MEMBACA KRITIS

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pendidikan dan teknologi semakin terus maju dan berkembang, dan pendidikan adalah salah satu yang sangat berpengaruh dalam proses belajar agar peserta didik mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, karena lingkungan merupakan suatu yang sangat berperan dalam membentuk watak dan kepribadian, karena hal tersebut akan menimbulkan perubahan dalam diri siswa. Fungsi pengajar adalah untuk mengarahkan proses agar sasran dapat mencapai proses yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi seorang yang biasa saja, namun mampu membantu mereka agar menjadi seseorang yang lebih berkompeten dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya pendidikan 1

Transcript of MEMBACA KRITIS

Page 1: MEMBACA KRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pendidikan dan

teknologi semakin terus maju dan berkembang, dan pendidikan adalah salah satu

yang sangat berpengaruh dalam proses belajar agar peserta didik mampu

menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, karena lingkungan

merupakan suatu yang sangat berperan dalam membentuk watak dan kepribadian,

karena hal tersebut akan menimbulkan perubahan dalam diri siswa. Fungsi

pengajar adalah untuk mengarahkan proses agar sasran dapat mencapai proses

yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya mempersiapkan peserta

didik untuk menjadi seorang yang biasa saja, namun mampu membantu mereka

agar menjadi seseorang yang lebih berkompeten dalam menjalani kehidupan

sehari-hari. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk memperbaiki

kualitas kehidupan dan pengembangan manusia yang bermutu serta bermartabat.

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru dihadapkan dengan masalah

peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam penguasaan

materi pembelajaran. Peserta didik yang memiliki intelektual diatas rata-rata

biasanya mempunyai penalaran yang bagus dan menguasai materi dengan baik,

namun peserta didik yang memiliki intelektual di bawah rata-rata terkadang sulit

untuk memahami setiap materi yang telah diajarkan oleh guru. Hasil wawancara

baik dengan pihak guru bahasa Indonesia maupun siswa di SMPN 17 Kota Serang

1

Page 2: MEMBACA KRITIS

2

belum berhasil efektif, dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari out put sisiwa yang

belum memusakan. Keterampilan berbahasa mereka belum mantap. Kemampuan

membaca kritis masih banyak menunjukkan kekurangan. Siswa kurang mampu

memahami isi teks tanggapan kritis secara baik. Oleh karena itu para pengajar

perlu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan berbahasa yang di

maksud adalah kemampuan membaca kritis. Sebab bila siswa dapat membaca

kritis, menunjukkan bahwa siswa setidaknya mampu memahami isi teks

tanggapan kritis.

Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

penting dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan terampil berbahasa, seseorang

dapat mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan perasaannya kepada orang lain

baik secara lisan maupun secara tulisan. Keterampilan dan kemampuan berbahasa

sangat berhubungan erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa.

Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan

pikirannya

Untuk dapat menciptakan efek berkomunikasi yang baik tersebut,

diperlukan empat keterampilan berbahasa pokok yang harus tetap dibina dan

dikembangkan. Keterampilan berbahasa itu, yaitu: keterampilan menyimak,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Keterampilan membaca diperlukan dalam membuka cakrawala wawasan dan

menambah ilmu pengetahuan. Sedangkan keterampilan menulis diperlukan dalam

mengungkapkan dan mempublikasikan gagasan-gagasan serta ide pikiran dalam

bentuk tulisan. Begitu juga halnya dengan keterampilan menyimak dan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 3: MEMBACA KRITIS

3

keterampilan berbicara sangat diperlukan dalam membina komunikasi lisan

dengan orang lain. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut mempunyai

hubungan yang erat antara aspek keterampilan yang satu dengan aspek

keterampilan yang lainnya. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya membahas

hubungan antara keterampilan membaca dengan keterampilan menulis.

Khususnya keterampilan membaca pemahaman dengan keterampilan menulis

ringkasan.

Membaca secara kritis berarti kita harus membaca secara analisis dan

dengan penilaian. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis dan

pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk pengertian

baru. Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu

strategi membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan

penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran

penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan. Dengan membaca kritis,

pembaca dapat pula memahami lebih dalam apa yang dibacanya dan dia pun akan

mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca

tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi

ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-

baiknya.

Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk

menemukan bukan hanya mengenai keseluruhan kebenaran mengenai apa yang

ditulis, tetapi juga menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan

apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca menemukan bukan hanya apa

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 4: MEMBACA KRITIS

4

yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia sudah melakukan

membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman.

Melalui observasi di SMPN 17 Kota Serang yang saya dapatkan ternyata

banyak ditemukannya permasalahan mengenai kemampuan membaca, salah

satunya membaca kritis. Sesuai dengan kurikulum 2013 saat ini, bahwa

pembelajaran di sekolah menengah berbasis teks. Teks tanggapan kritis adalah

salah satu yang di pilih dalam penelitian ini. Karena dirasakan bahwa para siswa

masih kurang memahami bacaan serta kurang memberikan pikiran dan

gagasannya setelah membaca isi teks tanggapan kritis misalnya: 1) Dalam

membaca cerita rakyat siswa terkadang kurang memahami isi teks cerita. 2)

Dalam hal menaggapi teks tersebut mereka kurang memahami karena isi bacaan

yang tidak di mengerti oleh peserta didik .

