Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

12
MEMBANGUN PROFESIONALISME KOMANDAN SATUAN DALAM RANGKA PEMBINAAN ORGANISASI A. LATAR BELAKANG Pemimpin atau Komandan Satuan dalam lingkungan militer mempunyai posisi sentral bagi kehidupan keprajuritan, karena organisasi militer adalah organisasi yang menitikberatkan garis komando sehingga seorang Komandan Satuan harus memahami tugas dan tanggung jawab yang diproyeksikan untuk memimpin satuan dijajaran TNI. Komandan Satuan dalam kepemimpinannya harus dapat memberikan contoh dan teladan bagi prajurit yang dipimpinnya baik dalam lingkungan dinas maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Mencermati pernyataan diatas, peran Komandan Satuan dalam suatu kesatuan sangatlah penting, karena ia merupakan figur yang menentukan dalam mewujudkan kinerja satuan agar dapat menjamin keberhasilan tugas pokok. Bila Komandan Satuan menjalankan kepemimpinannya secara benar, baik, konsisten, adil dan beradab, maka kesatuan yang dipimpinnya akan berjalan mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Dalam era globalisasi, profesionalisme kepemimpinan, Komandan Satuan banyak dipengaruhi oleh dinamika perubahan yang dari satu sisi dapat berdampak positif tetapi pada sisi lain juga membawa dampak negatif. Profesionalisme kepemimpinan para Komandan Satuan hingga saat ini dinilai masih lemah, hal tersebut didapatkan dari fakta pembinaan satuan yang dihasilkan dan pelaksanaan tugas satuan yang dapat dikatakan ’asal saja’. Banyak prajurit di satuan seperti telah kehilangan rasa percaya diri dan bahkan kurang menghayati jati dirinya. Hal tersebut mencerminkan kompleksitas kekalutan dalam kehidupan keprajuritan, indikasi yang ditemukan di satuan diantaranya rasa kecewa, merasa diperlakukan tidak adil, ketidaksabaran, tidak loyal, salah dalam mengaplikasikan jiwa korsa, kurang

Transcript of Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

Page 1: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

MEMBANGUN PROFESIONALISME KOMANDAN SATUAN

DALAM RANGKA PEMBINAAN ORGANISASI

A. LATAR BELAKANG

Pemimpin atau Komandan Satuan dalam lingkungan militer mempunyai posisi sentral bagi kehidupan keprajuritan, karena organisasi militer adalah organisasi yang menitikberatkan garis komando sehingga seorang Komandan Satuan harus memahami tugas dan tanggung jawab yang diproyeksikan untuk memimpin satuan dijajaran TNI.

Komandan Satuan dalam kepemimpinannya harus dapat memberikan contoh dan teladan bagi prajurit yang dipimpinnya baik dalam lingkungan dinas maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Mencermati pernyataan diatas, peran Komandan Satuan dalam suatu kesatuan sangatlah penting, karena ia merupakan figur yang menentukan dalam mewujudkan kinerja satuan agar dapat menjamin keberhasilan tugas pokok.

Bila Komandan Satuan menjalankan kepemimpinannya secara benar, baik, konsisten, adil dan beradab, maka kesatuan yang dipimpinnya akan berjalan mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi.

Dalam era globalisasi, profesionalisme kepemimpinan, Komandan Satuan banyak dipengaruhi oleh dinamika perubahan yang dari satu sisi dapat berdampak positif tetapi pada sisi lain juga membawa dampak negatif.

Profesionalisme kepemimpinan para Komandan Satuan hingga saat ini dinilai masih lemah, hal tersebut didapatkan dari fakta pembinaan satuan yang dihasilkan dan pelaksanaan tugas satuan yang dapat dikatakan ’asal saja’.

Banyak prajurit di satuan seperti telah kehilangan rasa percaya diri dan bahkan kurang menghayati jati dirinya. Hal tersebut mencerminkan kompleksitas kekalutan dalam kehidupan keprajuritan, indikasi yang ditemukan di satuan diantaranya rasa kecewa, merasa diperlakukan tidak adil, ketidaksabaran, tidak loyal, salah dalam mengaplikasikan jiwa korsa, kurang berfungsinya akal-budi-nurani, dan menurunnya kualitas akhlaq dan budi pekerti yang semua itu sangat mempengaruhi kinerja organisasi satuan.

