    Mobile pengolahan air bertenaga surya ini mampu menyuplai air bersih yang layak diminum untuk masyarakat.

  • 22

    EDISI 213 . JULI 2017

    layak diminum untuk masyarakat. Mesin

    pengolah air bersih sangat dibutuhkan

    oleh pengungsi atau masyarakat yang

    berada di tengah bencana yang biasanya

    kekurangan air. Jika pun tersedia,

    volumenya sangat terbatas seperti yang

    terjadi pasca bencana gempa bumi di

    desa Meunasah Jurong, Kabupaten Pidie

    Jaya. Saat itu, banyak masyarakat yang

    mengkonsumsi air yang mengandung

    senyawa Fe (besi). Selain itu, mesin ini

    juga untuk menfasilitasi masyarakat yang

    berada di kawasan yang belum dialiri air

    bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum

    (PDAM). Melihat kondisi itu, tim FT

    Unsyiah tergerak dan terinspirasi untuk

    membuat Ie Dhiet 1.0. agar seluruh

    daerah di Aceh tersedia air bersih yang

    layak untuk dikonsumsi.

    PENGABDIAN

    Muhammad Tadjuddin S.T., M.Eng.

    Sc yang juga Ketua Laboratorium

    Desain dan Manufaktur FT Unsyiah

    menyebutkan, mesin Ie Dhiet 1.0 sangat

    cocok digunakan di daerah rawan

    bencana atau daerah yang kesulitan

    mendapatkan air bersih. Alat ini bekerja

    dengan tiga kali penyaringan yang

    filternya terdiri dari zat mangan, karbon

    aktif, filter satu micron, dan filter tiga

    micron. Setelah melewati tiga tahap

    penyaringan dengan menggunakan filter

    aktif, maka air yang dihasilkan dapat

    digunakan oleh masyarakat.

    Membutuhkan waktu satu bulan untuk

    merampungkan pengerjaan mesin

    Ie Dhiet 1.0. Sementara biaya yang

    dihabiskan untuk pembuatan satu

    unit mesin mencapai Rp 30-35 juta.

    Mengingat Provinsi Aceh termasuk

    kawasan yang rentan terjadinya bencana,

    jumlah biaya tersebut tidak sebanding

    dengan kebutuhan masyarakat.

    Maka kehadiran mesin pengolah

    air ini diharapkan dapat membantu

    masyarakat yang terkena bencana

    atau yang kekurangan air bersih. Jadi

    sudah sepantasnya inovasi civitas

    akademika Unsyiah ini menjadi bagian

    dari pengabdian yang diberikan Unsyiah

    untuk Aceh. Keberhasilan Unsyiah dalam

    menciptakan hasil karyanya akan terus

    berlanjut. Capaian-capaian seperti ini

    akan terus dikejar oleh Unsyiah guna

    mewujudkan universitas yang inovatif,

    mandiri, dan terkemuka. (Rz)

  • pluralisme. Kalau kita lihat sejarahnya,

    agama yang pertama kali masuk ke

    wilayah Indonesia adalah Hindu-Budha,

    kemudian disusul oleh agama Kristen dan

    Katolik, serta yang terakhir yaitu agama

    Islam. Islam mudah diterima penduduk

    Indonesia karena syarat masuk agama

    Islam sangat mudah, hanya dengan

    mengucapkan dua kalimat syahadat.

    Seiring dengan berjalannya waktu,

    kehidupan sosial dan kehidupan

    beragama masyarakat Indonesia semakin

    kompleks. Pada awal abad ke-21, isu-

    isu terorisme yang mengatasnamakan

    Islam mulai bermunculan di tengah

    masyarakat. Isu tersebut mulai mencuat

    pasca meletusnya bom Bali yang

    menewaskan banyak orang, terutama

    warga negara asing. Pelaku bom berdalih

    untuk memerangi negara-negara barat.

    Sebenarnya pelaku utama terorisme itu

    bukanlah orang Indonesia, melainkan

    orang-orang yang berasal dari Timur

    Tengah. Orang Indonesia adalah

    pendukung perdamaian dunia.

    Apabila kita melihat perkembangan

    dunia Islam sekarang, banyak terjadi

    perpecahan umat Islam. Konflik terjadi di

    mana-mana dan banyak di antara sesama

    umat Islam yang saling mengatakan

    golongan lain sesat. Memang ada

    beberapa aliran dalam agama Islam,

    seperti Sunni dan Syi’ah. Kedua aliran

    itu merupakan aliran terbesar yang

    penganutnya tersebar di seluruh penjuru

    dunia. Islam Syi’ah banyak dianut oleh

    penduduk negara Iran, sedangkan Islam

    Sunni banyak dianut oleh penduduk

    negara-negara di Asia Tenggara,

    termasuk Indonesia.