Berdasarkan uraian singkat di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti

lebih lanjut masalah ini. Agar dapat terlihat hubungan membaca kritis dengan

kemampuan memahami isi teks tanggapan kritis. Dengan penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi teks

tanggapan kritis dan penulis memilih untuk melakukan penelitian di salah satu

sekolah menengah pertama yang berada di Provinsi Banten, yaitu di SMPN 17

Kota Serang.

1.2 Kajian Relevan

Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah jurnal yang yang dilakukan

oleh Arief Muttaqiin dan Wahyu Sopandi (.Jurnal Ilmu Pendidikan dan

Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015) Dalam penelitian ini Arief Muttaqien dan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 5: MEMBACA KRITIS

5

Wahyu Sopandi menelaah tentang hubungan antara kemampuan membaca kritis

dalam pembelajaran penemuan dan kemampuan berpikir kritis siswa, sedangkan

dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Hubungan Membaca Kritis Dengan

Kemampuan Memahami Isi teks tanggapan kritis (uji coba kelas IX SMPN 17

Kota Serang).

Dilihat dari segi perbedaan dengan jurnal Arief Muttaqiin dan Wahyu Sopandi

yaitu: Pertama, meneliti di sekolah dan kelas yang berbeda serta lokasi penelitian

atau sumber data yang berbeda pula. Jika, Arief Muttaqiin dan Wahyu Sopandi

melakukan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Tut Wuri Handayani kelas

VII, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMPN 17 Kota Serang kelas IX.

Kedua, dalam penelitian Arief Muttaqiin dan Wahyu Sopandi mengaitkan dengan

pembelajaran penemuan dan kemampuan berpikir kritis.

Dilihat dari segi persamaannya, yaitu: Pertama, sama-sama meneliti tentang

keterampilan membaca kritis dalam proses pembelajaran. Kedua, Memiliki tujuan

yang sama yaitu ingin mengetahui seberapa besar membaca kritis siswa dalam

kegiatan pembelajaran membaca.

Najmi Hayati, dan Atmazaki serta Abdurrahman dalam (Jurnal Bahasa, Sastra

dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015) memberikan penjelasan

secara kompehersif tentang membaca kritis serta di korelasikan dengan

kemampuan membuat artikel yang menarik.

Penelitian ini menitikberatkan kepada kemampuan membaca kritis agar

peserta didik dapat membuat artikel yang menarik untuk di baca bukan hanya itu

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 6: MEMBACA KRITIS

6

dalam artikel ini di sebutkan beberapa hal yang berkaitan dengan membaca kritis

antara lain tujuan membaca kritis,tata cara membaca kritis DLL.

Adapun yang menjadi persamaan dalam skripsi yang saya buat adalah adanya

suatu penelitian yang mendalam tentang membaca kritis dimana siswa di tuntut

bukan hanya sekedar membaca dan memahami tetapi lebih dari itu dapat

melakukan koreksi konstruktif agar siswa mampu untuk memahami lebih

mendalam apa yang di baca oleh siswa.

Selanjutnya yang menjadi perbedaan ialah dalam jurnal ini mengaitkan

membaca kritis dengan kemampuan untuk menulis artikel yang menarik agar

nantinya peserta didik bukan hanya membaca tetapi dapat menulis isi pemikiran

yang berkaitan dengan membaca kritis.

1.3 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dan sesuai dengan hasil

penelitian yang relevan dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:

1) Masih rendah minat membaca pada siswa kelas IX SMPN 17 Kota Serang

2) Masih kurang pemahaman siswa dalam memahami isi teks, terutama

dalam memahami isi teks tanggapan kritis

3) kurang keterampilan membaca kritis pada siswa kelas IX SMPN 17 Kota

Serang

4) Masih kurang kemampuan memahami isi teks tanggapan kritis pada siswa

kelas IX SMPN 17 Kota Serang

5) Mencari hubungan membaca kritis dengan kemampuan memahami isi teks

tanggapan kritis pada siswa kelas IX SMPN 17 Kota Serang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 7: MEMBACA KRITIS

7

1.4 Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan luasnya permasalahan yang

hendak diteliti, dan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, tenaga serta

kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti, peneliti membatasi ruang

lingkup permasalahan yang akan diteliti agar pembahasan masalah lebih terarah

dan terfokus pada masalah pokok. Berdasarkan pertimbangan tersebut, batasan

penelitian ini yaitu hubungan membaca kritis dengan kemampuan memahami isi

teks tanggapan kritis pada siswa kelas IX SMPN 17 Kota Serang.

1.5 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan batasan masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah

yang telah teruraikan, maka dapat ditentukan perumusan masalah yaitu:

1) Bagaimanakah kemampuan membaca kritis siswa kelas IX SMPN 17 Kota

Serang?