B. PERMASALAHAN.

Dari latar belakang permasalahan tersebut dapat ditemukan rumusan masalahnya adalah ’Bagaimana membangun profesionalisme kepemimpinan Komandan Satuan?’. Untuk dapat membangun profesionalisme kepemimpinan Komandan Satuan, tentunya kita harus mengetahui gambaran kondisi satuan di jajaran TNI. 

C. PEMBAHASAN.

Page 2: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

2

Pada umumnya keberhasilan kinerja Komandan Satuan dapat dinilai dari pencapaian sasaran pembinaan satuan yang meliputi pembinaan organisasi, personel, latihan, material, pangkalan dan peranti lunak yang merupakan tanggung jawab Komandan Satuan.  Ketidakberhasilan pembinaan satuan ditandai dengan :

Pertama, tingginya angka pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit TNI, yang paling menonjol saat ini kasus desersi, perkelahian (antar prajurit TNI, dengan Polri dan Masyarakat),  narkoba dan asusila.  Hal ini mencerminkan bahwa pembinaan hukum, disiplin dan tata tertib sebagai bagian dari pembinaan personel belum efektif. Sejak periode TA. 2003 - 2008 (dalam kurun 5 tahun) telah terjadi peningkatan kasus pelanggaran yang sangat signifikan dan banyak yang berakhir dengan Pemberhentian Dengan Tidak Hormat.

Kedua, masih terjadi penyalahgunaan materiil dibeberapa satuan, penyalahgunaan wewenang terkait dengan penyimpangan-penyimpangan lain seperti penyimpangan anggaran dan aset.

Ketiga, penurunan kemampuan yang diakibatkan latihan dilakukan asal-asalan, sekedar memenuhi program kerja dengan mengabaikan kualitas, bahkan ada latihan yang begitu banyak kegiatan promemorinya.

Keempat, rendahnya kepedulian Komandan Satuan memelihara materiil dan pangkalan dengan alasan keterbatasan anggaran sehingga banyak kondisi materiil dan pangkalan yang tidak terpelihara dengan baik.

Kelima, selain belum lengkapnya beberapa peranti lunak yang dimiliki satuan, perhatian para Komandan Satuan dalam pemeliharaan dan pembuatan peranti lunak sangat rendah.

Disamping dari tinjauan pelaksanaan pembinaan satuan, kualitas profesionalisme kepemimpinan Komandan Satuan juga ditentukan oleh kualitas integritas kepribadiannya yang meliputi : (1) Komitmen dan Konsistensi Komandan Satuan ; (2) Visi ; dan (3) Integritas Pribadi. 

Kecenderungan yang terjadi saat ini pada diri Komandan Satuan adalah kurangnya komitmen terhadap diri dan satuannya terutama dihadapkan kepada keberanian menghadapi resiko atas pilihannya.

Komitmen yang baik dibangun berdasarkan kebersamaan antara Komandan Satuan dan anak buah, tetapi pada kenyataan sehari-hari justru komandan atau pimpinan sering tidak konsisten terhadap komitmen yang sudah disepakati.

Hal lain yang terjadi adalah masih terdapat kecenderungan Komandan Satuan yang  pemikirannya dipengaruhi  masa lalu sehingga saat ini hanya berkeras mempertahankan diri dengan pemikiran-pemikiran masa lalu serta menunjukkan sikap resistensi / penolakan terhadap perubahan-perubahan.

Keterbatasan wawasan yang dimiliki membuat ia tidak mampu untuk menyiapkan   perencanaan dengan sasaran  jauh ke depan. Fenomena yang ada dikalangan pemimpin saat ini adalah masih terjadi kegamangan dalam menjalankan kepemimpinannya, disamping itu terjadi penurunan integritas pribadi.

V.Gilbert Beers mengatakan “Seorang yang memiliki integritas adalah yang mampu dan berani menetapkan sistem norma dalam kehidupannya” (AB. Susanto & Koesnadi Kardi, Quantum Leadership, 2003). Integritas bukan menunjukkan apa yang dilakukan, akan tetapi lebih kepada jati dirinya.