    Di Timur Tengah, peperangan antarumat

    Islam tiada henti-hentinya. Sudah banyak

    jatuh korban jiwa tak terkecuali anak-

    anak. Slogan perdamaian sepertinya

    jauh dari pikiran mereka. Namun,

    peristiwa demikian tidak terjadi di negara

    Indonesia. Indonesia yang merupakan

    negara dengan populasi umat Islam

    terbesar di dunia masih bisa menjaga

    kerukunan antarumat beragama,

    khususnya antarumat Islam. Hal ini

    tidak terlepas dari semboyan negara,

    yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Maknanya

    adalah walaupun berbeda-beda agama,

    ras, suku, dan golongan tetap satu jua.

    Kalau pun terjadi perbedaan, maka

    perbedaan itu muncul karena ada

    kesalahpahaman di antara sesama umat

    Islam sendiri. Pada hakikatnya agama

    Islam itu bersumber dari ajaran yang

    sama, yaitu apa yang diajarkan oleh Nabi

    Muhammad Saw melalui Alquran dan

    hadist.

    24 25RELIGIARELIGIA

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    Di sisi lain, umat Islam di Indonesia

    merasa sangat nyaman dalam beribadah,

    tanpa anda tekanan dan intimidasi dari

    pihak manapun. Umat Islam Indonesia

    juga bisa menghargai perbedaan antara

    satu golongan dengan golongan lain,

    misalnya antara organisasi Nahdhatul

    Ulama dan Muhammadiyah. Kedua

    organisasi ini merupakan organisasi

    masyarakat Islam terbesar yang ada di

    Indonesia. Namun, masih ada beberapa

    aliran yang dianut oleh sebagian kecil

    masyarakat Indonesia. Perbedaan aliran

    ini terlihat pada saat penentuan awal

    bulan Ramadan dan hari raya, baik hari

    raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

    Kendati demikian, masyarakat Indonesia

    tidak mempermasalahkan perbedaan

    subtansial tersebut. Pemerintah juga

    membolehkan rakyatnya merayakat

    hari lebaran pada waktu yang berbeda.

    Meskipun pemerintah sudah menetapkan

    tanggal awal bulan Ramadan dan hari

    raya. Ini merupakan suatu kebebasan

    yang mungkin tidak dapat kita temui di

    belahan bumi lain. Kebebasan beribadah

    di Indonesia merupakan suatu hal yang

    pantas diteladani oleh negara-negara

    lain.

    Tugas berat kita sebagai umat

    Islam di Indonesia sekarang adalah

    mempertahankan persatuan dan

    kesatuan bangsa. Kerukunan antarumat

    beragama yang telah tercipta jangan

    sampai ternodai oleh isu-isu yang tidak

    benar. Semoga kita mampu menjadi

    umat Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (Rz)

    Berbicara tentang Indonesia berarti sedang berbicara mengenai keberagaman. Ketika orang mendengar kata Indonesia yang terlintas

    dalam benaknya adalah alam yang indah,

    hutan hujan tropis yang lebat, sumber

    daya alam yang melimpah, penduduknya

    yang ramah, dan corak budaya yang

    sangat banyak dan unik. Tidak ada

    habisnya kalau kita berbicara mengenai

    Indonesia.

    Sebagaimana diketahui, Indonesia

    merupakan negara kesatuan dengan

    bentuk pemerintahan negara

    republik. Indonesia terletak di Benua

    Asia tepatnya di Asia Tenggara. Dengan

    luas lebih dari 1,9 juta kilometer persegi,

    Indonesia merupakan negara terluas di

    kawasan Asia Tenggara dan terluas ke-

    16 di dunia. Berdasarkan hasil sensus

    penduduk tahun 2010, jumlah penduduk

    negara ini mencapai 237 juta jiwa.

    Jumlah yang sangat besar ini membawa

    Indonesia ke urutan keempat sebagai

    negara terbesar di dunia, setelah Cina,

    India, dan Amerika Serikat.

    Penduduk Indonesia sangat heterogen,

    baik dari segi agama, suku, ras, dan adat

    istiadat. Di negara ini terdapat enam

    agama resmi yang diakui negara, yaitu

    agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

    Budha, dan Khonghucu. Mayoritas

    penduduk Indonesia menganut agama

    Islam. Berdasarkan data yang dirilis Badan

    Pusat Statistik tahun 2010, persentase

    umat muslim Indonesia kini berjumlah

    87,2 persen. Kemudian penganut agama

    Kristen sebanyak 6,9 persen, Katolik

    sebanyak 2,9 persen, Hindu sebanyak 1,7

    persen, Budha 0,7 persen, dan Konghucu

    sebanyak 0,05 persen.

