Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi … · akan membawa masyarakat Riau ke dalam...

298
Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau 2014

Transcript of Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi … · akan membawa masyarakat Riau ke dalam...

Rencana Induk

Pengembangan E-Government

Provinsi Riau

2014

Halaman 1.1-2 dari 298 halaman

DAFTAR ISI

1 Pendahuluan ____________________________________________ 1-5

1.1 Dasar Pelaksanaan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-

Government Provinsi Riau _______________________________________ 1.1-7

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-

Government Provinsi Riau _______________________________________ 1.2-9

1.3 Aspek Pemanfaatan Teknologi Informasi __________________________ 1.3-17

1.4 Inisiatif E-Government Sampai Saat Ini ___________________________ 1.4-19

1.5 Strategi Pengembangan E-Government ____________________________ 1.5-21 1.5.1 Strategi 1 - Mengembangkan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya, serta

terjangkau oleh masyarakat luas ________________________________________ 1.5-22 1.5.2 Strategi 2 - Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah

otonom secara menyeluruh_____________________________________________ 1.5-24 1.5.3 Strategi 3 - Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal _________________ 1.5-26 1.5.4 Strategi 4 – Meningkatkan Peran Serta Dunia Usaha dan Mengembangkan Industri

Telekomunikasi dan Teknologi Informasi _________________________________ 1.5-28 1.5.5 Strategi 5 - Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), baik pada

pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy

masyarakat _________________________________________________________ 1.5-30 1.5.6 Strategi 6 - Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik

dan terukur _________________________________________________________ 1.5-33

1.6 Pedoman dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government

Provinsi Riau _________________________________________________ 1.6-37 1.6.1 Keseragaman dan Standarisasi __________________________________________ 1.6-37 1.6.2 Terpadu dan Menyeluruh ______________________________________________ 1.6-38 1.6.3 Luwes dan Bersinergi _________________________________________________ 1.6-39 1.6.4 Aman dan Handal ____________________________________________________ 1.6-39 1.6.5 Efektif dan Efisien ___________________________________________________ 1.6-40 1.6.6 Proporsional dan Mudah Digunakan _____________________________________ 1.6-40 1.6.7 Berorientasi pada Peningkatan Sumber Daya Manusia _______________________ 1.6-41

2 Survey dan Analisis ______________________________________ 2-42

2.1 Metoda Survey ________________________________________________ 2.1-42

2.2 Kondisi Terkini dan Permasalahan-Permasalahan __________________ 2.2-44

Halaman 1.1-3 dari 298 halaman

2.2.1 Aplikasi E-Government yang Sudah Dibangun _____________________________ 2.2-44 2.2.2 Kondisi Terkini _____________________________________________________ 2.2-47 2.2.3 Permasalahan-permasalahan ___________________________________________ 2.2-48

2.3 Pendekatan Pengembangan yang akan Digunakan __________________ 2.3-48 2.3.1 Pendekatan Sistem ___________________________________________________ 2.3-48 2.3.2 Pendekatan Atas-Turun _______________________________________________ 2.3-49 2.3.3 Pendekatan Moduler__________________________________________________ 2.3-49 2.3.4 Pendekatan Berkembang ______________________________________________ 2.3-49

2.4 Metode Penerapan Sistem yang Diusulkan _________________________ 2.4-50

2.5 Metodologi Pengembangan yang akan Digunakan ___________________ 2.5-51

2.6 Studi Kelayakan Sistem _________________________________________ 2.6-54 2.6.1 Aspek Penilaian Analisa Kelayakan Perangkat _____________________________ 2.6-55 2.6.2 Analisa Kelayakan Perangkat Lunak _____________________________________ 2.6-57 2.6.3 Analisa Kelayakan Perangkat Keras _____________________________________ 2.6-78 2.6.4 Sistem Jaringan Komunikasi Data _______________________________________ 2.6-92 2.6.5 Desain Jaringan ____________________________________________________ 2.6-107 2.6.6 Klasifikasi Jaringan Berdasarkan Skalabilitas _____________________________ 2.6-110

2.7 Analisis Pembangunan Internet Service Provider __________________ 2.7-113

3 Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau ____ 3-120

3.1 Langkah Pelaksanaan Pengembangan/Implementasi _______________ 3.1-120

E-Government Provinsi Riau _________________________________________ 3.1-120

3.2 Kerangka Arsitektur E-Government _____________________________ 3.2-129 3.2.1 Lapisan Struktur Kerangka Arsitektur E-Government _______________________ 3.2-131 3.2.2 Pilar Pendukung Lapisan Arsitektur E-Government ________________________ 3.2-132

3.3 Kerangka Pelaksanaan Kebijakan Dan Strategi Pengembangan E-

Government _________________________________________________ 3.3-132 3.3.1 Standar Kelayakan Pelayanan Elektronik ________________________________ 3.3-134 3.3.2 Kebijakan Interoperabilitas Situs Pemerintah _____________________________ 3.3-134 3.3.3 Kebijakan Pemanfaatan, Kerahasiaan dan Keamanan Informasi _______________ 3.3-135 3.3.4 Panduan Sistem Manajemen Informasi dan Dokumen Elektronik ______________ 3.3-137 3.3.5 Panduan Pengembangan Aplikasi, Mutu dan Jangkauan Pelayanan Masyarakat __ 3.3-138 3.3.6 Panduan Pengembangan dan Interoperabilitas Situs Unit Kerja Pemerintah Provinsi Riau

3.3-139

3.4 Sistem Manajemen dan Kelembagaan Aplikasi Back-Office E-Government

Provinsi Riau ________________________________________________ 3.4-140 3.4.1 Kebijakan Pendidikan E-Government ___________________________________ 3.4-142

Halaman 1.1-4 dari 298 halaman

3.4.2 Panduan Proyek E-Government ________________________________________ 3.4-143 3.4.3 Kebijakan Pengembangan Kepemerintahan yang Baik dan Manajemen Perubahan 3.4-146 3.4.4 Kebijakan Kelembagaan serta Otorisasi Pemanfaatan dan Pertukaran Informasi __ 3.4-146 3.4.5 Draft Entitas Data Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan

Provinsi Riau ______________________________________________________ 3.4-147

3.5 Strategi Perencanaan dan Evaluasi Biaya Proyek E-Government Provinsi

Riau ________________________________________________________ 3.5-171

3.6 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Keras (Hardware) ________ 3.6-171 3.6.1 Kebutuhan Perangkat Pendukung ______________________________________ 3.6-171 3.6.2 Sistem Jaringan Komunikasi Data Elektronik _____________________________ 3.6-174

3.7 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Lunak (Software) ________ 3.7-177 3.7.1 Pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan dan Pembangunan ____________ 3.7-180 3.7.2 Dukungan Terhadap Program IGOS (Indonesia Go Open Source) _____________ 3.7-182 3.7.3 Pengembangan Sistem e-Learning ______________________________________ 3.7-238 3.7.4 Pengembangan Pusat Informasi Digital Riau ______________________________ 3.7-270

3.8 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Benak (Brainware) _______ 3.7-284 3.8.1 Pelatihan Khusus Tenaga Pengajar/Pendidik di Bidang Teknologi Informasi _____ 3.7-284 3.8.2 Pelatihan Pengguna dan Operator Teknologi Informasi______________________ 3.7-288 3.8.3 Pelatihan Pengelola Teknologi dan Sistem Informasi _______________________ 3.7-292

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1-5 dari 298 halaman

1 Pendahuluan

Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa

dan bernegara secara fundamental menuju ke sistem kepemerintahan yang

demokratis, transparan serta meletakkan supremasi hukum.

Perubahan yang tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan

berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan

rakyat dapat kembali diletakkan pada posisi sentral.

Namun setiap perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu disertai

oleh berbagai bentuk ketidakpastian. Dengan demikian Pemerintah Provinsi

Riau harus mengupayakan kelancaran komunikasi antar

badan/dinas/lembaga yang ada serta mendorong partisipasi masyarakat

luas, agar ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan perselisihan paham

dan ketegangan yang meluas serta berpotensi menimbulkan permasalahan

baru.

Pemerintah Provinsi Riau juga harus lebih terbuka terhadap derasnya aliran

ekspresi aspirasi rakyat dan mampu menanggapi secara cepat dan efektif.

Penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara itu terjadi pada

lingkungan kehidupan antar bangsa yang semakin terbuka, dimana nilai-nilai

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1-6 dari 298 halaman

universal di bidang ekonomi dan perdagangan, politik, kemanusiaan, dan

kelestarian fungsi lingkungan hidup saling berkaitan secara kompleks.

Perubahan yang sedang dijalani terjadi pada saat dunia sedang mengalami

transformasi menuju era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi

yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka

peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi

dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik

merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi

internasional, terutama dalam transaksi perdagangan.

Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global tersebut

akan membawa masyarakat Riau ke dalam jurang kesenjangan digital (digital

divide), yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu

memanfaatkan informasi.

Oleh karena itu penataan yang tengah kita laksanakan harus pula diarahkan

untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.1-7 dari 298 halaman

1.1 Dasar Pelaksanaan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1999 tentang

Telekomunikasi.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000

tentang kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000

tentang Telekomunikasi.

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2000 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Tindak Lanjut Pelaksanaan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999.

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2000 tentang

Pembentukan Tim Koordinasi Tindak Lanjut Pelaksanaan Undang-

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.1-8 dari 298 halaman

Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999.

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang

Tim Koordinasi Telematika Indonesia.

9. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2001 tentang

Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia.

10. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003, tentang

Strategi dan Kebijakan Nasional Pengembangan E-Government.

11. Kerangka kerja Teknologi Informasi Nasional (National IT

Framework/NITF)

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-9 dari 298 halaman

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

1. Penataan sistem pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan

Indonesia pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan

berbangsa dan bernegara secara fundamental menuju ke sistem

kepemerintahan yang demokratis transparan serta meletakkan

supremasi hukum.

Perubahan yang tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi

penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana

kepentingan rakyat dapat kembali diletakkan pada posisi sentral.

2. Memperlancar komunikasi antar lembaga

Setiap perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu disertai

oleh berbagai bentuk ketidakpastian. Dengan demikian pemerintah

harus mengupayakan kelancaran komunikasi dengan antar

lembaganya serta mendorong partisipasi masyarakat luas, agar

ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan perselisihan paham dan

ketegangan yang meluas, serta berpotensi menimbulkan

permasalahan baru.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-10 dari 298 halaman

Pemerintah juga harus lebih terbuka terhadap derasnya aliran ekspresi

aspirasi rakyat dan mampu menanggapi secara cepat dan efektif.

3. Persiapan menghadapi transformasi dari era masyarakat industri

menuju era masyarakat informasi

Perubahan yang sedang dijalani terjadi pada saat ini adalah dunia

sedang mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi.

Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat serta potensi

pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan,

pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar

secara cepat dan akurat.

Kenyataan telah menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik

merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi

internasional, terutama dalam transaksi perdagangan.

Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global

tersebut akan membawa masyarakat Riau ke dalam jurang digital

divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak

mampu memanfaatkan informasi.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-11 dari 298 halaman

Oleh karena itu penataan yang tengah kita laksanakan harus pula

diarahkan untuk mendorong masyarakat Riau menuju masyarakat

informasi.

4. Terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu

menjawab tuntutan perubahan secara efektif

Pemerintah Provinsi Riau harus mampu memenuhi dua syarat utama

tuntutan masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu :

(1) Masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi

kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah, dapat

diandalkan dan terpercaya serta mudah dijangkau secara

interaktif.

(2) Masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka didengar

dengan demikian Pemerintah Provinsi Riau harus

memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan

kebijakannya.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-12 dari 298 halaman

5. Membangun dimensi baru pada sistem birokrasi pemerintahan

Selama ini Pemerintah Provinsi Riau menerapkan sistem dan proses

kerja yang dilandaskan pada tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan

proses kerja semacam itu tidak mungkin menjawab perubahan

yang kompleks dan dinamis, dan perlu ditanggapi secara cepat.

Oleh karena itu di masa mendatang Pemerintah Provinsi Riau harus

mengembangkan sistem dan proses kerja yang lebih lentur (flexible)

untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang kompleks antar

instansinya dengan melibatkan masyarakat dan dunia usaha.

Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan langkah-langkah

berikut:

(1) Memperpendek lini pengambilan keputusan dan memperluas

rentang kendali

Sistem manajemen pemerintah selama ini merupakan sistem

hierarki kewenangan dan komando sektoral yang mengerucut

dan panjang.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-13 dari 298 halaman

Untuk memuaskan kebutuhan masyarakat yang semakin

beraneka ragam di masa mendatang harus dikembangkan

sistem manajemen modern dengan organisasi berjaringan

sehingga dapat memperpendek lini pengambilan keputusan

serta memperluas rentang kendali.

(2) Melonggarkan sekat dengan dunia usaha

Pemerintah Provinsi Riau juga harus melonggarkan dinding

pemisah yang membatasi interaksi dengan sektor swasta

dimana unit kerjanya harus lebih terbuka untuk membentuk

kemitraan dengan dunia usaha (public-private partnership).

(3) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi

Pemerintah Provinsi Riau harus mampu memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan

kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan dan

mendistribusikan informasi serta pelayanan publik.

Dengan demikian Pemerintah Provinsi Riau harus segera

melaksanakan proses transformasi menuju E-Government.

Melalui proses transformasi tersebut, pemerintah dapat

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-14 dari 298 halaman

mendayagunakan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi

untuk menghilangkan sekat-sekat organisasi birokrasi serta

membentuk jaringan sistem manajemen.

Selain itu dapat membangun proses kerja yang

memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara

terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi

dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah

provinsi.

Dengan demikian seluruh lembaga, masyarakat, dunia usaha

dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat

memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara

optimal.

Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-

masing unit kerja agar proses transformasi menuju E-

Government dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

6. Meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien

Pengembangan E-Government merupakan upaya untuk

mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-15 dari 298 halaman

(menggunakan) media elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas

layanan publik secara efektif dan efisien.

Melalui pengembangan E-Government dilakukan penataan sistem

manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas

yang berkaitan yaitu :

(1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen

dan proses kerja secara elektronis;

(2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan

publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh

masyarakat di seluruh wilayah negara.

7. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik

Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang

memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas

serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Provinsi Riau di setiap saat

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.2-16 dari 298 halaman

tanpa dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau

oleh masyarakat.

8. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha

Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk

meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat

kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan

internasional.

9. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi antar lembaga

Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi antar lembaga serta

penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat

berpartisipasi dalam perumusan kebijakan di Provinsi Riau.

10. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan

dan efektif

Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan

dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga

di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.3-17 dari 298 halaman

1.3 Aspek Pemanfaatan Teknologi Informasi

Aspek pemanfaatan teknologi informasi sangat penting dalam menentukan

strategi pengembangan E-Government Provinsi Riau. Pemanfaatan teknologi

informasi pada umumnya ditinjau dari sejumlah aspek sebagai berikut :

1. E-Leadership

Aspek ini berkaitan dengan prioritas dan inisiatif para pengambil

keputusan (stakeholder) di Pemerintah Provinsi Riau dalam

mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

2. Infrastruktur Jaringan Informasi

Aspek ini berkaitan dengan kondisi infrastruktur telekomunikasi serta

akses, kualitas, lingkup, dan biaya jasa akses.

3. Pengelolaan Informasi

Aspek ini berkaitan dengan kualitas dan keamanan pengelolaan

informasi, mulai dari pembentukan, pengolahan, penyimpanan, sampai

penyaluran dan distribusinya.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.3-18 dari 298 halaman

4. Lingkungan Bisnis

Aspek ini berkaitan dengan kondisi pasar, sistem perdagangan, dan

regulasi yang membentuk konteks bagi perkembangan bisnis teknologi

informasi, terutama yang mempengaruhi kelancaran aliran informasi

antara pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha, antar badan

usaha, antara badan usaha dengan masyarakat, dan antar

masyarakat.

5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia

Aspek ini berkaitan dengan penyatuan teknologi informasi ke dalam

kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi serta sejauh

mana teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat melalui

proses pendidikan.

Berbagai studi banding yang dilakukan oleh organisasi internasional

menunjukkan bahwa kesiapan Indonesia masih rendah dan untuk

memperbaikinya diperlukan inisiatif dan dorongan yang kuat dari

pemerintah.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.4-19 dari 298 halaman

1.4 Inisiatif E-Government Sampai Saat Ini

Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan daerah berinisiatif

mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

Departemen Komunikasi dan Informasi, mayoritas situs pemerintah dan

pemerintah daerah otonom masih berada pada tingkat pertama (persiapan),

dan hanya sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua (pematangan).

Sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan tingkat empat (pemanfaatan)

belum tercapai.

Observasi secara lebih mendalam menunjukkan bahwa inisiatif tersebut di

atas belum menunjukan arah pembentukan E-Government yang baik.

Beberapa kelemahan yang menonjol dari pengembangan E-Government

adalah sebagai berikut:

1. Belum ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang efektif

Pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah tersebut, belum

ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang efektif karena

kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber daya manusia

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.4-20 dari 298 halaman

sangat membatasi penyebaran pemanfaatan sistem komputerisasi ke

dalam sistem manajemen dan proses kerja pemerintah.

2. Belum mapannya strategi dan anggaran yang tidak memadai

Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang

dialokasikan untuk pengembangan E-Government pada masing-

masing instansi.

Inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi secara sendiri-

sendiri sehingga dengan demikian sejumlah faktor seperti standarisasi,

keamanan informasi, otentikasi, dan berbagai aplikasi dasar yang

memungkinkan interoperabilitas antar aplikasi perangkat lunak secara

handal, aman, dan terpercaya dalam upaya mengintegrasikan sistem

manajemen dan proses kerja pada instansi pemerintah ke dalam

pelayanan publik yang terpadu, kurang mendapatkan perhatian.

Pendekatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri tersebut tidak cukup

kuat untuk mengatasi kesenjangan kemampuan masyarakat untuk

mengakses jaringan internet, sehingga jangkauan dari layanan publik

yang dikembangkan menjadi terbatas pula.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-21 dari 298 halaman

1.5 Strategi Pengembangan E-Government

Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis E-

Government perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat,

yaitu :

1. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya serta

terjangkau oleh masyarakat luas.

2. Menata sistem manajemen dan proses kerja Pemerintah Provinsi Riau

secara terpadu dan menyeluruh.

3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri

telekomunikasi dan teknologi informasi.

5. Mengembangkan jumlah dan mutu sumber daya manusia baik di

lingkungan Pemerintah Provinsi Riau disertai dengan meningkatkan e-

literacy masyarakat.

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-

tahapan yang realistik dan terukur.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-22 dari 298 halaman

1.5.1 Strategi 1 - Mengembangkan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas

Masyarakat mengharapkan layanan publik yang terintegrasi tidak tersekat-

sekat oleh batasan organisasi dan kewenangan birokrasi. Dunia usaha

memerlukan informasi dan dukungan interaktif dari pemerintah untuk dapat

menjawab perubahan pasar dan tantangan persaingan global secara cepat.

Kelancaran arus informasi untuk menunjang hubungan antar unit kerja

Pemerintah Provinsi Riau serta untuk mendorong partisipasi masyarakat

merupakan faktor penting dalam pembentukan kebijakan negara yang baik.

Oleh karena itu, pelayanan publik harus transparan, terpercaya, serta

terjangkau oleh masyarakat luas melalui jaringan komunikasi dan informasi.

Strategi ini mencakup sejumlah sasaran sebagai berikut :

1. Perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi dan

informasi ke seluruh wilayah Provinsi Riau pada tingkat harga yang

dapat terjangkau oleh masyarakat dengan sejauh mungkin melibatkan

partisipasi dunia usaha.

2. Pembentukan portal-portal informasi dan pelayanan publik yang

dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-23 dari 298 halaman

pemerintah terkait sehingga masyarakat pengguna tidak merasakan

sekat-sekat organisasi dan kewenangan di lingkungan pemerintah.

Sasaran ini akan diperkuat dengan kebijakan tentang kewajiban

seluruh unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau untuk

menyediakan informasi dan pelayanan publik secara on-line.

3. Pembentukan jaringan organisasi pendukung (back-office) yang

menjembatani portal-portal informasi dan pelayanan publik tersebut di

atas dengan situs dan sistem pengolahan dan pengelolaan informasi

yang terkait pada sistem manajemen dan proses kerja di instansi yang

berkepentingan.

Sasaran ini mencakup pengembangan kebijakan pemanfaatan dan

pertukaran informasi antar badan/dinas/lembaga di lingkungan

Pemerintah Provinsi Riau.

4. Pembakuan sistem manajemen dokumen elektronik, standarisasi,

dan sistem pengamanan informasi untuk menjamin kelancaran dan

kehandalan transaksi informasi antar organisasi di atas.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-24 dari 298 halaman

1.5.2 Strategi 2 - Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara menyeluruh

Pencapaian Strategi-1 harus ditunjang dengan penataan sistem manajemen

dan proses kerja di semua unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Penataan sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintahan harus

dirancang agar dapat menerapkan kemajuan teknologi informasi secara

cepat.

Penataan itu harus meliputi sejumlah sasaran yang masing-masing atau

secara menyeluruh membentuk dukungan bagi pembentukan pemerintahan

yang baik, antara lain meliputi:

1. Memusatkan program pada kebutuhan masyarakat

Kewibawaan pemerintah sangat dipengaruhi oleh kemampuannya

menyelenggarakan pelayanan publik yang dapat memuaskan

masyarakat serta memfasilitasi partisipasi masyarakat dan dialog

publik dalam pembentukan kebijakan pembangunan di Provinsi Riau.

Manajemen perubahan, pengembangan pemerintahan yang baik

hanya dapat dicapai apabila didukung oleh komitmen yang kuat

dari seluruh tingkatan manajemen untuk melakukan perubahan-

perubahan sistem manajemen dan proses kerja secara

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-25 dari 298 halaman

berkesinambungan, agar pemerintah dapat menghadapi perubahan

pola kehidupan masyarakat yang semakin dinamis dan pola hubungan

internasional yang semakin kompleks.

Organisasi pemerintah harus berevolusi menuju organisasi jaringan,

dimana setiap unsur instansi pemerintah berfungsi sebagai simpul

dalam jaringan desentralisasi kewenangan dengan lini pengambilan

keputusan yang sependek mungkin dan tolok ukur penilaian kinerja

yang jelas.

2. Penguatan e-leadership, penataan sistem manajemen dan proses

kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

Hal ini harus ditunjang oleh penguatan kerangka kebijakan yang

terpusat dan konsisten untuk mendorong pemanfaatan teknologi

informasi, agar simpul-simpul jaringan organisasi di atas dapat

berinteraksi secara erat, transparan, dan membentuk rentang kendali

yang efektif.

3. Rasionalisasi peraturan dan prosedur operasi

Termasuk di dalamnya adalah semua tahapan perubahan dimana di

dalamnya perlu diperkuat dengan landasan peraturan dan prosedur

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-26 dari 298 halaman

operasi yang berorientasi pada organisasi jaringan, rasional, terbuka,

serta mendorong pembentukan kemitraan dengan sektor swasta.

1.5.3 Strategi 3 - Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal

Pelaksanaan setiap strategi memerlukan kemampuan dalam melaksanakan

transaksi, pengolahan, dan pengelolaan berbagai bentuk dokumen dan

informasi elektronik dalam volume yang besar, sesuai dengan tingkatan

kebutuhannya.

Kemajuan teknologi informasi dan perkembangan jaringan telekomunikasi

dan informasi memberikan peluang yang luas bagi instansi pemerintah untuk

memenuhi keperluan tersebut.

Agar pemanfaatan teknologi informasi di setiap badan/dinas/lembaga dapat

membentuk jaringan kerja yang optimal, maka melalui strategi ini sejumlah

sasaran yang perlu diupayakan pencapaiannya adalah sebagai berikut :

1. Standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan

transaksi informasi antar portal unit kerja di lingkungan Pemerintah

Provinsi Riau.

2. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen

dokumen dan informasi elektronik (electronic document management

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-27 dari 298 halaman

system) serta standarisasi meta-data yang memungkinkan pemakai

menelusuri informasi tanpa harus memahami struktur informasi

pemerintah.

3. Perumusan kebijakan tentang pengamanan informasi serta

pembakuan sistem otentikasi dan public key infrastructure untuk

menjamin keamanan informasi dalam penyelenggaraan transaksi

dengan pihak-pihak lain, terutama yang berkaitan dengan kerahasiaan

informasi dan transaksi finansial.

4. Pengembangan aplikasi dasar yang dapat dimanfaatkan oleh setiap

situs unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau untuk menjamin

kehandalan, kerahasiaan, keamanan dan interoperabilitas transaksi

informasi dan pelayanan publik.

5. Pengembangan jaringan intra pemerintah untuk mendukung

kehandalan dan kerahasiaan transaksi informasi antar instansi.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-28 dari 298 halaman

1.5.4 Strategi 4 – Meningkatkan Peran Serta Dunia Usaha dan Mengembangkan Industri Telekomunikasi dan Teknologi Informasi

Pengembangan pelayanan publik tidak dapat sepenuhnya ditangani oleh

pemerintah saja. Partisipasi dunia usaha dapat mempercepat pencapaian

tujuan strategis E-Government.

Beberapa kemungkinan partisipasi dunia usaha sebagai berikut perlu

dioptimalkan :

1. Dalam mengembangkan sistem komputerisasi, sistem manajemen,

proses kerja, serta pengembangan situs dan pembakuan standar,

Pemerintah Provinsi Riau harus mendayagunakan keahlian dan

spesialisasi yang telah berkembang di sektor swasta.

2. Walaupun pelayanan dasar bagi masyarakat luas harus dipenuhi oleh

Pemerintah Provinsi Riau, namun partisipasi dunia usaha untuk

meningkatkan nilai informasi dan jasa kepemerintahan bagi keperluan-

keperluan tertentu harus dimungkinkan.

3. Peran dunia usaha untuk mengembangkan jaringan komunikasi dan

informasi di seluruh wilayah Provinsi Riau merupakan faktor yang

penting. Demikian pula partisipasi usaha kecil menengah untuk

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-29 dari 298 halaman

menyediakan akses serta meningkatkan kualitas dan lingkup layanan

warung internet perlu didorong untuk memperluas jangkauan

pelayanan publik.

4. Semua instansi terkait harus memberikan dukungan dan insentif serta

meninjau kembali dan memperbaiki berbagai peraturan dan ketentuan

Pemerintah Provinsi Riau yang menghambat partisipasi dunia usaha

dalam memperluas jaringan dan akses komunikasi dan informasi.

5. Disamping itu perkembangan E-Government akan membentuk pasar

yang cukup besar bagi perkembangan industri teknologi informasi dan

telekomunikasi.

Dengan demikian Pemerintah Provinsi Riau harus memanfaatkan

perkembangan E-Government untuk menumbuhkan industri dalam

lokal di bidang ini.

Perkembangan industri di bidang ini sangat dipengaruhi oleh tarikan

pasar dan dorongan kemajuan teknologi sehingga dukungan bagi

industri tersebut harus mencakup penyediaan akses pasar oleh

Pemerintah Provinsi Riau seluas-luasnya, dukungan penelitian dan

pengembangan serta penyediaan insentif untuk mengatasi berbagai

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-30 dari 298 halaman

bentuk kesenjangan dan tingkat risiko yang berlebihan yang dapat

menghambat investasi dunia usaha di bidang ini dalam

mengembangkan kemampuan teknologi.

1.5.5 Strategi 5 - Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat

Sumber daya manusia (SDM) baik sebagai pengembang, pengelola maupun

pengguna E-Government merupakan faktor yang turut menentukan bahkan

menjadi kunci keberhasilan pelaksanakan dan pengembangan E-

Government.

Oleh sebab itu perlu upaya peningkatan kapasitas SDM dan penataan dalam

pendayagunaannya dengan perencanaan yang matang dan menyeluruh

sesuai dengan kebutuhan dimana pelaksanaannya dilakukan secara bertahap

dan berkelanjutan.

Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal,

maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam

pengembangan dan implementasi E-Government.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-31 dari 298 halaman

Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk mendukung E-

Government adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya

informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi

yang lazim disebut sebagai E-literacy, baik di kalangan Pemerintah

Provinsi Riau maupun di kalangan masyarakat dalam rangka

mengembangkan budaya informasi ke arah terwujudnya masyarakat

informasi (information society).

2. Pemanfaatan sumberdaya pendidikan dan pelatihan termasuk

perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara sinergis, baik

yang dimiliki oleh lembaga pemerintah maupun non

pemerintah/masyarakat.

3. Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

bagi lembaga pemerintah agar hasil pendidikan dan pelatihan tersebut

sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan pelaksanaan E-

Government.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan

komunikasi bagi:

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-32 dari 298 halaman

a. aparat pelaksana yang menangani kegiatan bidang informasi

dan komunikasi

b. aparat yang bertugas dalam memberikan pelayanan publik

c. pimpinan unit/lembaga

d. calon pendidik dan pelatih

e. tenaga potensial di bidang teknologi informasi dan komunikasi

yang diharapkan dapat mentransfer pengetahuan/keterampilan

yang dimiliki kepada masyarakat di lingkungannya.

4. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

jarak jauh (distance learning) dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi secara optimal untuk pemerataan atau

mengurangi kesenjangan SDM di bidang teknologi informasi dan

komunikasi antar daerah.

5. Perubahan pola pikir, sikap dan budaya kerja aparat pemerintah yang

mendukung pelaksanaan E-Government melalui sosialisasi/penjelasan

mengenai konsep dan program E-Government, serta contoh

keberhasilan (best practice) pelaksanaan E-Government.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-33 dari 298 halaman

6. Peningkatan motivasi melalui pemberian penghargaan/apresiasi

kepada seluruh SDM bidang informasi dan komunikasi di lingkungan

Pemerintah Provinsi Riau serta masyarakat yang secara aktif

mengembangkan inovasi menjadi karya yang bermanfaat bagi

pengembangan dan pelaksanaan E-Government.

1.5.6 Strategi 6 - Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur

Setiap perubahan berpotensi menimbulkan ketidakpastian, oleh karena itu

pengembangan E-Government perlu direncanakan dan dilaksanakan secara

sistematik melalui tahapan yang realistik dan sasaran yang terukur sehingga

dapat dipahami dan diikuti oleh semua pihak.

1.5.6.1 Tingkat Tahapan Pengembangan E-Government

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan

oleh pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan E-Government

dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan sebagai berikut :

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-34 dari 298 halaman

1.5.6.1.1 Tingkat 1 - Persiapan

Tahapan persiapan meliputi:

1. Pembuatan situs web/portal di setiap badan/dinas/lembaga

2. Penyiapan SDM (sumber daya manusia)

3. Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana

Multipurpose Community Center, Warnet, SME-Center, dll.

4. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik.

1.5.6.1.2 Tingkat 2 - Pematangan

Tahapan Pematangan meliputi:

1. Pembuatan situs informasi publik yang interaktif (melibatkan peran

serta masyarakat secara aktif)

2. Pembuatan antar muka (interface) program aplikasi perangkat lunak

komputer yang mengintegrasikan seluruh sistem informasi berbasis

teknologi komputer di setiap sektor pemerintahan dan pembangunan.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-35 dari 298 halaman

1.5.6.1.3 Tingkat 3 - Pemantapan

Tahap Pemantapan meliputi:

1. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik seperti Pengajuan

Pembuatan kartu tanda penduduk, pajak, dsb.

2. Pembangunan aplikasi yang secara utuh terintegrasi dalam basis data

utama antara badan/dinas/lembaga di lingkungan Pemerintah Provinsi

Riau.

1.5.6.1.4 Tingkat 4 - Pemanfaatan

Tahap Pemanfaatan meliputi pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang

bersifat G2G (government to government), G2B (government to business) dan

G2C (government to commerce) yang terintegrasi.

Situs portal Pemerintah Provinsi Riau harus secara bertahap ditingkatkan

menuju ke tingkat – 4.

Perlu dipertimbangkan bahwa semakin tinggi tingkatan situs tersebut,

diperlukan dukungan sistem manajemen, proses kerja, dan transaksi

informasi antar instansi yang semakin kompleks pula.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.5-36 dari 298 halaman

Upaya untuk menaikkan tingkatan situs tanpa dukungan yang memadai, akan

mengalami kegagalan yang tidak hanya menimbulkan pemborosan namun

juga menghilangkan kepercayaan masyarakat.

Dalam usaha untuk menghindari hal tersebut maka perlu dibakukan sejumlah

pengaturan sebagai berikut :

1. Standar kualitas dan kelayakan situs portal badan/dinas/lembaga bagi

setiap tingkatan perkembangan di atas.

2. Peraturan tentang kelembagaan dan kewenangan yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan transaksi informasi yang dimiliki oleh setiap

badan/dinas/lembaga.

Pengaturan ini harus mencakup batasan tentang hak masyarakat atas

informasi, kerahasiaan dan keamanan informasi pemerintah

(information security), serta perlindungan informasi yang berkaitan

dengan masyarakat (privacy).

3. Persyaratan sistem manajemen dan proses kerja, serta sumber daya

manusia yang diperlukan agar situs Pemerintah Provinsi Riau dapat

berfungsi secara optimal dan mampu berkembang ke tingkat yang

lebih tinggi.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.6-37 dari 298 halaman

Dengan demikian strategi ini harus dilaksanakan sejalan dengan

pelaksanaan Strategi-2.

1.6 Pedoman dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi

Riau tim kerja melaksanakannya dengan berpedoman pada hal-hal berikut:

1. Keseragaman dan Standarisasi

2. Terpadu dan Menyeluruh

3. Luwes dan Bersinergi

4. Aman dan Handal

5. Efektif dan Efisien

6. Proporsional dan Mudah Digunakan

7. Berorientasi pada Peningkatan Sumber Daya Manusia

1.6.1 Keseragaman dan Standarisasi

Setiap tahapan dan strategi yang direncanakan dalam Rencana Induk

Pengembangan E-Government Provinsi Riau harus sejak awal menciptakan

keseragaman serta standarisasi di setiap lininya.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.6-38 dari 298 halaman

Hal ini menjadi sangat penting karena tanpa ada keseragaman dan

standarisasi maka akan menimbulkan beberapa masalah seperti sebagai

berikut:

a. Pemborosan dana akibat kesalahan penerapan teknologi yang

digunakan serta pengulangan pembangunan sebuah modul sistem

informasi.

b. Kesulitan dalam menciptakan sistem yang dapat saling berbagi-pakai

informasi karena perbedaan-perbedaan platform yang digunakan

secara mencolok.

1.6.2 Terpadu dan Menyeluruh

Seluruh sistem yang dikembangkan di dalam kerangka E-Government

Provinsi Riau haruslah memenuhi seluruh aspek yang dipersyaratkan dalam

strategi pengembangan dan pemanfaatan yang sudah dibahas sebelumnya.

Untuk mencapai hal tersebut maka sistem E-Government yang direncanakan

tersebut haruslah bersifat terpadu dan menyeluruh memenuhi setiap tuntutan

serta pengaturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.6-39 dari 298 halaman

1.6.3 Luwes dan Bersinergi

Seluruh sistem yang diterapkan dalam E-Government Provinsi Riau haruslah

mampu beradaptasi secara cepat dengan setiap perubahan yang terjadi baik

secara internal maupun eksternal struktur dan tata kerja organisasi di

lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Kemampuan beradaptasi tersebut haruslah secara efektif dan efisien

Bersinergi dengan kondisi-kondisi terkini sehingga tetap memiliki keunggulan

sebagai faktor pembantu suksesnya penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

dan pembangunan yang berdaya guna serta tepat sasaran.

1.6.4 Aman dan Handal

Aspek keamanan dan kehandalan dari sistem E-Government yang

dikembangkan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan secara

sungguh-sungguh.

Hal ini disebabkan informasi-informasi yang dikelola dan diolah di dalam

sistem informasi E-Government Provinsi Riau merupakan aset utama

pemerintah dan rakyat yang harus dijaga hak akses, kebenaran dan

kerahasiaannya baik secara kelembagaan maupun pribadi.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.6-40 dari 298 halaman

1.6.5 Efektif dan Efisien

Seluruh perencanaan strategis yang dituangkan dalam Rencana Induk

Pengembangan E-Government Provinsi Riau harus mempertimbangkan

aspek efektifitas dan efisiensi yang semaksimal mungkin.

Aspek efektifitas mengarah pada penyusunan program dan strategi yang

direncanakan yang tepat sasaran dan memiliki kegunaan yang tinggi serta

diperlukan oleh banyak pengguna di setiap lini.

Sedangkan aspek efisiensi mengarah pada perhitungan akan perbandingan

antara biaya yang dikeluarkan dengan pemanfaatan dari setiap

pembangunan/pengembangan yang direncanakan.

1.6.6 Proporsional dan Mudah Digunakan

Setiap aspek strategis yang direncanakan dalam penyusunan Rencana Induk

Pengembangan E-Government Provinsi Riau haruslah menerapkan prinsip

proporsional dan kemudahan penggunaan/pemanfaatannya.

Maksud dari prinsip proporsional adalah setiap aspek pendukung dan utama

dari pengembangan E-Government Provinsi Riau haruslah memperoleh porsi

yang berimbang sesuai dengan prioritas dan perkembangan yang ada.