2) Bagaimanakah kemampuan memahami isi teks tanggapan kritis siswa

kelas IX SMPN 17 Kota Serang?

3) Apakah terdapat hubungan membaca kritis dengan kemampuan

memahami isi teks tanggapan kritis pada siswa kelas IX SMPN 17 Kota

Serang?

1.6 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu:

1) Siswa dapat memahami dan mampu membaca kritis.

2) Siswa mampu dan memahami isi teks tanggapan kritis.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 8: MEMBACA KRITIS

8

3) Siswa mampu memahami hubungan membaca kritis dengan isi teks tanggapan

kritis.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan hal yang positif baik

secara teoretis maupun kegunaan praktis terhadap keilmuan. Manfaat penelitian

dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1.7.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoreitis dalam penelitian ini yaitu dapat memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan kependidikan, memberikan motivasi dan inovasi

kepada pemerhati pendidikan khususnya guru untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam membaca kritis dan pemahaman terhadap teks tanggapan kritis.

1.7.2 Manfaat Praktis

1) Sebagai masukan dan pertimbangan bagi para guru bidang studi

bahasa Indonesia di SMPN 17 Kota Serang.

2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam pelajaran bahasa Indonesia

terutama pembelajaran bahasa Indonesia.

3) Bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang bahasa

sehingga dapat mengembangkan kemampuan profesionalisme guru

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bahasa Indonesia.

4) Menambah wawasan bagi peneliti tentang metodologi penelitian,

sehingga dapat diaplikasikan untuk keperluan penelitian pada kasus

yang berbeda.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 9: MEMBACA KRITIS

9

5) Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang konsep dan

teori mengenai membaca kritis dengan kemampuan memahami isi

teks tanggapan kritis.

BAB 2

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 10: MEMBACA KRITIS

10

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Membaca Kritis

a. Hakikat Membaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca berasal dari

kata “baca” yang artinya melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis

dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengeja atau melafalkan apa

yang tertulis, mengucapkan mengetahui, meramalkan dan

memperhitungkan.1

Proses melisankan paparan bahasa tulis; mempersepsi tuturan tulis;

penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh

pemahaman dari tuturan tertulis yang dibaca; proses berpikir dan bernalar,

atau sebagai proses pengolahan bahasa; (1) proses pemberian makna

kepada simbol-simbol visual; dan, tidak mungkin ada pengertian yang

baku, yang ada hanya ragam pengertian yang umum popular ke pengertian

yang teknis ilmiah (2) pengertian yang sangat sempit ke pengertian yang

sangat luas, dan (3) pengertian yang tanpa dasar ke pengertian yang secara

kaku berdasarkan suatu teori membaca tertentu. Pengertian membaca

Tarigan menyebutkan bahwa:2

“Membaca merupakan suatu upaya yang dilakukan pembaca dalam

memperoleh suatu pesan atau informasi yang ada di dalam suatu bacaan

yang ingin disampaikan oleh penulis melalu katakata. Dalam penyampaian

1 Lihat. http://kbbi.web.id/baca. (Di akses tanggal 19 Desember 2016, Pukul 19.14.WIB).2 Hendry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008), h. 7.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 11: MEMBACA KRITIS

11

suatu pesan, penulis menggunakan media kata-kata atau bahasa tulis.

Pesan yang disampaikan bisa informasi dan gagasan”.

Pengajaran keterampilan berbahasa bertujuan untuk menumbuhkan

dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Membaca merupakan suatu

proses yang dilakukan pembaca untuk mendapatkan pesan yang

disampaikan oleh penulis. Melalui media kata-kata atau bahasa tulis

terdapat makna yang tersirat dan makna tersurat, dan apabila pesan yang

ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca tidak dimengerti,atau

tidak sampai kepada pembaca maka proses membaca dianggap gagal. Hal ini

penting adanya, karena pesan yang ingin disampaikan penulis merupakan

suatu yang penting yang biasanya dinginkan oleh pembaca.

Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena

bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat

pembelajarannya. Membaca biasanya bisa dikatakan rumit, karena

memerlukan banyak keterampilan untuk memahami suatu bacaan.3

Para pengajar bahasa haruslah menyadari serta memahami benar

bahwa “membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit,

mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang

lebih kecil. Dengan kata lain, keterampilan membaca mencakup tiga

komponen, yaitu:4

1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;

3 Subana dan Sunarti , Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. (Bandung: Pustaka Setia), h.222.4 Hendry Guntur Tarigan. op.cit. ,h.11.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 12: MEMBACA KRITIS

12

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik

yang formal;

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian

kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess),

berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan

penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah

menghubungkan kata-kata tulis (written world) dengan makna bahasa lisan

(oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan

menjadi bunyi yang bermakna.

Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara

bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan

bukan hanya mencari kesalahan yang bertujuan untuk mengetahui fakta-

fakta yang terdapat dalam bacaan dan kemudian memberikan penilaian

terhadap fakta itu.

