Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

5
Artikel MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh: Drs. Mardiya Masalah moral dan agama merupakan salah satu aspek penting yang perlu di tumbuh kembangkan dalam diri anak. Berhasil tidaknya penanaman nilai moral dan keagamaan pada masa kanak-kanak akan sangat menentukan baik buruknya perilaku moral seseorang pada masa selanjutnya. Aspek yang berkaitan dengan nilai moral dan keagamaan adalah berupa perilaku yang menyandarkan pada nilai moral dan nilai agama. Contoh: berdoa sebelum makan/tidur, beribadah, berbuat baik pada orang lain, menyayangi dan menghormati orangtua, minta ijin bila akan pergi bermain, dan sebagainya. Nilai moral berkaitan dengan baik buruknya sikap dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Sementara nilai agama adalah aturan, patokan, standar baku yang berkaitan dengan baik-buruknya sikap manusia dalam hubungannya antar sesama manusia maupun sang Pencipta (Tuhan). Dengan demikian, perilaku moral keagamaan seseorang diperoleh melalui proses yang sangat panjang. Berhasil tidaknya proses pembentukan perilaku moral dan perilaku tentang keagamaan pada anak sangat tergantung pada efektif tidaknya upaya penanaman nilai moral dan keagamaan yang dilakukan. Waktu emas untuk menanamkan nilai moral dan nilai keagamaan pada masa anak-anak, dan hal itu merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Menurut Al-Halwani (1995), anak memiliki kebiasaan meniru yang kuat terhadap seluruh gerak dan perbuatan dari figure yang menjadi idolanya. Oleh karena itu seorang anak secara naluriah akan menirukan perbuatan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, saudara dekat serta kerabat yang terdekat. Realitas yang demikian itu perlu mendapat perhatian tersendiri, karena perkambangan akhlak, watak, kepribadian dan moral anak akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat dalam keluarganya. Hal ini berkaitan dengan kedudukan keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi anak.

description

apa ya

Transcript of Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

Page 1: Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

Artikel

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL

KEAGAMAAN PADA ANAK

Oleh: Drs. Mardiya

Masalah moral dan agama merupakan salah satu aspek penting yang perlu di tumbuh

kembangkan dalam diri anak. Berhasil tidaknya penanaman nilai moral dan keagamaan pada

masa kanak-kanak akan sangat menentukan baik buruknya perilaku moral seseorang pada

masa selanjutnya.

Aspek yang berkaitan dengan nilai moral dan keagamaan adalah berupa perilaku yang

menyandarkan pada nilai moral dan nilai agama. Contoh: berdoa sebelum makan/tidur,

beribadah, berbuat baik pada orang lain, menyayangi dan menghormati orangtua, minta ijin

bila akan pergi bermain, dan sebagainya. Nilai moral berkaitan dengan baik buruknya sikap

dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Sementara nilai agama adalah

aturan, patokan, standar baku yang berkaitan dengan baik-buruknya sikap manusia dalam

hubungannya antar sesama manusia maupun sang Pencipta (Tuhan).

Dengan demikian, perilaku moral keagamaan seseorang diperoleh melalui proses

yang sangat panjang. Berhasil tidaknya proses pembentukan perilaku moral dan perilaku

tentang keagamaan pada anak sangat tergantung pada efektif tidaknya upaya penanaman nilai

moral dan keagamaan yang dilakukan. Waktu emas untuk menanamkan nilai moral dan nilai

keagamaan pada masa anak-anak, dan hal itu merupakan pondasi bagi perkembangan

selanjutnya.

Menurut Al-Halwani (1995), anak memiliki kebiasaan meniru yang kuat terhadap

seluruh gerak dan perbuatan dari figure yang menjadi idolanya. Oleh karena itu seorang anak

secara naluriah akan menirukan perbuatan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, saudara

dekat serta kerabat yang terdekat.

Realitas yang demikian itu perlu mendapat perhatian tersendiri, karena perkambangan

akhlak, watak, kepribadian dan moral anak akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi

yang terdapat dalam keluarganya. Hal ini berkaitan dengan kedudukan keluarga sebagai

lingkungan yang pertama dan utama bagi anak.