BAB I – Pendahuluan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 1.6-41 dari 298 halaman

Dari prioritas tersebut maka dapat disusun sistem yang mampu digunakan

dan diakses dengan mudah oleh para pengguna E-Government Provinsi Riau

secara terpadu dan menyeluruh.

1.6.7 Berorientasi pada Peningkatan Sumber Daya Manusia

Sebuah sistem informasi terutama E-Government tidak akan memberikan

hasil yang optimal dalam mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas

layanan publik tanpa dukungan sumber daya manusia yang memadai secara

jumlah maupun mutunya.

Selain itu tantangan jaman saat ini yang mengarah pada era masyarakat

informasi menuntut sumber daya manusia yang memiliki e-literacy memadai

supaya dapat berinteraksi secara berimbang dalam lingkungan tersebut.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.1-42 dari 298 halaman

2 Survey dan Analisis

Dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi

Riau diawali dengan survey dan analisis secara menyeluruh.

Kegiatan survey sangatlah penting karena dimaksudkan untuk

mengumpulkan seluruh data dan masukan dari setiap unit

kerja/badan/dinas/lembaga di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau tentang

kebutuhan sistem informasi yang diperlukan.

2.1 Metoda Survey

Kegiatan survey dilaksanakan dengan metoda sebagai berikut:

1. Wawancara Langsung

Badan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau melakukan

wawancara dan berdiskusi langsung dengan para pimpinan serta staf

pelaksana dari setiap unit kerja.

Materi wawancara dan diskusi tersebut meliputi kondisi terkini di setiap

unit kerja/instansi serta masukan-masukan mengenai kebutuhan

sistem informasi yang sesuai dengan tugas pokok serta fungsi

badan/dinas/lembaga tersebut.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.1-43 dari 298 halaman

2. Pengambilan Contoh Dokumen Manual (Hard File)

Seluruh format laporan/dokumentasi manual/kertas/keras yang ada di

setiap unit kerja/instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

dikumpulkan serta diinventarisir.

Inventarisasi tersebut dijadikan acuan dalam menyusun format

dokumentasi secara elektronik yang akan dikembangkan dalam sistem

informasi berbasis teknologi komputer yang akan dikembangkan.

3. Rapat Kerja

Hasil kegiatan survey dan wawancara kemudian diolah menjadi

dokumentasi analisis atas kebutuhan sistem dari setiap unit kerja yang

kemudian hasilnya diajukan sebagai rancangan (draft) Rencana Induk

Pengembangan E-Government Provinsi Riau.

Rancangan Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi

Riau tersebut kemudian diajukan kembali kepada setiap unit kerja

untuk mendapatkan masukan dan evaluasi lebih menyeluruh.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.2-44 dari 298 halaman

Pengajuan rancangan tersebut dilakukan dalam rapat kerja teknis antar

unit kerja yang difasilitasi oleh Badan Pengolahan Data Elektronik

Provinsi Riau.

2.2 Kondisi Terkini dan Permasalahan-Permasalahan

2.2.1 Aplikasi E-Government yang Sudah Dibangun

Badan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau telah bekerjasama dengan

unit/satuan kerja lainnya membangun beberapa aplikasi perangkat lunak

sistem informasi sebagai berikut:

1. Decision Support System (DSS) Peta Kemiskinan Provinsi Riau

Program aplikasi perangkat lunak komputer ini dibangun untuk

memberikan informasi secara umum hingga terperinci kepada para

pemegang kebijakan di Provinsi Riau.

Informasi-informasi yang dikelola memberikan laporan peta

kemiskinan/sosial hingga ke setiap desa/kelurahan di wilayah Provinsi

Riau secara umum dan terperinci.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.2-45 dari 298 halaman

2. Sistem Informasi Administrasi Kepegawaian (SI@P)

Aplikasi program perangkat lunak komputer SI@P dibangun untuk

mengelola seluruh data kepegawaian secara terpadu dan menyeluruh.

Informasi-informasi yang dikelola meliputi antara lain:

a. Daftar Urut Kepangkatan (DUK)

b. Data Pribadi Pegawai

c. Data Kedinasan

d. Data Penggajian Pegawai

e. Data Pendidikan dan Latihan

f. dsb.

3. Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA)

Aplikasi program perangkat lunak komputer ini dibangun untuk

mengelola seluruh aset daerah secara terperinci dan terintegrasi

dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.2-46 dari 298 halaman

4. Sistem Informasi Produk Hukum dan Perundang-undangan

(SIKUMDANG)

Aplikasi program perangkat lunak komputer ini dibangun untuk

mengelola dokumentasi secara elektronis berkas-berkas produk hukum

dan perundang-undangan secara terstruktur.

5. Sistem Informasi Monitoring Proyek

Aplikasi program perangkat lunak komputer ini dibangun untuk

mengawasi dan mengevaluasi perkembangan hasil kegiatan serta

posisi anggaran biayanya dari setiap unit kerja/instansi di lingkungan

Pemerintah Provinsi Riau.

6. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

Aplikasi perangkat lunak komputer ini dibangun untuk mengelola

seluruh informasi mengenai kondisi pendidikan di Provinsi Riau hingga

ke setiap lembaga pendidikan/sekolah.

Informasi-informasi yang dikelola meliputi antara lain:

a. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan

b. Kondisi jumlah siswa dan pengajar/guru

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.2-47 dari 298 halaman

c. Kondisi hasil pendidikan

d. Dsb.

2.2.2 Kondisi Terkini

Kondisi terkini dari E-Government di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

adalah sebagai berikut:

1. Telah dibangunnya beberapa sistem informasi di beberapa unit

kerja/instansi dengan mengaplikasikan berbagai teknologi dan platform

sistem operasi.

2. Telah dibangunnya sistem informasi eksternal berupa situs web

dengan URL (Uniform Resource Locator) http://www.riau.go.id. Situs

ini sudah dikembangkan hingga setiap unit/satuan kerja memiliki

subdomain masing-masing yang dapat dikelola secara mandiri.

3. Telah diselenggarakan beberapa pelatihan untuk tingkat operator

hingga pengguna secara umum oleh beberapa unit kerja terutama

Badan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.3-48 dari 298 halaman

2.2.3 Permasalahan-permasalahan

Dari kondisi-kondisi di atas terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Belum terbangunnya Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan dan

Pembangunan yang Terpadu dan Menyeluruh secara lintas sektoral.

2. Platform sistem operasi belum berbasiskan perangkat lunak yang

bersifat Open Source dalam rangka mendukung program IGOS

(Indonesia Go Open Source) yang dicanangkan oleh Pemerintah

Republik Indonesia sehingga masih sering muncul keluhan kurangnya

performa sistem informasi.

3. Situs Web Pemerintah Provinsi Riau masih kurang efektif dan efisien

dalam menjalankan fungsinya.

2.3 Pendekatan Pengembangan yang akan Digunakan

Pendekatan yang akan digunakan untuk mengembangkan sistem ini adalah

sebagai berikut:

2.3.1 Pendekatan Sistem

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang memperhatikan sistem informasi

sebagai satu kesatuan yang utuh terintegrasi dengan seluruh kegiatan lain

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.3-49 dari 298 halaman

dalam organisasi. Pendekatan sistem ini juga menekankan pada pencapaian

sasaran secara keseluruhan dari organisasi.

2.3.2 Pendekatan Atas-Turun

Pendekatan atas-turun dimulai dari level atas organisasi (strategic planning

level) yaitu dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi.

Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah melakukan analisis

kebutuhan informasi.

Jika kebutuhan informasi dapat ditentukan maka proses turun ke penentuan

output, input, basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan

ini sesuai dengan pendekatan sistem.

2.3.3 Pendekatan Moduler

Pendekatan moduler adalah memecah sistem yang rumit menjadi beberapa

bagian (modul) yang lebih sederhana yang berimplikasi pada setiap modul

dapat dikembangkan dalam waktu yang lebih cepat, mudah dipahami dan

mudah dipelihara.

2.3.4 Pendekatan Berkembang

Pendekatan berkembang menerapkan teknologi canggih hanya untuk

aplikasi-aplikasi yang memerlukannya saja.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.4-50 dari 298 halaman

Maka jika dipandang tidak diperlukan digunakannya teknologi canggih dapat

diterapkan alternatif teknologi yang lebih murah sehingga diharapkan hal ini

dapat menekan biaya investasi.

2.4 Metode Penerapan Sistem yang Diusulkan

Penerapan dari sistem informasi yang telah dikembangkan akan

diimplementasikan secara paralel.

Metode perubahan dari sistem manual ke sistem berbasiskan teknologi

komputer secara paralel ini dilaksanakan dengan mengoperasikan sistem

manual yang lama dengan sistem komputerisasi yang baru secara bersama-

sama.

Sistem manual yang lama masih tetap beroperasi bersama-sama dengan

sistem yang baru sampai saat tertentu sistem yang lama sudah dapat

ditinggalkan sepenuhnya.

Metode ini dipilih karena sistem baru akan mengimplementasikan teknologi

informasi yang canggih sehingga penerapannya tidak terlalu mengejutkan

para penggunanya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.5-51 dari 298 halaman

Selain itu hal pemanfaatan metode ini dapat digunakan untuk

membandingkan tingkat efisiensi dan efektifitas antara sistem yang lama

dengan sistem yang baru dikembangkan.

2.5 Metodologi Pengembangan yang akan Digunakan

Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Riau

dikembangkan dengan menggunakan metodologi pengembangan sistem

yang sudah terbukti keunggulannya yaitu analisis dan desain terstruktur

(structured analysis and design).

Metodologi ini menggunakan alat-alat terstruktur sebagai berikut:

1. Diagram Arus Data/Data Flow Diagram (DAD/DFD)

Diagram Arus Data/Data Flow Diagram adalah skema/diagram yang

disusun untuk menggambarkan arus, transaksi dan komunikasi data

antar entitas di setiap unit/satuan kerja di lingkungan Pemerintah

Provinsi Riau yang akan menggunakan perangkat E-Government yang

dikembangkan.

Pembuatan diagram/skema/denah ini menjadi penting karena dapat

digunakan untuk menganalisis dan merancang sistem informasi yang

paling tepat dan berdaya guna bagi setiap penggunanya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.5-52 dari 298 halaman

2. Kamus Data/Data Dictionary

Dari penyusunan Data Flow Diagram/Diagram Arus Data ini akan

menghasilkan sekumpulan data yang menjadi obyek dari pengelolaan

sistem informasi yang dikembangkan.

Kumpulan data tersebut akan dikembangkan tentunya memerlukan

penjelasan tentang definisi dan kegunaannya. Maka untuk

menjelaskan definisi dan kegunaannya diperlukan Kamus Data/Data

Dictionary.

3. Bagan Terstruktur/Structured Chart

Hasil dari Data Flow Diagram/Diagram Arus Data dan penjelasan dari

Kamus Data (Data Dictionary) yang disusun sebelumnya kemudian

dikembangkan lebih lanjut dalam skema/diagram/bagan yang

menjelaskan struktur data tersebut.

Bagan terstruktur (structured chart) ini akan memberikan gambaran

bagaimana hierarki dari struktur data yang diproses dalam sistem

informasi yang dikembangkan sehingga dapat dikembangkan ke dalam

modul-modul yang lebih efektif serta efisien.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.5-53 dari 298 halaman

4. Pseudo Code

Hasil dari diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data

dictionary) dan bagan terstruktur (structured chart) tersebut kemudian

diterapkan dalam sebuah kode semu (pseudo code) yang mewakili

sistem pengkodean program bahasa komputer.

Penyusunan kode semu (pseudo code) ini menjadi penting untuk

memberikan gambaran pada saat aplikasi perangkat lunak dari sistem

informasi berbasis teknologi komputer ini nanti dibuat kode programnya

dengan bahasa pemograman (language programming) yang

sesungguhnya.

5. Diagram IPO (Input-Process-Output)

Diagram IPO (Input-Process-Output) memberikan gambaran mengenai

data-data yang dikelola dan diolah oleh sebuah sistem informasi

berbasis teknologi komputer.

Seluruh data yang akan menjadi data dasar (database) yang akan

diolah oleh sistem informasi diinisialisasikan dalam proses pemasukan

(input) data.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-54 dari 298 halaman

Kemudian bagaimana sistem informasi mengelola dan mengolah basis

data tersebut diskemakan dalam modul/bagian pemrosesan

(processing) data.

Hasil pemrosesan data tersebut akan menghasilkan keluaran (output)

yang berupa laporan-laporan dalam format dokumen elektronik.

Penyusunan query dari laporan-laporan dalam format dokumen

elektronik tersebut tentunya harus dianalisis dan dirancang secara baik

sesuai kebutuhan dari setiap pengguna sistem informasi.

2.6 Studi Kelayakan Sistem

Studi kelayakan merupakan sebuah hal yang penting dalam pemanfaatan

teknologi informasi yang tepat guna dan berdaya guna dengan penanaman

dana yang seminimal mungkin.

Dengan adanya studi kelayakan ini maka dapat dibuat kajian-kajian yang

seobyektif mungkin terhadap pilihan-pilihan penggunaan perangkat lunak dan

perangkat keras yang banyak beredar.

Analisa-analisa yang dilaksanakan dalam kelayakan pemanfaatan perangkat

lunak dan perangkat keras didasarkan kepada aspek-aspek sebagai berikut:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-55 dari 298 halaman

2.6.1 Aspek Penilaian Analisa Kelayakan Perangkat

1) Biaya (Cost)

Biaya merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan

proyek pembangunan sistem informasi. Setiap dana yang ditanamkan

kepada sistem informasi tersebut harus dihitung secara cermat, teliti,

tepat dan terencana.

Biaya ini melingkupi biaya yang harus dikeluarkan pada saat

perencanaan (analysis and designing), pelaksanaan (implementation)

dan perawatan/pemeliharaan (maintenance).

Dana tersebut harus dianggarkan agar mencapai kriteria sistem yang

tepat guna dan berdaya guna dengan ongkos sesedikit mungkin.

2) Performa (Performance)

Performa ditunjukkan oleh kemampuan pemrosesan, waktu respon dan

kecepatan transaksi dari perangkat yang digunakan.

3) Kehandalan (Reliability)

Kehandalan ditunjukkan oleh kemampuan perangkat dalam

menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan yang menerpa,

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-56 dari 298 halaman

kekokohan perangkat dalam menjalankan operasinya serta

kemampuan antisipasi terhadap kegagalan-kegagalan yang terjadi.

4) Kemampuan (Scalability)

Kemampuan perangkat ditunjukkan sampai sejauh mana mampu

secara melayani para pengguna sistem dalam ukuran-ukuran jumlah

dan kualitas tertentu.

5) Keluwesan Rekayasa (Adaptable Engineering)

Sebuah sistem harus mudah dikembangkan dan dibangun oleh para

pengguna dengan tanpa meninggalkan aspek performa, kehandalan

serta kemampuannya.

Hal ini berdampak pada cepatnya pembangunan sistem dan

kemudahan pengembangan yang berhubungan dengan semakin

minimnya waktu serta biaya yang harus dikeluarkan.

6) Pengelolaan Perangkat (System Management)

Pengelolaan perangkat berkaitan dengan operasional dan perawatan

sistem. Dengan mengukur pada tingkat kemudahan perawatan sistem

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-57 dari 298 halaman

serta tingkat kehandalan dan keamanan sistem, kemudahan instalasi

dan peningkatan (up-grading).

Sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan studi kelayakan terhadap

produk-produk perangkat tertentu dapat dilakukan dengan mengunjungi situs-

situs web terkemuka di internet yang secara khusus membahasnya.

2.6.2 Analisa Kelayakan Perangkat Lunak

Perangkat lunak merupakan perangkat pokok dalam kinerja sistem informasi.

Dengan dukungan perangkat lunak yang handal, kokoh dan mudah

dioperasikan maka dapat dicapai sebuah sistem informasi berbasis teknologi

informatika dan multimedia yang berkualitas.

Secara umum perangkat lunak komputer dibagi atas tiga kelompok, yaitu:

2.6.2.1 Klasifikasi/Pengelompokkan Perangkat Lunak Komputer

2.6.2.1.1 Sistem Operasi (Operating System)

Sistem operasi merupakan inti dari kinerja dan operasional sebuah sistem

informasi berbasis teknologi komputer. Seluruh sumber daya dari sistem

komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras dikelola oleh sistem

operasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-58 dari 298 halaman

Dapat dikatakan secara singkat bahwa kapanpun kita bekerja dengan

komputer maka secara langsung maupun tidak langsung menggunakan

sistem operasi sekalipun yang kita gunakan adalah program-program aplikasi

tertentu seperti Adobe Photoshop, Microsoft Office, dsb.

Maka secara definitif dapat disimpulkan bahwa sistem operasi adalah

sekumpulan prosedur program yang mengelola/mengatur sistem kerja

perangkat keras komputer dan perangkat lunak yang terinstal di dalamnya

dalam interaksinya dengan pengguna komputer tersebut.

Dewasa ini sistem operasi populer yang banyak dipergunakan adalah UNIX

dengan berbagai variannya seperti SUN-Solaris, SCO-UNIX, HP-UIX, AIX

dan BSD (Berkeley Software Development) serta tiruannya (clone) seperti

Linux yang muncul dalam berbagai distribusi seperti Slackware 96, RedHat

Software Inc, Mandrake, SuSe, Debian, WGS Linux Pro, Trans-Ameritech,

Linux Universe, Caldera Network Desktop, dan Craftwork Solution.

Selain UNIX ada sistem operasi Windows yang dikeluarkan Microsoft Inc,

yang muncul dalam versi desktop dan sistem jaringan (network) dan sistem

operasi lainnya adalah Mac-OS yang terkenal dalam platform Macintosh.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-59 dari 298 halaman

Dari seluruh sistem operasi tersebut yang paling terkenal dan tertua adalah

UNIX karena sifatnya yang lintas platform perangkat lunak dan perangkat

keras.

UNIX pertama kali dikembangkan oleh Sun Microsystem, Inc yang

menciptakannya sebagai sistem operasi jaringan komputer. Proses

penciptaan UNIX tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi internet

yang akan dibahas pada bagian yang lain.

Apple Inc merebut pasar sebagai sistem operasi dengan mesin komputer

Macintosh yang terkenal dengan program grafisnya yang terkenal sangat

akrab dengan pengguna (user friendly).

Microsoft kemudian masuk dengan mengembangkan sistem operasi DOS

(Disk Operating System) yang didasarkan pada sistem operasi PC-DOS yang

dibuat oleh IBM untuk Personal Computer.

Dalam perkembangannya Microsoft mempelopori sistem operasi yang

berbasiskan GUI (Graphical User Interface) yang terkenal dengan konsep

penjendelaannya sehingga dinamakan sebagai MS-Windows.

Sistem operasi Windows ini telah merebut perhatian masyarakat teknologi

informasi karena kemudahan pengoperasiannya dan terintegrasi dengan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-60 dari 298 halaman

banyak aplikasi-aplikasi program terutama untuk operasional perkantoran

yang terdapat dalam paket program MS-Office.

Microsoft semakin meningkatkan pengaruhnya dalam perkembangan

teknologi informasi baik perangkat lunak dan perangkat keras. Beberapa

pengembang perangkat lunak dan perangkat keras berusaha merebut pasar

dengan menciptakan produk-produk yang dapat berjalan di atas sistem

operasi tersebut.

Dominasi tersebut menimbulkan banyak kecaman dari para anggota

komunitas teknologi informasi di seluruh dunia. Hal ini disebabkan praktek

monopoli bisnis Microsoft yang semakin meluas dan mencengkeram sehingga

mengarah pada situasi bahwa tanpa dukungannya semua perkembangan

perangkat teknologi informasi akan menjadi sia-sia.

Kondisi tersebut menimbulkan gerakan anti monopoli dan dominasi terhadap

praktek bisnis Microsoft yang dipelopori oleh komunitas teknologi informasi di

lingkungan perguruan tinggi dan praktisi.

Kalangan perguruan tinggi dipelopori oleh Berkeley University di Amerika

meluncurkan produk sistem operasi yang gratis atau memiliki ijin publik luas

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-61 dari 298 halaman

(GNU General Public Licenses) yang muncul dalam varian BSD (Berkeley

Software Development).

Pembangunan sistem operasi tersebut berawal dari pindahnya Ken

Thompson, salah seorang pembangun sistem operasi UNIX ke University of

California at Berkeley (UCB) pada tahun 1984 dan mulai membuat

modifikasinya bersama CSRG (Computer System Research Group). Hasil

modifikasi sistem operasi tersebut dinamakan 2BSD, 3BSD, FreeBSD, dsb.

Sehingga sampai saat ini pada dasarnya terdapat dua cabang sistem operasi

UNIX yang utama yaitu keluarga System V dari AT&T dan keluarga BSD.

Dari keluarga BSD kemudian bermunculan varian-variannya seperti FreeBSD,

OpenBSD, BSDI dan UNIX BSD.

FreeBSD dan OpenBSD menjadi sangat terkenal karena gratis dan memiliki

seluruh keunggulan sistem operasi UNIX namun sangat efisien dalam

kebutuhan sumber daya perangkat keras.

Hal ini disebabkan oleh kondisi bahwa UNIX merupakan sistem operasi besar

yang sangat mahal dengan harga berkisar antara ratusan hingga puluhan ribu

dollar Amerika.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-62 dari 298 halaman

Selain itu UNIX dirancang dan diimplementasikan pada komputer-komputer

besar seperti mainframe dan supercomputer. Kondisi tersebut tentunya

mengakibatkan UNIX hanya digunakan di organisasi-organisasi besar yang

membutuhkan kinerja sistem yang kompleks.

Keberadaan sistem operasi FreeBSD dan OpenBSD telah merubah kondisi

tersebut sehingga UNIX dapat berjalan dengan dukungan sumber daya

perangkat keras yang efisien.

Pada tahun 1991, seorang mahasiswa pasca sarjana komputer asal Finlandia

bernama Linus Torvald yang memiliki kesenangan membuat program

komputer merancang dan membuat sistem operasi Linux yang dikembangkan

dari sistem operasi Minix.

Minix adalah efisiensi dari sistem operasi UNIX sehingga dapat berjalan di

atas platform Personal Computer dengan tuntutan kebutuhan perangkat keras

yang minim.

Setelah berjalan dengan stabil maka Linus Torvald mempublikasikan sistem

operasi Linux ke seluruh dunia melalui internet secara gratis. Tonggak

gerakan freeware mulai mewabah dari mulai saat itu.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-63 dari 298 halaman

Pada awalnya memang banyak kendala dalam perkembangan sistem operasi

Linux karena sifatnya berupa ijin publik terbuka sehingga tidak memiliki

jaminan vendor dan dukungan teknis. Selain itu masih sedikitnya perangkat

keras yang dapat beroperasi secara optimal di atas sistem operasi tersebut.

Namun hal tersebut telah berubah dewasa ini. Perkembangan Linux dan

BSD yang didukung secara luas oleh komunitas teknologi informasi di seluruh

dunia menyebabkan perkembangannya memperoleh banyak dukungan dari

berbagai perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras terkemuka di

dunia seperti IBM, Oracle, Sun Microsystem, dsb.

Bahkan di beberapa negara penggunaan sistem operasi Linux dan BSD telah

dijadikan sistem operasi pokok dengan tujuan untuk memotong biaya

investasi perangkat lunak yang relatif besar hingga mencapai angka US$

1,500,000 per tahun di seluruh instansi pemerintah.

Beberapa distribusi Linux seperti Linux Mandrake, SuSe, RedHat dan Open

Caldera proses instalasinya pun kini sudah semudah instalasi sistem operasi

Windows dengan tampilan grafis yang bagus.

Bahkan distribusi Linux Mandrake dan SuSe telah memiliki dukungan instalasi

dan manual panduan dalam bahasa Indonesia.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-64 dari 298 halaman

Berikut ini hasil analisis perbandingan beberapa sistem operasi terkemuka:

SPESIFIKASI PENILAIAN

SCO UNIX

Windows Server

FreeBSD Linux

Multi Platform 7 5 10 10

Manajemen Memori 10 7 10 10

Manajemen Proses 10 10 10 10

Sistem Keamanan 10 5 10 10

Multi Prosesor 10 10 10 10

Antisipasi Virus 10 4 10 10

Dukungan Hardware 10 10 10 10

Manajemen Penyimpanan Data

7 7 10 9

Waktu Respon (Kecepatan)

7 4 9 10

Sistem Jaringan 7 5 10 10

Kemudahan Instalasi 5 10 5 5

Beban Pengakses 7 2 10 9

Dukungan Teknis 10 10 8 8

Full 32 bit 8 0 10 10

Full Multitasking 10 10 10 10

Full Multi-user 10 10 10 10

Protokol 7 10 10 10

Dukungan File System 7 4 10 10

Virtual Memory 8 7 10 10

Shared Library 7 2 10 10

Demand Page-Load Executable

7 4 10 10

Unified Memory Pool 5 1 10 10

Graphical User Interface 1 10 8 8

Perkembangan 5 8 10 10

Total Performa 185 155 230 229

Harga (dalam US$) 30,000 4,000 0 0

Harga Tertinggi 100 3,37 1 1

Rasio Performa:Harga 1,85 46 230 229

Tabel 2.1

Perbandingan Beberapa Sistem Operasi Terkemuka

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-65 dari 298 halaman

2.6.2.1.2 Program Aplikasi (Application Program)

Program aplikasi adalah program-program komputer yang dibangun untuk

memenuhi fungsi-fungsi tertentu seperti pengolahan kata (word processor),

kertas kerja tabular (spread sheet), penjadualan (scheduling), pemrosesan

peta (map drafter), pemrosesan multimedia, dsb.

Program-program aplikasi tersebut dibangun menggunakan bahasa

pemograman tertentu sesuai platform sistem operasinya. Sehingga dapat

disimpulkan secara sederhana bahwa program aplikasi adalah sekumpulan

program yang berjalan di atas sebuah platform sistem operasi yang berfungsi

sesuai kebutuhan pengguna.

Seiring dengan perkembangan gerakan freeware yang dipelopori oleh Linux

dan FreeBSD maka bermunculanlah ratusan ribu program aplikasi yang dapat

berjalan di atas sistem operasi tersebut.

Tentu saja sebagian besar program-program aplikasi tersebut adalah aplikasi

dengan ijin publik umum yang gratis hingga ke kode sumbernya (source

code).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-66 dari 298 halaman

Bahkan banyak perusahaan-perusahaan besar terkemuka ikut berpartisipasi

membuat aplikasi-aplikasi yang dapat berjalan di atas sistem operasi Linux

dan FreeBSD.

Sun Microsystem membangun program aplikasi StarOffice yang dapat

berjalan di semua platform sistem operasi (Linux, FreeBSD, Windows, UNIX,

MacOS) dengan ijin publik umum.

Aplikasi ini sangat terkenal di kalangan perkantoran karena sifatnya yang

gratis dan kehandalannya tidak diragukan lagi. Bahkan beberapa negara

seperti Amerika Serikat dan Cina.

Hal lain yang menyebabkan StarOffice banyak digunakan karena mampu

membaca dan memproses dokumen-dokumen yang dibuat dalam aplikasi

Microsoft Office.

Kondisi tersebut tentunya sangat menguntungkan karena kita tidak perlu

memproses ulang seluruh dokumen-dokumen yang telah kita buat

menggunakan aplikasi MS-Office sebelumnya.

Sekalipun tidak memiliki fasilitas selengkap Microsoft Office (hingga saat ini)

namun StarOffice memiliki fasilitas-fasilitas dasar yang diperlukan untuk

mengolah dokumen-dokumen perkantoran.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-67 dari 298 halaman

Sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang mengkhawatirkan jika melihat

perkembangan gerakan freeware dewasa ini yang semakin revolusioner.

StarOffice sebagai freeware yang kode programnya dipublikasikan untuk

umum akan semakin berkembang dan kemungkinan akan lebih berkualitas

dan bertenaga dibandingkan Microsoft Office ataupun aplikasi-aplikasi brand

ware yang dikeluarkan vendor lainnya.

Di negara Republik Rakyat Cina pemerintah telah memberikan peraturan

yang sangat ketat bahwa seluruh perangkat lunak yang digunakan di

lingkungan pemerintah hingga ke tingkat paling bawah harus menggunakan

ijin publik umum. Hal ini ditujukan untuk mendukung gerakan anti

pembajakan dan penghematan devisa.

2.6.2.1.3 Bahasa Pemograman (Programming Language)

Bahasa pemograman merupakan program khusus yang berfungsi

membangun sebuah perangkat lunak komputer, baik sistem operasi, program

aplikasi bahkan bahasa pemograman lain.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-68 dari 298 halaman

Bahasa pemograman secara garis besar terdiri atas:

1) Bahasa Tingkat Rendah (Low Level Language)

Bahasa tingkat rendah (low level language) adalah bahasa

pemograman yang secara langsung menggunakan kode-kode mesin

yang hanya dimengerti oleh perangkat keras komputer.

Karena alasan tersebut, maka bahasa tingkat rendah disebut juga

bahasa rakitan (assembling language). Biasanya bahasa ini digunakan

untuk pembangunan sistem kontrol perangkat atau membangun

sebuah sistem operasi yang secara langsung berfungsi mengelola

kinerja perangkat keras komputer. Salah satu contoh bahasa mesin

adalah Turbo Assembler, NASM, dsb.

2) Bahasa Tingkat Menengah (Middle Level Language)

Bahasa tingkat menengah (middle level language) adalah bahasa

pemograman yang mulai menerapkan struktur bahasa yang mendekati

bahasa yang biasa digunakan secara umum oleh manusia dalam

penyusunan instruksi-instruksinya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-69 dari 298 halaman

Bahasa tingkat menengah menjembatani perkembangan bahasa

tingkat tinggi. Seperti halnya bahasa tingkat rendah, bahasa ini

biasanya digunakan untuk membangun program sistem kontrol

perangkat keras maupun sistem operasi.

Alasan utama penggunaan bahasa ini dalam pembangunan sistem

operasi disebabkan keluwesannya yang mampu diterapkan dalam

beberapa platform komputer.

Salah satu contoh bahasa tingkat menengah yang populer adalah

Turbo C.

Sistem operasi UNIX sendiri pada awalnya dibangun menggunakan

bahasa rakitan (assembling language) yang kemudian dikembangkan

menggunakan bahasa C dengan alasan seperti dikemukakan tadi.

3) Bahasa Tingkat Tinggi (High Level Language)

Bahasa ini disebut bahasa tingkat tinggi (high level language) karena

murni menggunakan sintaksis bahasa yang lazim digunakan sehari-

hari dalam penyusunan kode-kode programnya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-70 dari 298 halaman

Bahasa tingkat tinggi terdiri dari bahasa prosedural seperti Pascal dan

bahasa berorientasi obyek seperti C++ dan Java.

4) Bahasa Generasi Keempat

Bahasa generasi keempat (Fourth Generation Language/4th GL)

adalah bahasa tingkat tinggi berorientasi obyek yang dalam metode

penyusunan suatu program aplikasi komputer menggunakan sistem

visual.

Sistem visual ini merupakan gaya pemograman yang disesuaikan

dengan platform Windows dimana setiap properti obyeknya dibangun

secara otomatis sesuai model sistem operasi tersebut.

Contoh bahasa ini adalah Power Builder, Visual C++, Visual Basic,

Visual FoxPro, Visual J++, Delphi, dsb.

5) Bahasa Skrip (Scripting Language)

Bahasa skrip (scripting language) dikembangkan sebagai pengaruh

dari berkembangnya teknologi internet terutama layanan world wide

web-nya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-71 dari 298 halaman

Web menjadi layanan internet yang sangat berkembang dibandingkan

layanan lainnya seperti Gopher, FTP, Telnet, UseNet, dsb. Hal ini

disebabkan sifat web yang multimedia.

Sifat layanan Web yang multimedia maksudnya adalah kemampuan

mengakomodir data teks, gambar/grafik, video dan audio. Dengan

kelebihannya tersebut maka menyebabkan salah satu jenis layanan

internet ini berkembang dengan pesat.

Halaman web yang pada awalnya bersifat statis menjadi dinamis

dengan pengembangan script HTML (Hyper Text Mark up Language)

yang menjadi standar penulisannya menjadi Dynamic HTML.

Dengan dikembangkannya Common Gateway Interface (CGI) sebagai

sarana antar muka pemograman web, layanan ini menjadi semakin

berkembang dan interaktif.

CGI dapat diartikan sebagai program aplikasi yang memiliki fungsi-

fungsi atau prosedur-prosedur tertentu yang berjalan dalam teknologi

web.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-72 dari 298 halaman

Hampir semua bahasa pemograman dapat digunakan untuk

membangun sebuah CGI yang disesuaikan dengan platform sistem

operasi dan perangkat kerasnya.

Saat ini bahasa script yang paling terkenal adalah PERL (Practical

Extraction and Report Language) yang dibuat mirip dengan sistem

pengkodean HTML biasa.

Namun sayangnya teknologi CGI ini dinilai kurang handal dan banyak

menghabiskan sumber daya memori komputer. Padahal unjuk kerja

(performa) sebuah sistem komputer banyak dipengaruhi oleh sampai

sebesar mana sumber daya memori yang digunakan.

Semakin tinggi beban sumber daya memori (terutama RAM/Random

Access Memory) maka semakin turun unjuk kerja sebuah sistem

komputer.

Penilaian bahwa CGI memerlukan banyak sumber daya memori

didasarkan pada kondisi bahwa setiap terjadi permintaan akses/data

dari pengakses situs web, dimana pada setiap transaksi maka secara

otomatis program tersebut mengalokasikan ruang khusus untuk

pengguna tersebut hingga transaksi selesai.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-73 dari 298 halaman

Sehingga jika semakin banyak pengguna yang mengakses situs

tersebut maka semakin besar sumber daya memori yang digunakan.

Hal ini dapat berdampak pada menurunnya unjuk kerja sistem karena

jika sumber daya memori telah habis dialokasikan maka para

pengguna lain yang akan melakukan transaksi akan diantrikan. Antrian

tersebut akan menyebabkan terjadinya kerusakan sistem jika semakin

besar jumlahnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut beberapa organisasi besar terutama

yang bergerak di dunia bisnis melakukan investasi perangkat keras

yang memiliki sumber daya yang besar.

Namun hal tersebut menjadi tidak efektif dengan tuntutan efisiensi

sumber daya teknologi informasi untuk lebih memasyarakat di segala

bidang.

Situasi tersebut mendorong beberapa vendor atau komunitas teknologi

informasi mengembangkan prinsip API (Application Programming

Interface).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-74 dari 298 halaman

API adalah sebuah konsep pemanfaatan berbagi pakai file pustaka

dalam memproses program-program aplikasi yang dibangun pada

sebuah web.

Konsep ini lebih menguntungkan karena tidak memerlukan sumber

daya memori yang besar. Hal ini disebabkan seluruh transaksi

diproses dalam web server dengan memanfaatkan modul-modul API

yang terintegrasi di dalamnya.

Namun API sendiri memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

a) Unjuk kerja sistem aplikasi sangat bergantung kepada modul-

modul pustaka API. Jika terdapat kerusakan pada salah satu

modul akan berakibat tidak berfungsinya aplikasi tersebut.

b) Kerusakan pada API yang disebabkan serangan/gangguan

merusak dari pihak luar akan berakibat kerusakan secara

menyeluruh pada seluruh sistem web server.

Namun kelemahan-kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan baik

jika kita secara rutin dan teliti melakukan perawatan sistem yang

menyeluruh.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-75 dari 298 halaman

Dengan cara tersebut maka masalah-masalah yang timbul dari

kelemahan-kelemahan tersebut di atas dapat segera diantisipasi

secara cepat dan akurat.

Perkembangan API mendorong beberapa vendor dan komunitas

teknologi informasi mengembangkan bahasa script mereka masing-

masing yang dapat dibandingkan pada tabel berikut:

KRITERIA PENILAIAN

API

ASP (Active Server Pages)

SSJS (Server Side JavaScript)

Java Servlets/JSP (Java Server

Pages)

PHP (Hypertext

Pre Processor)

Cold Fusion

Platform 1

(Hanya di Windows)

2 (UNIX dan Windows)

2 (UNIX dan Windows)

2 (UNIX dan Windows)

2 (UNIX dan Windows)

Web Server 1

(IIS/PWS)

1 (Netscape

Enterprise’s Server)

2 (Banyak web

server)

2 (Banyak web

server terutama Apache)

1 (ColdFusion Web Server)

Koneksi Basis Data

3 (MS-

SQL,Oracle,MS-

Access,Sybase,Informix)

10 (Banyak)

10 (Banyak)

10 (Banyak)

10 (Banyak)

Tingkat Pemograman

10 (mudah)

3 (sulit)

3 (sulit)

10 (mudah)

10 (mudah)

Kesesuaian dengan aplikasi

lain

5 (sulit)

5 (sulit)

9 (mudah)

9 (mudah)

9 (mudah)

Kemudahan Up Grade

9 (mudah)

4 (sulit)

4 (sulit)

9 (mudah)

10 (mudah)

Tingkat Respon Sistem

7 (sedang)

5 (lambat)

7 (sedang)

10 (cepat)

9 (cepat)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-76 dari 298 halaman

KRITERIA PENILAIAN

API

ASP (Active Server Pages)

SSJS (Server Side JavaScript)

Java Servlets/JSP (Java Server

Pages)

PHP (Hypertext

Pre Processor)

Cold Fusion

Tingkat Kehandalan

Sistem

3 (kurang)

7 (sedang)

10 (bagus)

10 (bagus)

9 (bagus)

Pengelolaan Sistem

8 (mudah)

7 (sedang)

7 (sedang)

8 (mudah)

10 (mudah)

Skalabilitas Sistem

6 (sedang)

6 (sedang)

10 (besar)

10 (besar)

8 (besar)

Total Nilai Performa

53 50 64 80 78

Harga (US$) 5,000 4,000 0 0 8,000

Harga Tertinggi 63 50 1 1 100 Rasio

Performa:Harga 0,841 1 64 80 0,78

Sumber: Hasil Penelitian Research & Development Department PT. Awakami

Tabel 2.2

Perbandingan Beberapa Bahasa Skrip Terkemuka

2.6.2.1.4 Server Basis Data

Basis data memegang peranan penting dalam sebuah Sistem Informasi

karena berfungsi menyimpan seluruh data-data yang diperlukan yang

kemudian diolah oleh sebuah atau lebih program aplikasi yang dibangun.

