Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

25
Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku Written by ADMIN Thursday, 21 March 2013 01:50 Ikan Kerapu (Garopa, Ambon): Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku J.W.Mosse Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti e-mail: [email protected] . Web: http//www.bobmosse.com {niftybox background=powderblue,textcolor=blue,float=center,textalign=justify,border=navy} Ove rview Ikan Kerapu, yang bagi orang Maluku dikenal dengan nama ikan garopa, termasuk dalam keluarga (family) Serranidae. Hingga saat ini masih terus menjadi favorit dan komoditi perikanan domestik maupun internasional yang sangat mahal. Kehidupan ikan ini dan semua ikan karang lainnya sangat tergantung pada perairan yang memiliki terumbu karang. Artinya apabila terumbu karang rusak maka sudah dapat dipastikan bahwa ikan ini juga akan mengalami penurunan populasi yang drastis dan bahkan hilang sama sekali dari perairan tersebut. Ini adalah gangguan sekunder yang cukup berbahaya namun kita sering tidak perduli. Selain itu kerusakan terhadap populasi ikan-ikan karang termasuk ikan kerapu sebagai akibat dari penangkapan yang tidak berbasis ilmu pengetahuan (science) juga berkontribusi sangat tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam rangka memperngingati Tahun Emas (50 Tahun) Unpatti, tulisan ini hadir dan kiranya dapat memberi gambaran pengetahuan yang dimaksud bagi pembaca sehingga lebih memahami dinamika ikan ini dan segera merubah kebiasaan pemanfaatan (penangkapan) yang terus keliru dan tidak ramah terhadap sumberdaya. {/niftybox} Pendahuluan Ikan Kerapu (Garopa, Maluku) adalah salah satu kekayaan sumberdaya alam laut Maluku yang memiliki nilai mulitdimensi ekonomi tinggi. Selain sebagai sumber pangan bergizi tinggi dan sehat karena dagingnya yang putih dan gurih, ikan kerapu juga dapat dijadikan sebagai modal pariwisata yang sangat mahal dan bergengsi serta sumber inspirasi ilmiah yang kompleks namun unik. Bagi sebagian masyarakat dunia (terutama di Asia), kebiasaan mengkonsumsi ikan ini juga ternyata mengandung nilai kebudayaan yang tinggi dan luhur. Sejalan dengan 1 / 25

description

dinamika populasi ikan di maluku

Transcript of Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Page 1: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Ikan Kerapu (Garopa, Ambon): Memahami Dinamika Populasi Untuk MenunjangPerikanan yang Sehat di Maluku

J.W.MosseGuru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpattie-mail: [email protected] . Web: http//www.bobmosse.com

{niftybox background=powderblue,textcolor=blue,float=center,textalign=justify,border=navy}OverviewIkan Kerapu, yang bagi orang Maluku dikenal dengan nama ikan garopa, termasuk dalam

keluarga (family) Serranidae. Hingga saat ini masih terus menjadi favorit dan komoditiperikanan domestik maupun internasional yang sangat mahal. Kehidupan ikan ini dan semuaikan karang lainnya sangat tergantung pada perairan yang memiliki terumbu karang. Artinyaapabila terumbu karang rusak maka sudah dapat dipastikan bahwa ikan ini juga akanmengalami penurunan populasi yang drastis dan bahkan hilang sama sekali dari perairantersebut. Ini adalah gangguan sekunder yang cukup berbahaya namun kita sering tidak perduli.Selain itu kerusakan terhadap populasi ikan-ikan karang termasuk ikan kerapu sebagai akibatdari penangkapan yang tidak berbasis ilmu pengetahuan (science) juga berkontribusi sangattinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam rangka memperngingati Tahun Emas (50Tahun) Unpatti, tulisan ini hadir dan kiranya dapat memberi gambaran pengetahuan yangdimaksud bagi pembaca sehingga lebih memahami dinamika ikan ini dan segera merubahkebiasaan pemanfaatan (penangkapan) yang terus keliru dan tidak ramah terhadapsumberdaya. {/niftybox}

Pendahuluan

Ikan Kerapu (Garopa, Maluku) adalah salah satu kekayaan sumberdaya alam laut Maluku yangmemiliki nilai mulitdimensi ekonomi tinggi. Selain sebagai sumber pangan bergizi tinggi dansehat karena dagingnya yang putih dan gurih, ikan kerapu juga dapat dijadikan sebagai modalpariwisata yang sangat mahal dan bergengsi serta sumber inspirasi ilmiah yang kompleksnamun unik. Bagi sebagian masyarakat dunia (terutama di Asia), kebiasaan mengkonsumsiikan ini juga ternyata mengandung nilai kebudayaan yang tinggi dan luhur. Sejalan dengan

1 / 25

Page 2: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

semakin meningkatnya perekonomian masyarakat di pusat-pusat perdagangan ikan karangseperti di Hongkong, Singapura, daratan Cina dll,  pilihan terhadap kualitas produk untukdikonsumsi juga terus meningkat. Hasil analisa konusmen ikan karang hidup di pasarHongkong dan daratan Cina memperlihatkan bahwa mengkonsumsi ikan yang sebelumnyadibekukan tidak menjadi masalah, numun kini hal tersebut mulai ditinggalkan dan beralihmemilih ikan yang masih hidup karena secara biokimawi kualitasnya jauh lebih baik (DragonSearch for QDPI, 1996). Mereka sangat menyakini dan berpegang teguh pada sebuah filosofibahwa “after all, good meals means good life”; pada ahirnya, makanan yang sehatmenghasilkan hidup yang baik dan ikan kerapu adalah pilihan.

Dari sisi ilmu pengetahuan (science), hingga saat ini hampir sebahagian besar jenis ikanKerapu telah diteliti namun karakterisik biologi dan demografi populasi alaminya masihmembuat para ahli tercengan. Mekanisme pergantian kelamin (sex reversal mechanism) yangtidak hanya tergantung pada satu faktor tetapi banyak faktor yang bersifat random merupakansalah satu aspek dinamika populasi yang masih membuat para ahli terus mempelajarinya.Berbagai hasil penelitian terkini terhadap ikan ini maupun sebahagian besar ikan karangmenunjukan bahwa mekanisme pergantian kelaminnya bersifat satu arah (one direction)(Shapiro, 1981b; Sadovy, 1996; Mosse, 2001). Artinya berganti dari jenis kelamin betina kejenis kelamin jantan (hermaprodite protogenous). Sistem haremic dalam koloni-koloni yangterbentuk dalam populasi serta kemampuan hidup yang lebih lama (long lived) merupakanbeberapa ciri dinamika dan siklus hidup ikan ini yang perlu diketahui dan dipahami (Mosse,2001; Mosse and Davies, 2007).

