Membela Kebebasan Beragama Percakapan...

36
a b Membela Kebebasan Beragama 288 Percakapan dengan Djohan Effendi Djohan Effendi Djohan Effendi Djohan Effendi Djohan Effendi Djohan Effendi, Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jakarta. Ia pernah menjabat sebagai Staf Sekretaris Jenderal Departemen Agama (1973-1978) dan Menteri Sekretaris Negara (2000-2001).

Transcript of Membela Kebebasan Beragama Percakapan...

Page 1: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

288

Percakapan dengan

Djohan Effendi

Djohan EffendiDjohan EffendiDjohan EffendiDjohan EffendiDjohan Effendi, Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Jakarta.Ia pernah menjabat sebagai Staf Sekretaris Jenderal Departemen Agama (1973-1978)

dan Menteri Sekretaris Negara (2000-2001).

Page 2: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Djohan Effendi

289

Pemerintahan yang tidak berada di bawah kontrol suatu agamatertentu dengan sendirinya tidak akan menjadi alat untuk menindaspemikiran atau paham yang dianggap sesat oleh para elit pemegangotoritas agama; tidak pula mengekang hak hidup agama-agamalainnya. Itulah sistem demokrasi yang menempatkan sekularismesebagai keniscayaan sekaligus memberi ruang luang bagi pahamliberalisme dan pluralisme. Liberalisme di sini lebih berkaitan denganwacana kebebasan berpikir, terutama dalam konteks keagamaan.Sementara pluralisme justru berangkat dari anggapan bahwaagama-agama tidak sama, sekaligus menjawab realitas masyarakatyang beragam, sehingga perlu bersikap pluralis, yakni menerima danmenghargai perbedaan.

Page 3: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Membela Kebebasan Beragama

290

Wacana sekularisme di Indonesia mendapat resistensi yang cukup kuat. Bagikalangan masyarakat yang beragama, lebih-lebih kaum Muslimin, ber-anggapan bahwa sekularisme adalah ancaman terhadap agama. BagaimanaAnda melihat masalah ini?

Memang berkembang anggapan di kalangan umat beragama bahwasekularisme menentang agama. Padahal masalahnya tidak sesederhana itu.Karena hal tersebut sangat tergantung bagaimana paham sekularismediterapkan. Yang pertama-tama perlu dicatat adalah bahwa paham seku-larisme bukan semacam cetak-biru yang sudah jadi. Walaupun sejarahnyasangat panjang, namun sampai sekarang tampaknya pewujudannya masihmengalami dinamika sesuai dengan perkembangan dan persoalan yang terjadidalam masyarakat modern. Untuk membicarakan sekularisme ada baiknyabila kita menyimak latar belakang kemunculan paham ini. Sebabbagaimanapun sekularisme, dalam penerapannya, tidak terlepas dari latarbelakang kesejarahan masing-masing negara.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemunculan paham sekularismetidak bisa dilepaskan dari perkembangan hubungan agama dan kekuasaandalam masyarakat Barat di Abad Pertengahan. Paham sekularisme lahirterutama sebagai reaksi terhadap kekuasaan gereja yang sangat dominanterhadap raja-raja Kristiani di Eropa. Karena itu ide dasar sekularisme adalahpemisahan gereja dan negara, yakni bagaimana gereja, yang kemudianditerjemahkan sebagai agama, tidak lagi mencampuri perikehidupan bernegara.Kalau kita menyimak perkembangan sekularisme di Inggris, kita bisa merujukke abad ke-16, ketika Henry VIII, pada 1534, mengambil alih kontrol Pausterhadap gereja-gereja di Inggris, karena Paus tidak mau merestuiperkawinannya dengan Catherine dari Aregon. Bahkan, kemudian Raja Inggrismenjadi Pimpinan Gereja Anglikan. Dalam kurun waktu beratus-ratus tahunInggris berangsur-angsur membangun pemerintahan yang lepas dari kontrolgereja, walaupun Raja atau Ratu Inggris menjadi kepala Gereja Anglikan. Sepertikita saksikan selama ini pemerintahan Inggris tidak dilakukan oleh Raja atauRatu tapi oleh kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri yangberasal dari salah satu dari dua partai politik yang menang pemilu, partaiburuh atau partai konservatif, yang dua-duanya merupakan partai sekular.

Lain halnya dengan Prancis. Republik Prancis lahir dari revolusi Prancisyang menentang kekuasaan raja yang didukung kuat oleh gereja. Maka

Page 4: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Djohan Effendi

291

campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat. Bahkan,ekspresi keagamaan tidak diperkenankan kecuali dalam kehidupan privat.Negara-negara Eropa lainnya semuanya sudah menerapkan paham seku-larisme, namun bagaimana proses penerapannya sangat beragam. Swedia,Belanda, Jerman, Italia, Spanyol dan negara Eropa lainnya mengalami prosesyang berlainan satu sama lain.

Berbeda dengan pengalaman Eropa, Amerika Serikat mempunyaipengalaman sendiri. Orang-orang Amerika pada mulanya adalah umat KristenProtestan yang menyingkir dariEropa karena berlangsungnyapertentangan keras antara gerejaKatholik dan kaum Protestan yangmenyebabkan konflik berdarah disana sini, bahkan sempat me-lahirkan “perang agama” dan antaralain peperangan selama 30 tahun(1618-1648). Mereka berimigrasike Benua Amerika untuk mem-peroleh kebebasan beragama se-bagai pengikut gereja Protestan.Maka dalam kehidupan AmerikaSerikat, nuansa agama, khususnyaagama Kristen Protestan, masihkuat. Bahkan fundamentalismeKristen muncul dari Amerika danmasih berpengaruh hingga saat ini.Lihat saja, dalam pemilihanpresiden Amerika Serikat wacana tentang agama muncul dalam perdebatancalon-calon presiden. Namun, mungkin karena pengalaman dari adanya gerejaresmi di Eropa, maka sejak awal Amerika Serikat menolak kehadiran agamaresmi. Amerika Serikat bersitegas menegakkan kebebasan agama-agama untukberkembang tapi sekaligus tidak memberi ruang bagi agama-agama untukmemasuki wilayah kenegaraan.

Bagaimana dengan masalah sekularisasi, bukankah tidak mungkin dilepas-kan dari sekularisme?

Tanpa sekularisme prinsip-prinsip

demokrasi tidak mungkin diwujudkan

secara penuh. Sebab kalau suatu

agama memperoleh kedudukan lebih

istimewa dari agama-agama lain, maka

tidak mungkin ada kesetaraan di

antara warga negara yang menganut

berbagai agama atau kepercayaan,

karena ada sekelompok pemeluk

agama yang memperoleh kedudukan

lebih tinggi dibanding penganut

agama-agama lain. Sistem

pemerintahan demokrasi

menempatkan sekularisme

sebagai keniscayaan.

Page 5: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Membela Kebebasan Beragama

292

Tentu saja kedua masalah itu ada titik singgungnya. Namun perluditekankan bahwa sekularisasi adalah proses yang tak mungkin dihindarisebagai bagian dari proses modernisasi dalam kehidupan masyarakat.Sedangkan sekularisme adalah paham yang berkembang sebagai responmanusia atas perkembangan kehidupan politik dalam masyarakat, khususnyadalam kaitan dengan masalah hubungan agama dan negara. Yang pertamabersifat sosiologis, yang kedua bersifat ideologis.

Titik singgung dari kedua hal di atas adalah bahwa keduanya mempu-nyai ciri yang sama, yakni pengurangan dan penyempitan peranan agamadalam kehidupan masyarakat. Untuk jelasnya kita bisa amati bagaimanaproses sekularisasi terjadi. Saya masih ingat, ketika saya masih kecil, betapadi lingkungan masyarakat saya peranan tokoh agama sangat sentral hampirdalam keseluruhan kehidupan masyarakat. Kalau ada orang sakit pihakkeluarganya pergi ke ulama meminta air untuk diminunkan kepada yangsakit sebagai obat. Perempuan yang susah melahirkan juga minta air kepadaulama. Orang yang ingin menanam padi minta air kepada ulama untukdisiramkan ke sawah dengan harapan tanamannya subur dan bebas hama.Orang yang ingin buka toko juga datang kepada ulama meminta air untukdisiramkan di sekitar toko dengan harapan dagangannya akan laris. Bahkanorang yang barangnya hilang atau dicuri orang juga minta bantuan ulamabagaimana agar barang itu dikembalikan. Sekarang hal semacam itu sudahtidak terjadi lagi. Orang sakit pergi ke dokter, poliklinik atau rumah sakit.Petani berkonsultasi dengan penyuluh pertanian; pedagang pergi ke bank;orang yang kehilangan barang pergi melaporkan pencurian ke kantor polisidan sebagainya. Inilah salah satu gejala sekularisasi: peranan tokoh agamayang makin berkurang. Yang terjadi adalah rasionalisasi kehidupan yangditandai oleh proses diferensiasi, pembedaan dan pemilahan peran-perandalam masyarakat.

Bagaimana dengan sekularisme? Sekularisme pada dasarnya memilikiciri yang sama, diferensiasi kehidupan masyarakat, dalam hal ini pemilahanantara kehidupan privat dan kehidupan publik, antara wilayah agama danwilayah negara. Agama dibatasi dalam wilayah privat sedangkan wilayahpublik, terutama yang berkenaan dengan kehidupan politik, menjadi urusannegara.

Apakah ada keterkaitan antara sekularisme dan paham demokrasi?

Page 6: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Djohan Effendi

293

Sangat dekat keterkaitan di antara keduanya. Dan di sini agaknya perludicatat segi lain dari kemunculan paham sekularisme. Munculnya pahamsekularisme, saya rasa, tidak bisa lepas dari perkembangan kemunculan pahamdemokrasi yang menempatkan kedaulatan dalam kehidupan bernegaraberada di tangan rakyat. Dalam perspektif ini sekularisme muncul untukmemperkuat posisi rakyat berhadapan dengan raja-raja yang memerintahsecara absolut sembari memperoleh legitimasi dari gereja.

Dalam negara demokratiskedudukan semua dan setiap orang,apapun latar belakangnya, baiketnik, agama atau apa saja, sama dihadapan hukum. Dengan demiki-an, semua agama pun sama kedu-dukannya di hadapan hukum. Iniberarti agama tidak boleh mencam-puri kehidupan bernegara dan pe-merintahan. Karena itu bisa dikata-kan tanpa sekularisme prinsip-prinsip demokrasi tidak mungkindiwujudkan secara penuh. Sebabkalau suatu agama memperoleh ke-dudukan lebih istimewa dari aga-ma-agama lain, maka tidak mung-kin ada kesetaraan di antara warga negara yang menganut berbagai agama ataukepercayaan, karena ada sekelompok pemeluk agama yang memperolehkedudukan lebih tinggi dibanding penganut agama-agama lain. Sistempemerintahan demokrasi menempatkan sekularisme sebagai keniscayaan.

Kalau sekularisme dianggap sebagai ancaman, maka ancaman ituterutama kepada pemerintahan teokratis yang menganggap rakyat hanyalahsebagai obyek dan negara itu sendiri sekadar menjadi alat penguasa yangmendapat legitimasi dari agama.

Kalau begitu sekularisme terkait pula dengan liberalisme dan pluralisme?

