MEMBANDINGKAN HUKUM PERJANJIAN MENURUT : BW, … · MEMBANDINGKAN HUKUM PERJANJIAN MENURUT : BW,...

39
26/09/2015 1 MEMBANDINGKAN HUKUM PERJANJIAN MENURUT : BW, Hukum Adat, & Hukum Islam Avisena Aulia Anita 125010100111169 (7) Atika Sari 125010101111122 (12) Miftakhurrokhmah Apriliah 145010109111006 (26) Nur Wahyu Wulandari 145010109111002 (25) Jafar Fendi Hidayat 145010109111010 (27) BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT Definisi Perjanjian Pasal 1313 BW “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang / lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang / lebih” Secara etimologi perjanjian dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah al-mu’ahadah (janji) , al-ittifa (kesepakatan), dan al-qadu (ikatan). Dan dari segi terminologi perjanjian atau akad secara umum adalah suatu janji setia kepada Allah Swt, atau suatu perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan manusia lainnya dalam pergaulan hidupnya sehari-hari. Perjanjian menurut hukum adat adalah perjanjian dimana pemilik rumah memberikan ijin kepada orang lain untuk mempergunakan rumahnya sebagai tempat kediaman dengan pembayaran sewa dibelakang (atau juga dapat terjadi pembayaran dimuka. BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT Unsur Perjanjian Unsur Essensialia : Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian, sifat yang penting & menentukan menyebabkan perjanjian itu tercipta Contoh : 1. Jual beli : barang & harga 2. Sewa Menyewa : barang & uang 3. Tukar Menukar : barang & barang Unsur Naturalia : Bagian ini merupakan sifat bawaan sehingga secara diam-diam & alami melekat pada 1. Hubungan ijab dan Qabul : Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Qabul adalah pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut pihak lainnya (qaabil). Unsur Ijab dan Qabul selalu ada dalam perikatan. Harus ada musyawarah terlebih dahulu,kepercayaan Diadakan batas waktu pengembalian barang, dan kalau barang tersebut tidak diambil, maka barang itu dijual atas dasar mufakat. BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT perjanjian, peraturan yang bersifat mengikat, kesepakatan para pihak Contoh : 1. Penanggungan (pasal 1491 BW) & pembayaran (pasal 1514 BW) 2. Biaya penyerahan benda ditanggung penjual (pasal 1467) Unsur Aksidentalia : Bagian ini mrupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan oleh para pihak atau bagian yang ditambahkan oleh para pihak dalam suatu perjanjian 2. Dibenarkan oleh Syara’ : Aqad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syara (Al- Qur’an dan Sunnah Rasululllah). Demikian juga objek akad tidak boleh bertentangan dengan syara bila bertentangan maka akad itu tidak sah. Dalam surat perjanjian itu ditentukan jumlah harga pengembalian barang tersebut. Apabila barang yang dititipkan itu hilang maka harus ada penggantian dan apabila barang tersebut telah dijual orang yang dititipi barang tersebut harus diberi upah untuk jerih payahnya.

Transcript of MEMBANDINGKAN HUKUM PERJANJIAN MENURUT : BW, … · MEMBANDINGKAN HUKUM PERJANJIAN MENURUT : BW,...

26/09/2015

1

MEMBANDINGKAN HUKUM

PERJANJIAN MENURUT :

BW, Hukum Adat, & Hukum Islam

Avisena Aulia Anita 125010100111169 (7)

Atika Sari 125010101111122 (12)

Miftakhurrokhmah Apriliah 145010109111006 (26)

Nur Wahyu Wulandari 145010109111002 (25)

Jafar Fendi Hidayat 145010109111010 (27)

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Definisi Perjanjian Pasal 1313 BW

“suatu persetujuan

adalah suatu

perbuatan dengan

mana satu orang /

lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu

orang / lebih”

Secara etimologi

perjanjian dalam

bahasa arab sering

disebut dengan istilah

al-mu’ahadah (janji) ,

al-ittifa (kesepakatan),

dan al-qadu (ikatan).

Dan dari segi

terminologi

perjanjian atau akad

secara umum adalah

suatu janji setia kepada

Allah Swt, atau suatu

perjanjian yang dibuat

oleh manusia dengan

manusia lainnya dalam

pergaulan hidupnya

sehari-hari.

Perjanjian menurut

hukum adat adalah

perjanjian dimana

pemilik rumah

memberikan ijin

kepada orang lain

untuk mempergunakan

rumahnya sebagai

tempat kediaman

dengan pembayaran

sewa dibelakang (atau

juga dapat terjadi

pembayaran dimuka.

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Unsur Perjanjian • Unsur Essensialia :

Bagian ini merupakan

sifat yang harus ada di

dalam perjanjian, sifat

yang penting &

menentukan

menyebabkan

perjanjian itu tercipta

Contoh :

1. Jual beli : barang &

harga

2. Sewa Menyewa :

barang & uang

3. Tukar Menukar :

barang & barang

• Unsur Naturalia :

Bagian ini merupakan

sifat bawaan sehingga

secara diam-diam &

alami melekat pada

1. Hubungan ijab

dan Qabul :

• Ijab adalah

pernyataan

kehendak oleh satu

pihak (mujib)

untuk melakukan

sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu.

• Qabul adalah

pernyataan

menerima atau

menyetujui

kehendak mujib

tersebut pihak

lainnya (qaabil).

Unsur Ijab dan

Qabul selalu ada

dalam perikatan.

• Harus ada

musyawarah

terlebih

dahulu,kepercayaan

• Diadakan batas

waktu

pengembalian

barang, dan kalau

barang tersebut

tidak diambil, maka

barang itu dijual

atas dasar mufakat.

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

perjanjian, peraturan yang

bersifat mengikat,

kesepakatan para pihak

Contoh :

1. Penanggungan (pasal

1491 BW) &

pembayaran (pasal 1514

BW)

2. Biaya penyerahan

benda ditanggung

penjual (pasal 1467)

• Unsur Aksidentalia :

Bagian ini mrupakan sifat

yang melekat pada

perjanjian dalam hal

secara tegas diperjanjikan

oleh para pihak atau

bagian yang ditambahkan

oleh para pihak dalam

suatu perjanjian

2. Dibenarkan oleh

Syara’ :

• Aqad yang

dilakukan tidak

boleh bertentangan

dengan syara (Al-

Qur’an dan Sunnah

Rasululllah).

Demikian juga

objek akad tidak

boleh bertentangan

dengan syara bila

bertentangan maka

akad itu tidak sah.

• Dalam surat

perjanjian itu

ditentukan jumlah

harga pengembalian

barang tersebut.

• Apabila barang

yang dititipkan itu

hilang maka harus

ada penggantian dan

apabila barang

tersebut telah dijual

orang yang dititipi

barang tersebut

harus diberi upah

untuk jerih

payahnya.

26/09/2015

2

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Contoh :

1. Cara pembayaran

2. Pilihan hukum

yang berlaku

3. Pemilihan

domisili

3. Mempunyai akibat

hukum terhadap

objeknya :

• Aqad merupakan

tindakan hukum

(tasharruf),

menimbulkan

akibat hukum

terhadap objek

hukum yang

diperjanjikan.

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Syarat Perjanjian Pasal 1320 BW

Syarat sah nya

perjanjian :

1. Sepakat mereka

yang

mengikatkan

dirinya

2. Kecakapan untuk

membuat suatu

perjanjian

3. Obyek tertentu

4. Causa yang halal

Sahnya akad

terpenuhinya :

1. Rukun adalah unsur

yang mutlak harus

dipenuhi dalam suatu

hal, peristiwa dan

tindakan

2. syarat adalah unsur

yang harus ada untuk

sesuatu hal, peristiwa

dan tindakan

tersebut.

Rukun akad yang

utama :

1. Ijab

2. Qabul

Rukun aqad

tambahan:

syarat perjanjian

dalam hukum adat :

1. Titik tolak pada

dasar kejiwaan.

Pada hukum adat

bertitik tolak pada

dasar kejiwaan,

kekeluargaan,

kerukunan &

bersifat tolong

menolong.

2. Pada hukum adat

tidak hanya ada

kata sepakat maka

lazimnya juga

disertai dengan

tanda ikatan, sesuai

dengan sifat

hukum adat yang

nyata (konkrit)

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

• Shighat al-aqad

(pernyataan untuk

mengikatkan diri),

harus disampaikan

secara lisan/tertulis

sehingga dapat

menimbulkan akibat

hukum.

• Al-Ma’qud

alaih/mahal a-aqad

(objek akad), harus

memenuhi

persyaratan berupa

telah ada pada waktu

akad diadakan,

dibenarkan oleh

syara’, dapat

ditentukan dan

diketahui, serta dapat

diserahkan pada

waktu akad terjadi.

3. Perjanjian pada

hukum adat selain

dalam ruang

lingkup harta

kekayaan juga

menyangkut yang

tidak bersifat

kebendaan.

Ciri-ciri perjanjian

bagi hasil menurut

hukum adat ,

dimana hukum adat

mengenal adanya

perjanjian bagi

hasil, ciri-cirinya

diklsifikasikan

sebagai berikut :

1. Tidak dilakukan

secara tertulis pada

umumnya

perjanjian bagi

hasil ini dilakukan

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

• Al-Muta’aqidain/al-

‘aqidain (pihak-

pihak yang

berakad), harus

mempunyai

kecakapan melakukan

tindakan hukum

dalam pengertian

telah dewasa dan

sehat akalnya, apabila

melibatkan anak-anak

maka harus diwakili

oleh seorang wali

yang harus memenuhi

persyaratan berupa

kecakapan,

persamaan agama

antara wali dengan

yang diwakili, adil,

amanah, dan mampu

menjaga kepentingan

orang yang berada

dalam perwaliannya.

& tanpa mengenal

semacam akta

perjanjian.

2. Penyaksian atau

pengesahan

maupun bantuan

dari kepala desa

atau kepala

persekutuan adat

tidak diperlukan.

Hal ini berlainan

dgn transaksi tanah

seperti jual lepas,

jual gadai yg

dimana bantuan

kepala desa amat

dibutuhkan oleh

karena itu

diketahui bahwa

transaksi bagi hasil

adalah transaksi yg

berhubungan

26/09/2015

3

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

• Maudhu’ al-aqad

(tujuan akad), harus

ada pada saat akad

akan diadakan, dapat

berlangsung hingga

berakhirnya akad dan

dibenarkan secara

syariah, dan apabila

bertentangan akan

berakibat pada

ketidakabsahan dari

perjanjian yang

dibuat.

Syarat perjanjian

terbagi 2 macam :

1. Syarat yg bersifat

umum yaitu yg wajib

sempurna wujudnya

dlm setiap perjanjian

2. Syarat yg bersifat

khusus

dgn tanah, maka

tdklah terjadi

penyerahan tanah

dalam arti

peralihan

kepemilikan tanah,

sehingga bantuan

kepala desa tdklah

diperlukan.

3. Hak ulayat tdk

menjadi obyek

suatu perjanjian

bagi hasil

4. Pada umumnya

jangka waktunya

relatif singkat jadi

dapat berakhir

setelah melewati

satu masa panen

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Adapun syarat yang

harus dipenuhi

seseorang dalam suatu

akad adalah :

1. aqil (berakal/dewasa)

2. tamyiz (dapat

membedakan) sebagai

tanda kesadaran

3. mukhtar (bebas

melakukan

transaksi/bebas

memilih)

5. Terjadinya suatu transaksi

dengan pihak ketiga seperti

misalnya peralihan dari

pemilik

Dalam masyarakat adat Jawa

Barat terutama di desa Leuwi

Liang dan Citeureup, suatu

hibah (perjanjian sepihak)

dapat ditarik kembali apabila

bertentangan dengan ketentuan

– ketentuan Hukum Adat dan

Hukum Islam. Sebaliknya di

daerah Cianjur, banjar, Ciamis,

dan Cikenong, suatu hibah

tidak dapat ditarik kembali

meskipun utang pewaris tidak

dapat terlunasi dari kekayaan

yang ditinggalkannya.

Demikian pula di daerah

Batujaya, Teluk Buyung,

Pisang Sambo, Kecamatan

Karawang dan Indramayu

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Akibat

perjanjian

1. Semua perjanjian

yang dibuat secara sah

berlaku sebagai

undang-undang bagi

mereka yang

membuatnya. Suatu

perjanjian tidak dapat

ditarik kembali selain

dengan sepakat kedua

belah pihak, atau

karena alasan-alasan

yang oleh undang-

undang dinyatakan

cukup untuk itu.

Suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan

itikad baik.(1338 BW)

2. Suatu perjanjian tidak

hanya mengikat untuk

hal-hal yang dengan

tegas dinyatakan di

dalamnya, tetapi juga

Tujuan akad adalah

untuk melahirkan

suatu akibat hukum.

Lebih tegas lagi,

tujuan akad adalah

maksud bersama yang

dituju dan yang

hendak diwujudkan

oleh

para pihak melalui

pembuatan akad.

Akibat hukum akad

dalam hukum Islam di

sebut

“hukum akad” (hukm

al-‘aqad).

1. Perjanjian menjadi

syari’ah bagi

pihak-pihak yang

berperikatan

2. Perjanjian tidak

hanya mengikat

obyek

Akibat Perjanjian

dalam Hukum Adat:

1. Akibat Hukum

dan Tujuan

Pengangkatan

Anak

Dari akibat hukum

pengangkatan anak itu

mengakibatkan

kedudukan anak

angkat menjadi sama

dengan kedudukan

anak kandung. Ia akan

menjadi penerus dan

pewaris orang tua

kandungnya dan orang

tua angkatnya.

Adapun untuk anak

pupon itu bukan

sebagai waris karena

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

untuk segala sesuatu

yang menurut sifat

perjanjian, diharuskan

oleh kepatutan,

kebiasaan atau undang-

undang.(1339 BW)

3. Persetujuan hanya

berlaku antara pihak-

pihak yang

membuatnya.

Obyek yg di

perikatkan tetapi

juga segala sesuatu

yang menurut

sifatnya yang

diharuskan oleh

kepatutan,

kebiasaan dan nash-

nash syariah

3. Perjanjian hanya

berlaku bagi pihak-

pihak yang

mengadakan

perikatan

4. Perjanjian dapat

dibatalkan oleh

pihak yang

berpiutang jika

pihak berrutang

terbukti melakukan

.

pada dasarnya

pengakuan anak itu

tidak mengubah

hubungan hukum

antara si anak dengan

orang tua kandungnya

kecuali apabila

kedudukan si anak

dirubah dari anak

akuan menjadi anak

angkat. Tujuan

penitipan dan

pengangkatan ini

tentunya bukan

semata-mata untuk

memperoleh

keuntungan material,

tetapi sifatnya lebih

tertuju kepada tujuan

kemanusiaan belaka.

26/09/2015

4

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Bentuk perjanjian • Perjanjian obligatoir :

1. Perjanjian sepihak &

timbal balik

2. Perjanjian cuma-cuma

& atas beban

3. Perjanjian konsensuil,

riil, & formil

4. Perjanjian bernama &

tidak bernama

Bahwa setiap

perjanjian hendaknya

dibuat secara tertulis,

lebih berkaitan demi

kepentingan

pembuktian jika

dikemudian hari

terjadi sengketa.

Dalam Al-Qur’an

surat Al-Baqaroh ayat

282-283

mengisyaratkan

agar akad yang

dilakukan benar-benar

berada dalam

kebaikan bagi semua

pihak. Bahkan juga

dalam pembuatan

perjanjian hendaknya

juga disertai dengan

adanya saksi-saksi

(syahadah).

Pada umumnya,

masyarakat hukum

adat membuat

perjanjian dalam

bentuk lisan. Sikap

percaya satu sama lain

menjadi salah satu

dasar masyarakat

untuk membuat

perjanjian dalam

bentuk lisan, karena

masyarakat hukum

adat tidak mengenal

adanya pembuktian

tertulis.

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Asas-asas

perjanjian

1. Asas kebebasan

berkontrak

(keterbukaan)

2. Asas konsensuil

3. Asas kepercayaan

4. Asas kekuatan

mengikat

5. Asas persamaan

hukum

6. Asas keseimbangan

1. Al-Hurriyah

(Kebebasan)

2. Al-Musawah

(Persamaan atau

Kesetaraan)

3. Al-Adalah

(Keadilan)

4. Al-Ridha

(Kerelaan)

5. Ash-Shidq

(Kebenaran dan

Kejujuran)

Asas-asas perjanjian

menurut hukum adat :

1. Tunai (Kontan)

adalah “suatu

bentuk prestasi yang

dilakukan sekaligus

bersama-sama pada

waktu itu juga”,

sehingga walaupun

sudah terucap kata

sepakat antara kedua

belah pihak itu

belum terjadi

perjanjian jual beli.

2. Percaya yang kuat

yaitu saling percaya

satu sama lain,

antara pembeli dan

penjual dalam proses

jual beli, sehingga

didalam proses

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

6. Al-kitabah

(Tertulis)

7. Al Amanah

(Asas

Kepercayaan)

8. Iktiyati

(kehati-hatian)

9. Kemampuan

10.Transparasi

Taisir/Kemudahan

11. Iktikad baik

12. Sebab yang Halal

tersebut mereka

tidak membuat

bukti tertulis karena

mereka sudah saling

percaya

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Batalnya

Perjanjian

Pembatalan (dapat di

batalkan)

1. perjanjian yang tidak

memenuhi syarat

subyektif yaitu tidak

terpenuhinya

kesepakatan &

kecakapan. Sehingga

meskipun perjanjiannya

ada & mengikat namun

tetap saja tidak

sempurna.

2. Salah satu pihak

melakukan wanprestasi

3. Perjanjian yang

bertimbal balik

(sifatnya)

4. Pembatalan dimintakan

kepada hakim

5. Batas waktu

pembatalan 5 tahun

(1454 BW)

1. Jangka waktu

perjanjian

berakhir

Dalam surah At-

Taubah ayat 4

“…maka terhadap

mereka itu penuhilah

janjinya sampai batas

waktunya.

Sesungguhnya allah

menyukai orang-orang

yang bertaqwa”.

2. Salah satu pihak

menyimpang atau

pengkhianatan

atas perjanjian

Dalam surah At-

Taubah ayat 7 “maka

selama mereka berlaku

jujur padamu

hendaklah kamu

berlaku lurus kepada

mereka. Sesungguhnya

Perjanjian menurut adat

disini adalah perjanjian

dimana pemilik rumah

memberikan ijin kepada

orang lain untuk

mempergunakan

rumahnya sebagai

tempat kediaman dengan

pembayaran sewa

dibelakang (juga dapat

terjadi pembayaran

dimuka).

26/09/2015

5

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Berakhirnya

Perjanjian

Hapusnya perikatan

(Buku III BW, 1381 BW)

1. Pembayaran

2. Consignatie (penitipan

barang)

3. Novasi (pembaharuan

hutang)

4. Kompensasi

(perjumpaan hutang)

5. Confutio (percampuran

hutang)

6. Pembebasan hutang

7. Musnahnya barang

8. Pembatalan

9. Berlakunya syarat

batal

10. Lewat waktu

(daluwarsa)

Berakhirnya suatu

perjanjian (akad) :

• Berakhirnya masa

berlaku akad

tersebut, apabila

akad tersebut

memiliki tenggang

waktu.

• Dibatalkan oleh

pihak-pihak yang

berakad, apabila

akad itu sifatnya

tidak mengikat.

• Dalam akad yang

bersifat mengikat,

suatu akad

dianggap berakhir

jika :

Berakhirnya perjanjian

bagi hasil di Desa

Sedah anatra pemilik

tanah dan penggarap

tanah dapat terjadi

karena telah

berakhirnya jangka

waktu dan dapat

juga terjadi sebelum

berakhirnya jangka

waktu.

ada 25 responden

menyatakan alasan

berakhirnya

perjanjian bagi hasil

karena telah

berakhir jangka

waktu (62,5%),

sebelum waktunya

dibagi menjadi 3

alasan :

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

1. jual beli itu

fasad, seperti

terdapat unsur-

unsur tipuan,

salah satu rukun

atau syarat tidak

terpenuhi.

2. Berlakunya khiyar

3. Akad itu tidak

dilaksanakan

oleh salah satu

pihak

4. Tercapainya

tujuan akad itu

secara sempurna

• 10 responden

menyatakan alasanya

atas persetujuan

kedua belah pihak

(25%)

• 3 responden

menyatakan

alasannya karena

berasal dari pemilik

tanah (7,5%)

• 2 responden

menyatakan

alasannya karena

berasal dari

penggarap (5%).

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Waktu terjadi

“Wanprestasi”

1. Terlambat

berprestasi

2. Tidak berprestasi

3. Salah berprestasi

4. Berprestasi tetapi

tidak sempurna

Mirip dengan BW

Tdk melaksanakan

akad & adanya

kelalaian dlm

pelaksanaan akad

Tidak adanya

kesepakatan atau

persetujuan dari salah

satu pihak dianggap

melakukan

wanprestasi

Akibat hukum dari

“Wanprestasi”

Bagi Debitur :

1. Pemenuhan

perjanjian (1267

BW)

2. Pemenuhan

perjanjian + ganti

rugi (1267 BW)

3. Pembatalan

perjanjian + ganti

rugi (1267 BW)

4. Pembatalan

perjanjian (1266

BW)

5. Pembayaran ganti

rugi (1243 BW)

• (Adh-dhaman)

Ganti rugi dari

pihak yang lalai.

Apabila barang

bukan milik

penjual, maka ia

harus membayar

ganti rugi terhadap

harga yang telah

diterima

Sgala kerugian baik

terjadi sebelum /

sesudah akad maka

ditanggung resiko oleh

Membayar ganti rugi

baik keseluruhan

ataupun sebagian.

Kecuali salah satu

pihak menghendaki

lain (tdk perlu

mengganti)

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Bagi Kreditur :

1. Bunga (Interessen) =

untung yang harusnya

didapatkan

2. Rugi (Schaden) =

kerugian yang diderita

3. Biaya (cost) = ongkos

yang telah dikeluarkan

Akibat wanprestasi

bentuk khusus :

1. Actio Redhibitoria =

barang & uang

kembali

2. Actio Quantiminoris

= barang tetap dibeli

tetapi ada pengurangan

harga

Pihak yang

menimbulkan

kerugian. Akan tetapi

dalam keadaan

memaksa fiqih islam

tidak menghukum

orang berbuat tanpa

disengaja & tidak

menghendaki

perbuatan lalai

tersebut asalkan orang

tersebut telah berbuat

maksimal untuk

memenuhi prestasinya

26/09/2015

6

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

Keadaan memaksa

(Overmacht /

Force Majeur)

Salah satu tangkisan /

perlawanan debitur

(1244 BW)

Ada 2 jenis overmacht :

1. Overmacht absolute

(1444 BW)

2. Overmacht Relatif

(1245 BW)

Dalam hukum islam

disebut ganti rugi.

Ada beberapa faktor

yg dpt dijadikan

sebab terjadinya

ganti rugi (dhamn) :

1. Tdk melaksanakan

akad

2. Alfa dlm

melaksanakan

akad yakni apabila

akad yg sdh

tercipta secara sah

menurut ketentuan

hukum itu tdk

dilaksanakan oleh

debitur /

dilaksanakan tp

tdk sebagaimana

mestinya /

kesalahan karna

-

BW HUKUM ISLAM HUKUM ADAT

kelalaian disebut

At-Ta’addi yaitu

suatu sikap yg

bertentangan dgn

hak & kewajiban

& tdk diizinkan

oleh syarak

TAMBAHAN :

Syarat-Syarat Perjanjian Hukum Adat

Persyaratan jual beli menurut hukum adat tersebut yaitu : (a) Tunai dan (b)

Terang. Hal tersebut karena Hukum Tanah di negara kita bersumber pada

Hukum Tanah Adat. Secara sederhana “tunai” diartikan bahwa pelaksanaan

jual beli dan peralihan hak khususnya hak atas tanah dari penjual kepada

pembeli dianggap telah terjadi pada saat para pihak menyatakan

kesepakatan. Meskipun jual beli itu pembayarannya tidak tunai dalam arti

seharihari, hal tersebut bukan merupakan suatu yang pokok dan dianggap

sebagai suatu utang-piutang antara penjual dan pembeli.

Selanjutnya secara sederhana “terang” diartikan bahwa pelaksanaan jual

beli hak atas tanah harus dibuat dihadapan pejabat yang berwenang dan

dihadiri oleh para saksi. Tambahan dua persyaratan itu merupakan unsur-

unsur yang diambil dari unsur-unsur sistem hukum tanah adat yang telah

diadopsi menjadi unsur-unsur dalam sistem hukum tanah nasional.

