melena
description
Transcript of melena
LAPORAN KASUS
SMF INTERNA
Seorang penderita dengan melena
Disusun Oleh :
Erland Benedicty / 15710083
Pembimbing :
Dr. Johannes V. Lucida Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK
FK UWKS DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Seorang
penderita dengan Melena.”
Penyusunan laporan kasus ini merupakan kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Sidoarjo, sekaligus sebagai salah satu persyaratan dan merupakan tugas akhir
dalam menyelesaikan Pendidikan Dokter Muda di bidang Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya/RSUD Sidoarjo. Ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan referat ini
khususnya kepada :
1. dr. Johannes V. Lucida, Sp.PD. FINASIM, selaku kepala SMF Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Sidoarjo.
2. dr. Johannes V. Lucida, selaku Pembimbing Laporan Kasus dan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Sidoarjo.
3. Para Perawat dan staf RSUD Sidoarjo yang telah membantu untuk menyelesaikan
Laporan Kasus ini.
4. Seluruh teman sejawat Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya / RSUD Sidoarjo.
Saya menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan. Akhirnya, saya berharap
semoga Laporan Kasus ini bermanfaat.
Sidoarjo, Agustus 2015
Penyusun
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Penderita
Nama Penderita : Tn. Djiadi
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku : jawa
Pekerjaan : Satpam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Alamat : Sidokepung 17/4 buduran sidoarjo
Tanggal MRS : 25 – 8 - 2015
Tanggal Pemeriksaan : 25 – 8 - 2015
Tanggal KRS : -
No.Rekam Medik : 1696895
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dan keluarga pasien
A. Keluhan Utama :
Lemas dan BAB hitam
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Lemas
Pasien MRS di IGD tanggal 25 agustus 2015 pukul 14.00 dengan terasa lemas. lemas
dirasakan kurang lebih 2 hari yang lalu .
BAB hitam
BAB hitam dikeluhkan sejak 2 hari yang lalu, BAB berwarna hitam , lembek dan ada
ampasnya,
Pusing
Pasien mengeluh pusing berputar dirasakan sejak 2 hari yang lalu
Mual muntah
Pasien tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah
Anoreksia
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita BAB hitam seperti ini,
Riwayat diabetes mellitus dan darah hipertensi disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang BAB hitam seperti ini.
E. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sering minum kopi dan makan makanan pedas
1.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 25 agustus 2015 di Ruang Mawar Putih
a. Keadaan Umum : Baik
b.Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36 °C
d. Kepala
Bentuk : Bulat, simetris
Rambut : Warna hitam
Mata :Konjungtiva anemis, sklera anikterik, lensa keruh, pupil
isokor, reflek cahaya (+/+), tidak ada edema pada daerah
palpebra pada kedua mata
Hidung :Tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Telinga :Tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Mulut : Tidak sianosis , tidak ada gusi berdarah
e. Leher
Inspeksi : Simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : Tidak teraba pembesaran KGB leher
Tidak ditemukan pembesaran JVP
f. Jantung dan Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi :
Iktus cordis : tak tampak
Pulsasi jantung : tak tampak
Palpasi :
Iktus cordis : tak teraba
Pulsasi jantung : tak teraba
Suara yang teraba : tidak ada
Getaran (thrill) : tidak ada
Perkusi :
Tidak dilakukan
Auskultasi :
Suara 1 : tunggal regular
Suara 2 : tunggal regular
Murmur (-)
Gallop (-)
g. Paru
Inspeksi : simetris kanan kiri , tidak ada pelebaran antar ICS
Palpasi : fremitus raba normal , fremitus vokal normal
Perkusi : normal Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Rh: Wh:
h. Abdomen
Inspeksi : Flat (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani (+) metorismus (-) ascites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) pembesaran organ (-)
i. Ektremitas
Superior : Akral hangat + / +
Edema - / -
Inferior : Akral hangat + / +
Edema - / -
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Vesikuler +
Vesikuler +
Vesikuler +
Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium pada tanggal 26 – 27 Juli 2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan tanggal
25 agustus 2015
Darah Lengkap
WBC (Leukosit)
RBC (Eritroit)
HGB (Hemoglobin)
HCT (Hematokrit)
PLT (Trombosit)
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
RDW-CV
PDW
MPV
P-LCR
PCT
EO%
BASO%
NEUT %
LYMPH%
10,1
1,40
4,0
11,5
324
74,5
26,5
35,3
15.2
10,5
9,5
21,3
0,24
0,03
0.1
0,98
56,9
30,1
4.8 - 10.8 10ˆ3/uL
4.2 - 6.1 10ˆ6/uL
12 - 18 g/dl
37 - 52 %
150 - 450 10ˆ3/uL
79 - 99 fl
27 - 31 pg
33 - 37 g/dL
35 - 47 fl
11.5 - 14.5 %
9 - 17 fl
9 - 13 fl
13 - 43 %
0.150 – 0.400 %
0 – 1 %
0 – 1 %
50 - 70%
25 - 40%
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan tanggal
25 Juli 2015
Pemeriksaan
Pemeriksaan gula darah
sewaktu
BUN
Creatinin
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Chlorida
Hasil
114
8,9
0,9
141