Kualitas sebuah server basis data memiliki dampak pada peningkatan kualitas

sebuah sistem informasi. Sehingga pemilihan produk-produk perangkat lunak

basis data sangatlah penting karena jika kita salah memilih akan

menyebabkan terganggunya aktivitas organisasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-77 dari 298 halaman

Berikut dibandingkan beberapa perangkat lunak server basis data yang sering

digunakan:

PENILAIAN SERVER DATA BASE

MS-SQL ORACLE MySQL

Platform 1

(MS-Windows) 2

(MS-Windows,Linux)

10 (hampir semua sistem operasi)

Multi User 10 10 10

Koneksi antar basis data 3

(ODBC,Native,OLEDB) 3

(ODBC,Native,OLEDB)

3 (ODBC,Native,OLE

DB)

Pengelolaan Pengguna

Hak akses terhadap basis data

1 (lebih dari 1 basis

data)

1 (lebih dari 1 basis

data)

1 (lebih dari 1 basis

data)

Tingkat keamanan

3 (mixed authentic hanya

dengan NT dan Engine-nya)

3 (mixed authentic hanya

dengan NT dan Engine-nya)

10 (mixed authentic dengan banyak

sistem operasi dan engine terutama Linux/BSD serta

PHP)

Role 2

(ada role) 2

(ada role) 2

(ada role)

Pengelolaan Ruang 3

(shrink otomatis) 3

(shrink otomatis) 3

(shrink otomatis)

Pengelolaan Basis Data

Publikasi/pemanfaatan tabel 6

(bisa publikasi via web dengan panduan)

3 (bisa publikasi via web

tapi sulit)

5 (bisa publikasi via

web tanpa panduan)

Prosedur penyimpanan 5

(menggunakan transact SQL)

5 (menggunakan

PL/SQL)

5 (menggunakan

SQL)

Trigger 3

(ada trigger management)

2 (ada trigger

management tapi tidak mudah digunakan)

2 (ada trigger

management tapi tidak mudah digunakan)

Backup 4 2 3

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-78 dari 298 halaman

PENILAIAN SERVER DATA BASE

MS-SQL ORACLE MySQL

(bisa otomatis dan mudah)

(bisa otomatis tetapi tidak mudah)

(bisa otomatis tetapi tidak mudah)

Penjadualan 1

(ada) 1

(ada) 1

(ada)

Relationship 1

(konsisten) 1

(konsisten) 1

(konsisten)

Replikasi 3

(bisa replikasi dengan panduan)

2 (bisa replikasi tanpa

panduan)

2 (bisa replikasi tanpa

panduan)

Antar Muka

GUI (Graphical User Interface)

3 (terintegrasi baik)

2 (cukup)

1 (kurang)

Pengembangan 5

(perlu developer tools dan bisa lintas vendor)

3 (perlu developer tools

boleh lintas vendor tetapi sebaiknya

jangan)

5 (perlu developer

tools dan bisa lintas vendor)

Kemudahan pengelolaan 5

(mudah) 3

(sedang) 3

(sedang)

Kemudahan operasional 5

(mudah) 3

(sedang) 3

(sedang)

Total Nilai Performa 65 52 71

Harga (US$) 2,249 2,020 0

Harga Tertinggi 100 89 1 Rasio Performa:Harga 0,65 0,58 71

Sumber: Hasil Penelitian Research & Development Department PT. Awakami

Tabel 2.3

Perbandingan Aplikasi Basis Data Server Populer

2.6.3 Analisa Kelayakan Perangkat Keras

Perangkat keras merupakan alat utama dalam operasional sebuah sistem

informasi dimana di dalamnya termasuk jaringan komunikasi data yang

menopangnya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-79 dari 298 halaman

Perkembangan teknologi perangkat keras telekomunikasi dan komputer

semakin berkembang serta terintegrasi hingga memunculkan konsep

multimedia.

Konsep ini muncul saat komputer tidak lagi hanya memiliki satu fungsi dan

manfaat saja sebagaimana terjadi pada awal perkembangannya. Dewasa ini

komputer telah berkembang menjadi perangkat yang mampu berfungsi untuk

berbagai hal seperti hiburan, pengontrolan, kalkulasi, dsb.

Selain itu dengan mengintegrasikan teknologi komputer dan telekomunikasi

semakin meningkatkan kemampuan perkembangan dan mobilisasi arus

informasi secara murah, mudah, akurat, efektif serta efisien.

2.6.3.1 Perkembangan Sistem Jaringan Komunikasi Data

Pada awal dikembangkannya komputer masih bersifat berdiri sendiri (stand-

alone) yang berarti belum saling terhubung antar beberapa komputer untuk

saling berbagi data dan sumber daya.

Pengembangan sistem jaringan komunikasi data diawali oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat yang mendanai sebuah proyek riset yang

dinamai ARPA (Advanced Research Projects Agency).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-80 dari 298 halaman

ARPA merupakan proyek riset besar yang diantaranya meneliti dan

mengembangkan suatu konsep dan teknologi sistem jaringan yang akan

menghubungkan komputer-komputer secara terpadu untuk tujuan yang

sangat berguna sehingga badan riset dan akademik dapat memanfaatkannya.

Proyek sistem jaringan tersebut diutamakan untuk mengembangkan sumber

daya komputer yang tersebar di berbagai tempat dapat saling berkomunikasi

dari berbagai tempat sehingga dapat meningkatkan ketersediaan komputer

yang luar biasa di kalangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Proyek ARPA kemudian oleh National Science Foundation (NSF) yang

terdorong untuk mengembangkan standarisasi sistem operasi dan

protocol/format data. Hal tersebut disebabkan setiap platform komputer

dirancang dan dibuat nyaris sebagai produk yang mandiri.

ARPA kemudian mengembangkan proyek ARPAnet yang

mengimplementasikan prinsip-prinsip rancangan dan protokol standar untuk

sistem jaringan komputer.

Pada awal implementasinya ARPAnet dipasang di UCLA (University of

California at Los Angeles), SRI (Stanford Research Institute), UCSB

(University of California of Santa Barbara) dan University of Utah.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-81 dari 298 halaman

Setelah sepuluh tahun beroperasi, proyek ARPA berubah menjadi DARPA

(Defense Advanced Research Projects Agency) pada tahun 1970 yang lima

belas tahun berikutnya semakin meluas dan berkembang.

Kemudian selain ARPAnet bermunculan komunitas-komunitas jaringan

komputer terutama JANet (Joint Academic Network) yang kemudian

digantikan SuperJANet yang menghubungkan universitas-universitas di

Inggris dan NSFnet yang didirikan oleh American National Science

Foundation yang seluruhnya mengikuti prinsip-prinsip rancangan serta

protocol dari ARPAnet.

Pada tahun 1983 ARPAnet menjadi sangat besar dan semua sistem jaringan

komputer mengikuti protokol yang sama. Kondisi tersebut ternyata

mengkhawatirkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat karena

kecemasan akan pembobolan terhadap sistem jaringan komunikasi data

militer yang akan memberikan dampak sangat rawan terhadap keamanan

negara.

Pada tahun 1989 jaringan asli ARPAnet dimatikan (shut-down) dan digantikan

oleh NSFnet dan jaringan lain yang lebih cepat dan baru yang menjadi cikal

bakal berkembangnya internet.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-82 dari 298 halaman

Selain dikembangkan oleh komunitas riset ilmu pengetahuan dan teknologi

pada tahun 1979 tiga perusahaan telekomunikasi dan elektronika yaitu Xerox

Corporation, DEC dan Intel bekerja sama mengembangkan Ethernet sebagai

protokol untuk jaringan lokal/LAN (Local Area Network).

Penemuan protokol tersebut membuka peluang bisnis sistem jaringan lokal

terutama untuk di dalam gedung yang menciptakan persaingan produk-

produk perangkat lunak dan keras dari berbagai perusahaan.

Proyek ARPAnet pun mendorong penemuan sistem operasi yang bersifat

terbuka, dapat menjalankan banyak perintah/tugas secara serentak, dan

mampu menerima banyak transaksi secara serentak.

Kondisi tersebut mendorong minat Ken Thompson dan Dennis Ritchie untuk

membuat sistem operasi yang sesuai kondisi tersebut. Pada tahun 1969 di

laboratorium Bell milik AT&T mereka membuat sistem operasi yang diberi

nama UNICS (Uniplexed Information Computing System) yang dibangun

menggunakan bahasa assembly. Atas usul Brian Kernighan nama tersebut

dirubah menjadi UNIX yang bukan merupakan akronim tertentu.

Kemudian pada tahun 1973 UNIX ditulis ulang dengan menggunakan bahasa

C agar mudah beradaptasi dengan platform komputer yang lain. Selanjutnya

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-83 dari 298 halaman

AT&T menyerahkan kode program UNIX kepada institusi-institusi pemerintah

dan pendidikan.

Dengan diserahkannya kode program tersebut diharapkan sistem operasi

UNIX dapat lebih dikembangkan dan dapat memberikan dampak mendorong

perkembangan internet.

Sayangnya sistem operasi UNIX karena dirancang untuk komputer-komputer

besar ataupun jaringan-jaringan yang besar maka menjadi sangat tidak efektif

jika diimplementasikan dalam komputer atau sistem jaringan yang kecil.

Untuk mengatasi hal tersebut maka beberapa perusahaan menciptakan

produk-produk pengelola sistem jaringan komputer untuk skala kecil hingga

menengah. Produk-produk tersebut antara lain Novell Netware, Lotus Note

Groupware, dsb.

Namun dengan dikembangkannya varian UNIX yang lebih ringkas seperti

SCO-UNIX, HP-UIX, Solaris dan BSD dan tiruannya (clone) yaitu Linux

berdampak pada penggunaan sistem operasi terbuka tersebut untuk

diterapkan dalam sistem jaringan komunikasi skala kecil hingga menengah.

Seperti diketahui bahwa teknologi internet diciptakan untuk menggabungkan

berbagai komputer ataupun sistem jaringan komputer dengan platform yang

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-84 dari 298 halaman

berbeda-beda baik sistem operasi maupun perangkat keras dalam sebuah

sistem jaringan yang terintegrasi.

Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan sebuah protokol yang mampu

berfungsi sebagai perekat digital bagi komputer-komputer tersebut.

Protokol adalah sebuah program yang terinstalasi pada sebuah sistem

komputer yang terintegrasi dengan sistem operasi di dalamnya sehingga

dapat mengkomunikasikan beberapa komputer.

TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) adalah protokol

yang menjadi basis dari sistem jaringan komputer yang digunakan di internet.

Dengan menggabungkan UNIX dengan beberapa varian dan tiruannya

sebagai sistem operasi terbuka dan TCP/IP sebagai protokol komunikasi data

terbuka maka salah satu tujuan utama proyek ARPA telah tercapai.

Perkembangan internet pun dewasa ini semakin meluas dan merasuki

berbagai aspek kehidupan manusia. Batas-batas ruang telah dihilangkan

melalui ruang maya (virtual space) yang diciptakan oleh internet sehingga

setiap orang bisa berinteraksi secara global.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-85 dari 298 halaman

Layanan-layanan yang berkembang di internet pun semakin banyak dan

meluas fungsi serta fasilitasnya. Layanan-layanan tersebut adalah:

2.6.3.2 Jenis Layanan di Internet

1) Telnet

Telnet adalah jasa layanan internet tertua selain surat elektronik (e-

mail). Jasa layanan internet ini muncul sebagai perkembangan dari

konsep emulasi terminal. Konsep emulasi terminal adalah suatu

metode hubungan antar komputer secara terpadu dalam sebuah

sistem jaringan komunikasi data.

Namun konsep emulasi tersebut lebih bersifat client-server yaitu setiap

interaksi yang dilakukan dalam jaringan komunikasi data tersebut

harus melalui mekanisme manajemen sistem melalui sebuah komputer

server.

Konsep emulasi tersebut dikembangkan menjadi konsep peer-to-peer

(P2P) yang bersifat kesetaraan. Ide dari konsep ini adalah setiap

komunikasi data antar sumber daya komputer tidak perlu melalui

sebuah server tetapi langsung antar terminal komputer yang

berhubungan tersebut.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-86 dari 298 halaman

Untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut maka dikembangkan layanan

Telnet. Dengan telnet kita dapat berkomunikasi dengan sebuah

terminal komputer secara langsung tanpa perantaraan server dan

mengakses data-data yang ada di dalamnya.

Sedangkan untuk mengambil/mengirim (download/upload) data dari

atau ke dalam terminal komputer yang kita hubungi dapat digunakan

FTP (File Transfer Protocol).

2) FTP (File Transfer Protocol)

FTP dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan komunikasi data di

dalam sebuah sistem jaringan komputer. Protokol ini dikembangkan

untuk melakukan pertukaran, penyimpanan dan pengambilan data

secara aman di internet.

FTP masih sangat populer hingga saat ini karena kemampuan interaksi

data yang besar, cepat dan aman. Kita dapat mengakses situs-situs

FTP yang berisi informasi yang diinginkan dan mengambilnya

menggunakan perangkat lunak khusus yang disebut FTP browser.

Banyak FTP browser yang beredar dewasa ini, baik yang komersial,

gratis (freeware) maupun uji coba (shareware). Produk perangkat

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-87 dari 298 halaman

lunak yang dikategorikan shareware adalah aplikasi yang dapat kita

pakai dalam masa uji coba tertentu dan jika menyukainya kita harus

membayar untuk dapat terus menggunakannya secara sah.

Browser-browser FTP yang terkenal saat ini antara lain CuteFTP, WS-

FTP, Crystal FTP, dll.

Untuk secara cepat dan tepat mencari file-file yang kita perlukan di

seluruh situs FTP yang tersebar di seluruh dunia kita dapat

menggunakan mesin pencari (search engine).

Archie merupakan perangkat lunak yang berfungsi sebagai mesin

pencari situs FTP. Perangkat lunak tersebut bertugas melakukan

pengindeksan terhadap file-file di seluruh situs FTP secara berkala.

3) E-Mail (Electronic Mail)

Surat elektronik atau lebih dikenal sebagai e-mail adalah fasilitas tertua

di internet selain FTP. Pada awalnya e-mail dikembangkan sebagai

fasilitas alternatif untuk mengakses situs-situs FTP.

Kondisi tersebut tentunya sangat mengganggu karena menimbulkan

banyak aturan-aturan standar FTP yang terganggu.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-88 dari 298 halaman

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dikembangkan protokol

khusus untuk e-mail yang disebut SMTP (Simple Mail Transfer

Protocol). SMTP menetapkan aturan-aturan mengenai pengiriman e-

mail secara ketat.

Namun layanan e-mail merupakan lebih bersifat asinkron dimana kita

tidak dapat melakukan penerimaan dan pengiriman data secara

bersamaan.

Perkembangan dari jasa layanan e-mail ini adalah jasa layanan mailing

list. Mailing list merupakan konsep dimana sejumlah orang

membentuk komunitas khusus yang mendiskusikan topik-topik yang

sudah disepakati bersama menggunakan fasilitas e-mail.

Prinsip kerja mailing list adalah sebagai berikut:

a) Sejumlah orang bersepakat membentuk suatu komunitas dan

membuat alamat e-mail khusus yang mengorganisir seluruh

diskusi yang dilakukan.

b) Jika seorang anggota komunitas mengirimkan e-mail pada

alamat khusus tersebut maka secara otomatis oleh program

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-89 dari 298 halaman

mailing list akan dikirimkan kepada seluruh alamat e-mail

anggota komunitas tersebut.

c) Dengan cara tersebut maka informasi dapat disampaikan secara

cepat ke seluruh anggota komunitas tanpa perlu mengirimkan e-

mail satu-persatu kepada seluruh anggota yang tentunya

memerlukan waktu serta biaya yang lebih besar.

4) Gopher

Gopher merupakan protokol alternatif yang dikembangkan untuk

menggantikan FTP yang seringkali kurang efektif dalam koneksi

datanya.

Namun protokol ini ternyata menjadi kurang efektif bila dibandingkan

dengan FTP. Hal ini disebabkan beberapa perusahaan perangkat

lunak telah berhasil mengembangkan browser-browser yang mampu

mengantisipasi kekurangan-kekurangan koneksi menggunakan FTP.

Selain itu protokol Gopher memiliki kekurangan dalam sesi aksesnya

yang sangat lambat dibandingkan dengan FTP.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-90 dari 298 halaman

Berkembangnya protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) untuk

media WWW (world wide web) yang lebih fleksibel, cepat, handal dan

multimedia kemudian mengakibatkan Gopher menjadi tidak populer di

kalangan pengakses internet.

5) WWW (World Wide Web)

WWW yang lazim disingkat dengan sebutan web ini menjadi sebuah

layanan internet yang sangat pesat perkembangannya. Hal-hal yang

menjadi faktor pendorong kondisi tersebut adalah:

a) Kemampuan otomatisasi yang kompleks

Dengan dukungan protokolnya web menjadi sebuah layanan

yang mampu mengotomatisasi berbagai macam protokol, port

dan proses secara terpadu serta menyeluruh.

Browser-browser web yang dikembangkan dewasa ini

menunjukkan hal tersebut dimana setiap pengguna internet

yang mengakses layanan web tidak dipusingkan oleh berbagai

aturan prosedural/fungsional dari sebuah sistem komunikasi

data global.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-91 dari 298 halaman

Hal tersebut berdampak pada meningkatnya penggunaan web

dalam komunikasi di internet karena faktor kemudahan

penggunaannya tersebut.

b) Fleksibilitas dan kemudahan

Teknologi dasar web adalah penggunaan aturan penulisan

tekstual tertentu yang ditetapkan dalam format HTML (Hyper

Text Mark up Language).

HTML memiliki keunggulan karena mampu digabungkan dengan

berbagai jenis script dan teknologi lain yang semakin

mengokohkan web sebagai layanan internet yang mendukung

multimedia.

Dengan dukungan format HTML tersebut maka browser-browser

mampu menampilkan sebuah layanan internet yang memiliki

keragaman media yang penggunaannya sangatlah mudah

terutama bagi pengakses yang tidak memiliki basis

pengetahuan sistem komputer yang mendalam.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-92 dari 298 halaman

Para pengguna media web seolah-olah seperti menggunakan

seperangkat katalog interaktif yang dinamis dengan link-link

informasi yang fleksibel.

Seperti layaknya katalog pada umumnya, media web pun

didukung oleh aspek-aspek grafis, audio dan video yang

semakin berkembang teknologinya.

Sebagai akibat dari kondisi tersebut maka banyak teknologi-teknologi

yang kemudian dikembangkan berbasiskan teknologi web terutama

yang berhubungan dengan komunikasi data dan multimedia.

2.6.4 Sistem Jaringan Komunikasi Data

Dalam sebuah sistem informasi yang dibangun secara terpadu dan

menyeluruh peranan data sangatlah penting. Sebagai basis dari kinerja dan

performa sistem informasi maka pengelolaan komunikasi dari data-data

tersebut menjadi hal yang harus menjadi prioritas utama.

Sebuah sistem informasi tentunya dibangun berdasarkan kebutuhan

fungsional (prosedural) dan struktural (hierarki) dari sebuah lembaga. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan jaringan komunikasi data

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-93 dari 298 halaman

yang secara fungsional dan struktural mampu mengintegrasikan secara

menyeluruh seluruh potensi data di dalam sistem informasi lembaga tersebut.

Sebagai upaya menciptakan dukungan sistem informasi yang efektif, efisien,

handal, terpadu dan menyeluruh maka diperlukan sebuah sistem jaringan

komunikasi data berbasiskan teknologi telematika (telekomunikasi,

informatika dan multimedia).

Sistem jaringan komunikasi data tersebut haruslah memadukan seluruh

sumber daya perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat benak yang

proporsional.

Dengan semakin tingginya tuntutan kebutuhan sumber daya sistem jaringan

komunikasi data yang terpadu dan menyeluruh maka diperlukan sebuah studi

kelayakan untuk menganalisis secara tepat dan proporsional.

Sejak memasyarakatnya Internet dan dipasarkannya sistem operasi Windows

oleh Microsoft, menghubungkan beberapa komputer baik komputer pribadi

(PC) maupun server dengan sebuah jaringan dari jenis LAN (Local Area

Network) sampai WAN (Wide Area Network) menjadi sebuah hal yang biasa.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-94 dari 298 halaman

Demikian pula dengan konsep "downsizing" maupun "lightsizing" yang

bertujuan menekan anggaran belanja khususnya peralatan komputer, maka

sebuah jaringan merupakan satu hal yang sangat diperlukan.

2.6.4.1 Sejarah Jaringan Komunikasi Data Elektronik

Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika dari sebuah

proyek pengembangan komputer MODEL I di laboratorium Bell dan group

riset Harvard University yang dipimpin Professor H. Aiken.

Pada mulanya proyek tersebut bertujuan memanfaatkan sebuah perangkat

komputer yang harus dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses

tanpa banyak membuang waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch

Processing), sehingga beberapa program bisa dijalankan dalam sebuah

komputer dengan kaidah antrian.

Di tahun 1950-an ketika jenis komputer mulai meluas hingga ditemukannya

super komputer, maka sebuah komputer harus melayani beberapa terminal.

Untuk itu dirancang konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal

dengan nama TSS (Time Sharing System), maka untuk pertama kali bentuk

jaringan (network) komputer diaplikasikan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-95 dari 298 halaman

Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara berseri ke sebuah host

komputer. Dalam proses TSS mulai nampak perpaduan teknologi komputer

dan teknologi telekomunikasi yang pada awalnya berkembang sendiri-sendiri.

Memasuki tahun 1970-an, setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan

harga perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal maka mulailah

digunakan konsep proses distribusi (Distributed Processing).

Seperti pada Gambar 2.2, dalam proses ini beberapa host komputer

mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani

beberapa terminal yang tersambung secara serial di setiap host komputer.

Dalam proses distribusi sudah mutlak diperlukan perpaduan yang mendalam

antara teknologi komputer dan telekomunikasi, karena selain proses yang

harus didistribusikan, semua host komputer wajib melayani terminal-

terminalnya dalam satu perintah dari komputer pusat.

Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan

konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan

jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-96 dari 298 halaman

maupun komunikasi antar komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui

komputer pusat.

Untuk itu mulailah berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan

sebutan LAN (local area network). Demikian pula ketika Internet mulai

diperkenalkan maka sebagian besar LAN yang berdiri sendiri mulai

berhubungan dan terbentuklah jaringan raksasa WAN.

2.6.4.2 Model Referensi OSI (Open System Interconnection) dan

Standarisasi

Dengan banyaknya perusahaan yang memproduksi peralatan-peralatan yang

mendukung sistem jaringan komunikasi data elektronik maka diperlukan

standarisasi yang berguna dalam mengkomunikasikan alat-alat tersebut

dengan baik.

Dalam dunia komputer dan telekomunikasi interpreter identik dengan protokol.

Untuk itu maka badan dunia yang menangani masalah standarisasi ISO

(International Standardization Organization) membuat aturan baku yang

dikenal dengan nama model referensi OSI (Open System Interconnection).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-97 dari 298 halaman

Dengan demikian diharapkan semua vendor perangkat telekomunikasi

haruslah berpedoman dengan model referensi ini dalam mengembangkan

protokolnya.

Model referensi OSI terdiri dari 7 (tujuh) lapisan, mulai dari lapisan fisik

sampai dengan aplikasi. Model referensi ini tidak hanya berguna untuk

produk-produk LAN saja, tetapi dalam membangun jaringan Internet sekalipun

sangat diperlukan.

Standarisasi masalah jaringan tidak hanya dilakukan oleh ISO saja, tetapi

juga diselenggarakan oleh badan dunia lainnya seperti ITU (International

Telecommunication Union), ANSI (American National Standard Institute),

NCITS (National Committee for Information Technology Standardization),

bahkan juga oleh lembaga asosiasi profesi IEEE (Institute of Electrical and

Electronics Engineers) dan ATM-Forum di Amerika.

Pada prakteknya bahkan vendor-vendor produk LAN bahkan memakai

standar yang dihasilkan IEEE. Kita bisa lihat misalnya badan pekerja yang

dibentuk oleh IEEE yang banyak membuat standarisasi peralatan

telekomunikasi seperti yang tertera pada tabel berikut:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-98 dari 298 halaman

Nama Badan Pekerja Bentuk Kegiatan

IEEE802.1

Standarisasi interface lapisan atas HILI (High Level Interface) dan

Data Link termasuk MAC (Medium Access Control) dan LLC

(Logical Link Control).

IEEE802.2 Standarisasi lapisan LLC.

IEEE802.3 Standarisasi lapisan MAC untuk CSMA/CD (10Base5, 10Base2,

10BaseT, dll.)

IEEE802.4 Standarisasi lapisan MAC untuk Token Bus.

IEEE802.5 Standarisasi lapisan MAC untuk Token Ring.

IEEE802.6 Standarisasi lapisan MAC untuk MAN-DQDB (Metropolitan Area

Network-Distributed Queue Dual Bus.)

IEEE802.7 Grup Pendukung BTAG (Broadband Technical Advisory Group)

pada LAN.

IEEE802.8 Grup Pendukung FOTAG (Fiber Optic Technical Advisory Group.)

IEEE802.9 Standarisasi ISDN (Integrated Services Digital Network) dan IS

(Integrated Services ) LAN.

IEEE802.10 Standarisasi masalah pengamanan jaringan (LAN Security.)

IEEE802.11 Standarisasi masalah wireless LAN dan CSMA/CD bersama

IEEE802.3.

IEEE802.12 Standarisasi masalah 100VG-AnyLAN

IEEE802.14 Standarisasi masalah protocol CATV

Tabel 2.5

Badan Pekerja di IEEE

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-99 dari 298 halaman

2.6.4.3 Protokol Komunikasi Data Elektronik

Untuk dapat berkomunikasi antara terminal kerja komputer dari setiap

pengguna dalam sistem jaringan komunikasi data elektronik maka diperlukan

sebuah perangkat lunak yang bertugas menjembatani hal tersebut.

Perangkat lunak tersebut dikenal sebagai protokol data atau lazim dikenal

sebagai protokol saja. Berikut beberapa jenis protokol populer dewasa ini:

2.6.4.3.1 LocalTalk

LocalTalk adalah sebuah protokol jaringan yang dikembangkan oleh Apple

Computer, Inc. untuk mesin-mesin komputer Macintosh . Metode yang

digunakan oleh LocalTalk adalah CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access

with Collision Avoidance).

Hampir sama dengan CSMA/CD yang digunakan oleh protokol Ethernet,

adapter LocalTalk dan cable twisted pair khusus dapat digunakan untuk

menghubungkan beberapa komputer melewati port serial.

Sistem Operasi Macintosh memungkinkan koneksi secara jaringan peer-to-

peer tanpa membutuhkan tambahan aplikasi khusus.

Secara umum seluruh jenis topologi jaringan komputer dapat menggunakan

protokol ini. Sayangnya keterbatasan kapasitas transmisi data yang kecil

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-100 dari 298 halaman

(230Kbps) menyebabkan kurangnya minat para pengguna memanfaatkan

protokol ini.

2.6.4.3.2 Token Ring

Protokol ini dikembangkan oleh IBM pada pertengahan tahun 1980. Metode

aksesnya melalui lewatnya sebuah token dalam sebuah lingkaran seperti

cincin.

Dalam lingkaran token, komputer-komputer dihubungkan satu dengan yang

lainnya seperti sebuah cincin. Sebuah sinyal token bergerak berputar dalam

sebuah lingkaran (cincin) dalam sebuah jaringan dan bergerak dari sebuah

komputer-menuju ke komputer berikutnya.

Jika pada persinggahan di salah satu komputer ternyata ada data yang ingin

ditransmisikan, token akan mengangkutnya ke tempat dimana data itu ingin

ditujukan, token bergerak terus untuk saling menghubungkan di antara

masing-masing komputer.

Protokol Token Ring membutuhkan model jaringan bintang (star) dengan

menggunakan kabel twisted pair atau kabel fiber optic serta dapat melakukan

kecepatan transmisi 4 Mbps atau 16 Mbps.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-101 dari 298 halaman

Sejalan dengan perkembangan Ethernet, penggunaan Token Ring makin

berkurang sampai sekarang.

2.6.4.3.3 FDDI (Fiber Distributed Data Interface)

Fiber Distributed Data Interface (FDDI) adalah sebuah Protokol jaringan yang

menghubungkan antara dua atau lebih jaringan bahkan pada jarak yang jauh.

Metode akses yang digunakan oleh FDDI adalah model token.

FDDI menggunakan dua buah topologi ring secara fisik. Proses transmisi

biasanya menggunakan satu buah ring, namun jika ada masalah ditemukan

akan secara otomatis menggunakan ring yang kedua.

Keuntungan menggunakan protokol FDDI adalah kecepatan transmisi

datanya yang mencapai 100Mbps dengan menggunakan kabel serat kaca

(fiber optic).

2.6.4.3.4 ATM (Asynchronous Transfer Mode)

Protokol ATM memiliki kapasitas transmisi data minimal 155 Mbps. ATM

mentransmisikan data ke dalam satu paket dimana hal ini yang membedakan

dengan protokol lainnya. Pada protokol yang lain data ditransfer berdasarkan

besar-kecilnya paket.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-102 dari 298 halaman

ATM mendukung variasi media seperti video, CD-audio, dan gambar. ATM

bekerja pada model topologi Bintang dengan menggunakan kabel fiber optic

ataupun kabel twisted pair.

ATM pada umumnya digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih

jaringan lokal dan banyak digunakan oleh penyedia jasa ISP (internet service

provider) untuk meningkatkan kapasitas transmisi data pelanggannya.

2.6.4.3.5 Ethernet

Ethernet adalah sistem jaringan yang dibuat dan dipatenkan perusahaan

Xerox. Ethernet adalah implementasi metoda CSMA/CD (Carrier Sense

Multiple Access with Collision Detection) yang dikembangkan tahun 1960

pada proyek wireless ALOHA di Hawaii University di atas kabel coaxial.

Standarisasi sistem Ethernet dilakukan sejak tahun 1978 oleh IEEE. (lihat

Tabel 2.5) Kecepatan transmisi data di Ethernet sampai saat ini adalah 10

sampai 100 Mbps.

Saat ini yang umum ada di pasaran adalah Ethernet berkecepatan 10 Mbps

yang biasa disebut seri 10Base. Ada bermacam-macam jenis 10Base

diantaranya adalah: 10Base5, 10Base2, 10BaseT, dan 10BaseF yang akan

diterangkan lebih lanjut kemudian.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-103 dari 298 halaman

Pada metoda CSMA/CD, sebuah host komputer yang akan mengirim data ke

jaringan pertama-tama memastikan bahwa jaringan sedang tidak dipakai

untuk transfer dari dan oleh host komputer lainnya.

Jika pada tahap pemeriksaan ditemukan transmisi data lain dan terjadi

tabrakan (collision), maka host komputer tersebut diharuskan mengulang

permohonan (request) pengiriman pada selang waktu berikutnya yang

dilakukan secara acak. Dengan demikian maka jaringan efektif bisa

digunakan secara bergantian.

Untuk menentukan pada posisi mana sebuah host komputer berada atau

dikenal sebagai pengalamatan maka setiap perangkat Ethernet diberikan

alamat (address) sepanjang 48 bit yang unik (hanya satu di dunia).

Informasi alamat disimpan dalam chip yang biasanya nampak pada saat

komputer di start dalam urutan angka berbasis 16, seperti pada Gambar 2.3.

Dengan berdasarkan address Ethernet maka setiap protokol komunikasi

(TCP/IP, IPX, AppleTalk, dll.) berusaha memanfaatkan untuk informasi

masing-masing host komputer di jaringan.

Berikut adalah beberapa sistem yang dikembangkan berdasarkan prinsip

protokol Ethernet:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-104 dari 298 halaman

2.6.4.3.5.1 10Base5

Sistem 10Base5 menggunakan kabel coaxial berdiameter 0,5 inch (10 mm)

sebagai media penghubung berbentuk bus. Biasanya kabelnya berwarna

kuning dan pada kedua ujung kabelnya diberi konsentrator sehingga

mempunyai resistansi sebesar 50 ohm.

Jika menggunakan 10Base5, satu segment jaringan bisa sepanjang maksimal

500 m, bahkan jika dipasang penghubung (repeater) sebuah jaringan bisa

mencapai panjang maksimum 2,5 km.

2.6.4.3.5.2 10Base2

Seperti pada jaringan 10Base5, 10Base2 mempunyai struktur jaringan

berbentuk bus. Hanya saja kabel yang digunakan lebih kecil, berdiameter 5

mm dengan jenis twisted pair.

Tidak diperlukan MAU karena MAU telah ada di dalam NIC-nya sehingga bisa

menjadi lebih ekonomis. Karenanya jaringan ini dikenal juga dengan sebutan

CheaperNet.

Dibandingkan dengan jaringan 10Base5, panjang maksimal sebuah

segmennya menjadi lebih pendek, sekitar 185 m, dan bisa disambung sampai

5 segment menjadi sekitar 925 m.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-105 dari 298 halaman

Sebuah segment hanya mampu menampung tidak lebih dari 30 unit komputer

saja. Pada jaringan ini pun diperlukan konsentrator yang membuat ujung-

ujung media transmisi bus-nya menjadi beresistansi 50 ohm. Untuk jenis

konektor dipakai jenis BNC.

2.6.4.3.5.3 10BaseT

Berbeda dengan 2 jenis jaringan di atas, 10BaseT berstruktur bintang (star).

Tidak diperlukan MAU karena sudah termasuk di dalam NIC-nya. Sebagai

pengganti konsentrator dan repeater diperlukan hub karena jaringan

berbentuk star.

Panjang sebuah segment jaringan maksimal 100 m, dan setiap hub bisa

dihubungkan untuk memperpanjang jaringan sampai 4 unit sehingga

maksimal komputer tersambung bisa mencapai 1024 unit.

Menggunakan konektor modular jack RJ-45 dan kabel jenis UTP (Unshielded

Twisted Pair) seperti kabel telepon di rumah-rumah. Saat ini kabel UTP yang

banyak digunakan adalah jenis kategori 5 karena bisa mencapai kecepatan

transmisi 100 Mbps.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-106 dari 298 halaman

Masing-masing jenis kabel UTP dan kegunaannya bisa dilihat di tabel berikut:

Kategori Aplikasi

Category 1 Dipakai untuk komunikasi suara (voice), dan digunakan untuk kabel telepon di rumah-rumah.

Category 2 Terdiri dari 4 pasang kabel twisted pair dan bisa digunakan untuk komunikasi data sampai kecepatan 4 Mbps.

Category 3 Bisa digunakan untuk transmisi data dengan kecepatan sampai 10 Mbps dan digunakan untuk Ethernet dan Token Ring.

Category 4 Sama dengan category 3 tetapi dengan kecepatan transmisi sampai 16 Mbps.

Category 5 Bisa digunakan pada kecepatan transmisi sampai 100 Mbps, biasanya digunakan untuk Fast Ethernet (100Base) atau network ATM.

Tabel 2.6

Kategori Jenis Kabel UTP

2.6.4.3.5.4 10BaseF

Bentuk jaringan 10BaseF sama dengan 10BaseT yakni berbentuk star.

Karena menggunakan serat optik (fiber optic) untuk media transmisinya maka

panjang jarak antara NIC dan konsentratornya menjadi lebih panjang sampai

20 kali (2000 m).

Demikian pula dengan panjang total jaringannya. Pada 10BaseF, untuk

transmisi output (TX) dan input (RX) menggunakan kabel/media yang

berbeda.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-107 dari 298 halaman

2.6.4.3.5.5 Fast Ethernet (100BaseT series)

Selain jenis NIC yang telah diterangkan di atas, jenis Ethernet chip lainnya

adalah seri 100Base. Seri 100Base mempunyai beragam jenis berdasarkan

metode akses datanya diantaranya adalah: 100Base-T4, 100Base-TX, dan

100Base-FX.

Kecepatan transmisi seri 100Base bisa melebihi kecepatan chip

pendahulunya (seri 10Base) antara 2-20 kali (20-200 Mbps). Ini dibuat untuk

menyaingi jenis LAN berkecepatan tinggi lainnya seperti: FDDI, 100VG-

AnyLAN dan lain sebagainya.

