Mekanisme Reaksi Alergi Adalah Berdasar Pada Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
-
Upload
ipan-ferrel-heady -
Category
Documents
-
view
82 -
download
4
description
Transcript of Mekanisme Reaksi Alergi Adalah Berdasar Pada Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Mekanisme reaksi alergi adalah berdasar pada reaksi hipersensitivitas tipe I, yaitu timbulnya respon IgE yang
berlebihan terhadap bahan yang dianggap sebagai alergen, sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator
penyebab reaksi alergi, walaupun pada orang normal reaksi ini tidak terjadi. Apabila reaksi alergi ini berlangsung
sangat berlebihan, dapat timbul syok anafilaktik.
Histamin yang dilepaskan menimbulkan berbagai efek. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang
terjadi menyebabkan pindahnya plasma dan sel-sel leukosit ke jaringan, sehingga menimbulkan bintul-bintul
berwarna merah di permukaan kulit. Sementara rasa gatal timbul akibat penekanan ujung-ujung serabut saraf
bebas oleh histamin. Kemudian kerusakan jaringan yang terjadi akibat proses inflamasi menyebabkan sekresi
protease, sehingga menimbulkan rasa nyeri akibat perubahan fungsi. Efek lain histamin, yaitu kontraksi otot
polos dan perangsangan sekresi asam lambung, menyebabkan timbulnya kolik abdomen dan diare.
ASI berisi substansi alamiah yang membantu maturitas usus bayi sehingga melindungi terhadap reaksi alergi,
meningkatkan pertumbuhan postnatal dari epitel intestinal dan maturasi fungsi mukosa, serta menjaga
keseimbangan Th1 dan Th2 yang menyebabkan penurunan risiko terjadinya alergi.
Anak-anak, terutama bayi, lebih rentan mengalami alergi, karena maturitas barier imunitasnya belum sempurna,
sehingga belum dapat melindungi tubuh dengan maksimal. Selain itu, sekresi enzim untuk mencerna zat gizi,
terutama protein, belum dapat bekerja maksimal, sehingga terjadi alergi pada makanan tertentu, terutama
makanan berprotein. Ada alergi yang dapat membaik, karena maturitas enzim dan barier yang berjalan seiring
dengan bertambahnya umur. Hal ini juga dapat terjadi akibat faktor polimorfisme genetik antibodi yang aktif pada
waktu tertentu, sehingga menentukan kepekaan terhadap alergen tertentu.
Secara umum, hasil pemeriksaan laboratorium normal. Terjadi eosinofilia relatif, karena disertai dengan
penurunan basofil akibat banyaknya terjadi degranulasi. Eosinofil sendiri menghasilkan histaminase dan aril
sulfatase. Histaminase yang dihasilkan ini berperan dalam mekanisme pembatasan atau regulasi histamin,
sehingga pada pasien dengan kasus alergi yang berat, jumlah eosinofil akan sangat meningkat melebihi normal.
Ibunya Siti yang mengalami pilek, hidung gatal, bersin-bersin, dan juga menderita asma, dengan gejala sesak
nafas dan mengi, menunjukkan bahwa ibunya Siti juga memiliki riwayat alergi. Mekanisme alergi pada ibunya Siti
juga tetap diperantarai histamin, namun, alergi pada ibunya Siti bermanifestasi pada saluran pernafasan.
Contohnya, bronkokonstriksi yang menyebabkan sesak nafas dan mengi (ekspirasi berbunyi) adalah akibat dari
kerja histamin yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus. Sedangkan pilek, hidung gatal, dan bersin,
adalah upaya mukosa dan sekretnya untuk menyingkirkan alergen yang masuk ke saluran pernafasan. Asma,
dalam hal ini adalah alergi bronkus yang dikhawatirkan menurun, memang mempunyai kemungkinan diturunkan.
Dengan mempunyai hanya satu orang tua yang memiliki riwayat alergi saja, anak telah memiliki risiko alergi
sebesar 20-40%.
Syok anafilaktik yang terjadi ketika ibunya Siti disuntik merupakan salah satu reaksi alergi hebat akibat
pelepasan histamin yang diantaranya ditandai dengan penurunan kesadaran dan penurunan tekanan darah.
Apabila dijumpai syok anafilaktik, hendaknya pada pasien segera diberikan antagonis fisiologis histamin, yaitu
berupa injeksi adrenalin.
Apabila dijumpai pasien dengan kecurigaan penyakit alergi, maka pertama kali dilakukan anamnesis, kemudian
pemeriksaan fisik dan laboratorium, kemudian tes kulit yang sederhana. Apabila belum ditemukan penyebab
yang pasti, barulah dilakukan tes provokasi.