Saat sekarang faktor integritas merupakan komoditi yang mulai  menurun karena norma kehidupan sudah berubah, sehingga ada Komandan Satuan yang

Page 3: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

3

memegang status kepemimpinan hanya sekedar mengejar status atau kepuasan pribadi. Hal itu menyebabkan reputasi dan citranya menurun yang pada akhirnya tidak mendapatkan kepercayaan dari bawahan. 

Dari gambaran tentang kinerja organisasi, maka dapat diidentifikasi bahwa akar pemasalahan perlunya membangun kepemimpinan Komandan Satuan adalah : pertama knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan) dan attitude (sikap perilaku), kedua, komitmen dan konsistensi, serta ketiga,  visi dan misi.

Upaya membangun kepemimpinan Komandan Satuan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi, dipengaruhi perkembangan lingkungan strategis antara lain yang menjadi pendukung :  

Pertama, Reformasi Internal TNI yang didorong oleh semangat TNI untuk menata peran, fungsi dan tugasnya merupakan implementasi dari tuntutan reformasi nasional untuk menjadikan TNI yang profesional, dapat dijadikan modal bagi Komandan Satuan untuk mengembangkan kepemimpinannya guna meningkatkan kinerja satuan.

Kedua, legalitas perwira sebagai seorang Komandan Satuan merupakan dasar hukum berkekuatan tetap yang dapat dijadikan sebagai pemicu semangat untuk terus belajar guna menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan melatih diri pribadi dengan keterampilan yang dibutuhkan sesuai dengan lingkup tugasnya dalam membangun kualitas kepemimpinan yang handal.

Ketiga, Kebijakan Pimpinan TNI yang berorentasi kepada tercapainya pelaksanaan tugas pokok dengan tetap memperhatikan kemampuan dan batas kemampuan satuan serta aturan hukum yang berlaku akan mampu mewujudkan iklim kerja yang baik dan kondusif merupakan bentuk perhatian tersendiri bagi seorang komandan dalam memimpin satuan.  

Adapun yang menjadi penghambat, (1) mengakarnya budaya feodal di sebagian Pemimpin/Komandan Satuan, menyebabkan terganggunya komunikasi disatuan, akibatnya iklim kerja menjadi tidak kondusif, (2) Adanya kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang tidak tertib dan menjadikan banyak Komandan Satuan lebih bersikap status quo sehingga sulit berkembang, (3) Dukungan anggaran yang belum memadai karena terbatasnya kemampuan ekonomi negara sangat menyulitkan para Komandan Satuan dalam melakukan pembinaan satuannya. Kondisi ini dapat menurunkan moril dan semangat juang prajurit serta dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan norma, ketentuan dan prosedur.

Membangun profesionalisme kepemimpinan Komandan Satuan pada hakikatnya adalah membangun nilai-nilai moral dan etika keprajuritan, membangun kesadaran diri untuk mau mengembangkan diri, membangun model kepemimpinan yang efektif agar dapat menjadi pemimpin yang visioner, pemimpin yang berpegang teguh pada komitmen dan konsisten dan memiliki integritas pribadi yang kuat serta memiliki kompetensi sebagai Komandan.

Menurut Letjen TNI (Purn) TB.Silalahi : “Pemimpin masa depan haruslah manusia yang utuh atau paripurna (Men of Integrity)”. Dia bukan hanya sekedar pintar, akan tetapi berkarakter dan  memiliki tingkat profesionalisme yang memadai sesuai dengan tuntutan perkembangan dan perubahan lingkungan, karena hasil implementasi kepemimpinannya tidak hanya berdampak kepada kinerja satuannya semata, tetapi memiliki dampak langsung secara hirarki ke dalam tubuh organisasi TNI.

Page 4: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

4

Pemimpin visioner yang dimaksud adalah seorang Komandan Satuan harus memiliki visi yang jelas, visi yang dibangun haruslah berorientasi kepada perubahan dan perkembangan situasi yang terjadi guna menentukan arah kepemimpinannya sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawab satuan dan pada strata bidang tugasnya masing-masing.