2.6.5 Desain Jaringan

Pada saat kita telah mengetahui perangkat pendukung untuk membangun

sebuah jaringan maka langkah selanjutnya adalah merancang jaringan sesuai

yang kita perlukan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-108 dari 298 halaman

Untuk membangun sistem jaringan komunikasi data elektronik haruslah

mempertimbangkan aspek-aspek berikut:

1. Topologi Jaringan

Pilih dari sekian banyak topologi jaringan yang sesuai dengan

kebutuhan kita, yaitu:

1) garis lurus (bus)

2) bintang (star)

3) lingkaran (ring)

4) jaring (mesh)

2. Kecepatan Transmisi

Pilih klasifikasi kecepatan transmisi data dalam jaringan di antaranya:

a. jaringan rendah sampai menengah (beberapa M s/d 20Mbps)

b. jaringan berkecepatan tinggi (ratusan Mbps)

c. jaringan berkecepatan ultra tinggi (lebih dari 1Gbps)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-109 dari 298 halaman

3. Media Transmisi Data

Pilih jenis media yang akan digunakan untuk mengirimkan data, yaitu:

a. kabel (wire line)

b. nirkabel/gelombang radio (wireless)

4. Jenis Jaringan

Pilih jenis jaringan yang akan dibangun dimana hal ini akan

memerlukan prasarana yang berbeda, yaitu:

a. jaringan utama (backbone LAN)

b. jaringan biasa (floor LAN)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-110 dari 298 halaman

2.6.6 Klasifikasi Jaringan Berdasarkan Skalabilitas

Jaringan internal/lokal yang dibangun secara umum dapat diklasifikasikan ke

dalam 3 (tiga) jenis sistem jaringan yaitu :

1. Local Area Network (LAN) /Jaringan Area Lokal.

Sebuah LAN, adalah jaringan yang dibatasi oleh area/wilayah yang

relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah

perkantoran di sebuah gedung atau sebuah sekolah, dan biasanya

tidak lebih radiusnya dari sekitar 1 km persegi.

Beberapa model konfigurasi LAN, satu komputer biasanya dijadikan

sebuah server. Komputer server ini bertugas mengelola seluruh

aktivitas jaringan seperti pusat basis data, bagi-pakai berkas (file

sharing), bagi-pakai printer (print sharing), aplikasi anti-virus, dsb.

Sedangkan terminal-terminal (host) komputer pengguna yang

terhubung ke dalam jaringan dinamakan dengan workstation computer.

Secara umum teknologi yang digunakan untuk jaringan LAN

menggunakan kabel atau wireless dengan jangkauan yang kecil.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-111 dari 298 halaman

2. Metropolitan Area Network (MAN) / Jaringan area Metropolitan

Jika sebuah lembaga/organisasi memiliki beberapa LAN yang tersebar

dalam beberapa kantor di area-area yang berbeda maka jika

seluruhnya terhubung dalam satu jaringan utama (backbone) dapat

diklasifikasikan sebagai MAN (Metropolitan Area Network).

Contoh MAN adalah jaringan LAN di setiap BNI46 terhubung dengan

kantor cabang lainnya.

Secara umum teknologi komunikasi data elektronik yang digunakan

untuk menghubungkan sistem jaringan ini menggunakan wireless

dengan radius yang besar (sekitar 4-10 km), ADSL, ISDN, VSAT, serat

kaca (fiber optic), dsb.

3. Wide Area Network (WAN) / Jaringan area Skala Besar

Secara sederhana WAN adalah gabungan beberapa MAN yang

terhubung dalam sebuah jaringan utama (backbone) internal.

Teknologi komunikasi data elektronik yang diterapkan pun sudah

sangat canggih dan melibatkan beberapa macam teknologi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.6-112 dari 298 halaman

Contoh dari pemanfaatan WAN seperti BNI46 di Jakarta dapat

terhubung dengan kantor cabang di Mekah atau Madinah yang

tentunya harus mengimplementasikan teknologi yang lebih rumit lagi.

Untuk kebutuhan tersebut berikut diberikan beberapa perbandingan mengenai

teknologi sistem jaringan komunikasi data (nirkabel dan kabel) :

ASPEK

PENILAIAN

PENILAIAN

KABEL UTP SERAT OPTIK NIRKABEL

(WIRELESSLAN)

Kapasitas

Maksimum

3

(100,000,000

byte)

10

(3,000,000,000,000 byte)

1

(15,000,000 byte)

Kemudahan

Instalasi

3

(mudah)

1

(sulit,memerlukan alat khusus)

3

(mudah)

Kemudahan

Perawatan

5

(mudah)

1

(sulit,rentan terhadap kondisi

eksternal,misal:kimiawi,biologis)

4

(mudah)

Sistem

Keamanan

2

(harus dibuat

sendiri)

2

(harus dibuat sendiri)

5

(sudah memiliki

standar enkripsi)

Trend

Pengembangan

Teknologi

1

(maksimum)

1

(maksimum)

10

(masih akan terus

berkembang)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-113 dari 298 halaman

Skalabilitas

1

(jaringan lokal

dalam

gedung)

2

(efektif hanya untuk jaringan

bawah laut antar pulau/benua)

7

(efektif untuk

jaringan antar

gedung dan dalam

gedung)

Total Performa 12 7 29

Harga per meter

(US$) 0.128 10 0.125

Harga tertinggi 0.00128 100 0.00125

Rasio

Performa:Harga 9,375 0.07 23,200

Sumber: Hasil Penelitian Research & Development Department PT. Awakami

Tabel 2.7

Perbandingan Teknologi Media Komunikasi Data Elektronik Populer

2.7 Analisis Pembangunan Internet Service Provider

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999

tentang Telekomunikasi serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 52 tahun 2000 tentang Telekomunikasi dijelaskan bahwa

instansi/lembaga pemerintah di Republik Indonesia dapat membangun sistem

jaringan telekomunikasinya sendiri.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-114 dari 298 halaman

Sistem jaringan telekomunikasi mandiri tersebut dapat dibangun untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kepada masyarakat dan menjalankan fungsi

penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan.

Sistem jaringan telekomunikasi mandiri tersebut diantaranya memuat jasa

komunikasi data elektronik. Jasa komunikasi data elektronik tersebut

diantaranya adalah jasa layanan sambungan (koneksi) internet.

Jasa layanan internet (internet service provider) adalah tulang punggung

penting dalam penyelenggaraan koneksi internet oleh para pengguna ke

sistem jaringan komunikasi data global secara elektronik.

Perkembangan jasa layanan internet ini sendiri mulai berkembang sejak

sekitar tahun 1995 di Indonesia dimana sudah berdirinya perusahaan swasta

yang bergerak di bidang jasa layanan internet (internet service provider) yang

melayani pelanggannya di lebar pita data (bandwidth) sekitar 14,4 hingga

28,8 Kbps.

Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) tercatat bahwa hingga akhir tahun 1999 terdaftar 55 perusahaan ISP

(internet service provider) baik yang sudah maupun belum beroperasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-115 dari 298 halaman

Jumlah tersebut meningkat secara signifikan hingga mencapai 155

perusahaan pada tahun 2001.

Berdasarkan data yang diinventarisir oleh APJII maka diperoleh informasi

sebagai berikut:

No. Nama Perusahaan Jumlah Pelanggan

1. LinkNet 100.000

2. TelkomNet 100.000

3. IndosatNet 41.000

4. CBN 35.000

5. IndoNet 15.000

(daerah DKI saja)

6. RadNet 20.000

7. Centrin 20.000

8. D-Net 10.000

9. MegaNet 10.000

10. Idola 4.000

(mayoritas adalah perusahaan)

Sumber: APJII (2001)

Tabel 2.8

Jumlah Pelanggan ISP

Dalam pembangunan sebuah sistem jaringan komunikasi data elektronik yang

menghubungkan pengguna ke sistem jaringan global internet maka haruslah

mempertimbangkan aspek-aspek teknis sebagai berikut:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-116 dari 298 halaman

a) Komputer server yang digunakan

b) Jumlah Remote Access Server

c) Lokasi POP (Point of Presence)

d) Besarnya Bandwidth

e) Nama upstream provider

f) Denah rencana sistem jaringan komunikasi data elektronik (network

plan).

Berikut adalah perbandingan harga sewa bandwidth dari beberapa upstream

provider di Indonesia (harga dapat berubah setiap saat):

NO. Upstream Provider

Biaya Instalasi

(Setup Fee)

Biaya Sewa Bandwidth per Bulan

Kapasitas Bandwidth (KBps)

Biaya Sewa

1. Indosat-Net (PT. Indosat)

Rp 2.500.000 64 128 192 256 384 512 768

1024 1536 2048

Rp 4.700.000 Rp 8.000.000

Rp 10.500.000 Rp. 13.500.000 Rp 18.500.000 Rp 24.200.000 Rp 33.600.000 Rp 44.400.000 Rp 65.900.000 Rp 82.100.000

2. Pesat-Net (PT. Pasific Satelit Nusantara/PSN)

Rp 2.000.000 64 128 256 384 512

1024

Rp 4.500.000 Rp 5.750.000 Rp 8.250.000

Rp 11.250.000 Rp 14.250.000 Rp 28.000.000

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-117 dari 298 halaman

NO. Upstream Provider

Biaya Instalasi

(Setup Fee)

Biaya Sewa Bandwidth per Bulan

Kapasitas Bandwidth (KBps)

Biaya Sewa

3. Satelindo US$ 500 64 128 256 512

1024 2048

US$ 4.500 US$ 5.750 US$ 8.250

US$ 13.600 US$ 18.000 US$ 27.000

4. CBN Rp 2.000.000 64 128 256 512

1024

Rp 4.000.000 Rp 7.000.000

Rp 13.000.000 Rp 24.000.000 Rp 46.000.000

5. Link-Net Rp 500.000 64 128 256 512

1024

Rp 3.500.000 Rp 5.500.000

Rp 10.500.000 Rp 19.500.000 Rp 37.000.000

6. Dwi Tunggal Putra US$ 200 64 128 256 384 512 768

1024 2048

US$ 1.350 US$ 1.800 US$ 2.500 US$ 3.400 US$ 4.200 US$ 5.750 US$ 7.500

US$ 14.000

7. Circlecom Rp 3.500.000 Koneksi via Telkom:

64 128 256 512

Peralatan Sewa ke Circlecom:

64 128 256 512

Rp. 2.500.000 Rp 5.000.000 Rp 8.500.000

Rp 18.500.000

Rp 4.000.000 Rp 7.000.000

Rp 10.000.000 Rp 20.000.000

8. Indonet

Rp 2.000.000 Koneksi via Satelit 64

128 256 512

US$ 448 US$ 896

US$ 1.702 US$ 3.226

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-118 dari 298 halaman

NO. Upstream Provider

Biaya Instalasi

(Setup Fee)

Biaya Sewa Bandwidth per Bulan

Kapasitas Bandwidth (KBps)

Biaya Sewa

1024 Koneksi via WLAN

64 128 256 512

1024 Koneksi via ISDN

64 128 256 512

1024 Koneksi via Telkom

64 128 256 512

1024

US$ 6.094

US$ 349 US$ 697

US$ 1.325 US$ 2.509 US$ 4.739

US$ 206 US$ 411 US$ 780

US$ 1.479 US$ 2.793

US$ 111 US$ 221 US$ 420 US$ 796

US$ 1.503

Sumber: IDC (Internet Data Center) Indonesia

Catatan:

Harga dapat berubah setiap saat berdasarkan kebijakan dari setiap operator. Untuk

informasi lebih lanjut dan terbaru harus menghubungi operator yang bersangkutan.

Tabel 2.9

Biaya Sewa Bandwidth untuk Koneksi Internet dari Beberapa Upstream Provider di

Indonesia

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 2.7-119 dari 298 halaman

Selain menggunakan sistem sewa seperti dibahas sebelumnya, ada alternatif

lain jika ingin membangun dengan sistem POP (Point of Presence). Dimana

sistem POP ini dapat digunakan untuk menghubungkan beberapa titik yang

berbeda daerahnya dengan koneksi tetap (dedicated access).

Pemasangan sistem POP ini dapat memanfaatkan layanan JAMUS (Jaringan

Multi Service) yang diselenggarakan oleh PT. Telkom. Untuk informasi lebih

lanjut mengenai jasa layanan JAMUS ini dapat menghubungi kepada Kantor

Pelayanan Pelanggan PT. Telkom terdekat.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-120 dari 298 halaman

3 Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

3.1 Langkah Pelaksanaan Pengembangan/Implementasi

E-Government Provinsi Riau

Pengembangan E-Government harus dilaksanakan secara harmonis dengan

mengoptimalkan hubungan antara inisiatif masing-masing instansi dan

penguatan kerangka kebijakan untuk menjamin keterpaduannya dalam suatu

jaringan sistem manajemen dan proses kerja.

Pendekatan ini diperlukan untuk membentuk sinergi dua kepentingan yaitu:

1. Kepentingan pendayagunaan pemahaman dan pengalaman masing-

masing instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau tentang

pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat

2. Kepentingan untuk penataan sistem manajemen dan proses kerja yang

terpadu.

Setiap instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau harus menyusun

Rencana Strategis Pengembangan E-Government di lingkungannya masing-

masing.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-121 dari 298 halaman

Rencana Strategis Pengembangan E-Government itu dengan jelas

menjabarkan hal-hal berikut:

1. Lingkup dan sasaran pengembangan E-Government yang ingin dicapai

2. Kondisi yang dimiliki pada saat ini

3. Strategi dan tahapan pencapaian sasaran yang ditentukan

4. Kebutuhan dan rencana pengembangan sumber daya manusia

5. Rencana investasi yang diperlukan

Untuk menghindari pemborosan anggaran pemerintah, penyusunan rencana

investasi harus disertai dengan analisis kelayakan investasi terhadap manfaat

sosial-ekonomi yang dihasilkan.

Dalam upaya menjamin transparansi pelayanan publik serta keterpaduan dan

interoperabilitas jaringan sistem pengelolaan serta pengolahan dokumen dan

informasi elektronik yang mendukungnya maka perencanaan dan

pengembangan sistem informasi di setiap instansi harus berorientasi pada

kerangka arsitektur E-Government yang dirancang dalam Rencana Induk

Pengembangan E-Government Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-122 dari 298 halaman

Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pengolahan data elektronik,

komunikasi dan informasi memiliki kewajiban untuk mengkoordinasikan

penyusunan kebijakan, peraturan, standarisasi dan panduan yang diperlukan

untuk melandasi perencanaan serta pelaksanaan pengembangan E-

Government.

Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah:

1. Kebijakan tentang pengembangan tata pemerintahan yang baik

dengan berlandaskan manajemen modern.

2. Kebijakan tentang pemanfaatan, kerahasiaan, dan keamanan informasi

pemerintah dan perlindungan informasi publik

3. Kebijakan tentang kelembagaan dan otorisasi pemanfaatan dan

pertukaran informasi pemerintah secara on-line.

4. Kebijakan tentang peran serta sektor swasta dalam penyelenggaraan

E-Government.

5. Kebijakan tentang pendidikan E-Government.

6. Ketentuan tentang standar kelayakan dan interoperabilitas situs

informasi dan pelayanan publik

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-123 dari 298 halaman

7. Panduan tentang sistem manajemen informasi dan dokumen elektronik

8. Panduan tentang aplikasi, mutu, dan jangkauan pelayanan masyarakat

9. Panduan tentang perencanaan, pengembangan dan pelaporan

proyek E-Government.

10. Standarisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan

transaksi informasi antar situs pelayanan publik yang diselenggarakan

pemerintah.

11. Standarisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen

informasi dan dokumen elektronik, termasuk pengembangan dan

pengelolaan meta-data yang berkaitan dengan informasi dan dokumen

elektronik tersebut. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk

pengamanan informasi serta pengembangan sistem otentikasi dan

public key infrastructure.

12. Pengembangan aplikasi perangkat lunak sistem informasi yang

mengelola seluruh data dari setiap sektor pemerintahan dan

pembangunan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-124 dari 298 halaman

13. Pengembangan dan pengelolaan jaringan intra pemerintah yang

handal dan aman.

14. Kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standarisasi dan

panduan tersebut membentuk kerangka pelaksanaan kebijakan E-

Government yang terpadu dan konsisten.

Dalam hal ini Badan Pengolahan Data Elektronik Pemerintah Provinsi Riau

memiliki kewajiban untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pengembangan E-

Government serta melaporkan kemajuan dan permasalahan-

permasalahannya kepada para pemegang keputusan.

Sedangkan Sekretariat Daerah Provinsi Riau bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur memiliki kewajiban untuk memfasilitasi

perencanaan dan perubahan sistem manajemen maupun proses kerja setiap

unit kerja Pemerintah Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-125 dari 298 halaman

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam hal ini antara lain adalah:

1. Perencanaan perubahan sistem manajemen dan prosedur kerja

tersebut harus dilandaskan pada konsep manajemen modern dan

menuju pada sistem manajemen organisasi jaringan yang

memungkinkan distribusi serta interoperabilitas kewenangan dan

kewajiban secara optimal sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku serta terbentuknya lini pengambilan keputusan

yang lebih pendek dan pengelolaan rentang kendali yang lebih luas.

2. Perencanaan perubahan sistem manajemen dan proses kerja harus

berorientasi pada pemanfaatan teknologi informasi secara optimal.

3. Di dalam perumusan peraturan yang berkaitan dengan perubahan

sistem manajemen dan proses kerja, semua instansi pemerintah harus

dilibatkan dan diminta memberikan konsep perubahan sistem

manajemen dan prosedur kerja di lingkungannya masing-masing.

Sehingga dalam hal ini rumusan peraturan dan ketentuan

pelaksanaannya harus merupakan kesepakatan antar instansi.

4. Pandangan dan saran dari dunia usaha yang telah terbukti berhasil

menerapkan sistem manajemen modern perlu diusahakan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-126 dari 298 halaman

Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang perhubungan berkewajiban

untuk mendorong partisipasi dunia usaha dalam pengembangan jaringan

komunikasi dan informasi di seluruh wilayah Provinsi Riau.

Untuk keperluan itu peraturan dan ketentuan Pemerintah Provinsi Riau yang

menghambat perlu segera diperbaiki sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang perhubungan juga harus

merumuskan kebijakan dan merencanakan pengembangan community

telecenter di wilayah-wilayah yang pangsa pasarnya belum cukup ekonomis

bagi investasi dunia usaha sebagai bagian dari pelaksanaan Universal

Service Obligation.

Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang riset dan teknologi berkewajiban

untuk mengkoordinasikan kemampuan teknologi yang ada di lembaga

penelitian dan pengembangan dan perguruan tinggi untuk menyediakan

dukungan teknologi bagi keperluan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi

informasi dalam pengembangan E-Government serta pengembangan industri

teknologi informasi dan telekomunikasi .

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-127 dari 298 halaman

Sedangkan unit kerja yang bertanggung jawab di bidang perencanaan

pembangunan daerah dan di bidang keuangan berkewajiban untuk

menganalisis kelayakan pembiayaan rencana strategis E-Government dari

masing-masing instansi pemerintah serta memfasilitasi dan mengintegrasikan

rencana tersebut ke dalam rencana pengembangan E-Government secara

menyeluruh.

Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian khusus adalah:

1. Arah dan sasaran penggunaan anggaran pemerintah untuk

menstimulasi pencapaian tujuan strategis E-Government

2. Prinsip-prinsip dan kriteria pembiayaan yang harus diterapkan agar

pelaksanaan strategi pengembangan E-Government

3. dapat berjalan dengan baik.

4. Kerangka alokasi anggaran pemerintah untuk pengembangan E-

Government .

5. Ketentuan dan persyaratan pembiayaan proyek E-Government.

6. Keterkaitan aspek-aspek tersebut membentuk kerangka kebijakan

anggaran pengembangan E-Government Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.1-128 dari 298 halaman

Dalam hal ini Badan Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau memiliki

tanggung jawab sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan menghadapi semua bentuk

perubahan yang tengah kita alami saat ini maka Badan Pengolahan

Data Elektronik Provinsi Riau memiliki kewajiban untuk

mengkoordinasikan pelaksanaan pengembangan E-Government serta

melaporkan kemajuan dan permasalahan-permasalahannya.

Dalam hal ini setiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

harus dapat berfungsi secara efektif sesuai dengan kewenangannya

masing-masing dalam suatu jaringan interaksi yang responsif, handal

dan terpercaya.

2. Dengan demikian semua instansi harus dilibatkan di dalam

penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan,

standarisasi, panduan yang diperlukan, sesuai dengan kewenangan

dan kompetensi yang dimiliki.

Pelaksanaan kegiatan di atas merupakan titik tolak untuk melonggarkan

sekat-sekat birokrasi yang merupakan persyaratan mutlak bagi pembentukan

tata pamong yang baik.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.2-129 dari 298 halaman

Dalam hal ini peran serta dunia usaha yang memiliki kemampuan dan

pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan E-Government dapat

mempercepat pencapaian tujuan strategis pengembangan E-Government.

3.2 Kerangka Arsitektur E-Government

Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen

dan informasi elektronik dalam mengembangkan pelayanan publik yang

transparan, pengembangan E-Government pada setiap instansi harus

berorientasi pada kerangka arsitektur di bawah ini.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.2-130 dari 298 halaman

Sumber: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003

Gambar 3.1

Diagram Kerangka Arsitektur E-Government

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.2-131 dari 298 halaman

3.2.1 Lapisan Struktur Kerangka Arsitektur E-Government

Kerangka arsitektur itu terdiri dari empat lapis struktur, yakni:

1. Lapisan Akses

Lapisan ini terdiri atas jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan

media komunikasi lain yang dapat dipergunakan oleh masyarakat

untuk mengakses portal pelayanan publik.

2. Lapisan Portal Pelayanan Publik

Lapisan ini terdiri atas situs-situs internet penyedia layanan publik

tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan

informasi dan dokumen elektronik di sejumlah instansi yang terkait.

3. Lapisan Organisasi Pengelolaan dan Pengolahan Informasi

Lapisan ini terdiri atas organisasi pendukung (back-office) yang

mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan

dokumen elektronik.

4. Lapisan Infrastruktur dan Aplikasi Dasar

Lapisan ini terdiri atas semua prasarana baik berbentuk perangkat

keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-132 dari 298 halaman

pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan penyaluran informasi. baik

antar back-office, antar Portal Pelayanan Publik dengan back-office,

maupun antara Portal Pelayanan Publik dengan jaringan internet,

secara handal, aman dan terpercaya.

3.2.2 Pilar Pendukung Lapisan Arsitektur E-Government

Dalam hal ini seluruh lapisan struktur tersebut ditunjang oleh 4 (empat) pilar,

yakni:

1. Penataan sistem manajemen dan proses kerja

2. Pemahaman tentang kebutuhan publik

3. Penguatan kerangka kebijakan

4. Pemapanan peraturan.

3.3 Kerangka Pelaksanaan Kebijakan Dan Strategi Pengembangan E-Government

Agar pelaksanaan kebijakan pengembangan E-Government dapat

dilaksanakan secara sistematik dan terpadu maka penyusunan kebijakan,

peraturan, standarisasi dan panduan yang diperlukan harus konsisten dan

saling mendukung.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-133 dari 298 halaman

Karena itu perumusannya perlu mengacu pada kerangka yang utuh, serta

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan publik dan

penguatan jaringan pengelolaan dan pengolahan informasi yang handal dan

terpercaya.

Seperti digambarkan di bawah ini, kerangka tersebut mengkaitkan semua

kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standarisasi dan panduan

sehingga terbentuk landasan untuk mendorong pembentukan sistem

pemerintahan yang lebih baik.

Sumber: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003

Gambar 3.2

Diagram Pengembangan Pelayanan Publik Melalui Jaringan Komunikasi dan Informasi

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-134 dari 298 halaman

Dalam kerangka kebijakan dan strategi pengembangan E-Government

tersebut dapat dilihat enam aspek penting yaitu:

3.3.1 Standar Kelayakan Pelayanan Elektronik

Pelayanan elektronik adalah sistem pelayanan publik yang dikembangkan

dengan berbasis komunikasi data elektronik melalui media pelayanan yang

dibangun oleh unit kerja terkait di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Dalam hal pelayanan elektronik tersebut tentunya memerlukan standar

minimum yang harus dipenuhi agar dapat memberikan pelayanan yang baik

kepada masyarakat.

Standar kelayakan pelayanan elektronik ini harus disusun berdasarkan sistem

manual yang sudah ada. Dimana sistem manual tersebut kemudian

dikembangkan ke dalam sistem elektronik yang lebih efektif dan efisien.

Tentunya pengembangan sistem elektronik tersebut harus dilaksanakan

dengan mempertimbangkan seluruh aspek penting yang mempengaruhi

tingkat kesuksesan pemanfaatannya.

3.3.2 Kebijakan Interoperabilitas Situs Pemerintah

Prinsip interoperabilitas adalah hal yang sangat penting dalam

pengembangan sebuah sistem E-Government yang terpadu dan menyeluruh.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-135 dari 298 halaman

Hal ini disebabkan oleh kondisi bahwa pada hakikatnya setiap instansi

pemerintah memiliki keterkaitan yang erat serta dituntut untuk menghilangkan

sekat-sekat birokrasinya.

Tuntutan untuk menghilangkan sekat-sekat birokrasi adalah sesuatu yang

sesuai dengan desakan dari era masyarakat informasi saat ini sehingga

kondisi tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda-tunda lagi

pelaksanaannya.

Dengan adanya sistem yang memiliki interoperabilitas yang tinggi dan

harmonis maka tuntutan tersebut di atas dapat diharapkan terpenuhi adanya.

3.3.3 Kebijakan Pemanfaatan, Kerahasiaan dan Keamanan Informasi

Setiap informasi yang diolah dari data-data yang dikumpulkan oleh setiap unit

kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau memiliki hierarki yang

disesuaikan berdasarkan para pengaksesnya.

Dalam hal pengaturan mengenai pemanfaatan, kerahasiaan dan keamanan

dari sistem informasi yang dibangun dalam E-Government Provinsi Riau

adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-136 dari 298 halaman

3.3.3.1 Kebijakan Pemanfaatan Informasi

Kebijakan di bidang pemanfaatan informasi antara lain meliputi aspek:

1. Format laporan dan tampilan antar muka pengguna (user interface)

dari aplikasi perangkat lunak sistem informasi yang dibangun.

2. Pemilihan informasi-informasi berdasarkan tingkat kegunaan dan

sensivitasnya.

3. Pengelompokkan pengguna/pengakses sistem informasi berdasarkan

kebutuhan dan wewenangnya.

3.3.3.2 Kebijakan Kerahasiaan Informasi

Kebijakan di bidang kerahasiaan informasi antara lain meliputi aspek:

1. Sistem enkripsi atau penyandian informasi yang bersifat rahasia atau

sangat rahasia.

2. Perlindungan atas kerahasiaan informasi pribadi dari para anggota

masyarakat.

3. Penyusunan klasifikasi jenis informasi berdasarkan aturan perundang-

undangan yang berlaku.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-137 dari 298 halaman

3.3.3.3 Kebijakan Keamanan Informasi

Kebijakan di bidang keamanan informasi antara lain meliputi aspek:

1. Pemanfaatan teknologi sistem keamanan komunikasi data yang handal

dan teruji kinerjanya.

2. Penyusunan protokol akses terhadap informasi yang dikelola dalam

sistem informasi yang dibangun.

3. Penyusunan prosedur pengamanan, penyelamatan dan perbaikan data

dalam sistem informasi yang dibangun.

3.3.4 Panduan Sistem Manajemen Informasi dan Dokumen Elektronik

Sistem manajemen informasi dan dokumen elektronik adalah satu kesatuan

dalam penerapan pengolahan data secara elektronik. Untuk menemukan

sinergi dari sistem informasi tersebut maka diperlukan panduan

pengembangan bagi setiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

Panduan tersebut meliputi:

1. Standar spesifikasi perangkat yang akan digunakan dalam

pengembangan sistem informasi

2. Standar format dokumen elektronik yang akan digunakan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-138 dari 298 halaman

3. Diagram alur data dari sistem informasi yang dibangun

4. Kelayakan teknologi informasi yang akan digunakan

5. Standar alokasi biaya dan analisis kebutuhan serta perancangan

sistem secara global.

3.3.5 Panduan Pengembangan Aplikasi, Mutu dan Jangkauan Pelayanan Masyarakat

Aplikasi perangkat lunak sistem informasi berbasis teknologi komputer di

dalam setiap proses serta daur pengembangannya memiliki standar mutu dan

jangkauan yang ingin dicapai dalam pemanfaatannya.

Tentunya proses dan daur pengembangan aplikasi tersebut memerlukan

panduan yang menyeluruh serta terpadu yang mempertimbangkan beberapa

aspek berikut ini:

1. Prosedur dan protokol standar rekayasa dan pembangunan sistem

perangkat lunak (software development and engineering).

2. Standar kompetensi sumber daya manusia yang dilibatkan dalam

proses pembangunan, pengembangan dan pemanfaatan E-

Government.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.3-139 dari 298 halaman

3. Standar minimum dan luasnya jangkauan pelayanan kepada

masyarakat dari sistem E-Government yang akan dibangun oleh setiap

unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau.

3.3.6 Panduan Pengembangan dan Interoperabilitas Situs Unit Kerja Pemerintah Provinsi Riau

Dengan demikian luasnya jumlah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah

Provinsi Riau kepada masyarakat maka rentang kendalinya diserahkan

kepada setiap unit kerja yang terkait dengan sektor-sektor pemerintahan dan

pembangunan yang ada.

Dalam hal ini maka setiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

memiliki tugas untuk membangun, mengembangkan dan memelihara situs

web portalnya masing-masing yang menjadi subdomain dari situs portal web

Pemerintah Provinsi Riau.

Proses pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan situs portal masing-

masing badan/dinas/lembaga tersebut haruslah memiliki kemampuan

interoperabilitas yang baik antar lembaganya.

Karena tanpa adanya interoperabilitas yang baik akan mengakibatkan tidak

terintegrasinya informasi dan pelayanan elektronik yang disampaikan kepada

masyarakat.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-140 dari 298 halaman

Selain itu dengan adanya interoperabilitas yang baik diharapkan dapat

menekan biaya serta mengurangi adanya tumpang-tindih pelayanan maupun

informasi kepada masyarakat.

3.4 Sistem Manajemen dan Kelembagaan Aplikasi Back-Office E-Government Provinsi Riau

Dalam proses pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan E-

Government Provinsi Riau diperlukan adanya dukungan aplikasi back-office

yang mendukung proses pengolahan data yang dikumpulkan secara

elektronik.

Aplikasi back-office tersebut haruslah diatur dalam suatu sistem manajemen

dan kelembagaan yang dapat mengkoordinasikan secara harmonis, terpadu

dan menyeluruh seluruh sistem informasi yang ada.

Dalam diagram berikut dapat diperoleh gambaran mengenai sistem

manajemen dan kelembagaan aplikasi back-office E-Government Provinsi

Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-141 dari 298 halaman

Sumber: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003

Gambar 3.3

Diagram Sistem Manajemen dan Kelembagaan Aplikasi Back-Office E-Government

Provinsi Riau

Sistem manajemen dan kelembagaan aplikasi back-office E-Government

Provinsi Riau terdiri atas aspek-aspek berikut ini:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-142 dari 298 halaman

3.4.1 Kebijakan Pendidikan E-Government

Kebijakan pendidikan merupakan hal penting karena tanpa dukungan sumber

daya manusia yang mencukupi baik secara jumlah maupun

kualitas/kompetensinya maka pemanfaatan E-Government akan berjalan

kurang efektif serta efisien.

Penyusunan rencana pendidikan diarahkan pada kebutuhan sebagai berikut:

1. Pelatihan Khusus Tenaga Pengajar/Pendidik di Bidang Teknologi

Informasi

2. Pelatihan Pengguna dan Operator Teknologi Informasi

3. Pelatihan Pengelola Teknologi dan Sistem Informasi

4. Pelatihan Auditor Teknologi dan Sistem Informasi

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-143 dari 298 halaman

3.4.2 Panduan Proyek E-Government

Proyek pembangunan dan pengembangan E-Government memiliki posisi

strategis dalam upaya mewujudkan sistem informasi berbasis teknologi

informasi yang tepat guna serta berdaya guna.

Supaya pelaksanaannya dapat mencapai sasaran dan target yang dituju

maka diperlukan beberapa panduan sebagai berikut:

1. Standar kompetensi minimal tenaga ahli dan terampil yang dilibatkan

Setiap sumber daya manusia yang dilibatkan dalam setiap proyek

pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan E-Government

Provinsi Riau haruslah memiliki kompetensi minimal yang didasarkan

pada tolok ukur sebagai berikut:

a) Sertifikasi keahlian dari lembaga yang berwenang/terpercaya

baik yang bersifat internasional maupun nasional.

b) Pengalaman kerja dalam proyek-proyek pengembangan sistem

informasi berbasis teknologi informasi.

c) Kemampuan individu sebagai anggota tim maupun sebagai

pengelola kegiatan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-144 dari 298 halaman

2. Standar biaya yang direncanakan dalam rencana anggaran

Standar biaya diperlukan untuk menekan biaya yang terlalu besar

dalam pengeluarannya baik yang bersifat biaya personil, nonpersonil

maupun investasi perangkat.

Standar biaya dapat didasarkan pada beberapa sumber berikut:

a) Standar biaya personil dan nonpersonil yang ditetapkan oleh

pemerintah maupun digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

b) Patokan harga perangkat yang disusun dan ditampilkan di

beberapa media massa seperti internet, koran, dsb.

3. Standar spesifikasi perangkat yang digunakan dalam penerapan

sistem informasi

Setiap kegiatan pembangunan, pengembangan serta pemeliharaan E-

Government tentunya memerlukan dukungan perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software) yang memadai dari segi

jumlah maupun mutunya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-145 dari 298 halaman

Untuk memperoleh hasil yang berkualitas serta mewujudkan

interoperabilitas antar aplikasi dari setiap unit kerja maka diperlukan

standar spesifikasi dari setiap perangkat yang akan digunakan.

Standar spesifikasi tersebut diperoleh melalui uji kelayakan teknis dan

rasio dengan harga/biaya yang harus dikeluarkan dari pemanfaatan

dari setiap perangkat ini.

Dari rasio harga dan unjuk kerja (performa) dapat diperoleh

patokan/standar dari perangkat-perangkat populer dengan keunggulan

secara kualitatif dengan biaya yang seminimal mungkin.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-146 dari 298 halaman

3.4.3 Kebijakan Pengembangan Kepemerintahan yang Baik dan Manajemen Perubahan

Pengembangan e-government memerlukan dukungan penuh dari pemerintah

di seluruh sektor dan lapisan. Tanpa dukungan pemerintah maka

pengembangan e-government tidak akan pernah mencapai keberhasilannya.

Namun di sisi lain keberhasilan tersebut menuntut adanya perubahan ke arah

sistem kepemerintahan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum

diterapkannya e-government.

Tuntutan akan perubahan sistem dan cara pandang ini merupakan hal mutlak

yang tidak dapat ditawar-tawar lagi adanya. Tanpa adanya perubahan yang

terlihat nyata maka akan menyebabkan pemanfaatan serta penerapan e-

government menjadi hal yang sia-sia saja.

Sehingga dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-Government

Provinsi Riau haruslah mengarah pada kebijakan-kebijakan yang mengarah

pada pengembangan kepemerintahan yang baik.

3.4.4 Kebijakan Kelembagaan serta Otorisasi Pemanfaatan dan Pertukaran Informasi

Setiap kegiatan pengembangan dan pembangunan memerlukan adanya

koordinasi lintas sektoral yang tentunya menuntut sebuah lembaga yang

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-147 dari 298 halaman

mampu menjadi pusat penyatuan dalam pengambilan kebijakan serta hal-hal

strategis lainnya.

Fungsi pemusatan dalam pengambilan kebijakan serta hal-hal strategis

lainnya tersebut membutuhkan sebuah lembaga yang secara struktural dan

fungsional mememiliki otorisasi mengelola seluruh sumber daya yang

terdistribusi di setiap unit kerja.

Kebijakan kelembagaan serta otorisasi tersebut haruslah meliputi hak akses

serta pemanfaatan atas seluruh informasi yang terdistribusi di setiap unit kerja

sehingga tidak ada lagi penguasaan secara sepihak di setiap bagian

organisasi yang mengelolanya.