TAMBAHAN :

Akibat perjanjian hukum adat

Dengan adanya perjanjian, maka suatu pihak berhak untuk menuntut prestasi

dan lain pihak berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Prestasi tersebut

adalah mungkin menyerahkan benda, atau melakukan suatu perbuatan, atau

tidak melakukan suatu perbuatan.Apabila dilihat dari Hukum Adat Indonesia

pengertian peralihan hak khususnya hak atas tanah bukan saja bersifat

mengikat tetapi juga harus diikuti dengan penyerahan nyata dari penjual

kepada pembeli yang diikuti dengan penyerahan uang dari pembeli kepada

penjual. Oleh karena itu, meskipun perjanjian peralihan hak atas tanah

menggunakan syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUH-Perdata

tetapi perlu juga ditambahkan syarat tunai dan terang sehingga peralihan hak

tersebut tidak hanya bersifat mengikat saja melainkan juga mencakup

penyerahan hak nyata atas tanah yang diperjual belikan.

26/09/2015

7

TAMBAHAN :

BU DHIANA :

KONSEP TANGGUNG GUGAT BW :

Apabila seseorang dirugikan karena perbuatan seseorang sedang diantara

mereka itu tdk terdpt sesuatu perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka

berdasarkan undang-undang jg timbul / terjd hubungan hkm antara orang tsb

yg menimbulkan kerugian itu. Hal tsb diatur dlm psl 1365 BW “Tiap

perbuatan melanggar hukum yg membawa kerugian kpd orang lain,

mewajibkan orang yg karna salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti

kerugian tersebut” (yg melawan hukum / onrechtmatigedaad)

ada 3 jenis perbuatan melawan hukum :

1. PMH karena kesengajaan

2. PMH karena kelalaian

3. PMH tanpa kesalahan

Ada 3 jenis tanggung jwb hkm sbg berikut :

1. Tanggung jwb dgn unsur kesalahan (1365 BW)

2. Tanggung jwb dgn unsur kesalahan khususnya (1366 BW)

3. Tanggung jwb mutlak (tanpa kelalaian) (1367 BW)

TAMBAHAN :

Yang termasuk PMH :

1. Bertentangan dgn hak orang lain

2. Bertentangan dgn kewajiban hukumnya sendiri

3. Bertentangan dgn kesusilaan

4. Bertentangan dgn keharusan yg hrs di indahkan dlm pergaulan

masyarakat mengenai orang lain / benda

TAMBAHAN :

Faiz Dimas :

1. Akibat hukum dalam islam (surah Al-Maidah)

2. Terkait Overmacht

Inez Diva :

Apakah usia 16 tahun meskipun telah balig (hukum islam) bs cakap &

berwenang dalam membuat & melaksanakan perjanjian ????

Ira Dwi :

1. Asas perjanjian dalam hukum adat : asas riil & tunai

2. Unsur perjanjian dalam hukum islam : Syara

3. Akibat hukum perjanjian dalam hukum adat

DAFTAR PUSTAKA• BUKU :

Chairuman Pasaribu – Suhrawadi K.Lubis, 1994, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika : Jakarta

Ahmad Azhar Basyir, 1990, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam, UII Press : Yogyakarta

Soerojo Wignjodipoero SH, 1967, Pengantar & Asas-Asas Hukum Adat, PT Toko GunungAgung : Jakarta

Prof Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata , PT Intermasa : Jakarta

Munir Fuady, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, cetakan pertama, Citra Aditya Bhakti : Bandung, Hlm 3

• UNDANG-UNDANG :

KUHPerdata (BW)

UU No 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-PokokAgraria

19/10/2015

1

Perbandingan Hukum Perdata

Hukum Perjanjian

Kelompok 2

Ira Dwi Arini 125010101111099 (09)

Nungky Kardyana S125010101111101 (10)

Elisa Carolina 125010101111108 (11)

Navisah Aulina Zain125010101111126 (13)

A. Pengertian

1. Hukum Islam

a. hukum perikatan islam adalah bagian dari Hukum Islam

bidang muamalah yang mengatur perilaku manusia di

dalam menjalankan hubungan ekonominya. Menurut Prof.

Dr. H. M. Tahir Azhary, SH. Hukum perikatan islam adalah

seperangkat kaidah hukum yang bersumber dari Al Qur’an,

Hadist dan Ijtihad yang mengatur tentang hubungan antara

dua orang atau lebih mengenai suatu benda yang

dihalalkan menjadi objek suatu transaksi

b. Wahbah Zuhaili mengartikan lafal akad sebagai berikut:

Akad dalam bahasa Arab artinya ikatan (atau penguat dan

ikatan) antara ujung-ujung sesuatu, baik ikatan nyata

maupun maknawi, dari satu segi maupun dua segi

2. Hukum Adat Hukum adat yang meliputi uraian tentang hukum

perhutangan (schuldenrecht) termasuk soal transaksi-

transaksi tanah (grondtransakties) termasuk dan transaksi-

transaksi yang menyangkut tanah (transakties

waarbijgrond betrokken is), sepanjang hal itu ada

berhubungannya dengan masalah perjanjian menurut

hukum adat.

3. KUHPerdata (BW)Pasal 1313 KUH Perdata, Perjanjian adalah Perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini,

timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau

lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak

dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian adalah

sumber perikatan.

19/10/2015

2

B. Unsur-Unsur

1. Hukum Islam

• Pertalian ijab dan Kabul

• Tidak bertentangan dengan Al Quran dan Hadits (tidak mengandung riba, perjudian)

• Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya

• Sepakat

2. Hukum Adat

• Karya budi

• Tolong menolong

• Gotong royong

2. KUHPerdata (BW)

• Unsur Esensialia

• Unsur Naturalia

• Unsur Aksidentalia

Revisi

unsur-unsur hukum islam

• Pertalian ijab dan Kabul

• Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kabul adalah

pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh

pihak lainnya (qaabil). Ijab dan Kabul ini harus ada dalam

melaksanakan perikatan.

• Dibenarkan oleh syara’

• Perjanjian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah

atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam Al Qur’an dan Hadist.

Jika bertentangan akan mengakibatkan perjanjian tidak sah.

• Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya

• Dengan adanya perjanjian akan menimbulkan akibat hukum terhadap

objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga

memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para

pihak.

C. Syarat Perjanjian1. Hukum Islam

a. Subyek perjanjian

• Manusia (mukallaf dan rasyid) dan Badan hukum

• Tidak ada paksaan (QS. An-Nisaa’: 29)

b. Objek perjanjian

• Barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang najis atau barang yang haram, karena barang yang secara dzatnya haram terlarang untuk diperjanjikan.

• Harus jelas dan dikenali

• Dapat diserahterimakan

• Pembayarannya diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak

c. Tujuan PerjanjianTujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakanTujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akadTujuan akad harus dibenarkan syariah

d. Ijab Kabul

Ijab Kabul dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu dengan secara lisan, tulisan, isyarat dan perbuatan.

19/10/2015

3

2. Hukum Adat

Dalam hukum adat suatu perjanjian dapat terjadi antara dua

pihak yang saling berjanji atau dikarenakan sifatnya dianggap

ada perjanjian. Agar suatu perjanjian yang disepakati dapat

mengikat harus ada tanda ikatan.

Tanda-tanda ikatan :

a. Tanda Mau

b. Tanda Mata

c. Tanda Rasan

d. Tanda Jadi

e. Tanda Larangan

f. Tanda Pengakuan

g. Tanda Kesaksian

Dalam buku Hukum Perikatan Islam Indonesia yang

ditulis oleh Gemala Dewi, dkk menjelaskan tentang hukum

perikatan adat harus memiliki syarat sah suatu perikatan

apabila ada kata terang dan tunai

3. KUHPerdata (BW)

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, syarat-

syarat sah perjanjian adalah sebagai berikut :

1. Adanya persetujuan kehendak antara pihak-

pihak yang membuat perjanjian (consensus)

2. Ada kecakapan pihak- pihak untuk membuat

perjanjian (capacity)

3. Ada suatu hal tertentu (object)

4. Ada suatu sebab yang halal (legal cause)

D. Akibat Hukum Perjanjian

1. Hukum Islam

akibat adanya akad atau perjanjian adalah

pelaksanaan suatu akad seperti pemindahan

kepemilikan, upah dan lain-lain.

2. Hukum Adat

Akibat adanya perjanjian hukum adat adalah

mengikat antara para pihak karena sudah

adanya tanda ikatan diantara para pihak.

3. KUHPerdata (BW)

Akibat hukum dari perjanjian yang sah

adalah berlakunya perjanjian sebagai

undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Yang dimaksud dengan

berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya, adalah bahwa

kesepakatan yang dicapai oleh para pihak

dalam perjanjian mengikat para pihak

sebagaimana mengikatnya suatu undang-

undang.

19/10/2015

4

E. Asas Perjanjian

1. Hukum Islam

a. Asas Ilahiah

b. Asas Kebebasan

c. Asas Persamaan atau Kesetaraan

d. Asas Keadilan

e. Asas kerelaan

f. Asas Kejujuran dan Kebenaran

g. Asas Tertulis

• Asas Ilahiah

Setiap tingkah laku dan perbuatan manusia tidak akan luput dari

ketentuan Allah SWT. Manusia tidak dapat berbuat sekehendak hatinya,

Karena segala perbuatannya akan mendapatkan balasan dari Allah

SWT.

• Asas Kebebasan

Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan suatu

perikatan namun tidak boleh bertentangan dengan syariah agama Islam.

• Asas Persamaan atau Kesetaraan

Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, maka hendaknya

saling melengkapi atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Oleh

karena itu, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk

melakukan suatu perjanjian.

• Asas Keadilan

Para pihak yang melakukan perikatan dituntut untuk berlaku benar dalam

pengungkapan kehendak dan keadaan memenuhi perjanjian yang telah

mereka buat dan memenuhi semua kewajibannya.

• Asas kerelaan

Dalam melakukan suatu perikatan hendaklah atas dasar suka sama suka atau

sukarela. Jika terjadi paksaan akan menimbulkan pembatalan perjanjian

tersebut. Unsur sukarela menunjukkan keikhlasan dan itikad baik dari para

pihak.

• Asas Kejujuran dan Kebenaran

Kejujuaran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam segala

bidang kehidupan termasuk pelaksanaan muamalat. Jika kejujuran tidak

diterapkan dalam perikatan, maka akan merusak legalitas perikatan dan akan

menimbulkan perselisihan antara para pihak.

• Asas Tertulis

Dalam QS Al Baqarah ayat 282-283 disebutkan bahwa Allah SWT menganjurkan

kepada manusia hendaknya suatu perikatan dilakukan secara tertulis, dihadiri

para saksi-saks dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan

perikatan dan yang menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula bahwa apabila

suatu perikatan dilaksanakan tidak secara tunai, maka dapat dipegang suatu

benda jaminannya. Adanya tulisan, saksi, dan benda jaminan ini menjadi bukti

adanya perikatan tersebut.

2. Hukum Adat

Asas umum hukum adalah kekeluargaan dan

gotong royong.

3. KUHPerdata (BW)

a. Azas Konsensualitas

b. Azas Kebebasan Berkontrak

c. Azas Kepribadian

d. Azas Konsensualisme

e. Asas Kepercayaan

f. Asas kekuatan mengikat

g. Asas Keseimbangan

i. Asas Persamaan Hukum

19/10/2015

5

Asas KUH Perdata (BW)

• Azas Konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan

perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya

kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak

menentukan lain.(Pasal 1320 BW).

• Azas Kebebasan Berkontrak, yaitu bahwa para pihak

dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi

dari perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. (pasal 1338

BW).

F. Bentuk Perjanjian1. Hukum Islam

a. Perikatan Utang

b. Perikatan Benda

c. Perikatan Kerja/ Melakukan Sesuatu

d. Perikatan menjamin

2. Hukum Adat

a. Perjanjian tanah

b. Perjanjian Menyangkut Tanah

1. Perjanjian bagi hasil

2. Perjanjian sewa

3. Perjanjian berganda

4. Perjanjian pinjaman dengan jaminan tanah

5. Perjanjian Semu (simulasi).

• Perjanjian tanah

Perjanjian tanah atau disebut juga transaksi tanah, maka yang akan diuraikan

adalah mengenai perbuatan pemilik tanah dan peralihan hak-hak atas tanah.

Pemilikan tanah merupakan perjanjian sepihak yang menyebabkan timbulnya hak

milik tanah sedangkan peralihan hak-hak tanah merupakan perjanjian antara dua

pihak, sebagaimana disebut dalam bahasa hukum adat seperti jual lepas, jual

gadai, jual tahunan, pemberian tanah, pertukaran tanah, yang menyebabkan

timbulnya hak milik tanah atau hak penguasaaan tanah.