    Selain itu, Indonesia juga terdiri dari

    ratusan suku bangsa yang tersebar di

    seluruh pelosok Nusantara. Sudah sejak

    lama rakyat Indonesia hidup dalam

    IRMANSYAH

    MAHASISWA PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS

    MIPA UNSYIAH

    Islam Indonesiasebagai Teladan Dunia

    Umat Islam Indonesia juga bisa menghargai perbedaan antara satu golongan dengan golongan lain, misalnya antara organisasi Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.

  • Pasangan gay yang tertangkap basah di Rukoh, Darussalam, akhirnya menerima hukuman atas perbuatannya yaitu cambukan sebanyak

    83 kali di Masjid Besar Syuhada,

    Lamgugop, Banda Aceh. Pasangan

    homoseksual yang viral videonya

    di media sosial itu divonis bersalah

    karena melakukan perbuatan liwath

    (homoseksual) yang melanggar Qanun

    Nomor 7 Tahun 2014.

    Acara pelaksanaan hukuman cambuk

    hari itu sangatlah heboh baik sebelum

    dan sesudah pelaksanaannya. Sebab

    ini merupakan pertamakalinya di Aceh

    ada pelaku liwath (homoseksual)

    yang tertangkap dan dihukum atas

    Sebenarnya, ketakutan pada hukum

    jinayat tersebut adalah hal yang terlalu

    dibesar-besarkan. Pelaksanaan hukum

    cambuk di Aceh dilakukan secara

    manusiawi. Sebelum dicambuk, terhukum

    diperiksa dulu kesehatannya. Apabila di

    tengah prosesi cambuk terhukum merasa

    tidak sanggup, algojo akan berhenti

    sejenak. Prosesi cambuk pun dilakukan

    dengan kondisi terhukum mengenakan

    busana lengkap. Jika ketidakmanusiawian

    ini dilihat dari mempertontonkan prosesi

    cambuk dan membacakan biodata

    lengkap di depan umum, itu merupakan

    konsekuensi dari perilaku yang telah

    dilakukannya. Sebab hukuman cambuk ini

    lebih bertujuan untuk menimbulkan efek

    jera dan malu bagi pelaku.

    Sakit fisik yang dirasakan dari hukuman

    cambuk pun hanya sebentar. Efeknya

    pun tidak separah hukuman kebiri

    kimiawi yang dapat mengakibatkan

    penuaan dini, pengurangan massa otot

    yang memperbesar kesempatan tubuh

    menumpuk lemak, dan meningkatkan

    resiko penyakit jantung dan pembuluh

    darah. B.F Skinner, ahli psikologi

    behaviouristik yang terkenal dengan teori

    Operant Conditioning (Pengondisian

    Operant) menyatakan, jika perilaku

    manusia dipengaruhi oleh lingkungan.

    Suatu perilaku bisa ada apabila perilaku

    itu dipelajari.

    Perilaku dapat dimodifikasi baik

    diperlemah atau diperkuat dengan

    penguatan (reinforcement) secara positif

    maupun negatif bahkan dihapus dengan

    hukuman (punishment). Reinforcement

    positif adalah penguatan suatu perilaku

    dengan stimulus yang menyenangkan,

    misalnya memberikan hadiah saat

    berhasil mendapatkan sebuah prestasi.

    Reinforcement negatif merupakan

    penguatan suatu perilaku berdasarkan

    prinsip bahwa frekuensi respon

    meningkat karena diikuti dengan

    penghilangan stimulus yang merugikan

    atau tidak menyenangkan. Contohnya

    seperti menunda atau tidak memberi

    penghargaan, memberikan tugas

    tambahan atau menunjukkan perilaku

    tidak senang.

    Perilaku bisa dihapuskan dengan

    hukuman (punishment) yaitu suatu proses

    di mana konsekuesi dari suatu perilaku

    menghasilkan penurunan kemunculan

    perilaku di masa depan. Misalnya pada

    terpidana hukuman cambuk pada kasus

    liwath. Cambuk merupakan konsekuensi

    tidak menyenangkan yang ia terima

    setelah melakukan perbuatan tersebut.

    Prosesi cambuk dapat menimbulkan

    berbagai perasaan seperti rasa malu dan

    efek jera. Sehingga diharapkan perilaku

    amoral ini tidak muncul lagi di masa

    depan. Prosesi cambuk yang dilakukan

    dapat dikatakan modifikasi perilaku

    dengan metode punishment untuk

    mencegah serta mengurangi angka

    pelaku LGBT.