3.4.5 Draft Entitas Data Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Riau

3.4.5.1 agama

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_AGAMA int(11) No

NM_AGAMA varchar(15) No

3.4.5.2 alokasi_tenaga_kerja

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_ALOKASI int(11) No

ID_KETENAGAKERJAAN int(11) No 0

ID_JNS_INDUSTRI int(11) No 0

JML_INDUSTRI int(11) Yes NULL

JML_TENAGA_KERJA int(11) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-148 dari 298 halaman

3.4.5.3 company_angkutan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_COMPANY_ANGKUTAN varchar(7) No

ID_JNS_ANGKUTAN int(11) Yes NULL

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

NM_ANGKUTAN varchar(50) Yes NULL

GOL_ANGKUTAN varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.4 energi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_ENERGI int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

NAMA varchar(40) No

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

MASALAH varchar(50) Yes NULL

3.4.5.5 fasilitas_sekolah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_FASILITAS_SEKOLAH int(11) No

ID_SEKOLAH int(11) No 0

ID_FASILITAS int(11) No 0

JML_FASILITAS int(11) No 0

NOTES varchar(255) Yes NULL

3.4.5.6 hierarki

Field Type Null Default Links to Comments MIME hierarki varchar(225) No 0

nama_hierarki varchar(200) Yes NULL

3.4.5.7 investor

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_INVESTOR varchar(7) No

ID_NEGARA int(11) Yes NULL

ID_KOTA int(11) Yes NULL

NM_INVESTOR varchar(40) No

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

ZIP_CODE int(11) Yes NULL

PHONE varchar(12) Yes NULL

CONTACT_NAME varchar(30) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-149 dari 298 halaman

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.8 izin_acara_agama_publik

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_ACARA_AGAMA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_AGAMA int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

NM_ACARA varchar(50) Yes NULL

TGL_ACARA date Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.9 izin_acara_amal

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_ACARA_AMAL int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

JNS_AMAL varchar(50) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.10 izin_industri_berat_logam

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_INDUSTRI_BERAT_LOGAM int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

NO_AMDAL varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.11 izin_industri_eksploitasi_alam

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_EKS_ALAM int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NM_PERUSAHAAN varchar(20) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

NO_HPH varchar(20) Yes NULL

LUAS_AREA varchar(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-150 dari 298 halaman

3.4.5.12 izin_industri_hilir

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_INDUSTRI_HILIR int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NM_PERUSAHAAN varchar(20) No

ID_DESA int(11) No 0

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.13 izin_keramaian_publik_lainnya

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_KERAMAIAN_LAINNYA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

JNS_PERTUNJUKAN varchar(50) Yes NULL

JML_PERSONIL int(11) Yes NULL

KEAMANAN varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.14 izin_kkn

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KKN int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_SRT_PENGANTAR varchar(20) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

ID_SEKOLAH int(11) Yes NULL

TGL_MULAI date Yes NULL

TGL_SELESAI date Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.15 izin_pekerja_asing

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KERJA_ASING int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_PASS varchar(25) No

ASAL varchar(25) No

JNS_PEKERJAAN varchar(25) No

START date No 0000-00-00

END date No 0000-00-00

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-151 dari 298 halaman

3.4.5.16 izin_pemilikan_ht

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_MILIK_HT int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_FREK_HT varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.17 izin_pendirian_bangunan_keagamaan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_BANGUN_AGAMA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_AGAMA int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.18 izin_pendirian_kursus

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KURSUS int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

ID_JNS_PELATIHAN int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.19 izin_pendirian_sekolah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PENDIRIAN_SEKOLAH int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SEKOLAH int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.20 izin_pengiriman_tki

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TKI int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_NEGARA int(11) No 0

PRSH_PENGIRIM varchar(25) No

JML int(11) No 0

BIAYA int(11) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-152 dari 298 halaman

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.21 izin_pertunjukan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_PERTUNJUKAN int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

JNS_PERTUNJUKAN varchar(50) Yes NULL

JML_PERSONIL int(11) Yes NULL

KEAMANAN varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.22 izin_resepsi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_RESEPSI int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

TGL_RESEPSI date Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.23 izin_sertifikat_dan_girik_tanah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SERT_GIRIK int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_SRT_UKUR varchar(20) Yes NULL

LUAS_TANAH varchar(10) Yes NULL

PEMILIK_SEMULA varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.24 izin_survey

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_SURVEY int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_SRT_PENGANTAR varchar(20) Yes NULL

TEMPAT varchar(30) Yes NULL

TUJUAN varchar(50) Yes NULL

TGL_MULAI date Yes NULL

TGL_SELESAI date Yes NULL

JML_PERSONIL int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-153 dari 298 halaman

3.4.5.25 izin_tambah_armada_trayek

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TAMBAH_ARMADA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_ANGKUTAN int(11) No 0

KD_TRAYEK varchar(12) Yes NULL

JML_TAMBAHAN int(11) Yes NULL

TOTAL_ARMADA int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.26 izin_training_or_seminar

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TRAINING int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

TEMPAT varchar(30) Yes NULL

TGL_MULAI date Yes NULL

TGL_SELESAI date Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.27 izin_trayek_angkutan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IZIN_TRAYEK int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_ANGKUTAN int(11) Yes NULL

KD_TRAYEK varchar(12) Yes NULL

JALUR_AWAL varchar(30) Yes NULL

JALUR_AKHIR varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.28 izin_usaha_pemilikan_tnh

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_USAHA_PMLK_TNH int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_SERTIFIKAT varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.29 jabatan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JABATAN int(11) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-154 dari 298 halaman

NM_JABATAN varchar(50) No

3.4.5.30 jns_angkutan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_ANGKUTAN int(11) No

NM_JNS_ANGKUTAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.31 jns_sarana

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_SARANA int(11) No

NM_JNS_SARANA varchar(50) Yes NULL

3.4.5.32 ketenagakerjaan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KETENAGAKERJAAN int(11) No

TAHUN date No 0000-00-00

JML_USIA_PRODUKTIF int(11) Yes NULL

JUMLAH_TOT_INDUSTRI int(11) Yes NULL

3.4.5.33 klasifikasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KLASIFIKASI int(11) No

NM_KLASIFIKASI varchar(50) No

3.4.5.34 kontraktor_proyek

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KONTRAKTOR_PROYEK varchar(7) No

ID_PROYEK varchar(20) Yes NULL

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

NO_KONTRAK varchar(30) No

TANGGAL_KONTRAK date Yes NULL

NILAI_KONTRAK int(11) Yes NULL

3.4.5.35 kumdang

Field Type Null Default Links to Comments MIME nomor varchar(75) No

hierarki varchar(225) No 0

tgl_penetapan date Yes NULL

judul varchar(200) Yes NULL

rangkuman text Yes NULL

upload_file varchar(200) Yes NULL

id_penetap int(11) No 0

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-155 dari 298 halaman

3.4.5.36 laporan_proyek

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_LAPORAN bigint(20) No

ID_PROYEK int(11) No 0

TAHAP varchar(5) No

REALISASI_DANA varchar(255) No

REALISASI_KEGIATAN varchar(255) No

FOTO_LAPORAN varchar(255) No

3.4.5.37 lokasi_proyek

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_LOKASI_PROYEK int(11) No

ID_KECAMATAN int(11) Yes NULL

ID_PROYEK varchar(20) Yes NULL

3.4.5.38 lokasi_sekolah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_LOKASI_SEKOLAH int(11) No

ID_KECAMATAN int(11) Yes NULL

ID_SEKOLAH varchar(5) No

3.4.5.39 m_bangun_company

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_BANGUN_COMPANY int(11) No

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

ID_PEMBANGUNAN int(11) Yes NULL

TAHUN_START date Yes NULL

TAHUN_SELESAI date Yes NULL

3.4.5.40 m_desa

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_DESA int(11) No

ID_KELURAHAN int(11) Yes NULL

NM_DESA varchar(50) No

3.4.5.41 m_dinas

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_DINAS int(11) No

NM_DINAS varchar(50) Yes NULL

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

NO_TLP varchar(15) Yes NULL

KD_POS int(11) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-156 dari 298 halaman

3.4.5.42 m_fasilitas

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_FASILITAS int(11) No

NM_FASILITAS varchar(30) No

3.4.5.43 m_jenis_pegawai

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PEG int(11) No

NM_JNS_PEG varchar(50) No

3.4.5.44 m_jenis_sda

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_SDA int(11) No

NM_JNS_SDA varchar(50) Yes NULL

3.4.5.45 m_jns_fas_pariwisata

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_FAS_PAR int(11) No

NM_JNS_FAS_PAR varchar(50) Yes NULL

3.4.5.46 m_jns_industri

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_INDUSTRI int(11) No

NM_JNS_INDUSTRI varchar(50) Yes NULL

3.4.5.47 m_jns_investasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_INVESTASI int(11) No

NM_JNS_INVESTASI varchar(40) Yes NULL

3.4.5.48 m_jns_kepemilikan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) No

NM_JNS_KEPEMILIKAN varchar(40) No

3.4.5.49 m_jns_media

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_MEDIA int(11) No

NM_JNS_MEDIA varchar(50) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-157 dari 298 halaman

3.4.5.50 m_jns_organisasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_ORGANISASI int(11) No

NM_JNS_ORGANISASI varchar(50) Yes NULL

3.4.5.51 m_jns_pariwisata

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PARIWISATA int(11) No

NM_JNS_PARIWISATA varchar(40) Yes NULL

3.4.5.52 m_jns_pelatihan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PELATIHAN int(11) No

NM_JNS_PELATIHAN varchar(20) No

3.4.5.53 m_jns_penggunaan_tnh

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PGN int(11) No

ID_TANAH int(11) Yes NULL

NM_JNS_PGN varchar(40) No

3.4.5.54 m_jns_perizinan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PERIZINAN int(11) No

NM_JNS_PERIZINAN varchar(70) Yes NULL

3.4.5.55 m_jns_pgn_tnh

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_PGN_TNH int(11) No

NM_JNS_PGN_TNH varchar(20) No

3.4.5.56 m_jns_spesifik_sumberdaya

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_SP int(11) No

NM_JNS_SP varchar(40) No

3.4.5.57 m_jns_sumberdaya

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) No

NM_JNS_SUMBERDAYA varchar(40) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-158 dari 298 halaman

3.4.5.58 m_jns_usaha

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_USAHA int(11) No

NM_JNS_USAHA varchar(50) Yes NULL

3.4.5.59 m_jns_wajib_pajak

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_WAJIB_PAJAK int(11) No

NM_JNS_WAJIB_PAJAK varchar(50) Yes NULL

3.4.5.60 m_kecamatan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KECAMATAN int(11) No

ID_KOTA int(11) Yes NULL

NM_KECAMATAN varchar(50) No

3.4.5.61 m_kelurahan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KELURAHAN int(11) No

ID_KECAMATAN int(11) No 0

NM_KELURAHAN varchar(50) No

3.4.5.62 m_kota

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KOTA int(11) No

NM_KOTA varchar(50) No

3.4.5.63 m_negara

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_NEGARA int(11) No

NM_NEGARA varchar(50) Yes NULL

3.4.5.64 m_pelatihan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PELATIHAN int(11) No

NM_PELATIHAN varchar(40) No

3.4.5.65 m_pembangunan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PEMBANGUNAN int(11) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-159 dari 298 halaman

NM_PEMBANGUNAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.66 m_pendidikan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_M_PENDIDIKAN int(11) No

NM_PENDIDIKAN varchar(30) Yes NULL

3.4.5.67 m_program

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PROGRAM int(11) No

ID_SUBSEKTOR int(11) Yes NULL

NM_PROGRAM varchar(50) Yes NULL

3.4.5.68 m_sektor

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SEKTOR int(11) No

NM_SEKTOR varchar(50) No

3.4.5.69 m_stat_kepemilikan_tnh

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_ST_KPMLK int(11) No

NM_ST_KPMLK varchar(30) Yes NULL

3.4.5.70 m_status_company

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_STATUS_COMPANY int(11) No

ID_JNS_SDA int(11) Yes NULL

ID_DINAS int(11) Yes NULL

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

CATATAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.71 m_status_permohonan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_STATUS_PERMOHONAN int(11) No

NM_STATUS_PERMOHONAN varchar(20) No

3.4.5.72 m_subsektor

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SUBSEKTOR int(11) No

ID_SEKTOR int(11) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-160 dari 298 halaman

NM_SUBSEKTOR varchar(40) Yes NULL

3.4.5.73 m_sumberbiaya

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SUMBERBIAYA int(11) No

NM_SUMBERBIAYA varchar(20) Yes NULL

3.4.5.74 mineral

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_MINERAL int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

NAMA varchar(40) No

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

MASALAH varchar(50) Yes NULL

3.4.5.75 ms_bag_setda

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_bagian int(11) No

nama_bagian varchar(255) No

3.4.5.76 ms_company

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_COMPANY varchar(7) No

ID_NEGARA int(11) Yes NULL

NM_COMPANY varchar(50) Yes NULL

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

NO_TLP varchar(15) Yes NULL

KD_POS int(11) Yes NULL

TNG_KERJA int(11) Yes NULL

NPWP varchar(15) Yes NULL

3.4.5.77 ms_golongan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_GOL int(11) No

NM_GOL varchar(50) No

3.4.5.78 ms_jenis_sekolah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_SEKOLAH int(11) No

NM_JNS_SEKOLAH varchar(40) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-161 dari 298 halaman

3.4.5.79 ms_pegawai

Field Type Null Default Links to Comments MIME NIP varchar(12) No

ID_JNS_PEG int(11) Yes NULL

ID_AGAMA int(11) Yes NULL

ID_DINAS int(11) Yes NULL

ID_GOL int(11) Yes NULL

NM_PEGAWAI varchar(50) No

TGL_LAHIR date Yes NULL

PANGKAT varchar(50) Yes NULL

JNS_KEL varchar(50) Yes NULL

GOL_DARAH char(2) Yes NULL

STATUS char(2) Yes NULL

ANAK char(2) Yes NULL

ID_JABATAN int(11) No 0

3.4.5.80 ms_pemukiman

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PEMUKIMAN int(11) No

ID_PEMBANGUNAN int(11) Yes NULL

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

ID_PENGGUNAAN_TNH varchar(5) No

NM_PEMUKIMAN varchar(50) Yes NULL

THN_BANGUN date Yes NULL

CATATAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.81 ms_pras_wil

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PRAS_WIL int(11) No

ID_PEMBANGUNAN int(11) Yes NULL

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

ID_PENGGUNAAN_TNH varchar(5) No

NM_PRAS_WIL varchar(50) Yes NULL

THN_BANGUN date Yes NULL

CATATAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.82 passwd

Field Type Null Default Links to Comments MIME user varchar(16) No

password varchar(16) No

no_si int(11) No 0

nip varchar(12) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-162 dari 298 halaman

insert_priv enum('N', 'Y') Yes N

update_priv enum('N', 'Y') Yes N

delete_priv enum('N', 'Y') Yes N

3.4.5.83 pelatihan_pegawai

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PELATIHAN_PEGAWAI int(11) No

ID_PELATIHAN int(11) Yes NULL

ID_SEKOLAH varchar(5) Yes NULL

NIP varchar(12) Yes NULL

MULAI date Yes NULL

SELESAI date Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.84 pembuatan_ktp

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_KTP int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NO_KARTU_KELUARGA varchar(40) Yes NULL

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

KD_POS int(11) Yes NULL

STATUS varchar(20) Yes NULL

PEKERJAAN varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

3.4.5.85 pemetaan_or_surat_ukur

Field Type Null Default Links to Comments MIME NO_SRT_UKUR varchar(20) No

KEADAAN_TANAH varchar(100) Yes NULL

TANDA_BATAS_TANAH varchar(100) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.86 pemohon

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PEMOHON int(11) No

NO_KTP varchar(50) Yes NULL

NM_LENGKAP varchar(40) Yes NULL

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

KD_POS int(11) Yes NULL

PHONE varchar(12) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-163 dari 298 halaman

3.4.5.87 pendidikan_pegawai

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PENDIDIKAN_PEGAWAI int(11) No

ID_SEKOLAH varchar(5) Yes NULL

ID_M_PENDIDIKAN int(11) Yes NULL

NIP varchar(12) Yes NULL

MULAI date Yes NULL

SELESAI date Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.88 penetap

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PENETAP int(11) No

NM_PENETAP varchar(50) No

3.4.5.89 penetap_kumdang

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_penetap int(11) No

nama varchar(200) Yes NULL

nip varchar(35) Yes NULL

jabatan varchar(100) Yes NULL

3.4.5.90 penggunaan_tnh

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PENGGUNAAN_TNH varchar(5) No

ID_TANAH int(11) Yes NULL

NM_PENGGUNA varchar(30) No

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.91 pengurusan_imb_dan_hgb

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_IMB_HGB int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_PGN_TNH int(11) Yes NULL

NO_SERTIFIKAT_TNH varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

3.4.5.92 peraturan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERATURAN int(11) No

ID_PENETAP int(11) No 0

ID_KLASIFIKASI int(11) No 0

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-164 dari 298 halaman

TANGGAL date No 0000-00-00

NO_PERATURAN varchar(10) No

TENTANG varchar(50) Yes NULL

DESKRIPSI varchar(50) Yes NULL

DOWNLOAD varchar(50) Yes NULL

3.4.5.93 perdagangan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERDAGANGAN int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

NAMA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.94 perikanan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERIKANAN int(11) No

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

NAMA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.95 perindustrian

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERINDUSTRIAN int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

NAMA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.96 perkebunan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERKEBUNAN int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

NAMA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-165 dari 298 halaman

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.97 permohonan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_PEMOHON int(11) Yes NULL

ID_JNS_PERIZINAN int(11) Yes NULL

TGL_PERMOHONAN date Yes NULL

NIP varchar(12) Yes NULL

STATUS_PERMOHONAN int(11) No 0

TGL_ACC date Yes NULL

3.4.5.98 peternakan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PETERNAKAN int(11) No

ID_JNS_SUMBERDAYA int(11) Yes NULL

ID_JNS_SP int(11) Yes NULL

ID_JNS_KEPEMILIKAN int(11) Yes NULL

NAMA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.99 potensi_pariwisata

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_POTENSI_PARIWISATA int(11) No

ID_INVESTOR varchar(7) Yes NULL

ID_JNS_PARIWISATA int(11) Yes NULL

ID_KECAMATAN int(11) Yes NULL

NM_POTENSI_PARIWISATA varchar(50) Yes NULL

JML_INVESTASI int(11) Yes NULL

3.4.5.100 proyek

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PROYEK bigint(20) No

KODE_PROYEK varchar(30) No

SUMBERBIAYA text Yes NULL

NM_PROYEK varchar(50) Yes NULL

NILAI_PROYEK varchar(15) Yes NULL

SASARAN_PROYEK varchar(255) Yes NULL

TUJUAN_PROYEK varchar(255) Yes NULL

ID_DESA varchar(5) Yes NULL

NIP varchar(9) Yes NULL

TGL_MULAI date Yes NULL

MASA_KERJA varchar(10) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-166 dari 298 halaman

3.4.5.101 rekanan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_REKANAN varchar(7) No

ID_COMPANY varchar(7) Yes NULL

ID_INVESTOR varchar(7) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.102 sarana_rekanan

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SARANA_REKANAN int(11) No

ID_JNS_SARANA int(11) Yes NULL

ID_REKANAN varchar(7) Yes NULL

NM_SARANA varchar(50) Yes NULL

GOL_SARANA varchar(50) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

MASALAH varchar(255) Yes NULL

3.4.5.103 sekolah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SEKOLAH int(11) No

ID_JNS_SEKOLAH int(11) No 0

NM_SEKOLAH varchar(40) No

ALAMAT varchar(50) Yes NULL

KODE_POS int(11) Yes NULL

PHONE varchar(12) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

MASALAH varchar(50) Yes NULL

GRADE char(1) Yes NULL

JUMLAH_GURU int(11) Yes NULL

JUMLAH_MURID int(11) Yes NULL

3.4.5.104 srt_ktr_cerai

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SRT_KTR_CERAI int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No 0

NO_SRT_NIKAH varchar(30) Yes NULL

ALASAN_CERAI varchar(255) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.105 srt_ktr_lahir

Field Type Null Default Links to Comments MIME

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-167 dari 298 halaman

ID_SRT_KTR_LAHIR int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

NM_AYAH varchar(30) Yes NULL

NM_IBU varchar(30) Yes NULL

NM_ANAK varchar(30) Yes NULL

TGL_LAHIR date Yes NULL

TEMPAT_LAHIR varchar(20) Yes NULL

JAM_LAHIR time Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.106 srt_ktr_nikah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SRT_KTR_NIKAH int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

TGL_NIKAH date Yes NULL

TEMPAT_NIKAH varchar(20) Yes NULL

NO_SRT_NIKAH varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.107 srt_ktr_pindah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_SRT_KTR_PINDAH int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_KECAMATAN int(11) Yes NULL

ALAMAT_LAMA varchar(50) Yes NULL

ALAMAT_BARU varchar(50) Yes NULL

ALASAN_PINDAH varchar(50) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.108 srt_pindah_warganegara

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_PINDAH_WARGANEGARA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No 0

WARGA_NEGARA_BARU varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.109 status_investasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_INVESTASI varchar(7) No

ID_INVESTOR varchar(7) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-168 dari 298 halaman

ID_JNS_INVESTASI int(11) Yes NULL

ID_SEKTOR int(11) Yes NULL

NILAI_INVESTASI int(11) Yes NULL

TGL_MULAI_INVESTASI date Yes NULL

CATATAN varchar(255) Yes NULL

KETERANGAN varchar(255) Yes NULL

3.4.5.110 t_absensi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_JNS_ABSEN int(11) No

NIP varchar(12) Yes NULL

TGL_MULAI date Yes NULL

TGL_AKHIR date Yes NULL

CATATAN varchar(255) Yes NULL

3.4.5.111 t_gaji

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_GAJI varchar(4) No

NIP varchar(12) Yes NULL

GA_POK double(16,4) Yes NULL

TUNJ_ISTRI double(16,4) Yes NULL

TUNJ_ANAK double(16,4) Yes NULL

POT_KOP double(16,4) Yes NULL

POT_HUT double(16,4) Yes NULL

GAJ_SISA double(16,4) Yes NULL

GAJ_BULAN varchar(15) Yes NULL

KAS_BON int(11) Yes NULL

3.4.5.112 tanah

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TANAH int(11) No

ID_DESA int(11) Yes NULL

ID_ST_KPMLK int(11) Yes NULL

ID_JNS_PGN int(11) Yes 0

NO_SRT_UKUR varchar(20) Yes NULL

NO_SERTIFIKAT varchar(40) No

LUAS_TANAH int(11) Yes NULL

HARGA int(11) Yes NULL

3.4.5.113 tbl_analisis

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_analisis bigint(20) No

ID_DINAS int(11) No 0

id_bagian varchar(4) No

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-169 dari 298 halaman

thn_analisis varchar(4) No

semester_analisis varchar(15) No

isi_analisis longtext No

3.4.5.114 tbl_evaluasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_evaluasi bigint(20) No

thn_evaluasi varchar(4) No

semester_evaluasi varchar(30) No

ID_DINAS int(11) No 0

abstraksi_evaluasi longtext No

pendahuluan_evaluasi longtext No

kondisi_evaluasi longtext No

analisis_evaluasi longtext No

progja_evaluasi longtext No

lampiran_evaluasi longtext No

3.4.5.115 tbl_perencanaan

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_perencanaan bigint(20) No

thn_perencanaan varchar(4) No

semester_perencanaan varchar(4) No

ID_DINAS int(11) No 0

abstraksi_perencanaan longtext No

pendahuluan_perencanaan longtext No

kondisi_perencanaan longtext No

analisis_perencanaan longtext No

progja_perencanaan longtext No

lampiran_perencanaan longtext No

3.4.5.116 tbl_resume

Field Type Null Default Links to Comments MIME id_resume bigint(20) No

thn_resume varchar(4) No

semester_resume varchar(10) No

isi_resume longtext No

3.4.5.117 tr_jns_fas_pariwisata

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TR_JNS_FAS_PAR int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_PARIWISATA int(11) Yes NULL

ID_JNS_FAS_PAR int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.4-170 dari 298 halaman

LUAS_AREA varchar(10) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.118 tr_jns_industri

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TR_JNS_INDUSTRI int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_INDUSTRI int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.119 tr_jns_media

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TR_JNS_MEDIA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_MEDIA int(11) Yes NULL

NO_SIUPP varchar(20) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.120 tr_jns_organisasi

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TR_JNS_ORGANISASI int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_ORGANISASI int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

NM_ORGANISASI varchar(50) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

3.4.5.121 tr_jns_usaha

Field Type Null Default Links to Comments MIME ID_TR_JNS_USAHA int(11) No

ID_PERMOHONAN varchar(12) No

ID_JNS_USAHA int(11) Yes NULL

ID_DESA int(11) Yes NULL

JML_TNG_KERJA int(11) Yes NULL

BIDANG_USAHA varchar(30) Yes NULL

BIAYA int(11) Yes NULL

KETERANGAN varchar(50) Yes NULL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-171 dari 298 halaman

3.5 Strategi Perencanaan dan Evaluasi Biaya Proyek E-Government Provinsi Riau

3.6 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Keras (Hardware)

3.6.1 Kebutuhan Perangkat Pendukung

Dalam pengelolaan E-Government dan untuk menjamin keberlangsungan

program E-Government, maka dibutuhkan perangkat pendukung, baik berupa

perangkat lunak, perangkat keras dan prosedur pengembangan seluruh

aspek yang berhubungan dengan telematika di Provinsi Riau.

3.6.1.1 Laboratorium Pelatihan Perangkat Lunak

Pendayagunaan E-Government harus diikuti dengan pengetahuan yang

memadai bagi staf di seluruh Unit Kerja, terutama pengetahuan tentang

perangkat lunak yang berhubungan dengan operasional dan pengembangan

E-Government.

Kondisi umum dari Laboratorium Pelatihan Perangkat Lunak adalah sebagai

berikut :

Mampu menghasilkan output yang memadai untuk pengelolaan

dan keberlangsungan E-Government, yaitu kemampuan khusus pada

perangkat lunak.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-172 dari 298 halaman

Memiliki Perangkat keras yang memadai untuk mengadakan kegiatan

Pelatihan, dengan kualifikasi perangkat keras minimal 1 (satu) unit

Server, 15 (lima belas) unit workstation / desktop PC, perangkat

jaringan komputer dan memiliki alat bantu pengajaran seperti OHP

atau slide projector, white board dan lainnya.

Memiliki Perangkat Lunak yang memadai untuk penyelenggaraan

kegiatan Pelatihan, dengan kualifikasi pilihan perangkat lunak open

source antara lain: Linux Fedora Core 4 atau FreeBSD 5.4-RELEASED

untuk kategori Server dan Linux Fedora Core 4 atau Mandriva untuk

kategori workstation / Desktop PC.

Keseluruhan akan kebutuhan perangkat lunak aplikasi pada umumnya

sudah terdapat pada distribusi Linux di atas.

Memiliki jenis-jenis produk Pelatihan Perangkat Lunak.

Memiliki penjadualan Pelatihan yang terkoordinir dengan Unit-unit

Kerja terkait.

3.6.1.2 Laboratorium Pelatihan Perangkat Keras

Banyaknya jenis perangkat keras yang digunakan pada E-Government,

mengharuskan staf terkait dalam pengelolaan E-Government memiliki

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-173 dari 298 halaman

pengetahuan yang memadai tentang Perangkat Keras, sehingga dengan

dilakukannya pemeliharaan perangkat keras E-Government secara swakelola

oleh unit kerja terkait, dapat menekan biaya pemeliharaan perangkat keras

yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah.

Kondisi umum dari Laboratorium Pelatihan Perangkat Keras adalah sebagai

berikut :

Mampu menghasilkan output yang memadai untuk pengelolaan

dan keberlangsungan E-Government, yaitu kemampuan khusus pada

perangkat Keras.

Memiliki Perangkat keras yang memadai untuk mengadakan kegiatan

Pelatihan Perangkat Keras, dengan kualifikasi perangkat keras minimal

15 (lima belas) desktop PC rakitan dan memiliki alat bantu pengajaran

seperti OHP atau slide projector, white board dan lainnya.

Memiliki Perangkat Keras Jaringan Komputer dan Telekomunikasi,

seperti: 2 (dua) unit Switch, 2 (dua) unit Access Point, 20 (dua puluh)

unit Lan Card Ethernet, 20 (dua puluh) unit Lan Card Wireless, UTP

Cat 5 dan Cat 6, dan alat bantu lainnya.

Memiliki jenis-jenis produk Pelatihan Perangkat Keras.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-174 dari 298 halaman

Memiliki penjadualan Pelatihan yang terkoordinir dengan Unit-unit

Kerja terkait.

3.6.1.3 Pusat Penelitian Telematika Provinsi Riau

Beragamnya kebutuhan akan sistem informasi dan media telekomunikasi

yang terkait dengan E-Government, sehingga akan berdampak pada proses

penyediaan sarana dan prasarananya, model pengelolaan dan

pengembangan E-Government, dan alat evaluasinya.

Keberadaan Pusat Penelitian Telematika akan menjadi jalan untuk mengatasi

berbagai persoalan telematika antar unit terkait.

3.6.2 Sistem Jaringan Komunikasi Data Elektronik

3.6.2.1 Pembangunan Jaringan Utama (Backbone) Provinsi Riau

Pembangunan Backbone sebagai infrastruktur jaringan utama di Provinsi

Riau tersambung dengan :

Backbone IIX (Jaringan utama Internet Indonesia)

Backbone Internet Asia Pasific.

Keduanya tersambung menggunakan media VSAT baik tersambung langsung

atau melalui jasa Internet Service Provider (ISP) tertentu.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-175 dari 298 halaman

Dengan terbentuknya Backbone ini diharapkan :

Mampu mempublikasikan E-Government Provinsi Riau ke seluruh

dunia, yang dapat diakses dengan kecepatan tinggi.

Menjadi salah satu alternatif layanan publik bagi masyarakat.

3.6.2.2 Pembangunan Jaringan antar Unit Kerja

Pada setiap Unit Kerja di Provinsi Riau diharapkan sudah memiliki jaringan

komputer lokal (LAN), sehingga antar Unit Kerja dapat dihubungkan dengan

jaringan.

Dengan pembangunan Jaringan antar Unit Kerja ini diharapkan :

Dapat dengan mudah mengakses E-Government terutama pada jenis

akses private yang dikhusukan bagi Unit Kerja.

Pertukaran data antar Unit Kerja.

Komunikasi teks dan visual.

Dapat menjadi media bagi layanan masyarakat yang dapat diakses

dari mana saja.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.6-176 dari 298 halaman

Media Jaringan antar Unit Kerja disesuaikan dengan kondisi letak dan jarak

antar Unit Kerja. Untuk jarak maksimal 25 Km dapat digunakan media

jaringan Wireless Outdoor. Sedangkan untuk jarak diatas 25 Km digunakan

media VSAT.

Layanan Jaringan yang disediakan pada setiap Unit Kerja disesuaikan

dengan kebutuhan Unit Kerja.

3.6.2.3 Pembangunan Jaringan antar Pemerintah Kabupaten/Kota

Kondisi geografis Provinsi Riau yang merupakan sebagiannya adalah

kepulauan, tentunya sangat menyulitkan dalam komunikasi dan koordinasi

antar Aparatur Daerah.

Maka dengan dibangunnya Jaringan antar Pemerintah Kabupaten / Kota di

Provinsi Riau, tentunya akan sangat membantu dalam Pembangunan Daerah.

Pada setiap Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau diharapkan sudah

memiliki jaringan komputer lokal (LAN), sehingga antar Pemerintah

Kabupaten/Kota dapat dihubungkan dengan jaringan.

Dengan pembangunan Jaringan antar Pemerintah Kabupaten/Kota ini

diharapkan :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-177 dari 298 halaman

Dapat dengan mudah mengakses E-Government terutama pada jenis

akses private yang dikhususkan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pertukaran data antar Pemerintah Kabupaten/Kota

Komunikasi teks dan visual.

Dapat menjadi media bagi layanan masyarakat yang dapat diakses

dari mana saja.

Media Jaringan antar Pemerintah Kabupaten/Kota digunakan media VSAT.

Layanan Jaringan yang disediakan pada setiap Pemerintah Kabupaten/Kota

disesuaikan dengan kebutuhan Pemerintah Kabupaten/Kota.

3.7 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Lunak (Software)

Perencanaan Pengembangan perangkat lunak yang akan dilaksanakan

Pemerintah Provinsi Riau pada tahun ini adalah lebih kepada pengembangan

yang bersifat membangun komunikasi dengan masyarakatnya lewat teknologi

informasi, guna memberikan layanan yang lebih memuaskan masyarakat, dan

mencitrakan suatu pemerintahan yang bersih, berwibawa dan transparan.

Untuk memberikan arahan bagi Pemerintah Provinsi Riau dalam menentukan

kebijakan di bidang teknologi informasi, Badan Pengolahan Data Elektronik

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-178 dari 298 halaman

Pemerintah Provinsi Riau Indonesia telah membuat Kerangka Teknologi

Informasi Provinsi Riau. Kerangka Teknologi Informasi Provinsi Riau

memberikan koridor pengembangan teknologi informasi pada berbagai sektor

yang dianggap penting, meliputi sektor pemerintahan, bisnis, pemberdayaan

masyarakat, pendidikan dan demokrasi seperti yang diilustrasikan pada

gambar di bawah ini.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-179 dari 298 halaman

Gambar. Tahapan Perencanaan Pengembangan Perangkat Lunak

Perencanaan Pengembangan Teknologi Informasi Provinsi Riau saat ini

difokuskan pada sektor pemerintahan, yang selanjutnya disebut E-

Government. E-Government merupakan bentuk pemanfaatan teknologi

informasi untuk mendukung aktivitas-aktivitas pemerintahan, yang meliputi

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-180 dari 298 halaman

aktivitas intern pemerintah dalam satu lembaga maupun antar lembaga

pemerintahan, serta aktivitas pemberian layanan dari pemerintah untuk

masyarakat. Untuk mendukung dan mencapai E-Government for Good

Governance maka disertakan perencanaan pengembangan perangkat lunak

diantaranya pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan dan

Pembangunan, e-Learning, Digital Library, Pusat Informasi Digital, Situs dan

Portal Provinsi Riau.

3.7.1 Pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan dan Pembangunan

Sistem Informasi Pemerintahan dan Pembangunan yang akan dikembangkan

diharapkan mampu mendukung aspek-aspek yang berkaitan dengan

peningkatan efisiensi, produktivitas, efektivitas, dan upaya peningkatan daya

saing lainnya yang merupakan indikator kinerja untuk pengelolaan

sumberdaya. Dalam kaitan ini koordinasi perencanaan antar unit di dalam

Pemerintah Provinsi Riau perlu ditingkatkan sehingga terjadi sinergi dalam

pelaksanaan Pemerintah Provinsi Riau sehari-hari sebagai bagian dari Good

Governance.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-181 dari 298 halaman

Sasaran pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan dan Pembangunan

untuk mencapai E-Government for Good Governance diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Pencapaian transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

sumberdaya publik pada akhir tahun 2004 yang dicerminkan antara

lain dengan tersedianya informasi mengenai pengelolaan sumberdaya

di unit-unit birokrasi Pemerintah Provinsi Riau untuk masyarakat luas

(pengadaan barang dan jasa, laporan keuangan, aset, dan

sebagainya), tersedianya akses bagi masyarakat untuk melakukan

kontrol sosial, dan ketersediaan informasi publik secara luas (land use,

kebijakan-kebijakan pemerintah, statistik, dan lain-lain).

b. Peningkatan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas di Pemerintah

Provinsi Riau pada akhir tahun 2004, yang dicerminkan antara lain

dengan koordinasi (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) di

antara unit-unit kerja, pemakaian bersama informasi dan sumberdaya

TI, sistem antar instansi yang interoperable dan aman, dan

pemanfaatan informasi sebagai komoditas untuk meningkatkan

pendapatan pemerintah. Berbagai usaha yang sudah pernah

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-182 dari 298 halaman

dilaksanakan sebelumnya (konsep atau pembuatan sistem

perencanaan yang mengandalkan TI) perlu dimanfaatkan seoptimal

mungkin, walaupun dibutuhkan penelaahan seksama agar tetap

konsisten dengan pendekatan baru yang dipergunakan.

c. Tercapainya on-line government pada tahun 2005 dengan tersedianya

berbagai layanan publik untuk kemudahan masyarakat, yang

dicerminkan dengan diterapkannya antara lain registrasi penduduk

secara on-line (KTP, paspor, akta kenal lahir, surat nikah, visa, ijin

tinggal orang asing, SIM, STNK, Surat Ijin Usaha, rekruitmen pegawai,

pajak, office automation, scheduling, DSS (Decision Support System),

EIS (Executive Information System) dan lain-lain.

3.7.2 Dukungan Terhadap Program IGOS (Indonesia Go Open Source)

Penggunaan piranti lunak open source telah mulai mendapatkan momentum

dan mendorong Pemerintah Provinsi Riau untuk mengembangkan teknologi

informasi global melalui pengembangan dan pemanfaatan Open Source

Software (OSS) dalam rangka memperkuat sistem teknologi informasi

nasional.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-183 dari 298 halaman

Meski dalam tingkatan dan intensitas yang berbeda, namun momentum

penerapan piranti lunak open source ini akan sekaligus menjadi inisiasi yang

prospektif, jika hal itu dapat dilakukan dengan baik.

Dengan adanya produk Open Source saat ini, yang mesti dilakukan oleh

instansi pemerintah dalam hal ini provinsi Riau, adalah adanya kemampuan

untuk membangun, mengoperasikan dan mengembangkan Open Source

software, sesuai dengan visi yang dicanangkan dalam Program Indonesia Go

Open Source. Kemampuan tersebut tidak terlepas harus didukung oleh

kualitas sumber daya manusianya, terutama adalah mengenai pengetahuan

mengenai TI.