Menurut soedarso ada empat teknik yang dapat digunakan dalam

membaca kritis:5

1) Mengerti Isi Bacaan

Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa saja yang dibaca dengan

kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat

membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta

berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk

5 Nur Lailatul Fajariani, Dalam Artikel, Penerapan Teknik Membaca Kritis pada Artikel Ilmiah . Hal. 2-3.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 13: MEMBACA KRITIS

13

menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekedar

mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui

segalanya tentang fakta.

2) Menguji Sumber Penulis

Apakah penulis dapat dipercaya? Kita harus mencari tahu

kebenarannya, misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu

berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi

penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan

itu fakta atau opini.

3) Interaksi Antara Penulis dengan Pembaca

Pembaca tidak hanya mengetahui maksud penulis tetapi juga

membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-

penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan

dengan pengetahuan yang ada padanya.

4) Terbuka Terhadap Gagasan Penulis

Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh

penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya.

Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan

alasan yang logis dan interprestasi yang berdasar.

Menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim membaca

merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Membaca sebagai

proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam

bunyi. Pembaca tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 14: MEMBACA KRITIS

14

membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya,

dan menilai hasilnya. “Menurut Klen, dkk, dalam Rahim mengemukakan

definisi membaca mencakup:6

1) Membaca merupakan suatu proses maksudnya informasi dari teks dan

pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama

dalam membentuk makna.

2) Membaca merupakan suatu strategis maksudnya pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan

konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi

bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca

3) Membaca merupakan interaktif maksudnya membaca merupakan suatu

proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki

oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

Membaca adalah interaktif maksudnya orang yang senang

membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan

yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami

sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Satu cara yang

sebaiknya digunakan untuk mendorong peserta didik membaca, dan

menimbulkan sifat kritis tidak hanya bertanya meliputi makna yang

tersurat yang terdapat dalam teks bacaan. Melainkan pertanyaan yang akan

diajukan pada peserta didik dapat menimbulkan sifat kritis dalam diri

peserta didik itu sendiri. Ketika membaca kritis diperlukan pertanyaan

yang meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, dan aplikasi. 6 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 3.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 15: MEMBACA KRITIS

15

Pemaparan di atas menggambarkan bahwa membaca merupakan

suatu aktivitas yang rumit, karena membaca membutuhkan proses mental.

Proses mental bisa disebut juga dengan proses berpikir yang dilakukan

oleh pembaca yang aktif. Membaca sangat dibutuhkan proses berpikir.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses

yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi baik yang

berupa tulisan maupun gambar atau diagram dengan pengertian dan

khayalan melalui media kata-kata atau media tulis.

b. Fungsi Membaca

Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat bahkan ada yang menyatakan

sebagai jantungnya pendidikan, memiliki banyak fungsi, antara lain:7

1) Fungsi intelektual; Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan

kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contohnya membaca

laporan penelitian, jurnal, atau karya ilmiah lain.

2) Fungsi pemacu kreativitas; Hasil membaca kita dapat mendorong,

menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keleluasaan

wawasan dan kepemilikan kosakata.

3) Fungsi praktis; Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh

pengetahuan praktis dalam kehidupan, misalnya teknik memelihara ikan

lele, teknik memotret, resep membuat makanan dan minuman, cara

membuat alat rumah tangga, dll.

7 Kuddharu Saddono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung, 2012, h. 65.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 16: MEMBACA KRITIS

16

4) Fungsi rekreatif; Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati,

mengadakan tamasya yang mengasikkan. Contohnya bacaan-bacaan

ringan, cerita humor, fabel, karya sastra, dll.

5) Fungsi Informatif; Dengan banyak membaca informatif seperti surat

kabar, majalah, dll dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita

perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan Membaca

Keterampilan bahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling

menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran berbahasa itu adalah bersifat

berurutan, untuk pandai berbahasa seseorang harus mampu menyimak,

untuk pandai menulis seseorang harus pandai membaca. Membaca dan

menulis merupakan dua aspek keterampilan berbahasa yang tidak bisa

dipisahkan. Kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh kemampuan

membacanya dan begitu pula sebaliknya. Kedua kemampuan tersebut

tidak diperoleh secara alami ataupun diwariskan secara turun-temurun.

Kemampuan tersebut hanya bisa diperoleh melalui proses belajar mengajar

di sekolah, dengan latihan-latihan secara teratur.8

Membaca merupakan salah satu keterampilan dari berbahasa

Indonesia. Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam dunia

pendidikan. Dengan adanya tujuan, maka kita tidak akan salah melangkah

dalam melakukan kegiatan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk

8 Putri Nur Ramadani, Dalam Artikel, Hubungan Kemampuan Membaca Kritis Dengan Kemampuan Menulis Argumentasi . Hal. 1.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 17: MEMBACA KRITIS

17

mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna

bacaan. Makna, arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau

intensif kita dalam membaca.