    Pelaksanaan hukum cambuk

    yang dipertontonkan juga dapat

    memberikan efek bagi penonton yang

    menyaksikannya. Banyak masyarakat

    yang mengaku takut dicambuk dan

    membayangkan betapa malunya

    keluarga. Hadirnya rasa takut tersebut

    diharapkan dapat menurunkan jumlah

    pelaku pelanggar syariat Islam. (Ib/Syr)

    NADHIRA RIZKIA FATHA

    MAHASISWI PRODI PSIKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    26 27PERSPEKTIFPERSPEKTIF

    EDISI 213 . JULI 2017EDISI 213 . JULI 2017

    Hukuman Cambukdalam Pandangan Psikologi

    perbuatannya. Media sosial pun penuh

    dengan keriuhan pro dan kontra tentang

    hukuman ini sampai Direktur Amnesti

    Internasional Untuk Asia Tenggara dan

    Pasifik Josef Benedict ikut berkomentar.

    Setelah dilegalkannya LGBT di Amerika

    Serikat pada tahun 2015 lalu, banyak

    orang yang akhirnya tidak malu

    dengan identitasnya sebagai LGBT

    bahkan menyerukan kampanye Sayangi

    LGBT karena HAM. Kita mengetahui

    bahwasanya LGBT secara ajaran agama

    maupun moral (dalam budaya timur)

    sama sekali tidak dibenarkan.

    Aceh selaku provinsi yang memegang

    teguh syariat Islam tidak mungkin

    membiarkan penyebaran LGBT semakin

    subur. Sama seperti pelanggar hukum

    syariat Islam lainnya; khalwat (berdua-

    duaan dengan lawan jenis di tempat

    sepi), maisir (judi), khamar (minuman

    alkohol). Setiap pelanggaran dikenai

    hukuman agar perilaku ini tidak semakin

    subur di Aceh bahkan Indonesia.

    Hukum pidana berdasarkan syariat Islam

    atau hukum jinayah masih dianggap

    sebagai hukum yang kurang manusiawi.

    Hukum ini cenderung dianggap

    menakutkan dan barbar karena hukuman

    yang diberikan memanglah menakutkan,

    misalnya potong tangan bagi pelaku

    pencurian, rajam atau dilempari

    batu sampai meninggal bagi pelaku

    perzinahan.

    Pelaksanaan hukum cambuk yang dipertontonkan juga dapat memberikan efek bagi penonton yang menyaksikannya. Banyak masyarakat yang mengaku takut dicambuk dan membayangkan betapa malunya keluarga.

  • hanya buahnya saja yang bermanfaat,

    tetapi juga daunnya berkhasiat sebagai

    minuman herbal?

    Sejarah minuman herbal berbahan dasar

    daun kopi terbilang unik. Konon zaman

    dahulu, saat Jepang masih menjajah

    dan berkuasa di Ranah Minang, mereka

    mengambil kopi segar dari tanah warga

    pribumi dan mengekspornya ke luar

    negeri. Akibatnya warga pribumi tidak

    dapat menikmati air seduhan dari buah

    kopi tersebut. Padahal masa itu, minum

    kopi memiliki keistimewaan tersendiri

    yang menggambarkan tingginya derajat

    seseorang. Akhirnya warga mengganti

    ketiadaan buah kopi dengan olahan

    daun kopi yang ternyata rasanya tidak

    kalah nikmat.

    Selain rasanya nikmat untuk diminum,

    teh herbal daun kopi juga berkhasiat

    bagi kesehatan tubuh. Hasil penelitian

    Royal Botanic Gardens di Kew, London

    dan Joint Research Unit for Crop

    Diversity, Adaptation and Development

    in Montpellier di Perancis yang dilansir

    MedicalDaily (Aaron Davies dan Claudine

    Campa), menyebutkan jika teh dari daun

    kopi memiliki kandungan antioksidan

    yang tinggi dan mangiferin. Senyawa

    ini mempunyai efek anti peradangan,

    menurunkan kadar kolestrol, melindungi

    saraf di otak, mengurangi risiko penyakit

    diabetes, membantu melawan penyakit

    jantung dan kanker, serta bisa langsung

    mengatasi kelaparan dan kelelahan

    (sumber: Detik Food, 2013). Khasiat

    ini sangat cocok dikonsumsi untuk

    mnenghindari dan mencegah berbagai

    penyakit berbahaya.

    Salah satu penghasil komoditas kopi

    terbesar di Indonesia adalah Aceh,

    tepatnya di dataran tinggi Bener Meriah

    dan Takengon. Di sana merupakan

    daerah penghasil kopi jenis arabica

    dan beberapa jenis lainnya seperti

    robusta, ateng dan kecak.

    Memanfaatkan potensi serta

    sumber daya alam yang

    ada untuk dijadikan

    produk baru sangatlah

    menarik. Terlebih

    lagi jika Aceh belum memproduksinya.