Tentu saja ketiga paham itu, sekularisme, liberalisme dan pluralisme,terkait satu sama lain. Sebuah pemerintahan yang tidak berada di bawah

Perlu ditekankan bahwa sekularisasi

adalah proses yang tak mungkin

dihindari sebagai bagian dari proses

modernisasi dalam kehidupan

masyarakat sedangkan sekularisme

adalah paham yang berkembang

sebagai respon manusia atas

perkembangan kehidupan politik dalam

masyarakat, khususnya dalam kaitan

dengan masalah hubungan agama dan

negara. Yang pertama bersifat sosiologis,

yang kedua bersifat ideologis.

Page 7: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Membela Kebebasan Beragama

294

kontrol suatu agama tertentu dengan sendirinya tidak akan menjadi alatuntuk menindas pemikiran atau paham yang dianggap sesat oleh elitpemegang otoritas agama tersebut; juga tidak mengekang hak hidup agama-agama lain. Dengan demikian sekularisme akan memberi tempat yang luasbagi paham liberalisme dan pluralisme.

Lalu bagaimana Anda melihat ini semua dalam konteks negeri-negeri Muslimsaat ini?

Bagaimana dengan dunia Islam? Tentu saja masalah sekularisme jugamuncul walaupun dalam nuansa yang sangat berbeda. Perbedaan itu terutamamuncul karena struktur keagamaan Islam dan Kristen berbeda secarafundamental. Mungkin kita bisa melihatnya dari konsep tentang wahyu.Dalam agama Kristen wahyu adalah Yesus itu sendiri. Sedangkan dalamagama Islam wahyu adalah al-Quran. Melalui Yesus, menurut keyakinanKristiani, Tuhan mengungkapkan diri-Nya melalui Tuhan Putera yang lahir,hidup dan mati di antara manusia. Sedang dalam kepercayaan umat Islammelalui al-Quran Tuhan menurunkan hidayah-Nya kepada umat manusia.Maka dalam sejarah Kristiani muncul perdebatan apakah Yesus itu TuhanPutera yang tidak terpisahkan dari Tuhan Bapak ataukah manusiasebagaimana makhluk manusia lainnya? Sedangkan dalam sejarah Islammuncul perdebatan apakah al-Quran itu kalamullah yang bersifat qadimatau makhluk sebagaimana ciptaan Tuhan lainnya. Sebagaimana kita ketahuipada kedua-duanya, umat Kristen dan umat Islam, pendapat pertamalahyang menjadi anutan mayoritas umat masing-masing.

Dalam pewujudannya kemudian agama Kristen mengambil bentukgereja (bukan dalam arti fisik bangunan) dan dalam Islam menjelma menjadisyariat Islam, yang dalam bentuk konkretnya termuat dalam hukum-hukumfikih. Dalam realitas kesejarahan yang dialami masyarakat Barat gerejamembawahi raja-raja Kristiani. Sedangkan dalam dunia Islam sultan-sultanmenempatkan diri sebagai penjaga dan pelaksana syariah. Dan otoritaskeagamaan tentu saja dipegang oleh ulama yang diangkat dan dipercayaoleh sultan atau khalifah, mungkin disebut muftî, qâdlî al-qudlât, atau syaykhal-Islâm. Institusi ini mempunyai posisi yang sangat kuat karena seolah-olah menjadi personafikasi agama. Karena agama menjadi unsur pendukungraja-raja Kristiani dan sultan-sultan Islam, kedua-duanya memiliki legitimasisangat kuat dan wajar kalau mereka menjadi penguasa absolut, otoriter dan

Page 8: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Djohan Effendi

295

disakralkan, yang pada gilirannya melahirkan kekuasaan yang tidakterkontrol, tidak jarang menindas dan korup. Tidaklah mengherankan kalaupengalaman sejarah yang dialami dunia Kristen juga terjadi dalam duniaIslam, kehadiran penguasa-penguasa duniawi yang memiliki legitimasiagama yang memerintah secara absolut. Salah satu reaksi yang muncul ada-lah berkembangnya ide sekularisme, sebuah paham yang membatasi peranistitusi dan pemuka agama dalam perikehidupan bernegara yang dianggapmen-dukung praktik otoritarianisme.

Tapi bukankah kemunculan paham sekularisme di dunia Islam karenapengaruh dunia Barat?

Sampai batas tertentu adabenarnya. Pengaruh yang datangdari luar itu bertemu denganperkembangan yang terjadi dalammasyarakat Muslim sendiri. Kitabisa melihat sejarah Turki karenaTurkilah yang dianggap sebagainegeri Muslim pertama yang menerima paham sekularisme. Bermula dengankemunculan Republik Turki pada tahun 1924 yang menghapuskankekuasaan khalifah dan akhirnya menghapuskan lembaga kekhalifahan itusendiri setelah Kerajaan Turki Usmani berkuasa cukup lama, 5 abad lebih.Sebenarnya Sultan Turki sekaligus khalifah, terakhir Dinasti Usmani, SultanHamid, sudah tidak riil berkuasa lagi sebelum ia dimakzulkan.

Pasang surut kerajaan Turki Usmani ditandai perluasan wilayahkekuasaannya sampai merambah ke Eropa. Hubungan dengan Eropa ter-utama dalam bentuk takluk-menaklukkan dan karena itu perhatian raja-raja Usmani terutama dalam membangun kekuatan militer. Perkembanganilmu pengetahuan terabaikan sedangkan di pihak lain Eropa mengalamikemajuan perkembangan ilmu pengetahuan setelah masa Renaissance. Selainmenghadapi tantangan dari raja-raja Kristen Eropa, Kesultanan Turki Usmanijuga menghadapi perlawanan-perlawanan dari dalam. Karena itu tidakmengherankan kalau akhirnya Kesultanan Turki mengalamani kemudurandan akhirnya dijuluki sebagai orang sakit-sakitan dari Eropa. Hal inilah yangmendorong kelahiran Turki Muda yang ingin mengejar kemunduran Turki

Paham sekularisme, saya rasa, muncul

tidak bisa lepas dari perkembangan

kemunculan paham demokrasi yang

menempatkan kedaulatan dalam

kehidupan bernegara berada

di tangan rakyat.

Page 9: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Membela Kebebasan Beragama

296

Usmani. Kekecewaan terhadap nepotisme, korupsi dan kekuasaan elit agamaagaknya yang melandasi Turki Muda untuk menerapkan paham sekularismesebagai ideologi Republik Turki.

Walaupun Republik Turki yang sekular menggantikan kekhilafahan Usmani,bukankah negeri-negeri Islam yang lain tetap menolak paham sekularisme?

Memang sesudah keruntuhan kekhalifahan Dinasti Usmani munculkerajaan Arab Saudi yang menerapkan syariat Islam ala Wahhabi tapiwilayahnya terbatas hanya di Arab Saudi. Mirip dengan Kerajaan Arab Saudiadalah kesultanan-kesultanan kecil di wilayah sekitarnya seperti Bahrain,Oman, Qatar dan Emirat yang tetap memelihara eksistensi sebagai negaraberlandaskan Islam.

Di samping itu, masih ada percobaan lain dengan mendirikan negaraIslam seperti Pakistan dan terakhir Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban.Namun citra yang dibentuk oleh negara-negara semacam ini justru sangatnegatif. Pakistan sendiri yang didirikan atas dasar Islam dan bukannasionalisme sekular sebagaimana India akhirnya terpecah menjadi duanegara dengan pemisahan Pakistan Timur yang membentuk negara terpisah,Bangladesh, yang waktu berdirinya tegas-tegas menyatakan diri sebagainegara sekular. Tapi negara-negara Arab yang lain seperti Mesir, Syria, Irak,Yordan, Marokko, Tunisia dan Aljazair dalam kenyataan telah membatasiperanan dan pengaruh agama dalam praktik kehidupan bernegara. Tidakbanyak bedanya dengan negara-negara Eropa Barat yang masih mencan-tumkan agama Kristen sebagai agama negara dalam konstitusi, namun dalampraktiknya agama sudah kehilangan pengaruh dan peranan.

Sekularisme juga diterapkan secara konsisten dan konsekuen di India,sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. KaumMuslimin India yang jumlahnya ratusan juta jiwa merupakan pendukungkuat paham sekularisme di negeri ini karena mereka akan lebih terlindungiselama India memegang teguh prinsip sekularisme. Sampai sekarang sudahtiga orang Muslim yang menduduki jabatan kepresidenan India.

Bukankah dalam kalangan umat Islam ada konsep Islam adalah dîn dandawlah? Bagaimana Anda menanggapi konsep ini?

Page 10: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a � b

Djohan Effendi

297

Pertama-tama saya ingin memberi catatan tentang ungkapan dîn dandawlah yang bisa kita terjemahkan sebagai agama dan negara. Saya teringatpada sebuah Hadits Nabi Muhammad saw yang mengatakan bahwa dalammasalah dîn hendaknya kita menyerahkannya pada beliau, sebaliknya dalammasalah dunia kita, maksudnya umat beliau, lebih tahu. Kalau kita kaitkankonsep di atas dengan Hadits Nabi tersebut, maka kata dawlah bisa di-samakan dengan kata dunia dalam Hadits tersebut, sebab kedua kata ituditempatkan sama sebagai pasangan kata dîn. Kalau kita menerima konsepbahwa Islam adalah dîn dan dawlah maka perlu dicatat bahwa dalam masalahdawlah kita lebih tahu bagaimana menanganinya. Sebab persoalan dawlahadalah persoalan duniawi, persoalan sekular yang selalu mengalami perubahandari waktu ke waktu dan berbeda antara tempat yang satu dengan tempatyang lain.

Salah satu hal yang menarikuntuk ditekankan, berkaitan de-ngan Hadits Nabi yang menegas-kan bahwa dalam hal agama makahal itu diserahkan sepenuhnya padabeliau, contoh konkretnya adalahdalam masalah ‘ibâdah, di manaterdapat konsep tentang bid‘ah,yang berarti membuat tata-caraibadah sendiri yang tidak diajarkanatau dicontohkan Nabi. Hal inidilarang, sebab seperti diungkap-kan dalam sebuah Hadits bahwasemua bid‘ah itu sesat dan semuayang sesat itu berada dalam neraka. Kalau kita ambil contoh salat, ada ucapanNabi agar kita salat mengikuti cara salat Nabi. Mestinya dalam praktiksalat tidak ada perbedaan. Sungguhpun demikian dalam realitas kita saksikanumat Islam tidak melakukan salat yang serupa satu sama lain. Lihat sajabagaimana orang salat di Masjidil-Haram di Mekah atau Masjid Nabawidi Madinah, terdapat variasi beragam dalam melakukan ibadah salat. Bahkandi kota saya tinggal, Geelong yang jumlah jamaah sembahyang jumatnyahanya puluhan orang, salatnya tidak persis sama. Dan semuanya merasamengikuti tata-cara salat Nabi. Apakah salat Nabi berbagai ragam cara?

Sebuah pemerintahan yang tidak

berada di bawah kontrol suatu agama

tertentu dengan sendirinya tidak akan

menjadi alat untuk menindas

pemikiran atau paham yang dianggap

sesat oleh elit pemegang otoritas

agama tersebut; juga tidak

mengekang hak hidup agama-agama

lain. Dengan demikian sekularisme

akan memberi tempat yang luas bagi

paham liberalisme dan pluralisme.

