Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

9
“MEMAHAMI TENTANG MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA, BERETIKA DAN BERESTETIKA” DI SUSUN : 1. ANGGIT P DYAZ 2. DEWI SUSANTI 3. AYU SHINTA S. 4. IMAN SANTOSO

description

isbd

Transcript of Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Page 1: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

“MEMAHAMI TENTANG MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA, BERETIKA DAN BERESTETIKA”

DI SUSUN :

1. ANGGIT P DYAZ2. DEWI SUSANTI3. AYU SHINTA S.4. IMAN SANTOSO

Page 2: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia-Nya kami mampu menyelsaikan makalah ini dengan tema memahami manusia sebagai makhluk berbudaya, berestika dan berestetika.Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan belajar ISBD terutama pada tema manusia sebagai makhluk berbudaya, berestika dan berestetika, tentunya untuk pengembangan diri serta memperluas wawasan mahasiswa.

Sajian dalam makalah ini sengaja dirancang secara sederhana dan praktis dengan maksud agar mudah dalam penyajian serta efektif mencapai tujuan pembelajaran.

Demikian, semoga bermanfaat, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk kesempurnaan materi dalam makalah kami yang akan datang.

Page 3: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………. vii

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….

GLOSARIUM ……………………………………………………….

Page 4: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

PENDAHULUAN

Tiap persekutuan hidup manusia memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain, oleh karena itu keragaman budaya menjadi masalah dari persekutuan hidup manusia dalam beretika dan berestetika.

Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

Page 5: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

A. HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

Manusia sebagai salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut.

1. Alam memiliki sifat wujud2. Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup

3. Binatang memiliki sifat Wujud, hidup, dan dibekali nafsu

4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.

Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki mahkluk lain. Anugrah Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Akal adalah kemampuan berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berfikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepengtingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berfikir. Karena manusia dianugrahi akal maka manusia dapat berfikir. Kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang dihadapinya.

Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.

Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat diedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan atau badani /ragawi atau jasmani /biologis. Contohnya adalah makan, minum, bernafas, isitirahat, dsb. Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah kasih sayang, pujian, perasaan aman, kebebasan, dsb.

B. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA

1. Etika Manusia dalam Berbudaya

Kata etika berasal dari bahasa yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dsb. Etika bisa disama artikan dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.

Page 6: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut.

a. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.

b. Etika dalam arti kumpulan asa atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik).

c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk. Disini,etika sama artinya dengan filsafat moral.

Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai mahkluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.

Norma etik ditunjukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban–kewajiban saja.

Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditunjukan kepada sikap lahir, tetapi ditunjukan kepada sikap batin manusia. Dengan cara, batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang asusila dengan sanksi. Sehingga tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian dan penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.

Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik. Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.

Herimanto,dkk.2010.Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Jakarta: bumi Aksara

WWW.GOOGLE.COM

Page 7: Memahami Tentang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

 

GLOSARIUM

Homo : Manusia

Human : Kemanusiaan