    Selain mengoptimalkan potensi, dapat

    juga memanfaatkan limbah berupa tunas

    baru dari pohon kopi yang biasanya

    dipangkas agar tidak menyulitkan

    pemeliharaan dan pemungutan hasil.

    Selain itu, limbah yang berupa tunas baru

    ini dapat mengurangi banyaknya buah

    yang akan dipanen.

    Proses pembuatan teh dari daun

    kopi sama dengan pembuatan teh

    pada umumnya yaitu melalui proses

    pelayuan, perajangan, tahap fermentasi

    melalui enzim pada daun, dan tahap

    pengeringan. Tidak seperti teh yang

    biasa kita minum, ada keunikan lain dari

    teh herbal daun kopi. Terutama aroma

    dan rasanya berbeda dari teh-teh lain.

    Jika teh yang biasa kita minum beraroma

    mawar atau melati, teh herbal daun kopi

    ini beraroma teh bercampur kopi. Untuk

    meningkatkan inovasi agar mampu

    bersaing di pasaran, teh herbal daun

    kopi dapat dikombinasi dengan bahan

    lain agar memiliki nilai tambah. Seperti

    diketahui, Aceh merupakan daerah kaya

    tanaman termasuk di antaranya jenis

    turunan atsiri seperti, pala, cengkeh,

    28 29RISETRISET

    kayu manis, nilam, dan kayu putih.

    Masing-masing turunan ini memiliki

    manfaat dan khasiat tersendiri.

    Saat ini, khususnya di Bener Meriah,

    belum begitu banyak produksi teh

    herbal dari daun kopi. Ini dikarenakan

    kurangnya informasi mengenai fungsi

    serta manfaat dari daun kopi secara luas.

    Padahal dengan jumlah kebun kopi yang

    sangat banyak telah mencukupi untuk

    memproduksi teh herbal dari daun kopi.

    Sehingga dapat menambah pemasukan

    bagi petani-petani kopi dengan

    memanfaatkan daun yang biasanya

    dibuang.

    Selain itu, hadirnya teh herbal daun

    kopi dapat menambah daftar oleh-oleh

    khas Aceh terutama dari Tanah Gayo.

    Peluang ini membuat saya tertarik untuk

    meneruskan ide ini menjadi lahan bisnis

    dan menggantikan teh yang biasa kita

    konsumsi dengan minuman herbal

    berkhasiat. Sebab kesuksesan itu dilihat

    dari seberapa besar kita bermanfaat bagi

    orang lain maupun orang banyak. (cds)

    RESTI HANDAYANI

    MAHASISWI PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNSYIAH,

    ANGGOTA ATSIRI RESEARCH CENTER UNSYIAH, ANGGOTA INDONESIA

    ISLAMIC BUSINESS FORUM.

    EDISI 208 . FEBRUARI 2017 EDISI 208 . FEBRUARI 2017EDISI 212 . JUNI 2017EDISI 213 . JULI 2017

    Kopi, siapapun mengenal tanaman yang hidupnya di dataran tinggi ini. Tanaman kopi memiliki beberapa spesies. Buahnya

    berwarna merah dan berbunga layaknya

    melati. Sejak zaman dahulu, buah

    ini sangat populer hingga diekspor

    ke beberapa negara di benua Eropa.

    Buah dengan kadar kafein yang

    tinggi ini sangat digemari oleh semua

    kalangan masyarakat untuk diminum

    air seduhannya. Bahkan pada tahun

    2012, Indonesia pernah menjadi urutan

    ketiga negara eksportir kopi terbesar di

    dunia. Namun, apakah Anda tahu bukan

    Proses pembuatan teh dari daun kopi sama dengan pembuatan teh pada umumnya yaitu melalui proses pelayuan, perajangan, tahap fermentasi melalui enzim pada daun, dan tahap pengeringan. Tidak seperti teh yang biasa kita minum, ada keunikan lain dari teh herbal daun kopi.