3,6
108
Normal
<140 mg/dl
6-23 mg/dl
0,7 – 1,2 mg/dl
137 – 145 mmol/L
3,6 – 5 mmol/L
98 – 107 mmol/L
Problem list
Lemas
BAB hitam
pusing
Badan lemas dan nafsu makan menurun
Diagnosis
Melena & anemia gravis
Planning
Planning Terapi
- Inf. RL 14 tpm
- Inj. Ranitidin 2x1
- Inj. Ozid 2x1
- Inj. Ondancentron 8 mg 3x1
- Inj. Vit K 3x1
- Inj, Kalnex 3x1
- Syr. Sucralfat 3 x cII
- Transfusi PRC 2 bag sampai Hb > 8 g/dl
Planning monitoring
Evaluasi vital sign ( Tekanan darah, RR, nadi, dan suhu) dan keadaan pasien.
Evaluasi efek samping obat
Planning edukasi
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya.
Menjelaskan mengenai lama dan tahapan pengobatan.
Menjelaskan mengenai efek samping obat.
Menjelaskan komplikasi dari penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi sistem pencernaan
Diagram sistem pencernaan
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks/Umbai cacing
23. Rektum/Poros usus
24. Anus
- Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus. Mulut terdiri dari gigi dan lidah.
Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut:
Gigi (dens),
Gigi fungsinya untuk menggigit, mengunyah, mencabik. Gigi terdiri dari gigi seri, taring,
susu dan geraham.
Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk:
1. sebagai indera pengecap/perasa
2. mengaduk makanan di dalam rongga mulut
3. membantu proses penelanan
4. membantu membersihkan mulut
5. membantu bersuara/berbicara
Ludah (saliva) dihasilkan oleh kelenjar ludah
Di dalam lidah terdapat enzim amilase yaitu enzim yang mengubah zat tepung menjadi zat
gula
- Esofagus atau kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus
dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring – yang menghubungkan esofagus dengan rongga mulut –
pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka
dan otot polos), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot polos).
Pada beberapa penyakit kronis seperti pada Sirosis Hati, pembuluh darah esofagus bisa
mengalami pelebaran yang di sebut varises esofagus.
- Lambung / stomach berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan.
Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil
sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Pilorus.
1. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu sendiri .
2. Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
3. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau sering
disebut duodenum.
Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni :
1. Mucosa.
2. Submucosa.
3. Muscularis.
4. Serosa.
1. Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim,
asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar
perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang
dapat dikeluarkan.
2. Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk
menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang
diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut.
3. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan
ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong.
Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan
4. gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di
dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan
pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya
gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu :
1. Sel goblet (goblet cell).
2. Sel parietal (parietal cell).
3. Sel chief (chief cell).
1. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar
sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung.
2. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang
berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5
mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2.
3. Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk
tidak aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak
mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel
tersebut.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan
getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan
menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI),
pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan
mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan.
Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai
kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna
oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam
lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.
HCl(Asam Klorida) merupakan enzim yang berguna untuk membunuh kuman dan bakteri
pada makanan.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti
bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur
pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah
ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.
Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika
tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan
membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang,
pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun.
Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.
Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya.
Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan
tersebut dapat tercerna efektif. Setelah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.
- Usus dua belas jari / duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum) dengan panjang antara 25-38cm.
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Usus dua belas jari bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis,
terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas
lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.
Bagian-bagian :
Usus dua belas jari dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah pemaparan.
Pars superior
Bagian pertama, yaitu pars suoerior dimulai dari akhir pilorus. Kemudian saluran akan
membelok ke lateral kanan. Bagian ini memiliki panjang 5 cm.
Pars ascendens
Bagian terakhir, pars ascendens berbentuk saluran menaik dan berakhir pada awal usus
kosong (jejunum).
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses, kolon terdiri dari kolon menanjak
(ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut
dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
Fungsi usus besar yaitu
1. menyimpan dan eliminasi sisa makanan,
2. menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara menyerap air
3. mendegradasi bakteri.
Anus adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus.
Definisi Melena:
Melena merupakan kondisi tinja berwarna kehitaman (seperti aspal) yang umumnya
berhubungan dengan perdarahan saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung, serta
usus duabelas jari). Warna kehitaman disebabkan oleh kandungan hemoglobin dalam tinja
yang terurai oleh enzim – enzim percernaan serta bakteri usus. Adanya melena menunjukkan
bahwa darah telah berada di saluran cerna dalam waktu setidaknya 14 jam dan biasanya
terjadi pada saluran cerna bagian atas, walaupun terkadang melena dapat pula timbul akibat
perdarahan dari colon (hematochezia).
Penyebab
Penyebab paling umum dari melena adalah perlukaan lapisan dinding lambung atau usus
duabeas jari (ulkus peptikum). Pertanyaan langsung, "Apakah tinja Anda hitam atau berdarah?"
harus digunakan bila perdarahan aktif dapat terjadi. penggunaan obat-obatan golongan NSAID
jangka panjang atau konsumsi alkohol juga potensial menyebabkan kerusakan pada mukosa
saluran cerna Melena dapat pula disebabkan oleh pemakaian obat antikoagulan (contohnya
warfarin) yang berlebihan. Selain itu, melena juga dapat disebabkan oleh tumor, terutama
tumor ganas yang berasal dari perdarahan pada permukaan tumor tersebut. Melena juga dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan darah, seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
ataupun haemophilia. Penyebab lain dari melena berupa pendarahan ulkus, gastritis, varises
esofagus, divertikulum Meckel, serta sindrom Mallory-Weiss.
Perdarahan saluran gastrointestinal merupakan keadaan emergensi yang membutuhkan
penanganan segera. Insiden perdarahan gastrointestinal mencapai lebih kurang 100 kasus
dalam 100.000 populasi per tahun, umumnya berasal dari saluran cerna bagian atas.
Perdarahan saluran cerna bagian atas muncul 4 kali lebih sering dibandingkan perdarahan
pada bagian bawah, serta merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas untuk kasus
gangguan pada saluran cerna. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas
ditemukan sebanyak 6-10% dari seluruh kasus.
Perdarahan saluran gastrointestinal dapat muncul dalam lima macam manifestasi, yaitu
hematemesis, melena, hematochezia, occult GI bleeding yang bahkan dapat terdeteksi
walaupun tidak ditemukan perdarahan pada pemeriksaan feses, serta tanda-tanda anemia
seperti syncope dan dyspnea.
Perdarahan yang banyak selain memberikan gejala hematemesis juga memberikan gejala
melena,sedangkan melena tidak selalu disertai oleh hematemesis. Jika darah banyak yang
keluar, maka penderitanya akan mengalami anemia. Jika berat, harus segera ditransfusi. Dan
Jika buang air besar bercampur darah merah segar, bukan disebut melena, tapi hematochezia.