Page 11: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �0 b

Membela Kebebasan Beragama

298

Saya rasa tidak. Tapi kita menerima keragaman itu. Kalau dalam hal salatsaja umat Islam berbeda-beda pendapatnya apalagi dalam masalah duniaatau dawlah yang diserahkan kepada kita sendiri, pasti tidak akan terdapatpersamaan pendapat. Sebab pemikiran kita tentang masalah-masalah duniadan cara-cara kita menghadapinya tentu bersifat kontekstual, mengikutiperkembangan zaman dan perbedaan tempat.

Hal di atas perlu kita catat ketika kita menghadapi wacana penerapansyariat Islam. Jelas apa yang dimaksud dengan syariat Islam adalah pe-mahaman, penafsiran dan perumusan manusia yang terbatas pengetahuan,pengalaman dan wawasannya. Maka kita bisa bertanya syariat Islam yangmana yang harus kita terapkan, syariat Islam ala Wahhabi di Saudi Arabia,syariat Islam ala Taliban yang pernah diterapkan di Afghanistan, syariat Islamala Brunei yang ketat menurut mazhab Syafi’i, syariat Islam ala Somali,Pakistan, atau syariat Islam sebagaimana dipahami Mawdudi, Sayyid Quthb,dan masih banyak lagi. Kalau masih ada yang bersikeras mengatakan bahwasyariat Islam itu hanya satu, sebab Islam hanya satu, dia tidak melihat danmengakui realitas kehidupan umat Islam. Sebab, nyatanya realitas umatIslam berbeda-beda. Bahkan saling menyalahkan satu sama lain. Bacalahtulisan-tulisan terbitan apa yang menyebut dirinya kaum salafi sekarang ini,tidak ada umat Islam yang benar kecuali mereka sendiri.

Akhir-akhir ini kita mendengar tuntutan untuk membentuk kekhilafahanIslam yang meliputi seluruh dunia Islam. Bagaimana tanggapan Anda?

Kekhilafahan adalah ide yang diperjuangkan oleh teman-teman HizbutTahrir yang dicanangkan lebih dari 50 tahun yang lalu. Mereka berkeyakinankeruntuhan kekhilafahan Turki Usmani merupakan pangkal keterpurukandunia Islam. Karena itu, untuk kebangkitan dunia Islam, pemerintahanIslam yang bersifat global dalam bentuk kekhilafahan Islam harus dibangunkembali. Saya rasa ini hanyalah sebuah utopia. Bagaimana mereka bisamemutar jarum sejarah ke belakang. Dunia Islam sudah terbagi menjadinegara-negara bangsa. Sebenarnya dunia Islam, setelah keruntuhankekhilafahan Umayyah di Damaskus tidak pernah memiliki penguasatunggal. Bahkan bisa dikatakan setelah tewasnya Usman bin Affan,perpecahan politik umat Islam sudah dimulai. Bukan sekadar perpecahanmelainkan pertikaian dan permusuhan.

Page 12: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

299

Negara mana yang mau berada di bawah negara lain? Dari mana merekaakan memulai? Negara-negara Arab saja sudah sangat sulit untuk dipersatukan.Lybia tidak akan mau duduk bersandingan dengan Saudi Arabia. Pakistanyang lahir sebagai satu negara akhirnya terpecah menjadi dua negara, Pakistandan Bangladesh. Fatah dan Hamas saja, dua faksi di Palestina tempat kelahiranHizbut Tahrir, sudah baku tembak sebelum mereka punya negara sendiri.Lantas bagaimana pula akan menyatukan negara-negara yang banyakjumlahnya. Lalu di negara mana pusat kekhilafahan berada? Di Mekah? Manamungkin? Sebab bagi orang-orang Wahhabi, Hizbut Tahrir, penggagas danpenggerak gerakan khilâfah saat ini,dianggap gerakan sesat. Bagaimanadengan negeri-negeri yang mayo-ritas penduduknya menganut IslamSyi’ah? Jangankan mempersatukanSunni dan Syi’ah, mempersatukansesama Sunni saja merupakan se-buah “mission imposible”, bagaikanpungguk merindukan bulan.

Jika di masa lalu sekularismedipahami sebagai privatisasi agama,belakangan ada kecenderunganbahwa sekularisme menenggangdeprivatisasi, yakni mengupayakankembali peranan dan fungsi agamamasuk ke ruang publik sejauh mendukung nilai-nilai demokrasi, liberalismedan pemihakan terhadap masyarakat lemah. Bagaimana tanggapan Anda?

Sebagai keyakinan, agama, sebagaimana juga keyakinan apapun, adalahpembawa nilai dan penggerak amal. Karena itu agama dengan sendirinyamempengaruhi pemikiran dan kehidupan privat dan publik penganutnya.Hal ini wajar dan memang sudah seyogianya seperti itu. Ia mempengaruhidan membentuk pola pikir kita dalam melihat, merasa, merespon danmenggumuli masalah-masalah yang kita hadapi. Hanya saja dalam kontekskehidupan bernegara, bagi suatu masyarakat majemuk perlu dihindari aturan-aturan yang bersifat eksklusif dari suatu kelompok agama tertentu, walau

Sekularisasi adalah proses yang tak

mungkin dihindari sebagai bagian dari

proses modernisasi dalam kehidupan

masyarakat sedangkan sekularisme

adalah paham yang berkembang

sebagai respon manusia atas

perkembangan kehidupan politik

dalam masyarakat, khususnya dalam

kaitan dengan masalah hubungan

agama dan negara. Yang pertama

bersifat sosiologis, yang kedua

bersifat ideologis.

Page 13: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

300

merupakan anutan mayoritas sekalipun, apalagi kalau aturan itu diberlakukanuntuk semua negara. Untuk itu perlu kearifan kalangan mayoritas untukmenenggang rasa kalangan minoritas agar jangan sampai merasa dipinggirkandan disingkirkan.

Yang diperlukan adalah pendekatan yang bersifat substansial yang lebihmementingkan isi dan bukan pendekatan simbolik yang lebih memen-tingkan kulit. Maksudnya bagaimana agama lebih ditempatkan pada tatarannilai, bukan pada tataran institusi. Sebab dengan pendekatan simbolik agamaakan lebih merupakan ciri eksklusif identitas kelompok yang, mau tidakmau, akan selalu menonjolkan perbedaan dari simbol-simbol eksklusifkelompok lain yang lahir dan berkembang dari masyarakat majemuk.Sedangkan dengan pendekatan yang bersifat substansial agama akan lebihberdialog dengan agama lain yang pada dasarnya memiliki pesan-pesan moralyang sama.

Pendekatan simbolik lebih bersifat politik yang paradigmanya bersifatmencari kemenangan, yang berarti kekalahan pihak lain. Sedangkanpendekatan substansial lebih bersifat kultural yang lebih mencari harmoni,yang lebih menginginkan sama-sama menang. Khwaja Jamal dari UniversitasAlighard, India, menyebutnya sebagai pendekatan inspirasional, sebagaialternatif dari pendekatan institusional. Sedangkan Bung Hatta pernahmenyebutnya pendekatan dengan memakai ilmu garam terasa tapi taktampak, bukan ilmu gincu yang terlihat jelas tapi tak ada rasa apa-apa dantidak jarang tampak norak.

Bagaimana dengan labelisasi Islam dalam berbagai lembaga yang marak terjadibelakangan ini, seperti bank Islam, bank syariah, rumah sakit Islam, klinikIslam dsb. Apakah hal itu mengancam sekularisme?

Menamakan sesuatu dengan label tertentu, saya rasa, cukup proble-matik. Sebab semuanya tumbuh dan berkembang dalam proses yang tidaklepas dari pengaruh ruang dan waktu. Pelabelan biasanya dimaksudkan untukmembedakan sesuatu yang diberi label dengan yang mempunyai label lain,dan tersirat di baliknya anggapan bahwa yang mempunyai label lain itulebih rendah nilai dan kualitasnya. Apalagi kalau label itu berkaitan denganagama. Ketika kita memberi label sesuatu dengan label Islam, tentudimaksudkan bahwa sesuatu itu bersifat islami sedangkan yang lain, yang

Page 14: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

301

tidak mempunyai label Islam, adalah tidak islami. Untuk lebih jelas sayaingin memberikan contoh dengan mengemukakan wacana tentang ribâ danperbankan.

Salah satu masalah yang di-hadapi masyarakat Islam dalambeberapa tahun terakhir adalahproblem perbankan. Sebenarnyamasalah ini bukan merupakanmasalah baru. Perdebatan tentangapakah bunga bank itu mengan-dung unsur riba atau bukan sudahmasalah lama. Ada yang meng-anggap bunga bank itu riba karenaitu harus dihindari; ada yangberpendapat memang riba tapi ma-syarakat tidak bisa lepas dari duniaperbankan, karena itu transaksidengan perbankan terpaksa diper-kenankan karena kondisi darurat;dan ada juga yang berpandanganbunga bank sama sekali bukan ribakarena tidak memberatkan kepadanasabah atau bank syariah. Yangterakhir ini membedakan antararente atau usury yang diharamkankarena bersifat memberatkan danbunga atau interest yang diperbo-lehkan karena bersifat menolongpihak yang memerlukan modal.Kehadiran bank Islam atau banksyariah dimaksudkan sebagai al-ternatif terhadap bank konven-sional. Hal ini menimbulkanproblem khususnya bagi merekayang menganggap kebolehan menggunakan bank konvensional karenasituasi darurat. Sebab, dalam konteks Indonesia, kalangan MUI, misalnya,

Istilah liberalisme dalam percakapan kita

tidak lepas dari berbagai konteks. Orang

bisa membicarakan liberalisme dalam

konteks ekonomi. Dalam konteks ini kita

bicara tentang ekonomi liberal di mana

terdapat kebebasan bersaing, yang

dibedakan dari ekonomi sosialis di mana

peranan negara sangat menentukan.

Orang bisa juga membicarakan

liberalisme dalam konteks politik.

Misalnya, dalam kaitan dengan

pemerintahan demokratis yang

menjunjung tinggi asas kedaulatan

rakyat dan menjamin kebebasan berpikir

dan menyatakan pendapat sebagai

pilihan lain dari pemerintahan teokratis

yang berdasarkan keyakinan agama

akan kedaulatan Tuhan yang diwujudkan

melalui institusi agama, orang maupun

hukum, atau pemerintahan otoriter

yang mengekang hak-hak sipil warga

negara. Dalam kaitan dengan

pertanyaan di atas, saya rasa, wacana

liberalisme di sini lebih berkaitan dengan

wacana kebebasan berpikir, khususnya

dalam konteks keagamaan.

Page 15: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

302

mengatakan kondisi darurat sudah tidak ada lagi. Ini berarti menggunakanbank konvensional harâm.