    Meramu TehDaun Kopi

  • 30

    EDISI 213 . JULI 2017

    31KREATIFKREATIF

    EDISI 213 . JULI 2017

    MUKSIN ALATAS

    ALUMNI PRODI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

    PENGETAHUAN ALAM UNSYIAH

    DI LAUT TENGAH SEPADU KATAAngin berhembus jauh di pantai

    Pesona Malaka menghias zaman

    Warna ungu di balik awan

    Di halauan dara melempar senyum

    Sambutan refleks di ekor mata

    Jauh disayang di balik kudung

    Terbuka katup gerbang hati

    Kalbu berahi sapa menyapa

    Ku tunaikan asal negeri

    Pelan selembut busa

    Tertangkap indra asal sang dara

    Negeri patiang di Malaysia

    Dara jelita ingin seri

    Dia mensudi asalku pula

    Spontan kujawab wajah berseri

    Asal desaku tuan

    Di kota Idi tanah rencong

    Di ujung barat Indonesia

    Dua hati jadi kiambang

    Selat Malaka menjadi biduk

    PELARIANDARI DERITAJika hatiku duka pilu

    Ku ajak dia menari dendang

    Untuk pelipur lara

    Dengan penaku petik seni

    Di kala aku merindu

    Semua sapa menepi

    Jangankan seluas senyum

    Lirik benci pun tiada

    Kenapa aku menangis?

    Bola mata ditutupi kabut

    Rintik-rintik securah di pipi

    Ini karena guruh cinta

    KESAN BELAKAJika ku ingatku kenang-kenang

    Air mataku derai berlinang

    Kembali semua terbayang

    Putus janji di rembang petang

    Di bawah pohon yang rindang

    Berpeluk bagai tak lekang

    Laksana di awang-awang

    Hidup semati canang

    Di pagi indah hatiku terbang

    Dia telah menghilang

    Direnggut jaka petualang

    Berlayar ke tanah seberang

    Bilaku hitung-hitung

    Pilu sampai ke dasar tulang

    TINGGI MENJULANGSemua insan berkeinginan

    Keagungan cinta kemuliaan

    Kebencian mengutuk kemiskinan

    Pukul rata terpeluk kejadian

    Memuja harapan istana impian

    Intan berlian gemerlapan

    Kisah seribu satu malam

    Gelaran duli paduka sultan

    Namun dibalik kenyataan

    Tunggal kuasa milik Tuhan

    Yang dibenci jadi pujaan

    Yang dipuja jadi kenangan

    Memeluk kebahagiaan

    Terangkul kemiskinan

    Di gubuk rotan

    Di sebuah tepian

  • 32

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    33GALERIGALERI

    Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Abulyatama (Unaya), Kabupaten Aceh Besar, menjalin kerja sama terkait peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pembinaan hubungan kelembagaan.

    Perjanjian kerja sama ini tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dan Rektor Unaya, R. Agung Efriyo Hadi, Ph.D.,

    di ruang mini Rektor Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh.

    Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menggandeng Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)

    dalam Uji Sahih Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang

    tentang Pengelolaan Kekayaan Negara dan Daerah (PKND). Kegiatan ini

    dilaksanakan di ruang Balai Senat, Unsyiah.

    Universitas Syiah Kuala melalui Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Pasca Gempa Pidie Jaya melakukan penyusunan naskah akademik Qanun Pendidikan Kebencanaan di Aceh. Penyusunan tersebut dilaksanakan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) yang berlanngsung di ruang Balai Senat, Unsyiah.

  • EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    34 35GALERIGALERI

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., memberikan sambutan dalam acara sosialisasi dan bedah buku “Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia” di gedung AAC Dayan Dawood.

    Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Bank Indonesia wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala.

    Dr.rer.nat. Ilham Maulana memberikan ceramah Ramadan dalam acara buka puasa bersama civitas akademika di Hall Gedung AAC Dayan Dawood.

    Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry memperingati malam Nuzulul Quran bersama di Masjid Jamik Kampus Unsyiah, Darussalam. Peringatan Nuzulul Quran dirangkai dengan pelaksanaan tarawih yang diimami oleh Ustaz Hajarul Akbar Alhafiz SHI MA. Sementara ceramah agama yang bertema Alquran sebagai Solusi Kongkrit Umat Akhir Zaman Menuju Kebangkitan Islam disampaikan oleh Pimpinan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) K.H Syuhada Bachri LC.

    Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dipilih oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan

    Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) untuk menjadi pengasuh dua perguruan tinggi

    di Aceh yaitu Universitas Serambi Mekkah (USM), Banda Aceh dan Universitas Jabal

    Ghafur (Unigha), Sigli. Kesepakatan ini terjalin dalam Kick of Meeting Program Hibah Asuh

    Perguruan Tinggi dan Program Studi 2017 yang ditandatangani oleh Rektor Unsyiah,

    Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng., Rektor USM, Dr. H. Abdul Gani Asyik, MA, dan Rektor

    Unigha, Drs. Sulaiman Usman M.Pd, di Balai Senat Unsyiah.

  • “Sebaik-baik manusia adalah yang paling

    bermanfaat bagi orang lain.”

    (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)

    Kisah Khalifah Umar saat menjenguk rakyatnya pada suatu malam sangat membekas pada jiwa-jiwa muslim yang beriman. Betapa

    tidak, masa itu, Umar merasa bersalah

    saat mengetahui ada rakyatnya seorang

    ibu yang kekurangan makanan. Ibu

    tersebut memasak makanan berupa

    bebatuan bagi anaknya yang kelaparan.

