PEMBUATAN PENANGKAL PETIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENTANAHAN BATANG DAN PLAT
MEMBANGUN MUSEUM MIGAS DI KOTA · PDF fileSkema Penangkal Petir ... Makalah ilmiah ini telah...
-
Upload
hoangnguyet -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of MEMBANGUN MUSEUM MIGAS DI KOTA · PDF fileSkema Penangkal Petir ... Makalah ilmiah ini telah...
Membangun Museum Migas di Kota Minyak i
KARYA TULIS ILMIAH
MEMBANGUN MUSEUM MIGAS DI KOTA MINYAK
Di buat oleh:
Novy Heri Yono
Santi Oktaviani
Dian Anggarini
Eva Khuzaifah
Gunawan Hendro Cahyono
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA MINYAK DAN GAS BUMI
2016
Membangun Museum Migas di Kota Minyak ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 2
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ............................... 3
D. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................. 4
BAB II DASAR TEORI .......................................................................... 6
A. Sekilas PPSDM Migas ........................................................ 6
B. Museum .............................................................................. 9
BAB III METODOLOGI ......................................................................... 30
A. Pengumpulan Data ............................................................. 30
B. Tahap Penelitian ................................................................. 32
C. Analisis Data ....................................................................... 32
D. Alur Penelitian..................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 34
A. Kajian Ekonomi ................................................................... 34
B. Kajian Hukum...................................................................... 40
C. Kajian Teknis Konsep Perencanaan dan Perancangan ...... 50
BAB VPENUTUP .................................................................................. 75
A. Kesimpulan ......................................................................... 75
B. Saran .................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 77
Membangun Museum Migas di Kota Minyak iii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Struktur Bagan A ........................................................................... 16
2.2. Struktur Bagan B ........................................................................... 17
2.3. Struktur Bagan C ........................................................................... 18
2.4. Penggunaan Cahaya Alami pada Museum ................................... 23
2.5. Perletakan Panel Koneksi ............................................................. 23
2.6. Sirkulasi Ruang Pamer ................................................................. 24
3.1. Alur Pikir Penelitian ....................................................................... 33
4.1. Peta Tanah Aset Objek Penelitian ................................................ 42
4.2. Peta Lokasi ................................................................................... 50
4.3. Pencapaian Tersamar ................................................................... 59
4.4. Pintu Masuk Bangunan ................................................................. 60
4.5. Tampak Depan Museum Migas .................................................... 60
4.6. Gerbang Depan Museum Migas ................................................... 60
4.7. Pendekatan Tak Terstruktur .......................................................... 61
4.8. Denah Museum ............................................................................. 63
4.9. Sistem AC Terpusat ...................................................................... 65
4.10. Sistem AC Split ............................................................................. 65
4.11. Pemanfaatan Pencahayaan Buatan .............................................. 67
4.12. Skema Penyediaan Air Bersih....................................................... 70
4.13. Skema Penangkal Petir ................................................................. 71
4.14.Sistem Sprinkler Tipikal .................................................................. 72
4.15. Hose Rack..................................................................................... 72
4.16. Fire Extinguisher ........................................................................... 73
4.17. Hydrant ......................................................................................... 73
Membangun Museum Migas di Kota Minyak iv
DAFTAR TABEL
4.1.Perbandingan PDRB dengan Migas dan Tanpa Migas di
Kecamatan Cepu Tahun 2013 – 2015 ............................................. 37
4.2. Perkembangan TPK dan RLM Hotel di Kabupaten Blora
Tahun 2015 ..................................................................................... 38
4.3. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Zona dan Koleksi ............. 51
4.4. Perhitungan Luas Ruang .................................................... 52
4.5 Konsep Besaran Ruang Area Pameran dan Workshop ...... 58
4.6. Konsep Teknik Penyajian Objek Pamer .............................. 64
4.7. Tingkat Cahaya Ruang Museum ......................................... 67
4.8. Dimensi Standar Kendaraan ............................................... 74
Membangun Museum Migas di Kota Minyak v
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul “Membangun Museum Migas di Kota Minyak” .
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Cepu, November 2016
Penyusun
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cepu merupakan sebuah Kecamatan di Kabupaten Blora yang terkenal
dengan sebutan kota minyak. Karena sejak tahun 1894 telah dibangun kilang
minyak di kota Cepu yang didirikan oleh pengusaha Belanda yang bernama
Adriaan Stoop melalui NV Doodsche Petroleum (DPM).
Saat ini pun kota Cepu masih sangat identik dengan kota minyak, yang
ditandai dengan temuan cadangan migas yang sangat besar di blok Cepu,
dengan area sumur yang membentang dari Kabupaten Bojonegoro hingga
Kabupaten Blora. Selain itu, berdiri dua instansi pemerintah yang bergerak di
bidang pendidikan dan pelatihan (diklat) yaitu Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas); dan di bidang
pendidikan formal yaitu Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (STEM). Adanya
Pertamina E&P dan ExxonMobil menambah lekat sebutan Cepu sebagai kota
minyak.
PPSDM Migas merupakan unit eselon 2 di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral
(BPSDM ESDM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM),
selain diklat, juga menyelenggarakan jasa sertifikasi, jasa teknologi, dan jasa
keahlian. Menurut data pada Laporan Tahunan Pusdiklat Migas pada tahun
2015, PPSDM Migas menerima peserta diklat sebanyak 3.565 orang, peserta
sertifikasi sebanyak 12.056 orang serta mahasiswa/siswa praktek kerja
industri sebanyak 1.498 orang.
Selain PPSDM Migas, beberapa perguruan tinggi negeri maupun
swasta juga menjadikan STEM serta Pertamina E&P yang berada di kota
Cepu sebagai tempat studi banding maupun kerja praktek bagi mahasiswa
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 2
yang memasuki tahap akhir. Secara umum, mereka datang ke Cepu untuk
menimba ilmu, khususnya di bidang migas.
Ditinjau dari sisi aset, PPSDM Migas mempunyai aset paling besar di
kota Cepu. Tetapi beberapa aset terutama tanah tidak dapat termanfaatkan
karena perubahan tugas dan fungsi yang sebelumnya diperbolehkan
mengelola lapangan migas sendiri berubah menjadi hanya sebagai tempat
pelaksanaan diklat bidang migas. Beberapa aset tersebut menjadi temuan
BPK yang harus ditindak lanjuti dengan cara menghibahkan ke instansi lain
ataupun membuat pagar agar tidak dikuasai oleh masyarakat sekitar.
Bukan hanya permasalahan tanah, beberapa proses penghapusan aset
di PPSDM Migas juga menjadi kendala sendiri, diantaranya peralatan drilling,
produksi, mekanik, instrumen maupun listrik yang berukuran besar
menyulitkan PPSDM Migas untuk menyediakan gudang di lingkungan kantor
sebelum dilakukan proses penghapusan. Hal ini selalu menjadi temuan dari
Inspektorat Jenderal ESDM akibat lambatnya proses penghapusan barang
milik negara.
Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan bagaimana cara memanfaatkan
aset tersebut agar lebih berguna terutama bagi masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi
permasalahan penting dalam penelitian ini berkenaan dengan alternatif
pemanfaatan aset tanah dan peralatan di lingkungan PPSDM Migas sebagai
berikut:
1. Temuan Inspektorat Jendral ESDM dan BPK atas pemanfaatan aset tanah
yang kurang optimal sehingga terancam akan menjadi status “idle”.
2. Sarana praktek di laboratorium yang sudah rusak dan harus dihapuskan
tetapi terkendala proses penghapusan yang memakan waktu lama.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 3
3. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran bagi masyarakat tentang
minyak dan gas bumi terutama di wilayah Kabupaten Blora dan sekitarnya.
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pemanfaatan aset negara
sesuai dengan tugas dan fungsi PPSDM Migas sangat mutlak untuk
dilaksanakan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sampai saat ini
PPSDM Migas masih memiliki aset tanah dan peralatan yang belum
termanfaatkan, yaitu :
a. Adanya pengurangan kewenangan PPSDM Migas.
b. Adanya moratorium pembangunan gedung.
c. Efektifitas dan efisiensi anggaran
d. Penurunan harga minyak sehingga permintaan diklat PNBP juga
menurun.
2. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan dalam penelitiaan ini yang
berkenaan dengan pemanfaatan aset tanah di PPSDM Migas dengan
meninjau sektor kebijakan pemerintah, pemanfaatan sarana prasarana,
target kinerja instansi dan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar. Untuk
memudahkan dalam penelitian, penulis membatasi masalah penelitian
dengan rumusan pernyataan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan aset tanah dan sarana prasarana untuk menunjang
kinerja PPSDM Migas
2. Alternatif solusi harus dapat menjawab temuan BPK dan Inspektorat
Jenderal ESDM
3. Kajian meliputi aspek kebijakan dan sosial ekonomi.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 4
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
pemanfaatan aset di PPSDM Migas. Adapun secara khusus penelitian ini
mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui kondisi aset tanah di PPSDM Migas yang tidak
termanfaatkan.
2. Untuk mencari alternatif pemanfaatan aset tanah di PPSDM Migas yang
menunjang tugas dan fungsi.
3. Untuk mengetahui kemungkinan pembangunan museum minyak dan gas
bumi di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil kajian konseptual, temuan-temuan lapangan,
harapan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
kajian pemanfaatan aset tanah milik instansi pemerintah yaitu PPSDM Migas.
Kontribusi positif tersebut baik untuk keperluan secara teoritis maupun praktis
antara lain :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, peneitian ini untuk menghasilkan dalil yang terkait dengan
pemanfaatan aset tanah milik pemerintah yang terbengkalai.
2. Secara Praktis
a. Bagi PPSDM Migas
Memberikan banyak masukan dalam memanfaatkan aset tanah yang
belum termanfaatkan, terutama untuk menjawab temuan BPK dan
Inspektorat Jenderal ESDM
b. Bagi Pemda Kabupaten Blora
Memberikan peluang untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
melalui pemanfaatan pembangunan Museum Migas, misalnya dengan
membangun industri pendukung maupun dari pengunjung yang ada.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 5
c. Bagi Masyarakat
Memberikan sarana belajar tentang minyakdan gas bumi maupun
rekreasi bagi warga Cepu dan sekitarnya.
d. Bagi Peneliti Lain
Memberikan bahan kajian dan analisis dari hasil penelitian ini dan
diharapkan dapat menjadikan salah satu dasar/argumentasi dalam
memulai sebuah penelitian baru dalam tema yang sama dan juga
sebagai masukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 6
BAB II
DASAR TEORI
A. Sekilas PPSDM Migas
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM Migas) merupakan satu-satunya pusat diklat bagi industri sub sektor
migas yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kompetensi
tenaga kerja Indonesia sub sektor migas sehingga mampu bersaing dalam
kompetisi nasional dan internasional. Sebagaimana telah dijelaskan di bab
sebelumnya bahwa PPSDM Migas merupakan unit eselon 2 di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral
(BPSDM ESDM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM),
selain diklat, juga menyelenggarakan jasa sertifikasi, jasa teknologi, dan jasa
keahlian.
Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 13
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, pada bagian kelima tetang Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi, berdasarkan pasal 893
mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sumber daya manusia di
bidang minyak dan gas bumi
Dalam melaksanakan tugas pokoknya Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan fungsi sebagai berikut :
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi;
b. penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi serta pengelolaan
informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas
bumi;
c. penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber daya
manusia di bidang minyak dan gas bumi;
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 7
d. pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang minyak
dan gas bumi;
e. pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan
sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi;
f. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang
pengembangan sumber daya manusia Minyak dan Gas Bumi; dan
g. pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Minyak dan Gas Bumi.