Ikan Kerapu yang berasal dari keluarga (famili) Serranidae, termasuk dalam kelompok ikan-ikanperairan dasar (dimersal) yang spesifik dan unik karena keberadaannya sangat terkait eratdengan perairan yang didominasi oleh terumbu karang (coral reefs). Atas dasar itu maka kitasangat yakin bahwa penyebaran dan keberadaan ikan ini cukup luas sehingga dapat ditemukanhampir di semua perairan di dunia terutama yang memiliki terumbu karang mulai dari perairanCaribea di Samudera Atlantik, Samudera Hindia maupun di Samudera Pasifik termasuk kita diIndonesia dan lebih khusus di perairan Indonesia Timur . Secara kuseluruhan variasi alami ikanini cukup banyak dengan total genera yang telah diketahui hingga saat ini ada berjumlah lebihdari 15 yang didalamnya terdapat lebih dari 159 jenis (species) (Heemstra and Randal, 1993).Walaupun secara alami populasi ikan kerapu cukup melimpah di berbagai perairan, namunkarena aktivitas penangkapan yang tanpa batas, tidak peduli terhadap aspek keberlanjutannyadan cenderung terus meningkat maka saat ini populasinya juga terus menurun hampir diseluruh perairan dunia termasuk kita di Maluku. Penurunan ini semakin diperparah dengankenyataan bahwa secara politis kita sulit mengakui bahwa populasi sumberdaya perikanan kitatelah mengalamin suatu keadaan tangkap lebih atau secara populer disebut dengan overfishing. Kita takut mengatakan demikian karena mungkin berkaitan dengan investasi, padahal secarabiologi ukuran ikan kerapu yang tertangkap semakin kecil. Hal yang sama juga terjadi padaikan-ikan karang lainnya.   Regulasi dalam bidang perikanan yang termuat dalam UU No.31tahun 2004 belum mampu mencegah perilaku masyarakat nelayan kita yang hanya mau untung

2 / 25

Page 3: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

sendiri tanpa memikirkan keberlanjutan populasi yang ada di alam bagi generasi yang akandatang. Penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat yang sangat merusak(destructive) seperti bom,  penggunaan bahan kimia seperti potassium dan cyanide adalahcontoh ketidakpedulian yang harus dihentikan. Selain itu kebiasaan nelayan yang menangkapdi saat ikan sedang dalam musim berreproduksi dan menangkap di daerah pemijahan(spawning aggregation, SPAG) juga merupakan kebiasan yang tidak bersahabat dengan alam.Inilah perilaku manusia yang harus di kelola (manage) dengan baik karena mengabaikanprinsip ini berarti apapun usaha manusia untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya perikananterumbu karang kita termasuk ikan Kerapu, pasti akan sia-sia. Secara alami, sumberdayaperikanan ikan karang (termasuk ikan kerapu) akan sangat mampu memperbaiki diri sendiri(self recover), namun hal ini akan terhambat apabila intervensi manusia terlalu besar dankecepatannyapun melibihi kemampuan sumberdaya memperbaharui diri sendiri (recovery).Dengan demikian secara singkat dapat saya katakan bahwa manusia tidak perlu mengaturalam, biarkan alam mengatur dirinya sendiri dan manusia harus mengatur kebiasaan manusiayang selalu ingin merusak alam.

Gambaran di atas sangatlah jelas sebab kenyataannya kita dan terutama para nelayan tidakpernah memberi pupuk di laut, tetapi ikan selalu ada untuk dipanen (tangkap). Kita hanya diajakuntuk ikut menjaganya saja tanpa harus bekerja sangat keras. Hal ini nampaknya sedikitbertolak belakang dengan aktivitas di alam darat dimana  seorang petani harus memberi pupukyang cukup kepada tanamannya supaya tumbuh subur dan memberi hasil yang baik.

Seperti halnya berbagai organisme hidup yang memiliki strategi untuk mempertahankanpopulasinya, maka ikan kerapu juga memiliki sejumlah strategi hidup yang khas dan unik.Berganti kelamin dari bentina menjadi jantan (protogenous), berumur panjang (antara 10 – 40tahun), bermigrasi dan berpijah (spawn) dalam agregasi  adalah beberapa karakteristik umumikan karang yang sebenarnya cukup rentan terhadap kepunahan (Mosse, 2001). Sayangnyakekhasan ini tidak dibarengi oleh langkah bijak kita untuk mengakuinya sebagai salah satukomoditi andalan nasional maupun daerah.

Hingga kini komoditi yang sangat berharga ini sering tidak tercatat  dalam dokumen statistikperikanan secara specific di banyak daerah termasuk kita di Maluku. Padahal rantaiperdagangannya dan pasarnya sangat specifik yaitu di Hongkong, daratan Cina, JepangSingapore, Malaysa dll. Kalaupun tercatat hanyalah sebagai bahagian dari kelompok ikan yangdisebut “Ikan lain-lain” atau “ikan batu-batu”. Sebutan ini saya anggap tidak tepat sebab dapatmengelabui (misleading) masyarakat nelayan kita yang selalu bekerja keras di laut tetapiinsentiv yang diterima tidak sebanding dengan hasil kerjanya dengan alasan hanyalah ikanbatu-batu yang cukup dibanyar murah. Hal ini memberi indikasi yang kuat bahwa memangkomoditi yang satu ini belum dianggap penting, padahal harga ikan kerapu di pasarinternasional (Hongkong) dapat mencapai US$180 per kg pada saat-saat perayaan tertentu

3 / 25

Page 4: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

atau kurang lebih Rp 1,800.000 per kg (rate Rp 10,000) (Johannes and Riepen, 1995). Situasiharga ini tentu akan terus mengalami peningkatan yang tidak hanya kerena meningkatnyapermintaan tetapi juga karena semakin terbatasnya suplai ikan ini di pasaran. Fenomena iniperlu dikaji kembali dan diluruskan agar membangkitkan kesadaran kita akan nilai yang harusdibayar dan kepedulian kita tentang pentingnya sumberdaya ini. Selain itu perlu diketahuibahwa terumbu karang bukanlah kumpulan batu yang mati, tetapi adalah kumpulan jutaanmicroorganisme yang hidup dan membentuk terumbu karang sehingga memberi kehidupankepada penghuninya termasuk ikan.

Lingkup dan pentingnya perikanan ikan karang

Kita ketahui bahwa terumbu karang (coral reefs) tersebar cukup luas hampir diseluruh perairandunia, namun perkembangan terbesarnya dijumpai di perairan tropis termasuk kita di Malukuyang masuk sebagai bagian dari segita terumbu karang dunia (coral triangle). Luas permukaanbumi yang ditutupi oleh ekosistem terumbu karang sangatlah kecil yaitu kurang dari 700,000km2

(Smith, 1978; Munro, 1977), tetapi peranannya sangatlah besar.  Ekosistemnya cukupkompleks dan sangat kaya akan keragaman hayati (biodiversity) dan merupakan habitatberbagai jenis, ragam dan ukuran makluk hidup mulai dari yang berukuran planktonik (mikro)sampai yang berukuran besar seperti ikan, kerang-kerangan dan udang-udangan, dll. Berbagaipenelitian terus mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat keragaman hayati dunia karenadi sinilah 35% jenis ikan ditemukan. Secara khusus untuk ikan karang saja jumlah species adalebih dari 2,500. Karena tingginya keragaman yang demikian maka oleh para ahli, ekosistemterumbu karang sering disejajarkan dengan kekayaan hutan tropis (Polunin dan Roberts, 1996).Di sinilah jutaan manusia yang menempati  wilayah pesisir menggantungkan kehidupannyakarena ekosistem ini mampu menyiapkan lapangan pekerjaan yang beragam dan luas. Selainitu pendapatan daerah dan negara dapat dihasilkan melalui ekosistem ini saja. Ada gambaranyang sangat menarik bahwa sebuah wilayah (paparan) terumbu karang yang luasnya kuranglebih 26km2

4 / 25

Page 5: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

(meti) dan 42km2

wilayah tubir (slope) mampu menyediakan kesempatan kerja untuk 17,000 orang (McManusdkk 1992). Kegiatan perikanan dan pariwisata adalah dua produk unggulan yang sanggupmenghidupi jutaan warga bila dikelola dengan pandai dan bijaksana. Kabupaten ManggaraiBarat di ujung Barat Pulau Flores Provinsi NTT dengan Taman Nasional lautnya dapat dijadikancontoh kasus keberhasilan memadukan dua produk unggulan dimaksud bagi pembangunanekonomi daerahnya. Pembagian wilayah perairan atau zonasi yang tepat termasuk no takezone yang diperuntukan bagi ikan kerapu sebagai lokasi pemijahan atau berreproduksi (SPAG)adalah langkah bijaksana yang diambil dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikananterumbu karang mereka. Pertanyaannya, kapan konsep yang sama diadopsi untuk diterapkandi Propinsi kepulauan Maluku untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan kerapu yangmasih tersisa.

