Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

27
LAPORAN PEMETAAN JUMLAH PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI KECAMATAN PESANTREN, KOTA KEDIRI 2013 Oleh: Fatma Roisatin Nadhiroh 130722616093 Off: H UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI 2014

description

Menggunakan aplikasi ArcMap 10.1 untuk membuat peta tematik.

Transcript of Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Page 1: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

LAPORAN

PEMETAAN JUMLAH PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI

KECAMATAN PESANTREN, KOTA KEDIRI 2013

Oleh:

Fatma Roisatin Nadhiroh

130722616093

Off: H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

2014

Page 2: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengetahui jumlah penduduk suatu wilayah sangat penting, walaupun angka yang

diperoleh tidak tepat dengan kenyataan atau sebenarnya. Angka jumlah penduduk yang

diperoleh walaupun telah melalui sensus penduduk merupakan angka atau jumlah penduduk

yang mendekati kebenaran. Hal ini disebabkan karena sifat dinamis penduduk, seperti adanya

kelahiran, kematian, dan migrasi, yang bisa berubah sewaktu-waktu. Angka atau jumlah

penduduk sangat penting untuk diketahui dalam suatu wilayah atau negara sebab

berhubungan dengan kebijakan dalam perencanaan-perencanaan pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah.

Namun, jumlah penduduk dapat menimbulkan masalah kependudukan. Masalah

kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia. Secara

umum, masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam

hal kuantitas atau jumlah penduduk dan kualitas penduduknya.

Salah satu masalah yang harus ditangani antara lain pertambahan penduduk yang

masih tinggi. Pertambahan penduduk yang tidak dikendalikan akan menimbulkan

permasalahan-permasalahan seperti:

Kurangnya kesempatan kerja, akan menimbulkan pengangguran dan peningkatan

kejahatan.

Kerusakan hutan akibat penebangan hutan secara serampangan, akan menimbulkan

bahaya erosi, tanah longsor dan bahaya banjir.

Adanya pemusatan penduduk akibat urbanisasi, akan menyebabkan ketertiban dan

keberhasilan lingkungan yang tidak terkontrol.

Meningkatnya penduduk usia sekolah, akan menyebabkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesempatan mengenyam pendidikan dan biaya pendidikan.

Ketersediaan tempat tinggal yang kurang, akan mengakibatkan banyaknya

perumahan-perumahan liar yang sangat menganggu keindahan dan ketertiban di kota.

Ketersediaan air bersih yang kurang, akan mengakibatkan terganggunya kesehatan.

Melihat permasalahan-permasalahan kependudukan di atas, maka pemerintah telah

melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya salah satunya, yaitu pembatasan kelahiran bayi

dengan program keluarga berencana. Catur warga tediri bapak, ibu dan dua anak, laki-laki

perempuan sama saja; pembatasan usia perkawinan; pembatasan tunjangan anak bagi PNS;

Page 3: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 3

program pendidikan formal di sekolah-sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan yang

berlangsung kepada masyarakat.

Sebenarnya, masalah kependudukan ini bisa diatasi dengan baik bila ada upaya yang

sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi masalah ini.

Sayangnya, hal itu masih belum dilaksanakan secara maksimal. Masih banyak orang yang

menentang program KB. Kalau pun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka masih

enggan melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada

kesadaran akan masalah ini. Pada saat itu jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 100 juta

jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang sungguh-sungguh tentunya tidak

perlu penduduk Indonesia meledak seperti sekarang ini.

Kondisi kependudukan yang tidak menguntungkan apabila tidak diatasi secara

maksimal akan memberikan dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan manusia itu

sendiri, baik bagi kehidupan sosial ekonomi, kesehatan, bahkan bagi pembentukan karakter

bangsa dan perubahan lingkungan yang saat ini mulai jadi isu yang sangat krusial di berbagai

belahan dunia. Peringatan dari ahli kependudukan akibat dari ledakan penduduk sebenarnya

sudah dikemukakan sejak lama. Robert Malthus pada awal abad ke 18, dalam teorinya

menyebutkan bahwa akibat tidak seimbangnya antara pertumbuhan penduduk yang

mengikuti deret ukur dan pertumbuhan pangan yang mengikuti deret hitung,

akan mengakibatkan manusia kehabisan bahan pangan.

Tantangan ke depan berkaitan dengan permasalahan kependudukan dikemukakan oleh

Dr. Jeffrey Sachs yang menyebutkan empat tantangan berat dekade mendatang:

1. Pemanasan global dan kerusakan lingkungan;

2. Laju pertumbuhan penduduk;

3. Pengentasan kemiskinan;

4. Kebuntuhan politik yang menghalangi kerjasama global untuk mengatasi masalah

tersebut.

Sesuatu hal yang ironis apabila jumlah penduduk yang semakin banyak tidak

diimbangi oleh peningkatan sumber daya alam yang nantinya menjadi masalah di dalam

pemenuhan kebutuhan manusia.

Lebih lanjut Karl Sax (1992: 167), menyatakan : “Selama dasawarsa yang lalu,

penduduk dunia bertambah dengan tingkat yang mencengangkan. Peningkaatan angka

pertambahan penduduk ini sedemikian kritis sehingga banyak orang mengakui

Page 4: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 4

bahwa peledakan penduduk dewasa ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan

kesejahteraan dunia.”

Kemudian The Club of Rome (1992: 167), juga menyimpulkan bahwa: Jika

kecenderungan dalam pertumbuhan penduduk dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan,

dan eksploitasi sumber daya alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan semakin

mendekati titik kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan mencapai tingkat di

mana ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya. Yang paling mungkin

dihadapi kemudian adalah menurunnya populasi dan kapasitas industri.