Dalam Perencanaan Strategis 2015 - 2019 Pusdiklat Migas telah
menetapkan 6 (enam) kebijakan sebagai berikut :
1) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kebijakan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia, dilakukan
melalui :
a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur, dengan
pendekatan secara proposional perbandingan jumlah peserta SDM
Aparatur KESDM dengan SDM Aparatur Propinsi/Kabupaten/Kota.
b. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Industri sub sektor Migas
dengan penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi sebagai program
unggulan.
c. Peningkatan kualitas Widyaiswara, Instruktur dan penyelenggara
pelatihan melalui penyertaan pada pendidikan formal, diklat,
workshop, seminar dan on the job training di dalam dan luar negeri.
d. Ketersediaan data kebutuhan diklat SDM Aparatur dan SDM Industri
sub sektor Migas berbasis pada Analisa Kebutuhan Diklat.
2) Penguatan Kapasitas Kelembagaan Diklat
Kebijakan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Diklat di semua fungsi
organisasi dilakukan melalui : Peningkatan akuntabilitas kinerja dan
pelaksanaan good government dan clean government di semua fungsi
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 8
organisasi, meliputi peningkatan pengelolaan administrasi dan keuangan
serta waskat, monitoring dan evaluasi secara berkala.
3) Penyiapan Kebijakan Diklat
Kebijakan perangkat kebijakan diklat dimaksudkan untuk meningkatkan
suprastruktur Pusdiklat Migas dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai lembaga diklat sub sektor Migas berdasarkan peraturan
perundang-undangan kediklatan yang berlaku, melalui :
4) Peningkatan Kapasitas Sarana dan Prasarana Diklat
Sebagai upaya untuk lebih meningkatkan daya saing Pusdiklat Migas
dalam menghadapi persaingan dengan lembaga diklat swasta diperlukan
upaya peningkatan kualitas layanan dalam penyelenggaraan diklat, salah
satu kebijakan yang diperlukan organisasi dalam meningkatkan daya
saing tersebut adalah dengan kebijakan peningkatan kualitas sarana dan
prasaran diklat melalui pengembangan dan standarisasi sarana dan
prasarana diklat.
5) Peningkatan Kerjasama, Jejaring dan Promosi Diklat
Kebijakan Peningkatan Kerjasama, Jejaring dan Promosi Diklat dilakukan
melalui :
a. Pengembangan kerjasama penyelenggaraan diklat dengan lembaga
pendidikan terkait di dalam dan di luar negeri,
b. Peningkatan informasi dan promosi terkait dengan produk jasa diklat.
6) Pengembangan Sistem Informasi Diklat
Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Diklat diarahkan untuk
mendorong peningkatan efesiensi, efektifitas, transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan organisasi menuju penyelenggaraan
pemerintahan yang baik ( good governance ) dan meningkatkan layanan
kepada stakeholder, melalui : pengembangan sistem informasi kediklatan
termasuk pengembangan e-learning system.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 9
B. Museum
1. Pengertian Museum
Secara etimologis, kata “Museum” diambil dari bahasa Yunani
Klasik, yaitu:“Muze”kumpulan sembilan dewi yang berarti lambang ilmu
dan kesenian. Berdasarkan uraian di atas,maka pengertian museum
adalah sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno yang dapat
digunakan untuk menambah wawasan dan juga sebagai tempat rekreasi.
Seiring dengan berkembangnya zaman, museum memiliki makna yang
sangat luas sesuai dengan pemikiran setiap individu maupun institusi.
Adapun beberapa pengertian kata Museum oleh sejumlah ahli
permuseuman mengemukakan bahwa:
a. Advanced Dictionary
Museum ialah sebuah gedung dimana didalamnya dipamerkan
benda- bendayang menggambarkan tentang seni, sejarah, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya.
b. DouglasA.Allan
Museum dalam pengertian yang sederhana terdiri dari sebuah
gedung yang menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian
studi dan kesenangan.
c. A.C.Parker (Ahli Permuseuman Amerika)
Sebuah museum dalam pengertian modern adalah sebuah lembaga
yang secara aktif melakukan tugas menjelaskan dunia, manusia dan
alam.
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas,
pengertian yang lebih mendalam dan lebih bersifat internasional
dikemukakan oleh Internasional CouncilofMuseum (ICOM),yakni:
“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of
society and its development, open to the public, which acquires,
conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 10
intangible heritage of humanity and its environment for the purpose of
education, study and enjoyment”.
Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang
melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang
bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan
yang berwujud benda dan tak- benda beserta lingkungannya,untuk tujuan
pendidikan, penelitian,dan hiburan.
2. Sejarah Museum
Cikal bakal museum di Indonesia tampaknya diawali oleh sepak
terjang George Edward Rumphius (1628-1702), seorang naturalis yang
mengoleksi benda-benda yang dikumpukannya selama proses
penenlitian. Kabarnya Rumphius mendirikan sebuah museum pada tahun
1662 di Ambon, yakni De Amboinsch Raritenkaimer. Namun
disayangkan, museum tersebut tidak dapat di lacak lagi sisa
peninggalannya sekarang.
Sejarah perkembangan museum di Indonesia secara kelembagaan
dapat ditarik mundur sampai ke tahun 1778. Pada 24 April1778 di Batavia
(kemudian disebut Jakarta) didirikan Bataviaasch Genootschap van
Kunstenen Wetenschaapen oleh Pemerintah Belanda. Lembaga ini
memiliki slogan Ten Nuttlevanhet Algemeen (Untuk Kepentingan
Masyarakat Umum). Slogan itu mendorong lembaga tersebut tidak hanya
menghimpun benda-benda sebagai sarana penelitian tetapi di tahun-
tahun berikutnya juga dapat berkembang menjadi museum. Museum
secara resmi dibuka pada tahun 1868. Pada tahun 1923 perkumpulan ini
memperoleh gelar Koninklijk karena jasanya di dalam bidang ilmiah.
Setelah Republik Indonesia Merdeka, pada tanggal 26 Januari
1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap vanKunsten
enWetenschaapen berganti nama menjadi Lembaga Kebudayaan
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 11
Indonesia. Semboyan lembaga tersebut berubah menjadi “Memajukan
Ilmu-ilmu Kebudayaan yang Berfaedah untuk Meningkatkan Pengetahuan
tentang Kepulauan Indonesia dan Negeri-Negeri Sekitarnya”. Pada
tanggal 17September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia
menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia yang
kemudian menjadi Museum Pusat. Sejak tahun 1979,be rdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, museumini
menggunakan nama Museum Nasional atau yang lebih banyak dikenal
dengan Museum Gajah.
Peran pemerintah Republik Indonesia dalam pendirian dan
pengembangan museum di Indonesia sejak kemerdekaan sampai masa
Orde Baru sangatlah besar. Pada tahun 1948 pemerintah membentuk
Jawatan Kebudayaan yang berada dibawah Kementerian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan. Pada tahun 1957 jawatan tersebut memiliki
unit kerja yang disebut Urusan Museum. Pada perkembangan selanjutnya
terus mengalami peningkatan dan penyesuaian yakni tahun1965 Urusan
Museum menjadi Lembaga Museum-Museum Nasional.
Pemerintah Republik Indonesia terus mengembangkan museum
sejak Pembangunan LimaTahun (PELITA) I sampai V atau dalam waktu
25 tahun. Dengan berbagai proyek semisal Proyek Pembinaan
Permuseuman, dilakukan pemugaran dan perluasana museum lama dan
pembangunan museum baru di setiap propinsi. Selama kurun waktu
tersebut terdapat tidak kurang dari 262 museum diIndonesia. Museum-
museum tersebut berada dilingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, pemerintah daerah, dan swasta.
Setelah tahun 1998 terjadi perubahan yang cukup berarti
dalam pengelolaan organisasi atau lembaga di Indonesia termasuk
museum. Perubahan terjadi seiring semangat reformasi yang bermakna
perbaikan diri dan salah satu amanat reformasi yakni desentralisasi.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 12
Organisasi atau lembaga museum terutama yang berada di bawah
pengelolaan pemerintah pusat juga diarahkan menuju desentralisasi,
salah satunya dengan cara menyerahkan pengelolaan museum tertentu
ke pemerintah daerah. Otonomi daerah mendorong pemerintah derah
berlomba-lomba mendirikan dan membenahi museum di daerah masing-
masing, walaupun tidak seluruhnya berhasil.
Sejak tahun 2005, berdasarkan tata kelola pemerintahan,
terdapat Direktorat Museum yang berada di bawah Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala danmerupakan bagian dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Perubahandari
departemen terkait pendidikan ke departemen pariwisata turut mengubah
“warna” museum yang awalnya terkait dengan edukasi menuju rekreasi.
Pada tahun 2009 terdapat sedikitnya 275 museum di Indonesia.
Museum-museum tersebut ada yang berada di bawah naungan Direktorat
Museum, kementerian atau departemen atau lembaga pemerintahan,
pemerintah daerah, badan-badan usaha milik negara, perusahaan
swasta, yayasan dan badan-badan lainnya, serta perorangan atau
pribadi.
3. Fungsi Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
mengembangkannya, terbuka untuk umum, merawat, menghubungkan
dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesengangan,
barang pembuktian manusia dan lingkungannya.
Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan
kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan
pengetahuan tentang benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu
pengetahuan. Untuk memperjelas kegunaan dari museum tersebut, kita
harus mengetahui fungsi dari museum itu sendiri. Bila mengacu kepada
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 13
hasil musyawarah umum ke11 (11th General Assembley International
Council of Museum (ICOM)) pada tanggal 14 Juni 1974 di Denmark, dapat
dikemukakan 9 fungsi museum sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3) Konservasi dan preservasi.
4) Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.
5) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6) Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.
7) Visualisasi warisan alam dan budaya.
8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Tugas Museum
Tugas yang dijalankan oleh sebuah museum, yakni:
a. Pengumpulan atau penggandaan
Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum,
hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu,
yakni:
Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.
Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan
sebagainya.
Harus dapat dianggap sebagai dokumen.
b. Pemeliharaan
Tugas pemeliharaan ada 2 aspek,yakni:
Aspek Teknis
Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta
dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan
kerusakan.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 14
Aspek Administrasi
Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan
tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat
monumental.
c. Konservasi
Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan,
pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab
kerusakan.
d. Penelitian
Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni:
Penelitian Intern
Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.
Penelitian Ekstern
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti
mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan
karya ilmiah,skripsi,danlain-lain.
e. Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda
materi koleksi yang dipamerkan:
Pendidikan Formal
Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan sebagainya.