• Perjanjian Menyangkut Tanah

Perjanjian menyangkut tanah dimaksudkan semua perjanjian dimana bukan

tanah yang menjadi objek perjanjian, melainkan tanah sebagai tempat atau

sesuatu yang terlibat oleh perjanjian itu. Jadi bukan hak tanah yang beralih dari

pemilik kepada pembeli, melainkan pemilik tanah atau pemegang hak tanah

member kesempatan kepada orang lain untuk bekerja, menanam, memungut

hasil, menikmati tanah atau sebagai benda jaminan atas pemakaian uang.

– Perjanjian bagi hasil

Latar belakang terjadinya perjanjian bagi hasil antara lain:

• bagi pemilik tanah:

– mempunyai tanah tidak mampu atau tidak berkesempatan untuk

mengerjakan tanah sendiri.

– Keinginan mendapatkan hasil tanpa susah payah dengan

member kesempatan pada orang lain mengerjakan tanah

miliknya.

• Bagi penggarap atau pemaro:

– Tidak atau belum mempunyai tanah garapan dan atau tidak

mempunyai pekerjaan tetap.

– Kelebihan waktu bekerja karena milik tanah terbatas luasnya,

tanah sendiri tidak cukup.

– Keinginan mendapatkan tambahan hasil garapan.

hubungan hukum antara pemilik tanah dan penggarap berlaku atas dasar rasa

kekeluargaan dan tolong menolong.

19/10/2015

6

• Perjanjian sewa

perjanjian sewa tanah adalah perjanjian dimana pemilik

tanah atau penguasa tanah memberikan izin kepada orang

lain untuk mempergunakan tanahnya sebagai tempat

usaha atau tempat kediaman dengan pembayaran sewa

dibelakan(atau juga dapat terjadi pembayaran dimuka).

• Perjanjian berganda

perjanjian berganda ialah perjanjian menyangkut tanah

dimana terdapat perpaduan (kombinasi) perjanjian, antara

perjanjian pokok dengan perjanjian tambahan yang

berjalan bersama, misalnya terjadi sebagai berikut:

�perjanjian bagi hasil atau perjanjian sewa berjalan

bersama (berpadu) dengan perjanjian, jual gadai.

�perjanjian bagi hasil atau perjanjian sewa berjalan

bersama (berpadu) dengan perjanjian, jual taunan.

– Perjanjian pinjaman dengan jaminan tanah

perjanjian pinjaman uang dengan menunjuk tanah sebagai jaminan.

Dasar pinjaman ini ialah selama pinjaman belum dapat dibayar lunas

maka selama itu tanah milik siberhutang tidak boleh dibuat perjanjian

terkecuali dengan pihak perpiutang sendiri atau dengan orang lain untuk

kepentingan dan dengan persetujuan siberpiutang.

– Perjanjian Semu (simulasi).

Suatu perjanjian dikatakan perjanjian semu atau simulasi

apabila perjanjian yang dibuat berbeda dengan

pelaksanaannya.

Dalam Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa

bentuk-bentuk dari perjanjian dalam masyarakat

hukum adat adalah:

1.Perjanjian Kredit

2.Perjanjian Kempitan

3.Perjanjian Tebasan

4.Perjanjian Perburuhan

5.Perjanjian Pemegangkan

6.Perjanjian Pemeliharaan

7.Perjanjian Pertanggungan Kerabat

8.Perjanjian Serikat

3. KUHPerdata (BW)Perjanjian menurut sumbernya;

a. Perjanjian yang bersumber dari hukum

keluarga, contoh perkawinan;

b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan,

contoh Peralihan Hak Milik;

c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang

menimbulkan kewajiban;

d. Perjanjian yang bersumber dari Hukum Acara

(bewijs overeenskomst);

e. Perjanjian yang bersumber dari Hukum Publik

(publiekerchtelicke overeenskomst).

19/10/2015

7

Perjanjian Menurut Namanya

a. Kontrak Nominaat (bernama)

Kontrak Nominaat merupakan kontrak yang

di kenal dalam KUH Perdata, contoh : jual

beli, tukar menukar, sewa menyewa, pinjam

pakai, dan lain-lain;

b. Kontrak Innominaat (tidak bernama)

Kontrak Innominaat adalah kontrak yang

timbul, tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat, contoh : Leasing, Franchise,

Production Sharing, dan lain-lain.

Perjanjian menurut bentuknya dalam

Pasal 1320 dan Pasal 1682 KUH Perdata,

yaitu :

a. Perjanjian tertulis;

b. Perjanjian tidak tertulis.

G. Batalnya Perjanjian

1. Hukum Islam

• Keterpaksaan ( Al-Ikrah )

• Kekeliruan ( ghalath )

• Penyamaran Cacat Obyek ( Tadlis dan Taghrir)

• Tidak adanya KeseimbanganObyek dan harga

( Ghaban + Taghrir )

• Salah satu pihak menyimpang atau

penghianatan atas perjanjian

2. Hukum Adat

19/10/2015

8

3. KUHPerdata (BW)

• Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah,pembatalan atas perjanjian yang telahdibuat antara kedua belah pihak yangmelakukan perjanjian, dapat dimintakanpembatalannya kepada Hakim, bila salahsatu pihak yang melakukan perjanjian itutidak memenuhi syarat subyektif yangtercantum pada syarat sahnya perjanjian.

Menurut Prof. Subekti permintaanpembatalan perjanjian yang tidakmemenuhi syarat subyektif dapatdilakukan dengan dua cara, yaitu:

• Secara aktif menuntut pembatalanperjanjian tersebut di depan hakim;

• Secara pembelaan maksudnya adalahmenunggu sampai digugat di depan hakimuntuk memenuhi perjanjian dan barumengajukan kekurangan dari perjanjianitu.

H. Berakhirnya Perjanjian

1. Hukum Islam

• Di fasakh (dibatalkan), karena adanya hal-hal yang tidak

dibenarkan syariah

• Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat atau

majelis

• Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan

karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan.

Fasakh dengan cara ini disebut iqalah.

• Karena kewajiban yang ditimbulkan oleh adanya akad tidak

dipenuhi oleh pihak-pihak bersangkutan.

• Karena habis waktunya seperti dalam akad sewa menyewa

berjangka waktu tertentu dan tidak dapat diperpanjang

• Karena tidak mendapat izin pihak yang berwenang

• Karena kematian

2. Hukum Adat

19/10/2015

9

3. BW

Berakhirnya perjanjian diatur di dalam Bab XII Buku III KUH Perdata. Di dalam Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan beberapa cara hapusnya suatu perjanjian yaitu :

• Pembayaran

• Penawaran tunai disertai dengan penitipan

• Pembaharuan hutang

• Perjumpaan hutang

• Percampuran hutang

• Pembebasan hutang

• Musnahnya benda yang terhutang

• Kebatalan/pembatalan

• Berlakunya syarat batal

• Kadaluarsa atau lewat waktu

Kapan Terjadi "Wanprestasi"

1. BW

•Debitur sama sekali tidak berprestasi, dalam hal ini kreditur tidak perlu menyatakan peringatan atau teguran karena hal ini percuma sebab debitur memang tidak mampu berprestasi;

•Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini debitur sudah beritikad baik untuk melakukan prestasi, tetapi ia salah dalam melakukan pemenuhannya;

•Debitur terlambat berprestasi, dalam hal ini debitur masih mampu memenuhi prestasi namun terlambat dalam memenuhi prestasi tersebut.

2. Hukum Islam

• Bilamana akad yang sudah terciptasecara sah menurut ketentuan hukum itutidak dilaksanakan isinya oleh deitur, ataudilaksanakan tetapi tidak sebagaimanamestinya (ada kealpaan), maka terjadilahkesalahan di pihak debitur. Kesalahandalam fikih disebut at-ta’addi, yaitu suatusikap (berbuat atau tidak berbuat) yangtidak diizinkan oleh syarak. Artinya suatusikap yang bertentangan dengan hak dankewajiban.

Akibat Hukum dari Wanprestasi1. BW

Yang dapat dilakukan oleh kreditur dalam menghadapi

debitur yang wanprestasi adalah:

1. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian, walaupun

pelaksanaannya terlambat;

2. Dapat menuntut penggantian kerugian, berdasarkan

Pasal 1243 KUHPerdata, ganti rugi tersebut dapat

berupa biaya, rugi atau bunga;

3. Dapat menuntut pemenuhan dan penggantian kerugian;

4. Dapat menuntut pembatalan atau pemutusan perjanjian;

dan

5. Dapat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian.

19/10/2015

10

2. Hukum Islam

1. Daman akad (daman al’akd), yaitutanggung jawab perdata untukmemberikan ganti rugi yang bersumberkepada ingkar akad.

2. Daman udwan (daman al’udwan), yaitutanggung jawab perdata untukmemberikan ganti rugi yang bersumberkepada perbuatan merugikan (al-fi’l adh-dharr) atau dalam istilah hukum perdataindonesia disebut dengan perbuatanmelawan hukum.

Keadaan Memaksa/ Overmacht1. BW

•Menurut Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro S.H. keadaanmemaksa dalam hukum adalah keadaan yangmenyebabkan bahwa suatu hak atau suatu kewajibandalam suatu perhubungan hukum tidak dapatdilaksanakan.

•Pasal 1244 KUH Perdata berbunyi: “Jika ada alasan untukitu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi danbunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal tidakatau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannyaperikatan itu, disebabkan suatu hal yang tak terduga, puntak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemaunyaitu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya”.

• Pasal 1245 KUH Perdata berbunyi:

“Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus

digantinya, apalagi lantaran keadaan

memaksa atau lantaran suatu kejadian tak

disengaja si berutang beralangan

memberikan atau berbuat sesuatu yang

diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang

sama telah melakukan perbuatanyang

terlarang.

2. Hukum islam

keadaan overmach relatif di dalam hukum

islam diatur di dalam Surat Al-Baqarah ayat

280

“Dan Jika (orang berutang itu)dalam kesulitan

maka berilah tenggang waktu sampai dia

memperoleh kelapangan. Dan jika kamu

menyedahkan, itu leih baik bagimu, jika kamu

mengetahui.

19/10/2015

11

Daftar Pustaka

• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

• Achmad Wardi Muslich.2013.Fiqh Muamalat.Jakarta:Amzah

• J.Satrio.1993.Hukum Perikatan.Bandung:Alumni

• R. Soeroso.2010.Perbandingan Hukum Perdata.Jakarta:Sinar

Grafika

• Hilman Hadikusuma.1979.Hukum Perjanjian Adat.Bandung: Citra

Aditya Bakti

• Gemala Dewi, Wirdyaningsih, dan Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum

Perikatan Islam Indonesia. Jakarta. Prenada Media Group.

• Soejono soekanto. 2013. Hukum Adat Indonesia. Jakarta. PT Raja

Grafindo Persada.

Internet:

•Fatzia Hijatsu. http://www.slideshare.net/immzz/konsep-

perjanjiandlmislam. Diakses pada tanggal 13 September 2015

•Wibowo Turnadi. http://www.jurnalhukum.com/syarat-syarat-sahnya-

perjanjian/. Diakses pada tanggal 13 September 2015

Revisi Materi

Khiyar adalah Hak untuk membatalkan transaksi tetap

dibolehkan selama masih dalam satu mejelis (belum

terpisah, kecuali ada kesepakatan bahwa tidak boleh batal)

Pertanyaan dari:

• Nur Mutia (125010107111015) absen:

• Zenny N Lianto (125010100111003) absen: 1

• Rifky Dika Pantra (125010107111063) absen: 18

Manambahkan :

• Nur Mutia (125010107111015) absen

19/10/2015

1

Perbandingan Hukum Perjanjian

Ditinjau dari BW, hukum Adat, dan

hukum Islam

Nama Kelompok

• Zenny N Lianto 125010100111003 (1)

• Indraresta O M 125010100111006 (2)

• Inez Diva A 125010100111050 (3)

• Maria Cordella F 125010102111014 (14)

• Rifky Dikapantra 125010107111063 (18)

A. Pengertian

• Menurut Hukum Barat/BW

Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalahPerbuatan dengan mana satu orang atau lebihmengikatkan dirinya terhadap satu orang lainatau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatuhubungan hukum antara dua orang atau lebihyang disebut Perikatan yang di dalamya terdapathak dan kewajiban masing-masingpihak. Perjanjian adalah sumber perikatan.