Berkaitan dengan tujuan membaca, dibawah ini beberapa tujuan

membaca, yaitu:9

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang

telah terjadi pada tokoh khusus atau memecahkan masalahmasalah yang

dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memeproleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or

facts).

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik

dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh

tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas)

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,

adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Hal ini disebut

membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita

(reading for sequence or organization).

9 Hendry Guntur Tarigan. Op. cit. h. 9.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 18: MEMBACA KRITIS

18

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, hendak diperlihatkan oleh pengarang

kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang

dimiliki oleh para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini

disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

refence).

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,

tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau

apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk

mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading for

classify).

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuraan tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat

oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana

dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai

pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau

mempertentangkan (reading to compare or contrast).

d. Manfaat Membaca

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 19: MEMBACA KRITIS

19

Selain fungsi di atas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat,

antara lain:10

1) Memperoleh banyak pengalaman hidup.

2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang

sangat berguna bagi kehidupan.

3) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksitensi

dan lain-lain.

4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mutakhir di dunia.

Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang terhadap bahan

bacaan memiliki tujuan yang berbeda-beda, hal tersebut dilakukan sesuai

dengan kebutuhan, seperti untuk memperoleh perincian fakta atau hanya

untuk memperoleh kesenangan. Dari sekian banyak paparan tentang tujuan

membaca intinya adalah kita ingin memperoleh informasi atau

pengetahuan dari apa yang kita baca.

e. Membaca Kritis

Membaca kritis atau critical reading adalah sejenis membaca yang

dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif,

serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Aspek yang perlu

diperhatikan antara lain:

1) Memahami maksud penulis

2) Memahami organisasi dasar tulisan

10 Kuddharu Saddono,St. Y. Slamet.op.cit. h. 66

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 20: MEMBACA KRITIS

20

3) Dapat menilai penyajian penulis/pengarang

4) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.11

Selanjutnya Membaca kritis merupakan suatu keterampilan dalam

membaca. Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara

bijaksana, penunh tenggang hati, mendalam, evaluatif serta analitis, dan

bukan hanya mencari alasan.12

Adapun hakikat kemampuan membaca kritis merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan mudah menemukan

informasi aktual, gagasan utama, ide pokok paragraf dan fakta yang

terdapat dalam artikel, maka berdasarkan hal tersebut siswa perlu untuk

melakukan kegiatan membaca kritis artikel yang akan diterapkan dalam

metode inquiry. Dengan membaca kritis, pembaca akan dapat pula

mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya, dan dia pun mempunyai

kepercayaan diri yang lebih mantap. Maka membaca kritis harus menjadi

ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan

sebaik-baiknya. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaat

berupa penilaian yang beralasan serta pemahaman yang mantap sebagai

akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membaca kritis :13

1) Langkah awal ini sangat penting ketika seseorang akan membaca yaitu

menyadari pengetahuan apa yang telah dimiliki sebelum membaca tulisan.

11 Lihat. https://id.wikipedia.org/wiki/Membaca_intensif#Membaca_Kritis (Di akses tanggal 19 Desember 2016, Pukul 20.47. WIB)12 Hendry Guntur Tarigan, Op.cit, h. 92.13,Arini Rachmawati Azizah (2015), Dalam Artikel, Peningkatan Membaca Kritis Dengan Metode Inqury,. Hal. 28-29.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 21: MEMBACA KRITIS

21

Langkah ini penting untuk mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki

sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan anda dapatkan melalui

proses membaca kritis;

2) Tetapkan sasaran. Hal ini berguna bagi pembaca untuk meningkatkan

konsentrasi serta membantu anda untuk mencapai sasaran tersebut;

3) Mencari gambaran secara umum. Berikan perhatian kita pada daftar isi,

daftar indeks, kata pengantar, dan abstrak;

4) Tinjauan awal adalah memberi tanda dengan menggunakan pensil pada

poin-poin penting sesuai dengan sasaran;

5) Pendalaman yaitu setelah memberi tanda maka membaca dengan

pemahaman yang mendalam;

6) Pembahasan ulang yaitu berfungsi untuk meneliti apakah semua sasaran

sudah dicapai atau belum.

Dalam membaca kritis, pembaca harus memiliki kemampuan yang

akan mendukung dalam kegiatan membaca seperti kemampuan untuk

menangkap gagasan utama serta dapat menafsirkan dengan tepat apa yang

ditulis oleh pengarang. “Nurhadi memberikan cara untuk meningkatkan

sikap kritis sebagai seorang pembaca sebagai berikut:14

1. Kemampuan mengingat dan mengenali, yaitu:

1) kemampuan mengenali ide pokok paragraf;

2) menyatakan kembali ide pokok paragraf;

3) menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan;

14 Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989), hlm. 14.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 22: MEMBACA KRITIS

22

2. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat, yaitu:

1) Membedakan ide-ide penunjang;

2) Membedakan fakta-fakta bacaan;

3) Memahami bacaan kritis hubungan sebab-akibat;

4) Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan;

3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, yaitu;