Page 2: Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

Dengan asumsi bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan

fondasi primer bagi perkembangan anak, maka pola asuh orangtua yang diterapkan anak

akan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa anak, termasuk masalah moralitas dan

agamanya. Bila pola asuh yang diterapkan pada anak baik maka akan membentuk

kepribadian anak yang baik pula. Sedangkan bila orang tua salah dalam menerapkan pola

asuh akan berdampak buruk pada perkembangan moral anak, karena anak akan berlaku

menyimpang yang mengarah pada perilaku kenakalan anak.

Fokus pada masalah moral, istilah moral atau moralitas menurut Mc Devitt & Ormrod

mengacu pada suatu kumpulan aturan dasar yang berlaku secara umum mengenai benar atau

salah. Dengan demikian yang dimaksud perkembangan moral adalah bagian dari proses

pembelajaran anak atas aturan-aturan dasar. Selain itu, perkembangan moral juga termasuk

dalam pemahaman akan emosi dan kekuatannya, serta kemampuan untuk mengenali bahwa

emosi tersebut dapat memotivasi individu untuk melakukan sesuatu yang tidak selalu baik

atau adil bagi orang lain.

Pada usia dini anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam

rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position

atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang

didasari oleh suatu perhitungan antisipasif dari seseorang terhadap resiko yang mungkin

muncul jika dirinya menentukan sesuatu hal dan didasari oleh suatu perhitungan emosi yang

akan diakibatkan dari sebuah keputusan yang diambil seseorang.

Adapun perkembangan moralitas pada anak-anak yang bisa diamati adalah dari sikap

dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi), cara berpakaian dan berpenampilan,

serta sikap dan kebiasaan makan.

Terkait dengan masalah moral, ada beberapa teori yang menyoroti tentang

perkembangan moral anak:

Pertama, perkembangan moral menurut Teori Psikoanalisa Sigmund Freud. Freud

menyoroti perkembangan moral dengan mengandalkan perkembangan kepribadian yang

terjadi pada anak. Freud secara khusus menekankan pada bagaimana anak merasakan dan

membedakan tentang benar dan salah. Untuk memperjelas teorinya, Freud membagi struktur

kepribadian manusia ke dalam tiga bagian. Masing-masing bagian disebut dengan istilah

“id”, “ego” dan “super ego”. “Id” adalah dorongan yang berada di bawah sadar manusia

Page 3: Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

sehingga hampir dalam bentuk perilaku tak terkendali. Id ini ada pada diri anak yang berusia

satu sampai dua tahun pertama kehidupannya. “Ego” ada pada diri anak setelah usia 2 tahun.

Indikator perilakunya adalah anak mulai belajar mengendalikan dorongan-dorongan dari

dalam dirinya, menyelesaikan kebutuhan-kebutuhannya secara lebih masuk akal dan

menyeleksi perilaku apa yang boleh dan tidak boleh ditampilkan. “Super ego” ada pada diri

anak setelah anak mencapai usia enam sampai tujuh tahun. Dalam super ego terkandung 2

hal yaitu “ego ideal” dan “conscience” (hati nurani). Ego ideal yaitu norma-norma yang

dipelajari dari orangtuanya. Sedangkan conscience merupakan hal yang ada pada anak

sendiri.

Kedua, perkembangan moral menurut Teori Piaget. Piaget adalah tokoh psikologi

perkembangan yang pernah menuangkan teorinya dalam buku “The Moral Judgement of The

Child” (1923). Piaget dikenal sebagai penemu teori perkembangan kognitif. Fokus perhatian

Piaget adalah kaitan antara perkembangan moral yang terjadi pada seseorang dengan

perkembangan kognitif orang tersebut. Prinsipnya Piaget membagi tahap perkembangan

moral menjadi tiga, yakni: (1) Tahap formal operasional (mampu menilai dan memahami

cara berpikir orang lain, (2) Tahap realisme moral (patuh pada peraturan untuk menghindari

hukuman, (3) Tahap moral relativisme (memandang aturan sebagai suatu kesepakatan sosial,

menilai alasan benar atau salah atas dasar tujuan).