Pendidikan Non Formal
Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan lain-lain.
f. Rekreasi
Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan
dihayati, yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak
diperlukan konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan
kebosanan.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 15
5. Struktur Organisasi Museum
Pada dasarnya museum terbagi atas 2 kepemilikan, yakni
pemeritah dan swasta. Dari setiap itu masing-masing mempunyai struktur
dan cara kerjanya masing-masing. Biasanya pada museum swasta,
struktur organisasi tidak serumit museum milik pemerintah. Tetapi
memang untuk struktur organisasi pemerintah sudah memiliki job desk
masing-masing setiap divisi, sehingga ruang lingkup pekerjaannya sudah
sangat jelas. Adapun beberapa contoh struktur bagian sebuah museum,
yakni:
1) Bagan A
Walaupun museum ini dikelola dan dimiliki oleh swasta tetapi
penyelenggaraan museum ini harus berstatus badan hukum, agar
museum ini dapat penanganan atau pengelolaan yang mantab dan
tidak terombang- ambing. Dalam akte pendiriannya perlu dicantumkan
satu pasal peralihan, yang menyebutkan suatu tindakan hukum akan
diambil dalam hal berakhirnya masa berdirinya yayasan atau
perkumpulan tersebut, kepada siapa pemiliknya (museum) itu akan
diserahkan demi kesinambungan penyelenggaraan, pengelolaan dan
pemanfaatan.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 16
(Gambar 2.1. Struktur Bagan A)
2) Bagan B
Untuk museum-museum resmi, bagan B memperlihatkan
bagaimana kaitannya penyelenggaraan dan pengelolaan museum-
museum tersebut. Badan pemerintah (Departemen atau Lembaga
Non-Departemen) disebut penyelenggara museum, yang
bertanggung jawab atas tersedianya dana, sarana dan tenaga
museum-museum resmi tersebut. Yang mengelola museum adalah
kepala museum yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah,
Menteri atau Ketua Lembaga Non-Departemen yang bersangkutan.
Unit Pembina Teknis bertanggung jawab atas perencanaan,
pengaturan, pengawasan, pengendalian program-program kegiatan
pelaksanaan dan museum-museum itu sebagai obyek pembinaan
merupakan unit-unit pelaksanaan teknis di bidang kegiatan museum
sebagai saran ilmiah, pusat studi dan kegiatan edukatif-kultural.
BADAN SENDIRI
BADAN PENASEHAT BADAN PENGAWAS
MUSEUM
BADAN PENGURUS
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 17
(Gambar 2.2. Struktur Bagan B)
3) Bagan C
Untuk museum yang lebih besar atau yang lebih kecil tentu
diperlukan struktur organisasi yang disesuaikan dengan
kenyataan yang diperlukan. Untuk museum yang lebih kecil,
biasanya kepala museum merangkap tugas kurator yang
bertanggung jawab atas penangan koleksi. Ia dapat dibantu oleh
petugas ketata-usahaan. Demikian, seorang kurator museum
kecil,diperlukan manager yang berpendidikan ilmiah dan pandai
mengelola museum, oleh karena itu sebenarnya museum kecil
diperlukan kurator-kurator paripurna.
BADAN PEMERINTAH
MUSEUM MUSEUM
UNIT PEMBINA TEKNIS PERMUSEUAMAN
MUSEUM MUSEUM
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 18
(Gambar 2.3. Struktur Bagan C)
Bagan C menggambarkan suatu struktur organisasi medium.
Semua unit yang merupakan:
Unsur pimpinan
Unsur penunjang ketata-usahaan
Unsur penunjang perpustakaan
Unsur kegiatan pokok pengadaan dan penelitian
koleksi
Unsur kegiatan pokok perawatan dan
pemeliharaan
Unsur kegiatan pokok pameran koleksi
Unsur kegiatan pokok bimbingan kegiatan edukatif-kultural
sudah termasuk dalam bagan struktur organisasi museum
madya tersebut.
6. Jenis Museum
Jenis museum diklasifikasi menurut:
1) Berdasarkan Status Hukum
Museum Pemerintah
KEPALA MUSEUM
KURATOR KOLEKSI
KONSERVATION LABORATORIUM
TATA USAHA & PERPUSTAKAAN
PREPARATOR STUDIO
EDUKATOR BIMBINGAN EDUKATIF
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 19
Dikatakan museum pemerintah karena dibiayai oleh pemerintah
setempat, dan untuk semua keperluannya disediakan anggaran-
anggaran tahunan di departemen atau pemerintahan lokal yang
menyelenggarakannya.
Museum Swasta
Sebuah museum yang didirikan oleh pihak swasta, dikelola
langsung oleh pihak swasta itu sendiri.Biasanya swasta itu berupa
yayasan atau perseorangan tetapi tetap dalam pengawasan
Direktorat Permuseuman atas nama pemerintah.
2) Ruang Lingkup Wilayah
Museum Nasional
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia
dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang
bernilai nasional.
Museum Lokal
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia
dan atau lingkungannya dari wilayah Kabupaten atau kotamadya
dimana museum tersebut berada.
Museum Propinsi
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia
dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum
berada.
3) Disiplin Ilmu
Museum Umum
Museum yang koleksi terdiri dari kumpulan bukti material
manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 20
cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
Museum Khusus
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia atau lingkungannya berkaitan dengan satu cabang
seni,satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
7. Pengguna Museum
Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum, yakni:
1) Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan
melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala
museum. Kepala museum membawahi dua bagian yaitu :.
Bagian Administrasi
Bagian administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, surat-
menyurat, kerumah-tanggaan, pengamanan dan registrasi koleksi.
BagianTeknis
Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga
konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.
2) Pengunjung
Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni:
Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum
seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.
Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.
8. Persyaratan Berdirinya Museum
a) Lokasi yang Strategis
Lokasi yang dipilih harus strategis, bukan untuk kepentingan
pendirinya, tetapi untuk masyarakat umum, pelajar, mahasiswa,
ilmuwan, wisatawan dan masyarakat umum lainnya. Selain itu, lokasi
harus sehat. lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 21
pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasi,
elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antaralain:
kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu
55-65%.
b) Persyaratan Bangunan
1) Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum bisa
dijabarkan sebagai berikut:
Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai fungsi dan
aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanan
Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi
pengunjung.
Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan
khusus.
Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat.
Area privat terdiri dari laboratorium konservasi, studio
preparasi, dan storage.
Area publik/umum terdiri dari bangunan utama (meliputi
pameran tetap, pameran temporer dan peragaan),
auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box,
penitipan barang, lobby/ruang istirahat, dan tempat parkir.
2) Persyaratan Khusus
- Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap
dan temporer harus dapat:
- Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
- Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.
- Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 22
pengunjung museum.
- Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami ataupun karena pencurian.
Bangunan auditorium,harus dapat:
Dengan mudah dicapai oleh umum.
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan
ceramah
Bangunan khusus, harus:
Terletak pada tempat yang kering.
Mempunyai pintu masuk yang khusus.
Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap
kerusakan, kebakaran,dan pencurian).
Bangunan administrasi, harus terletak di lokasi yang strategis
baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan
lainnya.
c) Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama
dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai
berikut:
Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis
utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat
proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi
utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu
21C-26C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux
dengan meminimalisir radiasi ultraviolet. Beberapa ketentuan dan
contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 23
(Gambar 2.4. Penggunaan Cahaya Alami pada Museum)
E
rgonomi dan Tata Letak
Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat,
menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan
peragaatau koleksi turut berperan. Berikut standar-standar
perletakan koleksi di ruang pamer museum.
(Gambar 2.5. Perletakan Panel Koleksi)
Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 24
koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi
bergantung juga pada alur cerita yang ingin disampaikan
dalam pameran
(Gambar 2.6. Sirkulasi Ruang Pamer)
9. Koleksi Museum
Pengertian koleksi adalah segala sesuatu yang sedang atau
akan dipamerkan di museum. Koleksi tersebut dapat disajikan di ruang
pameran, disimpan di gudang, dilestarikan di ruang konservasi atau dikaji
di ruang peneliti.
a. Prinsip dan persyaratan sebuah benda koleksi, antara lain:
Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah (temasuk nilai estetika).
Dapat diidentifikasi mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna,
asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis) atau
periodenya (dalam geologi, khususnya benda alam).
Harus dapat dijadikan dokumen,dalam arti sebagai kenyataan dan
eksitensinya bagi penelitian ilmiah.
b. Jenis benda koleksi
Benda asli, yakni benda koleksi yang memenuhi persyaratan:
Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.
Harus dapat dianggap sebagai dokumen.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 25
Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan
sebagainya.
Benda reproduksi, yakni benda buatan baru dengan cara meniru
benda asli menurut cara tertentu. Macam benda reproduksi:
Replika, yakni benda yang tiruan yang diproduksi dengan
memiliki sifat-sifat benda yang ditiru.
Miniatur, yakni benda tiruan yang diproduksi dengan memiliki
bentu, warna dancara pembuatan yang sama dengan benda asli.
Referensi, yang diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku
mengenai etnografi, sejarah dan lainnya.
Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro film
yang sukar dimiliki.
Benda penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan pelengkap
pameran untuk memperjelas informasi/pesan yang akan
disampaikan, misalnya: lukisan,foto dan contoh bahan.
c. Penataan Koleksi Museum
Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan
beberapa cara, yakni:
Tematik
Yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan sub-tema.
Taksonomik
Yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.
Kronologis
Yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya, dari yang
tertua hingga sekarang.
d. Metode penyajian museum
Metode penyajian disesuaikan dengan motivasi
masyarakat lingkungan atau pengunjung museum, yakni:
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 26
Metode intelektual
Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan informasi tentang guna,arti dan fungsi benda
koleksi museum.
Metode romantik (Evokatif)
Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan
benda- benda yang dipamerkan.
Metode estetik
Cara penyajian benda-benda koleksi museum yang
mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi
museum.
Metode simbolik
Cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi
pengunjung.
Metode kontemplatif
Cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi
pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan.
Metode interaktif
Cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat
berinteraksi langsung dengan koleksi yang dipamerkan. Penyajian
interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
e. Penyimpanan dan perawatan koleksi museum
Beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau yang dapat
merupakangangguanpadakoleksimuseum,adalah:
Iklim dan lingkungan
Iklim di Indonesia pada umumnya adalah lembab dan
dengan curah hujan yang cukup banyak. Temperatur udara di
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 27
antara 25C sampai 37C, dengan kadar kelembaban relatif
antara 50% sampai 100%. Iklim yang terlampau lembab ditambah
faktor naik turunnya temperatur menimbulkan suasana
klimatologis yang menyuburkan tumbuh kembangnya jamur
(fungi) dan bakteri tetapi iklim yang terlampau kering juga
menimbulkan berbagai kerusakan. Faktor lingkungan terbagi atas
dua macam, yaitu: macro meliputi wilayah yang luas, dan yang
kedua micro meliputi udara dan iklim di kota dan di dalam gedung
museum. Umumnya udara di kota sudah tercemar dengan polusi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak polusi
tersebut adalah dengan memanfaatkan fungsi taman lindung.
Cahaya
Cahaya mempengaruhi benda koleksi yang ditampilkan pada
museum. Untuk jenis koleksi seperti batu, logam, dan keramik
pada umumnya tidak peka terhadap cahaya tetapi untuk bahan
organik seperti tekstil, kertas, peka terhadap pengaruh cahaya.
Cahaya merupakan bentuk energi elektro-magnetik, memiliki dua
jenis radiasi yang terlihat mau puntak terlihat. Ultraviolet sangat
membahayakan benda koleksi dan dapat menimbulkan
perubahan bahan maupun warna. Lampu pijar dinyatakan paling
banyak mengeluarkan ultra violet, sedangkan lampu fluorescent
dinyatakan paling rendah kadar radiasinya.
Serangga dan mikro-organisme
Cara mencegah untuk perusakan benda koleksi yang
disebabkan oleh serangga ataupun mikro-organisme, yakni:
fumigasi. Beberapa jenis zat kimia bisa menguap pada suhu biasa
dan akan menjadi gas yang mematikan bagi serangga, misalnya
paradichlro benzene, carbondisulphine, carbon tetrachloride.