Bayangkan kalau pandangan seperti ini yang diikuti bagaimana repotnyamasyarakat kita. Berapa banyak karyawan bank yang harus kehilanganpekerjaan karena tidak ingin bekerja dan memperoleh penghidupan darilembaga yang harâm. Berapa banyak pula masyarakat pengguna bank selamaini yang berhubungan dengan mitra-mitra bisnis mereka, domestik maupunasing, yang tidak menggunakan saluran bank Islam. Padahal bagi parapengguna bank belum pasti jasa yang diberikan bank Islam lebih mengun-tungkan dibanding jasa yang diberikan bank konvensional. Maka bagi sayayang perlu dinilai adalah apakah kehadiran bank itu membawa manfaatatau justru mendatangkan mudarat bagi kehidupan masyarakat kita. Dengankaitan wacana apakah bunga bank itu termasuk dalam katagori ribâ ataubukan, yang perlu dinilai adalah apakah bunga itu bersifat adl‘âfanmudlâ‘afah, artinya berlipat ganda sebagaimana halnya rente dalam praktiklintah darat yang bersifat eksploitatif, menindas dan memeras atau tidak.Dalam pemahaman saya riba yang diharamkan adalah riba yang bersifatadl‘âfan mudlâ‘afah itu.

Dengan mengambil contoh konkret terkait dengan wacana tentangkehadiran institusi perbankan syariah saya hanya ingin menekankan agarkita tidak terjebak pada masalah label. Substansi lebih penting daripadasimbol.

Saat ini kecenderungan memasukkan agama ke ruang publik makin kental,terutama bila dikaitkan dengan fenomena gerakan fundamentalisme yangmakin menguat. Apakah upaya yang perlu kita lakukan agar agama tidakdipersepsi sebagai ancaman?

Memang kita dihadapkan pada tantangan perkembangan duniakeagamaan yang seolah-olah lebih menambah problem daripada me-nawarkan solusi pada kehidupan masyarakat modern yang menghadapiberbagai krisis. Pada mulanya kita menaruh harapan pada fenomena apayang disebut sebagai kebangkitan agama-agama dalam beberapa dasawarsaterakhir. Namun kehadiran gerakan fundamentalisme agama-agamamembuat kita menjadi bertanya-tanya karena yang muncul kemudianpenajaman konflik akibat penganut-penganut agama berlomba dalam

Page 16: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

303

pengentalan identitas kelompok yang bersifat eksklusif. Maka yang terjaditidak jarang saling menafikan hak hidup orang lain secara utuh dan penuh.Masing-masing pihak cenderung mempergunakan pendekatan hitam-putihdalam menjawab masalah-masalah yang mereka hadapi, dan tidak jarangterjebak dalam sikap apriori dan tidak toleran.

Dalam situasi seperti ini maka yang perlu kita sadari ialah bahwa apayang kita yakini sebagai ajaran agama, bagaimanapun, lebih bersifat persepsidan interpretasi manusia yanghidup dalam serba keterbatasan,baik pengetahuan maupun penga-laman. Manusia adalah makhlukrelatif yang selalu berada dalamkonteks. Dengan menyadari hal inikita akan lebih arif dalam mena-warkan anutan kita, entah keya-kinan, pemikiran, agama, ideologiatau apapun namanya. Karena kitasadar akan keterbatasan kita dankerelatifan pendapat kita. Kitapuntahu diri bahwa kita bukanlahpemegang sertifikat pemilikan bumi ini dan karena itu kita harus respekterhadap sesama makhluk Tuhan, apalagi sesama manusia yang mempunyaihak yang sama untuk hidup di atasnya. Dengan demikian kita berharappara pemeluk agama apapun akan berusaha untuk saling membahagiakandan bukan saling membahayakan, untuk saling mendatangkan manfaat danbukan saling mendatangkan mudarat satu sama lain.

Dalam banyak kasus sekularisme muncul melalui proses yang didorong olehcivil society, namun ada juga kasus di mana sekularisme lahir atas dorongannegara seperti kasus Turki. Bagaimana Anda memandang hal ini?

Kasus seperti ini, seperti disinggung di awal, tentu saja tidak lepas darifaktor kesejarahan masing-masing. Sejarah kelahiran Republik Turki yangketat menganut nilai-nilai sekularisme sangat terkait dengan pengalamanrakyat Turki yang hidup berabad-abad di bawah dinasti kekhilafahan TurkiUsmani yang pada akhirnya dijuluki sebagai “si sakit-sakitan” dari Benua

Suatu kebijakan jangan sampai

berakibat peminggiran dan

penyingkiran segolongan warga

negara betapapun sedikit jumlahnya.

Sebab pada akhirnya yang dituntut

dari negara, pada tingkat apapun,

pusat maupun daerah, adalah

kebijakan yang membawa kebajikan

bagi semua warga negara.

Page 17: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

304

Eropa, yang tidak berdaya menghadapi kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropayang semula lebih terkebelakang tapi kemudian lebih mengungguli bahkanmenjajah negeri-negeri Muslim. Agaknya kebangkitan Turki Muda didasarioleh keyakinan mereka bahwa kebangkitan Eropa terjadi setelah kekuasaangereja tersingkir dari kehidupan politik di negara-negara Eropa.

Lalu bagaimana Anda menanggapi sekularisme yang tidak menghendakiekspresi keagamaan di ranah publik sebagaimana mencuat di Turki atauPrancis? Apakah hal ini sah dilakukan oleh sebuah negara sekular demokratis,terlebih dalam negara seperti Turki yang sangat mudah menjadi otoriter dengandominannya militer ke dunia politik?

Sejak awal Republik Turki lahir karena dukungan tentara dan merekamerasa mempunyai kewajiban untuk melindungi dan mempertahankanideologi sekularisme dalam kehidupan politik negeri itu. Pembatasanekspresi keagamaan dalam ruang publik tergantung yang terjadi di beberapanegara sekular. Tentu, hal tersebut ada kaitannya dengan latar belakang sejarahmasing-masing. Tetapi hal semacam ini kemudian mengalami perkembangandan cenderung lebih longgar, karena seperti kita ketahui juga muncul wacanabahwa ekspresi keagamaan juga perlu dihormati sebagai hak asasi manusia.Perkembangan penerapan paham sekularisme di berbagai negara terlihatlebih mencair karena sebenarnya ada perbedaan antara kehidupan publikdan kehidupan politik. Ekspresi memang dibatasi dalam kehidupan politikyang sepenuhnya bersifat sekular, namun begitu tidak dilarang dalamkehidupan publik selama tidak menyangkut kehidupan bernegara. Memangkita tidak bisa menyangkal bahwa di kalangan pendukung sekularisme jugaterdapat pihak yang bersifat ekstrem dan fundamentalistik.

Sebagaimana telah Anda singgung sebelumnya perihal liberalisme, bagai-mana Anda merespon anggapan bahwa liberalisme merupakan gagasankebebasan tanpa batas dan menabrak nilai-nilai yang sudah mapan?

Pertama-tama perlu diingat bahwa istilah liberalisme dalam percakapankita tidak lepas dari berbagai konteks. Orang bisa membicarakan liberalismedalam konteks ekonomi. Dalam konteks ini kita bicara tentang ekonomiliberal di mana terdapat kebebasan bersaing, yang dibedakan dari ekonomi

Page 18: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

305

sosialis di mana peranan negara sangat menentukan. Orang bisa jugamembicarakan liberalisme dalam konteks politik. Misalnya, dalam kaitandengan pemerintahan demokratis yang menjunjung tinggi asas kedaulatanrakyat dan menjamin kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat sebagaipilihan lain dari pemerintahan teokratis yang berdasarkan keyakinan agamaakan kedaulatan Tuhan yang diwujudkan melalui institusi agama, orangmaupun hukum, atau pemerintahan otoriter yang mengekang hak-hak sipilwarga negara.

Dalam kaitan dengan perta-nyaan di atas, saya rasa, wacanaliberalisme di sini lebih berkaitandengan wacana kebebasan berpikir,khususnya dalam konteks keaga-maan. Umumnya dalam kehidup-an beragama orang membagi parapenganutnya dalam dua kelom-pok: kelompok khâshsh atau elitekeagamaan dan kelompok awam,yakni para penganut biasa. Biasa-nya masyarakat menganggap yangberhak menafsirkan ajaran agamahanyalah kelompok khas, sepertiulama, pendeta atau apapun nama-nya, yaitu mereka yang dianggapsebagai memiliki pengetahuanagama. Sedangkan kalangan awamcukup mengikuti pendapat paraahli agama. Dalam konteks kaum Muslimin kita mengenal katagorimujtahid dan muqallid. Yang berhak menggali, merumuskan danmenafsirkan ajaran-ajaran agama dari sumbernya hanyalah para mujtahid,yakni mereka yang memiliki kemampuan berijtihad. Sementara itu selainmereka cukup menjadi muqallid atau pengikut biasa. Dalam perkembangansejarah kaum Sunni kemudian berkembang anggapan bahwa setelah zamanimam mujtahid yang empat, yakni Imam Abu Hanifah (700-767), ImamMalik ibn Anas (710-795), Imam Syafi’i (760-820), dan Imam Ahmadibn Hanbal (780-855), pintu ijtihad sudah tertutup.

Perkembangan penerapan paham

sekularisme di berbagai negara

terlihat lebih mencair karena

sebenarnya ada perbedaan antara

kehidupan publik dan kehidupan

politik. Ekspresi memang dibatasi

dalam kehidupan politik yang

sepenuhnya bersifat sekular, namun

begitu tidak dilarang dalam

kehidupan publik selama tidak

menyangkut kehidupan bernegara.

Memang kita tidak bisa menyangkal

bahwa di kalangan pendukung

sekularisme juga terdapat pihak yang

bersifat ekstrem dan

fundamentalistik.

Page 19: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

306

Kemunculan para reformis di abad ke-19 menggaungkan seruan tentangkeperluan menghidupkan kembali kebebasan berijtihad sehingga kaumMuslimin terbebaskan dari kejumudan dan kemandegan. Hal ini disuarakanoleh tokoh semacam Ahmad Khan (1817-1895) di India, al-Tahtawi (1801-1873), Jamaluddin al-Afghani (1838-1897) dan Muhammad Abduh diMesir (1849-1905) dan murid-murid mereka. Sayang sekali gerakanreformasi yang digaungkan oleh para reformer ini tidak didukung olehgerakan intelektual sehingga terjadi pencerahan yang memacu kebangkitankaum Muslimin. Bahkan, gerakan reformasi ini terbelokkan oleh gerakansalafi yang bersifat ortodoksi yang mengajak kaum Muslim kembali kebelakang dengan menjadikan generasi awal sebagai rujukan. Maka yangterjadi bukan liberalisasi dalam pemikiran melainkan purifikasi dalam akidahdan ibadah. Kecenderungan seperti ini tidak akan memicu dan memacukebangkitan kaum Muslimin untuk ikut berkiprah dalam dan memberikanandil pada dunia modern.

Para Muslim liberal, kalau saya ikut menggunakan sebutan ini, sayarasa menginginkan agar kaum Muslimin tidak menjadi penonton bahkanobyek dalam kehidupan dunia modern, melainkan, dengan dinapasi olehsemangat rahmatan li al-‘âlamîn, supaya umat Islam turut berperan sebagaisubyek dalam arus globalisasi. Cobalah bayangkan, andaikata NabiMuhammad saw hidup kembali di zaman kita sekarang, tentu beliau akanberbicara dalam idiom-idiom masa kini dalam menjawab tantangan yangdihadapi umat manusia sekarang. Saya rasa beliau tidak akan mengajak umatmanusia kembali menjalani kehidupan seperti kehidupan di masa beliaudulu, belasan abad yang lalu.