Dalam kasus, kemungkinan besar pasien alergi terhadap makanan tertentu seperti udang dan kepiting, karena
gejala-gejala alergi yang ada timbul setelah pasien makan makanan tersebut. Penatalaksanaan yang paling baik
untuk alergi adalah menghindari alergennya. Namun apabila diperlukan, dapat digunakan antihistamin, obat-obat
kortikosteroid, serta imunosupresan yang seluruhnya digunakan untuk menekan respon sistem imun yang
berlebihan yang terjadi pada reaksi alergi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Reaksi hipersensitivitas tipe I adalah dasar dari reaksi alergi dengan perantara IgE.
2. Pasien dalam kasus mengalami alergi terhadap makanan.
3. Alergi dapat membaik, dan dapat juga menetap seumur hidup.
4. Sifat alergi mempunyai kemungkinan diturunkan.
5. Diagnosis penyakit alergi ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, tes kulit, dan apabila perlu tes
provokasi.
6. Cara terbaik menangani alergi adalah dengan menghindari alergen. Apabila perlu dapat digunakan
antihistamin, kortikosteroid, dan imunosupresan.
B. SARAN
1. Sebaiknya Siti segera menjalani skin prick test agar diagnosis penyakit dapat segera dipastikan, dan
dibandingkan dengan diagnosis banding bintul kulit lainnya, yaitu herpes, pemfigoid bulosa, atau penyakit
gula kronik.
2. Sebaiknya Siti menghindari makanan-makanan penyebab alergi, seperti udang dan kepiting, dan
menggunakan makanan lain sebagai sumber protein pengganti.
PENDAHULUAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis kontak adalah reaksi fisiologik yang terjadi pada
kulit karena kontak dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini disebabkan oleh iritan kulit
(dermatitis kontak iritan) dan sisanya disebabkan oleh alergen (dermatitis kontak alergi) yang merangsang
reaksi alergi. Dermatitis kontak iritan merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema,
edema ringan dan pecah-pecah. DKI merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung
yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis.
Istilah dermatitis kontak iritan atau iritasi menunjukkan suatu reaksi yang berubah terhadap suatu bahan
tertentu yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat terjadi pada setiap orang, dan ada beberapa faktor-
faktor tertentu yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan
dengan kulit, usia pasien, adanya oklusi dan konsentrasi dari bahan. Gejalanya eritema (kemerahan) dan
vesikulasi (berair), disertai rasa gatal dan panas. Dermatitis kontak iritan ini dapat terjadi akibat pemakaian
kosmetik, terutama yang mengandung bahan bersifat asam, basa, dan abrasif.
Adakalanya suatu bahan kimiawi menyebabkan suatu respons iritasi pads kulit; sebagai contoh : sabun, jika
disertai dengan mencuci berulang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit.
Hal-hal yang dapat menyebabkan iritasi:
1.REAKSI KULIT TERHADAP BAHAN PENGAWET
Reaksi kulit terhadap bahan pengawet yang terdapat di dalam kosmetika dan obat-obat oles, dapat berupa
dermatitis (eksema) dengan tanda-tanda kulit kering, bersisik, merah, berlepuh sampai basah atau retak-
retaknya kulit. Reaksi bisa ringan atau berat dan biasanya disertai dengan rasa terbakar dan gatal.
Reaksi dapat timbul sebagai urtika atau kadang-kadang berupa pembengkakan lokal. Sering terjadi timbulnya
reaksi kulit pada pemakaian pertama kali dari obat oles atau kosmetika pada kulit yang terluka
atau sedang mengalami iritasi.
2.REAKSI KULIT TERHADAP SABUN DAN DETERGEN
Reaksi kulit terhadap pemakaian sabun dan detergen dapat terjadi berdasarkan iritasi kulit akibat pemakaian
yang berlebihan. Terjadinya iritasi kulit oleh pemakaian sabun kemungkinan disebabkan oleh sifat alkalis sabun
disertai dengan daya menghapus minyak dari kulit dan sifat iritasi dari asam lemak.
Pernah dilaporkan terjadinya depigmentasi kulit oleh pemakaian sabun yang mengandung fenol. Sabun sebagai
iritan utama dapat merupakan faktor yang memperlambat penyembuhan dari eksema pada tangan. Untuk
menghindari reaksi iritasi ini, kurangi pemakaian sabun.
3.SALAH KOSMETIK SEBABKAN IRITASI KULIT
Kulit yang wajah sensitif cepat sekali memberikan reaksi iritasi jika salah dalam merawatnya. Biasanya, kulit
wajah yang sensitif akan cepat memerah jika kosmetika yang dipakai tidak cocok. Terasa pedih dan kemudian
akan muncul bintik-bintik merah yang mengakibatkan kulit menjadi mudah teriritasi. Alkohol yang terkandung
dalam kosmetik biasanya sering menyebabkan iritasi.