Fumigasi dapat dilakukan dalam ruangan yang suhunya normal
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 28
yang kedap udara. Penyemprotan insektisida yang berupa larutan
yang mengandung DDT, gammexane, mercuric chloride, dan
lain-lain. Merupakan bahan-bahan insektisida yang memadai.
10. Jenis Pameran
Penyajian koleksi museum yang paling tepat adalah dengan
cara melakukan pameran. Teknik pameran adalah suatu pengetahuan
yang meminta fantasi, imaginasi, daya improvisasi dan ketrampilan
teknis dan artistik sendiri. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat
melakukan pameran, yakni:
a. Persediaan koleksi dan dokumentasi foto serta koleksi yang tersedia.
Apabila jumlah koleksi belum memadai, sedangkan tema
pameran sudah jelas maka museum itu dapat meminjam koleksi dari
museum lainnya atau meminjam koleksi perorangan.
b. Persediaan peralatan dan bahan serta tenaga yang akan mendukung
pelaksanaan penataan dan penyebaran informasi.
c. Biaya persiapan dan pelaksanaan untuk kegiatan pameran.
d. Penyebaran publisitas tentang rencana kegiatan pemeran tersebut,
dalam rangka mengumpulkan pengunjung bila pameran itu sudah
dibuka untuk umum.
Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan serta jenis
dan sifatnya, pemeran museum dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Pameran tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai
dengan 4 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi
museum. Idealnya, koleksi pameran disajikan adalah 25% hingga 40%
dari koleksi yang dimiliki museum dan dilakukan penggantian koleksi
yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.
b. Pameran khusus atau temporer
Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 29
waktu relatif singkat. Fungsi utamanya adalah untuk menunjang
pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang pengunjung
datang ke museum. Dikatakan pameran khusus karena
diselenggarakan secara khusus untuk memperingati sesuatu, seperti
tokoh atau peristiwa. Sedangkan dikatakan pameran temporer karena
sifatnya yang temporer atau sementara, diselenggarakan dalam waktu
singkat, antara mingguan hingga bulanan.
c. Pameran keliling
Adalah pameran yang diselenggarakan di luar museum pemilik
koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu yang
singkat dengan tema khusus mengenai aspek-aspek tertentu dalam
bidang sejarah alam dan budaya serta wawasan nusantara dimana
benda-benda koleksi tersebut dipamerkan dan dikelilingkan dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 30
BAB III
METODOLOGI
Pada penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Bogdan dan
Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
A. Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data harus melalui beberapa
beberapa tahapan yang setiap tahapan tersebut saling terkait anatar satu
sama lain. Secara garis besar, terdapat lima tahapan proses pengumpulan
data kualitatif.
1. Melakukan Identifikasi Subjek/Partisipasi penelitian dan lokasi penenlitian
(site)
Creswell (dalam Herdiansyah: 2010: 152) mengatakan bahwa sebagai
seorang peneliti kualitatif, harus benar-benar matang dalam melakukan
identifikasi partisipan dan lokasi penelitian sebagai pondasi awal
penelitian yang akan dilakuan.
2. Mencari dan mendapatkan akses menuju subjek/partisipasi penelitian dan
lokasi penenlitian
Pada tahap ini, peneliti sudah mendapatkan ijin dari pihak-pihak yang
terkait, diantaranya ke Pusdiklat Migas / PPSDM Migas, Badan Geologi
(Museum Geologi), Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara (PPBMN)
dan Badan Pusat Statistik (BPS) Blora.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 31
3. Menentukan Jenis data yang akan dicari/diperoleh
Jenis data yang digunakan adalah dokumen resmi dan referensi/literarur
a. Dokumen Resmi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak,
foto, dan sebagainya. Pada penelitian ini dokumen yang digunakan
sebagai sumber data diantaranya :
- Laporan Tahunan Pusdiklat Migas Tahun 2015
- Hasil Temuan Pemeriksaan BPK RI Tahun 2007
- Laporan Evaluasi Aset Pusdiklat Migas Tahun 2014
- Buku Referensi / Teori tentang museum
- Blora dalam angka (BPS, 2015)
b. Refferensi/Literatur
Dokumen referensi/literature terkait dengan teori-teori tentang
museum, terutama musesum pendidikan.
4. Mengembangkan atau menentukan instrument/metode pengumpulan
data
Selain data dokumen yang digunakan, peneliti juga menggunakan
wawancara tidak terstruktur dengan melibatkan beberapa pejabat yang
terkait dengan pengelolaan asset maupun pengelolaan museum.
5. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data meliputi data-data utama dan pendukung
yaitu :
a. Data dokumen terkait kondisi asset tanah dan peralatan di PPSDM
MIgas
b. Data dokumen terkait kondisi sosial dan ekonomi di daerah cepu dan
sekitarnya
c. Data literature / teori dari buku maupun website terkait
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 32
d. Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
B. Tahap Penelitian
1. Pengumpulan data melalui studi dokumen, observasi ke lokasi dan juga
wawancara
2. Analisis pendahuluan
3. Analisis Data
4. Desain Museum
5. Model Pengelolaan Museum
C. Analisis Data
Analisis Data menggunakan model kualitatif, yaitu menggunakan
kemampuan interpretasi dari peneliti sendiri dengan berdasarkan data-data
yang ada. Analisis ini juga menghasilkan sebuah desain / lay out museum
dari tampak depan, atas maupun samping.
D. Alur Penelitian
Alur penelitian dapat dilihat pada diagram 3.1 seperti dibawah ini :
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 33
Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian
Temuat BPK & ITJEN : 1. Pengamanan
terhadap aset tanah
2. Rencana pemanfaatan aset tanah
Lamanya proses penghapusan peralatan lab/bengkel yang sudah
tidak terpakai
1. Pemetaan ulang aset tanah mentul
2. Kajian hukum terkait pembangunan museum pendidikan migas berdasarkan peraturan yang berlaku
3. Desain lay out museum pendidikan migas
4. Kajian potensi pengelolaan museum migas
Optimalisasi pemanfaatan aset dan sarana tidak terpakai melalui
desain pembangunan museum pendidikan migas bumi
1. Membuat master plan pemanfaatan aset tanah
2. Mempercepat proses penghapusan peralatan
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Ekonomi
Besar kecilnya angka Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) menggambarkan besar kecilnya potensi ekonomi
suatu wilayah. Angka PDRB yang besar menunjukkan bahwa
wilayah tersebut cukup berpotensi secara ekonomi dan
sebaliknya. Karena kecamatan merupakan subset dari kabupaten,
maka semakin besar PDRB di suatu kecamatan maka peran
kecamatan tersebut semakin besar dalam menggerakkan ekonomi
di wilayah kabupaten. Beberapa kecamatan yang cukup
berpotensi di Kabupaten Blora antara lain Kecamatan Blora,
Kecamatan Cepu, Kecamatan Randublatung, Ngawen dan
Kunduran. Kelima kecamatan tadi cukup berperan dalam
menggerakkan ekonomi di Kabupaten Blora, karena sumbangan
kelima kecamatan tadi lebih dari separoh dari angka-angka PDRB
kabupaten.
Pada tahun 2015, PDRB kecamatan atas dasar harga
berlaku, tertinggi dicapai oleh Kecamatan Cepu yang tercatat
sebesar 4.402,83 milyar rupiah, diikuti Kecamatan Blora sebesar
2.807,87 milyar rupiah dan Kecamatan Ngawen dan Randublatung
masing-masing sebesar 1.148,50 milyar rupiah dan 1.154,55 milyar
juta rupiah. Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Bogorejo
yang tercatat sebesar 294,50 milyar rupiah. Besarnya peran
PDRB kecamatan terhadap PDRB Kabupaten dapat dilihat dari
persentase distribusi PDRB kecamatan terhadap total PDRB
Kabupaten Blora. Kontribusi terbesar disumbang oleh PDRB
Kecamatan Cepu sebesar 26,90 persen disusul kemudian
Kecamatan Blora sebesar 17,15 persen dan Kecamatan Ngawen
dan Randublatung masing-masing sebesar 7,02 persen dan 7,05
persen,sedangkan kontribusi PDRB kecamatan lainnya
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 35
memberikan andil berkisar antara 1,64 persen, yaitu Kecamatan
Bogorejo hingga 6,58 persen, yaitu di Kecamatan Kunduran.
Sedangkan PDRB menurut harga konstan (2010=100), pada tahun
2015 PDRB kecamatan tertinggi masih di Kecamatan Cepu
dengan nilai PDRB sebesar 3.696,73 milyar rupiah, kemudian
diikuti PDRB Kecamatan Blora dengan nilai sebesar 2.220,66
milyar rupiah, dan Kecamatan Ngawen dan Randublatung masing-
masing sebesar 900,95 milyar rupiah dan 884,66 milyar rupiah,
sedangkan PDRB terendah ada di Kecamatan Bogorejo dengan
nilai sebesar 206,43 milyar rupiah. Dengan andil terhadap PDRB
kabupaten terbesar adalah Kecamatan Cepu yaitu sebesar 28,70
persen, diikuti Kecamatan Blora sebesar 17,24persen dan
Kecamatan Ngawen dan Randublatung masing-masingsebesar
6,99 dan 6,87 persen, sedangkan terendah ditunjukkan oleh
Kecamatan Bogorejo 1,60 persen.
Pada tahun 2015, adh berlaku PDRB Kecamatan Cepu
memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar 26,90
persen atau sebesar 4.402.826,91 juta rupiah, sedangkan struktur
perekonomian didominasi oleh lapangan usaha pertambangan
penggalian , dimana kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDRB
kecamatan tercatat sebesar 47,88 persen, disusul lapangan
usaha perdagangan dengan kontribusi sebesar 19,72 persen dan
industri pengolahan dengan share sebesar 7,42 persen. PDRB
perkapita adh berlakunya untuk tahun 2015 mencapai 59.952.263
rupiah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yang
tercatat sebesar 56.311.841 rupiah.
Berdasarkan harga konstan, pada tahun 2015 kontribusi
PDRB kecamatan Cepu terhadap total Kabupaten Blora adalah
sebesar 28,70persen, atau senilai 3.696.728,36 juta rupiah, dan
tumbuh sebesar 8,28persen. Secara lapangan usaha pertumbuhan
tertinggi adalah lapangan usaha pertambangan penggalian yang
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 36
tercatat sebesar 13,16 persen,diikuti lapangan usaha jasa
perusahaan yang tumbuh sebesar 8,97persen.
Adh konstan persentase distribusi PDRB Kecamatan
Cepu tertinggi adalah lapangan usaha pertambangan penggalian
yang tercatat sebesar 49,85 persen, lapangan usaha perdagangan
sebesar 20,29 persen dan industri pengolahan sebesar 6,41
persen. Sedangkan PDRB perkapita adh konstan tercatat sebesar
50.337.485 rupiah lebih besar apabila dibandingkan dengan tahun
2014 yang mencapai 46.631.989rupiah, dimana ini merupakan
angka PDRB perkapita kecamatan terbesar di tingkat
kabupaten.Besarnya level PDRB Kecamatan Cepu karena adanya
perusahaan pertambangan yaitu PT Pertamina EP yang bergerak
di bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Sumbangan
kegiatan pertambangan terhadap PDRB Kecamatan Cepu
sangatlah besar,sehingga jika produksi sub sektor ini mengalami
kenaikan secara signifikan maka besaran PDRB juga akan
mengalami kenaikan dan demikian juga sebaliknya.
