Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

18
Melahirkan Kembali Pahlawan Islam Bung Tomo adalah salah satu pahlawan Indonesia yang telah mengobarkan semangat jihad bangsa Indonesia melalui orasi dan pekikan takbirnya. Pidato Bung Tomo menjelang 10 November 1945 itulah yang berhasil membangkitkan keberanian arek-arek Suroboyo, dari rasa takut yang mencekam untuk bangkit melawan kezaliman kaum penjajah. Dulu pada masa Bung Tomo musuh utama bangsa ini adalah Jepang yang menjajah Indonesia. Kini generasi saat sekarang harus menyadari bahwa penerapan ideologi kapilatisme demokrasi yang dijajakan oleh kaum penjajahlah musuh besar yang harus dilawan. sistem demokrasi sangat besar pertentangannya dengan Islam . sistem ini telah sangat destruktif dalam menghancurkan sendi- sendi kehidupan umat, khususnya generasi mudanya. Dalam sistem demokrasilah lahir banyak generasi amoral dan bejat. Identitas keislaman generasi muda menjadi hilang tak berbekas. Mereka larut dalam atmosfer globalisasi yang dirancang oleh Barat. Akhirnya, mereka menjadikan peradaban Barat sebagai kiblat kehidupan mereka. Islam sangat menaruh perhatian besar dalam melahirkan generasi muda islami yang berkarakter pemimpin dan pahlawan. Itulah generasi yang berkepribadian islami (syakhshiyah islamiyah). Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab untuk melahirkan generasi islami yang berkarakter tersebut: keluarga , masyarakat dan negara. Negara bertanggung jawab melahirkan generasi islami sebagai bagian dari tugas negara. Negara harus menjalankan sistem pendidikan islami, menerapkan syariah Islam secara menyeluruh, membentuk lingkungan sosial yang islami dan menerapkan sanksi tegas atas setiap pelanggaran berdasarkan hukum Islam . Dalam bentangan sejarah peradaban Islam , Negara Khilafah telah banyak melahirkan generasi-generasi pahlawan sejati seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash yang menjadi panglima yang menundukkan Persia, Khalid bin Walid yang menjadi pahlawan agung dalam penaklukan di abad ke 7, dll.

description

pahlawan islam

Transcript of Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Page 1: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Bung Tomo adalah salah satu pahlawan Indonesia yang telah mengobarkan semangat jihad bangsa Indonesia melalui orasi dan pekikan takbirnya. Pidato Bung Tomo menjelang 10 November 1945 itulah yang berhasil membangkitkan keberanian arek-arek Suroboyo, dari rasa takut yang mencekam untuk bangkit melawan kezaliman kaum penjajah. Dulu pada masa Bung Tomo musuh utama bangsa ini adalah Jepang yang menjajah Indonesia. Kini generasi saat sekarang harus menyadari bahwa penerapan ideologi kapilatisme demokrasi yang dijajakan oleh kaum penjajahlah musuh besar yang harus dilawan.

sistem demokrasi sangat besar pertentangannya dengan Islam. sistem ini telah sangat destruktif dalam menghancurkan sendi-sendi kehidupan umat, khususnya generasi mudanya. Dalam sistem demokrasilah lahir banyak generasi amoral dan bejat. Identitas keislaman generasi muda menjadi hilang tak berbekas. Mereka larut dalam atmosfer globalisasi yang dirancang oleh Barat. Akhirnya, mereka menjadikan peradaban Barat sebagai kiblat kehidupan mereka.

Islam sangat menaruh perhatian besar dalam melahirkan generasi muda islami yang berkarakter pemimpin dan pahlawan. Itulah generasi yang berkepribadian islami (syakhshiyah islamiyah).

Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab untuk melahirkan generasi islami yang berkarakter tersebut: keluarga, masyarakat dan negara. Negara bertanggung jawab melahirkan generasi islami sebagai bagian dari tugas negara. Negara harus menjalankan sistem pendidikan islami, menerapkan syariah Islam secara menyeluruh, membentuk lingkungan sosial yang islami dan menerapkan sanksi tegas atas setiap pelanggaran berdasarkan hukum Islam.

Dalam bentangan sejarah peradaban Islam, Negara Khilafah telah banyak melahirkan generasi-generasi pahlawan sejati seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash yang menjadi panglima yang menundukkan Persia, Khalid bin Walid yang menjadi pahlawan agung dalam penaklukan di abad ke 7, dll.

Islam dalam naungan Negara Khilafah akan melahirkan sosok-sosok generasi yang memiliki sikap kepahlawanan dalam menumpas hegemoni kekufuran dan kemungkaran. Tanpa Khilafah, tak akan ada pihak yang bertanggung jawab dalam mewujudkan generasi pahlawan, kecuali institusi keluarga. Oleh karena itu sistem demokrasi-sekuler saat ini wajib dihancurkan dan diganti dengan sistem Khilafah. Dengan itu peradaban Islam akan tegak dan menjadi mercusuar kemuliaan dan kebaikan bagi seluruh umat manusia. WalLahu a’lam [Yuslan Abu Fikri; pengusaha Muda, Serpong-Tangsel]

Page 2: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Rahasia Kepahlawanan Islam

Kepahlawanan adalah sikap yang menunjukkan keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran. Dalam Islam sikap kepahlawanan ini disematkan kepada para syuhada yang wafat di medan jihad fii sabilillah untuk menegakkan dan memuliakan kalimah Allah SWT di muka bumi ini.

Kepahlawanan dalam Islam adalah kepahlawanan yang manusiawi dan jauh dari mitos khayali. Kepahlawan dalam Islam tidak harus dilakukan oleh manusia “aneh bin ajaib” atau makhluk luar angkasa. Kepahlawanan islami dapat diwujudkan oleh setiap muslim. Caranya adalah melalui upaya sunguh-sungguh dalam meraih keridhaan Allah SWT. Ridha Allah SWT hanya bisa diraih dengan kebersihan niat semata-mata karena Allah SWT dan senantiasa menyelaraskan perbuatan dengan syariah-Nya. Lihatlah keteladanan para sahabat. Rasul saw. sukses mewujudkan kepahlawanan pada setiap sahabat dengan peran yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki kelebihan harta rela menyedekahkan sebagian besar harta mereka tanpa menanggalkan kewajiban untuk berperang di jalan Allah. Mereka yang kurang mampu tetap semangat untuk sepenuhnya hadir dalam membela dan menyebarkan agama Allah. Mereka yang berilmu rela menyedekahkan usia mereka untuk menjaga tsaqafah Islam sehingga terhindar dari kerancuan dan penyesatan dari musuh-musuh Islam yang selalu mengintai.

Meskipun sangat manusiawi, menumbuhkan kembali generasi seperti itu tidaklah mudah di tengah kehidupan yang diatur dengan ideologi sekular kapitalis liberal seperti yang saat ini. Kini tinggallah keluarga yang dapat menjadi benteng sekaligus madrasah bagi pembinaan generasi berkarakter syuhada. Kenyataan ini mengharuskan orangtua menjadi contoh hidup kepahlawanan yang berlandaskan ketakwaan bagi anak dan anggota keluarga lainnya. Untuk itu sejak awal setiap muslim harus mempersiapkan diri sebagai calon suami/istri yang memiliki keterikatan kuat pada hukum syariah sebagai pondasi utama pembentukan keluarga. Pada tataran berikutnya orangtua juga harus menjadi bagian dari jamaah dakwah. Dengan itu aktivitas saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran selalu terjaga sehingga mampu memberikan imunitas terhadap pengaruh lingkungan dan sistem yang rusak.

Jamaah dakwah ini juga harus mampu mengarahkan aktualisasi kepahlawanan dari setiap anggotanya untuk mendorong perubahan masyarakat menuju masyarakat yang Islami. Pelibatan setiap anggota keluarga dalam aktivitas dakwah jama’i diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang sehat bagi tumbuh kembang generasi Islam yang tangguh. Nilai kepahlawanan yang akan dibentuk nantinya pun murni hanya karena ikatan Islam dan bukan karena ikatan yang batil seperti kesukuan, nasionalisme dan patriotisme.

Kepahlawanan dalam Islam memiliki target yang jelas, yaitu tegaknya hukum Allah SWT secara total dan tersebarnya risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak akan sempurna terlaksana tanpa sebuah institusi negara (Khilafah). Karena itu mewujudkan Khilafah pengemban risalah Islam menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kepahlawanan itu sendiri. Kesadaran kepahlawanan seperti inilah yang perlu ditanamkan dalam diri dan keluarga serta ditularkan kepada masyarakat luas. Dengan itu akan cepat terbentuk kesiapan umum dalam menjemput janji Allah di penghujung zaman ini, yaitu tegaknya kembali daulah Khilafah Islamiyah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Allahu Akbar! [Adi Surya, S.Hut., M.Si.; PNS Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan]

Page 3: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Pahlawan Islam

Kata pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari dua kata (b. sansekerta): pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan adalah sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia kita dapatkan gelar pahlawan yang tertambatkan kepada Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Sultan Hasanudin, KH Ahmad Dahlan, Tuanku Imam Bonjol dan lainnya. Berdasarkan sejarah, perjuangan mereka dilandasi semangat nasionalisme. Namun, jika dikaji lebih dalam, perjuangan para pahlawan itu bukanlah karena semangat nasionalisme, tetapi karena semangat berjihad fi sabilillah. Para pahlawan sadar bahwa penjajahan dan penindasan orang-orang kafir atas umat Islam wajib dilawan. Karena itulah mereka merelakan jiwa, raga, pikiran untuk perjuangan suci ini.

Di era kapitalisme ini, makna pahlawan seakan menjadi ambigu. Sebagai contoh, versi kaum liberal, para pejuang sepilis (sekulerisme, pluralisme, liberalisme) mereka nobatkan sebagai pahlawan. Perjuangan mereka mendapat dukungan dari para musuh Islam. Siang-malam mereka menggencarkan opini sepilis hanya demi iming-iming materi (uang). Di sisi lain, mereka menganggap teroris kaum muslim yang memperjuangkan syariah Islam. Para pejuang syariah Islam sering disebut sebagai kalangan Islam radikal. Lalu yang manakah yang sejatinya layak disebut pahlawan? Pejuang sepilis, nasionalisme, ataukah pejuang syariah Islam?

Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda, “Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak pada ‘ashabiyah, bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena ‘ashabiyah, dan tidak juga termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR Abu Dawud).

Sebaliknya, dalam Islam pahlawan adalah mereka yang menyeru agar umat masuk Islam secara keseluruhan, berjuang di jalan Allah, menaati perintah-Nya secara totalitas; bukan mereka yang menyeru hukum manusia. Perjuangan itu bukan berlandaskan golongan, suku, nasionalisme; tetapi karena dorongan akidah (agama). Jika para sepilis dan nasionalis begitu getol memperjuangkan sepilis-nasionalismenya hanya karena materi, maka pejuang syariah Islam tentu harus lebih gencar dan semangat karena balasan yang kekal (ridha Allah dengan surga-Nya). WalLahu ‘alam. [Anna Mujahidah; Guru di Bojonegoro Jatim]

Page 4: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Kata pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari dua kata, bahasa sangsekerta, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya. Namun di era modern ini gelar pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya para Tenaga Kerja wanita (TKW) disebut sebagai para pahlawan devisa. Guru yang mengajar disekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Bahkan seorang pria ataupun wanita yang bekerja membanting tulang demi menghidupi keluarganya disebut sebagai pahlawan keluarga. Karena tidak adanya batasan dari makna pahlawan ini, sempat terjadi perdebatan dikalangan tokoh negeri ini tentang layak kah soeharto, presiden kedua republik ini diberi gelar pahlawan nasional?

Namun secara umum dapatlah disimpulkan bahwa pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan orang banyak.

Jika dinisbatkan kepada Islam “Pahlawan Islam” berarti seorang muslim yang berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan (kemuliaan) Islam dan umatnya. Dalam terminology Islam, seorang muslim atau muslimah yang mati karena membela kehormatan diri, harta, nyawa dan agamanya disebut syahid. Bahkan orang yang mati disebabkan tenggelam atau terkena penyakit dapat pula disebut syahid termasuk seorang ibu yang wafat dalam proses melahirkan.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan:

“Menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami Malik dari Sumyyin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah r.a : bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: syuhada itu ada lima, yaitu Orang yang mati terkena cacar, orang yang mati karena diare, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa runtuhan (longsor), dan orang yang syahid di jalan Allah” (Al-Bukhari, Kitab As-Sayru Wal-Maghazi: 2617)

Sedangkan dalam Shahih muslim disebutkan pula:

“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Apa yang kalian ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Kalau begitu syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a berkata lagi, kalau begitu siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah, maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa yang mati terkena diare dia syahid ” (Shahih muslim, Kitaabul Imaarah:3539)

Terkait dua hadist diatas, Imam Nawawi dalam syarah muslim menjelaskan, Para ulama berkata: “Yang dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan dishalatkan. Dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini. Adapun syuhada, terbagi kedalam Tiga jenis: syahid dunia dan akhirat, yaitu yang terbunuh ketika berperang melawan kafir, dan syahid akhirat, hukum dunia terhadapnya tidak diperlakukan sebagaimana layaknya orang yang terbunuh di jalan Alah, mereka inilah yang dimaksudkan syahid (secara umum) dalam hadits ini, dan syahid dunia, yaitu orang yang berperang karena mencari ghanimah dan berpaling dari peperangan”

Page 5: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Teladan Pahlawan Islam

Setiap 10 November bangsa ini biasa memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan. Mereka telah mengorbankan seluruh jiwa-raga untuk membebaskan Tanah Air ini dari cengkeraman para penjajah. Beberapa dari mereka tulus berkorban demi kejayaan Islam. Mereka melakukannya semata-mata karena Allah SWT. Memang menjadi kewajiban mereka, sebagai sosok muslim, yang jika diserang musuh harus mempertahankan diri habis-habisan; selain karena para penjajah telah melakukan serangkaian pelecehan terhadap penerapan syariah Islam.

Sebuah niat yang sahih demi melakukan sebuah perjuangan adalah sangat penting. Apalagi untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan risiko tinggi—sebuah perjuangan fisik dengan nyawa sebagai taruhannya. Dalam peperangan, amat disayangkan jika motivasinya semata-mata hanya sekadar menghapus penjajahan atas tanah air, atas dasar semangat nasionalisme. Nasionalisme adalah ikatan semu yang mudah retak karena tidak berdasar pada pondasi yang kuat, yaitu ikat kemaslahatan. Ikatan yang sahih dan langgeng adalah ikatan akidah.

Karena itulah, kita harus segera menanamkan kekuatan akidah dalam diri kita dan memahami betul bahwa pahlawan yang sahih adalah yang memperjuangkan Islam. Kisah Rasulullah saw. sangat menginspirasi kita bagaimana menjadi sosok pejuang Islam itu. Kita pun harus menggali kisah kepahlawanan para Sahabat yang tak pernah kering memberi kita keteladanan. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa menjadi pahlawan Islam itu sulit dan bahwa pahlawan itu sekadar pembela tanah air. Pahlawan adalah pembela bumi Allah demi terjaminnya peneggakkan syariah-Nya dengan Khilafah sebagai penjaganya. [Tri Kurnia; Perum YKP-KMS Tenggilis Mejoyo, Surabaya]

Page 6: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Pahlawan Sejati

Siapa yang tidak mengenal Avatar, Naruto, Superman dan segudang tokoh pahlawan kartun lainnya. Hampir setiap anak, tak terkecuali anak-anak muslim, mengenal mereka. Sangat disayangkan mereka lebih mengenal tokoh pahlawan animasi daripada tokoh pahlawan muslim yang benar-benar nyata. Hampir 90% media massa yang ada saat ini dimiliki oleh para kapitalis. Mereka sangat paham bahwa media massa, terutama TV, bisa mempengaruhi pemikiran seseorang. Kotak ajaib ini mampu menyihir penontonnya. TV mempunyai kelebihan di banding media massa audio dan cetak dalam hal mempengaruhi seseorang untuk menerima pesan. TV mampu menyajikan pesan secara audio dan visual sehingga lebih menarik perhatian seseorang, apalagi dengan tampilan gambar yang menarik. Film kartun lalu dijadikan sarana yang tepat untuk mencuci otak para generasi muda muslim agar mereka tidak lagi mengenal pahlawan Islam, digantikan oleh tokoh pahlawan fiksi/khayalan. Para kapitalis menjadikan televisi sebagai salah satu cara untuk memperkokoh kapitalisme. Salah satunya melalui film kartun dengan tokoh pahlawan fiksinya.

Generasi muslim tidak lagi punya kesempatan mengenal tokoh pahlawan Islam. Hampir tidak ada chanel televisi yang menyajikan kisah kepahlawanan Islam kecuali sangat sedikit. Hal ini semakin membuat generasi Islam kian jauh dari gambaran perjuangan dan kejayaan Islam; terutama saat ini saat aturan Islam tidak lagi dihiraukan. Tentunya peran generasi muda Islam sangat penting untuk memperjangkan Islam agar kembali berjaya di muka bumi ini.

Sebagai seorang muslim yang beriman kita wajib melakukan upaya nyata dalam menghadang serangan kapitalis untuk menyelamatkan generasi muda Islam. Kurangilah acara menonton kartun kepahlawanan fiksi. Biasakanlah anak-anak kita mendengar cerita-cerita heroik dari para pejuang Islam. Manfaatkanlah semaksimal mungkin media yang ada untuk mengenalkan anak-anak kita dengan tokoh pahlawan Islam; bisa melalui kepingan DVD yang sudah beredar luas atau dengan mengunduh melalui internet; bisa juga dengan membacakannya lewat buku cerita bergambar. Tekankan pada mereka bahwa cerita ini bukan khayalan, tetapi sebuah kenyataan. Dengan itu diharapkan mereka paham bahwa Islam jaya, selain karena ijin Allah, juga ada peran para pejuang Islam yang gigih berjuang megorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk Islam. Berikan juga motivasi pada anak-anak kita bahwa perjuangan itu tidak gratis. Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang berjuang dengan ikhlas untuk kejayaan Islam.

Kita bisa mengambil ibrah dari salah satu pejuang Islam Muhammad al-Fatih sang Penakluk Konstantinopel. Kabar penaklukan Konstantinopel telah disampaikan oleh Rasulullah semasa beliau masih hidup. Rasulullah saw. mengatakan bahwa pasukan yang menaklukan Konstantinopel adalah pasukan terbaik. Kaum muslim dari generasi ke generasi berusaha merealisasikan janji Rasulullah tersebut. Akhirnya, Konstantinopel bisa ditaklukan pada masa al-Fatih dengan gemilang berkat kecerdasannya dan pasukan yang dia pimpin.

Dari sini kita bisa melihat, kaum muslim tidak berpangku tangan mengandalkan janji Allah dan Rasul-Nya melalui al-Quran dan kabar al-Hadis. Kaum muslim tetap berjuang untuk meraihnya karena hal ini adalah kewajiban yang di perintahkan Allah SWT.

Page 7: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Begitu pula dengan janji akan datangnya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya. Tentunya kita tidak akan berdiam diri menuggu kehadirannya. Kita akan berjuang dengan gigih sebagaimana al-Fatih dan pasukannya. Sebab, berjuang untuk menerapkan hukum Allah secara kaffah adalah kewajiban. Maka dari itu, para pejuang syariah dan Khilafahlah yang layak disebut pahlawan sejati, karena mereka berjuang untuk sesuatu yang pasti, yaitu meraih janji Allah SWT. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. [Susanti; Ibu Rumah Tangga. Bambu Apus-Cipayung. Jakarta Timur.]

Page 8: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Bercermin Pada Kepahlawanan Shahabiyat

Oleh : Najmah Saiidah(Anggota Lajnah Tsaqofiyah, Anggota DPP muslimah HTI)

Kita semua sudah mengenal nama-nama seperti Abubakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khoththob, Utsman bin ‘Affan, Saad bin Abi Waqosh, Muadz bin Jabal, Salman Al-Farisi dan sebagainya.  Mereka adalah para pahlawan muslim yang telah mengorbankan waktu, harta, jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat Allah dan RasulNya dan memperjuangkan Islam ke seluruh penjuru dunia.  Akan tetapi sebagian umat Islam kurang mengenal para`perempuan yang mereka juga hidup di masa Rasulullah (shahabiyat) yang telah mengorbankan waktu, harta, jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat  Allah dan RasulNya dan memiliki andil besar`dalam memperjuangkan Islam dan kaum muslimin.   Di antaranya Khadijah binti Khuwailid, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Sulaim, dan banyak lagi yang lainnya.

Dalam Islam, perempuan diposisikan sebagai perhiasan berharga yang wajib dijaga dan dipelihara. Ini tidak berarti mengekang perempuan dalam wilayah tertentu.  Islam memberi peran bagi perempuan dalam ranah domestik dan juga publik sekaligus.  Sehingga dimasa peradaban Islam tidaklah mengherankan jika kita mendapati banyak figur waita terbaik dan termulia sepanjang zaman. Mereka bersungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan dalam menjunjung tinggi syiar Islam, membela agama Allah dengan ketulusan yang tidak diragukan, mencintai Allah dan Rasulullah dengan kecintaan yang mendalam –yang direfleksikan dengan ketaatan kepada risalah yang dibawanya–, bersabar dengan segala kesulitan hidupnya, patuh dan menghargai suami dengan kepatuhan dan penghormatan yang patut diteladani, mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang baik hingga melahirkan pahlawan-pahlawan sejati yang dijamin masuk syurga, merelakan buah hati mereka terbunuh sebagai syahid membela agamaNya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjun langsung dalam jihad fii sabilillaah demi meraih mardhatillah dan jannhaNya.

Sejarah telah mencatat bagaimana kaum perempuan pada masa Rasulullah saw (para shahabiyah) melakukan aktivitas politik dan perjuangan politik tanpa meninggalkan tugas utamanya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga.  Mereka berjuang bersama-sama Rasulullah saw dan shahabat lainnya tanpa memisahkan barisan mereka dari barisan Rasul dan shahabatnya.  Mereka bersama dengan para istri Rasul saw berada dalam perjuangan menegakkan Islam di muka bumi ini serta mendukung perjuangan beliau.

Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq

Aisyah r.a adalah anak Abu Bakar dari pernikahannya dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaymir al Kinaniyah. Di rumah yang dinaungi dengan kebenaran, kejujuran dan keimanan inilah Aisyah dilahirkan, 7 tahun sebelum hijrah.  Aisyah diberi julukan Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq (perempuan yang sangat  jujur dari orang yang sangat jujur).  Terkumpul dalam dirinya ketinggian ilmu dan keutamaan, ia menjadi tempat bertanya para shahabat dan shahabiyat.  Ia juga merupakan perowi hadits yang handal, termasuk satu dari tujuh orang yang paling banyak meriwayatkan hadits, bahkan  menerima langsung dari Rasulullah saw.  Ia tidak pernah membiarkan orang yang salah dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits atau melanggar syariat.

Page 9: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

Ummul Mukminin Aisyah menjadi teladan dalam kezuhudan, kemurahan hati dan kedermawanan.  Ia mencapai derajat zuhud yang tinggi karena lebih sering berpaling dari duniadan menghadap kepada Allah untuk melaksanakan ibadah.  Harta yang ada padanya, segera disalurkan untuk orang-orang miskin, di antara   gambaran kedermawanannya adalah ia pernah membagi-bagikan seratus ribu dirham hanya dlam satu hari sementara pada hari itu ia tengah berpuasa tanpa menyisakan satu dirham pun di rumahnya.  Dalam hal ibadah, tidak ada yang meragukannya, Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw.  Banyak mendirikan sholat sunnah, terutama sholat malam, senantiasa berpuasa ad dahr (sehari puasa sehari tidak).

Tidak diragukan lagi bahwa Aisyah adalah seorang perempuan yang tangguh dalam berjihad. Ketika perang Uhud ia ikut mengangkut air di pundaknya bagi para mujahiddin.  Anas bin Malik meriwayatkan : “ Aku melihat Aisyah binti Abi Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya menyingsingkan ujung pakainnya, keduanya mengangkut gerabah air di atas pundaknya lalu memberi minum orang-orang terluka.  Kemudian keduanya kembali memenuhi gerabah itu, lalu memberi minum mereka ( HR Muttafaq Alaih)  Demikian pula ketika perang khandak ‘Aisyah terjun langsung dalam perang tersebut bergabung dengan para shahabat.  Pada waktu itu ia maju mendekati front mujahiddin paling depan.

Aisyah telah memberikan teladan yang sangat banyak, ia merupakan cermin bagi para muslimah yang dari perjalanan hidupnya mereka dapat mengetahui bagaimana ia memiliki kepribadian yang kuat tanpa harus merendahkan diri, bagaimana ia menjaga kebagusan lahiriah tetapi penuh ketundukan dan kesederhanaan, bagaimana ia mendalami agama sehingga menjadi sumber argumentasi; bagaimana ia memahami hukum-hukum agama dan mempraktekkannya  dalam amalan-amalan nyata; bagaimana ia memberikan buah pikirnya dan materi yang dimilikinya untuk menegakkan agama Allah; bagaiamana ia menata kehidupan suami istrinya hingga dapat membangkitkan semangat suaminya yang dengan semangat ilmunya berupaya meraih kejayaan.

Asma binti Yazid bin As-Sakan

Dia adalah Asma binti Yazid bin As-Sakan bin Rafi’ bin Umru’ul Qais bin Abdul Asyhal bin Harits. Seorang wanita ahli hadits, mujahidah yang agung, cerdas, taat beragama, dan ahli pidato, sehingga ia digelari orator wanita. Sesuatu yang spesial dalam diri Asma adalah kehalusan perasaannya dan kehalusan budi bahasanya –sebagaimana remaja muslimah lainnya yang lahir dari madrasah  kenabian–, namun dalam satu hal, ia tidak malu untuk mengeluarkan . Dia adalah wanita  teguh pendirian dan pejuang yang gagah berani.  Dia adalah contoh wanita pelopor dalam berbagai bidang.  Asma datang dalam serombongan kaum  wanita  kepada Nabi untuk berbai’at pada tahun pertama Hijriyah, berjanji untuk taat kepada Islam.  Asma berbai’at kepada Nabi saw dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Dalam kita-kitab sirah (sejarah) disebutkan bahwa ketika mau melakukan bai’at, Asma memakai dua gelang emas yang besar di kedua tangannya, maka Nabi saw bersabda kepadanya:“Lemparkanlah kedua gelang itu, wahai Asma! Apakah engkau tidak takut jika engkau kelak memakaikan gelang dari api neraka kepadamu?” Tanpa membantah atau berbicara sedikit pun, dia langsung melaksanakan perintah Rasul saw. Kedua gelang itu dilepaskannya dan diletakkannya di hadapan Nabi saw.

Asma pernah diutus oleh kaum wanita untuk membicarakan masalah mereka kepada Rasul saw. Suatu ketika dia datang kepada Rasul saw dan berkata:”Wahai Rasul saw, aku adalah  utusan dari sekelompok wanita kepadamu. Apa yang akan kutanyakan sama dengan

Page 10: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

pertanyaan mereka dan pendapat mereka sama dengan pendapatku…..Sesungguhnya Allah ta’aala telah mengutusmu kepada seluruh kaum laki-laki dan kaum wanita, maka kami beriman dan mengikutimu. Akan tetapi, kami kaum wanita, terbatas gerak-geriknya. Kami hanyalah sebagai  tiang penyangga (pengurus) rumah tangga, tempat penyaluran syahwat para laki-laki, dan yang mengandung anak-anak mereka, sedang kaum laki-laki memperoleh keutamaan, dengan diperintahkannya melakukan shalat berjamaah, mengantar jenazah, dan berjihad di medan perang. Jika kaum laki-laki keluar untuk berperang, kamilah yang menjaga harta-harta mereka dan mengasuh anak-anak mereka. Oleh karena itu, apakah kami bisa mengimbangi pahala mereka, wahai Rasulullah?”

Mendengar pertanyaan seperti itu, Rasul saw lalu menoleh kepada para shahabat yang ada di dekatnya dan bertanya:”Pernahkah kalian mendengar pertanyaan wanita lain tentang urusan agamanya yang lebih baik daripada pertanyaan wanita ini?” Mereka menjawab:”Belum pernah, wahai Rasul saw.” Selanjutnya, beliau bersabda:”Kembalilah engkau, wahai Asma, dan beri tahukan kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa perlakuan baik salah seorang dari kalian kepada suaminya, usahanya mencari keridhaan suaminya, dan ketaatannya kepada suaminya, dapat menyamai pahala dari amal laki-laki yang engkau sebutkan tadi.” Asma pulang sambil bertahlil dan bertakbir karena saking gembiranya dengan apa yang disampaikan Rasul saw.

Hati Asma sebenarnya sangat ingin ikut serta untuk berjihad. Akan tetapi, keadaan waktu tidak memungkinkan dia menyampaikan tuntutan tersebut. Keinginannya untuk terjun ke medan jihad baru terwujud setelah Rasul saw wafat, yaitu ketika terjadi perang Yarmuk pada tahun ke-13 Hijriyyah. Dalam perang besar (Yarmuk) itu Asma binti Yazid bersama kaum mukminah lainnya berada di barisan belakang laki-laki. Semuanya berusaha mengerahkan segenap kekuatannya untuk mensuplai persenjataan pasukan laki-laki. Memberi minum kepada mereka, mengurus mereka yang terluka, dan mengobarkan semangat jihad mereka.  Ketika peperangan berkecamuk dengan begitu serunya, ia  berjuang sekuat tenaganya. Akan tetapi, dia tidak menemukan senjata apapun, selain tiang penyangga tendanya. Dengan bersenjatakan tiang itulah, dia menyusup ke tengah-tengah medan tempur dan menyerang musuh yang ada di kanan dan kirinya, sampai akhirnya dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar,”Dia adalah asma binti Yazid bin As-Sakan yang ikut terjun dalam perang Yarmuk. Pada hari itu dia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi dengan menggunakan tiang tendanya. Setelah perang Yarmuk ia masih hidup dalam waktu yang cukup lama.  Asma keluar dari medan pertempuran dengan luka parah sebagaimana juga banyak dialami pasukan kaum muslimin. Akan tetapi, Allah berkehendak ia tetap hidup dalam waktu yang cukup lama.  Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Asma binti Yazidd bin As-Sakan dan memuliakan tempatnya di sisi-Nya atas berbagai Hadits yang diriwayatkannya dan atas segala pengorbanannya. Dia telah berbuat sesuatu agar dijadikannya contoh bagi wanita muslimah lainnya, yaitu kerelaan dan tekadnya yang kuat untuk membela dan mempertahankan agama Allah dan mengangkat panji Islam sampai agama Allah tegak di muka bumi.

Kabsyah bintu Rafi’ bin Muawiyah bin Ubaid bin Al-Abjar Al-Ansyariyah Al-Khudriyah

Ia termasuk salah seorang wanita yang memberikan kesaksian kebenaran bagi Rasulullah saw. Rasul turut menjanjikan imbalan kebaikan dan mendoakan barakah baginya. Ketika suasana  iman menggantikan kegelapan jahiliyyah dan mentari hidayah mulai terpancar di tanah Madinah, ia mencurahkan segala yang dimiliki dan menjadi ibu kepada dua orang

Page 11: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

anaknya yang gugur sebagai syuhada’; dua pahlawan Islam yang segar di dalam medan sejarah. Berbagai kitab sejarah  telah menyajikan peribadi mulia dan keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh Kabsyah bintu Rafi’, seperti keberanian, kebaikan dan keprihatinan beliau kepada tetangga. Beliau juga memberikan contoh terbaik yang mencerminkan kedudukannya yang sangat istimewa di sisi Rasulullah saw.  Beliau terkenal karena keberanian dan kesabarannya dalam membela  Rasulullah. dan mendorong anak-anaknya untuk terjun ke medan jihad .Di dalam Perang Badar, beliau meniupkan semangat kepada kedua anak beliau, Saad bin Muadz dan Amru bin Muadz, agar  berjihad karena Allah dengan sebenar-benar jihad, sehingga keduanya mendapat cobaan yang berakhir dengan kabar kemenangan.

Di dalam Perang Uhud, Ummu Saad turut terlibat secara langsung bersama beberapa wanita muslimah lainnya. berita kekalahan tentara kaum Muslimin dan gugur syahidnya anak beliau, Amru bin Muadz sampai pada beliau. Namun, hal ini tidak menjadikan beliau patah arang, justru ia sangat mengkhawatirkan   keselamatan Rasulullah. Beliau lantas bersegera ke medan peperangan dan melihat dengan mata kepala sendiri keadaan dan keselamatan Rasulullah saw.  Saat itu juga, beliau memanjatkan puji dan syukur kepada Allah seraya berkata: ”Selagi aku melihat engkau dalam keadaan yang selamat, maka musibah ini (kematian Amru bin Muadz) adalah terasa sangat ringan”

Di saat Perang Khandaq meletus, Rasulullah saw mengarahkan para wanita muslimat dan anak-anak yang turut serta untuk berlindung di dalam benteng Bani Haritsah. Turut bersama mereka ialah Aisyah Ummul Mukminin Radiallahu Anha dan Ummu Saad. Aisyah menuturkan bahawa Saad bin Muadz berlalu untuk menyertai pasukan perang dengan mengenakan baju besi yang pendek.  Beliau juga menyandang tombak yang dibanggakannya sambil melantunkan bait syair Hamal bin Sa’danah Al-Kalby: Teguhkan hatimu barang sejenak dalam gejolak medan laga; Jangan pedulikan kematian jika sudah tiba saatnya. Mendengar  perkataan anaknya, Ummu Saad lantas menasihatkan anaknya agar bersegera supaya tidak ketinggalan walau sesaatpun tanpa bersama-sama Rasulullah. Beliaulah yang tidak henti-henti menasihati dan meniupkan semangat jihad di dalam dada anak-anaknya. Beliau berkata:”Wahai anakku, cepatlah berangkat karena demi Allah, engkau sudah terlambat!”Di dalam peperangan tersebut, Saad terkena anak panah lemparan Hibban Al-Urqah yang memutuskan urat di dekat mata kakinya. Saat itu, Saad sempat berdoa kepada Allah dengan doanya yang sangat masyur,  ”Ya Allah, jika Engkau masih menyisakan peperangan melawan Quraisy, maka berikanlah aku sisa umur untuk aku menyertainya. Tidak ada kaum yang lebih aku sukai untuk memeranginya kerana Engkau, selain dari kaum yang telah menyakiti Nabi-Mu, mendustakannya dan mengusirnya. Ya Allah, jika Engkau menjadikan peperangan antara kami dengan mereka, maka jadikanlah mati syahid bagiku dan janganlah Engkau uji aku sehingga aku merasakan senang kerana dapat mengalahkan bani Quraizhah”Tenyata Allah mengabulkan doa Saad bin Muadz.

Sekali lagi, Ummu Saad diuji dengan kehilangan anak beliau. Sungguh kesabaran dan kekuatannya menerima ujian merupakan teladan yang sangat baik. Jasad Saad diusung dan dikebumikan di Baqi’. Kesedihan Ummu Saad  terpancar jelas di wajahnya. Lalu Rasulullah  menghibur beliau dengan bersabda,” Adakah air matamu tidak dapat dibendung dan apakah kesedihanmu tidak dapat dihilangkan? Sesungguhnya anakmu adalah orang pertama, Allah tersenyum kepadanya dan Arasy bergoncang karena kematiannya“. Hatinya lantas gembira dengan doa yang dipanjatkan Rasulullah. Ia hanya mengharapkan pahala kebaikan di sisi Allah dan RasulNya di atas kematian kedua anaknya  syuhada’.  Beliau mendahulukan kecintaan kepada Allah

Page 12: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

dan RasulNya di atas segala sesuatu yang di mata manusia lainnya sangat berharga, termasuk harta dan anak-anak.   Beliau layak mendapatkan kabar gembira dari Allah dan RasulNya sebagai penghuni syurga. Sabda Rasulullah :  ” Wahai Ummu Saad, terimalah khabar gembira dan sampaikanlah khabar gembira kepada keluarga mereka, bahawa orang-orang yang terbunuh di antara mereka saling berteman di dalam syurga, semuanya dan mereka diberi syafaat untuk keluarganya”

Memang benar, bahwa fakta saat ini sulit untuk menentukan sosok figur shahabiyah dan keteladanannya, sesulit mencari permata ditengah-tengah hamparan pasir. Namun, bukan berarti fakta ini dijadikan permakluman untuk membenarkan fakta yang salah. Yang salah akan tetap salah, dan yang haq akan selamanya haq, tidak akan kemudian tertukar. Buktinya, kita tidak pernah menyalahkan segala kebaikan yang dilakukan oleh para shahabiyah tadi, justru sebaliknya, kita senantiasa mengenang dan mengaguminya, bahkan tertarik untuk menteladaninya, walaupun bukan suatu hal mudah bagi kebanyakan kaum wanita yang hidup pada masa sekarang ini.

Munculnya shahabiyah-shahabiyah yang menjadi figur wanita yang mengagumkan tadi bukanlah suatu kebetulan, bukan karena sarana kebutuhan yang masih sederhana, bukan pula karena kebutuhan mereka berbeda dengan kaum wanita saat ini, melainkan karena dilandasi oleh suatu pemahaman Islam ideologis yang tegak di atas keyakinan yang kokoh, yakni aqidah Islamiyah. Mereka sangat menyadari bahwa konsekuensi dari pemelukan aqidah islamiyah adalah terikat dengan semua aturan-aturan yang terpancar dari aqidah tersebut, mereka belajar untuk memahami aturan-aturan Islam, tidak memilih sebagian aturan saja dan mencampakkan sebagian aturan yang lain. Mereka belum merasa sebagai orang yang memeluk aqidah Islam, kalau mereka tidak siap untuk menanggung resiko keterikatannya dengan hukum Allah, sekalipun mereka harus mengorbankan harta tertingginya, yaitu nyawa. Mereka lebih mencintai Allah dan Rasulnya dibandingkan dengan keluarganya, bukan karena suatu tradisi yang kebetulan pada saat itu, tapi dilandasi oleh suatu pemahaman bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya  adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim dan muslimah. Ummu Sulaim tidak akan mampu menghadapi kemarahan suaminya ‘Malik’ karena keislaman dirinya dan anaknya ‘Anas’, kalau Ummu Sulaim tidak meyakini secara kuat akan aqidah Islam dan menyadari bahwa mendidik anak dengan Islam adalah kewajibannya. Ummu Sulaim tidak tertarik dengan limpahan kekayaan Abu Thalhah sebelum masuk Islam, bukan karena beliau anti kekayaan. Tapi, lebih didasari oleh suatu pemahaman bahwa seorang muslimah diharamkan untuk dinikahi oleh seorang laki-laki kafir, dan beliau sangat menyadari bahwa kekayaan bukanlah segala-galanya. Begitu pula halnya dengan Kabsyah, beliau tidak mungkin bisa mendorong anak-anaknyanya, Saad dan Amru bin Muadz untuk tetap berada di medan perang, kalau ia tidak memahami bahwa aktifitas jihad adalah suatu kewajiban setiap muslim, mundur dari medan perang adalah haram, dan syahid adalah sebaik-baiknya pahala.  Demikian pula ketika mereka ikut bersama-sama barisan Rasulullah dan para shahabat di medan pertempuran, baik di garis belakang dengan menyediakan air dan makanan, merawat yang terluka ataupun menyemangati  kaum lelaki yang perperang,  beberapa di antara mereka pun megirim makanan ke medan pertempuran bahkan ikut berhadapan dengan musuh bersama Rasulullah dan  sahabatnya, seluruhnya dilakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Allah dan RasulNya.

Salah satu teladan penting lainnya yang dapat kita ambil dari mereka adalah, kemampuan mereka mensinergiskan keseluruhan peran dan fungsi yang telah Allah bebankan atas mereka, baik dia sebagai seorang hamba Allah, sebagai istri dan ibu, maupun sebagai anggota masyarakat. Seluruh kewajiban yang terkait dengan peran-peran dan fungsi itu

Page 13: Melahirkan Kembali Pahlawan Islam

mampu mereka tunaikan tanpa mengabaikan yang satu dari yang lainnya.  Kesibukan dan beratnya beban mereka dalam mengurus kehidupan rumahtangganya tidak lantas membuat mereka abai terhadap tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah, dan terlebih-lebih lagi sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggungjawab besar untuk bersama-sama kaum Muslimin yang lain membangun kehidupan yang mulia. Demikian pula sebaliknya, kepeduliannya yang besar terhadap persoalan-persoalan masyarakat, yang terwujud dalam keterlibatannya dalam aktivitas politik, tidak lantas pula membuat mereka lalai terhadap kewajibannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.  Semua, mereka lakukan dengan kesadaran penuh bahwa pelaksanaan atas seluruh peran-peran dan fungsi itu, adalah dalam rangka melaksanakan  kewajiban yang telah Allah bebankan kepada mereka yang suatu saat akan mereka pertanggungjawabkan di akhirat kelak.  Wallahu a’lam bishshawwab.(disarikan dari berbagai sumber).