Pemimpin yang memiliki komitmen dan konsisten, artinya Komandan Satuan harus mau dan mampu untuk :

Pertama, meningkatkan disiplin satuan, melalui penerapan disiplin dimulai dari disiplin pribadi yang dia contohkan kepada semua prajurit yang ada dalam organisasi satuannya. Agar disiplin prajurit dalam satuan terwujud maka pemimpin harus konsisten dalam melaksanakan ketentuan dan prosedur yang sudah digariskan untuk mencapai keberhasilan tugas pokok satuan dengan memberikan tauladan.

Kedua, memelihara keunggulan moril, seorang pemimpin harus mampu memelihara dan membangun keunggulan moril prajurit satuannya. Menyitir amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman “ Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-hebatnya tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah, Tentara akan timbul dan tenggelam bersama-sama negara “ makna yang terkandung dari amanat tersebut mengingatkan kepada unsur pimpinan dan prajurit, bahwa sehebat apapun tingkat latihan yang diberikan kepada prajurit tidak ada kegunaannya apabila memiliki sifat yang mudah menyerah. Sifat menyerah sangat berhubungan erat dengan moril yang dibangun oleh para Komandan Satuan.

Ketiga, meminimalisasi pelanggaran, Komandan Satuan harus mampu menciptakan situasi yang kondusif disatuannya, situasi tersebut dapat diciptakan apabila dalam kepemimpinannya Komandan Satuan tersebut mampu berinovasi dan berkreasi sehingga tidak ada kesempatan bagi prajurit untuk berpikir melakukan kegiatan yang mengandung resiko pelanggaran,

Keempat, membangun dan memajukan satuan, Komandan Satuan harus berinisiatif, berkreasi dan berinovasi untuk meningkatkan kinerja satuannya. Keterbatasan-keterbatasan yang ada tidak boleh menyurutkan semangat Komandan Satuan dalam mencari dan melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan pembinaan satuannya. Komandan Satuan harus menerapkan norma, ketentuan dan prosedur untuk mewujudkan komitmen yang telah dibangun serta konsisten terhadap komitmen dan langkah-langkah yang telah direncanakan.  

Pemimpin yang memiliki integritas pribadi kuat, artinya seorang Komandan Satuan harus memiliki keteguhan hati, pikiran dan sikap sekalipun menghadapi situasi kritis dan sulit serta tetap konsisten pada jati dirinya.

Komandan Satuan harus : Jujur, dengan kejujuran akan diperoleh keteguhan watak yang diimbangi oleh prinsip-prinsip moral, memegang teguh kebenaran serta memiliki etika keadilan, Tegas, keberanian bertindak tegas atas prinsip kebenaran dan aturan, agar tidak mudah untuk dipengaruhi atau dibelokkan haluannya, Dapat dipercaya, konsistensi antara ucapan dan perbuatan sehingga memberikan kepastian kepada anggota dalam pelaksanaan tugas.

Memiliki kemampuan manajemen kepemimpinan yang handal, kemampuan untuk mengelola pribadinya secara utuh agar ia senantiasa memiliki kesiapan yang optimal dalam memimpin organisasinya. Kepemimpinan Komandan Satuan akan lebih bernilai ketika ia mampu mendekati, mengerti, memahami dan menggerakkan bawahan.

Page 5: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

5

Memiliki keberanian mengambil resiko,  karena resiko adalah bagian dari tanggung jawab kepemimpinan. Komandan Satuan yang tidak berani mengambil resiko hanyalah pemimpin yang lemah, oleh karena itu seorang Komandan Satuan yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin satuan harus memiliki keberanian untuk memikul semua resiko dan mengambil alih tanggung jawab satuan apabila terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh organisasinya.

Membangun profesionalisme, dihadapkan pada kondisi saat ini maka kedepan profesionalisme prajurit hendaknya ditempatkan secara proporsional, demikian pula halnya kepemimpinan Komandan Satuan memiliki batasan tugas yang jelas sesuai dengan strata jabatan dalam tugas dan tanggung jawabnya, sehingga dalam melaksanakan tugas dapat dilaksanakan secara maksimal dan fokus pada tugas pokoknya saja, tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang bertentangan dengan visinya, seperti intervensi atasan yang dilakukan terhadap Komandan Satuan bawahan atas dasar kepentingan pribadi tentang hal-hal yang menjadi kewenangannya.  

Komandan Satuan, harus memiliki dasar yang kuat dalam bidang pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan sikap perilaku (attitude). Sehingga Komandan Satuan akan dapat meningkatkan kinerja satuannya serta memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan pada situasi tertentu.