Dari tabel dibawah ini terlihat nilai PDRB dengan migas
lebih besar dibandingkan tanpa migas. Sedangkan jika dilihat laju
pertumbuhannya, PDRB dengan migas cenderung fluktuatif sejalan
dengan pertumbuhan PDRB sub sektor minyak dan gas. Pada
PDRB tanpa migas laju pertumbuhannya menunjukkan
kecenderungan terus meningkat.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 37
Tabel 4.1. Perbandingan PDRB dengan Migas dan Tanpa Migas
Di Kecamatan Cepu Tahun 2013 – 2015
INDIKATOR 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4)
DGN MIGAS
PDRB Adhb (juta rp) 3.591.967,00 4.122.890,80 4.402.826,91
PDRB Adhk (juta rp) 3.228.199,56 3.414.177,15 3.696.728,36
Kontribusi Thd adhb Kab(%) ) 26,52 27,30 26,90
Laju Pertumbuhan (%) 6,90 5,76 8,28
TANPA MIGAS
PDRB Adhb (juta rp) 1.804.557,17 2.074.487,18 2.373.746,44
PDRB Adhk (juta rp) 1.608.711,03 1.727.192,68 1.867.884,95
Kontribusi Thd adhb Kab(%) 15,35 15,89 16,55
Laju Pertumbuhan (%) 6,80 7,37 8,15
SELISIH
PDRB Adhb (juta rp) 1.787.409,83 2.048.403,63 2.029.080,47
PDRB Adhk (juta rp) 1.619.488,53 1.686.984,47 1.828.843,40
Dari struktur PDRB kecamatan Cepu yang dominan
didukung oleh sektor pertambangan, perlu di cari terobosan baru
untuk mengembangkan sektor lain, sehingga tidak terpengaruh
seandainya terjadi gejolak di sektor pertambangan, karena sektor
pertambangan semakin kedepan tidak bisa menjadi andalan karena
sektor ini tidak bisa terbarukan.
Pergerakan sektor jasa di Kecamatan cepu juga semakin
meningkat. Hal ini terindikasi dengan semakin bertambahnya usaha
perhotelan di Kecamatan Cepu dalam rentang tiga tahun terakhir.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 38
Tabel 4.2 : Perkembangan TPK dan RLM Hotel di Kabupaten
Blora Tahun 2015
Bulan TPK RLM
(1) (2) (3)
Januari 29,38 1,72
Februari 28,32 1,93
Maret 31,03 1,82
April 37,30 2,12
Mei 39,47 1,40
Juni 28,80 2,00
Juli 29,85 1,80
Agustus 34,51 2,05
September 35,17 1,98
Oktober 40,06 2,26
November 42,39 2,03
Desember 37,27 2,07
Rata- Rata 34,46 1,93
TPK ( Tingkat Penghunian Kamar ) Hotel merupakan salah satu
indikator pembangunan hotel. TPK didefinisikan sebagai persentase
kamar yang dihuni/dipakai tamu tehadap jumlah kamar yang tersedia.
Selama tahun 2015 rata-rata TPK hanya 34,46 persen, hal ini berarti
masih banyak kamar hotel yang tidak terisi.
Suatu asumsi mengatakan bahwa semakin lama wisatawan
tinggal di suatu wilayah maka semakin banyak pula uang yang
dibelanjakan wisatawan tersebut. Salah satu pendekatan untuk
memperkirakan lamanya tinggal wisatawan biasanya digunakan rata-
rata lama menginap (RLM) pada jasa akomodasi.RLM dihitung
berdasarkan banyaknya malam tempat tidur yang dihuni/dipakai (bed
night used/guest night) dibagi dengan banyaknya tamu yang datang.
Selama tahun 2015 RLM hanya 1,98 malam.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 39
Meskipun demikian, Kecamatan Cepu dengan perkembangan
jasa hotel yang semakin meningkat, bukan berarti banyak wisatawan
yang datang untuk menginap di hotel, tetapi hotel di kecamatan cepu
banyak dihuni oleh para pekerja pertambangan dan peserta kursus
atau diklat. Hal ini, seiring dengan keberadaan PPSDM Migas sebagai
lembaga sertifikasi dan diklat pekerja migas.
Sedangkan daerah atau tempat untuk tujuan rekreasi atau
hiburan sangat minim keberadaanya di Kecamatan Cepu.
Salah satu alternatif untuk mengembangkan Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) kecamatan selain menggantungkan sektor
pertambangan adalah mengembangkan sektor pariwisata atau
hiburan. Hal ini dikarenakan sarana pendukung sektor pariwisata yaitu
keberadaan saran perhotelan sudah tersedia dikawasan kecamatan
Cepu. Pemanfaat aset aset PPSDM Migas dengan dijadikan Museum
tentunya dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Yang pada
akhirnya akan menggerakkan sektor sektor lain. Sektor perdagangan,
transportasi, keuangan, jasa-jasa akan terdorong , yang pada akhirnya
akan mendorong PDB Kabupaten naik.
Dari ilustrasi diatas dapat diartikan bahwa dengan
berkembanganya objek wisata baru di Kabupaten Blora khusunya
Kecamatan Cepu akan merangsang pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga
semakin bertambah. Dampak lain yang ditimbulkannya adalah
terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat di
Wisatawan PDB Naik Museum
Migas
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 40
sekitarnya, sektor-sektor pekerjaan lain yang berhubungan dengan
objek wisata akan semakin tumbuh dan berkembang.
B. Kajian Hukum
1. Analis Teori
Tanah dalam artian yuridis adalah permukaan bumi atau
bagian terluar dari lapisan bumi yang terlihat sebagai permukaan
darat (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Agraria). Tanah dalam artian lahan selain memiliki makna
penting bagi kehidupan manusia sebagai individu, juga berarti
penting bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan kota dalam hal
penyediaan perumahan dan pemukiman bagi penduduk, juga
untuk pusat-pusat kegiatan, sarana dan prasarana dasar, jaringan
infrastruktur, dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
aktivitas baru.
Aset secara sederhana dapat didefinisikan sebagai “sesuatu:
yang bernilai, yang dimiliki oleh seseorang atau badan usaha atau
instansi. Definisi aset juga dapat dijumpai dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dimana disebutkan bahwa asset adalah sumber
daya ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang, dikuasai
oleh pemerintah sebagai suatu akibat dari peristiwa masa lalu,
dan diharapkan dapat memberikan manfaat di masa depan, baik
manfaat untuk pemerintah sendiri maupun manfaat untuk
masyarakat luas, khususnya asset tanah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), definisi BMN
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah, meliputi: barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh
sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 41
diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, atau barang yang diperoleh berdasarkan kekuatan
hukum tetap.
2. Analisis Pemanfaatan Aset Tanah
Di sisi lain, PPSDM Migas memiliki asset barang milik
negara (BMN) berupa barang tidak bergerak (tanah dan
bangunan) yang sangat luas, masih banyak asset tersebut yang
tidak atau belum digunakan untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya. Beberapa issue/permasalahan yang terjadi berkaitan
dengan penggunaan tanah asset antara lain: terdapat beberapa
tanah asset yang tidak dipergunakan sesuai dengan peruntukan
awalnya, data tanah asset tidak lengkap, terdapat tanah asset
yang belum memiliki bukti penguasaan hak atas tanah yang sah
(sertifikat), tanah asset yang dipergunakan oleh masyarakat
sekitar tidak memiliki perjanjian dengan pengelola asset,
kurangnya personil pengurus asset yang memadai, dan
terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah dalam kegiatan
pemeliharaan, pengamanan maupun pengelolaan tanah asset
menyebabkan sebagian besar asset tidak tertangani seperti
seharusnya.
Sesuai dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) Tahun Anggaran 2007, yang menjadi
permasalahan pada satuan kerja PPSDM Migas antara lain :
adanya permohonan hibah tanah kepada Geraja Kristen Jawa di
Cepu, permohonan Hibah tanah Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Migas Cepu, Pemanfaatan Tanah Sela atau Tanah sisa,
tanah verponding Cepu dan tanah di Kabupaten Gressik yang
telah diduduki dan dikuasai oleh Pihak lain.
Akibat dari tidak diusahakannya tanah asset dengan baik
antara lain : tidak memberikan pemasukan atau manfaat kepada
pemerintah dan/atau Negara, kemungkinan diambil alih
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 42
(diserobot) oleh pihak yang tidak bertanggungjawab sangat
besar, dapat menimbulkan konflik diantara masyarakat, dapat
merusak kondisi fisik tanah itu sendiri, menghambat jalannya
pembangunan, dan sebagainya. Untuk menghindari akibat-akibat
tersebut, maka perlu ada upaya untuk mengoptimalkan
pemanfaatan tanah-tanah asset yang sampai saat ini diantaranya
masih belum diusahakan oleh PPSDM Migas.
Gambar 4.1 Peta Tanah Aset Objek Penelitian
Berdasarkan gambar tanah aset di atas, asset tanah dapat
dikelola untuk mendukung tugas dan fungsi dari PPSDM Migas
yang dapat dijadikan Museum sebagai sarana edukasi untuk
mengenal dunia minyak dan gas bumi oleh masyarakat.
Pengertian Museum berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 43
penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-
benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum dapat didirikan
oleh Instansi Pemerintah yang pendiriannya harus memiliki dasar
hukum seperti Surat Keputusan bagi Museum Pemerintah.
Dilihat dari koleksi yang dimiliki, maka rencana pembentukan
museum migas dapat digolongkan pada jenis museum khusus
yang artinya bahwa museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan
bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan
satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi kemigasan, dimana
berdasarkan penyelenggaraannya termasuk pada museum
pemerintah.
Adapun persyaratan berdirinya sebuah museum adalah :
1) Lokasi museum
Dari hasil observasi di lapangan, lokasi yang dimaksud
sudah sangat sesuai dengan persyaratan untuk menjadi
museum, yaitu tempat yang strategis, mudah di jangkau, tidak
berada di dalam area perumahan atau perkampungan warga
langsung, luasan tanah mencukupi serta berada di lingkungan
industry minyak dan gas bumi, yaitu di sekitar perkantoran,
sekolah serta wisma migas.
2) Bangunan Museum
Saat ini memang sedang ada moratorium pembangunan
gedung baru bagi instansi pemerintah, tetapi jika digunakan
untuk kegiatan kemasyarakatan apalagi dengan adanya
museum ini akan sangat berdampak pada sektor pendidikan
terutama bidang minyak dan gas bumi maka pengadaan
abangunan museum dapat dilakukan dengan dua alternatif,
yaitu :
a. Menggunakan anggaran APBN Melalui PPSDM Migas.
b. Mengguankan anggaran swasta dalam bentuk investasi.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 44
Bangunan museum di rancang menjadi dua kelompok yaitu
bangunan pokok (pameran tetap, pameran temporer,
auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan,
bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan
bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket
box, toilet, lobby, dan tempat parkir).
3) Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya
sebuah museum, maka koleksi harus : (a) mempunyai nilai
sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai estetika); (b) harus
diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan
fungsinya; (c) dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe,
gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis ,
genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi,
khusus untuk benda alam); (d) harus dapat dijadikan
dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat
dijadkan bukti bagi penelitian ilmiah; (6) harus merupakan
benda yang asli, bukan tiruan.