Ada sebuah anecdot menarik dari Kabupaten Manggarai Barat yang terletak di ujung BaratPulau Flores, Provinsi NTT dimana Para nelayan yang sudah naik Haji yang ada di sana seringdisebut dengan ungkapan “Haji Cumi-Cumi”. Ungkapan ini memang cukup beralasan karena disana sumberdaya cumi-cumi (kelompok Moluska) melimpah sehingga perekonomianmasyarakat di sana sangat tertolong. Pada setiap musim, penangkapan cumi-cumi setiapmalam dapat mencapai 7-8 ton per unit usaha (effort). Contoh lain adalah berasal dari sebuahNegara terkecil di Asia, Maladewa (Maldives) yang berpenduduk kurang lebih 295,000 jiwa.Terletak di Samudera Hindia, negara ini juga berbentuk kepulauan (1200pulau) denganketinggian daratannya hanya mencapai 24 meter dari permukaan laut. Keseluruhan pulaunyadikelilingi oleh karang atol sebagai barrier dengan  pulau terbesarnya hanya seluas tidak lebihdari 13km2 . Berdasarkan kondisi geografis demikian maka tidaklah mengherankan apabilapendapatan nasionalnya bersumber dari sektor perikanan dan pariwisata sebagai dua produkunggulannya. Orang Maladewa lebih suka makan ikan tuna daripada ikan karang sehingga ikankarangnya tetap melimpah. Oleh Pemerintah, ikan karang terutama  kerapu kemudian dijadikanobjek untuk mendukung industri pariwisata dan sebagai komoditi dagang yang mahal.

Belajar dari dua contoh kasus di atas, nampaknya kita masih harus belajar untuk membuatkomitemen yang benar dan serius untuk memajukan sektor kelautan di negeri ini. Mengabaikan sektor ini berarti kita akan mengalami kerugian besar dan kehilangan banyaksekali komoditi unggulan terutama yang berasosiasi dengan terumbu karang antara lainberbagai jenis ikan karang yang dikategorikan sebagai ikan pangan terutama kerapu dan ikanhias, Lola, batu laga, rumput laut, teripang, lobster, bahkan sumber biofarma yang sangatpenting bagi manusia.

Kekawatiran ini bukanlah tanpa alasan sebab berbagai hasil penelitian menunjukan bahwaperikanan ikan karang di Asia sedang mengalami tekanan exploitasi yang sangat berat sejalan

5 / 25

Page 6: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

dengan pertumbuhan penduduk yang cepat pula yang pada ahirnya meningkatkan permintaanakan produk perikanan (Reviewed in Polunin and Roberts, 1996). Saat ini diperkirakan pasarikan hidup di Hongkong selain Jepang dan Singapura  telah mengimport kurang lebih 22,500ton ikan Kerapu yang mana 60% berasal dari hasil tangkapan di laut dan sisanya dari hasilbudidaya dan jumlah ini akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Menyadari akankarakteristik perairan Maluku yang juga dikelilingi oleh terumbu karang yang luas, maka sudahpasti ikan sebanyak tersebut di atas juga berasal dari perairan Maluku baik secara legalmaupun illegal (Johannes and Riepen, 1995). Informasi yang saya kumpulkan dari masyarakatkhususnya dari wilayah perbatasan di Kabupaten Maluku Barat Daya mengatakan bahwasemakin banyak aktivitas illegal di perairan karang mereka, baik itu yang dilakukan olehnelayan dari luar wilayah kabupaten MBD maupun oleh nelayan asing.  Sayangnya merekatidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan sarana untuk menjaga sumberdaya di sekitarmereka. Disinilah komitmen dan keseriusan pemegang otoritas untuk mengelola sumberdayaperikanan kita di tantang.

Variasi dan tingkat keragaman hayati suatu wilayah perairan karang akan berpengaruh pulaterhadap besar kecilnya produksi perikanan yang dihasilkannya. Williams dan Hathcer (1983)mengemukakan bahwa produksi perikanan di Great Barrier Reef Australia dibentuk olehsepuluh famili utama ikan karang dan kondisi yang hampir sama juga ditemukan di Indonesia(Tabel 1).

Tabel 1. Sepuluh famili ikan karang pangan yang penting di Indonesia

No.

Famili

Nama dagang

6 / 25

Page 7: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

1

Caesiodidae

Ekor kuning

2

Holocentridae

Gora

3

Serranidae

Kerapu, Garopa

4

Siganidae

7 / 25

Page 8: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Beronang, Samandar

5

Scaridae

Gigi anjing, Kakatua

6

Lethrinidae

Lencam, sakuda

7

Priacanthidae

Suanggi, Mata bulan

8

8 / 25

Page 9: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Labridae

Napoleon, Maming

9

Lutjanidae

Kakap merah

10

Haemulidae

Gerot-gerot, Raja bau

Dari kesepuluh kelompok famili tersebut hanya beberapa saja yang oleh komisi pengkajian stokikan laut nasional telah sepakat untuk dipakai sebagai indikator potensi perikanan ikan karangdi Indonesia yang meliputi; Kerapu (Serranidae), Lencam atau Sakuda (Lethrinidae), Ekorkuning (Caesiodidae), Beronang atau Samandar (Siganidae), Kakap merah (Lutjanidae), Kakatua (Scaridae) dan Napoleon atau maming (Labridae). Selain ikan-ikan ini yang termasuk dalam

9 / 25

Page 10: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

kelompok ikan pangan (konsumsi) ada juga kelompok ikan hias yang secara agregatemendukung perikanan ikan karang di Indonesia. Secara keseluruhan, diperkirakan potensiperikanan ikan karang di Indonesia adalah sebesar 149,300 ton per tahun denganmenggunakan asumsi kepadatan sebesar 3 ton untuk setiap km panjang garis pantai. Dari hasilpendugaan ini, 108,499 ton per tahun disumbangkan oleh tiga famili utama yaitu Kerapu,Lencam dan Ekor kuning (Djamali dan Mubarak,1998) dan dari jumlah ini ikan kerapumenyumbang kurang lebih 34,004 ton.