Beberapa manfaat yang diperoleh bagi pengguna dalam mengembangkan

dan memanfaatkan Open Source Software diantaranya adalah :

1. Masyarakat Pengguna

a. Memberikan alternatif pilihan perangkat lunak desktop yang murah

b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknologi informasi

c. Memperkecial kesenjangan teknologi informasi

d. Meningkatkan akses informasi masyarakat

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-184 dari 298 halaman

e. Meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan dan memanfaatkan

teknologi informasi (kreativitas tidak dibatasi oleh software yang ada)

2. Pemerintah

a. Memperkecil biaya pembelian perangkat lunak (khususnya pengguna

sistem operasi desktop dan jaringan)

b. Menghemat devisa dalam pengadaan perangkat lunak

c. Menumbuhkan industri perangkat lunak dalam negeri sehingga dapat

meningkakan inovasi bidang teknologi informasi

d. Memberi peluang untuk pengembangan perangkat lunak dalam

permasalahan lokal spesifik

e. Perusahan institusi dapat lebih mengetahui business process dengan

cara improvement modifikasi

f. Mengurangi permasalahan intellectual property right.

g. Mempromosikan kompetisi bidang teknologi informasi

h. Meningkatkan keterbukaan dan faktor keamanan sistem

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-185 dari 298 halaman

3. Industri pengembangan

a. Meningkatkan pengembangan industri perangkat lunak nasional

b. Biaya rendah dalam memasuki industri perangkat lunak

c. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia bidang teknologi

informasi

d. Pemindahan paradigma dari import TI menjadi export TI

Pengembangan dan pemanfaatan Open Source Software (OSS) sangat

memungkinkan bagi Pemerintah Provinsi Riau untuk dapat menekan

pengeluaran biaya untuk membeli perangkat lunak sehingga anggaran biaya

dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan dan mutu.

Beberapa layanan yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk model

bisnis teknologi informasi baru seperti :

a. Pelayanan instalasi,

b. kontrak perawatan,

c. pelatihan penggunaan,

d. penyesuaian (kustomisasi) perangkat lunak tersebut ke dalam

lingkungan kerja,

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-186 dari 298 halaman

e. dan serta pengembangan fungsi-fungsi khusus yang sesuai kebutuhan

pengguna.

3.7.2.1 Standar Spesifikasi Perangkat Lunak

3.7.2.1.1 Pendahuluan

Standar Spesifikasi Perangkat Lunak diperlukan untuk memberikan acuan

baku yang seragam bagi pengembangan perangkat lunak yang berkelanjutan.

Standar Spesifikasi Perangkat Lunak ini ditujukan untuk diimplementasikan

dalam bentuk dokumentasi perangkat lunak yang memberikan gambaran utuh

dan menyeluruh dari sistem aplikasi perangkat lunak yang dibangun.

Dibawah ini merupakan bagian-bagian spesifikasi perangkat lunak dengan

urutan sebagai berikut :

1. OCD (Operational Concept Description)

2. SSS (System/SubSystem Specification)

3. SSDD (System/SubSystem Design Description)

4. SRS (Software Requirement Specification)

5. SDD (Sofware Design Description)

6. SPS (Software Product Specification)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-187 dari 298 halaman

3.7.2.1.2 OCD (Operational Concept Description)

Gambaran sistem ini dikemukakan bagi kebutuhan pengguna dalam

hubungannya dengan prosedur/sistem yang berlaku dan bagaimana cara

penggunaannya.

OCD dimaksudkan untuk :

1. Menyediakan informasi yang dibutuhkan developer untuk memahami

bagaimana mempertemukan kebutuhan para pengguna dengan

menggambarkan bagaimana pengguna bermaksud untuk

menggunakan sistem tersebut.

2. Memberikan pengertian developer pada si pemeroleh tentang

bagaimana si pengguna bermaksud untuk menggunakan sistem.

3. Menyediakan informasi bagi para agen pendukung yang dapat

membantu menggambarkan persyaratan pendukung bagi long-lead

items (misalnya fasilitas dan personil), mensahkan konsep pendukung,

dan membantu personil agen pendukung untuk memahami sistem

ketika modifikasi dan perbaikan diperlukan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-188 dari 298 halaman

4. Menyediakan konfirmasi bagi pengguna dimana si pemeroleh telah

menyediakan interpretasi yang benar bagi developer tentang

kebutuhan pengguna dan prioritas untuk sistem tersebut.

Dibawah ini merupakan hal-hal yang harus dijelaskan dalam spesifikasi OCD.

1. Sistem atau situasi sekarang

1.1. Latar belakang, tujuan dan jangkauan

1.2. Kebijakan dan hambatan-hambatan operasional

1.3. Gambaran sistem sekarang atau situasi

1.3.1. Lingkungan operasional dan karakteristiknya

1.3.2. Komponen-komponen Mayor sistem dan interkoneksinya

1.3.3. Interfaces pada sistem eksternal atau prosedur

1.3.4. Kemampuan-kemampuan sistem/fungsi-fungsi

1.3.5. Diagram dan gambaran-gambaran input, output, data flow, dan

manual dan proses otomatis yang cukup untuk memahami

current sistem atau situasi dari sisi pandang pengguna.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-189 dari 298 halaman

1.3.6. Karakteristik keberhasilan (kecepatan, throughput, volume,

frekuensi)

1.3.7. Perlengkapan kualitas (reliabilitas, maintainabilitas, availabilitas,

flexibilitas, portabilitas, usabilitas, efisiensi)

1.3.8. Perlengkapan bagi keamanan, perlindungan, privasi dan

kelanjutan operasi pada keadaan darurat

1.4. Pengguna atau personil yang terlibat.

1.5. Konsep pendukung.

2. Justifikasi dan sifat perubahan-perubahan

2.1. Justifikasi bagi perubahan.

2.1.1. Menggambarkan aspek-aspek kebutuhan pengguna, ancaman,

misi, tujuan, lingkungan, interface, personil yang baru atau yang

sudah dimodifikasi atau faktor-faktor lain yang membutuhkan

sistem yang baru atau yang sudah dimodifikasi

2.1.2. Rangkuman defisisensi atau pembatasan pada current system

atau situasi yang membuatnya memungkinkan untuk merespon

pada faktor-faktor ini.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-190 dari 298 halaman

2.2. Gambaran perubahan-perubahan yang dibutuhkan.

2.3. Prioritas diantara perubahan-perubahan tersebut.

2.4. Perubahan-perubahan yang telah dipertimbangkan tetapi tidak

termasuk.

2.5. Asumsi dan hambatan-hambatan.

3. Konsep bagi sistem baru atau yang telah dimodifikasi

(idem dengan poin 1)

4. Skenario Operasional

Peranan sistem baru atau sistem yang telah dimodifikasi, interaksinya

dengan pengguna lain, interfacenya dengan sistem lain dan segala

keadaan dan cara-cara yang mengidentifikasikan sistem. Termasuk

keadaan, tindakan, stimuli, informasi, interaksi, dan lain-lain.

5. Ringkasan pengaruh-pengaruh.

5.1. Pengaruh-pengaruh operasional.

Pengaruh-pengaruh operasional yang diantisipasi pada pengguna,

pemeroleh, developer dan agen pendukung. Termasuk perubahan dalam

interface dengan pusat-pusat operasi komputer; perubahan dalam

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-191 dari 298 halaman

prosedur; penggunaan sumber data baru;perubahan dalam kuantitas, tipe,

dan timing data untuk input sistem; perubahan dalam persyaratan

penyimpanan data; dan cara-cara baru operasi.

5.2. Pengaruh-pengaruh organisasi.

Pengaruh-pengaruh organisasi yang diantisipasi pada pengguna,

pemeroleh, developer dan para agen pendukung, mungkin termasuk

modifikasi tanggung jawab; tambahan atau penghapusan tanggung

jawab atau jabatan; kebutuhan akan pelatihan dan pelatihan kembali;

dan perubahan dalam jumlah,tingkat keahlian, pengidentifikasi posisi,

atau tempat personil dalam beragam cara operasi.

5.3. Pengaruh-pengaruh selama perkembangan.

Pengaruh-pengaruh yang diantisipasi pada pengguna, pemeroleh,

developer dan para agen pendukung selama berlangsung usaha

pengembangan, mungkin termasuk pertemuan/diskusi mengenai

sistem baru; pengembangan atau modifikasi database; pelatihan;

operasi paralel sistem baru yang berlaku; pengaruh-pengaruh selama

pengujian sistem baru; dan kegiatan lain yang memerlukan bantuan

atau monitor perkembangan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-192 dari 298 halaman

6. Analisis sistem yang diusulkan.

6.1. Ringkasan keuntungan.

Kualitatif dan kuantitatif. Termasuk kemampuan-kemampuan baru,

kemampuan-kemampuan yang ditingkatkan, dan keberhasilan yang

dikembangkan, dan hubungannya dengan kekurangan-kekurangan

yang ditunjukan pada 2.1.

6.2. Rangkuman kerugian/pembatasan.

Kualitatif dan kuantitatif. Termasuk kemampuan-kemampuan yang

hilang, keberhasilan yang kurang dari yang diharapkan, lebih besar

daripada penggunaan yang diharapkan dari sumber-sumber hardware

komputer, pengaruh-pengaruh opersional yang tidak diharapkan,

konflik-konflik dengan asumsi pengguna, dan asumsi lain dan

hambatan-hambatan yang lain.

6.3. Alternatif dan pertimbangan trade-offs.

Mengidentifikasi dan menggambarkan alternatif pokok yang telah

dipertimbangkan pada sistem atau karakteristiknya, trade-offs diantara

mereka, dan rasional bagi keputusan yang dicapai.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-193 dari 298 halaman

3.7.2.1.3 SSS (System/SubSystem Specification)

SSS digunakan untuk menentukan persyaratan bagi sebuah sistem atau

subsistem dan metoda-metoda yang digunakan untuk memastikan bahwa

setiap persyaratan telah bertemu sebagai dasar bagi pengujian desain dan

kualifikasi sitem atau subsistem.

Syarat-syarat :

1. Keadaan dan cara-cara yang dibutuhkan.

2. Syarat-syarat kemampuan sistem.

Mengidentifikasikan suatu kemampuan sistem yang diperlukan dan

memperinci persyaratan yang berhubungan dengan kemampuan.

Persyaratan identik dengan menentukan perilaku yang dibutuhkan oleh

sistem yang terkait pada parameter yang berlaku, misalnya, response

times, sekuensi, ketepatan, kapasitas, prioritas.

2.1. Syarat-syarat antarmuka eksternal sistem.

2.1.1. Identifikasi antarmuka dan diagram.

2.1.2. Pengidentifikasi proyek-unik antarmuka.

2.2. Syarat-syarat antarmuka internal sistem.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-194 dari 298 halaman

2.3. Syarat-syarat data internal sistem.

2.4. Syarat-syarat adaptasi.

Data instalasi-dependen, parameter operasi yang mungkin bervariasi dan

tergantung pada kebutuhan operasi.

2.5. Syarat-syarat keamanan.

2.6. Syarat-syarat perlindungan kebebasan pribadi.

Kebijakan, lingkungan operasi, tipe dan tingkatan, resiko, usaha

perlindungan yang diperlukan, kemampuan pertanggungjawaban, kriteria

untuk sertifikasi/akreditasi.

2.7. Syarat-syarat lingkungan sistem.

Hardware dan sistem pengoperasian software harus berjalan. Kondisi

lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan dan pengoperasian.

2.8. Syarat-syarat sumber komputer.

2.8.1. Syarat-syarat hardware komputer.

2.8.2. Syarat-syarat penggunaan sumber hardware komputer.

2.8.3. Syarat-syarat software komputer.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-195 dari 298 halaman

Sistem operasi, sistem manajemen database, software

komunikasi/jaringan kerja, kegunaan software, input dan simulator

perlengkapan, tes software, dan software manufacturing.

2.8.4. Syarat-syarat komunikasi komputer.

Lokasi geografi yang berhubungan; konfigurasi dan topologi network;

teknik transmisi; tarif transfer data; pintu gerbang; sistem yang

dibutuhkan dalam penggunaan waktu; tipe dan volume data yang akan

dikirimkan/diterima; batas waktu untuk

pengiriman/penangkapan/jawaban; volume puncak data; dan ciri-ciri

diagnosa.

2.9. Faktor-faktor kualitas sistem.

Suatu sistem yang memiliki kualitas baik harus memenuhi beberapa

faktor, diantaranya sebagai berikut :

a. maintainabilitas, kemampuan pemeliharaan, kemampuan untuk

kemudahan servis, reparasi, atau pengoreksian.

b. availabilitas, kemampuan untuk dioperasikan dan diakses dengan

mudah ketika diperlukan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-196 dari 298 halaman

c. fleksibilitas, kemampuan untuk disesuaikan dengan mudah pada

perubahan syarat-syarat atau aturan.

d. portabilitas software, kemampuan untuk dimodifikasi dengan mudah

untuk suatu lingkungan baru.

e. Reusabilitas, kemampuan untuk digunakan dengan mudah dalam

aplikasi yang beragam.

f. Testabilitas, kemampuan untuk diuji dengan mudah dan menyeluruh.

g. Usabilitas, kemampuan untuk dipelajari dan digunakan dengan mudah

dan perlengkapan yang lain.

2.10. Hambatan-hambatan desain dan konstruksi.

Persyaratan ini mungkin diperinci dengan referensi pada standar dan

spesifikasi yang sesuai. Sebagai contoh, persyaratan mengenai

penggunaan arsitektur sistem yang khusus atau persyaratan pada

arsitektur penggunaan desain khusus atau standar konstruksi;

penggunaan bahasa pemrograman yang khusus; persyaratan

workmanship dan tekhnik produksi, karakteristik sistem (misalnya batas

berat, batas dimensi, warna, pencegah pelapisan); interchangeabilitas

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-197 dari 298 halaman

bagian-bagian; kemampuan untuk diangkut dari suatu tempat ke tempat

lain; kemampuan untuk dibawa atau dipasang oleh seseorang, atau nomor

yang diberikan, orang, material yang bisa atau tidak bisa digunakan;

persyaratan pada penanganan material yang mengandung racun; batas-

batas pada radiasi elektromagnetik yang sistemnya dibolehkan untuk

dibangkitkan, penggunaan pelat nama, penandaan bagian, serial dan

sejumlah penandaan, dan penandaan identifikasi yang lain, fleksibilitas

dan expandabilitas yang harus disediakan untuk mendukung antisipasi

wilayah-wilayah yang berkembang atau berubah dalam teknologi,

ancaman atau misi.

2.11. Syarat-syarat yang berhubungan dengan personal.

Sejumlah stasiun kerja, membangun pertolongan dan ciri-ciri pelatihan,

faktor-faktor kemanusiaan persyaratan insinyur.

2.12. Syarat-syarat pelatihan yang bersangkutan.

Pelatihan perlengkapan dan pelatihan material yang dimasukan di dalam

sistem.

2.13. Syarat-syarat logistik yang bersangkutan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-198 dari 298 halaman

2.14. Syarat-syarat yang lain.

2.15. Syarat-syarat pengemasan.

2.16. Syarat-syarat preseden dan kekritisan/kritikalitas.

3. Penentuan kualifikasi. (untuk masing-masing persyaratan di dalam poin 1)

Demonstrasi, Tes, Analisis, Inspeksi, Metoda-metoda kualifikasi khusus.

4. Syarat-syarat kemampuan pelacakan.

4.1. Kemampuan pelacakan dari setiap persyaratan subsistem di dalam

spesifikasi ini pada persyaratan sistem yang dimaksud.

4.2. Kemampuan pelacakan dari setiap persyaratan sistem yang telah

dialokasikan pada subsistem yang dilindungi oleh spesifikasi ini pada

persyaratan subsistem yang dimaksud.

3.7.2.1.4 SSDD (System/SubSystem Design Description)

SSDD berfungsi untuk menggambarkan sistem atau subsistem dengan

desain luas dan desain arsitektural sistem atau subsistem yang digunakan

sebagai dasar bagi perkembangan sistem selanjutnya. Beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam menggambarkan sistem dan subsistem,

diantaranya yaitu :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-199 dari 298 halaman

1. Keputusan-keputusan desain luar sistem.

I/O & interface, perilaku (tindakan, keberhasilan) dalam respon, database,

pendekatan untuk persyaratan keamanan/perlindungan/privasi, pilihan

untuk sistem hardware/software, pendekatan untuk menyediakan

fleksibilitas /availabilitas /maintainabilitas.

2. Desain arsitektural sistem.

Jika sebagian atau seluruh desain tergantung pada keadaan dan cara-

cara sistem, kepercayaan ini akan diusulkan.

Dituliskan berkenaan dengan penyelenggaraan sistem yang langsung ke

dalam Hardware Configuration Items (HWCIs), Computer Software

Configuration Items (CSCIs), dan operasi-operasi manual, tetapi

sebaiknya dimaksudkan untuk meliputi penyelenggaraan sistem ke dalam

subsistem, penyelenggaraan suatu subsistem ke dalam HWCIs, CSCIs,

dan operasi-operasi manual atau variasi lain yang diperlukan.

2.1. Komponen-komponen sistem.

Identifikasi komponen, hubungan-hubungan statis, perkembangan status,

penggunaan sumber, pohon spesifikasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-200 dari 298 halaman

2.2. Konsep pelaksanaan.

Menggambarkan konsep pelaksanaan diantara komponen-komponen

sistem, mungkin termasuk diagram, dan deskripsi yang menunjukan

hubungan komponen-komponen yang dinamis, yaitu bagaimana mereka

akan berinteraksi selama operasi sistem, termasuk yang dapat dipakai,

urutan kontrol pelaksanaan, data alir, sekuensing yang dikontrol secara

dinamis, diagram transisi keadaan, diagram waktu, prioritas diantara

komponen, penanganan interupsi, hubungan waktu/sekuensing,

penanganan kekecualian, pelaksanaan yang bersamaan,

alokasi/dealokasi yang dinamis, kreasi/penghapusan obyek yang dinamis,

proses, tugas-tugas, dan aspek-aspek perilaku dinamis yang lain.

2.3. Desain interface.

2.3.1. Diagram dan identifikasi interface.

2.3.2. Proyek unik pengidentifikasi interface.

Deskripsi desain mungkin termasuk yang berikut ini, ditunjukan dalam

perintah yang sesuai dengan informasi yang disediakan, dan mungkin

mencatat beberapa perbedaan dalam karakteristik ini dari sisi pandang

kesatuan interfacing (misalnya perbedaan harapan mengenai ukuran,

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-201 dari 298 halaman

frekuensi, atau karakteristik lain dari elemen-elemen data): prioritas,

tipe, karakteristik

3. Syarat traceability (kemampuan pelacakan).

3.7.2.1.5 SRS (Software Requirement Specification)

SRS berfungsi untuk menentukan persyaratan bagi Computer Software

Configuration Item (CSCI) dan metoda-metoda yang digunakan untuk

memastikan bahwa setiap persyaratan telah bertemu, dugunakan sebagai

dasar bagi pengujian desain dan kualifikasi CSCI. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam menerapkan SRS, diantaranya yaitu :

1. Persyaratan.

Kondisi-kondisi untuk penerimaan CSCI ini, persyaratan diadakan untuk

memenuhi sistem requirements yang dialokasikan pada CSCI ini,

traceability, metoda-metoda kualifikasi.

Tingkatan aturannya secara rinci; Termasuk karakteristik CSCI yang

dikondisikan bagi penerimaan CSCI; Menangguhkan untuk mendesain

deskripsi karakteristik tersebut.

1.1. Keadaan dan cara-cara yang diperlukan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-202 dari 298 halaman

1.2. Persyaratan kemampuan CSCI.

Kemampuan identik dengan fungsi, subyek, obyek atau istilah lain

yang berguna untuk menyampaikan persyaratan.

1.2.1. (Kemampuan CSCI ).

Mengidentifikasi kemampuan sistem yang diperlukan dan menguraikan

persyaratan yang berhubungan dengan kemampuan.

Definisi persyaratan dalam konteks ini adalah menentukan perilaku

sistem yang diperlukan dan mungkin termasuk parameter yang biasa

diterapkan, misalnya waktu respon, waktu throughput, hambatan-

hambatan mengenai waktu yang lain, sekuensing, ketepatan,

kapasitas, (seberapa banyak), prioritas, kelanjutan persyaratan

operasi, dan penyimpangan yang dibolehkan berdasarkan kondisi-

kondisi operasi.

Persyaratan termasuk perilaku yang diperlukan di bawah kondisi-

kondisi yang tidak diperkirakan, tidak diijinkan, atau keluar batas

sehingga diperlukan untuk penanganan kesalahan fatal dan segala

sesuatu yang menjamin kelanjutan operasi pada keadaan darurat.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-203 dari 298 halaman

1.3. Persyaratan interface eksternal CSCI .

1.3.1. Diagram dan identifikasi interface.

Berfungsi mengidentifikasi interface eksternal CSCI (yaitu, hubungan

dengan kesatuan yang lain yang melibatkan pembagian, menyediakan

atau bertukar data). Identifikasi setiap interface termasuk sebuah

pengidentifikasi proyek unik yang akan menandakan kesatuan

interfacing (sistem, konfigurasi item, pengguna, dan lain-lain) dengan

nama, nomor, versi, dan dokumentasi referensi. Identifikasi akan

menyatakan kesatuan mana yang telah memiliki karakteristik interface

yang tetap (dan oleh karena itu menentukan persyaratan dalam meng-

interfacing kesatuan) yang dikembangkan atau dimodifikasi (sehingga

memiliki persyaratan interface yang ditentukan). Satu atau lebih

diagram interface akan disediakan untuk menggambarkan interfaces.

1.3.2. (Proyek unik pengidentifikasi interface).

1.4. Persyaratan interface internal CSCI.

1.5. Persyaratan data internal CSCI.

1.6. Persyaratan adaptasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-204 dari 298 halaman

Mengenai pemasangan data dependen yang akan disediakan oleh

CSCI (seperti site-dependent latitude dan longitude atau site-

dependent state tax codes) dan parameter operasional dimana CSCI

perlu digunakan yang mana mungkin bervariasi tergantung pada

kebutuhan operasional (seperti parameter yang mengindikasikan

perekaman data atau operasi-dependent targeting constants).

1.7. Persyaratan keamanan.

1.8. Persyaratan sekuriti dan privasi.

Persyaratan ini akan termasuk lingkungan, privasi/sekuriti yang harus

dioperakan oleh CSCI, tipe dan tingkatan sekuriti atau privasi yang

disediakan, resiko-resiko sekuriti atau privasi yang harus antisipasi

oleh CSCI, kebutuhan safeguards untuk mengurangi resiko-resiko

tersebut, kebijaksanaan sekuriti atau privasi yang harus bertemu,

countabilitas sekuriti atau privasi yang harus disediakan CSCI, dan

kriteria yang harus dipertemukan untuk sertifikasi dan akreditasi

sekuriti atau privasi.

1.9. Persyaratan lingkungan CSCI.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-205 dari 298 halaman

Termasuk hardware komputer dan sistem operasi dimana CSCI harus

berjalan.

1.10. Persyaratan sumber komputer.

1.10.1. Persyaratan hardware komputer.

Persyaratan ini termasuk nomor setiap tipe perangkat, tipe,

ukuran, kapasitas, dan karakteristik lain prosesor, memori,

input/output devices, penyimpanan auxiliary yang diperlukan

dan juga perangkat jaringan/komunikasi serta perangkat lain

yang diperlukan.

1.10.2. Persyaratan penggunaan sumber hardware komputer.

Misalnya penggunaan kapasitas prosesor maksimum yang

dibolehkan, kapasitas memori, kapasitas input/output device,

kapasitas auxiliary storage device, dan kapasitas perangkat

jaringan/komunikasi. Persyaratan (dinyatakan misalnya sebagai

presentasi kapasitas setiap sumber hardware komputer) akan

termasuk kondisi-kondisi, jika ada, dibawah penggunaan

sumber yang akan diukur.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-206 dari 298 halaman

1.10.3. Persyaratan software komputer.

1.10.4. Persyaratan komunikasi komputer.

1.11. Faktor-faktor kualitas software.

Faktor ini terdiri dari persyaratan kuantitatif berdasarkan

fungsionalitas CSCI (kemampuan untuk menyelenggarakan

seluruh fungsi yang diperlukan), reliabilitas (kemampuan untuk

menyelenggarakannya dengan benar dan hasil yang konsisten),

maintainabilitas (kemampuan untuk dikoreksi dengan mudah),

availabilitas (kemampuan untuk diakses dan dioperasikan ketika

dibutuhkan), flexibilitas (kemampuan diadaptasi dengan mudah

untuk perubahan persyaratan), portabilitas (kemampuan untuk

dimodifikasi dengan mudah untuk sebuah lingkungan baru),

reusabilitas (kemampuan untuk digunakan pada aplikasi

multiple), testabilitas (kemampuan untuk diuji dengan mudah

dan menyeluruh), usabilitas (kemampuan untuk dipelajari dan

digunakan) dan perlengkapan yang lain.

1.12. Hambatan-hambatan desain and implementasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-207 dari 298 halaman

Hambatan ini dispesifikasikan dengan referensi untuk

menyesuaikan standar komersial atau militer dan spesifikasi.

Contoh-contoh yang termasuk persyaratan mengenai:

1.12.1. Penggunaan arsitektur CSCI tertentu atau persyaratan

dalam arsitektur, misalnya unit software atau database yang

diperlukan; penggunaan standar militer, atau komponen-

komponen yang berlaku; atau penggunaan properti lengkap

milik pemerintah/pemeroleh (peralatan, informasi, atau software)

1.12.2. Penggunaan standar-standar desain dan implementasi

tertentu; penggunaan bahasa programing tertentu.

1.12.3. Flexibilitas dan expandabilitas yang harus disediakan

untuk mendukung antisipasi kemajuan wilayah atau perubahan

dalam teknologi, ancaman atau misi.

1.13. Persyaratan personil yang terlibat.

Termasuk untuk mengakomodasi jumlah, tingkat keahlian, lingkaran tugas,

kebutuhan akan pelatihan atau informasi lain mengenai personil yang

akan menggunakan atau mendukung CSCI. Contoh-contoh yang termasuk

ke dalam persyaratan untuk sejumlah pengguna bersama dan untuk

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-208 dari 298 halaman

pertolongan built-in atau ciri-ciri pelatihan. Juga termasuk faktor-faktor

manusia, persyaratan engineering, jika ada, ditentukan dalam CSCI.

Persyaratan ini mungkin termasuk berbagai pertimbangan kemampuan

dan keterbatasan manusia; Kesalahan manusia yang dapat diduga baik itu

dalam kondisi normal atau ekstrim; dan tempat-tempat spesifik dimana

pengaruh human error akan menjadi serius. Contoh-contoh yang termasuk

persyaratan untuk warna dan durasi kesalahan pesan, penempatan fisik

indikator kritis atau kunci-kunci dan penggunaan sinyal-sinyal auditory.

1.14. Persyaratan pelatihan yang berhubungan.

Termasuk pelatihan software dimasukan ke dalam CSCI.

1.15. Persyaratan logistik yang berhubungan.

Pertimbangan-pertimbangan ini mungkin saja termasuk ke dalam: sistem

maintenance, software support, sistem transportasi modes, persyaratan

supply-system, pengaruh pada fasilitas yang ada dan pengaruh pada

perangkat yang berlaku.

1.16. Persyaratan lain.

1.17. Persyaratan pengemasan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-209 dari 298 halaman

1.18. Persyaratan preseden dan kritikalitas.

2. Ketentuan kualifikasi. (untuk setiap persyaratan pada poin 1)

Demonstrasi, Tes, Analisa, Inspeksi, metoda-metoda kualifikasi khusus.

3. Persyaratan traceability.

3.7.2.1.6 SDD (Sofware Design Description)

SDD berfungsi untuk menggambarkan keputusan desain luas CSCI, desain

arsitektural CSCI, dan desain yang rinci yang diperlukan untuk

mengimplementasikan software dan digunakan sebagai dasar bagi

pengimplementasian software. Disamping itu SSD menyediakan jarak

penglihatan bagi si pemeroleh ke dalam desain dan menyediakan informasi

yang dibutuhkan bagi pendukung software.

Beberapa hal yang harus diperhatika dalam menerapkan SDD, diantaranya

yaitu :

1. Keputusan-keputusan desain luas CSCI.

Untuk memperkenalkan keputusan-keputusan mengenai desain perilaku

CSCI's dan keputusan-keputusan lain yang mempengaruhi seleksi dan

desain unit-unit software yang menyusun CSCI.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-210 dari 298 halaman

1.1. Keputusan desain berdasarkan I/O CSCI dan interfaces-nya dengan

sistem-sistem lain, HWCIs, CSCIs, dan para pengguna.

1.2. Keputusan desain pada perilaku dalam merespon setiap input atau

kondisi, termasuk tindakan-tindakan CSCI akan terselenggara, waktu

respon dan karakteristik keberhasilan lain, gambaran sistem-sistem

fisik yang dimodelkan, equations/algorithms/rules yang telah diseleksi,

dan penanganan input-input atau kondisi-kondisi yang tidak

dibolehkan.

1.3. Keputusan desain pada bagaimana databases/data files akan muncul

pada pengguna Pendekatan terseleksi untuk mempertemukan

persyaratan keamanan, sekuriti dan privasi.

1.4. Keputusan desain luas CSCIlain yang dibuat dalam merespon

persyaratan, seperti pendekatan yang terseleksi untuk menyediakan

flexibilitas, availabilitas, dan maintainabilitas yang diperlukan.

2. Desain arsitektural CSCI.

2.1. Komponen-komponen CSCI .

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-211 dari 298 halaman

2.1.1. Mengidentifikasi unit-unit software yang menyusun CSCI.

Setiap unit akan ditetapkan sebuah pengidentifikasi proyek unik.

2.1.2. Menunjukan hubungan statis unit-unit software.

2.1.3. Menetapkan tujuan setiap unit software dan mengidentifikasi

persyaratan CSCI dan keputusan desain luas CSCI

2.1.4. Mengidentifikasi setiap status perkembangan unit software/tipe

(misalnya perkembangan baru, desain yang berlaku atau software

yang digunakan kembali, desain yang berlaku atau software yang

direkayasa kembali, software yang dikembangkan untuk

digunakan kembali)

2.1.5. Menggambarkan CSCI's (dan setiap unit software)

merencanakan penggunaan sumber hardware komputer (seperti

kapasitas prosesor, kapasitas memori, kapasitas input/output

device, kapasitas penyimpanan auxiliary, dan kapasitas

perlengkapan jaringan/komunikasi). Gambaran tersebut akan

meliputi seluruh sumber hardware komputer termasuk dalam

persyaratan penggunaan sumber bagi CSCI, dalam tingkat sistem

pengalokasian sumber mempengaruhi CSCI, dan pada

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-212 dari 298 halaman

perencanaan pengukuran penggunaan sumber dalam Rencana

Perkembangan Software. Termasuk untuk setiap sumber

hardware komputer akan menjadi:

2.1.5.1. Persyaratan CSCI atau pengalokasian sumber system-

level.

2.1.5.2. Asumsi-asumsi dan kondisi-kondisi (contohnya,

pemakaian tipikal, pemakaian worst-case, asumsi-asumsi

untuk even tertentu)

2.1.5.3. Pertimbangan-pertimbangan khusus yang mempengaruhi

penggunaan (misalnya penggunaan memori virtual, overlays,

atau multiprocessors atau pengaruh pengoperasian system

overhead, library software, atau implementasi overhead yang

lain)

2.1.5.4. Unit-unit pengukur yang digunakan (misalnya presentase

kapasitas prosesor, putaran per detik, bytes of memory,

kilobytes per detik.

2.1.5.5. Tingkatan dimana pengukuran akan dibuat (misalnya unit

software, CSCI, atau program yang dapat dilaksanakan)

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-213 dari 298 halaman

2.1.5.6. Mengidentifikasikan program library.

2.2. Konsep pelaksanaan.

Terdiri dari diagram dan gambaran-gambaran yang menunjukan hubungan

dinamis unit software, yaitu bagaimana mereka akan berinteraksi selama

operasi CSCI, termasuk alur kontrol pelaksanaan, data alir, sekuensing

yang dikontrol secara dinamis, diagram-diagram transisi keadaan, diagram

waktu, prioritas antar unit, penanganan interupsi, hubungan-hubungan

sekuensin/pewaktuan, penanganan kekecualian, pelaksanaan concurrent ,

pengalokasian yang dinamis, penghapusan/penciptaan obyek yang

dinamis, proses, tugas-tugas, dan aspek-aspek perilaku dinamis lain.

2.3. Desain interface.

2.3.1. Diagram dan identifikasi interface.

2.3.2. (Proyek-unik pengidentifikasi interface).

3. Desain rinci CSCI.

3.1. (Proyek-unik pengidentifikasi sebuah unit software atau pendesain

sekelompok unit software).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-214 dari 298 halaman

3.1.1. Keputusan desain unit, jika ada, seperti algoritma yang

digunakan.

3.1.2. Setiap hambatan, keterbatasan, atau ciri-ciri yang tidak biasa

dalam desain unit software

3.1.3. Bahasa pemrograman dan alasan penggunaannya

3.1.4. Jika unit software terdiri dari atau berisi perintah-perintah

prosedural (misalnya seleksi menu dalam sebuah sistem

manajemen database (DBMS) untuk menjelaskan bentuk-bentuk

dan laporan, pertanyaan-pertanyaan on-line DBMS untuk akses

database dan manipulasi, input pada suatu pembuat interface

pengguna grafis (GUI) untuk generasi kode otomatis, perintah

untuk sistem operasi), sebuah daftar perintah-perintah prosedural

dan referensi untuk pengguna manual atau dokumen lain yang

menjelaskannya.

3.1.5. Jika unit software berisi, menerima, atau mengeluarkan data,

suatu gambaran mengenai input, output, dan elemen-elemen data

yang lain dan pemasangan elemen data. Data setempat pada unit

software akan dijelaskan secara terpisah dari input data atau

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-215 dari 298 halaman

output dari unit software. Jika unit software itu sebuah database,

sebuah Database Design Description (DBDD) yang sesuai akan

direferensikan.

3.1.6. Jika unit software berisi logis, logis itu akan digunakan dengan

unit software, termasuk:

3.1.6.1. Kondisi-kondisi pada pengaruh dalam unit software ketika

pelaksanaannya dimulai

3.1.6.2. Kondisi-kondisi dimana kontrolnya dilalui unit software

yang lain

3.1.6.3. Respon dan waktu respon bagi setiap input, termasuk

konversi data, penamaan, dan operasi-operasi pengalihan

data.

3.1.6.4. Sekuen operasi dan sekuensing yaang dikontrol secara

dinamis selama pengoperasian unit software, termasuk:

3.1.6.4.1. Metoda untuk kontrol sekuen

3.1.6.4.2. Logis dan kondisi-kondisi input dari metoda tersebut,

seperti variasi waktu, tugas-tugas prioritas

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-216 dari 298 halaman

3.1.6.4.3. Data transfer ke dalam dan ke luar memori

3.1.6.4.4. Sinyal-sinyal input sensing of discrete dan hubungan

pewaktuan diantara operasi interrupt dalam unit software

3.1.6.4.5. Kekecualian dan penanganan kesalahan

4. Persyaratan traceability.

3.7.2.1.7 SPS (Software Product Specification)

SPS berfungsi untuk menyediakan software yang dapat dijalankan, yang

berisikan file-file sumber dan informasi pendukung software, termasuk

deskripsi desain yang dirancang dan prosedur penyusunan, pembangunan

dan modifikasi Computer Software Configuration Item (CSCI). Disamping itu

pula digunakan untuk memesan software yang dapat dilaksanakan dan/atau

file-file sumber bagi CSCI dan dokumen pendukung software yang pokok

bagi CSCI.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan SPS, diantaranya

yaitu :

1. Persyaratan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-217 dari 298 halaman

Pengembangan software mempunyai kriteria yang harus disesuaikan pada

sebuah tubuh software untuk dipertimbangkan menjadi sebuah copy-an

CSCI- nya yang valid.

1.1. Software yang bisa dilaksanakan.

Termasuk setiap sejumlah files, file-file perintah, file-file data atau file-

file software lain yang perlu dipasang dan dioperasikan softwarenya

pada target komputernya. Supaya sebuah body software

dipertimbangkan copian CSCI's softwarenya yang valid dan

executable, maka ia harus menunjukan kecocokan file-file ini dengan

tepat.

1.2. File-file sumber.

Termasuk setiap sejumlah file, file-file perintah, file-file data atau file-

file lain yang perlu di regenerate software yang dapat dilaksanakannya

untuk CSCI. Supaya sebuah body software dipertimbangkan copian

CSCI's softwarenya yang valid dan executable, maka ia harus

menunjukan kecocokan file-file ini dengan tepat.

1.3. Persyaratan pengemasan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-218 dari 298 halaman

2. Ketentuan-ketentuan kualifikasi.

Metoda-metoda yang digunakan untuk mendemonstrasikan bahwa sebuah

body software yang diberikan merupakan sebuah copy-an CSCI yang

valid.

3. Informasi dukungan Software.

3.1. Desain software.

Akan memuat, atau mereferensikan suatu apendiks atau dokumen

deliverable yang berisi informasi yang menggambarkan desain CSCI.

Informasi akan sama seperti yang diperlukan dalam sebuah Software

Design Description (SDD), Interface Design Description (IDD), dan

Database Design Description (DBDD).