4) Peralatan Museum harus memiliki sarana dan prasarana
museum berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti
vitrin, sarana perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll),
pengamanan (CCTV, alarm system, dll), lampu, label, dan
lain-lain.
5) Organisasi dan Ketenagaan dengan menetapkan pendirian
museum yang ditetapkan secara hukum, organisasi dan
ketenagaan di museum, yang sekurang-kurangnya terdiri dari
kepala museum, bagian administrasi, pengelola koleksi
(curator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian
(preparasi), bagian pelayanan masyarakat dan bimbingan
edukasi, serta pengelolaan perpustakaan.
Setiap instansi pemerintah yang akan mendirikan museum
wajib mengajukan permohonan kepda Pemerintah Propinsi,
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 45
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal yang
bertanggungjawab di bidang permuseuman. Permohonan tersebut
harus dilengkapi dengan proposal yang memuat :
1) Tujuan pendirian museum;
2) Data koleksi sesuai dengan tujuan pendirian museum;
3) Rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang;
4) Gambar situasi bangunan museum, harus memuat ruang
pameran, ruang penyimpanan koleksi, ruang perawatan, dan
ruang administrasi, serta peralatan museum;
5) Keterangan status tanah hak milik dan izin mendirikan
bangunan (IMB);
6) Keterangan tenaga pengelola (pimpinan, tenaga administrasi,
dan tenaga teknis; dan
7) Keterangan sumber pendanaan tetap.
3. Pembentukan Museum
a. Dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis
Dilihat dari pembentukannya bahwa museum adalah
sebuah lembaga, maka perlu mewujudkan organisasi yang
proporsional, rensponsif, adaptif, inovatif dan memiliki
kemandirian dalam pengelolaannya dengan membentuk Unit
Pelaksana Teknis (UPT) berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
Museum Migas dengan status kelembagaannya sebagai
UPT yang bersifat mandiri dengan melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu
dari organisasi induknya, dalam hal ini Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas)
akan diberikan kewenangan mengelola kepegawaian,
keuangan dan perlengkapan sendiri dan tempat
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 46
kedudukannya terpisah dari organisasi induk. Museum Migas
yang melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang secara
langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat, dan
pelaksanaan tugas organisasi untuk melaksanakan kegiatan
teknis tertentu dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
organisasi induknya sudah sesuai dengan ciri tugas teknis
operasional dan/atau tugas teknis penunjang dalam
kelembagaan UPT.
Kedudukan UPT Museum Migas berada di bawah Pusat
sesuai dengan ruang lingkup pelaksanaan tugas dan
fungsinya yang ditebtukan berdasarkan :
a. Kesesuaian ruang lingkup tugas dan fungsinya dalam
melaksanakan tugas unit organisasi induknya;
b. Hubungan pertanggungjawaban antara UPT dengan
organisasi induknya;
c. Efektivitas, kebutuhan koordinasi, dan ubungan kerja
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Syarat pembentukan UPT dalam hal ini adalah Museum
Migas adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang dari urusan Pemerintah yang
bersifat pelaksanaan dan menjadi tanggung jawab dari
Kementerian (dalam hal ini Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral) yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh
masyarakat;
c. Memberikan kontribusi dan manfaat kepada masyarakat
dan penyelenggaraan pemerintahan;
d. Mempunyai ruang lingkup tugas yang bersifat strategis
dan berskala regional dan/atau nasional;
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 47
e. Menunjang keberhasilan dalam pencapaian visi dan misi
Kementerian;
f. Tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai,
pembiayaan, sarana dan prasarana;
g. Tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan
tugas dan fungsi UPT;
h. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
melaksanakan tugas;
i. Memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Nomenklatur UPT yang dapat dipilih dalam pembentukan
Museum Migas adalah sebagai berikut:
a. Balai dengan nomenklatur yang terdiri dari :
1) Kepala (eselon III.b atau III.a);
2) Subbagian Tata Usaha;
3) Seksi, paling banyak 3 (tiga) Seksi (eselon IV.b atau
IV.a);
4) Kelompok jabatan fungsional.
b. Loka dengan nomeklatur yang terdiri dari :
1) Kepala (eselon IV.b atau IV.a);
2) Urusan Tata Usaha;
3) Subseksi, paling banyak 2 (dua) Subseksi (eselon
V.a);
4) Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Pos dengan nomenklatur yang terdiri dari :
1) Kepala (eselon V.a);
2) Petugas Tata Usaha;
3) Kelompok Jabatan Fungsional.
UPT museum migas yang direncanakan sebagai satuan
kerja akan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK-BLU) oleh Menteri Keuangan, yang
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 48
kelembagaannya dapat disesuaikan setelah mendapat
persetujuan tertulis dari MenPAN-RB.
b. Dalam bentuk Kerja Sama Pemanfaatan
Untuk mendukung pembentukan Museum Migas, maka
dapat melakukan Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) BMN
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pamanfaatan Barang
Milik Negara dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan
hasil guna BMN dimaksud serta meningkatkan penerimaan
Negara. KSP atas BMN dilaksanakan dengan ketentuan tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk memenuhi biaya
operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang
diperlukan terhadap BMN dimaksud.
Pihak yang memungkinkan untuk menjadi mitra KSP
BMN untuk pembentukan Museum Migas meliputi: Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daera; dan/atau
Swasta, kecuali perorangan denga Objek KSP berupa tanah
dan/atau bangunan dan selain taah dan/atau bangunan
dengan ketentuan bahwa tanah, gedung, bangunan, sarana
dan fasilitasnya yang diadakan oleh mitra KSP merupakan
hasil KSP dan menjadi BMN sejak diserahkan kepada
Pemerintah sesuai dengan perjanjian atau pada saat
berakhirnya perjanjian.
Jangka waktu pelaksanaan KSP BMN paling lama 30
(tiga puluh) tahun sejak perjanjian KSP ditandatangani dan
dapat diperpanjang sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan
Negara dalam hal ini PPSDM Migas. Pelaksanaan KSP
dituangkan dalam perjanjian setelah diterbitkan keputusan
pelaksanaan KSP oleh Pengguna Barang (BPSM ESDM) dan
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 49
telah disetujui oleh Pengelola Barang (Kementerian
Keuangan) yang sekurang-kurangnya memuat :
a) Objek KSP;
b) Peruntukan KSP;
c) Nilai BMN yang menjadi objek KSP sebagai besaran nilai
investasi pemerintah;
d) Minimal besaran kontribusi tetap;
e) Minimal persentase pembagian keuntungan; dan
f) Jangka waktu KSP.
Penerimaan Negara yang wajib disetorkan mitra KSP
selama jangka waktu KSP, terdiri dari kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan KSP ditetapkan dari hasil perhitungan
tim yang dibentuk oleh Kemeterian Keuangan berdasarkan
dari Penilaian.
Tahapan pelaksanaan KSP meliputi :
a) Permohonan;
b) Penelitian administrative;
c) Pembentukan tim dan penilaian;
d) Perhitungan besaran kontribusi dan persentase
pembagian keuntungan;
e) Persetujuan
f) Pemilihan mitra;
g) Penerbitan keputusan;
h) Penandatanganan perjanjian; dan
i) Pelaksanaan.
Berdasarkan kajian diatas, maka pembangunan museum
migas menjadi salah satu alternative terhadap pemanfaatan asset
tanah milik PPSDM Migas agar tidak terbengkalai atau berpotensi
dimanfaatkan oleh masyarakat, maka harus dilakukan upaya
pemanfaatan asset yang tetap mendukung tugas pokok dan fungsi
dari PPSDM Migas untuk mengedukasi masyarakat mengenai
dunia minyak dan gas bumi, bisa dengan membentuk Unit
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 50
Pelaksana Teknis atau Melakukan kerja sama pemanfaatan
dengan pihak lain agar memberi manfaat lebih. Pemanfaatan tanah
asset diharapkan dapat mengoptimalkan potensi tanah asset,
menjaga kelestarian lingkungan, mendukung pengamanan tanah
asset, maupun manfaat sekitar tanah asset tersebut dengan
keberadaan Museum Migas berada.