Apakah bersikap liberal dalam pemikiran dengan sendirinya juga harusmenganut paham liberalisme dalam ekonomi?

Saya rasa tidak demikian halnya. Seseorang yang sangat liberal dalampemikiran keagamaan bisa saja ia adalah seorang yang bersikap sangatmenentang liberalisme ekonomi. Bisa juga sebaliknya. Negara Arab Saudiyang bermazhab Wahhabi, misalnya, penganut pemahaman danpengamalan agama yang sangat literalistik bahkan cendung anti intelektual,namun dalam kehidupan ekonomi agaknya justru menganut paham liberalala kapitalisme.

Page 20: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

307

Seiring dengan bergulirnya reformasi, mestinya ruang kebebasan beragama dinegeri ini juga makin luas. Akan tetapi ternyata yang menonjol adalahkelompok-kelompok sektarian yang memanfaatkan mekanisme demokrasiuntuk mendesakkan paham keagamaan mereka agar menjadi acuan dalampengaturan kehidupan publik sebagaimana belakangan ini ramai penerapansyariat Islam melalui perda-perda. Bagaimana tanggapan Anda?

Di atas telah saya singgungbahwa dalam mengatur kehi-dupan publik, terutama dalamkaitan dengan kehidupan berne-gara, mestinya kita menghindarisikap eksklusif-sektarianistik yangberakibat ada sebagian warga ne-gara merasa menjadi tamu di ne-gerinya sendiri. Karena itu, sepertisaya kemukakan di atas, kita bisamenggunakan pendekatan yangbersifat substansial dan bukansimbolik. Atau, dalam idiom kepustakaan Islam, pendekatan yang lebihmengutamakan ruh al-syarî‘ah dan bukan siyâsah al-syarî‘ah. Ruh al-syarî‘ahmenyangkut nilai atau tujuan syariah, yakni, yang dalam kepustakaan Islamklasik disebut, mashâlih al-‘ibâd atau kesejahteraan manusia. Sedangkansiyâsah al-syarî‘ah menyangkut metode implementasi tujuan syariah itusendiri. Berkenaan dengan siyâsah al-syarî‘ah ini maka ia tidak lepas darifaktor konteks ruang dan waktu.

Khalifah Umar ibn Khattab, hanya beberapa tahun setelah NabiMuhammad wafat, demi memelihara ruh al-syarî‘ah, telah melakukantindakan yang dinilai oleh para Sahabat lain sebagai menyimpang dariketentuan al-Quran dan praktik yang dilakukan Nabi Muhammad danKhalifah Abu Bakar. Misalnya dalam kasus harta rampasan perang. Al-Quranmenetapkan bahwa rampasan perang dibagikan kepada prajurit yangberperang dan hal ini dilakukan oleh Nabi dan Abu Bakar. Ketika tentaraMuslim menaklukkan Mesir, Umar memerintahkan tanah yang berhasildirampas tidak dibagikan kepada para prajurit melainkan tetap diserahkankepada rakyat yang ditaklukkan. Tujuannya agar rakyat taklukan tidak

Dengan sikap apa dan bagaimana kita

menerima pluralitas masyarakat itu?

Ya, dengan pluralisme. Sebab

kemunculan ide pluralisme justru

berangkat dari anggapan bahwa

agama-agama itu tidak sama dan

karena itu pluralisme diperlukan untuk

menjawab realitas masyarakat

kita yang plural itu.

Page 21: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �0 b

Membela Kebebasan Beragama

308

menderita akibat tanah milik mereka dirampas, sedangkan di pihak lainUmar mengganti penghasilan prajurit dengan sistem gaji. Masih ada contoh-contoh lain yang dilakukan Khalifah Umar. Kalau dalam jangka waktubeberapa tahun saja setelah Nabi wafat Khalifah Umar ibn Khattabmelakukan tindakan yang berbeda bahkan berlawanan dengan apa yangdilakukan oleh Nabi, karena situasi yang berubah, maka kita bayangkanbetapa besar perbedaan masyarakat kita sekarang, 15 abad setelah Nabi wafat.Karena itu, bagi saya, penerapan syariat Islam mestinya didekati dalamkerangka mewujudkan ruh al-syarî‘ah, yakni kesejahteraan masyarakat, danbukan dengan mengkopi begitu saja apa yang dilakukan Nabi di masa lalu.

Dalam perspektif pemahaman di atas, saya rasa kita perlu melihat sosokNabi dari tiga perspektif yang berbeda: sebagai manusia biasa, sebagai pimpinanmasyarakat atau katakanlah kepala negara dan sebagai Nabi. Sebagai manusiabiasa beliau adalah anak bangsanya dan anak zamannya yang berbeda dengankita yang hidup di zaman yang sangat lain, dan kita tidak perlu mengikutipola gaya hidup beliau, cara berpakaian dan makan beliau.

Sebagai kepala negara beliau adalah pimpinan masyarakatnya yangmenghadapi tantangan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang berbedadengan tantanan yang kita hadapi kini. Sehingga kita tidak harus mengambilalih begitu saja sistem, pola, dan gaya kepemimpinan beliau yang memangmenghadapi tantangan dan tuntutan dari masyarakat yang sangat berbeda.Ini adalah masalah dunia yang tidak statis dan mandeg, melainkan selaluberubah, masalah sekular yang profan dan bukan sakral. Bukankah beliausendiri mengatakan bahwa kita justru lebih tahu tentang masalah-masalahkedunian yang kita hadapi dan harus kita jawab. Yakni, masalah kesekularankita yang bersifat ta‘aqqulî yang berada dalam wilayah jangkauan akal kita.

Sebagai Nabi maka beliaulah rujukan kita, khususnya dalam beribadahkepada Tuhan yang bersifat ta‘abbudî yang kita cukup mengikuti saja. Karenaitu kita mestilah pandai-pandai mencermati ucapan dan tindakan beliau,apakah sebagai manusia biasa, sebagai kepala negara ataukah sebagai Nabi.

Jadi, apa yang mesti dilakukan oleh negara mengingat beberapa daerah sudahmenerapkan syariat Islam?

Pertama-tama kita perlu menggarisbawahi bahwa negara kita adalahnegara dari semua untuk semua. Negara mengurusi kehidupan warga negara

Page 22: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

309

berkenaan dengan kehidupan kita kini dan di sini, bukan kehidupan kitananti di alam sana. Karena itu negara harus memenuhi hajat segenap warganyatanpa diskriminasi. Salah satu hajat rakyat di negeri kita yang harus dilayanioleh negara adalah hajat keberagamaan. Dan dalam melaksanakan kewajibanini negara harus bersifat netral. Dalam usaha melayani hajat keberagamaanmasyarakat kita, tentu saja, juga harus disadari bahwa masing-masing umatmempunyai ciri, baik struktur maupun kultur keumatan, yang berbedasatu sama lain. Karena itu juga wujud keperluan masing-masing berbedasatu sama lain. Namun yang perlu dijaga dan dipertahankan secara konsekuendan konsisten adalah bahwa negara harus bertindak adil dan mengayomiseluruh warganya serta bersikapteguh dan tegar dalam melindungihak-hak sipil mereka. Hal iniberlaku bagi pemerintah pusatmaupun pemerintah daerah.

Berkenaan dengan apa yangdisebut sebagai wujud penerapansyariat Islam di beberapa daerahmaka pertanyaannya adalah apa-kah idiom perumusan dan for-mula penerapan itu bersifat eks-klusif sehingga melahirkandiskriminasi sosial dan politik,dan apakah implementasinyamengakibatkan hak-hak sipilsekelompok warga negara, ter-utama berkaitan dengan keyakinan mereka, tercederai ataukah tidak? Yangperlu disadari oleh semua pihak adalah suatu kebijakan jangan sampaiberakibat peminggiran dan penyingkiran segolongan warga negarabetapapun sedikit jumlahnya. Sebab pada akhirnya yang dituntut darinegara, pada tingkat apapun, pusat maupun daerah, adalah kebijakan yangmembawa kebaji-kan bagi semua warga negara.

Tugas negara antara lain menjamin dan melindungi kebebasan beragamawarganya. Namun dengan diterapkannya beberapa perda syariah di daerah-daerah tertentu, apakah hal itu tidak berarti negara membiarkan salah satu

Kemunculan ide pluralisme justru

berangkat dari anggapan bahwa

agama-agama itu tidak sama dan

karena itu pluralisme diperlukan untuk

menjawab realitas masyarakat kita

yang plural itu. Karena ada realitas

yang berwujud pluralitas dalam

masyarakat kita maka kita perlu

bersikap pluralis, yakni menerima dan

menghargai realitas yang plural itu.

Inilah pesan yang dibawa

oleh pluralisme.

Page 23: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

310

kelompok agama mengatur kehidupan beragama seluruh warga masyarakat?Apakah hal ini tidak bertentangan konstitusi?

Sekali lagi hal ini tergantung pada idiom dan formula yang digunakan.Kalau idiom dan formula yang dipergunakan dalam perumusan perda-perdaitu bersifat eksklusif golongan (agama), tentu saja hal itu tidak sesuai dengankonstitusi negara kita. Sebab, jelas-jelas konstitusi negara kita sama sekalitidak mencirikan sebagai negara agama. Bahwa hak untuk memperjuangkanideologi politik golongan dalam masyarakat terjamin adalah jelas karenanegara kita adalah negara demokratis. Akan tetapi ketika cita-cita yangterkandung dalam substansi ideologi tersebut akan dituangkan menjadikebijakan institusi negara maka para penyusun undang-undang, eksekutifmaupun legislatif, di pusat maupun di daerah, harus memiliki kepekaan,kearifan, kemampuan, dan komitmen untuk merumuskannya denganmempergunakan idiom dan formula yang tidak bernuansa sektarian. Merekaharus bijak dalam menyusun dan merumuskannya sehingga semua pihakmerasa betah menjadi warga negara dan tinggal di negeri kita ini.

Apakah hal ini merupakan manifestasi inferiority complex umat Islam?

Sampai batas tertentu, mungkin saja, ya. Tentu banyak faktor yangmenyebabkan hal ini. Saya lebih melihat hal ini sebagai dampak dari budayakeberagamaan umat Islam. Keberagamaan umat Islam, khususnya kaumSunni, lebih bersifat fiqh oriented dan karena itu lebih mengutamakanpendekatan normatif dan kurang filosofis. Lihat saja, boleh dikatakan semuaorganisasi Islam mempunyai institusi yang membahas dan memutuskanfatwa keagamaan yang berkaitan dengan masalah-masalah fikih. Pendekatannormatif dengan sendirinya lebih menekankan pada nash, yakni teks-tekskeagamaan yang diyakini bersifat sakral. Kadar kualitas keberagamaanseseorang dan juga masyarakat lalu diukur dengan kadar ketepatannyamengikuti apa yang tersurat dalam teks. Dalam konteks ini apa yangdipahami sebagai syariat Islam adalah seperangkat norma-norma yangdiangkat dari teks. Rumusan norma-norma itu tidak lain daripada hasilijtihad, yakni hasil pemahaman dan penafsiran para mujtahid yang tidaklepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman mereka, di satu pihak,dan pengaruh dan kondisi sosial-budaya zaman dan tempat mereka, di pihak

Page 24: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

311

lain. Konsekuensi logis dari pendekatan yang bersifat fiqh oriented itu adalahtuntutan agar norma-norma agama itu bisa diwujudkan dalam kehidupanmasyarakat melalui institusi dan otoritas negara. Tanpa institusi dan otoritaspenguasa norma-norma itu sulit dilaksanakan.