Dengan demikian maka Komanadan Satuan akan mampu untuk, Menjadi guru dalam bidang tehnik dan taktik, seorang Komandan Satuan karena penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya maka senantiasa akan mendidik dan mengarahkan bawahannya agar menguasai bidang tugas masing-masing.

Mampu menegakkan aturan, peraturan ditegakkan bukan hanya untuk anak buah saja tetapi untuk seluruh personel yang ada disatuan, Mengesampingkan kepentingan pribadi,  Komandan Satuan harus bisa membedakan antara kepentingan pribadi dengan kedinasan, tanggung jawab tugas menjadi prioritas utama. Memiliki efektifitas kepemimpinan, sehingga diharapkan Komandan Satuan berorientasi kepada profesionalitas dalam meningkatkan kinerja satuannya, Kemampuan fisik prima, sebagai Komandan Satuan memiliki fisik yang prima akan memberikan pengaruh yang besar terhadap gairah serta semangat kerja anak buah, sehingga gairah dan semangat kerja bermuara pada peningkatan kinerja satuannya.

Hakekat Komandan Satuan profesional adalah Komandan satuan yang menguasai bidang tugasnya dan memiliki ketrampilan untuk melakukannya,  yang memiliki kekuatan karakter pribadi, memegang teguh komitmen dan memiliki konsistensi terhadap norma-norma kepemimpinan.

Dalam pengertian seorang Komandan Satuan harus mampu menjadi teladan (soko guru) bagi bawahannya agar ia memiliki kekuatan moral untuk menegakkan aturan dan norma-norma yang berlaku. Kecenderungan degradasi kepemimpinan ditunjukkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh para prajurit disatuan, dimana kuantitas dan kualitas pelanggaran secara eskalatif terus meningkat.

Bila kondisi seperti ini tidak direspon dengan serius oleh setiap pribadi Komandan Satuan maka tidak mustahil profesionalitas, kredibilitas dan citra Komandan Satuan akan merosot tajam dihadapan anak buah, pada gilirannya akan merugikan kinerja dan produktifitas satuan.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah mewujudkan kompetensi kepemimpinan, memberi kewenangan dan tanggung jawab secara penuh sesuai kapasitasnya, memberikan kepastian masa depan dan membangun kepemimpinan yang visioner.

Page 6: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

6

Profesionalisme kepemimpinan menurut Spencer diartikan sebagai kelompok (Cluster) yang utuh dari pengetahuan (Knowledge), ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan karakteristik kepribadian lainnya (other personality characteristics) (Spencer Lyle M.Jr & Signe M. Spencer, 1993).

Secara spesifik tuntutan kompetensi yang ditranformasikan kedalam militer, adalah sebagai berikut,

(1) Seorang Komandan Satuan di semua strata mutlak menguasai semua ilmu kepemimpinan, agar mampu melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kapasitasnya berdasarkan norma-norma kepemimpinan, yang meliputi : sifat, prinsip, tehnik, gaya dan azas kepemimpinan sebagaimana yang telah diajar dalam lingkungan militer.

Dengan demikian tidak akan terjadi seorang Komandan Satuan dalam menerapkan kepemimpinannya dengan lebih mengedepankan selera dan egoisme pribadinya yang keluar dari norma kepemimpinan.

(2) Seorang Komandan Satuan dituntut memiliki keahlian (skill) yang meliputi kemampuan interpersonal, konseptual, tehnis dan taktis serta kemampuan menentukan tindakan (action) yaitu kemampuan mempengaruhi, mengoperasikan dan mengembangkan sehingga mampu membimbing, mengarahkan dan mengendalikan semua tugas-tugas satuannya.  

(3) Setiap Komandan Satuan dituntut untuk memiliki sikap dan perilaku (attitude) yaitu karakter yang berisi nilai-nilai (values) yang bersumber dari Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Jati diri TNI dan Kode Etik Perwira, sehingga tidak terperangkap dalam tindakan yang melanggar norma keprajuritan.

Pada era globalisasi, kinerja organisasi yang optimal menjadi sebuah tuntutan dan tantangan yang tidak bisa ditawar dan harus dihadapi bila tidak ingin terhempas oleh arus perubahan.