Pemecahan masalah isu kependudukan ini sudah banyak cara yang ditawarkan

diantaranya pengendalian fertilitas dengan penggunaan alat kontrasepsi KB, penundaan

perkawinan, bahkan menurut teori malthus memberikan 2 jenis solusi yaitu preventive checks

(pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran) dan positive checks (pengurangan

penduduk melalui proses kematian).

Kegiatan antianatalis seakan-akan menjadi program unggulan untuk mengatasi

permasalahan ledakan penduduk tersebut, khususnya negara Tiongkok menerapkan model

yang berbeda dalam penyelesaian ini, yaitu mencanangkan sasaran “pertumbuhan

penduduk” dalam kebijakan kependudukannya melalui beragam cara : mulai dari pemberian

imbalan bagi keluarga dengan satu anak, dan sanksi bagi mereka yang tidak sungguh-

sungguh menjalankan kebijakan ini, wajib militer bagi para pemuda, penundaan usia kawin,

sampai pada komitmen pemimpinnya yang memberi pembenaran pada program ini sebagai

bagian dari ajaran sosialisme. (1992 : 168).

Berbeda dengan aliran moderat yang berpendapat bahwa solusi atas persoalan

pertumbuhan penduduk yang cepat adalah pembangunan nasional : Tingkat kelahiran akan

turun dengan sendirinya, bukan melalui intervensi“buatan” semacam kebijakan dan program

kependudukan etapi lewat proses “alamiah” yang dihasilkan dari pembangunan ekonomi dan

sosial yang sungguh-sungguh. (1992 : 169).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 hingga tahun 2010, jumlah penduduk

Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup serius, walaupun pertumbuhan mengalami

penurunan. Peningkatan jumlah penduduk yang cepet sering disebut ledakan penduduk.

Seorang ahli kependudukan dari bangsa Inggris, Thomas Robert Malthus mengatakan

bahwa penyebab terjadinya ledakan penduduk suatu daerah atau negara akibat kemiskinan.

Secara logika dapat dikatakan bahwa penghuni bumi ini terus bertambah sedangkan ruang

pemukiman di bumi tetap tidak bertambah (Suryani,1987 dalam buku Kependudukan

Page 5: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 5

Depdiknas). Peningkatan pertumbuhan penduduk normalnya harus diimbangi dengan

pertumbahan bahan pangan, sandang dan papan. Ketidak seimbangan antara bahan pangan,

sandangm dan papan dengan pertambahnya penduduk akan mengakibatkan lingkungan hidup

semakin rusak dan tingkat produktivitasnya SDA semakin berkurang karena dipaksakan terus

pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang tingkat pertumbuhan

penduduknya cepat. Pertumbuhan pendududuk Indonesia 1,49% per tahun (berdasarkan

sensus penduduk tahun 2010). Pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

“Banyak Anak Banyak Rejeki” adalah kepercayaan kuno orang zaman dulu karena

semakin banyak anak maka semakin tenaga banyak sumber daya manusia yang dapat

digunakan untuk membantu kegiatan ekonomi keluarga. Zaman modern sekarang ini justru

menganggap dua anak cukup guna membentuk keluarga berencana atau keluarga berkualitas

alias KB.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan

menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB )

sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-

anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.

Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat

kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi

masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi, keuntungan,

kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Oleh karena itu,

penggunaan alat kontrasepsi sebagai alat mendorong antinatalitas serta mencegah

penyebaran penyakit kelamin, terutama pada pasangan usia subur, diperlukannya

pengetahuan mengenai distribusi pasangan usia subur dan pengguna alat kontrasepsi untuk

perencanaan selanjutnya dalam memberikan penyuluuhan pada masyarakat mengenai

pentingnya pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Hal tersebut akan mendorong pengurangan

jumlah penduduk yang lebih efektif.

1.2 Tujuan

Untuk memetakan jumlah pengguna alat kontrasepsi pada tahun 2013 dengan metode

choropleth di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Selain itu, juga untuk mengetahui

perbandingan antara pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi dan tidak

menggunakan alat kontrasepsi.

Page 6: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 6

1.3 Definisi Operasional

1.3.1 Kartografi Tematik

Kartografi Tematik yaitu mengkhususkan kepada pembuatan peta-peta tematik,

seperti pemetaan data sumberdaya alam dan mineral, data penduduk dan sebagainya.

1.3.2 Peta Choropleth

Peta choropleth ( Yunani χλωρα πληθαίν +:, (“area / wilayah” + “berkembang biak”)

adalah sebuah peta tematik di mana daerah yang berbayang atau bermotif sebanding dengan

pengukuran variabel statistik yang ditampilkan pada peta, seperti populasi kepadatan atau

pendapatan per kapita .

Peta choropleth diciptakan pertama kali oleh Baron Pierre Charles Dupin pada tahun

1826, peta diperkenalkan 1938 oleh geografi John Kirtland Wright untuk menyelesaikan

permasalahan dalam pemetaan penduduk. Peta choropleth menyediakan cara mudah untuk

memvisualisasikan bagaimana pengukuran bervariasi di area geografis atau menunjukkan

tingkat variabilitas di suatu daerah. Jenis khusus dari peta choropleth adalah peta prisma. Ini

adalah peta tiga dimensi, di mana ketinggian wilayah di peta adalah proporsional terhadap

nilai variabel statistik untuk wilayah itu.