Untuk perairan karang di Maluku yang luasannya dapat mencapai 543km2 diprediksikan dapatmenyumbang kurang lebih 21.384 ton ikan karang pangan yang meliputi tiga perairan utamayaitu perairan Laut Seram, Laut Banda dan Laut Arafura. Sayangnya dari gambaran ini kitabelum dapat memprediksi besar sumbangan ikan Kerapu, kecuali data eksport hasil perikananMaluku yang tercatat pada tahun 2002 sebesar 22,65 ton dan pada tahun 2003 hanyamencapai 19,38 ton. Sedangkan perkembangan pada tahun-tahun setelahnya hingga saat inikita tidak mempunyai data sama sekali. Hal ini agak kontras dengan apa yang dimonitor olehperdagangan ikan karang di pasar Internasional terutama di Hongkong yang secara statistikproduksi ikan kerapu cukup jelas seperti telah disinggung di atas. Inilah gambaran tentangsituasi kita saat ini yang kiranya mendapat perhatian serius dimasa mendatang untuk mengisikekurangan yang ada. Langkah cepat perlu segera diambil karena kita sedang bersaing dengansemakin meningkatnya laju eksploitasi, yang jika tidak dibarengi dengan upaya untukmemperoleh data yang akurat tentang potensi sumberdaya melalui suatu penelitian yangterrencana maka kita tidak akan pernah mengetahui besaran tersebut.

Karakteriestik dinamika ikan kerapu

Berdasarkan pengklasifikasinya, ikan kerapu yang kita kenal umum saat ini termasuk dalamfamili atau keluarga Serranidae. Secara keseluruhan ada 5 sub-famili yang termasuk dalam

10 / 25

Page 11: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

famili ini, namun sub-famili yang paling penting secara ekonomis adalah berasal dari sub-familiEpinephelinae. Sub-famili ini memiliki jumlah genus sebanyak 15 dengan jumlah jenis (species)sebanyak 159. Mengingat tingkat keragaman jenis biota di perairan tropis terutama di perairanIndonesia Timur  cukup  tinggi, maka bukanlah tindak mungkin jumlah tersebut di atas dapatsaja mengalami penambahan diwaktu-waktu mendatang. Secara keseluruhan ke 15 genustersebut memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan ikan-ikan karanglainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Resume harga beberapa jenis ikan Kerapu dan ikan karang lainnya di beberapapasar Asia (Hongkong dan Singapura) ( rate 1US$ = Rp 10,000)

Species

US4/Kg

Rp/Kg

Humphead wrasse ( Cheilinus undulatus ), Maming

50-70

500,000-700,000

Highfin grouper ( Cromileptes altivelis ), Kerapu bebek

11 / 25

Page 12: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

40-90

400,000-900,000

Coral trout ( Plectropomus leopardus), Kerapu sunu

25-40

250,000-400,000

Estuary cod ( Epinephelus tauvina )

10-20

100,000-200,000

Mangrove jack (Lutjanus argentimaculatus), Kakap merah

5-8

50,000-80,000

12 / 25

Page 13: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Di Australia, ikan kerapu tidak hanya dijadikan komoditi perikanan, tetapi juga sebagai komoditipariwisata yang sangat mahal. Perairan Great Barrier Reef di Australia bagian Pantai TimurUtara merupakan lokasi atraksi bawa laut yaitu dengan memberi makan (feeding) kepada ikankerapu dari jenis Epinephelus tukula (potato cod). Ini adalah ajang pariwisata bahari yangmahal karena melibatkan berbagai pelaku (segment) ekonomi mulai dari transportasi darat,udara dan laut untuk membawa wisatawan manca negara sampai ke lokasi ikan tersebut. Jasaperhotelan yang tersedia di Pulau karang terdekat, pramuwisata (guide), peralatan menyelamdan pakan untuk menarik ikan kerapu  juga disediakan.

Berdasarkan hasil penelitian ilmiah terkini, penyebaran ikan kerapu cukup luas di semuasamudera terutama di perairan yang beriklim tropis maupun subtrpois. Ada beberapa jenis yanghidupnya di perairan estuari (pertemuan antara air laut dan air tawar), namun secarakeseluruhan sebahagian besar jenisnya  hidup di perairan terumbu karang (Heemstra adRandall, 1993). Secara ekologi, ikan kerapu adalah salah satu top predator yang sangatmenentukan aliran energi (food web) secara lokal dalam perairan melalui kebiasaan makannya.Dengan demikian mereka memiliki kemampuan menciptakan wilayah kekuasaan (teritory) danfeeding niche yang kuat. Secara sosial, teritori tersebut terbentuk dengan adanya sistem“harem” yang didominasi oleh ikan jantan yang selalu berukuran lebih besar dari betina.Keadaan ini terjadi melalui proses perganitian kelamin secara sekuensial dari jenis kelaminbetina menjadi jantan (protogynous hermaphrodite) sejalan dengan pertambahan umur. Tidaksemua ikan kerapu betina berkeinginan untuk merubah kelaminnya, tetapi apabila terjadikekurangan ikan jantan dalam koloni akibat kematian alami (karena sakit) dan karenapenangkapan, maka ikan betina yang berukuran relatif lebih besar akan mengambil perantersebut. Secara internal struktur organ reproduksinya tidak banyak mengalami perubahanwalaupun gonad telah diintervensi oleh spermatid yang terus berkembang dan menjadispermazoa. Dalam kondisi seperti ini sisa telur yang tidak sempat dipijahkan tetap beradadalam jaringan gonad namun tidak lagi berkembang. Inilah tanda pengenal atau cap yangotentik bahwa ikan ini pernah berfungsi sebagai betina (Mosse, 2001).

Hingga kini berbagai penelitian menunjukan bahwa proses pergantian kelaminnya bervariasi diantara satu lokasi dengan lokasi yang lain serta menurut variasi waktu. Selain itu ditemukanbahwa dalam proses pergantian ini, tidak selamanya semua ikan betina berganti kelaminnyamenjadi jantan. Sebaliknya tidak semua ikan jantan hanya berasal dari proses pergantian olehbetina yang telah berfungsi.  Hal ini terbukti dari sering ditemukannya ikan jantan yangberukuran relatif lebih kecil ataupun sama ukurannya dengan ikan betina.

13 / 25

Page 14: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Aktivitas reproduksinya bervariasi termasuk fase dimana seekor ikan kerapu betina memasukifase kematangan gonad (organ reproduksi). Ada species tertentu yang memasuki fase ini padaumur 1 tahun tetapi ada juga baru memasukinya setelah mencapai umur 6 tahun. Aktivitaspemijahan dapat berlangsung selama 1 sampai 2 bulan sementara jenis yang lain memilikikemampuan berpijah lebih dari 2 bulan bahkan bisa mencapai 6 bulan lamanya.

Secara umum, ukuran ikan kerapu berkisar antara 25cm sampai mencapai lebih dari 3 meterpanjangnya (Total Length). Walaupun demikian secara ekonomis ukuran ikan yang palingdigemari adalah yang berukuran sedang, antara 25cm-60cm (medium size). Memang padaawalnya kunsumer lebih menyukai ikan yang berukuran relatif besar dari kisaran ukuran di atas, tetapi kini kecenderungannya telah bergeser dengan menyukai ikan yang berukuran sebuahpiring makan (plate size). Kecenderungan ini memang cukup beralasan sebab kenyataannyaikan yang berukuran besar semakin jarang ditemukan di alam.  Hal inilah yang kemudianmendorong berbagai penelitian ilmiah yang terus dilakukan untuk mengungkapkan apakahkecenderungan ini cukup aman terhadap populasi atau tidak. Secara biologi pengertian amanberarti mustinya ikan tersebut telah melakukan proses reproduksi minimal satu kali dalamhidupnya sebelum akhirnya memakan umpan nelayan. Dengan demikian  proses recruitmenatau masuknya individu baru dalam populasi untuk menggantikan yang hilang akibat matisecara alami maupun oleh karena penangkapan dapat berlangsung.