C. Kajian Teknis Konsep Perencanaan dan Perancangan
1. Konsep Kebutuhan Ruang
Luas tanah yang direncanakan untuk dimanfaatkan sebagai
Museum Migas diperkirakan seluas ± 55.023 m2 ,
Gambar 4.2 Peta Lokasi
Dengan luasan tanah tersebut perencanaan kebutuhan ruang
berdasarkan zona dan koleksi secara taksonomik adalah sebagai
berikut :
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 51
Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Zona dan Koleksi
ZONA KELOMPOK RUANG
RUANG
Publik Koleksi :
2D (lukisan, grafis,
dan fotografis)
3D (simulator alat,
patung, kerajinan
kayu)
R. Pameran Utama
R. Pameran Temporer
R. Kuliah Umum/Seminar
R. Orientasi
Lavatory
Non Koleksi
R. Informasi
Teater
Perpustakaan
Cafetaria
Lobby
Gift Shop
Lavatory
Parkir Pengunjung
Parkir Kendaraan
Pengangkut
Non-Publik Koleksi Bengkel (Workshop)
Bongkar-Muat (Loading
Dock)
Lift Barang
R. Penerimaan Koleksi
Lab. Konservasi
R. Kepala Museum
R. General Manager
R. Manager
R. Staff
R. Rapat
Non-Koleksi Kantor Retail
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 52
Pos Keamanan
R. Mekanikal
R. Elektrikal
R. AHU
Dapur Cafetaria
Gudang Parkir Karyawan
Pengamanan Ruang Penyimpanan
Koleksi
Ruang Komputer
Pengawas (CCTV)
Ruang Perlengkapan
Keamanan
Untuk kisaran kebutuhan luas masing-masing ruangan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4. Perhitungan Luasan Ruang
Kelompok
Ruang
Nama Ruang dan Perhitungan Luasan
Ruang
Luas (m2)
PENERIMAAN Parkir Pengunjung dan Pengelola
Kapasitas 1000 orang berdasarkan kendaraan
yang digunakan :
¾ motor (30%) : 300 orang
@ motor 2 orang : 150 unit motor
¾ mobil (35%) : 350 orang
@ mobil 4 orang : 88 unit mobil
¾ bus besar (35%) : 350 orang
@ bus 40 orang : 9 unit bus
Luas parkir
¾ motor = 150 (1 x 2,2) = 330 m2
¾ mobil = 88 (2,4 x 5,5) = 1161,6 m2
¾ bus besar = 9 (2,6 x 10) = 234 m2
Sirkulasi 60%
Total Luas Parkir
2761
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 53
Lobby
Kapasitas 200 orang
Standar gerak (buffer zone area) = 0,65 m2
Kebutuhan ruang gerak = 200 x 0,65 = 130 m2
Sirkulasi 150% = 195 m2
Total luas lobby
325
Loket
Perhitungan kapasitas 1000 orang
Terbagi dalam 5 kelompok : 200 orang
1 loket melayani 50 orang : 4 loket
Standar 3 m2
Sirkulasi 20% = 0,6 m2
14,4
Ruang Informasi
Kapasitas 2 orang
Standar 3,2 m2 /orang
Sirkulasi 20% = 0,64 m2
7,7
Pos Keamanan
Kapasitas 4 orang
Standar 3,2 m2 /orang
Sirkulasi 20%
15,4
Lavatory
Perhitungan untuk 1000 orang
Standar kebutuhan :
¾ toilet : 1 unit/100 orang = 10 unit
¾ urinal : 1 unit/50 orang = 20 unit
¾ wastafel : 1 unit/50 orang = 20 unit
Luas lavatory
Toilet : 10 x 1,5 x 1,9 = 28,5 m2
Urinal : 20 x 0,5 x 0,4 = 4 m2
Wastafel : 20 x 0,4 x 0,6 = 4,8 m2
Sirkulasi 20%
Total luas lavatory
44,8
PENGELOLA R. Kurator/Kepala Museum
1 set meja kerja 2 m2
1 meja diskusi 3,4 m2
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 54
4 kursi : 0,6 x 0,8 x 4 = 1,92 m2
1 set meja-kursi tamu : 3,42 x 2 = 6,8 m2
1 set almari 4 m2
Sirkulasi 40%
Luas total
25,3
R. General Manager
1 set meja kerja 2 m2
2 kursi tamu 0,96 m2
1 set meja-kursi tamu : 3,4 x 2 = 6,8 m2
1 set almari 4 m2
Sirkulasi 40%
Luas total
19,3
R. Manager
1 set meja kerja 2 m2
2 kursi tamu 0,96 m2
1 set almari 4 m2
Sirkulasi 40%
Luas total
9,7
Ruang Staff Administratif
Kapasitas 20 orang
Standar 4,8 m2/orang
Sirkulasi 20%
Luas total
115,2
Ruang Staff Kurator
Kapasitas 5 orang
Standar 4,8 m2/orang
Sirkulasi 20%
Luas total
28,8
Ruang Rapat
Kapasitas 25 orang
50
Lavatory
Kapasitas 20 orang
5 Toilet : 5 x 1,5 x 1,9 = 14,25 m2
4 Urinal : 4 x 0,5 x 0,4 = 0,8 m2
2 Wastafel : 2 x 0,4 x 0,6 = 0,48 m2
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 55
Sirkulasi 10%
Total luas lavatory
17,1
PENDIDIKAN Perpustakaan
Bagian Peminjaman dan Pengembalian
2 unit meja komputer : 2 x 0,8 x 0,6 = 0,96 m2
2 unit kursi : 2 x 0,8 x 0,8 = 1,28 m2
2 unit meja buku : 2 x 0,8 x 0,6 = 0,96 m2
Sirkulasi 20%
Luas = 4,8 m2
Area Baca
20 rak buku : 20 x 2 x 0,6 = 24 m2
20 meja baca : 20 x 1,2 x 0,8 = 19,2 m2
40 kursi baca : 40 x 0,5 x 0,5 = 10 m2
2 unit meja komputer : 2 x 0,8 x 0,6 = 0,96 m2
2 unit kursi : 2 x 0,8 x 0,8 = 1,28 m2
Sirkulasi 40%
Luas = 77,6 m2
Luas total
82,4
Lavatory
Kapasitas 20 orang
5 Toilet : 5 x 1,5 x 1,9 = 14,25 m2
4 Urinal : 4 x 0,5 x 0,4 = 0,8 m2
2 Wastafel : 2 x 0,4 x 0,6 = 0,48 m2
Sirkulasi 10%
Total luas lavatory
17,1
PENUNJANG Cafetaria
Kapasitas 50 orang
Standar ruang gerak 1,6 m2/orang
Sirkulasi 20%
Luas total
96
Gift Shop
Kapasitas 50 orang
Standar ruang gerak 1,6 m2/orang
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 56
Ruang administrasi 3 x 3 = 9 m2
Sirkulasi 20%
Luas total
106,8
Lavatory
Kapasitas 20 orang
5 Toilet : 5 x 1,5 x 1,9 = 14,25 m2
4 Urinal : 4 x 0,5 x 0,4 = 0,8 m2
2 Wastafel : 2 x 0,4 x 0,6 = 0,48 m2
Sirkulasi 10%
Total luas lavatory
17,1
SUPER
SECURE
Ruang Penyimpanan Koleksi 150
Ruang Komputer Pengawas (CCTV)
Kapasitas 3 orang
Standar ruang gerak 1,6 m2/orang
20 unit monitor pengawas : 20 x 0,2 x 0,4 = 1,6
m2
2 meja : 4 m2
3 kursi : 3 x 0,6 x 0,6 = 1,44 m2
Luas total
11,8
Ruang Peralatan Keamanan
3 rak : 3 x1 x 2 = 6 m2
1 almari 2 m2
Sirkulasi 20%
Luas total
9,6
PEMELIHARAAN
KOLEKSI
Parkir Kendaraan Pengangkut
3 truk : 3 x 8 x 3 = 72 m2
Sirkulasi 60%
Luas total
115,2
Bongkar-Muat (Loading Dock)
Kapasitas 10 orang
Standar ruang gerak 1,6 m2/orang
Muatan 24 m2
Sirkulasi 40%
Luas total
56
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 57
Laboratorium Konservasi
R. Penyimpanan sementara 60 m2
Lab. Penelitian 60 m2
R. Konservasi 40 m2
Luas total
110
Bengkel Restorasi (Workshop)
Ruang restorasi 60 m2
Gudang alat 20 m2
80
Lavatory
Kapasitas 20 orang
5 Toilet : 5 x 1,5 x 1,9 = 14,25 m2
4 Urinal : 4 x 0,5 x 0,4 = 0,8 m2
2 Wastafel : 2 x 0,4 x 0,6 = 0,48 m2
Sirkulasi 10%
Total luas lavatory
17,1
SERVICE Ruang MEE
Ruang pompa 9 m2
Ruang trafo dan genset 15 m2
Ruang kontrol 9 m2
Luas total
33
Ruang AHU
Kapasitas 20 AHU
1 unit : 0,6 x 2 = 1,2 m2
Sirkulasi 20%
Luas total
28,8
Ruang Cleaning Service dan OB
Kapasitas 20 orang
Gudang peralatan 9 m2
Loker : 20 x 0,4 x 0,4 = 3,2 m2
Kursi panjang : 3 x 1,55 x 0,8 = 3,72 m2
Sirkulasi 20%
Luas total
19,1
Lavatory
Kapasitas 20 orang
5 Toilet : 5 x 1,5 x 1,9 = 14,25 m2
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 58
4 Urinal : 4 x 0,5 x 0,4 = 0,8 m2
2 Wastafel : 2 x 0,4 x 0,6 = 0,48 m2
Sirkulasi 10%
Total luas lavatory
17,1
Gudang
3 rak : 3 x 1 x 2 = 6 m2
1 lemari 2 m2
Sikulasi 200%
Luas total
24
Besaran Ruang
Pendukung Total
Bangunan
KELOMPOK :
¾ Penerimaan
¾ Pengelola
¾ Pendidikan
¾ Penunjang
¾ Super Secure
¾ Pemeliharaan
¾ Service
Luas Total Ruang Pendukung Museum
3157,100
199,050
95,225
164,925
169,000
283,725
116,000
4185,025
Tabel 4.5. Konsep Besaran Ruang Area Pameran dan Workshop
Ruang Kapasitas Luas
Ruang
(m2)
Jumlah
Ruang
Luas
Ruang x
Jumlah
Ruang
(m2)
Total
Luas
Ruang
(m2)
Ruang
pamer
tetap
(indoor)
500 karya 3.471,43 7 24.300 24.300
Ruang 50 karya 1.000 1 1.000 1.000
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 59
pamer
temporer
(indoor)
Workshop Asumsi 25 8 200 200
2. Konsep sirkulasi Pengunjung
a. Konsep Sirkulasi Pencapaian
Terkait dengan masalah pencapain, untuk
mendapatkan efek – efek perspektif dan upaya pengenalan
bangunan maka Museum Migas ini akan menggunakan
pencapain tersamar.
Gambar 4.3. Pencapaian Tersamar
(Sumber : D.K. Ching, 1996, hlm. 249)
3. Konsep Bangunan
Terkait dengan permasalah pintu masuk ke bangunan,
untuk memberikan kesan keintiman dan memberi orientasi, maka
Museum Migas ini akan menerapkan pintu masuk yang menjorok
ke dalam dengan posisi yang diletakkan di tengah bidang depan
bangunan.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 60
Gambar 4.4 Pintu Masuk Bangunan
Adapun tampak depan bangunan museum terlihat seperti
gambar di bawah ini dengan hiasan monumen pompa angguk.
Gambar 4.5. Tampak Depan Museum Migas
Untuk memfasilitasi kendaraan yang masuk dan keluar dari area
museum disediakan dua buah pintu gerbang di bagian depan
gedung.
Gambar 4.6. Gerbang Depan Museum Migas
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 61
4. Konsep Pola Sirkulasi Ruang Pamer
Untuk memberikan kebebasan ruang gerak bagi para
pengunjung, rencana sirkulasi ruang pamer pada Museum Migas
akan didesain melalui pendekatan tak terstruktur.
Gambar 4.7. Pendekatan Tak Terstruktur
Untuk pembagian koleksi yang dimiliki oleh Museum itu sendiri
dapat dilihat pada denah di bawah ini.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 62
Gambar 4.8 Denah Museum
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 63
5. Konsep Penyajian Objek Pamer
Aplikasi teknik penyajian materi objek pamer pada museum
migas, yaitu :
Tabel 4.6. Konsep Teknik Penyajian Objek Pamer
Materi Objek Visual Klasifikasi Teknik Penyajian yang Sesuai
Objek Visual
Lukisan Vertikal Posisi di dinding, system panel, posisi
(2 Dimensi)
pengamat sejajar dengan objek pamer Fotografi
Grafi
Patung
Horizontal
(3 Dimensi)
Disangga, diletakkan di lantai, dalam
kotak kaca, system split level, posisi Keramik
pengamat sejajar / di atas objek pamer
Simulator alat Disangga, dalam kotak kaca, posisi
pengamat sejajar / di atas objek pamer
Kerajinan kayu Dimasukkan dalam kotak kaca, Di
sangga posisi pengamat sejajar / di atas
objek pamer
• Objek Pamer 2 Dimensi
- Di tempel pada dinding
- System Panel
• Objek Pamer 3 Dimensi
- Di masukkan ke dalam Kotak kaca
- Di sangga
- Spilit Level
- Di letakkan di lantai
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 64
6. Konsep Klimatisasi Ruang
a) Penghawaan
Sistem penghawaan pada Museum Migas ini akan
menerapkan system penghawaan alami dan buatan. Jenis
AC yang digunakan adalah AC terpusat dan Split.
• Penerapan penghawaan alami pada museum adalah :
- Penunjang ( Lavatori, cafeteria, gift shop )
- Non publik (bengkel, bongkar muat, )
- dan Koridor
• Penerepan penghawaan buatan pada museum adalah :
- Publik “koleksi” (R. pameran utama, temporer,
R.kuliah / seminar)
Gambar 4.9. Sistem AC Terpusat
- Publik “non koleksi” (R.informasi, Teater,
perpustakaan)
- Non publik (lab dan kantor pengelola)
- dan ruang – pendukung yang membutuhkan
penghawaan alami
Gambar 4.10. Sistem AC split
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 65
b) Pencahayaan
Sumber pencahayaan yang digunakan pada Museum
Migas ada dua yaitu pencahaan alami dan pencahayaan
buatan.
1) Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami pada Museum Migas
digunakan sebagai pembentuk suasana ruang dan
sebagai penerangan yang mendukung kegiatan pada
ruang dalam galeri pameran.