Choropleth memberikan gambaran yang jelas tetapi umum distribusi dan ini rincian

topeng mungkin lebih halus. Pilihan nilai untuk kelas dapat mempengaruhi gambar visual

yang diberikan, sebagaimana unit areal sesuai data yang tersedia. Dengan demikian, data

berjalan 0-1000, choropleth dengan kelas interval 0-250, 251-500, 501-750, dan 751-1000

mungkin terlihat sangat berbeda dari satu dengan interval 0-333, 334-666, dan 667-1000, dan

batas dari sebuah saluran sensus, atau unit areal lainnya dapat menempatkan daerah ‘skor

tinggi’ kecil ke wilayah ‘mencetak rendah’ yang besar sehingga, dalam hal peta, menghilang.

1.3.3 Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan

konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma

(sel pria) yang mengakibatkan kehamilan ( Depkes RI, 1998) Konsepsi juga bermaksud

pembuahan dan fertilisasi adalah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) istri dengan sel

mani (spermatozoa) suami pada saluran telur (Mochtar, 1998). Alat adalah benda yang

dipakai untuk mencapai maksud (Nirmal, 2003).

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes RI, 1998).

Page 7: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 7

Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi alat atau obat-obatan (Mochtar,

1998). Syarat –syarat kontrasepsi adalah :

a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

b) Efek samping yang merugikan tidak ada

c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d) Tidak menganggu hubungan persetubuhan

e) Cara penggunaannya sederhana

f) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas

g) Dapat diterima oleh pasangan suami istri

Page 8: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemetaan

Konsep pemetaan ialah bagaimana dapat menggambarkan sebagian atau seluruh

permukaan bumi yang bentuknya melengkung itu ke bidang datar yang disebut peta

dengan mendekati kebenaran yaitu dengan distrosi sekecil-kecilnya.

Untuk penggambaran tersebut pasti dijumpai kesulitan, karena bidang asli yang akan

digambar (bola/globe) berbeda dengan bidang yang digunakan untuk menggambar

(kertas/peta). Bola bumi/globe merupakan bangun tiga dimensi, sedangkan kertas/peta

merupakan bangun dua dimensi. Ini dapat dibayangkan apabila seseorang ingin mendatarkan

kulit jeruk yang melengkung. Tanpa adanya kerutan dan sobekan pada kulit jeruk itu, tidak

akan mungkin diperoleh kulit jeruk yang datar. Kerutan dan sobekan itulah yang

menyebabkan terjadinya distorsi. Distorsi yang timbul dalam proyeksi peta mungkin berupa

distorsi jarak, sudut yang dapat mengakibatkan terjadinya distorsi luas, dan bentuk.

Peta merupakan suatu metode yang efisien dan unik untuk menggambarkan suatu

distribusi fenomena dalam ruang. Beberapa dirancang untuk menggambarkan suatu negara

atau wilayah yang menunjukkan pengaturan negara-negara atau wilayah-wilayah berkenaan

dengan satu sama lain dan konfigurasi dari batasan-batasan mereka. Ada peta lain yang

sifatnya berbeda, yang digunakan oleh para ilmuwan terkait dengan sebab dan akibat dari

distribusi fenomena dalam ruang, seperti dalam disiplin meteorologi, klimatologi, geologi,

geomorfologi, pedologi, oseanografi, ekologi, ekonomi, ilmu-ilmu sosial, dan geografi.

Meskipun demikian membuat peta terutama untuk menunjukkan fakta, untuk menunjukkan

distribusi spasial dengan suatu ketelitian yang tidak bisa dicapai dengan uraian atau statistik,

itu semua sangat penting sebagai alat penelitian. Peta dapat merekam pengamatan dalam

format singkat tapi jelas, membantu analisis, merangsang gagasan dan membantu perumusan

hipotesis, dan untuk mengkomunikasikan penemuan (Howe, 1986 dalam Pacion, 1986).

Dalam istilah sehari-hari difusi berarti pemencaran, penyebaran, atau penjalaran,

seperti penyebaran berita dari muiut ke mulut, penjalaran penyakit dari suatu daerah ke

daerah lain, penyebaran kebudayaan dari suatu suku ke suku yang lain (Bintarto dan

Hadisumarno, 1987). Model-model difusi spasial merupakan salah satu bentuk model

geografi, di mana geografi modern menekankan pada 3 karakteristik dalam menghampiri

suatu masalah yaitu: analisis spasial, analisis ekologis, dan analisis komplek wilayah. Model

difusi spasial ini bermanfaat bagi para geograf untuk melakukan analisis spasial yang

Page 9: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 9

menitikberatkan pada struktur spasial yang secara teori meliputi antara lain teori interaksi

spasial teori difusi.

Konsep difusi spasial adalah konsep tentang menyebarnya suatu fenomena dalam

ruang geografi dan merupakan konsep yang dapat berlaku di berbagai bidang seperti

menyebarnya penyakit menular (infeksius), berkembangnya kota, meluasnya kebakaran

hutan, difusi inovasi lain-lain. Walaupun tidak mudah untuk meneliti suatu proses yang

dinamis ini namun konsep penting dan bermanfaat untuk dipahami para geograf untuk dapat

berperan dalam menangani aspek yang multidisiplin tersebut.

Pada analisa Hagerstrand tentang difusi keruangan terdapat enam unsur. Unsur

pertama adalah area atau lingkungan di mana proses difusi terjadi. Unsur kedua adalah

waktu, di mana difusi dapat terjadi terus-menerus atau atau dalam waktu yang terpisah-pisah.