Mengabaikan prinsip ini berarti kita ikut menghambat proses rekrutmen ke dalam populasi.Secara tidak sadar mungkin kita telah ikut menghancurkan populasi ikan kita di alam yaitudengan mengkonsumsi ikan-ikan berukuran kecil atau ikan-ikan yang sedang dalam prosesreproduksi. Ada beberapa contoh kasus dimana ada masyarakat tertentu yang menyukaimengkonsumsi ikan beronang = Samandar (Siganus sp)yang sedang mengandungtelur-telurnya. Karena kebiasaan menangkap secara turun temurun, maka masyarakat tersebuttelah pandai dalam menentukan waktu (bulan) penangkapan dan selalu bertepatan denganpuncak matangnya organ reproduksi ikan ini. Karena kebiasaan ini maka ternyata masyarakattersebut mulai merasakan berkurangnya populasi ikan ini di sekitar perairan desa mereka. Iniadalah gambaran ketidak tahuan masyarakat yang mestinya menjadi tanggungjawab parailmuan dan masyarakat dunia kampus sebelum kehancuran populasi yang lebih besar terjadi.

Berbagai penelitian terkini menunjukan bahwa ikan kerapu selain memiliki karakteristik di atas,ada beberapa karakteritik lainnya yang khas yaitu pola pertumbuhan yang lambat, cenderunghidup lebih lama (longer lifespan) serta laju kematian alami yang relatif rendah.

14 / 25

Page 15: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Berbeda dengan ikan-ikan lainnya yang hidup di permukaan air (pelagic species), kehidupanikan kerapu adalah selalu menyendiri (solitary) di antara terumbu karang, tetapi pada musimpemijahan (spawning season) mereka melakukan migrasi ke perairan karang yang lebih dalamdan berkumpul dalam jumlah yang besar di lokasi dan bahkan waktu yang dapat diketahui.Setelah melewati musim pemijahan maka mereka cenderung menyebar sehingga tidakmengherankan bila hasil perhitungan jumlah stok sering berfluktuasi dari waktu ke waktu. Iniadalah salah satu karakteristik ikan karang yang unik. Pada momen inilah para nelayan yangtelah berpengalaman dapat melakukan penangkapan secara besar-besaran tanpamemperdulikan aspek keberlanjutan (sustainability) dari sumberdaya. Tanpa disadari praktek iniakan menghambat mekanisme masuknya individu baru (new recruits) ke dalam stok.

Sebenarnya praktek ini telah lama dilarang sesuai dengan amanat UU No.9 Tahun 1989 danyang telah diperbaharui dengan UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, namun sayangnyahal ini belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Akibatnya tanpa disadari sebenarnya stokperikanan ikan karang kita termasuk ikan kerapu semakin berkurang. Beberapa catatanpenelitian telah lama membuktikan bahwa populasi ikan kerapu di beberapa perairan diIndonesia sudah tidak ekonomis lagi seperti di perairan kepulauan Riau dan di kepulauanSpermonde (Sulawesi Tenggara) (Johannes and Riepen, 1995). Tanpa disadari, sebenarnyakondisi ini juga telah lama terjadi di banyak perairan termasuk di perairan Maluku, hanya sajakita belum mau mengakuinya. Berkaitan dengan hal ini maka menurut saya penyebabnyahanya ada dua yaitu yang pertama masih kurangnya pengetahuan yang benar tentang statussumberdaya perikanan kita dan yang kedua berkaitan sangat erat dengan aspek politik. Betapatidak, secara politik pemerintah kita masih akan sulit dan selalu hati-hati untuk mengatakanbahwa sumberdaya perikanan kita sudah mencapai status pengusahaan penuh (fully exploited)apalagi mengatakan bahwa kondisinya sudah mencapai status tangkap lebih (overfishing).Kenyataannya jumlah stok ikan di beberapa perairan di bagian Barat Indonesia telah memasukibahkan melewati batas ambang tersebut (Djamali dan Mubarak, 1998).  Pogram pemerintahyang pernah dicetuskan beberapa tahun silam untuk merelokasi nelayan dari beberapa wilayahIndonesia bagian Barat dalam jumlah yang tidak sedikit ke wilayah Indonesia Timur sangatlahcukup untuk dijadikan sebagai indikasi bahwa memang potensi sumberdaya perikanan di sanasudah tidak aman lagi untuk diusahakan (Mosse, 2006). Ini artinya jumlah usaha (effort) yangmeliputi banyaknya nelayan, peralatan, frekuensi melaut dan setiap investasi yang dibelanjakanuntuk operasi penangkapan di laut sudah tidak seimbang lagi dengan stok yang ada di alamdan yang dapat dinyatakan melalui jumlah hasil tangkapan mereka. Inilah status tangkap lebihatau overfishing yang terjadi karena berkaitan dengan aspek ekonomi sehingga apabila suatustok sumberdaya perikanan masih dianggap menguntukan, sumberdaya tersebut belum dapatdinyatakan overfishing. Sayangnya overfishing juga mengandung magna yang lebih luasketimbang hanya didasari pada aspek ekonomi saja.  Russ (2001) mengemukakan bahwaselain overfishing yang disebutkan di atas (economic overfishing), masih ada 4 macamoverfishing lagi yang perlu diketahui dan di awasi secara ketat yaitu;

1. Growth overfishing

15 / 25

Page 16: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Kegiatan penangkapan oleh nelayan akan mempengaruhi struktur ukuran dan umur populasiikan secara langsung karena sudah pasti di dalam populasi, ikan yang berukuran relatif lebihbesar dan yang lebih tua umurnya akan menjadi target utama penangkapan. Hal ini terjadibukan saja karena pertimbangan eknomi (semakin besar ikan semakin mahal harganya), tetapikarena penggunaan alat tangkap yang juga cenderung selektif terhadap ukuran ikan yang lebihbesar.  Ikan-ikan inilah yang paling pertama hilang dari populasi. Padahal jumlah ikan yangberada dalam spektrum ukuran dan umur yang demikian selalu lebih sedikit jika dibandingkandengan yang berukuran kecil dan yang masih muda umurnya.  Dalam situasi yang demikian,secara teoritis ekologi populasi sumberdaya berupa ruang dan makanan di alam mustinya tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kehidupan ikan yang tersisa. Bila skenarioini benar-benar terpenuhi maka akan sangat membantu mempercepat proses pertumbuhanikan-ikan tersebut. Tetapi disaat intensitas kegiatan penangkapan meningkat dan melebihi lajupertumbuhan sebagai akibat dari kompensasi ekologis di atas, maka ikan yang akan ditangkappasti yang berukuran kecil karena mereka belum sempat bertumbuh.

2. Recrutiment overfishing

Sebagai kelanjutan dari kondisi populasi di atas dimana individu yang tersisa mustinya dapatberfungsi sebagai calon induk (breeder) untuk menghasilkan  anakan baru (recruits) ke dalampopulasi. Tetapi apabila intenstitas penangkapan terus meningkat dan mengurangi calon induktersebut, maka jumlah individu baru yang akan dihasilkan juga pasti akan berkurang secarasangat nyata.