Ketiga, Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg. Teori perkembangan moral

Kohlberg sangat dipengaruhi oleh teori perkembangan kognitif dari Piaget. Yang menjadi

fokus perhatian Kohlberg yaitu perkembangan penalaran (moral reasioning). Menurut

Kohlberg ada 6 tahap dalam moral reasoning: (1) Punishment and obedience orientation.

Indikatornya: menghindari hukuman dan taan secara buta. (2) Instrumental relativist

orientation. Indikatornya: bertindak untuk memuaskan kebutuhan, hubungan antar manusia

dianggap seperti hubungan jual beli. (3) Interpersonal concoedance atau good boy-nice girl

orientation. Indikatornya : tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang membuat senang

orang lain. (4) Low and order orientation. Indikatornya: menjunjung tinggi otoritas, tingkah

laku disebut benar bila orang melakukan kewajiban memlihara otoritas dan memelihara

ketertiban sosial. (5) Social contract legalistic orientation. Indikatornya: muncul kesadaran

bahwa ketaatan pada norma merupakan hasil kesepakatan bersama (konsensus). (6) The

Page 4: Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

universal ethical principle orientation. Indikatornya : benar salahnya tindakan ditentukan oleh

keputusan suara hati (budi nurani).

Keempat, perkembangan moral menurut Pandangan yang Berorientasi Perilaku

(Pandangan Behavioristik). Para tokoh behavioristik menekankan pada peran orangtua

sebagai pelatih perilaku moral pada anak-anaknya. Menurut pandangan behavioristik semua

perilaku termasuk moral adalah produk dari penilaian reinforcement, hukuman dan model

dari orangtua.

Selanjutnya fokus pada masalah keagamaan, nilai-nilai keagamaan pada anak akan

tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui proses pendidikan dan pengalaman yang

dilaluinya sejak kecil. Seorang anak yang tidak memperoleh pendidikan tentang nilai-nilai

keagamaan, akan menimbulkan ketidakpedulian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

masalah keagamaan.

Pengembangan nilai agama pada anak akan berkisar pada kehidupan sehari-hari,

secara khusus penanaman nilai keagamaannya adalah meletakkan dasar-dasar keimanan,

kepribadian/budi pekerti yang terpuji dan kebiasaan ibadah sesuai kemampuan anak.

Rasa keagamaan dan nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-

nilai dan pemahaman agama akan muncul manakala mereka sering melihat dan tertib dalam

upacara-upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah ibadah, rutinitas, ritual orangtua

dan lingkungan sekitarketika menjalankan peribadahan.

Perkembangan nilai keagamaan pada anak akan dipengaruhi oleh faktor pembawaan

dan lingkungan. Faktor pembawaan karena setiap manusia yang lahir kedunia, menurut fitrah

kejadiannya telah memiliki potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atau memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur hidup

dan kehidupan alam semesta ini. Hanya saja kadarnya berbeda-beda, sehingga tingkat

kecepatan perkembangannya juga berbeda-beda untuk masing-masing individu. Sedangkan

faktor lingkungan berpengaruh karena faktor pembawaan masih merupakan potensi, sehingga

lingkunganlah yang akan menentukan apakah potensi keagamaan dan keimanan seseorang

akan berkembang secara optimal atau tidak.

Ketika rasa keagamaan itu sudah tumbuh pada diri anak, maka kita perlu memberikan

latihan-latihan keagamaan. Apabila latihan itu dilalaikan sejak kecil atau dengan cara yang

Page 5: Memahami Perkembangan Moral Keagamaan Pada Anak

kurang tetap, bukan mustahil ketika mereka menginjak dewasa nanti tidak akan memiliki

kepedulian yang tinggi pada kehidupan beragama dalam kesehariannya. Begitu pula

sebaliknya, bila kita rajin melatih anak dalam hal keagamaan melalui kegiatan berdoa,

beribadah menurut agamanya masing-masing serta berperilaku sesuai ajaran agama, diyakini

sang anak akan menjadi orang yang agamis, taat beribadah dan berkepedulian tinggi terhadap

aktivitas keagamaan.

Drs. Mardiya Ka Sub Bid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan KB dan KR pada BPMPDPKB Kab. Kulonprogo