    Mengetahui hal itu, Umar langsung

    membawa gandum dan makanan lainnya

    ke rumah tersebut. Hal ini dilakukan

    Umar sebagai bentuk pengabdian dan

    pelayanan kepada masyarakat.

    Kisah ini tentu juga hadir dalam segenap

    hati civitas akademika Unsyiah. Salah

    satunya tergambar dalam kegiatan yang

    dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa

    (UKM) Simetris dan Badan Eksekutif

    Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran

    Gigi (FKG), Unsyiah. Dalam memeriahkan

    bulan suci Ramadan, dua lembaga

    mahasiswa ini menggelar buka puasa

    bersama yang diberi tajuk Molar (Momen

    Silaturahmi Ramadan) yang dilaksanakan

    di Panti Asuhan An Nur, Banda Aceh.

    Kegiatan ini merupakan bentuk kepekaan

    mahasiswa bagi masyarakat sekitar,

    seperti yang dicontohkan Umar.

    Kegiatan Molar dilaksanakan pada

    Ramadan ke-13. Muhammad Roni,

    Ketua Panitia Acara, mengatakan jika

    kegiatan ini merupakan media untuk

    menjalin silaturahmi sekaligus momen

    berbagi antar sesama. Ia berharap

    terselenggaranya kegiatan ini dapat

    memupuk pribadi yang lebih peduli dan

    peka terhadap masyarakat sekitar.

    Hal senada juga disampaikan oleh Dekan

    FKG Unsyiah, Dr. drg. Zaki Mubarak,

    M.S., yang berharap kegiatan ini dapat

    mempererat persaudaraan antar sesama,

    terutama civitas akademika FKG. Ia

    sangat mendukung kegiatan ini yang

    merupakan bentuk kesadaran kampus

    dalam memberikan pelayanan dan

    pengabdian bagi masyarakat. Sebab

    menurutnya akan ada nilai-nilai yang

    lahir dalam kegiatan ini, salah satunya

    kesadaran berbagi antar sesama. Selain

    buka puasa bersama, kegiatan turut

    diisi dengan tausyiah agama, pemutaran

    video Ramadan, penampilan tahfiz, dan

    permainan yang melibatkan penghuni

    panti asuhan

    “Kegiatan ini untuk meningkatkan

    silaturahmi keluarga besar FKG Unsyiah

    sekaligus menjalin silaturahmi dengan

    penghuni Panti Asuhan An Nur,” ujar Dr.

    drg. Zaki Mubarak.

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    36 37FAKULTASFAKULTAS

    Melihat kegiatan yang penuh berkah ini,

    maka kita akan teringat dengan riwayat

    dari Ibnu Abi Dunya dari Hibban bin Abi

    Jandah, “Sesungguhnya sedekah yang

    paling cepat sampai ke langit adalah

    bila seseorang menyiapkan makanan

    yang baik lalu ia mengundang saudara-

    saudaranya untuk menikmatinya”

    (Zainudin Al-Malibari, Irsyadul

    ‘Ibaad [Jakarta: Darul Kutul Al-Islamiyah,

    2010], hal. 82).

    Sungguh dalam ajaran Islam,

    memperbanyak sedekah bukan hanya

    untuk membersihkan harta, tetapi juga

    menolong mereka yang membutuhkan,

    menghilangkan kesombongan, menyebar

    manfaat bagi orang lain, sekaligus meraih

    pahala. Seperti sabda Rasulullah Saw,

    “Siapa memberi makan bagi orang yang

    berpuasa, maka baginya pahala seperti

    orang yang berpuasa tersebut, tanpa

    mengurangi pahala orang yang berpuasa

    itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi ). (mr)

    Menebar Manfaatdi Bulan Penuh Berkah

    Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

  • EDISI 212 . JUNI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    38 39ENGLISHENGLISH

    Rizki Hawalaina

    Learning Respect from Youth Exchange Program

    Indonesia Youth and Sport Ministry always held Youth Echange Program to several foreign countries every year. One

    of the programs is Indonesia-Malaysia

    Youth Echange Program in which I

    participated last year. The main purpose

    of the program is to maintain bilateral

    relationship between the two countries.

    The participants were expected to be the

    agents who are in charge to strengtenth

    the friendship and to discuss about the

    current issues between their countries.

    Indonesia delegated 18 of their youths

    from all over Indonesia to participate

    in this program last year. One of them

    was me. I was selected to be the

    representative of Aceh through a long yet

    intense selection. In the process , I was

    also chosen to be the Youth Leader who

    should lead all of Indonesia delegations

    during the program. It means that I

    should be twice as wise as I used to be in

    my daily life.