Masyarakat Sunni memangsudah lama mencampakkan filsa-fat sehingga kemampuan untukdialog intelektual pada tataran yanglebih tinggi dari sekadar keinginanuntuk menerapkan norma-normauntuk kehidupan publik sangatlangka. Maka yang lebih dominandalam kehidupan masyarakatSunni adalah pendekatan legalistikdan karena itu menuntut formali-sasi norma-norma agama dalam wilayah publik. Dari sinilah muncultuntutan penerapan syariat Islam.

Untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, apakah menurut Anda Pancasiladan UUD ’45 sudah memadai?

Saya rasa ya. Cukup memadai. Nilai-nilai yang terkandung dalamrumusan Pancasila cukup komprehensif dan mendasar. Yang lebih pentingadalah implementasinya. Dalam hal ini peranan konstitusi sangat pentinguntuk mengawal pemerintah dalam melaksanakan tugas mereka. Kalaudianggap masih perlu pernyempurnaan, toh amandemen konstitusi tidaklagi menjadi tabu.

Pluralisme sering diidentikkan dengan sinkretisme dan relativisme sehinggabanyak kalangan menolaknya, karena dapat mendangkalkan iman. Bagai-mana Anda memandang pluralisme?

Kalau kita merujuk pada fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme,tampak di situ ada kesalahpahaman dan kerancuan. Mereka menolakpluralisme karena mereka memahami pluralisme sebagai paham yangmenganggap semua agama sama. Anggapan ini jelas-jelas muncul akibat

Kalau masih ada yang bersikeras

mengatakan bahwa syariat Islam itu

hanya satu, sebab Islam hanya satu, dia

tidak melihat dan mengakui realitas

kehidupan umat Islam. Sebab,

nyatanya realitas umat Islam

berbeda-beda.

Page 25: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

312

kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan pluralisme. Tapi MUImenerima pluralitas. Ini rancu. Sebab dengan sikap apa dan bagaimana kitamenerima pluralitas masyarakat itu? Ya, dengan pluralisme. Sebabkemunculan ide pluralisme justru berangkat dari anggapan bahwa agama-agama pada dasarnya tidak sama dan karena itu pluralisme diperlukan untukmenjawab realitas masyarakat kita yang plural. Karena ada realitas yangberwujud pluralitas dalam masyarakat Indonesia, maka kita perlu bersikappluralis, yakni menerima dan menghargai realitas yang plural itu. Inilahpesan yang dibawa oleh pluralisme. Yakni, agar masyarakat kita yangbermacam-macam latar belakangnya, termasuk kehadiran berbagai agamadan pemeluknya, bisa hidup berbagi dan bersama di atas sekapling bumiyang sama, tanpa ada satu kelompok pun yang bersikap sebagai pemegangsertifikat kepemilikannya.

Bagaimana Anda memandang pluralisme yang dikaitkan bahkan didefinisikansebagai bentuk relativisme dan sinkretisme?

Saya kira kita tidak mungkin menghindari relativisme dan sinkretisme.Relativisme adalah sebuah keniscayaan sedangkan sinkretisme adalah sebuahkenyataan. Bagi saya relativisme justru diperlukan karena kita memangmakhluk yang bersifat relatif. Sebab yang bersifat mutlak hanyalah Tuhan.Hanya Dia yang mutlak benar. Sedangkan pendapat kita bisa benar danbisa salah. Karena itu kita tidak seyogianya memutlakkan pendapat kita.Kalau kita memutlakkan pendapat kita sebagai sesuatu yang benar itu samahalnya men-”tuhan”-kan pendapat kita sendiri. Bukankah dalam pengalamankita sehari-hari kita sering berubah pendapat? Pendapat yang kita anggapbenar kemarin atau tadi pagi mungkin sekarang kita tinggalkan karena ternyatasalah. Sebab selengkap apapun informasi yang kita terima pasti tidaksempurna, di samping kemampuan kita untuk menangkap juga mempunyaiketerbatasan. Tidak mungkin penuh. Manusia memang bukan Tuhan.Manusia adalah makhluk dla‘îf yang relatif.

Lalu bagaimana dengan sinkretisme? Saya rasa sinkretisme tidakmungkin kita hindari. Kita ini hidup dalam lingkaran sistem sosial danbudaya yang bertumpang tindih. Lihat saja contoh yang paling sederhana,perkawinan. Sebagai Muslim, misalnya kita melakukan akad nikah menurutfiqh munâkahât atau aturan-aturan pernikahan, upacara pestanya menurut

Page 26: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

313

adat suku kita, entah Jawa, Batak, Bugis atau suku apa saja, administarsipencatatannya mengikuti aturan sekular, negara. Ini kan sedikit-banyakbersifat sinkretis.

Kalau kita cermati lebih dalam lagi maka kita perlu menyadari bahwakita hidup dalam pergaulan masyarakat majemuk. Kita hidup pada abadinformasi. Kita tidak mungkin menutup diri kita untuk menerimainformasi yang datang dari berbagai pihak. Malahan kita memerlukansebanyak-banyaknya informasi agar kita tidak hidup seakan-akan di dalamtempurung. Termasuk dalam kaitan kehidupan beragama. Kita bisa danperlu menimba berbagai nilai luhur yang di bawa oleh berbagai agama karenahal itu akan memperkaya pengalaman keberagamaan kita. Ini tidak berartilalu kita mencampuradukkan ajaran-ajaran agama.

Juga perlu disadari bahwadalam realitas dunia keagamaan,agama-agama besar, misalnya, me-miliki pengelompokan masing-masing. Agama Yahudi, Nasrani,Islam, Sabiin, mungkin juga Bahai,bisa kita kelompokkan sebagaiagama Ibrahimi. Karena itu kita bisalihat bagaimana titik-titik ke-samaan dalam akidah dan ibadah. Bisa saja dalam perkembangan sejarah dimasa lalu terjadi proses saling mempengaruhi. Begitu pula dengan agama-agama yang lahir di Benua India seperti Budha dan Jainisme, atau yang lahirdi Tiongkok seperti Tao dan Kong Hucu, kita juga melihat kesamaan satusama lain.

Dalam kaitan dengan masalah relativisme dan sinkretisme ini saya rasaakhirnya semua itu terpulang pada penilaian kita sendiri, pada keputusanhati nurani kita. Nabi sendiri berkata: “Mintalah fatwa pada hati nuranimusendiri.”

Apakah Anda melihat gerakan pemurnian yang dilakukan kelompok Islamadalah semacam arabisasi?

Agaknya benar. Mereka, kaum puritan, tidak menganggap pentingfaktor budaya lokal. Terutama teman-teman yang datang dari Timur

Penerapan ajaran-ajaran agama,

khususnya yang menyangkut

kehidupan publik, yakni yang

menyangkut kepentingan semua

pihak, kita harus mempertimbangkan

faktor uruf atau budaya setempat.

Page 27: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

314

Tengah. Bagi mereka agama dan budaya tidak jelas bedanya. Sepertinyabagi mereka kedua-duanya sebagi yang satu. Mungkin seperti masyarakatBali. Saya ingin memberi beberapa contoh. Pertama, beberapa tahun yanglalu saya diminta pendapat oleh seorang perempuan yang ditinggal wafatsuaminya, yang kebetulan seorang ulama. Beliau menghadapi kasuspembagian waris dengan beberapa anak tirinya. Si ibu ini merasa pembagianwaris itu tidak adil karena para anak tirinya menuntut agar harta itu dibagimenurut fiqh farâ’idl atau aturan-aturan tentang pembagian warisan dimana si ibu hanya mendapat seperenam belas. Padahal kata beliau hartaitu, terutama rumah, adalah juga berasal dari hasil kerjanya. Hasil darijerih payahnya sebagai pembatik. Ketika hal ini disampaikan kepadaseorang ulama keturunan Timur Tengah dia mengatakan pembagianwarisan tidak bisa lain kecuali menurut fiqh farâ’idl. Kalau sebagian hartaitu hasil jerih payah si ibu, itu salah sendiri kenapa dia mau bekerja dankenapa dia bersedia memakai uangnya untuk membeli rumah itu. Sebabnafkah, termasuk menyediakan tempat tinggal, adalah tanggung jawabsuami. Ketika si ibu itu bertanya pada saya, saya katakan dalam masyarakatMuslim Banjar harta warisan itu disebut harta parpantangan yang harusdibagi dua dulu sebelum dibagi waris. Harta tersebut adalah harta bersamasuami-isteri. Sebab separoh harta itu milik si ibu. Yang dibagi hanya yangseparoh lagi, dan dari harta yang dibagi itu dia masih dapat bagianseperenam belas. Konsep harta parpantangan itu muncul karena isteri dalammasyarakat Banjar umumnya juga ikut bekerja mencari rizki. Dalammasyarakat Jawa disebut harta gono-gini.

Contoh lain adalah dalam masalah zakat. Menurut fikih zakat atauaturan-aturan zakat, harta yang diambil sebagai zakat dari petani jauh lebihbesar daripada pedagang. Hal ini bisa dipahami karena masyarakat Arabadalah masyarakat pedagang. Yang memiliki tanah pertanian adalah orangyang kaya. Sebab di tanah Arab lahan pertanian terbatas dan mahal. Bedahalnya dengan Indonesia. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris.Pendapatan dari hasil pertanian sangat sedikit dan bagi kebanyakan petanijauh dari mencukupi. Kalau ketentuan fikih zakat seperti yang tercantumdalam buku-buku fikih itu yang dilaksanakan, maka bagi petani ketentuansemacam itu terasa tidak adil.

Zakat pertanian itu sendiri mengandung persoalan ketika ada pem-bedaan jumlah presentase zakat atas pertanian tadah hujan dan memakai

Page 28: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

315

irigasi. Kadar zakat yang pertama lebih banyak daripada kadar zakat yangkedua, padahal penghasilan pertanian tadah hujan lebih sedikit daripadapertanian yang memakai irigasi. Kadar zakatnya mestinya dibalik, kalautidak maka akan terjadi ketidakadilan. Dalam kaitan ini saya teringat ceramahSjafruddin Prawiranegara yang mengatakan kalau kita masih memper-tahankan ketentuan-ketentuan zakat sebagaimana yang diatur dalam kitab-kitab fikih, itu sama artinya kita bersikeras mempertahankan kendaraanonta ketika orang lain naik jet.

Dengan memberikan contoh-contoh di atas saya hanya inginmengatakan bahwa penerapanajaran-ajaran agama, khususnyayang menyangkut kehidupanpublik, yakni yang menyangkutkepentingan semua pihak, kitaharus mempertimbangkan faktor‘uruf atau budaya setempat. Sebab bagaimanapun penafsiran dan penerapanajaran-ajaran agama tidak lepas dari konteks sosial budaya. Penafsiran danpenerapannya mestinya bersifat kontekstual.