• Menurut Hukum Adat

Hukum Perjanjian pada dasarnya mencakuphukum hutang piutang. Dengan adanyaperjanjian, maka suatu fihak berhak untukmenuntut prestasi dan lain fihak berkewajibanuntuk memenuhi prestasi. Prestasi tersebutadalah mungkin menyerahkan benda, ataumelakukan suatu perbuatan, atau tidakmelakukan suatu perbuatan.

19/10/2015

2

• Menurut Hukum Islam

Istilah perjanjian dalam hukum Indonesia disebut“akad” dalam hukum Islam. Kata akad berasal darial-a’qd, yang berarti mengikat, menyambung ataumenghubungkan (ar-rabt). Sebagaimana menurutsegi etimologi lain, akad berarti:

بط ◌ئ اطراف بين الر ر اآان سواء الش بطا ام حسيا جانب من معنوياجانبين من او Artinya: “ikatan antara dua perkara, baik

ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi,dari satu segi maupun dari dua segi”.

B. Unsur – unsur Perjanjian

1. Menurut Hukum Barat/BW

a) Unsur Essensialia: adalah unsur yang mutlak harusada untuk terjadinya perjanjian, agar perjanjian itusah dan ini merupakan syarat sahnya perjanjian.

contoh: dalam perjanjian jual beli yang menjadi unsuressensialia adalah para pihak, barang, dan harga

a) Unsur Naturalia: adalah unsur yang lazim melekatpada perjanjian, yaitu unsur yang tanpa diperjanjikansecara khusus dalam perjanjian secara diam-diamdengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian.

Unsur narturalia secara otomatis ada dalamperjanjian. Contohnya: itikad baik / good faith

c) Unsur Aksidentalia: unsur yang harus dimuat

atau dinyatakan secara tegas di dalam perjanjian

oleh para pihak. Misalnya, jika terjadi

perselisihan, para pihak telah menentukan

tempat yang di pilih.

2. Menurut Hukum Islam

a) Shighat al-aqad (pernyataan untuk mengikatkandiri): Yaitu harus disampaikan secara lisan/tertulissehingga dapat menimbulkan akibat hukum.

b) Al-Ma’qud alaih/mahal a-aqad (objek akad): Yaitu harus memenuhi persyaratan berupa telahada pada waktu akad diadakan, dibenarkan olehsyara’, dapat ditentukan dan diketahui, serta dapatdiserahkan pada waktu akad terjadi.

19/10/2015

3

c) Al-Muta’aqidain/al-‘aqidain (pihak-pihakyang berakad : Yaitu harus mempunyaikecakapan melakukan tindakan hukum dalampengertian telah dewasa dan sehat akalnya,apabila melibatkan anak-anak maka harusdiwakili oleh seorang wali yang harus memenuhipersyaratan berupa kecakapan, persamaanagama antara wali dengan yang diwakili, adil,amanah, dan mampu menjaga kepentinganorang yang berada dalam perwaliannya.

d) Maudhu’ al-aqad (tujuan akad) : Yaitu harus

ada pada saat akad akan diadakan, dapat

berlangsung hingga berakhirnya akad dan

dibenarkan secara syariah, dan apabila

bertentangan akan berakibat pada

ketidakabsahan dari perjanjian yang dibuat.

3. Menurut Hukum Adat

Pada dasarnya belum ada suatu aturan yangmengatur tentang unsur – unsur dalam perjanjiandalam hukum adat, namun pada dasarnya,unsurhukum perjanjian dalam hukum adat sendiri adalahmencakup kata sepakat antara para pihak untukmelakukan suatu perjanjian.

Unsur dalam perjanjian menurut hukum adat: karyabudi, gotong royong, tolong menolong, sepakat,serta konkret/tunai

C. Syarat – Syarat Perjanjian

1. Menurut Hukum Barat/BW

• Diatur dalam pasal 1320 BW

• Syarat Subjektif (Syarat yang berkenaan dengan

“Subyek Perjanjian” dan berakibat dapat dibatalkan)

• Syarat objektif (Syarat yang berkenaan dengan

“Objek Perjanjian” dan berakibat batal demi hukum)

19/10/2015

4

LANJUTAN…

• Syarat Subjektif terdiri dari:

1) Adanya kesepakatan kehendak: dimaksudkanagar suatu kontrak dianggap saah oleh hukum, kedua belah pihak mesti ada kesesuaian pendapattentang apa yang diatur oleh kontrak tersebut. Olehhukum umumnya diterima teori bahwakesepakatan kehendak itu ada jika tidak terjadinyasalah satu unsur-unsur sebagai berikut.a) Paksaan (dwang, duress)b) Penipuan (bedrog, fraud)c) Kesilapan (dwaling, mistake)

2) Kecakapan berbuat menurut Hukum : bahwa

pihak yang melakukan kontrak haruslah orang

yang oleh hukum memang berwenang membuat

kontrak tersebut. Sebagaimana pada pasal 1330

KUH Perdata menentukan bahwa setiap orang

adalah cakap untuk membuat perikatan, kecuali

undang-undang menentukan bahwa ia tidak

cakap

• Syarat Objektif terdiri dari:

1) Adanya objek/perihal tertentu: Suatu

kontrak haruslah berkenaan dengan hal yang

tertentu, jelas dan dibenarkan oleh hukum.

Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam

pasal 1332 ddan1333 KUH Perdata.

2) Kausa yang halal : Suatu kontrak haruslah dibuatdengan maksud / alasan yang sesuai hukum yang berlaku.Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-halyang bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjiantidak dilarang oleh undang-undang atau tidakbertentangan dengan kesusilaan / ketertiban umum(Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu pasal 1335 KUHPerdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yangdibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yangpalsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatanhukum.

19/10/2015

5

2. Menurut Hukum Adat

Belum ada peraturannya

3. Menurut Hukum Islam• Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati

adanya, syarat ini mengandung pengertian setiaporang pada prinsipnya bebas membuat perjanjiantetapi kebebasan itu ada batasannya yaitu tidakboleh bertentangan dengan syariah Islam baik yangterdapat dalam Alquran maupun Hadist

• Harus sama ridha dan ada pilihan, syarat inimengandung pengertian perjanjian harus didasaripada kesepakatan para pihak secara bebas dansukarela, tidak boleh mengandung unsur paksaan,kekhilafan maupun penipuan

• Harus jelas dan gamblang, sebuah perjanjian harusjelas apa yang menjadi obyeknya, hak dan kewajibanpara pihak yang terlibat dalam perjanjian

D. Akibat Hukum perjanjian

1. Menurut Hukum Barat/BW

a) Batal demi Hukum, yaitu tidak terpenuhinyasyarat objektif.

b) Dapat dibatalkan, yaitu tidak terpenuhinyasyarat subjektif.

c) Kontrak tidak dapat dilaksanakan, yaitukontrak tidak begitu saja batal tetapi dapatdilaksanakan, melainkan masih mempunyaistatus hukum tertentu.

2. Menurut Hukum Islam

• Dilakukan dengan cara penyerahan, dengan berbagaicara yaitu:

1) Secara verbal (bi al-kalam), yaitu pertemuan langsung

2) Secara tertulis (bi al-khitabah)

3) Dengan mengirim pesan melalui seseorang yang dipercaya

4) Dibuat melalui tanda-tanda atau bahasa isyarat

5) Dengan perbuatan (fi’il), melalui perantara dandilakukan secara diam - diam

19/10/2015

6

3. Menurut hukum Adat

• Dalam hukum adat, akibat hukum bila

perjanjian tidak dipenuhi adalah menjadi batal

E. Asas – asas perjanjian

1. Menurut Hukum Barat/BW

• Asas kebebasan berkontrak: Terlihat di dalampasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkanbahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuatadalah sah bagi para pihak yang membuatnyadan berlaku sebagai undang-undang bagi merekayang membuatnya. Cara ini dikatakan sistemterbuka yang artinya bahwa dalam membuatperjanjian ini para pihak diperkenankan untukmenentukan isi dari perjanjiannya dan sebagaiundang-undang bagi mereka sendiri, denganpembatasan perjanjian yang dibuat tidak bolehbertentangan dengan ketentuan undang-undang,norma kesusilaan dan ketertiban umum.

• Asas kekuatan mengikat: asas ini terdapat

dalam pasal 1338 KUHPerdata, masing-masing

pihak yang terikat dalam suatu perjanjian

harus menghormati dan melaksanakan apa

yang telah mereka perjanjikan dan tidak

diperkenankan melakukan hal yang

menyimpang atau tidak sesuai dengan

perjanjian tersebut

• Asas Konsensualisme: Perjanjian itu lahir

pada saat tercapainya kata sepakat antara

para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan

tidak memerlukan suatu formalitas. Dengan

demikian asas konsensualisme lazim

disimpulkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

19/10/2015

7

2. Menurut Hukum Islam• Dalam kontrak syari ’ ah, ketiga asas yang telah

disebutkan dalam KUH Perdata juga berlaku, namunjuga terdapat beberapa asas lain dalamkontrak/perjanjian syariah. Asas-asas tersebut antaralain:– Asas Ilahiah atau asas Tauhid– Asas Kebolehan– Asas Keadilan– Asas Persamaan– Asas Kejujuran dan Kebenaran– Asas Tertulis– Asas Kemanfaatan

1) Asas Islahiah/Asas Tauhid : Setiap tingkah laku danperbuatan manusia tidak akan luput dari ketentuan AllahSWT. Seperti yang disebutkan dalam QS.al-Hadid (57): 4yang artinya ”Dia bersama kamu di mana saja kamuberada. Dan Allah maha melihat apa yang kamukerjakan ” .Kegiatan mu ’ amalah termasuk perbuatanperjanjian, tidak pernah akan lepas dari nilai-nilaiketauhidan. Dengan demikian manusia memiliki tanggungjawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada masyarakat,tanggung jawab kepada pihak kedua,tanggung jawabkepada diri sendiri, dan tanggung jawab kepada AllahSWT.

2) Asas kebolehan (Mabda al-Ibahah): Terdapatkaidah fiqhiyah yang artinya,”Pada asasnya segalasesuatu itu dibolehkan sampai terdapat dalil yang melarang”. • Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadis

berikut ini: Hadis riwayat al Bazar dan at-Thabraniyang artinya:

• “Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal, danapa-apa yang diharamkan Allah adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka terimalah dari Allah pemaaf-Nya. SungguhAllah itu tidak melupakan sesuatupun”.

3) Asas Keadilan (Al ‘Adalah): Dalam QS. Al-Hadid (57):25 disebutkan bahwa Allah berfirman yangartinya ”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasulKami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telahKami turunkan bersama mereka al-Kitab dan Neraca(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”.Selain itu disebutkan pula dalam QS.Al A’raf (7): 29 yangartinya “Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil”.Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrakdituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkankehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telahmereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.

19/10/2015

8

4) Asas Persamaan/Kesetaraan:

Hubungan mu’amalah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupmanusia. Seringkali terjadi bahwa seseorang memiliki kelebihan dariyang lainnya.

Oleh karena itu sesama manusia masing-masing memiliki kelebihandan kekurangan. Maka antara manusia yang satu dengan yang lain, hendaknya saling melengkapi atas kekurangan yang lain dari kelebihanyang dimilikinya. Dalam melakukan kontrak para pihak menentukanhak dan kewajiban masing-masing didasarkan pada asas persamaandan kesetaraan.

Dalam QS.al-Hujurat (49): 13 disebutkan yang artinya ”Hai manusiasesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki danseorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling mengenal”

5) Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash Shidiq)Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, makaakan merusak legalitas kontrak dan menimbulkanperselisihan diantara para pihak.QS.al-Ahzab (33): 70disebutkan yang artinya, ”Hai orang –orang yang beriman,bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlahperkataan yang benar”.Suatu perjanjian dapat dikatakan benar apabila memilikimanfaat bagi para pihak yang melakukan perjanjian danbagi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkanperjanjian yang mendatangkan madharat dilarang.

6) Asas Tertulis (Al Kitabah)

Suatu perjanjian hendaknya dilakukan secara tertulis agar dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila di kemudianhari terjadi persengketaan.

Dalam QS.al-Baqarah (2); 282- 283 dapat dipahami bahwaAllah SWT menganjurkan kepada manusia agar suatuperjanjian dilakukan secara tertulis, dihadiri para saksidan diberikan tanggung jawab individu yang melakukanperjanjian dan yang menjadi saksi tersebut. Selain itudianjurkan pula jika suatu perjanjian dilaksanakan tidaksecara tunai maka dapat dipegang suatu benda sebagaijaminannya.

7) Asas Kemanfaatan dan Kemaslahatan

Asas ini mengandung pengertian bahwa semua bentuk perjanjian yangdilakukan harus mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan baikbagi para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian maupun bagimasyarakat sekitar meskipun tidak terdapat ketentuannya dalam alQur’an dan Al Hadis.

Asas kemanfaatan dan kemaslahatan ini sangat relevan dengan tujuanhukum Islam secara universal. Sebagaimana para filosof Islam di masalampau seperti al-Ghazali (w.505/1111) dan asy-Syatibi (w 790/1388)merumuskan tujuan hukum Islam berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an danal-Hadis sebagai mewujudkan kemaslahatan.

Dengan maslahat dimaksudkan memenuhi dan melindungi limakepentingan pokok manusia yaitu melindungi religiusitas, jiwa-raga,akal-pikiran, martabat, diri, dan keluarga serta harta kekayaan

19/10/2015

9

3. Menurut Hukum Adat

Dalam hukum adat juga dikenal 3 asas yang

telah diatur dalam KUH Perdata yakni asas

kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat

dan asas konsensualisme. Namun, dalam hukum

adat juga dikenal asas keseimbangan

• Asas Keseimbangan

Menurut Herlien Budiono, asas keseimbangan adalahsuatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskanpranata-pranata hukum dan asas-asas pokok hukumperjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata yangberdasarkan pemikiran dan latar belakang individualismepada satu pihak dan cara pikir bangsa Indonesia pada lainpihak.

Asas keseimbangan yang dimaksud disini adalah adanyakeseimbangan antara dunia nyata dengan nilai-nilai magis(roh-roh gaib, kepercayaan) dalam melakukan setiapperjanjian

F. Bentuk – Bentuk Perjanjian

1. Menurut Hukum Barat/BW

a) Tertulis

• Otentik :

• Dibawah tangan:

b) Tidak tertulis

• Lisan: Hanya melalui ucapan sepakat antara

dua belah pihak.

2. Menurut Hukum Islam

• Jual beli

• Mudharabah

• Rahn/gadai

• Hibah

• Shodaqoh

• Asy-Syufuah

19/10/2015

10

3. Menurut Hukum Adat

• Perjanjian kredit

• Perjanjian kampitan: dikembalikan dalam bentuk uangatau barang sejenis

• Tebasan: Terjadi jika menjual hasil tanaman mendekatimusim panen

• Perburuhan

• Panjer: Melakukan sikap dan tindak hukum di kemudian hari

• Pamenggakan: diserahkan benda-benda tertentusebagai jaminan “gadai”

• Pemeliharaan: Menyerahkan benda tertentu

untuk dipelihara pada saat hari tua

• Pertanggungan kerabat: menanggung hutang

seorang kerabat

• Tolong menolong

• Serikat: Antar kelompok – kelompok tertentu

untuk mengerjakan sesuatu atau menukar

hasilnya.

G. Batalnya Perjanjian

Kebatalan / Batal demi hukum Pembatalan

Bila suatu perjanjian tidak

memenuhi syarat objektif

Bila suatu perjanjian tidak

memenuhi syarat subjektif

Perjanjian tersebut dianggap tidak

pernah ada sebelumnya

Dilakukan atas permintaan

pembatalan dari salah satu pihak

Tidak mengikat para pihak Tetap mengikat para pihak

sepanjang tidak dimintakan

pembatalan

Perjanjian yang tidak memenuhi syarat

essensialia maka berakibat batal demi

hukum

1. Menurut Hukum Barat/BW

2. Menurut Hukum Islam

• Pembatalan akad (perjanjian) dalam fiqh disebut iqalah

• Iqalah dapat dilakukan sebelum barangnya diterima

• Bila terjadi iqalah, maka para pihak berhak mengambil kembali apa yang menjadi haknya.

• Iqalah tidak sah bila barang yang dijual telah rusak, orang yang melakukan akad telah meninggal dunia, atau harga telah naik atau turun

19/10/2015

11

3. Menurut Hukum Adat

Belum ada peraturannya

H. Berakhirnya Perjanjian

1. Menurut Hukum barat/BW

– Terjadi hapusnya perikatan dalam pasal 1381

KUHPerdata

– Kesepakatan para pihak (Pasal 1338 (2)) � para

pihak sepakat untuk diakhirinya perjanjian

– Putusan hakim

– Tercapainya tujuan perjanjian

2. Menurut Hukum Islam– Berakhirnya masa berlaku akad tersebut

– Dibatalkannya oleh pihak-pihak yang berakad, bila akad memiliki sifat yang tidak mengikat. Akad yang memiliki sifat tidak mengikat dikutip dalam pengusahamuslim.com merupakan suatu perjanjian yang mana masing-masing pihak bisa membatalkan perjanjian tanpa adanya persetujuan dari pihak lain contohnya: transaksi wakalah (perjanjian mewakilkan orang lain untuk melakukan sesuatu)

– Dalam akad yang bersifat mengikat, dianggap berakhir bila adanya unsur tipuan/rukun syarat tidak terpenuhi, berlakunya khiyar, akad tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, tercapainya tujuan akad secara sempurna

– Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia

3. Menurut Hukum Adat

Belum ada peraturannya

19/10/2015

12

I. Kapan terjadi “Wanprestasi”

Menurut Hukum

Barat/BW

Menurut Hukum Islam Menurut Hukum Adat

1. Terjadi jika debitur tidak

melaksanakan apa yang

telah dijanjikannya

1. Terjadi jika akad tidak

dilaksanakan oleh debitur.

1. Terjadi ketika melanggar

peraturan adat dan

merugikan keluarga

2. Dibuktikan dengan cara

mengeluarkan surat

peringatan yang disebut

“Somasi”

2. Kesalahan debitur bisa

terjadi jika dalam proses

pelaksanaan terdapat

kealpaan

3. Jika perjanjian tersebut

mempunyai tenggang

waktu, dan debitur

melanggarnya

J. Akibat dari “Wanprestasi”

Menurut Hukum

Barat/BW

Menurut Hukum Islam Menurut Hukum Adat

1. Membayar kerugian

yang diderita oleh kreditur.

1. Resiko ditanggung oleh

pihak yang lalai .

1. Memberi pelajaran

kepada pelanggar sesuai

dengan apa yang

dilanggarnya

2. Pembatalan perjanjian 2. Disebut sebagai akad

bay, yaitu barang yang

bukan miliknya harus

diserahkan ke rumah

pembeli dalam waktu

tertentu

3. Pengalihan risiko, yaitu

benda yang dijanjikan sejak

tidak dipenuhi kewajiban

menjadi tanggung jawab

debitur

K. Keadaan memaksa/Overmacht

1. Menurut Hukum Barat/BW

• Adalah suatu keadaan dimana debitur tidak

dapat melaksanakan prestasinya karena ada

kejadian yang terjadi di luar kekuasaannya.

• Diatur dalam pasal 1244 – 1245 KUHPerdata

• Terdiri dari keadaan memaksa absolut dan

relatif

a) Keadaan memaksa secara absolute, yaitusuatu keadaan dimana debitur sama sekalitidak dapat memenuhi prestasinya karenabencana alam.

b) Keadaan memaksa secara relatif, yaitu suatukeadaan dimana debitur masih mungkinmemenuhi prestasinya, tetapi pelaksanaanyamemiliki kemungkinan yang menyebabkandebitur tersebut sangat rugi.

19/10/2015

13

2. Menurut Hukum Islam

• Keadaan memaksa dapat disebut sebagai

keadaan darurat

• Dijelaskan dalam QS Al-Baqarah(2):73 yang

berbunyi,”Barang siapa yang dalam keadaan

terpaksa sedang ia tidak menginginkannya dan

tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa

baginya.”

3. Menurut Hukum Adat

Belum ada aturannya

Pertanyaan saat diskusi

• Bagaimana akad yang dilakukan secara lisan?

Apa ada saksinya? (Nicky)

• Apakah yang dimaksud dengan akad yang

tidak mengikat? (Rony)

• Dalam hal apa yang dimaksud dengan asas

keseimbangan? (Navisah)

Tanggapan saat diskusi

• Menurut Faiz, akad yang tidak mengikat

merupakan hanya sebatas perjanjian untuk

melakukan suatu perbuatan saja.

• Menurut Bimo, akad yang tidak mengikat

contohnya akad dalam perkawinan (sudah

terjadi akad) tetapi ternyata ada unsur

pembatalan, atau akad belum terjadi

19/10/2015

14

Daftar pustaka

BUKU:

• Elsi Kartika Sari, Hukum dalam Ekonomi, Grasindo, Jakarta, 2007.

• Herlien Budiono, Ajaran Umum HukumPerjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, Bandung, Citra Aditya, 2010.

• Rahmani Timorita Yulianti, La Riba JurnalEkonomi Islam (Asas asas Perjanjian dalamKontrak Syariah), Vol II, No 1, Juli, 2008.

Internet

• http://alveesyukri.blogspot.co.id/2011/01/hukum-perjanjian.html

• https://oemiy.wordpress.com/2010/12/30/keadaan-memaksa-overmacht-dalam-hukum-perdata/

• http://www.scribd.com/doc/58071768/Tinjauan-Hukum-Islam-Terhadap-Overmacht#scribd

• http://sciencebooth.com/2013/05/27/konsekuensi-hukum-akibat-tidak-terpenuhinya-persyaratan-perjanjian/

• http://al-aziz-imronrosadi.blogspot.co.id/2013/07/hukum-perjanjian-dalam-prespektif-hukum.html

• https://sholawatdotcom.wordpress.com/telaah-hadist-tentang-akad-perjanjian-dalam-hukum-bisnis-islam/

• https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar-hukum-perjanjian/

• http://bowolampard8.blogspot.co.id/2011/12/hukum-perjanjian-adat.html

• http://digilib.uinsby.ac.id/8046/5/bab%202.pdf

• http://antikadpurie.blogspot.co.id/2013/04/syarat-syarat-sahnya-perjanjian-kontrak.html diakses pada tanggal 15 September 2015

• http://nurul-jendelabaru.blogspot.co.id/2014/09/hukum-perjanjian-islam.html diakses pada tanggal 15 September 2015

• http://sangkoeno.blogspot.co.id/2015/01/syar

at-syarat-perjanjian-dan-unsur.html

• https://shantidk.wordpress.com/2009/07/15/

perjanjian-syariah/

19/10/2015

1

Perbandingan Hukum Perdata

Rony Dio Feriansyah 125010100111149 (05)

Nicky Anggraita 125010100111166 (06)

Cyndiarnis C. Putri 125010100111170 (08)

Cokorda Gde Semara Putra 125010107111072 (19)

Dian Fitriana 125010107111237 (20)

PENGERTIAN PERJANJIAN

• Menurut KUHPerdata

Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkandirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbulah suatuhubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang didalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian adalahsumber perikatan.

• Menurut Hukum Adat

Pada dasarnya hampir sama dengan perjanjian pada sistem hukum lain, akantetapi pada hukum adat dimana para pihak saling mengikatkan diri untukmelakukan suatu perbuatan dan yang membedakan dengan sistem hukum lainadalah pada hukum adat perjanjian in itidak semata menyangkut hubungan hartakekayaan saja, melainkan dapat pula berwujud perbuatan ataupun balas budi.

• Menurut Hukum Islam

Perjanjian dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah mu’ahadah ittifa’ atau akad.Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya, dan di dalamAl Quran setidaknya ada dua istilah yang berkaitan dengan perjanjian yaitu kataakad (al-aqadu) yang berarti perikatan atau perjanjian, dan kata ‘ahd (al-ahdu)yang berarti masa, pesan, penyempurnaan dan janji atau perjanjian.

واحدةكقطعةفيصبحايتصالحتىباألخراحدهمايشذ وحبلينطرفيجمعArtinya: “mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sepotong benda”.

UNSUR-UNSUR PERJANJIAN (1)

Menurut KUHPerdata• Pihak-pihak yang melakukan perjanjian, pihak-pihak dimaksud adalah subjek perjanjian.

• Consensus antar para pihak.

• Objek perjanjian.

• Tujuan dilakukannya perjanjian yang bersifat kebendaan atau harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.

• Bentuk perjanjian yang dapat berupa lisan maupun tulisan.

Bagian Perjanjian:

• Bagian Esensialia, merupakan suatu hal yang harus ada dalam perjanjian. Seperti parapihak, objek, harga, dll

• Bagian Naturalia, bagian perjanjian yang menurut sifatnya telah melekat meskipun tidakdiperjanjikan. Seperti dalam jual beli biaya penyerahan dipikul oleh si penjual.

• Bagian Accidentalia, merupakan bagian yang bebas diperjanjikan oleh para pihak. Seperti jangka waktu pembayaran, dll

UNSUR-UNSUR PERJANJIAN (2)

Menurut Hukum Adat

• Kesepakatan yang dikaitkan dalam suatu

bentuk persetujuan bersama.

• Tanda ikatan sesuai dengan sifat hokum adat

yang konkrit.

19/10/2015

2

UNSUR-UNSUR PERJANJIAN (3)

Menurut Hukum Islam

• Shighat al-aqad (pernyataan untuk mengikatkan diri), harus disampaikan secaralisan/tertulis sehingga dapat menimbulkan akibat hukum.

• Al-Ma’qud alaih/mahal a-aqad (objek akad), harus memenuhi persyaratan berupatelah ada pada waktu akad diadakan, dibenarkan oleh syara’, dapat ditentukan dandiketahui, serta dapat diserahkan pada waktu akad terjadi. (syara’ adalah normaatau hukum dasar yang ditetapkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad yang wajibdiikuti umat islam berdasar ahklak dan keyakinan)

• Al-Muta’aqidain/al-‘aqidain (pihak-pihak yang berakad), harus mempunyaikecakapan melakukan tindakan hukum dalam pengertian telah dewasa dan sehatakalnya, apabila melibatkan anak-anak maka harus diwakili oleh seorang wali yangharus memenuhi persyaratan berupa kecakapan, persamaan agama antara walidengan yang diwakili, adil, amanah, dan mampu menjaga kepentingan orang yangberada dalam perwaliannya.

• Maudhu’ al-aqad (tujuan akad), harus ada pada saat akad akan diadakan, dapatberlangsung hingga berakhirnya akad dan dibenarkan secara syariah, dan apabilabertentangan akan berakibat pada ketidakabsahan dari perjanjian yang dibuat.

SYARAT PERJANJIAN (1)

Menurut KUHPerdata

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang HukumPerdata, yang terdiri dari empat syarat yaitu:

• Adanya kata sepakat mereka yang mengikatdiri;

• Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

• Suatu hal tertentu;

• Suatu sebab yang halal.

SYARAT PERJANJIAN (2)

Menurut Hukum Adat

Pada dasarnya menurut hukum adat Syarat yang terpening adalah rasa kebersamaanpada masyarakat yang diwujudkan dalam Gotong Royong, Balas budi, dan TolongMenolong.

Syarat lain yang juga terdapat pada perjanjian dalam hukum adat adalah:

• Tunai

Diartikan bahwa pelaksanaan jual beli dan peralihan hak atas tanah dari penjualkepada pembeli dianggap telah terjadi pada saat para pihak menyatakankesepakatan. Meskipun jual beli itu pembayarannya tidak tunai dalam arti sehari-hari, hal tersebut bukan merupakan suatu yang pokok dan dianggap sebagai suatuutang-piutang antara penjual dan pembeli.

• Terang

Diartikan bahwa pelaksanaan jual beli hak atas tanah harus dibuat dihadapanpejabat yang berwenang dan dihadiri oleh para saksi. Tambahan dua persyaratanitu merupakan unsur-unsur yang diambil dari unsur-unsur sistem hukum tanahadat yang telah diadopsi menjadi unsur-unsur dalam sistem hukum tanah nasional

SYARAT PERJANJIAN (3)

Menurut Hukum Islam

• Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya, syarat ini mengandungpengertian setiap orang pada prinsipnya bebas membuat perjanjian tetapi kebebasanitu ada batasannya yaitu tidak boleh bertentangan dengan syariah Islam baik yangterdapat dalam Alquran maupun Hadist. Apabila syarat ini tidak terpenuhi maka akanmempunyai konsekuensi yuridis perjanjian yang dibuat batal demi hukum. Syaratsahnya perjanjian ini menurut Hukum Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian yangdiatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebut dengan kausa halal.

• Harus sama ridha dan ada pilihan, syarat ini mengandung pengertian perjanjian harusdidasari pada kesepakatan para pihak secara bebas dan sukarela, tidak bolehmengandung unsur paksaan, kekhilafan maupun penipuan. Apabila syarat ini tidakterpenuhi dan belum dilakukan tindakan pembatalan maka perjanjian yang dibuat tetapdianggap sah. Syarat sahnya perjanjian ini menurut Hukum Perdata mengenai syaratsahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebut dengankesepakatan (konsensualisme).

• harus jelas dan gamblang, sebuah perjanjian harus jelas apa yang menjadi obyeknya,hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian. Apabila syarat ini tidakterpenuhi maka perjanjian yang dibuat oleh para pihak batal demi hukum sebagaikonsekuensi yuridisnya. Syarat sahnya perjanjian ini menurut Hukum Perdata mengenaisyarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebut denganadanya obyek tertentu.

19/10/2015

3

AKIBAT HUKUM (1)

Menurut KUHPerdata

• Akibat dari adanya perjanjian ini diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata, diantaranya:

• Semua perjanjian yang dibuat secara sah menurut undang-undang bagimereka yang membuatnya.

• Perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat ataupersetujuan kedua belah pihak.

• Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Menurut Hukum Adat

• Mengikat kedua belah pihak, namun hanya sebatas kepercayaan antarasatu sama lain. Karena dalam hukum adat, perjanjian dilakukan bukanunuk kepentingan kekayaan individu, melainkan rasa tolong menolong dankekeluargaan.

AKIBAT HUKUM (2)

Menurut Hukum Islam• Perjanjian bukanlah perikatan moral tetapi perikatan hukum yang

memiliki akibat hukum. Akibat hukum dari perjanjian yang sah

adalah berlakunya perjanjian sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Yang dimaksud dengan berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatanya, adalah bahwa

kesepakatan yang dicapai oleh para pihak dalam perjanjian

mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya suatu undang-

undang. Para pihak dalam perjajian tidak boleh keluar dari

perjanjian secara sepihak, kecuali apabila telah disepakati oleh para

pihak atau apabila berdasarkan pada alasan- alasan yang diatur oleh

undang- undang atau hal- hal yang disepakati dalam perjanjian.

ASAS-ASAS PERJANJIAN (1)

Menurut BW

• Asas Kebebasan Berkontrak

Bahwa setiap orang bebas untuk menentukan akan melakukan perjanjian dengan siapa,

dengan isi apapun dengan obyek apapun, dan dengan bagaimana pun bentuknya.

• Asas Konsensualisme

Asas bahwa perjanjian sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat (konsensus).

• Asas Pacta Sunt Servanda

Perjanjian berlaku mengikat seperti undang-undang bagi para pihak.

Menurut Hukum Adat

• Berdasarkan hukum tanah di Indonesia, asas terang, tunai, riil.

• Yang dimaksud terang adalah dibuat dihadapan pejabat yang berwenang. Tunai adalah tunai

yang sebenar-benarnya sedangkan riil adalah dengan disaksikan oleh saksi-saksi yang dapat

dipercaya berkaitan dengan para pihak dan obyek tanah. Saksi-saksi yang dimaksud dalam

asas riil tersebut seperti Kepala Desa, Lurah dan Camat. Ketiga asas tersebut merupakan

pedoman bagi para hakim di pengadilan dalam memberi putusan terhadap kasus-kasus tanah

yang terjadi di masyarakat.

ASAS-ASAS PERJANJIAN (2)

Menurut Hukum Islam

• Al-Hurriyah (kebebasan)

Asas ini merupakan unsur dasar dalam hukum perjanjian Islam, dalam artian parapihak bebas membuat perjanjian atau akad.

• Al-Musawah (Persamaan atau Kesetaraan)

Asas ini mengandung arti bahwa para pihak mempunyai kedudukan yang sama, sehingga dalam menentukan suatu akad/perjanjian setiap pihak mempunyaikedudukan/kesetaraan yang seimbang. (Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 13)

• Al-Adalah (Keadilan)

Pelaksanaan asas ini dalam suatu akad menurut para pihak untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan memenuhi semua kewajiban.

• Al-Ridha (Kerelaan)

Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasarkerelaan antara masing-masing pihak,tanpa adanya tekanan, penipuan.

19/10/2015

4

BENTUK-BENTUK PERJANJIAN

Menurut BW

• Tertulis dan tidak tertulis.

• Contoh: Perjanjian Jual Beli, Perjanjian Sewa menyewa, Perjanjian sewa beli, Perjanjian pinjam pakai, dan lain-lain.

• Menurut Hukum Adat

• Tertulis dan tidak tertulis, akan tetapi kebanyakan tidak tertulis karena padahukum adat perjanjian didasari atas kepercayaan.

• Contoh: Perjanjian-perjanjian tanah dan yang berhubungan dengan tanah. Perjanjian kempitan, salah satu pihak menitipkan barang, Perjanjian tebasan, dimana seseorang menjual hasil panennya, Perjanjian pemegangkan, dimana salahsatu pihak menyerahkan barang sebagai jaminan, dll

• Menurut Hukum Islam

• Tertulis dan tidak tertulis

• Contoh: Jual beli, Pemindahan hutang, Perwakilan, Kerjasama bagi hasil, dll

BATALNYA PERJANJIAN

Menurut BW

• Perjanjian dibuat karena ada paksaan, kekhilafan, atau penipuan

• Perjanjian yang dibuat tidak sesuai dengan syarat sahnya perjanjian berdasar pasal1320 KUHPerdata. Dengan konsekuensi dapat dibatalkan jika tidak terpenuhi syaratsubjektif, dan batal demi hukum apabila syarat objekif tidak terpenuhi.

Menurut Hukum Adat

• Tidak ada pengaturan yang mengatur batalnya perjanjian dalam sistem hukum adat, akan tetapi dikarenakan batalnya perjanjian pada umumnya diakibatkan tidakterpenuhinya syarat perjanjian maka dapat pula disimpulkan bahwa perjanjiandikatakan batal bilamana tidak sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakatadat seperti norma hukum adat dan norma agama

Menurut Hukum Islam

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah suatu akad dikatakan batal apabila:

• Ghalath atau khilaf, yang dimaksud disini adalah apabila kekhilafan tersebut mengenaisuatu hal yang menjadi pokok perjanjian

• Dilakukan dibawah paksaan atau ikrah

• Adanya suatu tipuan atau taghrir

• Adanya penyamaran atau ghubn, maksud dari penyamaran ini adalah dimana apabilatidak ada kesetaraan mengenai prestasi dengan imbalan dalam suatu akad

BERAKHIRNYA PERJANJIAN (1)

Menurut BW:

Berakhirnya perjanjian:

• Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.

• Batas berlakunya suatu perjanjian ditentukan oleh undang-undang

• Perjanjian menjadi hapus dengan terjadinya suatu peristiwa baik yangditentukan oleh para pihak maupun undang-undang

• Pernyataan menghentikan perjanjian baik oleh kedua belah pihak maupunoleh salah satu pihak (Opzegging).

• Adanya putusan hakim

• Tujuan perjanjian telah tercapai

• Dengan adanya perjanjian para pihak (Heroping)

• Dalam KUHPerdata tidak disebutkan mengenai bagaimana berakhirnyaperjanjian, namun disebutkan mengenai bagaimana hapusnya perikatandalam Pasal 1381, antara lain: Pembayaran, Penawaran tunai disertaidengan penitipan, Pembaharuan hutang, Perjumpaan hutang,Percampuran hutang, Pembebasan hutang, Musnahnya benda yangterhutang, Kebatalan /pembatalan, Berlakunya syarat batal, Kadaluarsaatau lewat waktu

BERAKHIRNYA PERJANJIAN (2)

Menurut Hukum Adat

• Dalam Hukum Adat, berakhirnya perjanjian dianggap selesai ketika kedua belahpihak telah melaksanakan kewajibannya atau telah terjadi pemenuhan prestasi.

Menurut Hukum Islam

Para ulama menyatakan suatu akad dapat berakhir apabila:

• Berakhirnya masa berlaku akad tersebut, apabila akad tersebut memiliki tenggangwaktu.

• Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidakmengikat.

Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dianggap berakhir jika:

• jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan, salah satu rukun atausyarat tidak terpenuhi.

• Berlakunya Khiyar.

• Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.

• Tercapainya tujuan akad itu secara sempurna.

• Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia untuk akad-akad tertentumisalnya: sewa-menyewa, ar-rahn, al-wakalah, al-kafalah.