    As we know that Indonesia and Malaysia

    shared a lot of things in common. Our

    culture are mostly alike. For some people

    , this is a gift to have similar culture. But

    for others, it may be something to be

    claimed. It is where most of the conflicts

    began lately between Indonesia and

    Malaysia. We have experienced some of

    the conflicts regarding to claiming things

    in the previous years. For instance, batik,

    wayang, angklung and maybe many

    others.

    Those issues actually scared me a lot

    when I started the program. I thought

    about many bad things that could

    possibly happen during the program.

    What if in one occasion, one of the

    Malaysia delegations claims something

    which I believe belong to Indonesia?

    How am I supposed to react? How could

    I say something without hurting neither

    Indonesians nor Malaysians? Those kind

    of questions was all over my head before I

    actually met the Malaysia delegations.

    Surprisingly we, Indonesia delegations,

    named our generation as Batik

    Generation which could possibly heaten

    the relationship between us. Actually

    we chose that term as our identity

    because it stands for Berintegrasi, Aktif,

    Informatif dan Komunikatif. We took the

    risk just in case they, Malaysians, will be

    uncomfortable about it. We assumed

    that it might be a bad idea. We discussed

    about the worst possibilities. We also kept

    reminding each other to react as wise

    as possible regarding to our position as

    country ambassadors.

    When we finally met Malaysia

    delegations, all of our perceptions

    towards them was all proven to be

    wrong. All of the worst cases we have

    prepared to be involved in did not

    happen at all. What happened was totally

    different. They really respected us and

    never claimed or said something sensitive.

    They totally changed my perception

    towards Malaysian whom I mostly believe

    to be when I watched on tv or read on

    the newspaper.

    Coincidentally, we welcomed them

    in Jakarta using batik from all over

    Indonesia. But surprisingly, they did

    not even say bad things about it.

    Otherwise, they loved it. They kept

    giving compliments about our batik.

    Moreover, they bought a lot of batik in

    Indonesia as souvenir because they said

    that in Malaysia batik was too expensive.

    It totally made me think that it could

    possibly the issue did not influence those

    who could think wisely. They showed

    that accepting similarities or differences is

    beautiful.

    Another situation that surprised me was

    when I visited an art center in Malaysia

    where they performed wayang to

    welcome us. But again, they surprised

    me when they said that they learned

    about wayang from Indonesia. They did

    not claim it as theirs. That was a really

    humble act from them. The point is,

    Youth Exchange Program taught me to

    respect and to love both similarities and

    differences. (fhr)

    Curriculum VitaeNama : NurchalisLahir : Tanjong Mesjid,3 Juli 1993Usia : 23 tahun Educational BackgroundFKIP Bahasa Inggris Unsyiah : 2011 - SekarangMAS Jeumala Amal : 2008 – 2011MTsS Jeumala Amal : 2005 – 2008SD Dayah Teungoh : 1999 – 2005 Social Medias• Email: [email protected]• Instagram:chalis_elbarca

    • Facebook:NurchalisElBarca

    Achievement:• Juara 1 penulisan English Essay Unsyiah• Runner up Indonesia – Korea Youth

    Exchange Program• Delegasi Indonesia untuk Program

    Pertukaran Pemuda Indonesia-Malaysia• Pemuda Berprestasi Provinsi Aceh tahun

    2016

    Another situation that surprised me was when I visited an art center in Malaysia where they performed wayang to welcome us.

  • 40 GALERI 41GALERI

    Jajaran pimpinan Universitas Syiah

    Kuala (Unsyiah) bersilaturahmi dengan

    pimpinan, dosen, dan staf di lingkungan

    Universitas. Silaturahmi ini dipimpin oleh

    Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal,

    M.Eng.

    Rektor mengatakan, civitas akademika

    Unsyiah sedang berupaya menjadikan

    Unsyiah berstatus Badan Layanan

    Umum (BLU). Ketika BLU sudah berhasil,

    maka akan dibentuk panitia guna

    meningkatkan status menjadi Perguruan

    Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).

    Silaturahmi ini merupakan kegiatan rutin

    tahunan dalam bulan suci Ramadan.

    Tahun ini, silaturahmi di awali dari

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas

    Kedokteran Hewan, Fakultas Teknik,

    Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan

    Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas

    Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

    Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas MIPA,

    Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

    Pascasarjana, dan berakhir di Kantor

    Pusat Administrasi Unsyiah.

  • 42 43GALERI

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

  • 44

    EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    45

  • EDISI 213 . JULI 2017 EDISI 213 . JULI 2017

    46 47ASPIRASIASPIRASI