Sementara kelompok Islam pluralis dan liberal memakai ayat-ayat al-Quransebagai justifikasi pandangan mereka, kelompok Islam fundamentalis jugademikian, bahkan ayat yang sama pula. Bagaimana pandangan Anda perihalperang tafsir seperti ini? Apakah masih efektif mendesakkan pluralisme denganargumen teologis yang rujukannya al-Quran? Jika ya, bagaimana seharusnyakita menafsirkan al-Quran?

Dari fenomena ini tampak sekali bahwa agama itu pada dasarnya adalahpenafsiran. Sedangkan penafsiran sering kali bersifat personal. Kalau sayamengatakan menurut agama begini, maka yang saya maksud dengan kataagama adalah agama – dalam pandangan – saya. Demikianpun Islam, bukanhanya Islam an sich, tapi Islam menurut mazhab yang saya anut, lebih lanjutlagi, Islam menurut pemahaman saya sendiri. Di sinilah terletak nilai pentingkesadaran akan kerelatifan pendapat kita agar kita tidak bertikai gara-garaperbedaan tafsir yang sama-sama bisa benar bisa salah.

Apa yang kita yakini sebagai ajaran

agama, bagaimanapun, lebih bersifat

persepsi dan interpretasi manusia yang

hidup dalam serba keterbatasan, baik

pengetahuan maupun pengalaman.

Page 29: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

316

Kalau ditanya bagaimana seharusnya kita menafsirkan al-Quran, sukarmenjawabnya. Saya hanya ingin mengemukakan pendekatan saya dalamusaha hidup sebagai Muslim, baik sebagai individu maupun sebagai wargamasyarakat. Pertama-tama perlu diingat bahwa agama pada prinsipnyamengajarkan laku dan bukan mengajarkan ilmu. Sebagai Muslim tentusaja kita menjadikan al-Quran sebagai rujukan namun perlu dicatat bahwakehadiran mushaf al-Quran seperti yang kita baca sekarang ini muncul setelahbeberapa tahun wafatnya Nabi. Di masa Nabi mushaf belum ada bahkanproses pewahyuannya pun masih terus berlangsung sampai beberapa saatmenjelang beliau wafat. Ketika ide penulisan dan kodifikasi ini dikemukakanoleh Umar, Khalifah Abu Bakar semula berkeberatan.

Dengan mengemukakan hal di atas saya hanya ingin mengatakan perananmushaf al-Quran sebagai rujukan beragama baru muncul beberapa tahunsetelah nabi wafat. Dan kadar keislaman umat Muslim saat itu, yang sebagianbesar saya kira tidak hafal al-Quran, tidak berkurang karenanya. Sebab yangdihayati kaum Muslimin saat itu, saya rasa, adalah spirit misi yang dibawaoleh Nabi sebagai pembawa rahmat bagi umat manusia dengan mengajakmereka untuk menghayati nilai-nilai moral yang luhur. Karena itu, sayarasa, tujuan agama-agama pada dasarnya sama, yakni bagaimana agar manusiamenghayati nilai-nilai kebaikan. Saya teringat bahwa Nabi mengajarkanagar setiap melakukan pekerjaan kita tidak lupa mengucapkan basmalah,yakni ucapan bismillâhi al-rahmân al-rahîm, dan ucapan hamdalah, yaknial-hamdu lillâhi rabb al-‘âlamîn. Kalau segala tindakan yang kita lakukandimulai dengan basmalah dan diakhiri dengan hamdalah, saya rasa kita akanterpelihara dari tindakan-tindakan yang membawa dosa dan noda.

Ada anjuran Nabi Muhammad yang juga seharusnya menjadi acuankita dalam hidup bergaul dalam masyarakat. Beliau menganjurkan umatnyauntuk menebarkan salam. Saya rasa anjuran Nabi ini tidak sekadar anjuranagar kita senantiasa mengucapkan salam kalau berjumpa orang lain, akantetapi agar kita menjadi pembawa pesan damai kepada siapapun. Hal inijuga tergambar dalam salat kita. Bahwa misi melaksanakan salat adalahmembangun kehidupan yang penuh damai, rahmat dan berkah di kanan-kirinya, dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.

Lantas, apakah perdebatannya harus bergeser dari perang tafsir semata? Ataudengan cara apa?

Page 30: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

317

Saya rasa perdebatan seperti itu akan tetap ada dan tidak terhindari.Masalahnya bagaimana perdebatan itu dilakukan secara arif dan cerdas.Melalui perdebatan semacam itu kita bisa saling belajar. Sebab informasidan pengetahuan yang diperoleh masing-masing orang tentu terbatas. Kalauterdapat kesepakatan pendapat tentu sangat baik, tetapi kalau tidak, harussaling menghormati. Yang penting masing-masing pihak mengerti argumensatu sama lain. Tentu juga diperlukan sikap ksatria, adil, dan jujur, sehinggatidak ada kelompok atau pihak yang meminjam tangan penguasa untukmemberangus, berusaha membabat dan menghabisi eksistensi kelompoklain yang berbeda atau berlawanan pendapat.

Dalam hal ini kita bisa belajar dari para pendahulu kita. Misalnya, ketikaKaum Muda muncul di Sumatera Barat, dan Muhammadiyah, al-Irsyadkemudian Persis lahir di Jawa, terjadi perdebatan dan polemik yang luarbiasa. Tapi para ulama Kaum Tuadi Sumatera Barat dan ulama-ulama pesantren di Jawa tidakminta penguasa untuk melarangkehadiran lawan-lawan mereka.Bahkan tidak jarang merekaberdebat, tetapi tetap bersahabatsatu sama lain. Begitu juga dalammenghadapi kemunculan aliranAhmadiyah. Perdebatan dan polemik sengit terjadi tapi hak hidup kaumAhmadiyah tidak diusik sedikitpun.

Sayang sekali di masa akhir-akhir ini, justru setelah kita merdeka,kecenderungan untuk membabat kelompok yang beda pendapat munculdalam masyarakat kita. Bahkan dengan cara yang kasar dan jauh dari nilai-nilai dan norma-norma akhlak agama. Bayangkan saja bagaimana mungkinada orang yang salat, setelah mengucapkan salam yang berisi pesan agarmembangun kehidupan yang penuh salam, rahmat, dan berkah di kanankirinya lalu berlarian membawa pentung dan senjata tajam mengancamorang lain, menggangu hak milik mereka, mengusir, dan merampaskebebasan mereka? Ini bukan karikatur. Tapi fakta yang menggambarkanbetapa jauhnya kita dari pesan yang dibawa Nabi Muhammad, Nabipembawa rahmat untuk segenap makhluk.

Dengan pendekatan yang bersifat

substansial agama akan lebih

berdialog dengan agama lain yang

pada dasarnya memiliki pesan-pesan

moral yang sama.

Page 31: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �0 b

Membela Kebebasan Beragama

318

Anda dikenal sebagai salah satu tokoh yang gigih membumikan gagasanpluralisme agama di negeri ini dan dengan konsisten berusaha mendise-minasikannya. Dulu, misalnya, pada masa Mukti Ali menjabat MenteriAgama Anda pernah menggagas program “live in” antarumat agama. BisakahAnda menceritakan program tersebut?

Ketika Pak Mukti Ali memulai jabatan Menteri Agama beliaumengadakan sebuah proyek baru, Proyek Kerukunan Umat Beragama. Sayasempat dipercaya memimpin proyek ini antara tahun 1973-1978. Proyekini menyelenggarakan tiga kegiatan: Dialog Pemuka Agama, PenelitianBersama, dan Darma Bakti Kemasyarakatan. Melalui kegiatan DialogPemuka Agama diselenggarakan pertemuan, di mana para pemuka agamahadir secara pribadi dan tidak mewakili lembaga-lembaga keagamaan.Tujuannya adalah untuk mengembangkan perkenalan secara personal antarapara pemuka agama melalui perbincangan mengenai masalah-masalah sosialkeagamaan. Mereka diminta menyumbangkan pemikiran untuk meme-cahkan masalah-masalah kemasyarakatan dari perspektif agama masing-masing. Yang kami targetkan bukanlah kesepakatan pendapat di antara parapemuka berbagai agama itu, melainkan tumbuhnya perkenalan danpersahabatan di antara mereka – tidak saja dalam acara diskusi akan tetapidalam acara santai seperti makan bersama sambil bercengkrama. Daripersahabatan pribadi itu diharapkan berbagai masalah yang kemungkinantimbul dalam konteks hubungan antar-umat berbeda agama bisa diselesaikanmelalui jalur persahabatan para pemuka agama.

Kedua, melalui kegiatan penelitian bersama beberapa peneliti dariberbagai perguruan tinggi agama. Kegiatan ini dilakukan untuk menelitikehidupan umat beragama, potensi pranata-pranata dan lembaga-lembagakeagamaan, peluang kerjasama dan ancaman konflik dalam kehidupanmasyarakat. Yang diharapkan tidak sekadar hasil penelitian mereka, tetapijuga terbentuk tim peneliti dari berbagai perguruan tinggi agama yangsewaktu-sewaktu dapat membantu memahami secara obyektif masalah-masalah sosial keagamaan.

Ketiga, melalui Darma Bakti Kemasyarakatan, mahasiswa dari berbagaiagama diberi fasilitas untuk menyelenggarakan camping bersama sambilmelakukan bakti sosial di lingkungan di mana mereka menyelenggarakancamping. Acara ini mereka gunakan juga untuk menyelenggarakan diskusi

Page 32: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

319

tentang berbagai masalah. Tujuan program ini adalah memberikankesempatan dan ruang bagi calon-calon pemuka agama dan pemikirkeagamaan untuk mengembangkan hubungan lintas-iman.

Sayang sekali kegiatan ini terhenti setelah Pak Mukti Ali meninggalkanjabatan Menteri Agama. Menteri-menteri yang datang setelah beliau tidakmemiliki visi dan komitmen yang jelas untuk membangun hubungan yangharmonis di antara warga masyarakat yang berbeda latar belakang agamadan kepercayaan mereka.

Secara pribadi saya sendiri merasa mendapatkan sesuatu yang sangatbernilai dari pengalaman menyelenggarakan kegiatan program di atas. Sayamerasakan bahwa kita bisa memperkaya pengalaman spiritualitas kita darikekayaan agama-agama lain. Dari tiap agama kita bisa mengambil mutiarakeruhanian yang membuat cakra-wala keagamaan kita menjadi lebihluas. Dari sana jugalah, sebagaiMuslim, saya bisa lebih mengha-yati ayat al-Quran yang menegas-kan bahwa manusia adalah satuumat; demikian juga ucapan NabiMuhammad bahwa umat manusiaadalah keluarga Ilahi dan sebaik-baik manusia adalah orang yang banyakberbuat kebaikan untuk manusia lain sebagai anggota keluarga Ilahi.

Pada masa pemerintahan Orde Baru dikenal konsep SARA (suku, agama,ras dan antargolongan) yang bertujuan untuk menjaga kerukunan antarumatberagama dan antargolongan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannyakonsep tersebut justru menciptakan persoalan baru: segregasi SARA yangmenebar berbagai kecurigaan satu sama lain. Bagaimana Anda melihat konseptersebut?