Pemanfaatan cahaya alami pada Museum Migas
dilakukan dengan:
a. Skylight, penerangan melalui lubang pada atap .
b. Memberikan bukaan-bukaan seperti jendela,
sebagai tempat untuk pemasukan cahaya ke dalam
ruangan.
Penerapan pencahayaan alami pada museum ini, yaitu :
a. Ruang pameran (dengan penerangan melalui lubang
atap dan jendela kaca mati)
b. Ruang Penunjang ( Lavatori, cafeteria, gift shop )
c. Non publik (bengkel, bongkar muat, ) dan koridor
2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan pada Museum Migas digunakan
sebagai:
a. Faktor pendukung penampilan objek pamer
b. Faktor pembentuk suasana ruang
c. Memperjelas jalur pergerakan dan mengarahkannya
d. Mengurangi tingkat kejenuhan pengunjung dalam
menikmati objek pamer.
Pencahayaan buatan pada dalam Museum ini
menggunakan general lighting dengan downlight sistem
dan spotlight.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 66
Gambar. 4.11 Pemanfaatan Pencahayaan Buatan
Tabel 4.7. Tingkat Cahaya Ruang Museum
Ruang Material
Tingkatan Cahaya
(FC)
Pameran (sangat
sensitif)
Benda-benda dari
kertas, hasil kain, kulit
5 - 10
Pameran (sensitif) Lukisan cat minyak,
dan
15 - 20
tempera, kayu
Pameran (kurang
sensitif)
Kaca,batu,logam
Keramik
30 - 50
Penyimpanan
barang koleksi
5
Penanganan barang 20 - 50
koleksi
Penerapan pencahayaan buatan pada museum ini, yaitu :
a. Ruang pameran utama dan temporer (kisaran 5 – 50
fc)
b. Ruang kuliah / seminar
c. Teater dan perpustakaan
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 67
d. Non public (lab dan kantor pengelola)
e. Ruang – ruang pendukung yang memerlukan
pencahayaan alami
c) Akustika
Sistem akustik pada Museum Migas dibedakan menjadi,
yaitu:
1) Sistem Akustik Lingkungan
Untuk memenuhi sistem akustik lingkungan, upaya-
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan :
• Menjauhkan ruang-ruang yang memerlukan tingkat
ketenangan tinggi dari sumber kebisingan, seperti
perpustakaan dan ruang seminar.
• Pengaturan bukaan dinding pada arah atau letak yang
berjauhan dari sumber suara.
• Penanaman vegetasi dan peninggian peil tanah
sebagai penyaring/ buffer suara.
Area ini dipergunakan sebagai
area parkir, karena sangat
bising. Area ini dipergunakan
untuk penempatan massa
utama museum seperti
pameran, perpustakaan dan
seminar untuk mendapatkan
ketenangan. Penggunaan
pohon sebagai pereduksi
kebisingan
2) Sistem Akustika Kedap Suara
Pengendalian suara didalam ruangan dengan
menggunakan bahan kedap suara pada dinding, langit-
langit dan lantai. Ruang-ruang yang memerlukan
pengendalian suara adalah perpustakaan, ruang pamer,
dan ruang seminar.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 68
Pada ruang seminar, sistem akustik dibentuk
dengan pemakaian bahan yang menyerap bunyi seperti
dinding partisi dengan rockwool sebagai pengisinya dan
bentukan plafond yang dapat membantu pantulan suara
dengan baik. Pada lorong /koridor sempit disusun dari
bahan yang memiliki penyerapan baik sehingga tidak
terjadi flutter echoes atau standing waves.
Penerapan system akustika kedap suara pada museum
ini, yaitu :
a. Ruang kuliah / seminar
b. Teater dan perpustakaan
7. Konsep Sistem Struktur
Struktur yang digunakan pada bangunan Museum Migas
adalah sistem rigid frame dengan kombinasi bahan beton
bertulang dan baja. Struktur pondasi yang digunakan adalah
pondasi batu kali yang ditambah dengan pondasi voetplat.
Struktur atap yang digunakan adalah rangka baja dengan penutup
atap genteng keramik.
8. Konsep Perlengkapan Bangunan
a) Sistem Jaringan Air Bersih, Sanitasi, dan Drainase
1) Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih pada Museum Migas diperoleh dari:
a. PAM
b. Sumber Pengolahan Air Utilitis PPSDM Migas
Sumber air utama berasal dari PAM agar tidak perlu lagi
pengolahan khusus. Sedangkan sumber air sendiri
digunakan apabila sumber air dari PAM mengalami
gangguan.
Sistem jaringan air bersih ini menggunakan sistem
downfeed. Sistem downfeed menyimpan air dengan
kapasitas tertentu dalam tangki air yang diletakkan di atas
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 69
bangunan. Pompa air bekerja hanya bila air dalam tangki
mulai habis atau menurun.
Gambar 4.12. Skema Penyediaan Air Bersih
2) Sistem Sanitasi
Kotoran atau limbah dari bangunan museum ini
secara umum dibedakan menjadi 2 macam yaitu limbah
cair dan limbah padat. Limbah cair berupa buangan air
kotor yang berasal dari lavatory, urinoir, WC, wastafel dan
air kotor dari dapur akan disalurkan ke bak kontrol dan
selanjutnya akan disalurkan pada pembuangan akhir yaitu
sumur peresapan. Sedangkan limbah padat dapat berupa
kertas, sisa makanan, debu serta buangan padat lainnya
akan disalurkan pada pembuangan sementara (TPS) dan
selanjutnya akan diangkut pad tempat pembuangan akhir
(TPA).
3) Sistem Drainase
Sistem pengairan air hujan pada Museum ini secara
garis besar dialirkan dari atap ke talang, kemudian
dialirkan melalui bak kontrol lalu dialirkan ke selokan dan
selanjutnya dialirkan ke riool kota.
4) Sistem dan Peralatan Komunikasi
Untuk sistem komunikasi antar ruang (internal),
menggunakan sistem komunikasi telepon sedangkan
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 70
sistem komunikasi yang sifatnya membutuhkan pengeras
suara diletakkan terpusat dengan bantuan mike dan
speaker.
Sistem dan peralatan komunikasi pada ruang pamer
dipergunakan untuk menyampaikan pengumuman dan
panggilan. Sistem yang dipergunakan adalah sistem
terpusat. Pada sistem ini, terdapat satu ruang operator
peralatan komunikasi. Dalam ruang operator inilah kendali
peralatan komunikasi dipusatkan.
Penempatan loudspeaker pada titik-titik tertentu agar
dapat mendistribusikan bunyi secara merata. Area yang
memerlukan penempatan loudspeaker adalah:
a. Area ruang pamer
b. Area parkir pengunjung
c. Area sirkulasi pengunjung
5) Sistem Penangkal Petir
Untuk mencegah terjadinya bahaya dan kerugian
akibat sambaran petir, maka dipergunakan penangkal
petir. Penangkal petir berfungsi untuk menghindarkan
bangunan museum ini dari sambaran petir dengan cara
menghubungkan kelebihan muatan listrik positif ke anode
(negative) di bawah permukaan tanah. Penangkal petir
dipasang pada atap tiap bangunan museum.
Gambar 4.13. Skema Penangkal Petir
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 71
6) Sistem Penanggulangan Kebakaran
Peralatan penanggulangan kebakaran yang
dipergunakan pada Museum Migas ini dikategorikan
menjadi dua yaitu:
• Peralatan di dalam bangunan, yaitu sprinkler, hose
rack dan fire extinguisher. Sprinkler dan hose rack
akan dipasang pada area Pameran sedangkan fire
extinguisher akan dipasang pada area kantor
pengelola, dan servis.
Gambar 4.14. Sistem Sprinkler Tipikal
Gambar 4.15. Hose Rack
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 72
Gambar 4.16 Fire Extinguisher
• Peralatan di luar bangunan, yaitu hydrant. Hydrant
akan ditampatkan di titik-titik strategis di luar
bangunan agar jangkauan semprotan hydrant meliputi
seluruh massa bangunan.
Gambar 4.17. Hydrant
b) Sistem Keamanan
1) Sistem Keamanan, Genset dan Area Parkir
Sistem keamanan dalam ruang pada Museum Migas
ini menggunakan sistem alarm yang tersebar di beberapa
area khususnya ruang pamer, dan CCTV yang terpasang
di beberapa sudut ruang untuk memantau pengunjung
yang datang. Sedangkan sistem keamanan di luar
ruangan adalah penempatan pos jaga yang harus
memudahkan satpam untuk mengawasi dan mengontrol
setiap pergerakan masuk dan keluar tapak. Untuk itu, pos
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 73
jaga ditempatkan pada setiap akses masuk dan keluar
tapak.
2) Ruang Genset
Genset diperlukan sebagai sumber listrik darurat
saat listrik dari PLN tidak tersedia. Ukuran ruang genset
adalah 6 m x 6 m.
3) Area Parkir
Standar yang dipergunakan untuk ukuran modul
parkir mobil mid size diambil dari buku Data Arsitek Jilid II
edisi 33.
Tabel 4.8 Dimensi Standar Kendaraan
Jenis Kendaraan Dimensi Standar
Bus 12,20 x 4,5m
Mobil 3,58 x 5,12 m
Sepeda motor 0,75 x 2,25 m
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis terhadap data yang ada, maka
dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat aset tanah PPSDM Migas yang saat ini belum
dimanfaatkan dengan luas ± 55.023 m2, di lihat dari luasnya
dapat dibuat sebuah museum pendidikan
2. Adanya museum migas akan dapat meningkatkan pendapatan
daerah khususnya Cepu dan menjadi Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) bagi PPSDM Migas
3. Pengelolaan Museum Migas dapat menggunakan dua alternatif
yaitu :
a. Unit Pelakasana Teknis (UPT) di bawah kementerian ESDM
b. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) antara Kementerian ESDM
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Blora
4. Perencanaan dan perancangan museum meliputi:
a. Gedung Bangunan
b. Ruang Pamer
c. Perlengakapan Gedung Museum
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Untuk PPSDM Migas
Pembangunan Museum Migas pada aset tanah PPSDM Migas
menjadi salah satu solusi pemanfaatan aset tanah di PPSDM
Migas.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 75
2. Untuk Pemerintah Kabupaten Blora
Dapat menjadi bahan kajian dalam penyusunan pembangunan
museum yang akan dibangun oleh Pemda Kabupaten Blora
ataupun dapat menjadi acuan dalam bentuk kerja sama
pengelolaan.
3. Untuk Peneliti lain
Dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut terkait
perhitungan biaya pembangunan museum migas.
Membangun Museum Migas di Kota Minyak 76
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali. 2010. Museum di Indonesia Kendala dan Harapan. Jakarta. Baiche, Bousmaha; Walliman, Nicholas. 1936. Architects Data Third Edition. Oxford: Blackwell Publishing. BPS Kabupaten Blora. 2015. Blora Dalam Angka 2015. Blora. Ching, D. K. 1984. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta: Erlangga Kliment, S. A. 2001. Building Type Basics for Museum. Canada; John Wiley & Sons, Inc Krathwohl, D.R. 1988. How to prepare a research proposal. 3rd Ed. Syracuse, NY: Syracuse University Press. Ni’mah, Nuzuli Ziadatun. 2015. Perancangan Museum Pinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pra Tugas Akhir. Yogyakarta: JUTAP UGM. Sutaarga, M. Amir. 1989. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta.
http://www.jjheating-aircond.com
http://www.apifiregroup.com