Iritan
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit: dalam
konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien dengan frekuensi yang sufisien. Masing-masing individu
memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan
dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk meninduksi dermatitis.
Zat-zat iritan
Zat-zat iritan mempunyai efek eritem, mengeringkan dan peeling.
Zat-zat iritan golongan kemikal. Zat-zat tersebut dapat dalam bentuk larutan, bedak kocok, kompres, pasta,
krem dan bahan pembersih (cleansing preparation).
1. Sulfur
Dapat berupa unsur (elemental) sulfur atau ikatan (compound) sulfur. Menurut Mills dan Kligman (1972) unsur
sulfur bersifat komedogenik.
2. Resorsin
Konsentrasi resorsin 1 — 10%, pemakaian bahan ini berkurang setelah dikenal benzoil peroksida.
3. Asam salisilat
Asam salisilat selain sebagai iritan juga mempunyai sifat keratolitik pada konsentrasi di atas 3%.
4. Sabun abrasif
5. Astringen
Aluminium sulfas dalam alkohol atau akua rosari.
6. Asam vitamin A (asam retionik, tretinoin) mempunyai efek sebagai iritan
7. Benzoil peroksida
mempunyai efek sebagai iritan
8.Sebagian besar pestisida dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan, terutama bila bahan tersebut
digunakan dalam konsentrasi yang tinggi dengan/tanpa memakai pelindung yang adekuat. Di antaranya
fungisida seperti copper sulfat, barium polysulfide, thiophanat methyl, chlorthalonil dan captafol dikenal
sebagai bahan iritan.
mekanisme iritasi
Dermatitis kontak iritan atau iritasi merupakan kelainan sebagai akibat pajanan dengan bahan toksik non-
spesifik yang merusak epidermis dan/atau dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada
kapasitas toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola monofasik, yaitu kerusakan diikuti dengan
penyembuhan.
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi melalui dua jalur: efek langsung iritan terhadap keratinosit dan kerusakan
sawar kulit. Efek langsung iritan pada keratinosit, pada iritasi akut, penetrasi iritan melewati sawar kulit akan
merusak keratinosit dan merangsang pengeluaran mediator inflamasi diikuti dengan aktivasi sel T. Selanjutnya
terjadi akumulasi sel T dengan aktivasi tidak lagi bergantung pada penyebab. Hal tersebut dapat menerangkan
kesamaan jenis infiltrat dan sitokin yang berperan antara Dermatitis kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi.
Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom iritasi. Apabila terjadi pajanan dengan konsentrasi
suboptimal maka reaksi yang terjadi langsung kronik.
Stratum korneum atau kulit ari merupakan sawar kulit yang sangat efektif terhadap berbagai bahan iritan
karena pembaharuan sel terjadi secara berkesinambungan dan proses penyembuhan berlangsung cepat.
Apabila waktu pajanan lebih pendek daripada waktu penyembuhan, sehingga sel-sel keratinosit tidak sempat
sembuh, maka akan terjadi gejala klinis iritasi kumulatif. Kerusakan sawar lipid berhubungan dengan
kehilangan daya kohesi antar korneosit dan deskuamasi diikuti dengan peningkatan trans-epidermal water loss
(TEWL). Hal tersebut merupakan rangsangan untuk memacu sintesis lipid, proliferasi keratinosit dan
hiperkeratosis sewaktu transient sehingga dapat terbentuk sawar kulit dalam keadaan baru.
Anti-Iritasi
Anti-iritasi adalah aspek vital dari formula perawatan kulit. Apapun penyebabnya, iritasi adalah permasalahan
untuk semua jenis kulit, namun sangat sulit untuk dihindari. Entah karena matahari, kerusakan oksidatif dari
polusi, atau dari produk perawatan kulit yang digunakan, iritasi dapat menjadi permasalahan terus-menerus
bagi kulit. Ironisnya, bahkan bahan-bahan yang di butuhkan seperti zat-zat tabir surya, pengawet, exfoliant
kulit, dan zat-zat pembersih dapat menyebabkan iritasi. Bahan-bahan lain, seperti pewangi, methol, dan
ekstrak tanaman yang menyebabkan kulit sensitif, adalah penyebab utama iritasi dan umumnya tidak
memberikan hasil yang menguntungkan bagi kulit jadi penggunaan zat-zat ini tidak berguna,setidaknya jika
serius ingin menciptakan dan mempertahankan kulit yang sehat.
Anti-iritasi sangat membantu karena memberikan waktu penyembuhan bagi kulit dan mengurangi
permasalahan oksidatif dan sumber kerusakan eksternal. Anti-iritasi seperti Metil salisilat bekerja sebagai anti
iritan lokal dan mampu berpenetrasi sehingga menghasilkan efek analgesik.