Dalam pandangan saya konsep tersebut harus dilihat dari kontekshistorisnya. Sejak tahun 50-an kehidupan politik umat Islam Indonesiaterbelah dalam berbagai partai politik. Yang besar adalah partai politik IslamMasyumi yang dipimpin oleh kelompok cendekiawan berpendidikan Baratdan partai Nahdhatul Ulama yang dipimpin oleh para kiai yang berasal daripendidikan tradisional Islam seperti pesantren dan Timur Tengah. Tokoh

Kita harus mengembangkan

pendidikan yang tidak hanya

memberikan kemampuan untuk

memiliki pengetahuan, tapi juga

“wisdom” atau kearifan.

Page 33: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

320

Masyumi lebih dekat dengan tokoh-tokoh partai Sosialis, Kristen, danKatolik, karena memiliki latar belakang pendidikan yang sama, pendidikanBelanda. Agaknya cita-cita sosialisme-demokrasi mempersatukan merekasecara ideologis untuk mengisi kemerdekaan bangsa. Sedangkan tokoh-tokoh NU lebih dekat dengan tokoh-tokoh PNI, yang walaupunberpendidikan Barat tapi kebanyakan berasal dari kalangan priayi Jawa.

Adalah kelihaian partai Komunis yang mampu menciptakan ketegangandan kerenggangan di antara dua blok besar itu, blok Masyumi dkk danblok PNI dkk yang membuat kehidupan politik tidak stabil. Kekakuantokoh-tokoh Masyumi dalam berpolitik membuat mereka terperangkapdalam pergolakan daerah yang dimotori oleh beberapa komandan militerdi beberapa daerah, sehingga akhirnya mereka ikut serta dalampemberontakan. Akibatnya Masyumi dan juga PSI dibubarkan.

Dalam situasi politik yang terpinggirkan, tokoh-tokoh Masyumimemusatkan kegiatan mereka pada bidang dakwah. Di sinilah merekamenyadari bahwa umat Islam jauh ketinggalan di banding umat Nasraniyang memiliki lembaga-lembaga pendidikan dan sosial yang jauh lebih maju.Mereka mampu membagi pekerjaan antara gereja dan partai politik.Memang, umat Islam juga melakukan kegiatan dalam bidang pendidikandan sosial seperti dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah. Sungguhpundemikian secara kualitatif masih berada di bawah lembaga-lembaga umatKristen. Apalagi kehidupan politik ketika Masyumi masih berjaya, tokoh-tokoh Muhammadiyah malah terseret ke dalam keasyikan berpolitik.

Frustasi politik dan kesadaran akan ketertinggalan ini menimbulkanluka yang dalam di dalam hati pemuka-pemuka Islam. Lebih-lebih setelahBung Karno jatuh dan kekuasaan di bawah tentara yang tidak bersahabatdengan kalangan Masyumi.

Sebenarnya kejatuhan Bung Karno bersamaan dengan kehancuran partaiKomunis yang ditandai oleh pembunuhan massal orang-orang komunisatau yang dianggap sebagai Komunis. Dan orang-orang Islam terlibat dalampembantaian ini. Oleh karena itu, ketika tekanan psikologis meningkatakibat stigma bahwa orang-orang komunis anti-agama, masyarakat abanganterpaksa mencari perlindungan melalui kalangan agama. Tentu saja dikalangan keluarga korban pembantaian tidak mendekat ke kalangan Islam.Bersamaan dengan itu misionaris Kristen dari Amerika juga masuk keIndonesia. Maka kegiatan kalangan Kristen tentu saja kelihatan lebih

Page 34: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

321

meningkat dengan kehadiran berbagai sekte yang berada di luar gereja-gerejaarus utama yang berasal dari Eropa Barat. Muncullah berbagai isu dalammasyarakat, seperti isu kristenisasi. Untuk mengatasi kemungkinan konflikhorisontal dalam masyarakat, pemerinah Orde Baru menyodorkan konsepSARA. Konsep ini mungkin ber-hasil meredam, tetapi tidakmenyelesaikan kondisi psikologisdi mana di antara berbagai go-longan terdapat rasa saling takutdan saling curiga.

Satu hal yang juga perludicatat, keakraban tokoh-tokohMasyumi dengan tokoh-tokohKristen dan Katolik agak tergang-gu. Apalagi ketika tokoh-tokohgenerasi baru yang muncul dikalangan Masyumi tidak lagimereka yang berpendidikan Baratmelainkan berpendidikan TimurTengah. Memang juga ada yangbelajar di Barat tapi merekabanyak dipengaruhi oleh literaturtokoh-tokoh radikal sepertiMawdudi dan Sayyid Quthb yang anti-Barat. Tidak mengherankan apabilapotensi ketidakrukunan sosial yang berhasil diredam di masa lalu dengankonsep SARA akan merebak di masa-masa mendatang.

Jika memang usaha merajut kerukunan dan kebersamaan hendak terusdilanjutkan, maka usaha apa yang perlu dibangun agar pluralitas bangsakita terkontrol dan terawat, terutama, dalam wilayah civil society?

Yang harus kita kembangkan, saya rasa, adalah pendidikan. Yaknipendidikan yang memungkinkan manusia mengembangkan segenap potensidirinya sebagai makhluk yang diciptakan al-Khâliq, sebagai sebaik-baikciptaan; dan mengembangkan dirinya sebagai makhluk yang memilikimartabat yang dimuliakan Tuhan. Dan, tentunya, pendidikan yang

Kehadiran gerakan fundamentalisme

agama-agama membuat kita menjadi

bertanya-tanya karena yang muncul

kemudian penajaman konflik akibat

penganut-penganut agama berlomba

dalam pengentalan identitas kelompok

yang bersifat eksklusif. Maka yang terjadi

tidak jarang saling menafikan hak hidup

orang lain secara utuh dan penuh.

Masing-masing pihak cenderung

mempergunakan pendekatan hitam-

putih dalam menjawab masalah-masalah

yang mereka hadapi, dan tidak jarang

terjebak dalam sikap apriori dan

tidak toleran.

Page 35: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Membela Kebebasan Beragama

322

menanamkan kesadaran bahwa manusia adalah khalifah Tuhan yangdiciptakan untuk memakmurkan bumi. Pendidikan yang menumbuhkankesadaran bahwa umat manusia adalah satu keluarga yang diciptakan dalamkeragaman ras dan etnik untuk saling mengenal dan saling memberi manfaat.Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Tuhan, yang dianugerahi-Nyaakal. Dan Tuhan menganjurkan manusia untuk mempergunakan pikirannyasecara bebas. Tuhan juga menganugerahi manusia petunjuk untuk jalanhidupnya berupa agama. Kendati demikian, Dia sekaligus juga memberikebebasan penuh kepada manusia untuk menentukan pilihan apakahmemilih jalan yang ditunjukkan Tuhan ataukah tidak.

Satu hal yang shendak saya tekankan adalah bahwa karena Tuhanmemuliakan manusia, maka kita pun harus memuliakan manusia. Sebab,Tuhan menganugerahi manusia akal untuk berpikir, sehingga kita harusbersedia menerima dan menghormati perbedaan pendapat dan pikiran. Olehkarena Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalanhidupnya, maka kita pun harus menghormati pilihan jalan hidup oranglain dan tidak berwenang serta sewenang-wenang memaksakan pilihan dankeyakinan kita. Oleh karena Tuhan menciptakan bumi ini untuk dihunidan dimakmurkan oleh umat manusia, maka kita harus hidup berbagi danbersama tanpa ada yang merasa memiliki dan berhak menyingkirkan danmeminggirkan orang lain.

Kalau saya ingin simpulkan apa yang saya katakan di atas, saya bisamengatakan bahwa kita harus mengembangkan pendidikan yang tidak hanyamemberikan kemampuan untuk memiliki pengetahuan, tapi juga ‘wisdom’atau kearifan.

Apa harapan Anda untuk masa depan negara kita ini?

Pertama-tama saya ingin menggarisbawahi ungkapan “negara kita”terutama kata ‘kita’. Saya rasa negara ini akan mempunyai masa depan kalaukita benar-benar bisa memelihara semangat ke-kita-an. Menarik, berbedadengan bahasa-bahasa lain yang orang pertama jamak umumnya hanya punyasatu kata seperti: nahnu dalam bahasa Arab atau we dalam bahasa Inggris,kita mempunyai dua kata ‘kami’ dan ‘kita’. Kata ‘kami’ terkandung maknayang bersifat ekslusivitas, memberi batas antara si pembicara dan orang yangdiajak bicara, antara ‘aku’ dan ‘engkau’. Sedangkan kata ‘kita’ mengandung

Page 36: Membela Kebebasan Beragama Percakapan dengannurcholishmadjid.org/.../2017/06/Percakapan-dengan-Djohan-Effendi.pdf · campur tangan agama terhadap kehidupan politik dibatasi ketat.

a �� b

Djohan Effendi

323

makna inklusivitas, merangkul semua pihak, ‘aku’ dan ‘engkau’ meleburmenjadi satu. Inilah semangat dan pesan ungkapan Bhinneka Tunggal Ika.

Sangat menyedihkan bahwa dalam masyarakat kita menyaksikan dengansangat kentara bahwasanya semangat ke-kita-an itu sudah luntur. Kita perlumengembalikan semangat ke-kita-an itu dalam perspektif kehidupanbernegara. Negara ini adalah anugerah dan titipan Tuhan untuk semua warganegara tanpa kecuali. Tidak ada dan tidak semestinya ada pihak yang merasapaling berhak tinggal di wilayah negara dan mengucilkan apalagi mengusirpihak lain karena perbedaan keyakinan, etnis atau apa saja. Diskriminasidalam bentuk apapun dan dalam hal apapun tidak bisa dibiarkan. Sebabdiskriminasi sangat menyakitkan dan merupakan aib dan noda yangmencemari kehidupan yang beradab.

Sungguh sangat menyedihkan sekali, kita menyaksikan gejalasektarianisme yang menimbulkan gejolak sosial makin marak berkembangdalam kehidupan masyarakat kita. Munculnya apa yang populer disebutsebagai perda syariah merupakan salah satu gejala ini. Maraknya tindakan-tindakan pemaksaan kehendak yang ditandai oleh pengusiran, perusakan,dan kekerasan, seakan-akan dibiarkan. Mestinya kita bisa belajar daripengalaman negara-negara lain yang mengalami gejolak karena konfliksektarianistik. Apa yang terjadi di Pakistan beberapa waktu yang lalu adalahcontoh nyata yang mesti diambil pelajaran kalau kita tidak ingin mengalamihal yang sama. Kita pun sebenarnya pernah mengalami pengalaman serupa.Para politisi kita mestinya tidak sekadar sibuk berebut kursi dan kekuasaan,akan tetapi menyadari tantangan yang sangat serius ini, yang mempertaruhkankeutuhan dan kelangsungan bangsa dan negara kita. Lebih-lebih karena parapenegak keamanan dan ketertiban di negeri kita tersandera oleh ketakutandituduh melanggar HAM dan anti-Islam.

Wawancara dilakukan di Jakarta, 04 Juni 2007