Dalam sistem manajemen strategi Sandra J. Hale (1998) mengatakan, ada dua cara utama bagi organisasi untuk mencapai kinerja yang tinggi, pertama, pemimpin memusatkan pada misi yang berorientasi kepada komitmen; dan kedua, Memastikan bahwa seluruh personel dalam organisasi dilibatkan untuk mencapai misi (Drs. Hessel Nogi S, Manajemen Modern dan Strategic Management, Balairung & CO. Yogyakarta, th 2003, hal-1).

Lebih lanjut Spencer mengatakan bahwa “untuk menentukan standar keberhasilan kinerja, organisasi harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang kompetensinya teruji”. Bertolak dari pemikiran tersebut uji kompetensi memang harus dilakukan untuk mendapatkan seorang Komandan Satuan yang benar-benar memiliki kualitas kepemimpinan sesuai tuntutan kinerja organisasi. 

Berkaitan dengan penjelasan diatas maka upaya membangun kompetensi kepemimpinan dapat mencapai hasil yang maksimal dengan mengembangkan metoda : Pendidikan, yaitu :

(a)  Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para perwira TNI AD untuk mengikuti pendidikan pengembangan umum dan pendidikan spesialisasi militer baik didalam negeri maupun diluar negeri, agar para perwira memiliki pengetahuan dan wawasan berpikir yang luas dan komprehensif sebagai bekal pengetahuan dan pembanding apabila perwira tersebut memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan yang sentral di lingkungan organisasi TNI AD.

Page 7: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

7

(b)  Memberikan kesempatan kepada para Perwira untuk dapat mengikuti pendidikan non militer (Pendidikan umum), baik atas biaya sendiri maupun dibiayai oleh TNI AD agar para perwira mampu bersaing dengan kalangan akademisi

(c) Melakukan seleksi secara ketat terhadap para Perwira yang akan diproyeksikan untuk menduduki jabatan Komandan Satuan atau jabatan yang sentral dilingkungan TNI AD dengan memprioritaskan kepada personel yang memiliki prestasi keberhasilan tugas maupun keberhasilan pendidikan yang pernah ditempuh selama karirnya berdasarkan Tallent Scoutting.

Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa seorang pemimpin akan mampu berkembang dan mengembangkan potensi kemampuannya dengan baik apabila diberikan kewenangan dan tanggung jawab secara penuh sesuai kapasitasnya. Adanya intervensi atasan yang berlebihan terhadap Komandan Satuan bawahan akan menghambat inisiatif Komandan bawahan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Bahkan kemungkinan menyebabkan mereka tidak mampu berkembang, persoalannya adalah bagaimana atasan mengontrol kinerja pimpinan bawahan.

Dalam hal ini John Bryson (1999), berpendapat, “langkah effektif untuk mengontrol kinerja organisasi harus menentukan tingkat pencapaian hasil (the degree of accomplishment) dan menetapkan visi dan misi organisasi” (John Bryson, Strategic Management, Balairung & CO, Yogyakarta, tahun 2003, hal-3).

Dua hal tersebut dapat dijadikan sebagai alat kendali pengawasan untuk menentukan tolok ukur dalam menilai kinerja Komandan Satuan. Selain itu keterbatasan kemampuan sumber daya (berupa sarana dan prasarana serta anggaran) sangat mempengaruhi Komandan Satuan dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya tersebut. Oleh karena itu dukungan sarana, prasarana dan anggaran sampai pada batas minimal perlu diberikan.

Metoda yang ditempuh untuk merealisasikan upaya tersebut diatas adalah :

a. Komunikasi, yaitu membangun komunikasi dua arah yang effektif, agar terjalin ikatan hubungan kerja dan hubungan emosional yang selaras, salah satunya dapat dilakukan dalam bentuk apel Komandan Satuan,

b. Penugasan, yaitu memberikan kesempatan berbagai macam penugasan yang seluas-luasnya kepada para Komandan Satuan bawahan agar memiliki pengalaman tugas yang memadai, 

c. Penghargaan dan hukuman (Reward and Punishment), yaitu memberikan penghargaan atas prestasi kerja kepada para Komandan serta menjatuhkan sanksi administrasi maupun sanksi hukum terhadap setiap bentuk pelanggaran atau merosotnya kinerja satuan.