3. Ecosystem overfishing

Kondisi ini merupakan rangkaian lanjutan dari peristiwa overfishing sebelumnya dan kinisemakin parah karena telah menyentuh sampai pada tataran komunitas ikan atau bahkanekosistem secara keseluruhan. Apabila tidak ada kontrol terhadap aktivitas penangkapan yang

16 / 25

Page 17: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

semakin intensif maka apa yang akan terjadi adalah perubahan kelimpahan relatif dan ataukomposisi dari jenis-jenis ikan yang ada. Berkaitan dengan konsep ini maka sebenarnyasedang berkembang suatu paradigma baru yang dikenal dengan istiah EBFM atau EcosystemBased Fisheries Management. Memang model pemanfaatan yang satu ini masih terusdidiskusikan diantara para ahli perikanan terutama mereka yang menganut prinsip ukuranminimum. Walaupun model ini sedang dalam pengujian dan analisa mendalam, namundemikian yang menarik adalah bahwa model ini menawarkan pemanfaatan semua ukuran ikandalam struktur piramida yang ada (Zhou, 2010, Hutubessy, 2012). Singkatnya, kalau mausupaya sumberdaya ikan kita tetap lestari maka dianjurkan supaya jangan tangkap ikan satuukuran saja tetapi tangkap semua ukuran (dari yang berukuran kecil sampai besar).

4. Malthusian overfishing

Ini adalah kondisi suatu sumberdaya perikanan dimana jumlah nelayan yang ada melebihi,sementara jumlah ikan yang akan ditangkap sudah tidak mencukupi. Seperti yang seringdijumpai, apabila hasil tangkapan terus menurun sementara permintaan ikan tetap bahkanmeningkat maka nelayan akan tetap berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut dengancara apapun yang penting mendapatkan ikan. Praktek penangkapan yang merusak seolah-olahbukan urusan saya, itu urusan pemerintah. Penggunaan bahan peledak dan kimia sepertipotasium dan cyanide untuk menangkap ikan kerapu maupun ikan karang lainnya adalahcontoh klasik dari  gejala Malthusian overfishing yang dapat dijumpai di banyak negara sedangberkembang termasuk Indonesia.

Tidak tercatatnya informasi produksi maupun aktivitas ekspor ikan kerapu dalam dokumenstatistik kita di Maluku sejak tahun 2005 hingga 2008 ini semakin memperkuat pendapat bahwaikan kerapu memang belum mendapat perhatian serius (Maluku Dalam Angka, 2008).Sebenarnya kondisi ini terjadi hampir di semua negara di Asia Tenggara yang memiliki terumbukarang sebagai akibat dari salah urus. Sebagai pembanding saya mencoba memaparkankondisi riil yang dilakukan oleh masyarakat di Australia dalam mengelola perikanan ikan kerapumereka yang telah lama dikenal dan tercatat sebagai yang paling sehat di dunia. Hal ini bisatercapai karena hanya empat hal:

1. Tersedianya data penelitian yang akurat tentang dinamika populasi ikan karangnyasecara keseluruhan terutama ikan kerapu. 2. Regulasi yang diterbitkan untuk mengatur industri perikanannya benar-benar

17 / 25

Page 18: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

berdasarkan ilmu pengetahun (scientific based management) 3. Pengawasan dan penerapan sanksi bagi yang melangggar sangat konsisten. 4. Peran serta masyarakat untuk ikut menjaga sumberdaya perikanan yang ada sangatnyata dan aktif.

Langkah ini tentu sangat penting dalam pengelolaan sebab selain aspek reproduksi yang telahdisinggung di atas, ikan kerapu maupun ikan karang pada umumnya bertumbuh relatif lambatjika dibandingkan dengan ikan pelagic.  Sebagai contoh kerapu sunu (Plectropomus leopardus)dalam 1 tahun umurnya baru dapat mencapai ukuran panjang total 20cm dan untuk mencapaiukuran maksimum 60cm dibutuhkan waktu 15 tahun.  Sedangkan dari aspek reproduksi ikankerapu ini baru boleh ditangkap bila telah mencapai ukuran minimal 38cm disaat telah berumurantara 2 sampai 3 tahun. Ini adalah sistem pembatasan ukuran ikan yang diijinkan untukditangkap.   Prinsip inilah yang telah lama diadopsi oleh otoritas perikanan di Australia maupunnegara lainnya termasuk di Maladewa sehingga tidak heran apabila sumberdaya perikanan ikankerapu mereka masih tetap sehat untuk terus dikelola. Bagi kita di Indonesai, sistem ini jugasebenarnya telah lama ada seperti yang termuat dalam UU No.9 Tahun 1989 yang kini telahdiperbaharui melalui UU No.31 tahun 2004 tentang perikanan dan secara khusus pembatasantersebut termuat dengan jelas pada pasal 7 ayat 2 (huruf j) yang mengatur tentang ukuran atauberat minimum yang boleh ditangkap. Sayangnya implementasi dari regulasi tersebut masihsangat jauh dari harapan.

Budidaya ikan kerapu sebagai kebutuhan

Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius adalah fakta bahwa pasar ikan kerapu duniatetap memerlukan sekitar 40% dari hasil budidaya (laut dan payau) untuk mengisi kekurangankebutuhan konsumen dunia yang 60% -nya baru berasal dari hasil tangkapan di alam. Di sinilahteknologi budidaya yang tepat dapat dikembangkan untuk mencapai target di atas. Berdasarkanfakta biologi seperti disebutkan di atas, maka berbagai terobosan teknologi budidaya dapat

18 / 25

Page 19: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

mencakup rekayasa pakan untuk mempercepat laju pertumbuhan benih ikan dalam kondisilaboratorium maupun yang dipelihara di alam. Penciptaan kondisi pemeliharaan yang baikuntuk proses domestikasi juga semakin berkembang. Hal ini terbukti dari semakin seringnyafrekuensi pemijahan ikan kerapu dalam kondisi laboratorium. Walaupun keberhasilan barumeliputi beberapa species saja seperti Epinephelus fascogutatus, Cromileptis altivelis namunteknologi budidayanya hampir pasti telah dikuasai mulai dari memperoleh telur melalui indukalam hasil domestikasi sampai kepada pembesaran untuk ukuran konsumsi atau pasar.

Walaupun penguasaan teknologi budidaya semakin berkembang namun ketergantunganterhadap induk kerapu yang berasal dari alam masih sangat kuat. Hal ini disebabkan karenainduk hasil budidaya (Fial pertama) masih sangat terbatas jumlahnya untuk menghasilkan telurmaupun benih yang cukup sesuai perkembangan kebutuhan budidaya saat ini. Mengambilcalon induk dari alam untuk proses budidaya seperti disinggung di atas menurut saya masihjauh lebih menguntukan jika dibandingkan dengan memgumpulkan benih dari alam yangkemudian dibesarkan diberbagai fasilitas budidaya seperti keramba, kolam dll. Dasarpemikirannya adalah bahwa populasi ikan karang terutama kerapu sangat dibatasi oleh prosesrekruitmen tetapi bukan oleh persaingan atau pemangsaan.