Diagnosis
Pasien biasanya hadir dengan anemia atau tekanan darah rendah. Sangat sering,
bagaimanapun, selain dari melena sendiri, tidak ada gejala lain. Pemeriksaan colok dubur
harus dilakukan untuk menilai baik kehadiran dan kemungkinan sumber darah. Pengujian
darah dalam tinja dengan tes seperti guaiac feses sering dilakukan, meskipun hanya telah
divalidasi untuk skrining kanker kolorektal. Jika ini adalah untuk dilakukan, hal itu harus
dilakukan sebelum ujian rektal digital untuk menghindari trauma pada saluran dubur, dan
kemampuannya untuk mengubah manajemen masih bisa diperdebatkan. Jika sumber di
saluran pencernaan bagian atas diduga, sebuah endoskopi atas dapat dilakukan untuk
mendiagnosis penyebabnya. Hematemesis menegaskan lokasi pencernaan bagian atas
perdarahan dan menunjukkan bahwa perdarahan yang besar, melena menegaskan BAB hitam
terjadi pada saluran pencernaan atas Warna melena tergantung dari lamanya hubungan antara
darah dengan asam lambung, besar kecilnya perdarahan, kecepatan perdarahan, lokasi
perdarahan dan pergerakan usus. Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah
menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL
lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang
pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat
berwarna merah terang/gelap.(3)
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran
cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan
sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter
selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang
berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang
tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal. Dan
bila BAB terdapat darah segar berarti mengindikasikan bahwa pendarahan terjadi di saluran
cerna bagian bawah dan disebut hematochezia.
Tindakan Umum
1. Infus dan transfusi darah
Tindakan pertama yang dilakukan adalali resusitasi, untuk memulihkan keadaan
penderita akibat kehilangan cairan atau syok. Yaitu cairan infus dekstrose 5% atau Ringer
laktat atau NACL O,9% dan transfusi Whole Blood atau Packed Red Cell
2. Istirahat mutlak
Istirahat mutlak sangat dianjurkan, sekurang kurangnya selama 3 hari setelah
perdarahan berhenti.
3. Diet
Dianjurkan puasa jika perdarahan belum berhenti. Dan penderita mendapat nutrisi secara
parenteral total sampai perdarahan berhenti. Jika perdarahan berhenti, diet biasa dimulai
dengan diet cair HI/LI. Selanjutnya secara bertahap diet beralih ke makanan padat
4. Medikamentosa
Antasida cair, untuk menetralkan asam lambung. Injeksi Cimetidin atau injeksi
Ranitidine, yaitu antagonis reseptor H2 untuk mengurangi sekresi asam lambung. Obat-
obatan penghambat pompa proton (PPP), seperti esomeprazole, lansoprazole, dan
omeprazole. PPP mampu menghambat sel-sel penghasil asam yang terdapat pada lapisan
lambung. Dengan begitu, kadar asam di dalam lambung bisa turun. , Injeksi Traneksamic
acid (Kalnex), jika ada peningkatan aktifitas fibrinolisin. Kalnex termasuk golongan obat
tranexamic acid. Tranexamic acid digunakan untuk membantu menghentikan kondisi
perdarahan. Tranexamic acid merupakan agen antifibrinolytic. Golongan obat ini bekerja
dengan menghalangi pemecahan bekuan darah, sehingga mencegah pendarahan Injeksi
Vitamin K, membantu proses pembekuan darah untuk menghentikan pendarahan. Dan
transfusi darah jika pasien mengalami anemia atau penurun hemoglobin dan eritrosit.
Endoskopi
Endoskopi pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan Endoskopi yang
dikerjakan secara dini banyak membantu untuk mengetahui secara tepat sumber perdarahan,
baik yang berasal dari esophagus, lambung, maupun duodenum. Demikian pula dengan
pemeriksaan endoskopi, kita dapat menentukan factor-faktor prognostic yang dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit, baik pada perdarahan akibat tukak ini dengan cara
endoskopik (endoscopic hemostasis).
DAFTAR PUSTAKA
- Buku ajar ilmu penyakit dalam , Interna publishing Jilid II edisi VI, jakarta pusat. 2014.
- MedlinePlus Encyclopedia bloody or tarry stools tanggal, juli 2010
- Pedoman diagnosis dan terapi ; rumah sakit umum DR Soetomo, surabaya edisi III, 2008.
- Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena. Jakarta 2010
- Portal Kedokteran ; Hematemesis Melena, jakarta, 2008.
- Marieb, Elaine N. and Hoehn, Katja (2007). Human Anatomy and Physiology 7th Edition. Benjamin
Cummings.