3.2. Prosedur penyusunan /pendirian.

Akan menggambarkan, atau mereferensikan suatu apendiks yang

menggambarkan proses penyusunan/pendirian yang digunakan untuk

menciptakan file-file yang executable dari file-file sumber dan untuk

mempersiapkan file-file yang executable untuk dimasukan ke dalam

firmware atau media distribusi lain. Hal ini akan menentukan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-219 dari 298 halaman

penyusun/pemasang yang digunakan, termasuk nomor-nomor versi;

hardware dan software lain yang diperlukan, termasuk nomor-nomor versi;

setiap penyetingan, pilihan, atau konvensi yang digunakan; dan prosedur

untuk penyusunan/pemasangan, dan pendirian CSCI dan

sistem/subsistem software yang memuat CSCI, termasuk variasi untuk

site-site yang berbeda, konvigurasi, versi, dan lain-lain. Membuat prosedur

di atas level CSCI mungkin diselenggarakan dalam satu SPS dan

direferensikan dari yang lain.

3.3. Prosedur modifikasi.

3.3.1. Mendukung fasilitas, peralatan, dan software dan prosedur

untuk penggunaannya

3.3.2. Databases/data files yang digunakan oleh CSCI dan prosedur

untuk menggunakan dan memodifikasikannya

3.3.3. Desain, pengkodean, dan konvensi lain yang diikuti

3.3.4. Prosedur penyusunan/penentuan jika berbeda dari yang ada di

atas

3.3.5. Prosedur integrasi dan pengujian yang diikuti

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-220 dari 298 halaman

3.4. Penggunaan sumber hardware komputer.

3.4.1. Persyaratan CSCI atau pengalokasian sumber system-level

sudah dipenuhi.

3.4.2. Asumsi-asumsi dan kondisi-kondisi dimana penggunaan data

adalah dasarnya (misalnya, penggunaan tipikal, penggunaan

worst-case, asumsi even-even tertentu)

3.4.3. Setiap pertimbangan khusus yang mempengaruhi penggunaan

(seperti penggunaan memori virtual, overlays, atau

multiprocessor atau pengaruh-pengaruh pengoperasian sistem di

atas, library software, atau implementasi lain)

3.4.4. Unit pengukuran yang digunakan (misalnya presentase

kapasitas prosesor, putaran per detik, bytes memori, kilobytes per

detik)

3.4.5. Tingkatan dimana pengukuran telah dibuat (misalnya unit

software, CSCI atau program yang executable)

4. Persyaratan traceability.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-221 dari 298 halaman

4.1. Traceabilitas dari setiap file sumber CSCI pada unit-unit software yang

dilaksanakan.

4.2. Traceabilitas dari setiap unit software pada file-file sumber yang

melaksanakannya.

4.3. Traceabilitas dari setiap pengukuran penggunaan sumber hardware

komputer

4.4. Traceabilitas dari setiap persyaratan mengenai penggunaan sumber

hardware komputer pada pengukuran penggunaan

3.7.2.2 Kerangka Utama (Mainframe) Aplikasi Perangkat Lunak

3.7.2.2.1 Konsep Dasar

3.7.2.2.2 Arsitektur Siklus Perangkat Lunak

Kerangka utama aplikasi perangkat lunak ini merupakan arsitektur dari siklus

perangkat lunak pada level paling atas. Siklus dimulai dengan sebuah

gagasan atau kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh perangkat lunak. Arsitektur

dibangun dengan sekumpulan proses dan hubungan diantara proses-proses

tersebut. Turunan dari proses didasarkan pada dua prinsip dasar, yaitu :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-222 dari 298 halaman

1. Modularitas. Proses-proses adalah modular, yaitu masing-masing

proses secara maksimal bersifat kohesif dan secara individual proses

tersebut di peruntukan bagi fungsi yang unik.

2. Tanggung Jawab. Suatu proses dipertimbangkan menjadi tanggung

jawab dari suatu bagian siklus perangkat lunak. Dengan kata lain

masing-maing bagian memiliki tanggung jawab yang berbeda.

Tanggung Jawab merupakan salah satu kunci prinsipil dari manajemen

kualitas keseluruhan.

3.7.2.2.3 Siklus Proses-Proses

Proses-proses dikelompokan ke dalam 3 kelas umum, yaitu :

1. Primer. Adalah penggerak utama dalam siklus; diantaranya akuisisi,

suplai, pengembangan, operasi dan perawatan.

2. Pendukung. Adalah dokumentasi, manajemen konfigurasi, jaminan

kualitas, pembahasan ulang, audit, verifikasi, validasi dan resolusi

masalah. Proses-proses pendukung mendukung proses lain dalam

melakukan fungsi khusus.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-223 dari 298 halaman

3. Organisasi. Adalah manajemen, infrastruktur, kemajuan dan pelatihan.

Suatu organisasi dapat menempatkan suatu proses organisasi dalam

membangun, kontrol dan memajukan siklus proses.

Siklus

Primer

Pendukung

Organisasi

Akuisisi

Suplai

Pengembangan

Operasi

Perawatan

Dokumentasi

Manajemen Konfigurasi

Jaminan Kualitas

Verifikasi

Validasi

Pembahasan Ulang

Audit

Resolusi Masalah

Manajemen

Infrastruktur

Kemajuan

Pelatihan

Gambar Siklus Proses-Proses

3.7.2.2.4 Proses-Proses Primer

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-224 dari 298 halaman

Standar Internasional menguraikan proses-proses primer yang terjadi selama

satu periode atau lebih pada siklus proyek perangkat lunak yang diperluas

secara konseptual yang telah tidak digunakan lagi. Proses-proses primer

menyediakan kunci-kunci bagian yang terlibat dalam akuisisi, pengembangan,

suplai, operasi dan perawatan software. Masing–masing proses utama

didefinisikan dan diuraikan dalam istilah-istilah pemilih kegiatan dan

pekerjaan. Masing–masing proses utama dimulai dengan sebuah

pendahuluan (tidak terlalu dibutuhkan), dilanjutkan dengan kegiatan tingkat-

corporate (tidak terlalu dibutuhkan), dan dilanjutkan dengan serangkaian

kegiatan dan asosiasi pekerjaan untuk menyediakan produk dan layanan

perangkat lunak.

3.7.2.2.4.1 Proses Akuisisi

Siklus proses ini mendefinisikan kegiatan dan pekerjaan dari pemeroleh, yang

secara implisit memperoleh produk dan layanan perangkat lunak. Organisasi

mempunyai kebutuhan akan produk dan layanan yang mungkin dimiliki.

Pemilik boleh menyewa seluruh atau sebagian dari pemeroleh pekerjaan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-225 dari 298 halaman

kepada agen. Pemeroleh disini mewakili kebutuhan-kebutuhan dan keperluan

dari pengguna.

Proses akuisisi dimulai dengan mendefinisikan kebutuhan untuk memperoleh

sebuah produk atau layanan perangkat lunak. Proses ini kemudian dilanjutkan

dengan mempersiapkan pertanyaan untuk proposal yang diterima, memilih

suplier, dan mengatur proses akuisisi melalui penerimaan dari sistem.

Proses-proses ini terdiri dari kegiatan yang panjang dan pekerjaan-pekerjaan

yang spesifik : Langkah pertama, Permintaan proposal; Persiapan dan

perubahan kontrak; Pemantauan suplier dan Penerimaan dan

penyempurnaan. Tiga kegiatan awal dikerjakan di awal kesepakatan dan dua

kegiatan dikerjakan setelah kesepakatan.

3.7.2.2.4.2 Proses Suplai

Proses suplai terdiri dari kegiatan dan tugas-tugas seorang suplier. Proses-

proses yang mungkin dilakukan diawal, salah satunya adalah keputusan

untuk menyiapkan sebuah proposal untuk menjawab pertanyaan dari

pemeroleh atau menandatangani sebuah kontrak atau sebuah kesepakatan

dengan pemeroleh untuk menyediakan layanan perangkat lunak. Layanan

dapat berupa pengembangan produk perangkat lunak atau sistem yang terdiri

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-226 dari 298 halaman

dari : perangkat lunak, operasi dari sistem pendukung perangkat lunak, atau

perawatan dari produk perangkat lunak. Proses-proses ini berkesinambungan

dengan mengidentifikasi prosedur dan sumber yang dibutuhkan untuk

mengatur dan menjamin layanan, yang melibatkan pengembangan dan

eksekusi dari rencana melalui pengiriman dari layanan kepada pemeroleh.

Proses suplai terdiri dari aktifitas yang panjang dengan tugas-tugas yang

spesifik: Langkah awal ; Persiapan tanggapan; Kontrak; Perencanaan;

Pelaksanaan dan kontrol; Peninjauan ulang dan evaluasi; dan Pengiriman

dan penyempurnaan. Dua kegiatan awal dilaksanakan di awal kesepakatan

dan lima kegiatan terakhir dilaksanakan setelah kesepakatan.

3.7.2.2.4.3 Proses Pengembangan

Siklus proses ini terdiri dari aktifitas dan tugas-tugas dari pengembang

perangkat lunak. Istilah pengembang berarti pengembang software baru atau

pengembang yang memodifikasi software yang telah ada. Proses

pengembangan diperuntukan untuk dipekerjakan sekurang-kurangnya

dengan dua cara: (1) sebagai sebuah metodologi untuk mengembangkan

prototipe atau untuk pembelajaran kebutuhan dan rancangan dari produk atau

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-227 dari 298 halaman

(2) sebagai sebuah proses untuk menghasilkan produk. Proses ini

menyediakan pengembangan software sebagai sebuah entitas yang berdiri

sendiri atau sebagai sebuah keseluruhan bagian yang besar dengan kata lain

keseluruhan sistem.

Proses pengembangan terdiri dari aktifitas yang panjang dengan tugas-tugas

yang spesifik. Proses impelementasi; Analisis kebutuhan sistem; Desain

sistem; Analisis kebutuhan software; Desain arsitektur software; Desain detil

software; Pengkodean dan pengujian software; Integrasi software; Pengujian

kualifikasi software; Integrasi sistem; Pengujian kualifikasi sistem; Instalasi

software; dan Pendukung software. Urutan posisi dari beberapa aktifitas

tersebut tidaklah terlalu penting dimana harus sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan. Beberapa aktifitas memungkinkan diulang kembali atau

dilakukan lebih awal, atau sebuah aktifitas mungkin dilakukan berulang-ulang

kali untuk memperbaiki beberapa proses yang belum optimal sesuai dengan

konsep waterfall.

Semua aktifitas dan pekerjaan pada awalnya jauh dari kesempurnaan tetapi

setelah mengalami beberapa iterasi ditemukan perubahan menuju

kesempurnaan hingga dicapai iterasi terakhir sebagai tanda bahwa usaha dan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-228 dari 298 halaman

hasil telah optimal. Beberapa aktifitas dan pekerjaan yang digunakan untuk

membangun satu atau lebih model-model (seperti, Waterfall, incremental,

evolusi, spiral, atau yang lainnya atau kombinasi diantaranya) sebuah proyek

atau sebuah organisasi. Sebagai contoh organisasi dari sebuah sistem yang

dilukiskan pada gambar di bawah ini. Gambar tersebut menunjukan sistem

yang terorganisasi, pada level pertama, terdapat hardware, software dan

serangkaian beberapa operasi manual. Pada level kedua masing-masing item

ditunjukan dengan komponen-komponennya, yang mana selanjutnya

terorganisasi sesuai kebutuhannya. Organisasi ini memiliki pembagian sistem

yang panjang dengan jalur top-down seperti yang diilustrasikan gambar di

bawah ini. Tetapi, integrasi bottom-up tidak memungkinkan untuk diterapkan

pada organisasi ini.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-229 dari 298 halaman

HW

HW

SISTEM

HW SW SW

SW SW

P

SW OM

Keterangan : HW - Hardware; SW – Software; OM – Operasi Manual; P : Personil

Gambar. Contoh Organisasi Sistem

Standar mengizinkan untuk menentukan baselining, desain dan kode pada

saat sebelum titik penentuan selama pengembangan produk, asalkan tanpa

kendali dari proses-proses pengembangan. Suatu saat baselining melarang di

awal-awal melakukan perubahan-perubahan yang tidak terencana pada

beberapa kebutuhan dan promosi kontrol perubahan yang efektif. Standar

juga menyediakan forum (yaitu pembahasan bersama dan proses audit) untuk

bagian yang penting untuk dilibatkan dalam baselining.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-230 dari 298 halaman

Hal ini seharusnya menjadi catatan bahwa proses pengembangan bisa

mengatur konfigurasi manajemen proses dan tugas-tugas baselining

3.7.2.2.4.4 Proses Operasi

Siklus proses ini terdiri dari aktifitas dan tugas-tugas dari operator sebuah

sistem software. Operasi software diintegrasikan ke dalam operasi dari

keseluruhan sistem. Proses penanganan operasi dari software dan

pendukung operasi kepada user. Proses ini terdiri dari urutan kegiatan yang

panjang dengan tugas yang spesifik : Proses-proses implementasi; Pengujian

operasional. Sistem Operasi; dan Dukungan pengguna.

3.7.2.2.4.5 Proses Perawatan

Proses perawatan terdiri atas aktifitas dan tugas-tugas dari petugas

perawatan. Proses ini dilaksanakan ketika sebuah sistem mengalami proses

modifikasi terhadap kode dan dokumentasi yang terasosiasi dikarenakan

error, kelemahan, kendala, atau perlunya untuk sebuah perbaikan atau

adaptasi. Tujuan memodifikasi sebuah sistem yang telah ada adalah untuk

menjaga integritas. Dimanapun produk software, pasti membutuhkan

modifikasi, proses pengembangan selalu memerlukan proses modifikasi untuk

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-231 dari 298 halaman

pengaruh dan kesempurnaan sistem yang baik. Proses perawatan berakhir

ketika dimana sistem yang sudah tidak layak guna lagi. Proses ini terdiri dari

beberapa aktifitas yang panjang dengan tugas yang spesifik: Proses

implementasi; Analisis masalah dan modifikasi; Modifikasi implementasi;

Perawatan ulang; Migrasi; dan Software yang tidak layak guna.

3.7.2.2.5 Proses-Proses Pendukung

Proses ini terdiri atas delapan proses pendukung. Sebuah proses pendukung

mendukung beberapa proses lain sebagai sebuah bagian yang terintegrasi

dengan sebuah tujuan yang berbeda dan kontribusi terhadap keberhasilan

dan kualitas dari proyek. Sebuah proses pendukung diperlukan oleh proses

akuisisi, suplai, pengembangan, operasi atau perawatan, atau proses

pendukung lainnya. Proses pendukung memulai dengan sebuah

pendahuluan, mungkin mengikuti dengan sebuah kumpulan aksi level-

corporate (tidak diperlukan), dan dilanjutkan dengan serangkaian aktifitas dan

tugas-tugas yang terasosiasi yang mendukung siklus proses.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-232 dari 298 halaman

3.7.2.2.5.1 Proses Dokumentasi

Ini adalah proses untuk merekam informasi yang dihasilkan oleh proses

siklus. Proses ini mendefinisikan aktifitas, seperti perencanaan, desain,

pengembangan, edit, distribusi dan perawatan dimana dokumen ini butuhkan

oleh semua yang terkait seperti manager, perancang dan pengguna sistem.

Empat aktifitas yang panjang dengan tugasnya diantaranya adalah: Proses

implementasi; Desain dan pengembangan; Produksi; dan Perawatan.

3.7.2.2.5.2 Proses Manajemen Konfigurasi

Proses ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi, mendefinisikan, dan sebagai

dasar bagi komponen software dalam sebuah sistem; mengendalikan

modifikasi dan merilis komponen software tersebut; merekam dan melaporkan

status komponen software dan permintaan modifikasi; meyakinkan

ketidaksempurnaan dan kesalahan komponen software; dan mengendalikan

tempat penyimpanan, menangani dan mengirim komponen software. Proses

ini terdiri dari : Proses implementasi; Konfigurasi identifikasi, Konfigurasi

kontrol; Konfigurasi status akuntansi; Konfigurasi evaluasi; dan Rilis

manajemen dan pengiriman.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-233 dari 298 halaman

3.7.2.2.5.3 Proses Jaminan Kualitas

Proses ini menyediakan kerangka kerja yang independen dan objektif yang

menjamin (pemeroleh atau konsumen) dari keluhan produk atau layanan

dengan kebutuhan yang implisit dan sesuai untuk rencana yang dibangun.

Agar tidak saling berprasangka dan berpihak pada salah satu pilihan, jaminan

kualitas software dibangun dengan kebebasan berorganisasi dari orang

secara langsung yang bertanggungjawab untuk mengembangkan produk atau

layanan. Proses ini terdiri dari : Proses implementasi; Produk jaminan; Proses

jaminan; dan Jaminan kualitas sistem

3.7.2.2.5.4 Proses Verifikasi

Proses ini menyediakan evaluasi yang berhubungan dengan verifikasi dari

sebuah produk atau layanan dari salah satu aktifitas. Verifikasi menentukan

apakah kebutuhan untuk sebuah sistem telah sempurna dan benar begitu

juga dengan outputnya dari sebuah aktifitas yang telah memenuhi kebutuhan

atau kondisi yang belum terpenuhi saat aktifitas terdahulu. Proses

penanganan verifikasi terdiri atas proses-proses, kebutuhan, desain, kode,

integrasi, dan dokumentasi. Verifikasi tidak sama dengan evaluasi yang

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-234 dari 298 halaman

ditandai menjadi sebuah proses; hal ini sangat berbeda, lebih tepatnya adalah

verifikasi menjadi pelengkap evaluasi.

3.7.2.2.5.5 Proses Validasi

Validasi menentukan apa yang akan menjadi hasil akhir dari sistem yang

dibangun yang memenuhi peruntukan spesifikasi yang digunakan. Sejumlah

validasi bergantung kepada proyek yang tengah kritis. Validasi bukan berarti

merubah evaluasi-evaluasi yang lain, tetapi sebagai pendukung evaluasi.

Verifikasi atau validasi dapat dikonduksi oleh pemeroleh, suplier, atau bagian

yang independen. Ketika kegiatan tersebut dilaksanakan oleh sebuah

organisasi yang independen dari suplier atau pengembang, mereka

menyebutnya proses verifikasi dan validasi yang independen.

3.7.2.2.5.6 Proses Pembahasan Ulang

Proses ini menyediakan kerangka kerja atau media untuk interaksi antara

pembicara dan peserta diskusi. Mereka diperkenankan sebaik mungkin

masing-masing menjadi posisi pemeroleh dan supplier. Pada proses

pembahasan ulang, peserta diskusi menghadirkan status dan produk dari

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-235 dari 298 halaman

siklus proses dari proyek kepada pembicara untuk dikomentari (atau

dibuktikan). Diskusi ini berlaku pada tingkat manajemen dan teknis

3.7.2.2.5.7 Proses Audit

Proses ini menyediakan kerangka kerja atau media untuk formal, dimana

adanya keccenderungan ketidaksesuaian dengan kondisi sebenarnya maka

didirikanlah audit untuk produk dan layanan suplier. Seorang audit,

memeriksa dan mengaudit produk dan kegiatan dengan mengutamakan

keluhan dari kebutuhan dan perencanaan. Seorang audit boleh dikonduksi

oleh pemeroleh dan suplier.

3.7.2.2.5.8 Proses Resolusi Masalah

Proses ini menyediakan mekanisme untuk membangun sebuah proses

pengulangan secara tertutup untuk penyelesaian masalah dan pengambilan

tindakan untuk membenarkan masalah dari apa yang mereka deteksi.

Sebagai tambahan, proses ini membutuhkan identifikasi dan analisis dari

penyebab dan pembalikan masalah-masalah yang dilaporkan. Istilah masalah

disini menyangkut juga mengenai ketidaksesuaian.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-236 dari 298 halaman

3.7.2.2.6 3 Proses-Proses Organisasi

Proses ini terdiri dari empat proses organisasi. Sebuah organisasi

melaksanakan proses organisasi untuk menampilkan fungsi dari organisasi,

tingkat corporate, diluar karakter organisasi atau diluar proyek. Proses-proses

organisasi boleh mendukung beberapa proses yang lain sebaik mungkin.

Proses ini membantu dalam pembangunan, pengendalian, dan improvisasi

proses-proses yang lainnya.

3.7.2.2.6.1 Proses Manajemen

Proses ini mendefinisikan aktifitas generik dan tugas dari manager proses

siklus software, seperti proses akuisisi, proses suplai, proses operasi, proses

perawatan, atau proses pendukung. Aktifitas tersebut diantaranya menangani

: Inisiasi dan definisi ruang lingkup; Perencanaan; Eksekusi dan kontrol;

Peninjauan ulang dan evaluasi; dan Penutup. Proses primer, pada umumnya,

mempunyai kesamaan kegiatan manajemen, tetapi cukup berbeda pada level

detil karena memiliki target yang hasil akhirnya berbeda tujuan, dan metode

operasi. Meskipun begitu, tetap masing-masing primer adalah sebuah

instansiasi (sebuah implementasi yang spesifik) dari proses manajemen.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-237 dari 298 halaman

3.7.2.2.6.2 Proses Infrastruktur

Proses ini mendefinisikan kegiatan yang membutuhkan untuk pembangunan

dan perawatan sebuah infrastruktur yang mendukung siklus proses. Proses

ini mempunyai beberapa kegiatan: proses implementasi; Pembangunan

infrastruktur; dan Perawatan dari infrastruktur. Infrastruktur ini melibatkan

hardware, software, standar, tool, teknik dan fasilitas.

3.7.2.2.6.3 Proses Kemajuan

Proses ini menyediakan dasar, aktifitas tingkat atas suatu organisasi (seperti,

proses akuisisi, suplai, pengembangan, operasi, perawatan, pendukung)

membutuhkan ketetapan, ukuran, kontrol, dan improvisasi mengenai siklus

proses. Kegiatan penanganan terdiri dari: Proses pembangunan, Proses

Penetapan, dan Proses improvisasi. Organisasi melaksanakan beberapa

kegiatan dalam tingkat organisasi. Pengalaman-pengalaman yang dicapai

dari penerapan siklus proses pada proyek digunakan untuk mengimprovisasi

proses-proses selanjutnya. Tujuan mengimprovisasi proses organisasi,

secara luas adalah untuk meraih keuntungan organisasi secara keseluruhan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-238 dari 298 halaman

untuk saat ini dan juga di masa yang akan datang dalam upaya

pengembangan teknologi perangkat lunak.

3.7.2.2.6.4 Proses Pelatihan

Proses ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan membuat suatu kegiatan

pelatihan yang terjadual dengan baik yang diperuntukan bagi pemeroleh atau

pengembang dan personil sebagai sumber daya manusia yang berada pada

posisi tingkat manajemen dan teknis. Proses ini membutuhkan sebuah

rencana pelatihan yang telah susun dengan baik dan pelatihan materi yang

disediakan untuk personil dalam rentang waktu tertentu.

3.7.3 Pengembangan Sistem e-Learning

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat,

kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan)

berbasis TI menjadi salah satu prioritas pengembangan perangkat lunak

Provinsi Provinsi Riau.

Beberapa faktor yang mendukung akan pengembangan Sistem e-Learning

diantaranya adalah :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-239 dari 298 halaman

1. Kondisi peserta didik yang tersebar di seluruh pelosok Provinsi Riau

dan seluruh Indonesia.

2. Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat yang

mempengaruhi perkembangan penggunaan media untuk berbagai

kepentingan pelayanan terhadap peserta didik di seluruh wilayah

Indonesia.

Proses penggunaan Sistem e-Learning akan mencapai sasaran jika

memenuhi ketiga aspek-aspek yang terkait di bawah ini, yaitu :

1. Karakteristik fisik media,

a. Ketersediaan infrastruktur komunikasi elektronik.

b. Aksesibilitas terhadap jaringan komunikasi elektronik.

c. Kemampuan media untuk melakukan interaksi yang efektif.

2. Tujuan belajar,

3. Kemampuan peserta didik

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-240 dari 298 halaman

Pengembangan E-Learning untuk Tutorial

Pengembangan e-learning untuk keperluan tutorial di instansi pemerintahan

dilakukan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat.

Terkadang suatu proses belum selesai dilakukan seluruhnya, muncul bentuk

teknologi baru sehingga proses pengembangan yang sudah dirancang harus

dimodifikasi sesuai dengan perkembangan teknologi.

Tahapan pengembangan e-learning di pemerintahan dibedakan menjadi

tahap pengembangan tingkat Pemerintahan Kota (Pemkot) Riau dan tahap

pengembangan tingkat Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Riau.

1. Tahapan Pengembangan Pemerintahan Kota Riau

Tutorial elektronik (tutel) di pemerintahan merupakan bentuk tutorial yang

menggunakan komputer sebagai media interaksi antara pengajar dan peserta

didik. Tutel merupakan istilah yang digunakan dan merupakan penerapan e-

learning untuk kepentingan tutorial. Tahap pengembangan ini merupakan

tahap pengembangan pada tingkat Pemkot Riau. Tahap pengembangan pada

tingkat Pemkot Riau dilakukan untuk mengintegrasikan pengembangan

sistem e-learning dengan sistem yang telah ada sebelumnya. Tahap ini

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-241 dari 298 halaman

dibedakan dengan tahap pengembangan pada tingkat Pemkab Riau yang

lebih merupakan tahap ke arah implementasi dari pengembangan e-learning

tingkat Pemkot Riau atau penerapan dari e-learning.

Tahap pengembangan tingkat Pemkot terdiri dari:

1. Tahap pengembangan infrastruktur maupun sistem.

2. Tahap pengembangan infrastruktur dilakukan secara bertahap yaitu

pengembangan infrastruktur di Pemerintahan Pusat.

3. Tahap pemilihan program aplikasi.

Pada tahap ini, pengembangan mengalami beberapa kali perubahan.

Hal tersebut terjadi karena perkembangan teknologi yang pesat.

Pengalaman ini menunjukkan bagaimana perubahan teknologi yang

begitu pesat mempengaruhi perubahan pemilihan aplikasi Internet

yang akan diterapkan di pemerintahan.

4. Tahap pengembangan kemampuan tenaga pengajar.

Pada tahap ini diadakan sosialisasi pengenalan konsep serta sistem

tutorial elektronik terlebih dulu, kemudian diadakan pelatihan-pelatihan

yang sifatnya tidak hanya untuk memberi kemampuan teknis staf tapi

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-242 dari 298 halaman

juga untuk mengubah persepsi staf akademik terhadap peran mereka

sebagai dosen atau tutor dalam e-learning.

Pelatihan teknis terhadap dosen atau staf akademik dilakukan secara

bertahap, sehingga semua staf mendapat pelatihan baik penggunaan

komputer maupun cara melakukan interaksi dengan peserta didik

melalui e-mail.

Tahap pengembangan yang mungkin paling sulit dilakukan dan hasilnya sulit

diidentifikasi adalah tahap mengubah persepsi staf akademik terhadap

perubahan peran mereka sebagai tutor yang sebelumnya memberikan tutorial

melalui tatap muka menjadi tutorial melalui medium elektronik. Perubahan

peran tersebut bukanlah hal yang mudah diadopsi. Sebagai contoh, sejak

disosialisasikan kepada

staf akademik yang berfungsi pula sebagai tutor, penerapan tutorial elektronik

masih tetap dikelola di tingkat Pemkot. Seharusnya tutor aktif dalam proses

tutorial elektronik ini. Pada kenyataannya kondisi tersebut belum dapat

berjalan.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-243 dari 298 halaman

2. Tahapan Pengembangan Pemerintahan Kabupaten Riau

Tahap pengembangan di tingkat Pemkab Riau lebih bersifat implementasi

dari pengembangan yang telah dilakukan di tingkat Pemkot Riau. Karena

bersifat implementatif, maka pengembangannya dilakukan dalam bentuk

action research yaitu melakukan pengembangan sekaligus penerapan dan

evaluasi untuk pengembangan penerapan selanjutnya.

Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan langkah-langkah pengembangan

sebagai berikut :

1) Pemilihan materi

Materi yang akan ditutorkan dipilih dengan kriteria sebagai berikut:

a. Dianggap sulit oleh peserta didik.

Hal ini ditunjukkan berdasarkan banyaknya permintaan tutorial oleh

peserta didik (menunjukkan minat peserta didik).

b. Menuntut keterampilan baru.

Keterampilan tersebut berupa keterampilan peserta didik untuk

mengungkapkan ide atau pemikiran ke dalam bentuk tertulis atau

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-244 dari 298 halaman

uraian. Mayoritas evaluasi hasil belajar di menggunakan bentuk

“multiple choice” (tes objektif).

c. Belum dikembangkan di tingkat Pemkot Riau.

d. Antisipasi jumlah peserta dengan kemampuan tutuor.

Uji coba tutel di tingkat Pemkab ini merupakan keterampilan baru

peserta didik maupun bagi tutor. Oleh karena itu, diperlukan

pertimbangan agar tidak mengganggu kegiatan tutor lainnya.

2) Penentuan pendekatan tutorial.

Pada pengembangan tutel di tingkat Pemkot, pemilihan mata kuliah dilakukan

dengan pendekatan pengayaan wawasan keilmuan. Pada pengembangan

tutel di tingkat Pemkab, pemilihan materi dilakukan tidak hanya dengan

pendekatan tersebut, namun juga dengan pendekatan pengayaan

keterampilan belajar baru (mengungkapkan ide/pemikiran secara tertulis).

3) Sosialisasi program tutorial.

Sosialisasi dilakukan dengan pengiriman brosur kepada peserta didik yang

telah memenuhi persyaratan mengikuti program e-Learning. Pada tahap

pengembangan ini, brosur dikembangkan dengan memberikan berbagai

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-245 dari 298 halaman

informasi dan pilihan media yang diperlukan peserta didik (surat cetak, fax-

internet, dan e-mail).

4) Rekrutmen tutor.

Tutor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: menguasai materi dan

pernah mengikuti pelatihan tutel. Pengembangan yang dilakukan di tingkat

Pemkab ini tidak langsung berjalan dengan lancar, karena berbagai kendala.

Pembahasan mengenai kendala-kendala pengembangan e-learning, akan

dibahas kemudian.

Berikut ini akan dibahas langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengembangan di tingkat Pemkab, yaitu:

a. Pengembangan materi untuk tutorial. Materi yang dikembangkan pada

tutel adalah materi yang dikembangkan pula untuk kepentingan tutorial

tatap muka. Materi dimodifikasi karena tutorial elektronik berbeda dengan

tatap muka. Berbagai kesalahan penulisan materi dapat diatasi oleh tutor

pada tutorial tatap muka, namun kesalahan tersebut tidak dapat diperbaiki

pada tutorial elektronik. Oleh karena itu, materi perlu disesuaikan dengan

format untuk kepentingan tutorial elektronik ini. Pengembangan materi ini

terdiri dari dua tahap yaitu pengembangan materi oleh ahli materi dan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-246 dari 298 halaman

pengembangan teknis untuk memasukkan materi ke dalam format tutorial

elektronik.

b. Pengembangan strategi tutorial. Pengembangan strategi pembelajaran

tutorial ternyata berbeda dengan tutorial tatap muka. Tutor pada tutorial

elektronik perlu lebih aktif mendesain proses tutorial agar peserta didik

aktif dalam tutorial. Baik tutor maupun peserta didik masih dalam proses

pencarian bentuk proses tutorial elektronik, sehingga proses tutorial

elektronik ini memerlukan pengamatan terus untuk memperoleh bentuk

yang sesuai untuk tutor dan peserta didik.

c. Pengembangan teknis administrasi tutorial. Teknis adiministrasi tutorial

elektronik merupakan aspek organisasi yang perlu dikembangkan karena

menimbulkan perubahan dalam pengelolaan organisasi.

d. Penerapan tutorial.

e. Evaluasi, dan

f. Perbaikan strategi tutorial.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-247 dari 298 halaman

Pelaksanaan Tutorial Elektronik

Materi yang ditawarkan kepada peserta didik untuk kepentingan tutorial

elektronik adalah materi yang dikembangkan bersama dan dikoordinir di

tingkat Pemkot.

Pada tingkat Pemkot, fungsi tutor cenderung reaktif dalam arti baru akan

merespon jika peserta didik mengirim e-mail kepada tutor untuk materi yang

ditawarkan. Dengan cara tersebut, tutorial kurang berjalan. Dengan

mempertimbangkan bahwa pengembangan infrastruktur telah dilakukan di

tingkat Pemkot, maka pengembangan di tingkat Pemkab dilakukan lebih

kearah pengembangan strategi pembelajaran dan tutorial. Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu dan kondisi peserta didik yang nampaknya belum

terbiasa dan siap dengan e-learning, maka pengembangan dilakukan dengan

membuat tutorial penghubung antara tutorial tatap muka dan tutorial

elektronik yaitu tutorial tertulis melalui surat cetak. Pada tahap awal

pelaksanaan tutel, berbagai kendala muncul. Namun dengan adanya tutorial

penghubung, yaitu tutorial tertulis cetak maka kendala-kendala tersebut dapat

diminimalkan.

Kendala-kendala tersebut antara lain adalah:

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-248 dari 298 halaman

1. Prediksi jadwal tutorial yang masih kurang tepat, sehingga proses tutorial

belum berjalan dengan lancar.

2. Ketidaksiapan staf administratif untuk mendata peserta tutorial.

3. Ketidaksiapan tutor merespon aktivitas tutorial bermedia ini. Penerapan e-

learning dalam proses pembelajaran di pemerintahan masih dalam taraf

pengembangan. Pengembangan perlu terus dilakukan karena penerapan e-

learning merupakan suatu bentuk education change dalam dunia pendidikan

yang mendukung pemerintahan baik di Indonesia maupun di dunia.

Konsekuensi suatu perubahan adalah munculnya berbagai kendala yang

terjadi terutama karena ketidakbiasaan dan ketidaksiapan berbagai pihak

dalam menghadapi perubahan tersebut. Kendala-kendala yang muncul pada

suatu perubahan harus dilihat sebagai bagian dari perubahan itu sendiri yang

hendaknya disikapi dengan optimisme. Penerapan e-learning dalam proses

pembelajaran membutuhkan waktu dan usaha yang berkesinambungan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam penerapan e-learning sebagai suatu

perubahan dalam proses pembelajaran hendaknya juga menyiapkan diri

untuk menghadapi perubahan yang begitu pesat dalam teknologi informasi.

Pengalaman pemerintah dalam menerapkan e-learning untuk kepentingan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-249 dari 298 halaman

tutorial menunjukkan bagaimana proses perubahan berlangsung secara

bertahap namun berkesinambungan, dari tingkat Pemkot ke tingkat Pemkab.

Berbagai cara perlu dicari dan uji coba berbagai penelitian untuk mencari cara

yang paling dapat diterima berbagai pihak, dalam hal ini peserta didik, tutor,

dan staf administrasi sebagai pengelola tutorial. Peran budaya yang

mempengaruhi peserta didik dalam penggunaan teknologi mungkin perlu

menjadi pertimbangan utama dalam penelitian pengembangan e-learning di

Indonesia. Dengan mempertimbangkan kondisi dan budaya, maka diharapkan

penerapan e-learning di Indonesia dapat dilakukan dengan maksimal.

3.7.3.1 Pengembangan Kerjasama dengan Pustekkom Departemen

Pendidikan Nasional

Pustekkom sebagai lembaga yang berperan serta secara aktif untuk

memecahkan masalah-masalah pendidikan nasional dan pengembangan

sumber daya manusia melalui pendayagunaan teknologi komunikasi dan

informasi. Visinya menjadi suatu lembaga unggulan (center of excellence) di

bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui

pengembangan teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-250 dari 298 halaman

Seiring dengan pengembangan perangkat lunak yang mendukung Sistem

Pemerintahan Provinsi Riau yang disertai dengan adanya pengembangan

kerjasama di antara Pemerintah Provinsi Riau dan Pustekkom merupakan

salah satu strategi yang tepat dalam mewujudkan usaha pencapaian

Teknologi Informasi Nasional pada sektor pemerintahan dan pendidikan

khususnya, serta sektor lainnya yang terkait.

Beberapa keuntungan dari bentuk kerjasama yang dijalin bersama Pustekkom

diantaranya adalah :

1. Mendapat alternatif pemecahan masalah pendidikan melalui

penerapan teknologi pendidikan dengan mendayagunakan teknologi

komunikasi dan informasi dan menghasilkan berbagai model dan paket

media pembelajaran untuk menunjang sistem pendidikan Provinsi Riau

khususnya.

2. Mendapat pembinaan kegiatan pendayagunaan teknologi informasi

dan komunikasi untuk pendidikan jarak jauh/terbuka dalam rangka

peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di semua jalur, jenis,

dan jenjang pendidikan sesuai dengan prinsip teknologi pendidikan

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Menteri Pendidikan Nasional.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-251 dari 298 halaman

3. Menyediakan tenaga-tenaga ahli dan terampil dalam mengembangkan

dan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi.

4. Memberikan pelatihan dan layanan konsultasi lain dalam bidang

pengembangan sistem pembelajaran, pengembangan bahan belajar

mandiri, penulisan naskah dan produksi program audio, penulisan

naskah dan produksi program video, penulisan naskah dan produksi

program multimedia interaktif, pengembangan situs dan jaringan dalam

rangka peningkatan kemampuan SDM.

3.7.3.2 Pengembangan Digital Library Riau

Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua

bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi

pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi

informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan

teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang

selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari

perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau

cyber library. Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari

penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-252 dari 298 halaman

lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia

maupun jumlah penggunanya. Kebutuhan akan TI sangat berhubungan

dengan peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan

penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang

seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan

informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara

mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan menyediakannya untuk

umum.

Penerapan teknologi informasi di Perpustakaan dapat difungsikan dalam

berbagai bentuk, antara lain:

1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi

Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat

diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah

pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka,

pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering

diistilahkan sebagai bentuk Automasi Library.