1) Kemampuan mengikuti petunjuk yang tedapat dalam bacaan;

2) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang dihadapi;

4. Kemampuan menganalisis isi bacaan, yaitu;

1) Kemampuan memberi gagasan utama bacaan;

2) Memberikan detail atau data penunjang;

3) Mengklasifikasikan fakta-fakta;

5. Kemampuan membuat sintesis, yaitu;

1) Kemampuan membuat kesimpulan bacaan;

2) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan;

3) Membuat ringkasan atau ikhtisar

6. Kemampuan menilai isi bacaan, yaitu;

1) Kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf

atau bacaan secara keseluruhan;

2) Kemampuan untuk menentukan relevansi antara tujuan dengan

pengembangan gagasan;

3) Kemampuan untuk menentukan tujuan pengarang dalam menulis;

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 23: MEMBACA KRITIS

23

4) Kemampuan menilai keakuratan penggunaan bahasa yang dilakukan oleh

pengarang, baik pada kata, frasa, kalimat maupun pada paragraf.

Kegiatan membaca pada tataran yang lebih tinggi, pembaca harus

mampu memahami menerima, menolak dan meyakini pendapat yang

dikemukakan oleh penulisnya. Membaca pada tingkat ini, pembaca tidak

cukup hanya memahami apa yang tersurat, lebih dari itu dapat

menghubungkan kemungkinan maksud penulis berdasarkan pengalaman

pembaca. Pembaca yang pandai harus dapat mengetahui langkah-langkah

yang akan digunakan dalam membaca karena hal tersebut dapat

memudahkan bagi pembaca dalam mendapatkan informasi yang

dibutuhkan. Dalam melakukan proses membaca kritis, ada tujuh

kemampuan yang harus dicapai serta dimiliki seseorang pembaca kritis,

yaitu:15

1) Memahami maksud penulis;

2) Memahami organisasi dasar tulisan;

3) Menilai penyajian pengarang;

4) Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;

5) Meningkatkan minat membaca;

6) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;

7) Membaca Majalah atau publikasi-publikasi priodik yang serius;”

Dalam membaca kritis dikenal tiga cara, yaitu: (1) Membaca baris,

adalah membaca baris demi baris untuk dapat memahami arti kata-kata

setiap baris; (2) Membaca di antara baris, mempunyai pengertian 15 Hendry Guntur Tarigan. Op. cit, h. 93.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 24: MEMBACA KRITIS

24

menganalisis maksud penulis yang sebenarnya; (3) Membaca di luar baris,

bertujuan mengevaluasi dan memahami hal-hal yang perlu diaplikasikan

dalam membaca kritis, pembaca akan dapat melakukan kegiatan membaca

dalam waktu singkat, namun memperoleh informasi yang lengkap dan

benar. Di samping itu, keberhasilan dalam membaca kritis sangat perlu

berlatih dan berlatih terus, sehingga pembaca akan dapat memperoleh

informasi yang benar, baik yang tersurat maupun tersirat dalam wacana

yang dibacanya. Adapun bahan yang dapat digunakan latihan membaca

kritis, bisa berupa wacana apa saja, misalnya artikel, cerita, dialog, karya

ilmiah populer, termasuk karya ilmiah.

Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan secara kritis.

Kemampuan membaca kritis merupakan suatu kemampuan membaca

seseorang yang bukan hanya sekedar membaca isi bacaan saja atau

mengerti maksud secara eksplisitnya, melainkan juga secara implisit,

sehingga kegiatan membaca yang dilakukan secara lebih dalam lagi,

evaluatif, dan analitis untuk menemukan makna bacaan baik tersurat

maupun tersirat yaitu :16

1) Berpikir dan Bersikap Kritis:

a. Menginterpretasikan secara kritis

b. Menganalisis secara kritis

c. Mengorganisasi secara kritis

d. Menilai secara kritis

e. Menerapkan konsep secara kritis16 Mintowati. Membaca. Jakarta: Dit. PLP, 2002, h.15.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 25: MEMBACA KRITIS

25

2) Teknik Meningkatkan Sikap Kritis:

a. Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan

b. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat

c. Kemampuan menilai isi bacaan

d. Kemampuan menganalisis isi bacaan

e. Kemampuan mengkreasikan bacaan atau menciptakan bacaan

3) Manfaat Membaca Kritis

a. Membantu anda mencapai pemahaman yang mendalam

b. Kemampuan mengingat yang lebih kuat

c. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang semuanya mengacu pada

kesuksesan pribadi anda.

Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan

secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk

menganalisis bacaan. Ketika membaca kritis, pembaca akan mencamkan

lebih dalam materi yang dibacanya. Adapun hakikat kemampuan membaca

kritis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar siswa dapat dengan

mudah menemukan informasi faktual, gagasan utama, ide pokok paragraf

dan fakta yang terdapat dalam artikel.