d. Perencanaan, yaitu memberikan kesempatan kepada Komandan Satuan untuk mengajukan dukungan sarana dan prasarana serta anggaran melalui proses perencanaan dari bawah (bottom up planning) untuk memenuhi kebutuhan minimal satuan. Mengingat keterbatasan kemampuan negara dalam bidang anggaran, maka dalam pengelolaan  dukungan minimal yang diberikan harus efesien dan dapat dipertanggung jawabkan (akuntabel). Dengan demikian Komandan Satuan diberi kepercayaan penuh untuk melakukan kewenangan dan tanggung jawab dalam mengelola satuannya, sehingga profesionalisme kepemimpinannya akan berkembang.

Page 8: Membangun Profesionalisme Komandan Satuan

8

Untuk membangun kepemimpinan yang visioner, yaitu kepemimpinan yang memiliki wawasan global, maka para Komandan Satuan harus mampu mengikuti perubahan dan perkembangan lingkungan strategis serta dampak yang timbul, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dengan demikian setiap Komandan Satuan mampu menyaring apa yang perlu diadop dan apa yang harus dieleminir.

Konsekuensinya para Komandan Satuan minimal harus mengerti teknologi dan mampu berbahasa asing, memiliki budaya gemar membaca dan menulis, secara terus menerus mengikuti perkembangan informasi didalam dan diluar negeri. Apatisme terhadap hal tersebut akan mengakibatkan seorang Komandan Satuan terkungkung dan terbelenggu dalam sikap konservatif karena minimnya wawasan yang dimiliki. Akibatnya pemimpin tidak mampu mengembangkan ilmu dan seni kepemimpinannya dan pada gilirannya akan berakibat pada rendahnya kinerja organisasi.

Membangun kepemimpinan yang visioner ditempuh melalui metoda pendidikan dan latihan, antara lain dengan meningkatkan kuantitas pendidikan dibidang teknologi informasi dan penguasaan bahasa, serta mewajibkan kepada setiap perwira sebagai calon-calon Komandan satuan untuk berlatih membuat karya tulis yang berisi gagasan, untuk mengetahui tingkat kedalaman pengetahuan dan pemahamannya pemimpin dalam menyikapi setiap perkembangan situasi sesuai dengan strata jabatan dan kepangkatan yang disandang.

Kompetensi dan wawasan yang luas serta kemampuan berpikir kedepan atau visioner, hendaknya dilandasi dengan komitmen dan konsistensi sikap para Komandan Satuan. Komitmen untuk berkembang dan maju serta tertib dalam pelaksanaan kegiatan dan administrasi perlu dicontohkan dan dididikkan.

Pendidikan baik formal maupun informal dilingkungan TNI AD selain membekali pengetahuan dan ketrampilan, harus benar-benar menghasilkan perilaku yang merefleksikan integritas, komitmen dan konsistensi Komandan satuan atau pemimpin. Oleh karena itu peningkatan kualitas lembaga-lembaga pendidikan TNI AD menjadi hal mutlak yang tidak perlu ditawar lagi dan secara konsisten harus dilakukan serta didukung oleh semua pihak yang terkait.

D. KESIMPULAN.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Saat ini masih banyak terlihat adanya kepemimpinan Komandan Satuan yang kurang profesional, yang mengakibatkan kinerja organisasi menjadi tidak optimal. Hal tersebut mencerminkan kondisi kultur kepemimpinan Komandan Satuan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin belum mampu melakukan perubahan positif sesuai dengan tuntutan jaman.  

2. Tidak profesionalnya kepemimpinan Komandan Satuan antara lain disebabkan lemahnya komitmen dan tidak konsisten serta tidak Visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya. Ketiga, Untuk meningkatkan profesionalisme kepemimpinan para Komandan satuan diperlukan pembinaan Perwira sebagai calon-calon Komandan Satuan secara dini dan komprehensif.

Hal ini harus menjadi komitmen para penentu kebijakan dan para Perwira pada semua strata kepemimpinan satuan di jajaran TNI AD. Yang penting siapapun harus memahami permasalahan dan konsisten dalam menangani permasalahan sesuai strata dan bidang tugas serta tanggung jawab masing-masing.