2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan,

mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-253 dari 298 halaman

dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini

sering dikenal dengan Digital Library.

Kedua fungsi Penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun

terintegrasi dalam suatu sistem informasi tergantung dari kemampuan

software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan

teknologi informasi yang mendukung keduanya.

Digital Library adalah sistem informasi dan pelayanan yang menyediakan

dokumen elektronik, berkas teks, suara digital, gambar digital, yang

tersedia dalam repositori dinamis atau arsip.

Empat karakteristik Digital Library yaitu:

(1) Manajemen sumberdaya dengan komputer;

(2) Kemampuan menghubungkan penyedia informasi dengan pencari

informasi melalui saluran elektronik;

(3) Kemampuan staf untuk melakukan intervensi dalam transaksi

elektronik ketika dibutuhkan oleh pencari informasi; dan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-254 dari 298 halaman

(4) Kemampuan untuk menyimpan, mengorganisasikan, dan

mentransmisikan informasi kepada pencari informasi melalui saluran

elektronik.

Digital Library memiliki potensi untuk hasil yang bersifat positif dan

negatif. TI menimbulkan harapan besar untuk memperbaiki akses kepada

mereka yang tidak mampu secara fisik, melalui aplikasi khusus dan

akses dari rumah.

Motivasi penggerak dan adanya stimulan yang mendukung pengembangan

Digital Library adalah :

1. Kemudahan mendapatkan produk TI

2. Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI

3. Kemampuan dari teknologi informasi

4. Tuntutan layanan masyarakat serba “klick”

5. Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam

perpustakaan

6. Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna

perpustakaan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-255 dari 298 halaman

7. Meningkatkan citra perpustakaan

8. Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

Berdasarkan definisi, karakteristik dan potensi Digital Library maka

pengembangan Digital Library diantaranya harus memperhatikan beberapa

kriteria di bawah ini:

(1) Harus ada jaminan terhadap kualitas muatan Digital Library;

(2) Digital Library harus mengelola akses dan kepemilikan;

(3) Digital Library harus dirancang untuk pengguna;

(4) Digital Library harus dapat dikelola secara finansial, yang berarti

biaya harus bisa diprediksi, dikontrol, berkelanjutan, dan dapat

diterima;

(5) Digital Library harus menyediakan fasilitas yang canggih untuk

navigasi baik secara lokal maupun global, menyediakan

penelusuran yang efektif, dan menghindari duplikasi;

(6) Digital Library harus memberikan jaminan terhadap pemegang hak

cipta dan melindunginya dari pelanggaran baik oleh staf maupun

pengguna;

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-256 dari 298 halaman

(7) Digital Library harus menyediakan fasilitas untuk pelacakan,

pengawasan, dan pembayaran penggunaan walaupun pembayaran

tidak dilakukan pada saat penggunaan; dan

(8) Digital Library harus menyediakan fasilitas intervensi oleh manusia

untuk tujuan memberikan bantuan dan manajemen.

Penerapan dan Pengembangan Digital Library di Provinsi Riau akan

mencapai sasaran jika memperhatikan Unsur-unsur Digital Library berikut ini :

1. Pengguna (Pengguna)

2. Perangkat Keras (Hardware)

3. Perangkat Lunak (Software)

4. Jaringan (Network)

5. Data

6. Manual

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-257 dari 298 halaman

Tahapan Membangun Sistem Digital Library

Tahap Hasil

Persiapan Definisi masalah

Maksud dan tujuan

Kerangka kerja

Perkiraan waktu dan biaya

Survei Analisa kondisi sumber daya

Analisa kebutuhan

Analisa sistem berjalan

Disain Menyusun logika kerja sistem

Disain data, table, database, relasi.

Disain input, proses dan output

SPes. peralatan yang diperlukan

UJI COBA

PERSIAPAN

SURVEI

DISAIN

PEMBANGUNAN

TRAINING

OPERASIONAL

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-258 dari 298 halaman

Pembangunan Pembuatan program aplikasi.

Instalasi software, jaringan klien

server

Dokumentasi

Uji coba Tes sistem keseluruhan

Evaluasi, Perbaikan

Training Training : staf,operator, teknisi,

administrator

Sosialisasi

Operasional Sistem siap digunakan.

Bantuan teknis

Pengembangan lebih lanjut

Untuk memastikan adanya keberhasilan dalam Digital Library maka

dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkelanjutan diantara pengguna

sehingga tercipta kepuasan diantara pengguna, suatu penilain mendalam

mengenai kebutuhan-kebutuhan pengguna harus dilakukan sebelum rencana

detail untuk automasi dilakukan. Perlu tersedianya staf (pustakawan,

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-259 dari 298 halaman

operator, teknisi/administrator) yang terlatih. Seluruh anggota staf harus

mengerti tentang sistem Digital Library.

3.7.3.3 Pengembangan Aplikasi e-Learning

Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet,

memungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang

pendidikan atau latihan. Di masa mendatang penerapan teknologi internet di

bidang pendidikan akan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan

memeratakan mutu pendidikan, terutama di Indonesia yang wilayahnya

tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan. Sehingga diperlukan

solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang

berkaitan dengan mutu pendidikan sekarang. Dengan adanya aplikasi

pendidikan jarak jauh yang berbasiskan internet, maka ketergantungan akan

jarak dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan dan latihan

akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan dapat disediakan

secara online sehingga dapat diakses setiap saat.

Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh Badan Pengolahan

Data Elektronik Pemerintah Provinsi Riau dalam membangun dan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-260 dari 298 halaman

mengembangkan sistem pendukung e-Learning menggunakan teknologi

internet atau web, yaitu :

1. Teknologi Aplikasi Internet

Secara umum aplikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai

berikut:

a. Synchronous System

Aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai

bisa berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting,

Video Conference, dsb.

b. Asynchronous System

Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh

pemakai bisa mengakses ke sistem dan melakukan komunikasi

antar mereka disesuaikan dengan waktunya masing-masing,

contohnya: BBS, e-mail, dsb.

Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai pendidikan tinggi

atau institusi di Indonesia baik intranet maupun internet, sebenarnya

sudah sangat mungkin untuk diterapkannya sistem pendukung e-

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-261 dari 298 halaman

Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem synchronous

atau asynchronous, namun pada dasarnya kedua sistem diatas

biasanya digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang efektif

karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

2. Karakteristik Aplikasi e-Learning

a. Peserta didik belajar secara terpisah dari pengajar.

b. Isi pelajaran (learning contents) disampaikan kepada peserta didik

melalui berbagai jenis media. Media ini berfungsi untuk

menggantikan sebagian tugas pengajar, yaitu tugas menyampaikan

informasi dan penjelasan.

c. Ada lembaga tertentu yang merancang, mengembangkan,

mengimplementasikan sistem tersebut serta mengevaluasi

hasilnya.

d. Biasanya ada unit pelayanan bantuan terhadap peserta didik.

e. Dimungkinkan adanya hubungan dua arah antara peserta didik

dengan pengajar atau tutor.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-262 dari 298 halaman

3. Sistem Pendukung Pendidikan

Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak

hanya terjadi di dalam ruangan kelas saja dimana secara terpusat

pengajar memberikan pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan

peralatan komputer dan jaringan, para peserta didik dapat secara aktif

dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Mereka bisa terus

berkomunikasi sesamanya kapan dan dimana saja dengan cara akses

ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja

akan menambah pengetahuan seluruh peserta didik, akan tetapi juga

akan turut membantu meringankan beban pengajar dalam proses

belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa fungsi pengajar

dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan

istilah agent.

Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa

disimpan datanya di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan

untuk mengulang kembali proses belajar-mengajar yang lalu sebagai

rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang lebih

baik lagi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-263 dari 298 halaman

4. Collaboration

Faktor kolaborasi menjadi penting dalam rangka menciptakan sistem

pendidikan yang lebih efektif, karena dalam sistem pendidikan jarak

jauh faktor komunikasi antar peserta akan menjadi penentu dalam

menentukan perolehan pengetahuan yang dicapai oleh setiap peserta

didik.

Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam

rangka mencapai tujuan bersama. Collaboration tidak hanya sekedar

menempatkan para peserta ke dalam kelompok-kelompok studi, tetapi

diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya bisa

bekerjasama dalam studi.

Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan

istilah CSCL (Computer Supported Collaborative Learning), dimana

pada prinsipnya CSCL berusaha untuk mengoptimalkan pengetahuan

yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam

pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta

cenderung lebih mudah dibandingkan dengan kolaborasi antara

peserta dengan pengajar.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-264 dari 298 halaman

Gambar dibawah ini menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda

CSCL, yang terdiri dari pemakai dan tool yang digunakan. Pemakai

terdiri dari peserta didik dan pengajar yang membimbing, dimana

peserta didik itu sendiri terbagi menjadi peserta didik dan peserta didik

lain yang bertindak sebagai collaborator selama proses belajar. Para

peserta saling berkolaborasi dengan tool yang tersedia melalui jaringan

intranet atau internet, dimana pengajar mengarahkan jalannya

kolaborasi supaya mencapai tujuan yang diharapkan.

Gambar Collaboration

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-265 dari 298 halaman

Dalam pelaksanaan sistem e-Learning, kolaborasi antar peserta didik

akan menjadi faktor yang esensial, terutama pada sistem

asynchronous dimana para peserta didik tidak secara langsung bisa

mengetahui kondisi peserta didik lain, sehingga seandainya terjadi

masalah dalam memahami makalah yang disediakan, akan terjadi

kecenderungan untuk gagal mengikutinya dikarenakan kurangnya

komunikasi antar peserta didik, sehingga timbul kecenderungan

terperangkap pada kondisi standstill, sehingga menyebabkan hasil

yang tidak diharapkan.

Ada 5 hal essensial yang harus diperhatikan dalam menjalankan

kolaborasi lewat internet, yaitu sebagai berikut:

(a) clear, positive interdependece among students

(b) regular group self-evaluation

(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and

success

(d) individual accountability and personal responsibility

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-266 dari 298 halaman

(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group social

skills

Dalam proses kolaborasi antar peserta didik, pengajar bisa saja terlibat

didalamnya secara tidak langsung, dalam rangka membantu proses

kolaborasi dengan cara memberikan arahan berupa message untuk

memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi

menjadi lebih lancar.

5. Konfigurasi Sistem

Gambar di bawah ini menunjukkan struktur global dari sistem

pendukung untuk e-Learning. Pemakai sistem dalam hal ini peserta

didik dan pengajar dapat mengakses ke sistem dengan menggunakan

piranti lunak browser.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-267 dari 298 halaman

Gambar Struktur Sistem

Seperti pada gambar di atas, Implementasi client/server untuk sistem

penunjang pendidikan berbasis kolaborasi di internet, pada dasarnya harus

memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

Collaboration, untuk melakukan kerjasama antar peserta didik dalam

pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini

bisa diwujudkan dalam bentuk diskusi atau tanya-jawab dengan

memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai misalnya: e-mail, BBS,

chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang akan dibuat.

Database, untuk menyimpan materi pelajaran dan record-record yang

berkaitan dengan proses belajar-mengajar khususnya proses kolaborasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-268 dari 298 halaman

Web Server, merupakan bagian mengatur akses ke sistem dan mengatur

tampilan yang diperlukan dalam proses pendidikan. Termasuk pula

pengaturan keamanan sistem.

Pengembang aplikasi seperti ini bisa dilakukan dengan menggunakan

software sebagai berikut:

Platform OS : Linux

Web Server : Apache+Tomcat

Programming : Java

Script : Java Server Page

Database : MySQL / Postgress

Frame Work : Struts

Development Tool : Eclipse

Keuntungan menggunakan software diatas yaitu seluruhnya merupakan Open

Source yang bisa didownload secara gratis dari web site masing-masing,

sehingga dalam implementasinya bisa ditekan biaya serendah mungkin,

tanpa mengurangi realibilitas sistem itu sendiri. Keuntungan lainnya yaitu

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-269 dari 298 halaman

untuk akses ke sistem seperti ini tidak tergantung pada suatu platform

operating system.

Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai software Open Source seperti

ini, diharapkan akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya,

performance tinggi, multiplatform, dan biaya rendah.

Melalui e-learning, berharap dapat meningkatkan efisiensi, terutama jika

dikaitkan dengan waktu dan biaya. E-learning dapat membantu

pendistribusian materi yang diajarkan secara elektronis. Administrasi

pengelolaan lembaga pendidikan pun dapat menggunakan aplikasi elektronis

yang memungkinkan orang belajar tanpa harus pergi ke tempat belajar, dan

dapat menyelesaikan persoalan pembayaran melalui transaksi elektronik.

E-learning sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas aparatur

pemerintah Provinsi Riau khususnya. Sejalan dengan pengembangan dan

penerapan E-Government, aparatur pemerintah Provinsi Riau sangat

membutuhkan SDM yang berkualitas sehingga e-Learning sangat diperlukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi aparatur

pemerintah Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-270 dari 298 halaman

3.7.4 Pengembangan Pusat Informasi Digital Riau

Pengembangan pusat informasi digital Riau adalah upaya untuk meng-online-

kan informasi dengan format digital dengan tujuan mendapat kemudahan

dalam mengakses informasi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Alur penyampaian informasi digital terdiri dari dua tahap yaitu :

a. mengubah format-nya dari buku ke dalam bentuk digital

b. mengirimkannya dalam bentuk “bit”, deretan kode “0” dan “1”, lewat

koneksi internet kepada berbagai pihak

Keuntungan informasi disajikan dalam bentuk digital antara lain sebagai

berikut :

a. Kompresi data

Data yang telah dikompresi akan berukuran jauh lebih kecil daripada

aslinya.

b. Portabilitas

Kemudahan penyimpanan data ke dalam media yang memiliki

kapasitas data lebih besar dan bentuk media yang relatif kecil.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-271 dari 298 halaman

c. Mudah untuk di-edit, diolah dan ditransfer ke media lain

Usaha meng-online-kan informasi memiliki beberapa manfaat penting, antara

lain:

a. Artikel ilmiah yang dimuat secara online, memiliki potensi akses yang

lebih besar dan lebih sering dipakai sebagai rujukan

b. Semakin luasnya kesempatan akses pada suatu informasi, pada

gilirannya dapat memberikan feedback positif bagi pemilik awal

informasi tersebut

c. Data dan informasi yang dimuat secara online dapat membantu

akselerasi perkembangan suatu cabang ilmu pengetahuan baru.

Badan Pengolahan Data Elektronik Pemerintah Provinsi Riau harus mampu

memanfaatkan teknologi internet untuk meng-online-kan informasi dalam

dunia penelitian. Beberapa usaha yang harus dilakukan antara lain:

a. Edukasi online

b. Digital Library

c. Diskusi ilmiah lewat mailing list

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-272 dari 298 halaman

Mailing list adalah forum diskusi yang berlangsung lewat electronic

mail.

Beberapa masalah yang timbul saat meng-online-kan informasi yang harus

menjadi perhatian Badan Pengolahan Data Elektronik Pemerintah Provinsi

Riau adalah:

1. Sekuriti

Masalah utama pemakai internet adalah sekuriti. Serangan virus,

spamming mail merupakan ancaman pertama begitu kita online di

internet. Virus dapat menghapus data di hard disk, merusak file

penelitian dan mencuri informasi pribadi.

2. Hak cipta

Tulisan ilmiah yang dibuat online seringkali dijiplak oleh pihak lain

tanpa seijin pemiliknya. Kalimat-kalimat pada suatu artikel dikutip tanpa

menyebutkan referensi asalnya. Ada juga pihak tak bertanggung jawab

yang memakai material di internet, tapi menghapus nama

pengarangnya, atau sumber asli artikel tersebut. Seolah-olah artikel itu

adalah karyanya sendiri. Hal-hal ini dapat dikategorikan kejahatan

intelektual, dan merugikan penulis asli tulisan tersebut.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-273 dari 298 halaman

3. Kendala teknis untuk artikel yang hanya tersedia versi cetak

Tidak semua journal tersedia dalam bentuk elektronik. Terutama untuk

artikel yang diterbitkan sebelum tahun 1990, seringkali hanya tersedia

versi cetak. Tapi dewasa ini, sudah banyak dijual scanner yang mampu

men-scan satu halaman dokumen dalam waktu kurang dari 1 detik,

dan langsung dikonversikan ke format PDF.

3.7.4.1 Pengembangan Situs Portal Provinsi Riau

Situs web pemerintah daerah khususnya pemerintah Provinsi Riau

merupakan salah satu strategi didalam melaksanakan pengembangan E-

Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur.

Pembuatan situs web pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam

pengembangan E-Government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat

Indonesia dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan

layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan

demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-274 dari 298 halaman

Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah melalui jaringan informasi, pengembangan E-

Government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu :

Tingkat 1 – Persiapan

- Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada

setiap lembaga.

- Sosialisasi situs web untuk internal dan publik.

Tingkat 2 – Pematangan

- Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif.

- Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain.

Tingkat 3 – Pemantapan

- Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik.

- Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain.

Tingkat 4 – Pemanfaatan

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-275 dari 298 halaman

- Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to

Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to

Consumers (G2C).

Situs web pemerintah daerah provinsi dan daerah otonom (Kabupaten, dan

Kota) dapat dikatakan sebagai perubahan bentuk penggunaan media

komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi

(Information Comummnication Technology - ICT).

Pembuatan situs web pemerintah daerah sesuai dengan keinginan

pemerintah di dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat yaitu :

1) perolehan informasi secara mudah, benar, adil, dan luas cakupan;

2) penyebarluasan informasi melalui media elektronik yang meliputi :

- semua bahan yang telah diterbitkan atau bahan-bahan yang telah

berada di luar perlindungan hak cipta (boleh diketahui oleh umum);

- semua informasi yang dibuat dan dikumpulkan sesuai undang-

undang yang berlaku (tunduk kepada pertimbangan-pertimbangan

kepekaan komersial dan rahasia pribadi);

- semua dokumen yang diperlukan bagi kepentingan masyarakat.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-276 dari 298 halaman

Situs web pemerintah daerah dimaksudkan untuk diterapkan dan digunakan

pada instansi-instansi pemerintah daerah yang secara teratur berhubungan

satu sama lain, serta harus memberikan informasi dan layanan kepada

masyarakat.

Kriteria Situs Web Pemerintah Daerah

Didalam membangun situs web pemerintah daerah Provinsi Riau khususnya

ada sejumlah kriteria yang perlu diperhatikan, baik oleh pembuat maupun

oleh pengelola situs web pemerintah daerah. Kriteria ini merupakan

gambaran ciri-ciri kunci yang akan membentuk dasar dari semua situs web

pemerintah daerah. Ciri-ciri ini ber-evolusi dan dengan sendirinya akan terus

diperbaharui secara berkala sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

1) Fungsi, aksesbilitas, kegunaan

Situs-situs web pemerintah daerah sebaiknya berfokus pada keperluan

pengguna, yaitu menyediakan informasi dan pelayanan yang diinginkan oleh

pengguna, dan secara terus menerus ber-evolusi untuk memenuhi

permintaan pengguna dan mencapai aksesibilitas dan kegunaan universal.

Tidak terjadi diskriminasi bagi pengguna, artinya situs web pemerintah daerah

dapat dibuka tanpa membedakan fasilitas dan kemampuan komputer yang

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-277 dari 298 halaman

dimiliki oleh pengguna. Salah satu komitmen kunci dari pemerintah adalah

memberikan jasa pelayanan masyarakat yang responsif di dalam memenuhi

kebutuhan semua kelompok yang berbeda di masyarakat.

Disain situs web pemerintah daerah sebaiknya profesional, menarik, dan

berguna sesuai dengan kebutuhan pengguna yang beragam. Berita atau

artikel yang ditujukan kepada masyarakat sebaiknya disajikan secara jelas,

dan mudah dimengerti; berita atau artikel yang disajikan sebaiknya 50% lebih

pendek dari berita atau artikel yang dicetak, disusun per paragraph yang

pendek. terurut dan mudah untuk dibaca.

2) Bekerjasama

Situs web pemerintah daerah harus saling bekerjasama untuk menyatukan

visi dan misi pemerintah. Pengguna situs web pemerintah daerah

menginginkan akses yang mudah kepada informasi, dan pelayanan yang

dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Semua

dokumen pemerintah yang penting harus memiliki URL (Uniform Resource

Locator) yang tetap, sehingga mesin pencari (search engine) dapat

menghubungkan kepada informasi yang diinginkan secara langsung.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-278 dari 298 halaman

3) Isi yang Efektif

Pengguna harus mengetahui bahwa informasi tertentu akan tersedia pada

situs-situs pemerintah daerah manapun. Pengguna memiliki hak untuk

mengharapkan isi dari suatu situs web pemerintah daerah adalah data terbaru

dan tepat, serta mengharapkan berita dan materi baru selalu diketengahkan.

Pengelola situs web harus berusaha untuk mendapatkan kepercayaan

masyarakat sehingga situs web yang dikelola oleh pemerintah daerah bisa

memenuhi kebutuhan pengguna.

Banyak dokumen pemerintah tidak ditujukan pada masyarakat umum, atau

ditulis hanya untuk dibaca secara off-line. Pengelola situs web pemerintah

daerah perlu mem-pertimbangkan penyediaan beberapa isi yang ditujukan

kepada pengguna, yang dirancang untuk dapat dibaca secara on-line. Situs

web pemerintah daerah harus bertujuan untuk bisa bermanfaat bagi

pengguna, dan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda dari pengguna yang

berbeda.

4) Komunikasi Dua Arah

Pengguna mengharapkan komunikasi dalam bentuk dua arah. Situs-situs web

pemerintah daerah harus memberikan kesempatan pengguna untuk

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-279 dari 298 halaman

menghubungi pihak-pihak berwenang, menjelaskan pandangan mereka, atau

membuat daftar per-tanyaan mereka sendiri.

Aksi kebebasan informasi memerlukan jawaban segera atas pertanyaan

dalam format yang disukai, termasuk e-mail, sehingga pengelola perlu

menentukan cara terbaik untuk menangani dan merespon e-mail. Aksi

kebebasan informasi meminta semua pertanyaan dijawab dalam waktu

secepatnya serta pada format yang diinginkan pengguna.

5) Evaluasi Kesuksesan

Situs-situs web pemerintah daerah harus memiliki sistem untuk mengevaluasi

kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi kebutuhan

penggunanya. Kebutuhan pengguna akan menentukan arah perkembangan

situs, sehingga jika diperlukan, disain situs web juga harus diperbaiki.

Penggunaan yang seragam dari statistik akses akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dari kebutuhan pengguna diseputar situs web pemerintah

daerah.

Situs-situs web pemerintah daerah harus mengumpulkan, minimal, statistik

angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman, permintaan yang sukses dan

tidak sukses, halaman yang sering dikunjungi dan jarang dikunjung, halaman

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-280 dari 298 halaman

rujukan utama. Informasi tambahan mengenai siapa yang menggunakan situs

ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanan sangatlah

direkomendasikan.

6) Kemudahan Menemukan Situs

Pengelola harus mempromosikan situs web pemerintah daerah dan

mendaftarkannya ke mesin pencari. Pengguna mungkin tidak bisa

menemukan suatu situs web pemerintah daerah kecuali pengelola

mempromosikannya dan memastikan bahwa mesin pencari mendaftarkannya.

Mesin pencari dari berbagai jenis menggunakan metadata untuk menemukan

lokasi dokumen dan halaman dalam situs web pemerintah daerah. Ada

berjuta situs web, oleh sebab itu perlu promosi situs web secara layak melalui

mesin pencari on-line dan direktorinya, dan juga melalui cara lain seperti

pemberitahuan lewat pers, Hubungan Masyarakat, brosur.

7) Pelayanan yang diatur dengan baik

Suatu situs web pemerintah daerah akan terselenggara dengan baik jika

menggunakan sumber yang terpercaya; strategi yang jelas, tujuan, dan target

pengguna; serta strategi pengembangan masa depan, termasuk langkah

menuju pusat data yang dinamis dari media digital lainnya.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-281 dari 298 halaman

Situs-situs web pemerintah daerah harus mampu menerbitkan dokumen yang

lebih detail dari situs komersial, karena memiliki tujuan dan persyaratan yang

berbeda dan lebih sulit dari situs komersial, sehingga hanya manajemen yang

baik yang bisa menyeimbangkan semua prioritas yang diperlukan pengguna.

Manajemen yang baik adalah satu-satunya cara untuk membangun dan

mempertahankan kualitas situs web pemerintah daerah, karena akan

menjamin rencana situs terkait untuk perubahan, ber-evolusi memenuhi

kebutuhan pengguna, dan bergerak dari hypertext mark up language (HTML)

yang statis menuju yang lebih efisien dan dinamis.

Implementasi

Situs web pemerintah daerah diharapkan mempunyai kualitas tinggi, mudah

di dalam pengaksesan, dan inklusif, serta menampilkan citra yang berkaitan

dengan kegiatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota. Isi dan

disain penampilan suatu situs web pemerintah daerah dapat bervariasi, tetapi

fitur-fitur (features) teknis dan manajemen praktis yang baik tidaklah banyak

berbeda antara satu pengelola dengan pengelola lain. Rencana induk

pengembangan ini diharapkan dapat memberikan suatu model praktis untuk

pembuatan isi, disain, manajemen situs dan halaman situs, kemudahan

dalam navigasi, dan ekonomis untuk pengguna situs.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-282 dari 298 halaman

3.7.4.2 Pengembangan Information Multimedia Access (IMA)

Provinsi Riau

Teknologi Multimedia merupakan perpaduan dari teknologi komputer baik

perangkat keras maupun perangkat lunak dengan teknologi elektronik,

perkembangan serta pemanfaatan teknologi multimedia banyak digunakan

hampir diseluruh aspek kegiatan.

Dalam Pengembangan Informasion Multimedia Access ada beberapa

tahapan yang harus dilaksanakan diantaranya:

1. Penentuan tujuan pengembangan aplikasi dan persyaratan aplikasi

Tujuan dan manfaat yang dicapai dengan pengembangan Multimedia ini

adalah :

a. Meningkatkan kesadaran aparat, instansi terkait serta tentang

pentingnya suatu multimedia dalam mendukung kegiatan khususnya

dalam hal mendapatkan suatu validitas data;

b. Tersedianya paket presentasi atraktif terpadu dari beberapa masalah

yang lazim terjadi di daerah Provinsi Riau.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-283 dari 298 halaman

c. Tersedianya suatu panduan kegiatan pemerintahan Provinsi Riau atau

kegiatan lainnya dalam bentuk visualisasi elektronik yang berisikan

peraturan, prosedure kerja.

d. Tersedianya stock foto slide yang akraktif dan cukup baik dan dapat

dipergunakan sekaligus dalam pembuatan layanan masyarakat.

2. Perancangan aplikasi/disain

3. Pembuatan storyboards (alur jalannya aplikasi multimedia)

4. Pembuatan atau pengolahan data-data digital, mencakup hal-hal seperti:

a. Penentuan jenis data digital yang hendak ditampilkan

b. Pembuatan dan pengumpulkan materi yang diperlukan

c. Digitasi

d. Pengolahan data digital dan konversi format data digital

5. Pemrograman aplikasi dengan menggunakan Multimedia Authoring System

6. Pengujian aplikasi

7. Distribusi aplikasi

8. Pemeliharaan aplikasi

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-284 dari 298 halaman

Dengan memanfaatkan teknologi multimedia kiranya semua bidang yang

dilakukan akan menambahkan suatu visualisasi yang lebih menarik, lebih

hidup, baik dalam ekspresi program maupun cara berkreatifitas. Penerapan

Information Multimedia Access di Provinsi Riau akan membantu sebagai

media presentasi kepemerintah Provinsi Riau atau bidang lainnya yang terkait

guna mendukung data yang akurat dalam pengambilan keputusan serta dapat

menginformasikan secara visual kepada masyarakat yang membutuhkannya

tentang keberadaan pemerintahan Provinsi Riau.

3.8 Rencana Induk Pengembangan Perangkat Benak (Brainware)

3.8.1 Pelatihan Khusus Tenaga Pengajar/Pendidik di Bidang Teknologi Informasi

3.8.1.1 Pelatihan Tenaga Pengajar/Pendidik Umum

Pelatihan ini ditujukan bagi Tenaga Pengajar/Pendidik dengan latar belakang

Sekolah Umum, seperti SMP, SMA, Tsanawiyah dan Aliyah.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki Pengetahuan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open

Source.

Memiliki pengetahuan umum tentang akses Jaringan dan Internet.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-285 dari 298 halaman

Memiliki pengetahuan tentang akses private E-Government.

Memiliki kemampuan untuk mengajarkan ke siswanya di sekolah.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

Mampu Menggunakan jaringan komputer untuk melakukan pertukaran

data.

Mampu menggunakan aplikasi internet, seperti Internet Browser, email

Chatting dan Transfer File.

Mampu mengeksplorasi seluruh aplikasi E-Government.

Mampu mengajarkan aplikasi internet dan cara eksplorasi aplikasi E-

Government kepada siswanya di sekolah.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang Jaringan local (LAN), Wide Area Network (WAN)

dan Jaringan Internet.

Pengenalan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open Source

Praktek Linux Fedora Core 4, aplikasi Desktop dan OpenOffice.Org.

Sharing data dan akses data dalam jaringan lokal (LAN).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-286 dari 298 halaman

Browsing Internet

Komunikasi menggunakan email

Komunikasi menggunakan Chatting

Transfer File via FTP di Internet.

Akses E-Government Provinsi Riau.

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows.

3.8.1.2 Pelatihan Tenaga Pengajar/Pendidik Kejuruan Bidang Teknologi

Pelatihan ini ditujukan bagi Tenaga Pengajar/Pendidik dengan latar belakang

Sekolah Kejuruan (SMK) bidang Teknologi.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki Pengetahuan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open

Source.

Memiliki pengetahuan umum tentang akses Jaringan dan Internet.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-287 dari 298 halaman

Memiliki pengetahuan tentang akses private E-Government.

Memiliki kemampuan untuk mengajarkan ke siswanya di sekolah.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

Mampu Menggunakan jaringan komputer untuk melakukan pertukaran

data.

Mampu menggunakan aplikasi internet, seperti Internet Browser, email

Chatting dan Transfer File.

Mampu mengeksplorasi seluruh aplikasi E-Government.

Mampu mengajarkan aplikasi internet dan cara eksplorasi aplikasi E-

Government kepada siswanya di sekolah.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang Jaringan local (LAN), Wide Area Network (WAN)

dan Jaringan Internet.

Pengenalan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open Source

Praktek Linux Fedora Core 4, aplikasi Desktop dan OpenOffice.Org.

Sharing data dan akses data dalam jaringan lokal (LAN).

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-288 dari 298 halaman

Browsing Internet

Komunikasi menggunakan email

Komunikasi menggunakan Chatting

Transfer File via FTP di Internet.

Akses E-Government Provinsi Riau.

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :Sudah biasa menggunakan komputer

dengan Windows.

3.8.2 Pelatihan Pengguna dan Operator Teknologi Informasi

3.8.2.1 Pelatihan Aplikasi Perkantoran berbasis Open Source dan Freeware

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi operator

Linux di setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki Pengetahuan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open

Source.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-289 dari 298 halaman

Mampu Menggunakan Linux sebagai Desktop acuan kerjanya.

Mampu menggunakan aplikasi Desktop dan utility pada Linux.

Mampu menggunakan aplikasi OpenOffice.Org.

Mampu mencetak pada printer.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang Sistem Operasi dan Aplikasi Open Source

Praktek Linux Fedora Core 4, aplikasi Desktop dan Utility pada Linux.

Menggunakan aplikasi OpenOffice.Org.

Mencetak lembar kerja ke Printer.

Durasi : 18 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-290 dari 298 halaman

3.8.2.2 Pelatihan Aplikasi Web Intranet Pemerintah Provinsi Riau

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi operator

Web Intranet di setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan untuk menggunakan Web Intranet Pemerintah

Provinsi Riau.

Tujuan Instruksional Khusu (TIK) adalah :

Mampu mengeksplorasi seluruh fasilitas Web Intranet Pemerintah

Provinsi Riau.

Materi Pelatihan :

Pengenalan fasilitas pada Web Intranet Pemerintah Provinsi Riau.

Akses Private (akses terdaftar) pada Web Intranet Pemerintah Provinsi

Riau.

Durasi : 6 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows dan Linux.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-291 dari 298 halaman

3.8.2.3 Pelatihan Aplikasi E-Government Provinsi Riau

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi operator

Aplikasi E-Government di setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan untuk menggunakan Aplikasi E-Government

Pemerintah Provinsi Riau.

Tujuan Instruksional Khusu (TIK) adalah :

Mampu mengeksplorasi seluruh fasilitas Aplikasi E-Government

Pemerintah Provinsi Riau.

Materi Pelatihan :

Pengenalan fasilitas pada E-Government Pemerintah Provinsi Riau.

Akses Private (akses terdaftar) pada E-Government Pemerintah

Provinsi Riau.

Durasi : 6 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows dan Linux.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-292 dari 298 halaman

3.8.3 Pelatihan Pengelola Teknologi dan Sistem Informasi

3.8.3.1 Pelatihan Programmer

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi

programmer untuk pengembangan aplikasi web Intranet dan aplikasi E-

Government Pemerintah Provinsi Riau yang akan ditempatkan di setiap Unit

Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan tentang kode program dari salah satu

pemrograman.

Tujuan Instruksional Khusu (TIK) adalah :

Mampu membuat kode pemrograman menggunakan HTML dan PHP.

Materi Pelatihan :

Pengantar Pemrograman.

Pemograman dengan HTML.

Pemograman dengan PHP.

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-293 dari 298 halaman

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows atau Linux.

3.8.3.2 Pelatihan Data Base Administrator

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi

Database Administrator untuk pengembangan aplikasi web Intranet dan

aplikasi E-Government Pemerintah Provinsi Riau yang akan ditempatkan di

setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan tentang Basis Data.

Memiliki pengetahuan tentang administrasi suatu database server.

Tujuan Instruksional Khusu (TIK) adalah :

Mampu membuat desain aplikasi menggunakan Data Flow Diagram.

Mampu membuat mengatur dan mengelola Database server yang

menggunakan mySQL Server.

Materi Pelatihan :

Pengantar Basis Data

Data Flow Diagram

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-294 dari 298 halaman

Dasar dan syntax SQL

Setting dan Desain database menggunakan mySQL

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows atau Linux.

3.8.3.3 Pelatihan System Administrator

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi System

Administrator untuk menjadi pengelola Jaringan yang akan ditempatkan di

setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan tentang Administrasi Jaringan Lokal (LAN).

Memiliki pengetahuan tentang Administrasi Server.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

Mampu Melakukan konfigurasi dan administrasi jaringan lokal (LAN).

Mampu Melakukan konfigurasi dan administrasi Server Linux.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-295 dari 298 halaman

Mampu Melakukan konfigurasi dan administrasi Server FreeBSD.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang Jaringan local (LAN), Wide Area Network (WAN)

dan Jaringan Internet.

Konfigurasi jaringan workgroup

Instalasi, konfigurasi dan administrasi Linux Server.

Konfigurasi DNS Server, Web Server, PHP, mySQL Server dan email

server pada Server Linux.

Instalasi, konfigurasi dan administrasi FreeBSD Server.

Konfigurasi DNS Server, Web Server, PHP, mySQL Server dan email

server pada Server FreeBSD.

Durasi : 60 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah biasa menggunakan komputer dengan Windows dan Linux

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-296 dari 298 halaman

3.8.3.4 Pelatihan System Security Administrator

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi System

Security Administrator untuk menjadi pengelola Jaringan yang akan

ditempatkan di setiap Unit Kerja nya masing-masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan tentang keamanan jaringan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

Mampu Melakukan konfigurasi keamanan pada jaringan lokal.

Mampu Melakukan konfigurasi keamanan pada Server Linux.

Mampu Melakukan konfigurasi keamanan pada Server FreeBSD.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang sistem keamanan jaringan.

Keamanan pada jaringan lokal (LAN).

Konfigurasi keamanan pada Linux Server.

Konfigurasi keamanan pada FreeBSD Server.

Konfigurasi Firewall.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-297 dari 298 halaman

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah mampu melakukan administrasi jaringan pada sistem Linux dan

FreeBSD.

3.8.3.5 Pelatihan Auditor Teknologi dan Sistem Informasi

Pelatihan ini ditujukan bagi staf yang ditunjuk dengan tujuan menjadi Auditor

Sistem Informasi yang akan ditempatkan di setiap Unit Kerja nya masing-

masing.

Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah :

Memiliki pengetahuan Audit Sistem Informasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah :

Mampu Melakukan Audit Sistem Informasi.

Mampu Melakukan Analisa Sistem Informasi

Mampu Menggunakan aplikasi Audit Sistem ACL.

Materi Pelatihan :

Pengenalan tentang Audit Sistem Informasi.

BAB III – Survey dan Analisis Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Riau

Halaman 3.7-298 dari 298 halaman

Metode Audit Sistem Informasi.

Analisa hasil Audit.

Studi kasus : Aplikasi Audit Sistem Informasi menggunakan ACL.

Durasi : 30 Jam

Syarat Umum Peserta Pelatihan :

Sudah mampu melakukan administrasi jaringan pada sistem Linux dan

FreeBSD.

Sudah biasa melakukan pemrograman dan membuat database.