2.1.2 Kemampuan Memahami Isi Teks Tanggapan Kritis

a. Kemampuan

Secara umum kemampuan dianggap sebagai kecakapan

atau kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan atau

menyanggupi suatu pekerjaan. Robbin (dalam Sakti, 2011:69)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 26: MEMBACA KRITIS

26

“Kemampuan adalah kpasitas seorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Kemampuan seseorang pada

hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik. Kemampua intelektual yaitu

kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.

Sedangkan, kemampuan fisik yaitu kemampuan melakukan tugas-

tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan

karakteristik serupa.

Kemampuan berarti kesanggupan atau kecakapan

melakukan sesuatu (Depdikbud, 1989:552). Zain (dalam Yusdi,

2010:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan,

kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan

Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefinisikan kemampuan sebagai

suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimimpulkan

bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang

individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau

mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu

penilaian atas tindakan seseorang.

b. Teks Tanggapan Kritis

Salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan adalah

kebiasaan menanggapi secara kritis permasalahan di sekitar tempat

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 27: MEMBACA KRITIS

27

tinggal kita. Kepedulian itu harus tetap kita tumbuhkan agar

kepekaan terhadap lingkungan menjadi suatu kebiasaan. Sebelum

memberikan tanggapan kritis terhadap sesuatu (misalnya

menanggapi teks atau artikel), kita harus memahami dulu fakta

atau hal yang akan kita tanggapi. Tanggapan kita dapat

menguatkan atau melemahkan pandangan dan pendapat yang ada

di dalam teks yang ditanggapi. Bahkan, kita bisa menolak

pandangan dan gagasan dalam artikel itu melalui alasan yang

didukung data akurat. Pandangan-pandangan itu kita tulis dengan

dasar dan referensi yang tepat agar tidak menjadi sebuah tanggapan

yang tidak dapat diterima orang lain.17

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teks adalah

naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari

buku untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar

memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya atau wacana

tertulis.18 Selanjutnya Menurut Mahsun menyebutkan bahwa teks

adalah19: “dari sudut pandang teori semiotika sosial, teks

merupakan suatu proses yang beroreintasi pada suatu tujuan sosial,

tujuan sosial yang hendak dicapai ini memiliki ranah-ranah

pemunculan yang disebut konteks situasi”.

17 Fairul Zabadi dan Sutedjo Indonesia, Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan, (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan., 2015) h. 93.18 Lihat, http://kbbi.web.id/teks (Di akses tanggal 20 Desember 2017) Pukul 09.57. WIB. 19 Siti Maslakhah (2013), Dalam Artikel, Pengembangan Discourse Competence Guru Bahasa Indonesia Smp Se-Daerah Yogyakarta, Hal. 12.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 28: MEMBACA KRITIS

28

Bahasa yang muncul berdasarkan konteks situasi inilah

yang disebut dengan register, bahasa sebagai teks, di dalamnya

mengandung tujuan dan wilayah penulisan (field), siapa pembaca

tulisan tersebut (tenor) dan dengan format penggunaan bahasa

yang bagaimana pesan dan ide tersebut harus dikemas (mode).

Dengan demikian akan memunculkan beragam konteks situasi dan

konteks sosial.20

Hal ini sejalan dengan pendapat Celce-Murcia dan Olshtain

menjelaskan bahwa:21

setiap bentuk penggunaan bahasa baik lisan maupun tertulis selalu terdapat

dua konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya.

Scriven mengatakan, berpikir kritis itu merupakan:22

“proses intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang

dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi,

penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan.”

Tanggapan kritis, baik tanggapan untuk mendukung maupun

menolak pendapat yang sudah ada, disampaikan melalui bahasa lisan atau

bahasa tulisan. Dalam hal ini tentu bahasa Indonesialah sebagai wahana

utamanya. Sebagai anugerah Tuhan kepada bangsa Indonesia, kita harus

mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia itu, baik sebagai bahasa nasional

20 Ibid21 Ibid, Hal, 13.22 Lihat, http://www.kompasiana.com/kunaifi/berpikir-kritis_5510e7d1813311ae33bc746f (Di akses tanggal 20 Desember 2016), Pukul 10.27. WIB.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 29: MEMBACA KRITIS

29

yang telah menyatukan bangsa Indonesia maupun sebagai bahasa resmi

yang digunakan dalam ranah pemerintahan dan pendidikan. Tanpa

menggunakan bahasa Indonesia, kita tentu sulit atau tidak dapat

memahami tanggapan dan pendapat yang disampaikan orang lain.

Demikian juga sebaliknya. Orang lain sulit atau tidak dapat memahami apa

yang disampaikan apabila tanggapan dan pendapat itu tidak disampaikan

dalam bahasa Indonesia.23

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan penulis mengambil teori

menurut Tarigan yang mendefinisikan bahwa membaca kritis adalah jenis

membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh, penuh tenggang hati, medalam,

evaluatif, serta analisis bukan hanya mencari kesalahan.