Secara biologi ikan kerapu sanggup menghasilkan 10.000.000 sampai 20.000.000 telur sekalimusim pemijahan yang kemudian berkembang menjadi anakan (larvae). Larva yang telahmengalami metamorfosa sempurna dan memiliki organ layaknya ikan dewasa kemudianberenang dan mencari terumbu karang di sepanjang wilayah pesisir untuk menetap. Dalamproses mencari habitat inilah, dari sebahagian besar anakan ikan yang masih berbentukplanktonik hanya sekelompok kecil yang berhasil tiba di lokasi tujuan untuk menetap, tumbuhdan berkembang menjadi ikan kerapu dewasa. Melihat kenyataan ini maka apabila usahamengumpulkan benih dari alam terus dilakukan maka dipastikan bukan saja jumlah stok ikankerapu dewasa tetapi anakan ikan kerapu juga akan berkurang secara nyata. Masuknyakapal-kapal penangkap dari Hongkong, Taiwan dan Thailand ke wilayah perairan Indonesiamerupakan bukti bahwa stok ikan kerapu mereka sudah habis dan tidak menguntungkan lagisecara ekonomis.

Berangkat dari kenyataan di atas maka selain larangan untuk menangkap anakan ikan kerapudari alam, upaya melindungi kawasan terumbu karang tertentu sebagai lokasi berkumpulnyaikan kerapu untuk berreproduksi harus semakin diperluas di seluruh wilayah Indonesiatermasuk kita di Maluku. Langkah ini tidak hanya bermanfaat melindungi stok dan kemudianberfungsi sebagai penyumbang individu baru ke perairan sekitar, tetapi juga sebagai cadanganinduk untuk kepentingan budidaya dimasa mendatang.  Dengan teknologi budidaya, ketekunanserta ditunjang oleh fasilitas yang memadai, kini berbagai hatchery dalam negeri telah mampumenghasilkan dan menjual telur ikan maupun benih (finggerlins) untuk memenuhi permintaannelayan pembudidaya. Saat ini penjualan telur ikan kerapu semakin marak dimana-mana

19 / 25

Page 20: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

termasuk kita di Maluku. Data dari Balai Budidaya Laut Ambon menunjukan bahwa telur ikankerapu bebek dijual dengan harga Rp 5 per butir  sedangkan benih yang berukuran 8cmsampai 9cm dijual dengan harga Rp1500 per cm. Beberapa species lain yang masih terusdikembangkan adalah Plectropomus leopardus atau kerapu sunu. Species ini telah berhasildipijahkan dalam kondisi laboratorium namun larvanya belum dapat bertahan lama. Hal ini jugaterjadi pada species Ceilinus undulatus atausering disebut orang dengan nama ikan napoleon atau maming yang memiliki  ukuran diametertelur yang relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan genus Epinephelusdan Cromileptes.  Kedua kasus ini mengidikasikan bahwa teknologi budidaya masih harus terus dikembangkansesuai dengan kebutuhan species tertentu yang memang memerlukan teknik penanganan yangberbeda pula.

Bank ikan dan Badan otorita pengelolaan kawasan laut daerah; sebuah konsep

Sebenarnya usaha perlindungan kawasan laut di Indonesia telah lama diperkenalkan. Namunsayangnya belum berjalan dengan efektif sesuai dengan peruntukan wilayah yang telahditetapkan. Kita kenal adanya kawasan taman nasional dan kawasan lainnya yang di dalamnyaterdapat sejumlah pembagian wilayah (zona) sesuai dengan peruntukannya, kondisi fisik danbiologi organisme penghuni kawasan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, maka belajar darisejumlah fakta biologi, dinamika populasi dan fakta ekonomi di atas, usaha perlidungansumberdaya ini seharusnya segera dilakukan. Sebenarnya hal ini dapat dilakukan denganrelatif mudah sebab pada dasarnya ikan kerapu memiliki sifat yang cenderung menetap(solitary). Dalam kondisi alami apabila habitatnya benar-benar bebas dari gangguan manusiaatau aman, maka ikan ini pasti akan tetap menempati lokasi tersebut. Setidaknya hal ini terbuktidengan percobaan yang pernah saya lakukan dengan memberi tanda (tags) kepada lima ekorikan kerapu dewasa dari genus Cephalopholis cyanostigma. Kelima ekor ikan tersebutberukuran antara 25cm sampai 32cm panjang total (TL). Setelah diberi tanda khusus yangditancapkan dibagian pungung dan di depan sirip dorsal pertama, ikan tersebut kemudiandilepaskan untuk hidup kembali di alamnnya. Setelah 3 tahun lamanya ikan –ikan tersebutdibiarkan hidup bebas di habitatnya dan ternyata mereka tidak berpindah samasekali. Inilahsifat teritorial yang sangat kuat yang kalau dikelola dengan baik akan sangat menguntungkan

20 / 25

Page 21: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

karena populasinya tidak bergerak jauh. Sebaliknya sifat inipula sangat rentan terhadapancaman eksploitasi yang tidak terkontrol apabila keberadaannya telah diketahui.

Berkaitan dengan hal di atas, maka usaha pemerintah untuk menetapkan kawasan-kawasanlindung atau konservasi laut di daerah (KKLD) perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Halini sangat sejalan dengan program pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanannasional yang merencanakan untuk menetapkan sekitar 30juta Ha kawasan konservasi yangtersebar di seluruh daerah di Indonesia sebelumakhir tahun 2015. Hal ini bukan saja karenaadanya tuntutan untuk memenuhi amanat Undang-Undang tentang Perikanan maupunUndang-undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir yang telah ada, tetapi lebih dari itu agarkeberadaan stok ikan karang termasuk kerapu tetap terjaga bagi kepentingan ekonomi nasionaldan daerah. Zona perlindungan yang berstatus sebagai zona larang ambil (no take zone) akanberfungsi sebagai “Bank ikan” dimana sumberdaya ikan kerapu yang secara soliter hidupdisana dilarang untuk diambil. Di sini aktivitas apapun tidak diperbolehkan sehingga terciptasuatu kawasan yang aman bagi setiap organisme penghuninya.  Berdasarkan pengalamansaya sewaktu ikut bertanggungjawab dan mengontrol penerapan sistem ini di Taman NasionalKomodo memperlihatkan bahwa sistem ini pada awalnya memang mahal karena harusmelibatkan berbagai pihak selain kesiapan kesiapan logistik yang cukup memadai.  Tetapisejalan dengan perkembangannya tingkat kesadaran masayarakat mulai meningkat danakhirnya dukungan masyarakat semakin nyata. Dari namanya saja (“Bank ikan”),  kawasan iniakan berfungsi sebagai penyedia (suplier) sehingga ikan-ikan yang ada akan berkembang danmenghasilkan telur maupun individu baru (new recruits) yang kemudian terdistrubsui keperairan sekitar melalui bantuan arus dan melalui mekanisme perpindahan karena kepadatan(density dependent) yang meningkat dalam habitat. Ikan yang telah berpindah ke zona sekitaryang telah ditetapkan sebagai kawasan pemanfaatan umum, atau memang merupakan wilayahfishing ground kemudian dapat dimanaatkan (Lihat diagram di bawah).

