Membaca Hukum Kritis · 2019. 11. 6. · MEMBACA HUKUM KRITIS Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi...

14
MEMBACA HUKUM KRITIS Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi Hukum HAM (HRLS) Fakultas Hukum Universitas Airlangga Pelatihan Paralegal bagi Mahasiswa dan Masyarakat Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura 6 November 2019

Transcript of Membaca Hukum Kritis · 2019. 11. 6. · MEMBACA HUKUM KRITIS Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi...

  • MEMBACA HUKUM KRITIS

    Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi Hukum HAM (HRLS)

    Fakultas Hukum Universitas Airlangga

    Pelatihan Paralegal bagi Mahasiswa dan Masyarakat Laboratorium Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura

    6 November 2019

  • Pasal 6 Peraturan Menkumham Nomor 1 Tahun 2018 tentang Paralegal

    Konteks Hukum, Permberdayaan dan

    Pembelaan

  • • Apakah kebijakan pembagian raskin dapat membebaskan kemiskinan warga?

    • Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah situasi kemiskinan sosial tersebut?

  • “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”

    Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

  • Konsep ‘Hukum Kritis’• Critical Legal Studies (Studi Hukum Kritis) - mewakili satu aliran

    pemikiran hukum (mahzab/school of thought) • Teori Hukum Kritis sebagai teori sosial atas hukum - mazhab Frankfurt,

    realisme hukum - menolak ‘obyektivisme, formalisme dan positivisme’ • ‘Kritis’: ‘gugatan’ atas kemapanan (ilmu) hukum ==> hukum sebagai

    alat pembebasan (dari penindasan, perbudakan, atau segala ketidakadilan) - dekonstruksi, feminist legal theory

  • Kritik Marx terhadap Positivisme

    • Proses-proses hukum itu pada hakikatnya adalah proses-proses dialektik yang penuh konflik. Konflik antara suatu kepentingan dan kepentingan lain yang berposisi sebagai antitetiknya.

    • Hukum dicurigai sebagai norma yang dipositifkan (oleh siapa?) demi terlindunginya suatu kepentingan tertentu (dari siapa?) atau demi termenangkannya konflik tertentu (oleh siapa?).

    • Menjelaskan “siapa” ini? Tentulah mereka yang dalam konstelasi sosial-politik berposisi sebagai bagian dari kelas kuat yang berdominasi dan berhegemoni.

    • Maka sejak awal diduga bahwa di sini hukum akan lebih berkemungkinan tergenggam di tangan para elit dari kelas kuat ini, dan mereka inilah yang akan lebih berkemampuan mendayagunakan hukum formal untuk memenangkan konflik kepentingan.

  • Relevansi kritik atas hukum

    • Hukum dipengaruhi struktur sosial, hierarkis dan didominasi oleh elit-elit korup (penguasa feodal, birokrat, kapitalis-borjuis, dll.), menyajikan hukum tak lagi dalam wujudnya sebagai refleksi nilai keadilan atau asas kepatutan.

    • Hukum berubah bentuk dalam wujud norma-norma constitutum yang positif-formal dan rasional, ia menjadi lege atau lex dan tidak lagi bisa bertahan ius.

    • Hukum berubah secara struktural maupun fungsional sebagai alat pembenar eksploitasi yang vulgar, dengan mereka yang terdudukkan sebagai kawula-kawula papa yang telah dan akan tetap menjadi korbannya.

  • Mengembangkan Pemikiran Kritis tentang Hukum

    • Membedah struktur sosial di balik realitas hukum • Memeriksan ideologi dan kepentingan yang bekerja dalam

    hukum • Memetakan aktor yang dominan mempengaruhi hukum • Menempatkan perspektif keberpihakan dalam hukum,

    berikut analisis untuk perubahan

    Tantangan bagi PARALEGAL:

    Bagaimana HUKUM dapat digunakan sebagai alat pembebasan atas proses-proses penindasan/perbudakan?

    Bila hukum tak bisa digunakan, apa yang bisa dilakukan ?

    => critical legal studies - critical legal movement

  • Ijon Politik?

    • Apakah ada hubungan antara ijon politik dengan aturan hukum?

    • Apakah akan berdampak terhadap persoalan hak asasi manusia, ketidakadilan sosial/pemiskinan?

  • Bantuan Hukum dan Paradigma HAM Ramah Pasar

    • Konsep LFD: keadilan (justice), kejujuran (fairness) dan kebebasan (liberty)

    • Sistem hukum yang ‘fair’, yang kondusif untuk menyeimbangkan pembangunan (World Bank 1992: 29-30).

    • Perspektif Bank Dunia dalam good governance terkait utamanya dengan kebutuhan-kebutuhan perundangan bagi aktor-aktor komersial dalam pasar (LCHR 1993: 53)

    • Pembaruan institusi: PPHI (UU No. 2/2004)

    • Legal reform: Ketenagakerjaan (LMF, 2003, revisi gagal 2006), Komersialisasi SDA (7/2004), Penanaman Modal (25/3007), LAP, dsb-nya.

  • Tantangan PARALEGAL

    Bagaimana HUKUM dapat digunakan sebagai alat pembebasan atas proses-proses penindasan/perbudakan?

    Bila hukum tak bisa digunakan, apa yang bisa dilakukan ?

    => critical legal studies - critical legal movement