Unsur ketiga adalah item yang didifusikan, dapat berbentuk material penduduk, pesawat

televisi, pesawat radio, pupuk, dan dapat pula berbentuk non material seperti tingkah laku,

penyakit, pesan, dan lain sebagainya. Item-item tersebut berbeda-beda dalam derajad untuk

dapat dipindahkan, untuk dapat diteruskan, atau untuk dapat diterima. Misalnya penyakit

cacar air mudah dipindahkan atau mudah menular kepada orang lain. Sebaliknya teknik

keluarga berencana sukar untuk diteruskan dan sukar juga untuk dapat diterima. Tiga unsur

lain dalam pendekatan berkaitan dengan pola penyebaran keruangan yaitu perbedaan tempat

asal, tempat tujuan, dan jalur perpindahan yang dilalui oleh item yang didifusikan (Bintarto

dan Hadisumarno, 1987).

2.2 Peta Tematik

Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan

tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang

telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.

Peta tematik analitik yaitu menampilkan informasi yang dapat dikumpulkan atau

diukur langsung di lapangan, misalnya peta produksi pertanian, peta jumlah penduduk, peta

curah hujan dan sebagainya. Peta ini untuk menunjukkan suatu tema tunggal dan digunakan

sebagai suatu informasi tentang fenomena tunggal untuk analisa seteliti mungkin, sejauh

skalanya memungkinkan dan bagi kepentingan tertentu. Sedangkan peta tematik sintesis,

datanya merupakan hasil sintesis dari sejumlah elemen-elemen hasil observasi. Peta ini

merupakan hasil penekanan yang bersifat subjektif tentang suatu keadaan dengan

menggabungkan berbagai fenomena yang dikumpulkan secara objektif. Contoh peta sintesis

yaitu peta iklim. (dalam Agustina Weni CH, 2003)

Page 10: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 10

Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di dalam memrepresentasikan

data statistik, karena menurut Truran dalam Sudaryatno dan Muhammad Kamal (2013)

terdapat tiga macam metode di dalam memvisualisasi data statistik, yaitu: grafik statistik,

diagram statistik, dan peta statistik. Perbedaan dari ketiganya adalah apabila untuk grafik

statistik merujuk pada visualisasi dinamika perubahan dari data yang disajikan, diagram

statistik merujuk pada visualisasi hasil dari data yang digunakan, sedangkan untuk peta

statistik merujuk pada visuaslisasi data yang ditinjau berdasarkan sebarannya secara spasial.

Ketiga bentuk metode penyajian data tersebut tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing yang sesuai dengan tujuan tiap metode tersebut. Namun

diketahui pula bahwasanya suatu data statistik itu dapat dibaca atau diserap informasinya

dengan baik apabila data tersebut disajikan atau divisualisasikan dengan cara yang tepat dan

sesuai dengan tujuan pemanfaatan data tersebut.

Perkembangan peta tematik yang meningkat cukup pesat, membuat metode

pembuatan ataupun transformasi bentuk peta tematik itu sendiri juga memiliki macam jenis di

dalam memvisualisasikan data statistik. Terdapatnya berbagai jenis metode peta tematik

tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efektivitas peta di dalam

memvisualisasikan data statistik.

2.3 Pemetaan Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi

Setiap 26 September, dunia memperingatinya sebagai Hari Kontrasepsi Dunia (HKD).

Peringatan HKD menjadi semakin relevan pada saat ini. Pasalnya, angka kehamilan yang

tidak diinginkan dan juga angka aborsi terus meningkat di berbagai negara, termasuk

Indonesia.

Padahal kehamilan tidak diinginkan dan aborsi tidak aman sejatinya bisa dicegah

dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut program Keluarga Berencana (KB)

yang di dalamnya tentu memberitahukan soal pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dan

aman. Dengan ikut program KB, otomatis pengetahuan publik akan kesehatan reproduksi

akan meningkat. Dari situ, keluarga bisa mengetahui alat yang tepat untuk merencanakan

keluarga lewat cara seperti menunda kehamilan terlebih dahulu.

Kontrasepsi bisa menjadi alat untuk pengaturan jumlah anak. Pembentukan keluarga

kecil yang terencana akan membuat pengaturan keluarga lebih mudah, sehingga pencapaian

kesejahteraan keluarga akan lebih mudah diraih.

Dalam bidang kependudukan, peran alat kontrasepsi menjadi salah satu hal yang

mendasar. Program KB yang berjalan kurang lebih 40 tahun di Indonesia telah berhasil

Page 11: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 11

mencegah sekitar 100 juta kelahiran pada 2010 lalu. Pada 1970, diprediksi pada 2010 jumlah

penduduk Indonesia mencapai sekitar 340 juta. Namun, dari hasil Sensus Penduduk 2010,

diketahui jumlah penduduk 230 juta. Artinya, program KB dengan pemilihan kontrasepsinya

telah berhasil menekan tingkat kelahiran sebanyak 100 juta.

Kendati penggunaan alat kontrasepsi terbukti berperan besar dalam bidang

kependudukan, pemakaian alat kontrasepsi, khususnya pengguna metoda alat kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) semakin menurun. BKKBN mencatat, pengguna MKJP seperti IUD

terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 1991 masih 13% dari total pemakai kontrasepsi,

pada 2012 pemakai IUD tersisa 4%. Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi jangka pendek

seperti suntik terus meningkat. Jika pada 1991 jumlahnya ada 12% pada 2012 menjadi 32%.

Penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek, rawan drop out (putus) di tengah jalan.

Metode suntik yang harus diulang setiap bulan, misalnya. Risiko kegagalannya cukup

tinggi, yaitu 6 dari 100 pemakainya hamil saat setahun pertama. Hal ini berbeda dengan IUD

yang bisa bertahan hingga maksimal 8 tahun dengan risiko kegagalan yang minim, yaitu 0,8

dari 100 wanita pemakainya hamil saat setahun pertama.

Rendahnya pemakaian MKJP, menyebabkan rata-rata kelahiran pasangan usia subur

(total fertility rate-TFR) tidak berubah dalam satu dekade terakhir. Hal ini tergambar dari

survei demografi dan kesehatan (SDKI) 2012 yang menyebutkan TFR tetap 2,6 yang artinya

tidak berubah sejak 2002. Untuk menurunkan TFR ke depannya, penggunaan kontrasepsi

jangka panjang seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak. Untuk

mendongkrak penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, penyediaan alat kontrasepsi itu

sampai ke pelosok harus dapat terjamin. Selain itu BKKBN akan memberikan insentif pada

provider (bidan) yang memberikan layanan alat kontrasepsi jangka panjang.

Ketersediaan alat kontrasepsi menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan dan

penganggaran program pada 2015. Untuk tahun anggaran 2015, BKKBN mendapatkan pagu

anggaran sebanyak Rp2,881 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar untuk membiayai

program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga di seluruh Indonesia.

Penyediaan alat kontrasepsi, penyediaan sarana prasarana standar dan pendukung

pelayanan KB, advokasi, dan komunikasi informasi serta edukasi termasuk ke berbagai

media juga menjadi salah satu prioritas. BKKBN, juga akan memperkuat jaringan IT melalui

pengadaan server. Pihaknya juga akan mengintensifkan pendataan keluarga termasuk

pasangan usia subur.

Page 12: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 12

BAB III

METODE

3.1. Diagram Alur

Data Pasangan Usia

Subur di Kecamatan

Pesantren Tahun 2013

per Kelurahan

Data Jumlah Pengguna Alat

Kontrasepsi di Kecamatan

Pesantren Tahun 2013 per

Kelurahan

Pengolahan Data Jumlah

Pengguna Alat Kontrasepsi di

Kecamatan Pesantren Tahun

2013 dengan Metode Statistika

Peta Kecamatan

Pesantren dengan

format .shp

Penentuan Prioritas

berdasarkan Sistem

Kelas

Pembuatan Peta Jumlah

Pengguna Alat Kontrasepsi di

Kecamatan Pesantren Tahun

2013 dengan Menggunakan

Software ArcGIS

Peta Jumlah Pengguna Alat

Kontrasepsi di Kecamatan

Pesantren, Kota Kediri

Tahun 2013

- Identifikasi Masalah

- Kajian Literatur

Page 13: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 13

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat

- Ms. Excel

- Software ArcGIS 10.1

2. Bahan

- Data Pasangan Usia Subur di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Tahun 2013

- Data Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri

Tahun 2013

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren tahun 2013

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Kediri yang dipublikasikan melalui e-book di

kedirikota.bps.go.id dengan judul “Kecamatan Pesantren dalam Angka 2014”. Sedangkan

peta yang digunakan dengan format *shp didapatkan dari internet.

3.4 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam pemetaan ini yaitu analisis data jumlah pengguna alat

kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Kota Kediri pada tahun 2013 dengan rumus sebagai

berikut:

1. Sistem Kelas Teratur

Adapun cara menentukan kelas interval dengan menggunakan sistem kelas teratur

dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Tentukan banyaknya kelas dengan rumus Sturges: K=1 + 3,3 log n, sehingga akan ketemu

banyaknya kelas.

2. Carilah nilai interval dengan rumus sebagai berikut:

Rumus Sturges

Keterangan:

Range = Nilai Tertinggi –nilai terendah

A = Nilai data terendah

B = Nilai data Terbesar

I = Nilai Interval yang dicari

i =

Page 14: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 14

3. Langkah berikutnya memasukan nilai tersebut dalam formula sistem kelas teratur sehingga

diperoleh hasil nilai interval.

2. Sistem Kelas Interval Aritmatik (Aritmatik Progression)

1) Tentukan banyaknya kelas dengan rumus Sturges: K=1 + 3,3 log n, sehingga akan ketemu

banyaknya kelas.

2) Seri aritmatik adalah seri sejumlah angka dimana setiap angka berasal dari angka

sebelumnya dengan menambahkan nilai konstan. Besarnya kelas interval ditentukan

berdasarkan formula berikut ini:

A + X + 2X + 3X + 4X ......+ nX = B

Di mana:

A = Nilai terendah

B = Nilai tertinggi

N = Jumlah kelas interval pada kelas pertama.

X= jumlah dari banyaknya kelas

3) Hitunglah kelas interval dimulai dari nilai terendah dengan menjumlah dengan nilai

interval (konstanta).

3. Sistem Kelas Interval Geometrik

Berikut ini cara menentukan kelas interval dengan metode geomaterik:

1) Tentukan banyaknya kelas dengan rumus Sturges: K=1 + 3,3 log n, sehingga akan ketemu

banyaknya kelas.

2) Pahamilah model penghitungan cara 14 tatistik adalah sebagai berikut:

A – AX

AX – AX2

AX2 – AX3

AX3 – AX4

AX4 – AX5

AX5 – Axn

Di mana:

A = nilai terendah dari set data

X = harga yang belum diketahui

n = jumlah kelas

Page 15: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 15

3) Carilah nilai X dengan menggunakan rumus:

Dalam hal ini:

B = Batas atas 27897

A = Batas bawah 145

N = Jumlah Kelas (Bos E.S., 1979)

4) Hitunglah kelas interval dimulai dari nilai terendah dengan cara sebagai berikut:

(nilai terendah) + (nilai terendah x nilai X).

4. Sistem Kelas Interval Kuantil (Quantiles)

Cara untuk menentukan kelas interval dengan metode ini dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Tentukan banyaknya kelas dengan rumus Sturges: K=1 + 3,3 log n, sehingga akan ketemu

banyaknya kelas.

2) Hitunglah nilai jarak interval dengan formula:

3) Penghitungan di mulai setelah angka terendah/berhenti.

4) Urutkanlah data dan carilah nilai intervalnya dan masukan dalam tabel.

5. Sistem Grafik Dispersal

Cara untuk menentukan kelas interval dengan metode ini dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Carilah titik-titik henti (break point) dengan cara membuat grafik dari data yang sudah

dikerjakan.

2) Masukan nilai jarak interval kedalam tabel berikut ini berdasarkan titik henti.

Setelah penghitungan data pada praktikum acara IV-V selesai, pada acara VI langkah

kerjanya sebagai berikut:

1. Menentukan kelas interval berdasarkan sebaran data.

1) Buat tabel

Page 16: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 16

2) Masukkan penyebaran data dari masing-masing metode ke dalam tabel.

3) Analisislah dengan mempertimbangkan aspek berikut:

a. Penyebaran data yang baik sesuai dengan penyebaran data riil, untuk

mengetahui didentifikasi sebaran datanya.

b. Usahakan tidak ada kelas yang nilainya nol (tidak mempunyai anggota).

4) Tentukan urutan prioritas penggunaan kelas intervalnya.

2. Menentukan kelas dispersal berdasarkan profil wilayah.

1) Tariklah 3 garis penampang pada petadan usahakan melewati daerah yang padat,

jarang, sedang terlewati oleh garis tersebut.

2) Buatlah tabel.

3) Isikan masing-masing kolom sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

4) Visualisasikan peta kepadatan Kota Malang sesuai dengan prioritas I.

Setelah data tersebut diperoleh dan diolah menggunakan rumus-rumus di atas,

kemudian dilakukan scoring untuk menentukan prioritas dari sistem perhitungan yang harus

digunakan dalam pembuatan peta. Skor tertinggi diberikan pada data yang memiliki selisih

terendah antara nilai tengah dengan data yang sebenarnya.

Page 17: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 17

BAB IV

4.1 Hasil

Kecamatan Kelurahan

Jumlah

Pasangan

Usia Subur

Pengguna Alat Kontarespsi

Bukan

Pengguna Jumlah

Persentase

(%)

Pesantren Blabak 1195 871 72,9 324

Bawang 1095 755 68,9 340

Betet 950 684 72 266

Tosaren 1411 1013 71,8 398

Banaran 735 527 71,7 208

Ngletih 483 349 72,3 134

Tempurejo 897 647 72,1 250

Ketami 797 572 71,8 225

Pesantren 1179 849 72 330

Bangsal 1183 853 72,1 330

Burengan 1112 807 72,6 305

Tinalan 996 717 72 279

Pakunden 1089 792 72,7 297

Singonegaran 1510 1111 73,6 399

Jamsaren 938 665 70,9 273

Jumlah 15570 11212 72 4358

K= 1 + 3,3 log n

K = 1 + 3,3 log 15

= 1 +3,9

= 4,9 = 5

i=Range/K

(1111-349)/5

= 152

1. Sistem Kelas Teratur

Kelas interval Hasil Genalisir Peyebaran Data Nilai Tengah

501,4 349 - 501,4 1 425,2

655 502,4 – 655 3 578,5

808 656-808 6 732

961 809-961 3 885

1114 962-1114 2 1038

2. Sistem Kelas Interval Aritmatik

A= 349

Page 18: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 18

B= 1111

349+15X = 1111

15X = 1111-349

= 762

X= 762/15

= 50,8

Kelas Interval Hasil Genalisir

Penyebaran

Data Nilai Tengah

399,8 349-399,8 1 374,4

501,4 400,8-501,4 0 451,1

653,8 502,4-653,8 3 578,1

857 654,8-857 8 755,9

1111 858-1111 3 984,5

3. Sistem Interval Kelas Geometrik

A= 349

n= 5

log X = (log B - Log A)/n

= (log 1111 – log 439)/5

= 0,1006

X= 10^0,1006

1,26066588

X=1

Kelas Interval Hasil Genalisir Penyebaran Data Nilai Tengah

698 349-698 6 523,5

1396 699-1396 9 1047,5

2792 1397-2792 0 2094,5

5584 2793-5584 0 4188,5

11168 5585-11168 0 8376,5

4. Sistem Kelas Interval Kuantil

Q= jumlah data/ n

Q= 15/5 = 3

Kelas Interval Hasil Genalisir Penyebaran Data Nilai Tengah

3 349-572 3 460,5

3 647-684 3 665,5

3 717-755 3 736

3 807-853 3 830

3 871-1111 3 991

Page 19: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 19

5. Sistem Dispersal

Kelas

Interval

Hasil

Genalisir Penyebaran data

Nilai

Tengah

349-349 1 349

527-572 2 549,5

647-792 5 578,1

755-871 5 813

1031-1111 2 1071

Kelurahan ST SA SG SQ SGD

Ngletih 349 349 349 349 349

Banaran 527 527 527 527 527

Ketami 572 572 572 572 572

Tempurejo 647 647 647 647 647

Jamsaren 665 665 665 665 665

Betet 684 684 684 684 684

Tinalan 717 717 717 717 717

Bawang 755 755 755 755 755

Pakunden 792 792 792 792 792

Burengan 807 807 807 807 807

Pesantren 849 849 849 849 849

Bangsal 853 853 853 853 853

Blabak 871 871 871 871 871

Tosaren 1013 1013 1013 1013 1013

Singonegaran 1111 1111 1111 1111 1111

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Series1

Page 20: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 20

4.2 Pembahasan

Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan beberapa sistem tersebut

memiliki prioritas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi data yang ada pada setiap

kelas interval dalam masing-masing sistem. Sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem

dispersal yang diambil berdasarkan break point dalam grafik data. Hal tersebut secara manual

menentukan anggota kelas interval, sehingga data terdistribusi dengan normal.

Sedangkan dengan menggunakan sisitem geometrik data tidak terdistribusi normal.

Sebab, terdapat 3 kelas interval yang tidak memiliki anggota. Olek karena, itu sistem tersebut

memiliki prioritas 5 yang merupakan prioritas terakhir apabila data digunakan dalam

pemetaan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa media masa, pada tahun 2010

lalu pemerintah Kota Kediri menganggap bahwa program KB belum memenuhi target,

bahkan menurun dibandingkan tahun 2009. Oleh karena itu, program KB gencar dilakukan

di Kota Kediri untuk mampu menekan laju pertumbuhan penduduk. Berbagai upaya sudah

dilakukan, di antaranya sosialisasi program KB, hingga pemberian KB gratis.

Walaupun saat itu peserta KB masih belum sesuai target, tidak berarti program KB

gagal terealisasi. Dimungkinkan, peserta lain mengikuti program ini di rumah sakit swasta,

sehingga tidak terdata di pemerintah. Beberapa masyarakat juga sudah mengikuti program ini

sebelumnya, sehingga tidak perlu mengulang dan ikut pendataan lagi.

Pihak pemeritah berupaya semaksimal mungkin melakukan sosialisasi program ini,

dengan sasaran baik pihak laki - laki (suami) maupun pihak perempuan (istri). Diharapkan,

Page 21: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 21

program ini mampu menekan laju perkembangan penduduk, yang membuat tingkat

kesejahteraan mereka lebih tinggi daripada sebelumnya.

Banyak dan sedikitnya pengguna alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa hal,

antara lain termasuk kesadaran pada pasangan suami istri untuk mengurangi angka kelahiran.

Sebab semakin banyak maka beban dan angka tanggungan bagi pasangan tersebut juga akan

semakin banyak. Selain itu, pelayanan kesehatan yang baik serta sosialisasi di masyarakat

juga harus diperhatikan supasa program KB dapat berjalan sesuai dengan target.

Banyaknya pasangan usia subur digunakan sebagai pembanding untuk pengguna alat

kontrasepsi, sebab pada pasangan usia subur lebih berpotensi untuk melahirkan keturunan

dibandingkan dengan pasangan usia yang tidak subur.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa di wilayah Kelurahan Ngletih merupakan

wilayah yang paling sedikit pengguna alat kontrasepsi, sebab di wilayah tersebut pasangan

usia suburnya juga paling sedikit, serta pasangan usia subur yang termasuk pengguna alat

kontrasepsi juga merupakan jumlah yang paling sedikit. Namun, bila dipersentase di wilayah

tersebut terdapat 72,3% pasangan usia subur yang telah menggunakan alat kontrasespi.

Hal ini, menunjukkan kesadaran masyarakat untuk menekan angka natalitas semakin

bagus, selain itu sarana dan prasarana kesehatan juga mendukung, seperti adanya sebuah

puskesmas yang sudah dilengkapi dengan IGD 24 jam, ruang rawat inap dan pelayanan gratis

bagi warga kurang mampu dan memiliki kartu Askes maupun Jamkesmas. Oleh karena itu,

tidak heran apabila sosialisasi yang pernah dilakukan dan pelayanan untuk menerapkan

program KB sudah berjalan dengan baik.

Sedangkan persentase pengguna alat kontrasepsi di Kelurahan Bawang yang memiliki

jumlah pasangan usia suburlebih banyak dibandingkan dengan Kelurahan Ngetih justru hanya

68,9%, padahal secara administratif kelurahan ini tepat berada di sebelah selatan Kelurahan

Ngletih, aksesbilitas menuju puskesmas terdekat juga mudah.

Sedikitnya persentase pengguna alat kontrasepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh

kurangnya sosialisasi di masyarakat mengenai pentingnya program Keluarga Berencana

untuk mengurangi kepadatan penduduk serta ledakan penduduk pada tahun-tahun berikutnya.

Kemungkinan lainnya yaitu, sebagian besar pasangan usia subur dan pengguna alat

kontrasepsi sudah didata pada tahun sebelmunya, sehingga tidak tercantum pada pendataan

tahun 2013.

Berbeda dengan kedua kelurahan di atas, Kelurahan Singonegaran memiliki catatan

jumlah pasangan usia subur paling banyak, namun partisipasi KB sudah cukup baik,

dibuktikan dengan persentase jumlah pengguna alat kontrasepsi mencapai 73,6% dan

Page 22: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 22

merupakan jumlah tertinggi di Kecamatan Pesantren. Hal tersebut menunjukkan bahwa,

kesadaran warga di kelurahan tersebut untuk mengurangi angka kelahiran sudah cukup baik.

Apabila dirata-rata, maka persentase jumlah pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan

Pesantren sudah mencapai 72%. Angka yang cukup bagus untuk menuju keberhasilan

program Keluarga Berencana serta mengurangi angka kelahiran, kepadatan penduduk dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Walaupun partisipasi warga sudah cukup baik, namun pihak pemerintah masih tetap

gencar menyosialisasikan program KB. Salah satunya yaitu, bersamaan HUT ke-69

Kemerdekaan RI, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Kediri

menemukan ide kreatif dengan cara menggunakan mobil unit penerangan (Mupen) untuk

memberikan informasi program Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga (KKBPK)

dan program pemerintah kepada masyarakat Kota Kediri melalui layar tancap di tiap

Kelurahan Kota Kediri.

Mupen milik Kantor BPPKB Kota Kediri yang diperoleh dari DAK tahun 2013 dari

BKKBN. Sejak adanya Mupen tersebut kini penyaluran informasi di Kota Kediri untuk

masyarakat tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, dengan dikelola oleh BPPKB Kota Kediri,

Mupen digunakan sebagai wahana informasi dan penerangan program-program Pemerintah

Daerah maupun Pusat. Oleh karena itu, dengan adanya Mupen tersebut, BPPKB mencetuskan

ide yakni “MUPEN IN ACTION” dengan cara menghidupkan kembali layar tancap dengan

menyiarkan film dengan disisipkan iklan informasi program pemerintah daerah dan program

KKBPK.

Dengan cara menghibur masyarakat Kota Kediri melalui pemutaran film, kemudian

kami sisipkan setiap informasi baik dari pemerintah daerah maupun dari BPPKB Kota Kediri.

Kegiatan ini kami lakukan dengan tema Mupen in Action agar setiap informasi untuk

masyarakat bisa cepat tersampaikan dan menghibur.

Sejak hari kemerdekaan pada 17 Agustus lalu, Mupen sendiri sudah melakukan tour

ke beberapa Kelurahan di Kota Kediri. Dengan menyiarkan film perjuangan dan program dari

Pemerintah Daerah dan program Keluarga Berencana, setiap Lurah di Kota Kediri diminta

menyiapkan tempat untuk terwujudnya program Mupen In Action tersebut.

Melalui koordinasi seluruh RT dan RW di seluruh Kelurahan Kota Kediri serta

Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBK) dan sub PPKBK setempat ditambah

dengan koor dinasi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) pelaksanaan penyampaian

informasi tersebut dapat berlangsung lancar.

Page 23: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 23

Kegiatan yang mencondongkan penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE), Mupen merupakan sarana yang efektif. Disamping dapat menghibur masyarakat

melalui film, BPPKB juga menjelaskan kepada masyarakat tentang program KB dan

meyakinkan pentingnya keluarga untuk pembangunan.

Bahkan kegiatan Mupen in Action, BPPKB juga bekerjasama dengan Badan

Narkotika Nasional (BNN) Kota Kediri dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota

Kediri untuk mengkampanyekan program dan kegiatannya. Film dengan durasi pendek akan

diputar sebelum penayangan film utama dan akan diputar kembali di pertengahan dan

sesudah film selesai. BPPKB juga mempersilahkan Dinas atau badan terkait untuk

menyampaikan programnya maupun melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada saat jeda

maupun sebelum pemutaran film.

Pemetaan ini juga berfungsi untuk perencanaan program KB pada tahun selanjutnya,

seperti sosialisasi pentingnya KB dalam mencegah ledakan penduduk. Selain itu, dapat pula

digunakan untuk membantu memperkirakan angka kelahiran bayi setiap tahunnya pada usia

subur. Selain itu, alat kontrasepsi tidak hanya digunakan untuk mencegah kelahiran, tapi juga

untuk mencegah penularan penyakit seperti HIV/AIDS.

Page 24: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 24

BAB V

KESIMPULAN

1. Data yang diolah menggunakan beberapa sistem tersebut tidak terdistribusi normal

pada sistem geometrik, sebab terdapat 3 kelas yang tidak memiliki anggota.

Sedangkan sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem geometrik. Sehingga,

pemetaan menggunakan data yang diperoleh dari perhitungan menggunakan sistem

geometrik.

2. Pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 sudah mencapai rata-

rata 72%. Masyarakat sudah banyak yang menyadari pentingnya mengendalikan

kepadatan penduduk dan kelahiran untuk kesejahteraannya.

3. Peta Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi Kecamatan Pesantren Tahun 2013 dapat

digunakan untuk perencanaan program KB pada tahun mendatang untuk mencapai

target yang diinginkan.

Page 25: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 25

BAB VI

RUJUKAN

Payne, Richard J. (2009) Chapter 10: Population and Migration. Global Issues:

Politics,Economics, and Cultures. Pearson Education, Inc.

Shah, Anup. (2001) Populations: A Numbers Game. Global Issues. [Diakses 22

November 2014].

Shah, Anup.(2002) Human Population.Global Issues, 13 Juni 2002. [Diakses 22

November 2014]

http://dragva.wordpress.com/2010/10/25/choroplath/[Diakses 30 November 2014].

http://kedirikota.bps.go.id/[ Diakses 13 November 2014].

http://www.antarajatim.com/lihat/berita/49504/program-kb-di-kediri-belum-penuhi-

target [Diakses 30 November 2014].

http://www.bakosurtanal.go.id/peta-tematik/[Diakses 30 November 2014].

http://www.kedirikota.go.id/read/Berita/2014/8/28/3/6/579/BPPKB%20sampaikan%2

0Informasi%20Melalui%20Layar%20Tancap.html [Diakses 30 November 2014].

MEDIAINDONESIA.COM - Hot Topics :: BKKBN Ingatkan Pentingnya

Kontrasepsi Jangka Panjang [Diakses 30 November 2014].

Page 26: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1
Page 27: Membuat Peta Tematik dengan Menggunakan ArcMap 10.1

Fatma Roisatin Nadhiroh 27