19/10/2015

5

KAPAN TERJADI “WANPRESTASI”

Menurut BW

Seseorang dikatakan melakukan wanprestasi bilamana:

• Tidak melaksanakan prestasi sama sekali

• Melaksanakan prestasi namun terlambat

• Melaksanakan prestasi akan tetapi tidak sesuai (salah)

• Melakukan perbuatan yang diarang dalam perjanjian

Menurut Hukum Adat

• Tidak diatur, karena perjanjian dalam Hukum Adat dilandasi asaskepercayaan.

Menurut Hukum Islam

• Wanprestasi dalam hukum islam yaitu dimana bila debitur yang telahmelakukan ijab akan tetapi tidak melakukan apa yang telah ia ijabkan, ataumelaksanakan tetapi tidak sesuai atau terlambat.

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI

Menurut BW

• Pemenuhan prestasi

• Pemenuhan prestasi dan ganti rugi

• Pembatalan prestasi

• Pembatalan prestasi dan ganti rugi

• Ganti rugi

Menurut Hukum Adat

• Di dalam Masayarakat adat dalam hal melakukan perjanjian maupun dalam hal

adat istiadat selalu menggunakan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan adalah

suatu value (nilai) norma yang didasarkan pada prinsip-prinsip kerohanian.

Menurut Hukum Islam

• Ganti rugi:

– Ganti rugi karena kelalaian ingkar akad (daman al’akd)

– Ganti rugi karena untuk tanggung jawab perdata (daman al’udwan)

KEADAAN MEMAKSA/OVERMACHT (1)

Menurut BW

• Keadaan memaksa dalam Hukum adalah keadaan yang menyebabkanbahwa suatu hak dan suatu kewajiban dalam suatu perhubungan hukumtidak dapat dilaksanakan.

• Keadaan memaksa ini dapat bersifat “absoluut” atau ”relatief”.– “Absoluut” � Kalau keadaan memaksa mengakibatkan, bahwa suatu hak atau

kewajiban dalam perhubungan hukum sama sekali tidak dapat dilaksanakanoleh siapapun juga dan bagaimana pun juga.

– “Relatief” � Apabila oleh karena keadaan itu pelaksanaan hak-hak dankewajiban-kewajiban pada suatu perhubungan hukum tidak dapat dibilangkansama sekali tidak dapat terjadi bagaimanapun juga, akan tetapi demikiansukarnya dan dengan pengorbanan dari yang harus melaksanakan, sedemikianrupa, sehingga patutlah, bahwa keharusan untuk melaksanakan hak-hak dankewajiban-kewajiban yang bersangkutan dianggap lenyap.

• Diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata

Menurut Hukum Adat

• Tidak dikenal adanya overmacht.

KEADAAN MEMAKSA/OVERMACHT (2)

Menurut Hukum Islam

• Dalam Islam istilah overmacht dikenal dengan istilah al-darurat dan ikrah yang

diberi arti merusak atau memberi mudharat, keadaan sangat merusak atau sangat

memaksa, kebutuhan yang amat mendesak dan amat berbahaya apabila tidak

terpenuhi.

• Pengaturan mengenai overmacht diatur dalam Surah Al Baqarah: 173.

19/10/2015

6

BW Hukum Adat Hukum Islam

Definisi

Perjanjian

Perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain

atau lebih.

Para pihak saling

mengikatkan diri untuk

melakukan suatu

perbuatan dan tidak

semata menyangkut

hubungan harta kekayaan

saja, melainkan dapat

berwujud perbuatan

ataupun balas budi

Perjanjian dalam

bahasa Arab dikenal

dengan istilah

mu’ahadah ittifa’

atau akad.

Unsur

Perjanjian

1. Para pihak

2. Konsensus

3. Objek perjanjian

4. Tujuan perjanjian

5. Bentuk perjanjian

1. Kesepakatan yang

dikaitkan dlm bentuk

persetujuan bersama.

2. Tanda ikatan sesuai

dengan sifat hukum

adat yang konkrit.

1. Shighat al-aqad

2. Al-Ma’qud alaih

/mahal a-aqad

3. Al-Muta’aqidain

/al-‘aqidain

4. Maudhu’ al-aqad

Syarat 1. Cakap

2. Sepakat

3. Causa yang halal

4. Hal tertentu

1. Tunai

2. Terang

3. Gotong Royong

4. Balas Budi

5. Tolong Menolong

1. Tidak menyalahi

hukum syariah

2. Ridha dan ada

pilihan

3. Jelas dan

gamblang

BW Hukum Adat Hukum Islam

Akibat

Hukum

1. Semua perjanjian

yang dibuat secara

sah megikat spt UU

bagi mereka yang

membuatnya.

2. Perjanjian tidak

dapat ditarik kembali

selain dgn kata

sepakat/persetujuan

kedua belah pihak.

3. Dilaksanakan dengan

itikad baik.

Mengikat kedua belah

pihak, namun hanya

sebatas kepercayaan

antara satu sama lain

Berlakunya perjanjian

sebagai undang-undang

bagi mereka yang

membuatnya

Asas-Asas 1. Asas Kebebasan

Berkontrak

2. Asas Konsensuil

3. Pacta Sunt Servanda

1. Terang

2. Tunai

3. Riil

1. Al-Hurriyah

2. Al-Musawah

3. Al-Adalah

4. Al-Ridha

Bentuk

Perjanjian

Tertulis dan tidak tertulis Tertulis dan tidak

tertulis, namun

kebanyakan tidak

tertulis

Tertulis dan tidak tertulis

BW Hukum Adat Hukum Islam

Batalnya

Perjanjian

1. Mengandung unsur

paksaan, kekhilafan,

atau penipuan

2. Tidak memenuhi

Pasal 1320 BW

Tidak sesuai dengan

norma, baik norma

adat maupun norma

hukum

1. Ghalath atau khilaf

2. Dilakukan dibawah

paksaan atau ikrah

3. Adanya tipuan/taghrir

4. Adanya penyamaran

atau ghubn

Berakhirnya

Perjanjian

1. Ditentukan dalam

perjanjian oleh para

pihak.

2. Batas berlakunya

suatu perjanjian

ditentukan oleh

undang-undang

3. Perjanjian menjadi

hapus dengan

terjadinya suatu

peristiwa baik yang

ditentukan oleh

para pihak maupun

undang-undang

Perjanjian dianggap

selesai ketika kedua

belah pihak telah

melaksanakan

kewajibannya atau

telah terjadi

pemenuhan prestasi

1. Berakhirnya masa

berlaku akad

tersebut, apabila akad

tersebut memiliki

tenggang waktu.

2. Dibatalkan oleh

pihak-pihak yang

berakad, apabila akad

itu sifatnya tidak

mengikat.

Dalam akad yang bersifat

mengikat:

1. Jual beli itu fasad

BW Hukum Adat Hukum Islam

4. Opzegging.

5. Adanya putusan

hakim

6. Tujuan perjanjian

telah tercapai

7. Dengan adanya

perjanjian para

pihak (Heroping)

2. Berlakunya Khiyar.

3. Akad tdk dilaksanakan

oleh salah satu pihak.

4. Tercapainya tujuan

akad itu secara

sempurna.

5. Salah satu pihak yang

berakad meninggal

dunia utk akad ttt

Kapan

Terjadi

Wanprestasi

1. Tidak melaksanakan

prestasi sama sekali

2. Melaksanakan

prestasi namun

terlambat

3. Melaksanakan

prestasi akan tetapi

tidak sesuai (salah)

4. Melakukan

perbuatan yang

diarang dalam

perjanjian

Tidak diatur, karena

perjanjian dalam

Hukum Adat dilandasi

asas kepercayaan.

Bila debitur yang telah

melakukan ijab akan

tetapi tidak melakukan

apa yang telah ia ijabkan,

atau melaksanakan tetapi

tidak sesuai atau

terlambat

19/10/2015

7

BW Hukum Adat Hukum Islam

Akibat

Hukum

Wanprestasi

1. Pemenuhan

prestasi

2. Pemenuhan

prestasi dan ganti

rugi

3. Pembatalan prestasi

4. Pembatalan prestasi

dan ganti rugi

5. Ganti rugi

Tidak diatur 1. Ganti rugi karena

kelalaian ingkar akad

(daman al’akd)

2. Ganti rugi karena

untuk tanggung

jawab perdata

(daman al’udwan)

Keadaan

Memaksa

atau

Overmacht

Keadaan memaksa

dalam Hukum adalah

keadaan yang

menyebabkan bahwa

suatu hak dan suatu

kewajiban dalam suatu

perhubungan hukum

tidak dapat

dilaksanakan.

Pasal 1244 dan 1245

KUHPerdata

Tidak diatur Dikenal dengan istilah al-

darurat dan ikrah yang

diberi arti merusak atau

memberi mudharat,

keadaan sangat merusak

atau sangat memaksa,

kebutuhan yang amat

mendesak dan amat

berbahaya apabila tidak

terpenuhi.

Surah Al-Baqarah: 173

DAFTAR PUSTAKA

• Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta, 2006.

• Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi : Guide Line untuk Membeli Polis Asuransi yang Tepat dari Perusahaan Asuransi yang Benar, BPFE, Yogyakarta, 1995.

• Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariahdi Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006.

• Hendi Suhendi, Fiqh Mumalah: Membahas Ekonomi Islam Kedudukan Harta, HakMilik, Jual Beli, Bunga Bank dan Riba, Musyarakah, Ijarah, Mudayanah, Koperasi, Asuransi, Etika Bisnis dan lain-lain, cet. V, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.

• Hilman Hadikusuma, Hukum Perjanjian Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.

• Nasrun Harun, Fiqh Muamalat, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000.

• R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

• R. Subekti, Perbandingan Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.

• --------------, Hukum Perjanjian. Cet.19., Intermasa, Jakarta, 2002.

• R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perdata, Bale Bandung, Bandung, 1987.

DAFTAR SKRIPSI

• Hardianto Siagian, 2010, Overmacht Menurut Hukum Positif danHukum Islam, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

DAFTAR THESIS

• Rony Fauzi, 2010, PEMBATALAN AKTA JUAL BELI YANG DIBUAT DIHADAPAN PPAT OLEH PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PADANG (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor : 03/PDT.G/2008/PN.PDG tanggal 07 Juli 2008), Magister KenotariatanFakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.

DAFTAR JURNAL

• Binardo Sidabutar, 2015, UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM OLEH PEMILIK RUMAH DALAM MENCEGAH KERUGIAN AKIBAT WANPRESTASI PENYEWA TERHADAP KEBIASAAN MASYARAKAT ADAT BATAK (Studi Kasus di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau), Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang.

DAFTAR WEBSITE

• Asas hukum perjanjian islam, 2013, http://mitra-usaha-stienu-

jepara.blogspot.co.id/2013/01/asas-asas-hukum-perjanjian-islam.html, (diakses 16 September

2015)

• Awaliatun Nikmah, 2012, Perbandingan Hukum Perjanjian Dalam Sistem Hukum Islam dengan

Sistem Hukum Eropa Kontinental (online),

http://nikmahmukhlisin.blogspot.co.id/2012/12/perbandinganhukum-perjanjiandalam.html,

(diakses 16 September 2015)

• Eko Setiawan, 2013, Wanprestasi Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam (online),

http://gudang-science.blogspot.co.id/2013/06/wanprestasi-menurut-hukum-perdata-dan.html,

(diakses 16 September 2015)

• Heri Wibowo, 2011, HUKUM PERJANJIAN (ADAT) (online),

http://bowolampard8.blogspot.co.id/2011/12/hukum-perjanjian-adat.html, (diakses 16

September 2015)

• Imron Rosadi, 2013, HUKUM PERJANJIAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM (QUR’AN DAN

HADIS) (online), http://al-aziz-imronrosadi.blogspot.co.id/2013/07/hukum-perjanjian-dalam-

prespektif-hukum.html, (diakses 16 September 2015)

• Muh Rofiq Nasihudin, 2010, PERJANJIAN DALAM ISLAM (online), http://pendidikan-

hukum.blogspot.co.id/2010/11/perjanjian-dalam-islam.html, (diakses 16 September 2015)

• Rahmad Hendra, 2013, Perjanjian (online),

http://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/Berakhirnya-Perjanjian.pdf, (diakses 16

September 2015)

• Yanlua Mohdar, 2010, Hukum Perikatan Islam (online),

http://yanluamohdar2010.blogspot.co.id/2014/04/hukum-prikatan-islam.html, (diakses 16

September 2015)