Menurut Soedarso (2006:72) membaca secara kritis adalah cara membaca

dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap

apa yang tertera di tulisan tersebut, namun pembaca dan penulis sama-sama

berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca secara kritis berarti kita harus

mampu membaca secara analisis dan dengan penilaian

Artinya membaca kritis haruslah dipahami benar-benar dan menggali lebih

mendalam sampai ke akar. Upaya menemukan bukan hanya keseluruhan

kebenaran mengenai apa yang dikatakan, tetapi juga menemukan alasan-alasan

mengapa sang penulis mengatakan hal-hal tersebut dalam tulisan.

23 Siti Maslakhah, Op.cit, hlm, 93-94.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 30: MEMBACA KRITIS

30

Sedangkan memahami isi teks tanggapan adalah kritik yang disampaikan

secara tulisan dalam sebuah teks, untuk dapat memahami teks tanggapan kritis.

Agar dapat membentuk kepedulian dan respon terhadap permasalahan yang

sedang terjadi dan membentuk sikap kritis dalam meberikan kritik. Dengan

demikian dalm kegiatan membaca teks tanggapan kirits mampu menemukan ide

mampu menemukan ide pokok dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan siapa,

apa, di mana, kenapa, bilamana, dan mengapa. Serta mampu menilai dan

memhami isi bacaan.

Dengan demikian, tanggapan kritis adalah sebuah kemampuan berpikir

dalam menilai sebuah informasi sebelum menjadi pikiran dan tersimpan menjadi

memori. Seorang pemikir kritis diharapkan mampu untuk menyimpulkan

informasi yang diketahuinya setelah sebelumnya mengurai informasi tersebut

berupa peristiwa, berita, dan pikiran yang semula utuh, lalu menjadi satuan-satuan

kecil, kategori-kategori, kelompok-kelompok, serta memahami detil dari satuan,

kategori, atau kelompok tersebut. Mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk

memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk

dirinya

2.3 Kerangka Pemikiran

Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki

oleh setiap individu. Dengan membaca, seseorang akan mengetahui banyak

informasi dari belahan dunia mana pun. Pembaca yang baik adalah pembaca yang

tidak hanya sekedar membaca saja, melainkan dapat memahami dan menangkap

informasi yang disampaikan oleh penulis dalam bacaan yang dihadapinya.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 31: MEMBACA KRITIS

31

Dengan demikian, membaca dalam pengertian ini akan berkaitan dengan

membaca kritis. Kemampuan membaca kritis siswa kurang diperhatikan oleh

guru.

Masalah siswa dalam pembelajaran membaca kritis karena kurangnya

penguasaan siswa terhadap kosakata, kurangnya kemampuan siswa dalam

menangkap gagasan utama suatu paragraf, ide pokok, ide penjelas, bahkan

strategi, teknik, dan media pembelajaran membaca pemahaman yang diterapkan

oleh guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya upaya peningkatan

kemampuan membaca kritisn siswa. Sebelum guru meningkatkan kemampuan

siswa dalam membaca kritis suatu bacaan, perlu terlebih dahulu diketahui sejauh

mana tingkat kemampuan siswanya dalam membaca kritis. Maka dari itu, perlu

diadakan penelitian untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa kelas IX

SMP Negeri 17 Kota Serang..

Membaca Kritis sendiri menjadi hal yang sangat urgen untuk dapat

melatih intuisi serta pemahaman siswa dalam memahami isi bacaan teks

tanggapan kritis, siswa akan dapat memahami berbagai macam isi cerita dan lebih

bersifat objektif dalam memahami isi teks hal ini nantinya akan berpengaruh

terhadap cara berfikir siswa agar lebih kritis.

Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini tentang kemampuan

membaca kritis siswa kelas IX SMP Negeri 17 Kota Serang akan menjadi acuan

guru atau peneliti lain dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa

kelas IX SMP Negeri 17 Kota Serang..

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 32: MEMBACA KRITIS

32

Peningkatan tersebut mungkin saja dilakukan dengan menerapkan strategi

pembelajaran yang tepat, teknik yang sesuai, ataupun media pembelajaran yang

efektif, sehingga diharapkan kemampuan membaca kritis siswa kelas IX SMP

Negeri 17 Kota Serang dapat meningkat, baik dari segi proses maupun hasil

pembelajaran.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “Hypo” yang artinya “di bawah” dan

“thesa” artinya “kebenaran”. Jadi, hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban

sementara dalam masalah penelitian sampai dapat dibuktikan oleh kumpulan-

kumpulan data.

Dalam penelitian ini adanya hubungan antara dua variabel, yaitu

variabel terikat (Y), dan variabel bebas (X). Oleh karena itu, untuk

membuktikannya diperlukan sebuah hipotesis. Adapun hipotesis dalam

penelitian ini, yaitu:

Ho: Tidak ada hubungan positif antara hubungan membaca kritis dengan

kemampuan memahami isi teks tanggapan kritis pada siswa kelas IX

SMPN 17 Kota Serang.

Ha: Ada hubungan positif antara hubungan membaca kritis dengan

kemampuan memahami isi teks tanggapan kritis pada siswa kelas IX

SMPN 17 Kota Serang.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa