pahlawan nasional jadi

56
MENGENAL PAHLAWAN NASIONAL A. Jaman Melawan Penjajah Sultan Agung dari Mataram Sultan Agung (1593-1645) Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo (1593 - 1645 ) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613 -1645 . Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram , sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang . Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah menaklukkan Madura tahun 1624 , ia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung, atau disingkat Sunan Agung. Pada tahun 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab . Gelar tersebut adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami, yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah ,

Transcript of pahlawan nasional jadi

Page 1: pahlawan nasional jadi

MENGENAL PAHLAWAN NASIONAL

A. Jaman Melawan Penjajah

Sultan Agung dari Mataram

Sultan Agung (1593-1645)

Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang

memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang

menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.

Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi

pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November

1975.

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas

Rangsang. Merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah

Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran

Benawa raja Pajang.

Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah

menaklukkan Madura tahun 1624, ia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung, atau

disingkat Sunan Agung.

Pada tahun 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab. Gelar tersebut adalah

Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami, yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di

Makkah,

Page 2: pahlawan nasional jadi

Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun. Dua tahun kemudian, patih senior

Ki Juru Martani wafat karena usia tua, dan kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu.

Pada tahun 1614 VOC (yang saat itu masih bermarkas di Ambon) mengirim duta untuk mengajak

Sultan Agung bekerja sama namun ditolak mentah-mentah. Pada tahun 1618

Mataram dilanda gagal panen akibat perang yang berlarut-larut melawan Surabaya. Meskipun

demikian, Sultan Agung tetap menolak bekerja sama dengan VOC.

Pada tahun 1619 VOC berhasil merebut Jakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia.

Markas mereka pun dipindah ke kota itu. Menyadari kekuatan bangsa Belanda tersebut, Sultan

Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan

Banten.

Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC. Kedua pihak saling

mengirim duta besar. Akan tetapi, VOC ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang

Surabaya. Akibatnya, hubungan diplomatik kedua pihak pun putus.

Sultan Agung pantang menyerah menghadapi penjajah yang sangat kuat. Ia mencoba menjalin

hubungan dengan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC-Belanda. Namun

hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena ia menyadari posisi Portugis saat itu sudah

lemah.

Akhir Kekuasaan

Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan Kesultanan Mataram, kecuali Batavia

yang masih diduduki militer VOC-Belanda. Sedangkan desa Banten telah berasimilasi melalui

peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang di

Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin

hubungan diplomatik dengan Makassar, negeri terkuat di Sulawesi saat itu.

Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar tidak hanya dibangun di atas

pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan

mengenalkan sistem-sistem pertanian. Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti

Surabaya dan Tuban dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor

pertanian.

Sultan Agung juga menaruh perhatian pada kebudayaan. Ia memadukan Kalender Hijriyah yang

dipakai di pesisir utara dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah

terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram. Selain itu Sultan

Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistik, berjudul Sastra Gending.

Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa bagongan yang

harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu

Page 3: pahlawan nasional jadi

sama lain. Dengan demikian diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni

istana.

Wafatnya Sultan Agung

Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Ia pun membangun Astana

Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Ia

juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram.

Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh

putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram selanjutnya, bergelar

Amangkurat I.

Sultan Hasanuddin dari Makassar

Sultan Hasanuddin (1631 – 1670)

Sultan Hasanuddin (1631 - 1670), Raja Gowa ke-16, terlahir dengan nama I Mallombasi

Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam,

ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja

lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van

Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di

Katangka, Makassar.

Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973,

tanggal 6 November 1973.[1]

Page 4: pahlawan nasional jadi

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja

Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili

Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan

kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada

akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia

mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan

Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke

Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan

sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya

Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12

Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat

pada tanggal 12 Juni 1670.

Tuanku Imam Bonjol

Imam Bonjol, Tuanku (1722-1864)

Pemimpin Utama Perang Paderi Tuanku Imam Bonjol (TIB) (1722-1864), yang diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkan

SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973, adalah pemimpin utama Perang

Paderi di Sumatera Barat (1803-1837) yang gigih melawan Belanda.

Page 5: pahlawan nasional jadi

Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang (1752 – 1828)

Nyi Ageng Serang (Serang, 1752 - Yogyakarta, 1828) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Beliau dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo.Beliau pahlawan nasional yang hampir

terlupakan,mungkin karena namanya tak sepopuler RA kartini atau Tjut nyak dien tapi beliau sangat

berjasa bagi negeri ini.Warga kulonprogo mengabadikan monumen beliau di tengah kota Wates berupa

patung beliau sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak.

Page 6: pahlawan nasional jadi

Sultan Mahmud Badaruddin II

Sultan Mahmud Badaruddin II (1767 – 1862)

Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862) adalah pemimpin kesultanan Palembang-

Darussalam (1803-1819), setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Mahmud Badaruddin.

Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Britania dan

Belanda, diantaranya yang disebut Perang Menteng. Tahun 1821, ketika Belanda secara resmi

berkuasa di Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II ditangkap dan diasingkan ke Ternate.

Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan

Mahmud Badaruddin II.

Tanggal 13 Juli 1821, menjelang tengah malam, SMB II beserta keluarganya menaiki kapal

Dageraad dengan tujuan Batavia. Dari Batavia SMB II dan keluarganya diasingkan ke Ternate

sampai akhir hayatnya 26 September 1852.

Page 7: pahlawan nasional jadi

Kapitan

Pattimura

Kapitan Pattimura (1783 -1817)

Pahlawan Nasional dari Maluku

Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy, ini lahir di Negeri Haria, Saparua,

Maluku tahun 1783. Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat

merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan

semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan

kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada

tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut jiwanya.

Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak mau

kompromi dengan Belanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia

bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman gantung tidak pernah

menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Kesuma Bangsa daripada

hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang

melahirkannya.

Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia

pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 mei 1817, suatu pertempuran

yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut

berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya

tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Page 8: pahlawan nasional jadi

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama

beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar

bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di

depan benteng Victoria, Ambon pada tanggal 16 Desember 1817, eksekusi pun dilakukan.

Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional. Dari perjuangannya dia meninggalkan

pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan

diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini.

Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (1785-1855)

Pejuang Berhati Bersih

Dilahirkan dari keluarga Kesultanan Yogyakarta, memiliki jiwa kepemimpinan dan

kepahlawanan. Hatinya yang bersih dan sebagai seorang pangeran akhirnya menuntunnya

menjadi seorang yang harus tampil di depan guna membela kehormatan keluarga, kerajaan,

rakyat dan bangsanya dari penjajahan Belanda.

Page 9: pahlawan nasional jadi

Namun resiko dari kebersihan hatinya, ia ditangkap oleh Belanda dengan cara licik, rekayasa

perundingan. Namun walaupun begitu, beliau tidak akan pernah menyesal karena beliau wafat

dengan hati yang tenang, tidak berhutang pada bangsanya, rakyatnya, keluarganya, terutama

pada dirinya sendiri.

Kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati, kebersihan hati, kepemimpinan, kepahlawanan,

itulah barangkali sedikit sifat yang tertangkap bila menelusuri perjalanan perjuangan Pahlawan

kita yang lahir di Yogyakarta tanggal 11 November 1785, ini.

Dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830, beliau ditangkap dan dibuang ke

Menado yang dikemudian hari dipindahkan lagi ke Ujungpandang.

Setelah kurang lebih 25 tahun ditahan di Benteng Rotterdam, Ujungpandang, akhirnya pada

tanggal 8 Januari 1855 beliau meninggal. Jenazahnya pun dimakamkan di sana. Beliau wafat

sebagai pahlawan bangsa yang tidak pernah mau menyerah pada kejaliman manusia.

Page 10: pahlawan nasional jadi

Pangeran Antasari

Pangeran Antasari (1797-1862)

Pangeran Antasari (1797 - 1862) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau

meninggal karena penyakit cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya

dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar

(Komplek Makam Pangeran Antasari), Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau

dilanjutkan oleh keturunannya Sultan Muhammad Seman dan cucunya Ratu Zaleha.

Pada 14 Maret 1862 menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan

para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Tanah Dusun Atas, Kapuas dan

Kahayan yaitu Kiai Adipati Jaya Raja.

Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran

Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aminullah dan ibunya Gusti

Page 11: pahlawan nasional jadi

Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ia pernah meledakkan kapal milik Belanda yang bernama Kapal

Onrust dan juga dengan pemimpin-pemimpinnya yang bernama Letnan der Velde dan Letnan

Bangert.

Teungku Cik di Tiro

Teungku Cik di Tiro (1836-1891)

Teungku Cik di Tiro atau Muhammad Saman (1836 – 1891), adalah seorang pahlawan dari

Aceh. Ia adalah putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Sedangkan ibunya bernama Siti Aisyah,

putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro. Ia lahir pada tahun 1836, bertepatan dengan 1251

Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh. Ia dibesarkan

dalam lingkungan agama yang ketat.

Dengan Perang Sabilnya, satu persatu benteng Belanda dapat direbut. Begitu pula wilayah-

wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan pasukan Cik di Tiro. Pada bulan Mei

tahun 1881, pasukan Cik Di Tiro dapat merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan

lain-lain. Belanda merasa kewalahan akhirnya memakai "siasat liuk" dengan mengirim makanan

yang sudah dibubuhi racun. Tanpa curiga sedikitpun Cik di Tiro memakannya, dan akhirnya

meninggal pada bulan Januari 1891 di benteng Aneuk Galong.

Panglima Polem

Panglima Polem bernama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad

Daud adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang berasal dari Aceh.

Page 12: pahlawan nasional jadi

Setelah dewasa, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud menikah dengan salah seorang

puteri dari Tuanku Hasyim Bantamuda, tokoh Aceh yang seperjuangan dengan ayahnya. Dia

diangkat sebagai Panglima Polem IX paada bulan Januari 1891 untuk menggantikan ayahnya

Panglima Polem Raja Kuala yang telah wafat. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia

kemudian mempunyai nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa

Muhammad Daud.

Dalam perjuangannya Panglima Polem Raja Daud secara tidak langsung juga memperoleh

dukungan dari para ulama Aceh.

Pada awal tahun 1901, Sultan Muhammad Daud Syah bersama Panglima Polem mengambil

inisiatif secara bersama-sama menyingkir ke daerah gayo dan kemudian menjadikan daerah ini

sebagai pusat pertahanan Aceh. Di daerah ini Sultan Aceh bersama Panglima Polem dan

pasukannya kembali menyusun strategi baru untuk mempersiapkan penyarangan terhadap

Belanda.

Karena menerima berita ancaman bahwa keluarga mereka akan ditangkap dan dibuang, maka

pada tanggal 10 Januari 1903 Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa berdamai dengan

Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengasingkannya ke Ambon dan terakhir dipindahkan ke

Batavia sampai Sultan wafat pada tanggal 6 Februari 1939. Hal ini menyebabkan Teuku

Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud secara terpaksa juga berdamai dengan

Belanda pada tanggal 7 September 1903

Page 13: pahlawan nasional jadi

Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia (1870-1910)

Berani Menerjang Peluru

Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional

yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada

kolonial.

Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari

serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan

dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang

Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat

kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan

hidupnya.

Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak

Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang

yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak

pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.

Tapi pengejaran pasukan Belanda yang sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi.

Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat

Page 14: pahlawan nasional jadi

pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.

Walaupun pasukan Belanda bersenjata api lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut.

Dengan sebilah rencong di tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara

Belanda yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah peluru

mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.

Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh

negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan

SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien (1850-1908)

Perempuan Aceh Berhati Baja Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang, Aceh, tahun 1850, ini sampai akhir

hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Wanita yang dua kali menikah ini,

juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya dan Teuku

Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bahkan juga Pahlawan

Kemerdekaan Nasional.

Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang

kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam

suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal

jiwa patriotnya.

Page 15: pahlawan nasional jadi

Dua tahun setelah kematian suami pertamanya atau tepatnya pada tahun 1880, Cut Nyak Dien

menikah lagi dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Sumpahnya yang hanya akan menikah

dengan pria yang bersedia membantu menuntut balas kematian suami pertamanya benar-

benar ditepati. Teuku Umar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal banyak

mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda. Teuku Umar telah dinobatkan oleh negara sebagai

Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Sekilas mengenai Teuku Umar. Teuku Umar terkenal sebagai seorang pejuang yang banyak

taktik. Pada tahun 1893, pernah berpura-pura melakukan kerja sama dengan Belanda hanya

untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Setelah tiga tahun berpura-pura bekerja

sama, Teuku Umar malah berbalik memerangi Belanda. Tapi dalam satu pertempuran di

Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899, Teuku Umar gugur.

Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak

ditangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda.

Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya. Dia lalu ditawan

dan dibawa ke Banda Aceh.

Tapi walaupun di dalam tawanan, dia masih terus melakukan kontak atau hubungan dengan

para pejuang yang belum tunduk. Tindakannya itu kembali membuat pihak Belanda berang

sehingga dia pun akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itulah

akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 6 Nopember 1908, dan dimakamkan di sana.

Perjuangan dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah didorong karena kecintaan pada

bangsanya menjadi contoh dan teladan bagi generasi berikutnya. Atas perjuangan dan

pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi

Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK Presiden RI No.106

Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964

Page 16: pahlawan nasional jadi

Raja Si Singamangaraja

Raja Si Singamangaraja XII (1849-1907)

Menolak Dinobatkan Menjadi Sultan

Raja Si Singamangaraja XII yang lahir pada tahun 1849 di Bakkara, Tapanuli, sebuah daerah di

tepian Danau Toba, ini diangkat menjadi raja pada tahun 1867 menggantikan ayahnya Raja Si

Singamangaraja XI yang meninggal dunia akibat penyakit kolera. Sebagaimana leluhurnya, sejak

Si Singamangaraja II, gelar Raja dan kepemimpinan selalu diturunkan dari pendahulunya secara

turun temurun.

Dalam sejarah perjuangan nasional Indonesia, ia seorang pejuang yang tidak mau berkompromi

dengan Belanda. Sehingga terjadilah pertempuran sengit yang menewaskan hampir seluruh

keluarganya melawan penjajah. Patuan Bosar Ompu Pulo Batu atau Raja Si Singamangaraja XII

bersama dua putra dan satu putrinya serta beberapa panglimanya yang berasal dari Aceh gugur

pada saat yang sama yaitu tanggal 17 Juni 1907 di Sionom Hudon. Raja Si Singamangaraja XII tepatnya gugur di hutan daerah Simsim, Sindias di kaki gunung

Sitapongan, kurang lebih 9-10 km dari Pearaja, Sionom Hudon, Tapanuli, Sumatera Utara.

(Disebut Sionom Hudon, sesuai dengan keenam marga yang menguasai daerah itu yaitu

Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Pinayungan, Turutan, dan Anakampun). Jenazahnya mula-

mula dimakamkan di Tarutung, kemudian dipindahkan ke Sopo Surung Balige.

Perang Batak yang dipimpin Si Singamangaraja XII di Tapanuli, Sumatera Utara yang pecah sejak

tahun 1878 itu, akhirnya berakhir sudah. Sejarah mencatat, ketika gugurnya sang pahlawan ini

Page 17: pahlawan nasional jadi

yang menjadi Gubernur Jenderal yaitu pemangku jabatan Kerajaan Belanda yang tertinggi

daerah kolonial di Nusantara adalah Gubernur Jenderal J.B.van Heutsz, sedangkan Gubernur

Militer di Aceh yang mencakup Sumatera Utara adalah Jenderal G.O.E.van Daalen.

Dan dibawah pasukan Kapten Christoffel alias ‘Si Macan Aceh’, seorang berkebangsaan Swiss yang sebelumnya hanya merupakan serdadu bayaran, namun kemudian tahun 1906 menjadi

warga negara Belanda, akhirnya sang pahlawan, Raja Si Singamangaraja XII gugur tertembak.

Kapten Christoffel yang melaporkan gugurnya Raja Si Singamangaraja XII di Tanah Batak kepada

Gubernur Jenderal J.B.van Heutsz di Bogor ketika itu membawa bukti jarahan berupa Piso Gaja

Dompak dan Stempel Kerajaan. Stempel kerajaan dan Piso Gaja Dompak pun secara resmi

disampaikan oleh Bataviaaschap Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Lembaga

Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan di Batavia) pada rapatnya tanggal 7 Agustus 1907 kepada

Museum di Gedung Gajah (Jalan Merdeka Barat sekarang-red). Piso Gaja Dompak waktu itu

diberi tanda nomor 13425.

Page 18: pahlawan nasional jadi

B. Jaman Pergerakan Nasional

Kyai Haji Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923)

Kyai Haji Ahmad Dahlan (Yogyakarta, 1 Agustus 1868–Yogyakarta, 23 Februari 1923) adalah

seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari

keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid

Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari

H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada

masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU,

K.H. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman,

Yogyakarta.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan

mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang

dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di

berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya

Page 19: pahlawan nasional jadi

untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin

berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan

mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang

Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui

pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya

sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.

Samanhudi

Kiai Haji Samanhudi (1868-1956)

Kiai Haji Samanhudi (1868–1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islamiyah, sebuah organisasi

massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.

Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.

Page 20: pahlawan nasional jadi

Wahidin Sudirohusodo

Wahidin Sudirohusodo (1852-1917)

Penggagas Budi Utomo Kendati ia tidak termasuk pendiri Budi Utomo (20 Mei 1908), namanya selalu dikaitkan dengan

organisasi kebangkitan nasional itu. Sebab, sesungguhnya dialah penggagas berdirinya

organisasi yang didirikan para pelajar STOVIA Jakarta itu. Pahlawan Nasional ini lahir di desa

Mlati, Yogyakarta, pada tanggal 7 Januari 1852. Ia wafat dada tanggal 26 Mei 1917 dan

dimakamkan di desa Mlati, Yogyakarta.

Dokter lulusan STOVIA, Sekolah Dokter Jawa di Jakarta, ini sangat senang bergaul dengan rakyat

biasa. Sehinggga tak heran bila ia mengetahui banyak penderitaan rakyat. Ia juga sangat

menyadari bagaimana terbelakang dan.tertindasnya rakyat akibat penjajahan Belanda.

Menurutnya, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan, rakyat harus cerdas.

Untuk itu, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah. Sebagai

dokter, ia sering mengobati rakyat tanpa memungut bayaran.

Selain sering bergaul dengan rakyat, dokter yang terkenal pula pandai menabuh gamelan dan

mencintai seni suara, ini juga sering mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat di beberapa kota di

Jawa. Para tokoh itu diajaknya untuk mendirikan "dana pelajar". Direncanakan, dana itu akan

dipakai untuk menolong pemuda-pemuda yang cerdas, tetapi tidak mampu melanjutkan

sekolahnya. Namun, ajakannya kurang mendapat sambutan.

Kemudian di Jakarta, ia mengunjungi para pelajar STOVIA. Kepada para pelajar sekolah dokter

itu, ia membentangkan gagasannya. Ia menganjurkan agar para pelajar itu mendirikan

organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.

Page 21: pahlawan nasional jadi

Gagasan lulusan Europeesche Lagere School Yogyakarta, ini disambutan baik para pelajar

STOVIA itu. Mereka juga sependapat dan menyadari bagaimana diburuknya nasib rakyat

Indonesia pada waktu itu. Maka pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya

mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Inilah organisasi modern pertama

yang lahir di Indonesia. Karena itu, tanggal lahir Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari

Kebangkitan Nasional.

Dokter Sutomo

Dokter Sutomo (1888 – 1938)

Pendiri Budi Utomo Dokter Sutomo yang bernama asli Subroto ini lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888.

Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin

Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modem pertama di Indonesia, pada

tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Kelahiran BU sebagai Perhimpunan nasional Indonesia, dipelopori oleh para pemuda pelajar

STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) yaitu Sutomo, Gunawan, Suraji dibantu oleh

Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain. Sutomo sendiri diangkat sebagai ketuanya.

Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan

memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan,

mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

Page 22: pahlawan nasional jadi

Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo juga aktif di bidang

kewartawanan. Ia bahkan memimpin beberapa buah surat kabar. Dalam usia 50 tahun, ia

meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938.

Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis (1872-1924)

Maria Josephine Catherine Maramis (1872 -1924) yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda

Maramis adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk

mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20.

Maramis menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya

jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat. Paman Maramis yaitu Rotinsulu yang

waktu itu adalah Hukum Besar di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke

Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana. Maramis beserta kakak

perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar

seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-

satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena

perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.

Untuk menghargai peranannya dalam pengembangan keadaan wanita di Indonesia, Maria Walanda

Maramis mendapat gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari pemerintah Indonesia pada tanggal 20

Mei 1969.

Page 23: pahlawan nasional jadi

Kiai Hasyim Asy’ari

Kiai Hasyim Asy'ari (1875-1947)

Ulama Pembaharu Pesantren Pendiri pesantren Tebuireng dan perintis Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi

kemasyarakatan terbesar di Indonesia, ini dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu

pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca

buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.

Karya dan jasa Kiai Hasyim Asy’ari yang lahir di Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10

April 1875 tidak lepas dari nenek moyangnya yang secara turun-temurun memimpin pesantren.

Ayahnya bernama Kiai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan

Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Kiai Hasyim Asy’ari merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, yang juga dikenal dengan Lembu Peteng, ayah Jaka Tingkir yang menjadi Raja

Pajang (keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir).

Pada tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi

pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari

memosisikan Pesantren Tebuireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam

tradisional.

Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang

dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan

organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

Page 24: pahlawan nasional jadi

Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU

pun berkembang makin pesat. Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam

ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa.

Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia

meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di

Tebuireng.

Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini (1879-1904)

Pejuang Kemajuan Wanita Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-

surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya

di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang Kartini

untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.

Buku itu menjadi pedorong semangat para wanita Indonesia dalam memperjuangkan hak-

haknya. Perjuangan Kartini tidaklah hanya tertulis di atas kertas tapi dibuktikan dengan

mendirikan sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang.

Upaya dari puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai

Page 25: pahlawan nasional jadi

daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di berbagai pelosok

negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia seutuhnya.

Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh

kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang

tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain

sebagainya.

Pada saat itu, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879,

ini sebenarnya sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, namun

sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya.

Dia merasakan sendiri bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar

saja padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa sedih melihat kaumnya dari

anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan sama sekali.

Setelah meninggalnya Kartini, surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan

diterbitkan menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis

tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat

berpengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan

tersebut telah menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di

kemudian hari.

Mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan

Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan

Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini,

tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal

sebagai Hari Kartini.

Page 26: pahlawan nasional jadi

Dewi Sartika

Dewi Sartika (1884-1947)

Dewi Sartika (1884 – 1947) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui

sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.

Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden

Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi

Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya

(kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Sejak kecil, Dewi Sartika sudah

menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di

belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-

tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang

kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan

kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota

keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan

sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika

membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya

tiga orang; Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-

Page 27: pahlawan nasional jadi

murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten

Bandung.

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu

upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam.

Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan

Karang Anyar, Bandung.

Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo (1886-1943)

Dokter Pendiri Indische Partij Dokter Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai

tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang pendiri Indische Partij,

organisasi partai partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka dan turut

aktif di Komite Bumiputera.

Awal perjuangan Cipto Mangunkusumo, pria kelahiran Pecangakan, Ambarawa tahun 1886, ini

dimulai sejak dia kerap menulis karangan-karangan yang menceritakan tentang berbagai

Page 28: pahlawan nasional jadi

penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan yang dimuat harian De

Express itu oleh pemerintahan Belanda dianggap sebagai usaha untuk menanamkan rasa

kebencian pembaca terhadap Belanda.

Tidak bekerja sebagai dokter pemerintah yang diupah oleh pemerintahan Belanda, membuat dr.

Cipto semakin intens melakukan perjuangan. Pada tahun 1912, dia bersama Douwes Dekker

dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij, sebuah partai politik

yang merupakan partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.

Di Banda Neira, dr. Cipto mendekam/terbuang sebagai tahanan selama tiga belas tahun. Dari

Banda Naire dia dipindahkan ke Ujungpandang. Dan tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke

Sukabumi, Jawa Barat. Namun karena penyakit asmanya semakin parah, sementara udara

Sukabumi tidak cocok untuk penderita penyakit tersebut, dia dipindahkan lagi ke Jakarta.

Jakarta merupakan kota terakhirnya hingga akhir hidupnya. Dr. Cipto Mangunkusumo

meninggal di Jakarta, 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa.

Atas jasa dan pengorbanannya sebagai pejuang pembela bangsa, oleh negara namanya

dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI

No.109 Tahun 1964, Tanggal 2 Mei 1964 dan namanya pun diabadikan sebagai nama Rumah

Sakit Umum Pusat di Jakarta.

Page 29: pahlawan nasional jadi

Haji Agus Salim

Haji Agus Salim (1884-1954)

Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (yang bermakna "pembela kebenaran");

(1884 – 1954) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.

Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah

seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.

Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di

SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.

Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:

• anggota Volksraad (1921-1924)

• anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945

• Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947

• pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada

tahun 1947

• Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947

• Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949

Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia,

sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat

Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya

dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.

Page 30: pahlawan nasional jadi

Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan

kritikannya pedas namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi

Kode Etik Jurnalistik.

Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata,

Jakarta.

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara (1889-1959)

Bapak Pendidikan Nasional

Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2

Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal

ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah

menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia

meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.

Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga

kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut

Page 31: pahlawan nasional jadi

hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak

lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia

dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik.

Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan

menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan

dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto

Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran

nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai

Indonesia merdeka.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun

mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut

Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat

menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai

bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara

bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak

Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan

Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat

keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan

lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada

pada tahun 1957.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu

memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,

budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus

didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Page 32: pahlawan nasional jadi

Sam Ratulangi

Dr. Sam Ratulangi (1890-1949)

Dr. Gerungan Saul Samuel Yacob Ratulangi atau Sam Ratulangi saja (1890 –1949) adalah

seorang politikus Minahasa dari Sulawesi Utara, Indonesia. Beliau adalah seorang pahlawan

nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional.

Beliau dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat

disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.

Sam Ratulangi juga adalah gubernur Sulawesi yang pertama. Beliau meninggal di Jakarta dalam

kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano.

Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan

Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi

Page 33: pahlawan nasional jadi

M H Thamrin

MH Thamrin (1894 - 1941)

Politikus yang Santun

Mohammad Husni Thamrin dilahirkan di Sawah Besar, Betawi, 16 Februari 1894. Ia berasal dari

keluarga berada. Kakeknya, Ort, orang Inggris, pemilik hotel di bilangan Petojo, yang menikah

dengan perempuan Betawi, Noeraini. Ayahnya, Thamrin Mohamad Thabrie, pernah menjadi

Wedana Batavia tahun 1908, jabatan tertinggi nomor dua yang terbuka bagi warga pribumi

setelah bupati.

.

Tak kibarkan bendera Belanda

Meski pada mulanya dipandang sebagai tokoh kooperatif, pada akhirnya hayatnya justru

Thamrin dianggap berbahaya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Thamrin tidak mengibarkan

bendera Belanda di rumahnya pada ulang tahun Ratu Wilhelmina, 31 Agustus 1940.

Setelah dr. Sutomo meninggal dunia pada tahun 1938, maka Thamrin menggantikannya sebagai

wakil Ketua Partai Indonesia Raya (Parindra). Perjuangannya di Volksraad tetap dilanjutkan

dengan sebuah mosi, agar istilah Nederlands Indie, Nederlands Indische dan Inlander diganti

dengan istilah Indonesia, Indonesische dan Indonesiea.

Sejak tanggal 6 januari 1941 Husni thamrin dikenakan tahanan rumah, karena dituduh bekerja

sama dengan Jepang. Walaupun dalam keadaan sakit, Thamrin tidak boleh dikunjungi teman-

Page 34: pahlawan nasional jadi

temannya. Akhirnya ia meninggal dunia pada 11 Januari 1941 dan dimakamkan di pekuburan

Karet, Jakarta.

Tahun 1960, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.

Wage Rudolf Supratman

Wage Rudolf Supratman (1903–1938)

Penggubah Lagu Indonesia Raya Tingginya jiwa kebangsaan dari Wage Rudolf Supratman menuntun dirinya membuahkan karya

bernilai tinggi yang di kemudian hari telah menjadi pembangkit semangat perjuangan

pergerakan nasional. Semangat kebangsaan, rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka

dalam jiwanya dituangkan dalam lagu gubahannya Indonesia Raya. Lagu yang kemudian

menjadi lagu kebangsaan negeri ini.

Penolakan jiwanya terhadap penjajahan, pernah juga dituliskannya dalam bukunya yang

berjudul Perawan Desa. Namun sayang, Pahlawan nasional yang lahir 9 Maret 1903 ini sudah

meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938, sebelum mendengar lagu gubahannya

dikumandangkan pada hari kemerdekaan negeri yang dicintainya.

Kilas balik dari lahirnya lagu Indonesia Raya sendiri adalah berawal dari ketika suatu kali

terbacanya sebuah karangan dalam Majalah Timbul. Penulis karangan tersebut menentang ahli-

Page 35: pahlawan nasional jadi

ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Supratman yang sudah semakin

kental jiwa kebangsaannya merasa tertantang. Sejak itu, ia mulai menggubah lagu. Dan pada

tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.

Ketika Kongres Pemuda, yakni kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda dilangsungkan di

Jakarta bulan Oktober tahun 1928, secara instrumentalia Supratman memperdengarkan lagu

ciptaannya itu pada malam penutupan acara tanggal 28 Oktober 1928 tersebut. Disitulah saat

pertama lagu tersebut dikumandangkan di depan umum. Lagu yang sangat menggugah jiwa

patriotisme itupun dengan cepat terkenal di kalangan pergerakan nasional. Sehingga sejak itu

apabila partai-partai politik mengadakan kongres, lagu Indonesia Raya, lagu yang menjadi

semacam perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka itu selalu dinyanyikan.

Dan ketika Indonesia sudah memperoleh kemerdekaan, para pejuang-pejuang kemerdekaan

menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Dan, Wage Rudolf Supratman yang

meninggal dan dimakamkan di Surabaya tanggal 17 Agustus 1938, dikukuhkan menjadi

Pahlawan Nasional atas segala jasa-jasanya untuk nusa dan bangsa tercinta ini.

Jenderal Gatot Subroto

Jenderal Gatot Subroto (1907-1962)

Penggagas AKABRI Pria berkumis tebal yang lahir di Banyumas 10 Oktober 1909, ini sejak anak-anak sudah

menunjukkan watak seorang pemimpin. Dia memiliki keberanian, ketegasan, tanggung jawab,

dan berpantang akan kesewenangan. Pengalaman tidak manis pernah dialaminya ketika masih

bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS).

Tentara yang aktif dalam tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada

masa pendudukan Belanda, anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang

Page 36: pahlawan nasional jadi

dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI

pada tahun 1948. Ia juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia (AKABRI).

Setelah kemerdekaan Indonesia, Gatot langsung masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR),

tentara bentukan pemerintah Indonesia sendiri dan merupakan tentara resmi RI yang dalam

perjalanannya kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sejak kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI atau pada masa Perang

Kemerdekaan yakni antara tahun 1945-1950, dia dipercayai memegang beberapa jabatan

penting. Pernah dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan

Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Bersamaan di saat dirinya menjabat Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya,

pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun pun bergolak yakni pada bulan

September 1948. Pemberontakan yang didalangi oleh Muso itu akhirnya berhasil diatasi dengan

gemilang.

Setelah banyak terjadi peristiwa dalam mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer

Belanda, pengakuan kedaulatan republik ini pun berhasil diperoleh. Pasca pengakuan

kedaulatan itu, Gatot Subroto semakin dipercaya mengemban tugas yang lebih tinggi. Dia

diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV I Diponegoro.

Di kalangan militer, dia dikenal sebagai seorang pimpinan yang mempunyai perhatian besar

terhadap pembinaan perwira muda. Menurutnya, salah satu cara untuk membina perwira

muda adalah dengan menyatukan akademi militer setiap angkatan yakni Angkatan Darat, Laut,

dan Udara, menjadi satu akademi. Gagasan tersebut akhirnya terwujud dengan terbentuknya

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).

Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia 55

tahun. Sang Jenderal ini dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Yogyakarta. Atas jasa-

jasanya yang begitu besar bagi negara, seminggu setelah kematiannya, Jenderal Gatot Subroto

Page 37: pahlawan nasional jadi

dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan dengan SK Presiden RI

No.222 Tahun 1962, tgl 18 Juni 1962.

HR Rasuna Said

HR Rasuna Said (1910-1965)

Orator, Srikandi Kemerdekaan

HR Rasuna Said (Hajjah Rangkayo Rasuna Said) seorang orator, pejuang (srikandi) kemerdekaan

Indonesia. Pahlawan nasional Indonesia ini lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 15

September 1910 dan wafat di Jakarta, 2 November 1965 dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Seorang puteri terbaik bangsa yang tak hanya sekadar memperjuangkan adanya persamaan hak

antara pria dan wanita.

HR Rasuna Said diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No.

084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. Selain itu, sebagai penghormatan atas

perjuangannya, namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan

Kuningan, Jakarta Selatan, termasuk bagian segi tiga emas Jakarta.

Dia pejuang yang berpandangan luas dan berkemauan keras. Sejak muda berjuang melalui

Sarekat Rakyat sebagai Sekretaris Cabang. Kemudian aktif sebagai anggota Persatuan Muslim

Indonesia (PERMI). Dia seorang orator yang sering kali mengecam tajam kekejaman dan

ketidakadilan pemerintah Belanda. Dia tak gentar kendati akibatnya harus ditangkap ditangkap

dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.

Ketika pendudukan Jepang, Hajjah Rangkayo Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi

pemuda Nippon Raya di Padang. Organisasi ini pun kemudian dibubarkan oleh Pemerintah

Jepang.

Page 38: pahlawan nasional jadi

Setelah Proklamasi Kemerdekaan dia aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Sumatera

mewakili daerah Sumatera Barat. Kemudian terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Tahun 1959, kemudian menjadi anggota Dewan

Pertimbangan Agung sampai akhir hayatnya 1965.

Ismail Marzuki

Ismail Marzuki (1914-1958)

Komponis Pejuang Legendaris Komponis pejuang dan maestro musik legendaris ini dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh

Presiden RI, dalam rangkaian Hari Pahlawan 10 November 2004 di Istana Negara. Dia dikenal

sebagai pejuang dan tokoh seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang dapat

mendorong semangat membela kemerdekaan.

Ismail Marzuki kelahiran kampung Kwitang, Jakarta Pusat, pada tahun 1914 ini menciptakan

sekitar 250 lagu. Karya-karyanya sampai hari ini masih sering terdengar, antara lain Juwita

Malam, Sepasang Mata Bola, Selendang Sutera, Sabda Alam, dan Indonesia Pusaka.

Komponis pelopor yang wafat 25 Mei 1958, ini telah melahirkan lagu-lagu kepahlawanan, yang

menggugah jiwa nasionalisme. Maestro musik ini menyandang predikat komponis pejuang

legendaris Indonesia.

Ismail Marzuki memang seorang komponis besar yang sampai saat ini boleh jadi belum ada

yang dapat menggantikannya. Karena itu, memang sudah layak diberikan penghormatan

padanya sebagai pahlawan nasional.

Page 39: pahlawan nasional jadi

Karya-karya Ismail Marzuki memang kaya, baik soal melodi maupun liriknya. Ia pun mencipta

lagu dengan bermacam warna, salah satunya keroncong, di antaranya Bandung Selatan di

Waktu Malam dan Selamat Datang Pahlawan Muda.

Jenderal Sudirman

Jenderal Sudirman (1916-1950)

Panglima dan Jenderal Pertama RI Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh

pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional

yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai

tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini

kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik

dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi

Angkatan Perang.

Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang

pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang

jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda..

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh

pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan

bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela

kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda.

Page 40: pahlawan nasional jadi

Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus

ditandu.

Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan

perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu

tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar

TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember

1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh

pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana

lazimnya, tapi karena prestasinya.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi

Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah

dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat

lemah akibat paru-parunya yang hanya tinggal satu yang berfungsi.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya.

Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain,

dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-

hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan

dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia

tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu

dibutuhkan.

Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan

di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela

Kemerdekaan.

Page 41: pahlawan nasional jadi

C. Jaman Setelah Kemerdekaan

Soekarno

Sang Proklamator

SOEKARNO (1901-1970)

Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Page 42: pahlawan nasional jadi

Soekarno (Bung Karno) Presiden Pertama Republik

Indonesia, 1945- 1966, menganut ideologi

pembangunan ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Proklamator yang lahir di Blitar, Jatim, 6 Juni 1901 ini

dengan gagah mengejek Amerika Serikat dan negara

kapitalis lainnya: “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu.

Ia mengajak negara-negara sedang berkembang

(baru merdeka) bersatu. Pemimpin Besar Revolusi ini

juga berhasil mengge-lorakan semangat revolusi bagi

bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI.

Itulah Bung Karno yang berhasil menggelorakan

semangat revolusi dan mengajak berdiri di atas kaki

sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat

berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang

sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya

berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi

bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri

yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan

ketidakberdayaan (noekolonialisme).

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang,

Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan

kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya,

ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang

kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Ia berupaya mempersatukan

nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-

bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan

Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang

kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Orator Ulung

Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai orator

yang ulung, yang dapat berpidato secara amat

berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialis-

me dan imperialisme. Ia juga amat percaya pada

Page 43: pahlawan nasional jadi

kekuatan massa, kekuatan rakyat.

“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku

besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan

aku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno, dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Suatu ungkapan yang cukup jujur dari seorang orator

besar.

Gejala berbahasa Bung Karno merupakan fenomena

langka yang mengundang kagum banyak orang.

Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala

macam gayanya berhubungan dengan

kepribadiannya. Hal ini tercermin dalam

autobiografi, karangan-karangan dan buku-buku

sejarah yang memuat sepak terjangnya.

Anti Imperialisme

Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat

kehormatan menyampaikan pidato di depan Kongres

Amerika Serikat. Sebagaimana dilaporkan New York

Times (halaman pertama) pada hari berikutnya,

dalam pidato itu dengan gigih ia menyerang

kolonialisme.

“Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami

lakukan demi pembebasan rakyat kami dari

belenggu kolonialisme, telah berlangsung dari

generasi ke generasi selama berabad-abad. Tetapi,

perjuangan itu masih belum selesai. Bagaimana

perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan

manusia di Asia maupun Afrika masih berada di

bawah dominasi kolonial, masih belum bisa

menikmati kemerdekaan?” pekik Soekarno ketika itu.

Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras

menentang kolonialisme dan imperialisme, serta

cukup kritis terhadap negara-negara Barat, ia

mendapat sambutan luar biasa di Amerika Serikat

(AS).

Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dan

Page 44: pahlawan nasional jadi

sikap-sikap Bung Karno yang sejak masa mudanya

antikolonialisme. Terutama pada periode 1926-1933,

semangat antikolonialisme dan anti-imperialisme itu

sudah jelas dikedepankannya.

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta (1902-1980)

Sang Proklamator

Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di

Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta

dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji

Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia

delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara

perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.

Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia

diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta

atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di

Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai

Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta

diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.

Page 45: pahlawan nasional jadi

Periode Tahun 1950-1956

Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif

memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga

pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai

karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan

koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi

untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi

ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta

mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari

Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung

Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli

1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada

Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran

Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan

dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan

Koperasi Membangun (1971).

Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar

kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam

ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta.

Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato

pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.

Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai

Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga

diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas

Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta

sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian.

Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan

gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi.

Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris

Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung

Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil

Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal

14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo,

Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU

Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.

Page 46: pahlawan nasional jadi

Jenderal Anumerta Achmad Yani

Jenderal Anumerta Achmad Yani (1922-1965)

Jenderal Anti Komunis

Jenderal Achmad Yani terkenal sebagai seorang tentara yang selalu berseberangan dengan

Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika menjabat Menteri/Panglima Angkatan Darat

(Men/Pangad) atau yang sekarang menjadi Kepala Staf Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia

menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.

Karenanya, dengan fitnah bahwa sejumlah TNI AD telah bekerja sama dengan sebuah negara

asing untuk menjatuhkan Presiden Soekarno, PKI lewat Gerakan Tiga Puluh September (G 30/S)

menjadikan dirinya salah satu target yang akan diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI

AD lainnya.

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari itu akhirnya menewaskan enam

Page 47: pahlawan nasional jadi

dari tujuh Perwira Tinggi Angkatan Darat yang sebelumnya direncanakan PKI. Lubang Buaya,

lokasi dimana sumur tempat menyembunyikan jenazah para Pahlwawan Revolusi itu berada

menjadi saksi bisu atas kekejaman komunis tersebut.

Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965)

Gugur Dianiaya G-30-S/PKI

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo dianugerahi penghargaan sebagai

Pahlawan Revolusi. Mantan IRKEHAD kelahiran Kebumen, 23 Agustus 1922, ini gugur di Lubang

Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 sebagai korban dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI.

Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Page 48: pahlawan nasional jadi

Letnan Jenderal Anumerta Suprapto

Letnan Jenderal Anumerta Suprapto (1920-1965)

Menentang Komunis

Letnan Jenderal Anumerta Suprapto terkenal sebagai seorang tentara yang taat menjalankan

ibadah agama dan tidak pernah setuju dengan ajaran komunis. Sehingga ketika menjabat

Deputy II Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), dialah salah satu perwira yang

menolak usulan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri

dari buruh dan tani.

Karena penolakan itu, pria kelahiran Purwokerto yang masuk tentara jamannya Tentara

Keamanan Rakyat dan yang pernah menjadi ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman, ini

selalu dimusuhi dan selalu mendapat rongrongan dari pihak PKI. Bahkan akhirnya dalam

pemberontakan Gerakan Tiga Puluh September tahun 1965, ia salah satu perwira tinggi yang

menjadi korban penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh PKI.

Terakhir, dengan membuat fitnah adanya sejumlah Jenderal TNI AD bekerjasama dengan satu

negara luar hendak menggulingkan Presiden Soekarno, PKI pun melakukan aksinya pada malam

30 September 1965 atau subuh tanggal 1 Oktober 1965. Rencananya PKI hendak menculik dan

membunuh tujuh Perwira Tinggi AD. Rencana jahat itu berjalan hampir sempurna. Hanya satu

Page 49: pahlawan nasional jadi

di antara perwira dimaksud yang berhasil lolos dari penculikan yakni Jenderal A.H. Nasution,

walaupun untuk itu, Pierre Tendean ajudan Nasution sendiri harus menjadi tumbalnya.

Keenam Perwira Tinggi AD itu yakni: Jend. TNI Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta

Suprapto; Letjen. TNI Anumerta S.Parman; Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono; Mayjen. TNI

Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S; dan satu Perwira Pertama yaitu

Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean.

Ketujuh perwira yang berhasil diculik dan dibunuh itu besok harinya oleh tim yang dipimpin

Soeharto (mantan Presiden RI) ditemukan terkubur di sumur tua di daerah Lubang Buaya.

Jenazah ketujuh korban ditemukan penuh lumpur dan darah, dari bekas luka di tubuh para

korban disimpulkan bahwa sebagian korban langsung mati tertembak sementara sebagian lagi

lebih dulu disiksa kemudian baru ditembak.

Suprapto yang karena kesetiaanya pada Pancasila gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Bersama

enam perwira lainnya ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang

sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal

sebagai penghargaan atas jasa-jasanya.

Dan untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut, oleh pemerintah Orde Baru

ditetapkanlah tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari Kesaktian Pancasila sekaligus

sebagai hari libur nasional. Dan di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur di depan sumur tua

tempat jenazah ditemukan, dibangun tugu dengan latar belakang patung ketujuh Pahlawan

Revolusi tersebut. Tugu tersebut dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.

Page 50: pahlawan nasional jadi

Letnan

Jenderal

Anumerta

S. Parman

Letnan Jenderal Anumerta S. Parman (1918-1965)

Setia Pada Pancasila

Kata orang bijak, fitnah lebih kejam daripada membunuh. Dan apa yang dilakukan oleh PKI pada

tujuh perwira pada malam 30 September 1965 jauh lebih kejam lagi. Setelah memfitnah

dengan menyebutkan bahwa para Jenderal itu telah bekerjasama dengan satu negara luar untuk

menjatuhkan Presiden Soekarno, PKI juga menculik dan membunuh perwira-perwira tersebut

secara sadis dan biadab. Letjen. Anumerta S. Parman yang waktu itu menjabat sebagai Asisten I

Menteri/Panglima Angkatan Darat termasuk salah satu dari ketujuh perwira tersebut.

Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini merupakan perwira intelijen, sehingga banyak tahu

tentang kegiatan rahasia PKI karena itulah dirinya termasuk salah satu di antara para perwira

yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.

Penolakan yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI.

Page 51: pahlawan nasional jadi

Perwira yang gugur sebagai Pahlawan Revolusi ini lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus

S. Parman gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk mempertahankan Pancasila. Bersama enam

perwira lainnya ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Pangkatnya yang

sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal

sebagai penghargaan atas jasa-jasanya.

Mayor Jenderal Anumerta D.I. Panjaitan

Mayor Jenderal Anumerta D.I. Panjaitan (1925-

1965)

PembongkarKonspirasi

PKI - RRC

Keberhasilan Mayor Jenderal Anumerta D.I.

Panjaitan membongkar rahasia kiriman senjata

dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk Partai

Komunis Indonesia (PKI) serta penolakannya

terhadap rencana PKI untuk membentuk

Page 52: pahlawan nasional jadi

Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani,

membuat dirinya masuk daftar salah satu perwira

Angkatan Darat yang dimusuhi oleh PKI.

Kebencian PKI itu kemudian berujung pada aksi

penculikan serta pembunuhan dirinya saat

pemberontakan Gerakan 30 September 1965.

Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia

mencatat prestasi tersendiri atas keberhasilannya

membongkar rahasia pengiriman senjata dari

Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI. Dari situ

diketahui bahwa senjata-senjata tersebut

dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan

yang akan dipakai dalam pembangunan gedung

Conefo (Conference of the New Emerging Forces).

Senjata-senjata itu diperlukan PKI yang sedang

giatnya mengadakan persiapan melancarkan

pemberontakan.

Dengan bertameng alasan dipanggil oleh

Panglima Tertinggi Presiden Soekarno, tujuh

perwira tinggi TNI AD, pada malam 30 September

atau pagi dinihari tanggal 1 Oktober 1965 hendak

diculik oleh sekelompok berpakaian Pengawal

Presiden yang kemudian diketahui adalah

pasukan PKI. Enam perwira tinggi itu berhasil

diculik, namun Jenderal A.H. Nasution berhasil

lolos tapi puteri dan ajudannya menjadi korban

peristiwa itu.

Mayjen Anumerta D.I. Panjaitan yang malam

dinihari itu merasa heran akan pemanggilan

mendadak itu. Namun karena loyalitasnya pada

pimpinan tertinggi militer, Presiden Soekarno, ia

Page 53: pahlawan nasional jadi

pun berangkat namun terlebih dahulu berpakaian

resmi. Namun firasatnya yang tajam sepertinya

merasakan bahaya yang sedang terjadi. Sebelum

memasuki mobilnya, dengan berdiri di samping

mobil ia lebih dulu memohon doa kepada Tuhan.

Namun belum selesai menutup doanya, pasukan

PKI sudah memberondongnya dengan peluru.

.

Pencarian yang dilakukan di bawah pimpinan

Soeharto (Mantan Presiden RI yang waktu itu

menjabat sebagai Pangkostrad), ditemukanlah

jenazah Panjaitan di Lubang Buaya, terkubur

massal di dalam satu sumur tua yang tidak

dipakai lagi bersama enam perwira lainnya. Ia

gugur sebagai Pahlawan Revolusi, kemudian

dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.

Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,

pangkatnya yang sebelumnya masih Brigadir

Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat

menjadi Mayor Jenderal.

Page 54: pahlawan nasional jadi

Letnan Jenderal

Anumerta M.T. Haryono

Letnan Jenderal Anumerta M.T. Haryono (1924-1965)

Letjen Anumerta M.T. Haryono kelahiran Surabaya, 20 Januari 1924, ini sebelumnya memperoleh

pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar) kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah

Umum). Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan

Jepang) di Jakarta, namun tidak sampai tamat.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono bersama enam

perwira lainnya yakni: Jend. TNI Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta Suprapto;

Letjen.TNI Anumerta S Parman; Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta

Sutoyo S; dan Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh

secara membabi buta dan jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya tanpa

prikemanusiaan.

M.T. Haryono yang tewas karena mempertahankan Pancasila itu gugur sebagai Pahlawan

Revolusi. Ia kemudian dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Sebagai penghargaan

atas jasa-jasanya, pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu

tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Page 55: pahlawan nasional jadi

Untuk menghormati jasa para Pahlawan Revolusi sekaligus untuk mengingatkan bangsa ini akan

peristiwa penghianatan PKI tersebut, dengan demikian diharapkan peristiwa yang sama tidak

akan terulang kembali, maka oleh pemerintahan Soeharto ditetapkanlah tanggal 1 Oktober

setiap tahunnya sebagai hari Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Dan di

daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur di depan sumur tua tempat jenazah ditemukan,

dibangunlah Tugu Kesaktian Pancasila sebagai tugu peringatan yang berlatar belakang patung

ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut.

Pierre Tendean

Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean (1939–1965) salah seorang korban pada peristiwa

Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan nasional Indonesia.

Beliau adalah ajudan dari Jenderal Abdul Harris Nasution (Panglima ABRI) pada era Soekarno.

Abdul Harris Nasution lolos dari peristiwa penculikan tetapi anaknya, Ade Irma Suryani

Nasution tewas tertembus peluru. Pierre Tendean sendiri ditangkap oleh segerombolan

penculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Beliau diculik karena dikira adalah Jenderal

A.H.Nasution.

Beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Page 56: pahlawan nasional jadi

Halim Perdana Kusuma (1922-1947)

Gugur Saat Bertugas

Halim Perdanakusuma (Halim Perdana Kusuma) seorang pahlawan Indonesia. Pria kelahiran

Sampang, 18 November 1922, ini gugur di Malaysia, 14 Desember 1947 dalam usia 25 tahun

saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia-Belanda di Sumatera. Ia ditugaskan membeli

dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.

Pemerintah memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahi

gelar pahlawan nasional dan mengabadikan namanya di sebuah lapangan terbang (Bandar

Udara) internasional Halim Perdanakusuma di Jakarta. Juga dengan mengabadikan namanya

pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.

Yos Sudarso

Yos Sudarso (1925-1962)

Gugur di Atas KRI Macan Tutul Pahlawan Nasional Laksamana Madya Yosaphat Sudarso, yang lebih dikenal dengan panggilan

Yos Sudarso, kelahiran Salatiga, 24 November 1925, gugur dalam pertempuran di atas KRI

Macan Tutul dalam pertempuran Laut Aru 13 Januari 1962 pada masa kampanye Trikora.

Namanya kini diabadikan pada sebuah KRI dan pulau.