21 / 25

Page 22: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Selain konsep pengembangan di atas, saya ingin menyampaikan sebuah pandangan yangberkaitan dengan pembentukan sebuah badan otorita untuk menangani secara khsususperikanan terumbu karang di Maluku. Badan ini belum pernah ada di Indonesia namun kalaukita mau jadikan ikan karang dan habitat terumbu karang yang Maluku miliki supaya tetaplestari maka konsep ini sangat relevan. Urgensi dari pandangan saya ini didasari pada sejumlahkenyataan bahwa:

1. Maluku adalah propinsi kepulauan yang sebahagian besar pulaunya dikelilingi olehhamparan terumbu karang yang cukup luas. 2. Perairan terumbu karang menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi serta sumberbiofarma yang tak ternilai namun belum diperhatikan dan ditangani secara serius. 3. Perairan Maluku berada dalam jaringan segi tiga terumbu karang (coral trianggle network) sehinga ikut membentuk dan sekaligus mempertahankan suatu sistem metapopulasi(karang dan organisme penghuninya termasuk ikan kerapu) yang kompleks dengan perairanterumbu karang dunia lainnya. 4. Ikan kerapu sebagai simbol (icon) perikanan ikan karang memiliki nilai ekonomis yangmahal dan berskala internasional. 5. Ikan kerapu memiliki karakteristik bilogy dan dinamika yang unik, kompleks danmangandung nilai keilmuan (science) yang selalu manarik untuk diteliti. 6. Ikan kerapu maupun ikan karang lainnya sedang mengalami ancaman eksploitasi yangtidak terkendali. 7. Data tentang aspek biology serta dinamika populasinya di Indonesia terlebih khusus diMaluku masih sangat terbatas

Dengan demikian, badan ini diharapakan sebagai wadah untuk mengkaji status perikanan ikankarang dan memberi rekomendasi ilmiah terhadap setiap aktivitas yang berpotensi di dansekitar perairan terumbu karang. Secara berkala badan ini harus melakukan monitoring danevaluasi terhadap kondisi semua perairan terumbu karang yang ada dan mengeluarkanrekomendasi kepada pemerintah. Membuat pemetaan wilayah secara lengkap untuk setiapperairan yang memiliki terumbu karang dan menentukan statusnya sesuai dengan jenisperuntukan wilayah tersebut. Karena badan ini diberi wewenang untuk melakukan penelitianmaka secara struktur lebih banyak didominasi oleh para ilmuwan perikanan dan kelautan. Parailmuwan yang ada di badan ini juga dapat mengumpulkan semua informasi dari berbagai pihakdan lembaga yang juga melakukan penelitian dan kajian terhadap wilayah yang sama untukmenghasilkan suatu pertimbangan dan rekomendasi terintegrasi kepada pemerintah danmenyebarkannya secara luas kepada masyarakat. Dengan pendekatan ini, pengetahuan danpemahaman masyarakat tentang perikanan ikan karang beserta ekosistemnya akan semakin

22 / 25

Page 23: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

ditingkatkan sehingga diharapkan keterlibatan masyarakat secara penuh menjaga danmemelihara sumberdaya ini semakin nyata pula. Ijinkanlah saya dan Universitas Pattimuramengusulkan nama untuk Badan ini yaitu “Otoritas Pengelolaan Terumbu Karang Indonesia”(OPTKI) atau Badan Otoritas Pengelolaan Terumbu Karang Maluku” (OPTKM).

Ucapan terima kasih(Aknowledgement)

Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Pattimura, Prof.DR.Thomas Pentury, M.Si atas dorongannya sehingga tulisan ini dapat dirampungkan sebagaisalah satu sumbangan pemikiran Unpatti bagi pembangunan Maluku. Kepada isteri saya,Ir.B.G.Hutubessy, M.Sc yang tengah menyelesaikan pendidikan Doktornya di WageningenUniversity Belanda juga tidak lupa saya sampaikan terima kasih atas berbagai argumenilmiahnya menyangkut konsep EBFM. Saudara Irwanto, SP, MP sebagai tim editorial danpanitia diesnatalis Unpatti ke 50 (tahun emas) saya  juga menyampaikan banyak terima kasihatas kerja kerasnya dalam mengedit tulisan ini sehingga mudah dibaca.

PUSTAKA

Anonimous, 2008. Maluku Dalam Angka. Katalog BPS 1403.1, page 320-340

Djamali, A dan H.Mubarak, 1998. Sumber Daya ikan konsumsi perairab karang dalam Potensidan penyebaran sumberdaya ikan laut di Perairan Indonesia. Komisi nasional Pengkajian StokSumberdaya Ikan Laut. LIPI (Ed. Widodo dkk).

23 / 25

Page 24: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Dragong Search for QDPI, 1996. The market analysis of live reef fish market in Hongkong danChina, DPI, 120p

Heemstra, P.C and J.E.Randal, 1993. FAO species catalogue. Grouper of the world(Serranidae, sub-family Epinephelinae), vol 16, Rome

Hutubessy, B.G.2012. Can Improving Selectivity on Fish Trap Support Sustainability of ReefFish (Critical Review). University of Wageningen, Netherland, 25p.

Johannes R.E and M.Riepen, 1995. Environmental, economic and social implications of the livereef fish Trade in Asia and Western Pacific, 81 pages

McManus, J.W, Nanola, C.L., Reyes, R.B and Kesner K.N, 1992. Resource ecology of theBalinau Coral Reef System (ICLARM Stud.Rev 22), ICLARM Manila, 117p

Mosse, J.W. 2001. Population Biology of Cephalopholis cyanostigma (Serranidae) of the GreatBarrier Reef, Australia, PhD Disertation, Dep. Mar. Biol. And Aquaculture, James CookUniversity of NQ, Australia. 213pages

Mosse, J.W.2006. Transmigrasi nelayan di P.Wetar MTB, Cukup bijakkah kita. OPINI. AmbonEkspres. Edisi 8 Juni No.196 Tahun ke 7 hal 4.

Mosse, J.W.2007. The extended longevity of a small coral reef serranid: A lesson from Cephalopholis cyanostigma(Blue spott Rock Cod) of the Great Barrier. Journal of Marine Researh in Indonesis Vol 32 No.1, page: 21-33

Munro, J.L, 1977. Actual and potential production from the coralline shelves  of the Carribean

24 / 25

Page 25: Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan Yang Sehat Di Maluku

Memahami Dinamika Populasi Untuk Menunjang Perikanan yang Sehat di Maluku

Written by ADMINThursday, 21 March 2013 01:50

Sea, FAO Fish.Rep., 200. 301-321

Polunin, N.V.C and C.M.Roberts, 1996. Reef Fisheries. Chapman and Hall Fish and Fisheriesserries 20, 447pages

Russ, G.2001. Fishery text. An Introduction to Fisheries Biology. Dept of Marine Bioloigy JamesCook University, 80p

Sadovy, Y.J, 1996. Reproduction of reef fishery species In  Reef Fisheries (Ed. Polunin andRoberts), C and H Fisheries serries 20, page: 15-59

Shapiro, D.Y. 1981b. Sixe and the maturation and the social control of sex reversal in the coralreef fish Athias squamipinnis. Journal Zoology of London 193: 105-28

Smith, C.L. 1978. Coral reef fish communities: a compromise view. Env.Biol.Fishes, 3, 108-28

Williams, D.Mc. and A.T.Hatcher, 1993. Structure of fish communities on outer slopes ofinshore, midshelf and outer shelve reefs of the Great Barrier Reef. Mar.Res.Prog.Ser 10:239-250

{loadposition ilmiah}

25 / 25