mekanisme hidrodinamika

3
Mekanisme Hidrodinamika Teori hidrodinamika yang membantu menjelaskan mekanisme dentin hipersensitif pertama kali dibawakan oleh Gysi pada tahun 1900. Teori ini adalah teori yang paling diterima secara internasional hingga sekarang. Teori hidrodinamika melibatkan serabut saraf A dalam kasus dentin hipersensitif. Mekanisme hidrodinamika diawali dengan adanya perubahan tekanan kapiler yang menyebabkan pergerakan cairan tubuli dentin ke arah luar. Serabut saraf dentin lebih sensitif bila cairan tubuli dentin tertarik ke arah luar dibandingkan ke arah dalam. Pergerakan cairan tubuli dentin ini menyebabkan distorsi jaringan pada area perbatasan dentin dan pulpa di mana terdapat banyak ujung serabut saraf. Pergerakan cairan tubuli dentin ini harus terjadi secara cepat dan berulang-ulang untuk dapat mengaktivasi ujung serabut saraf pada area perbatasan dentin dan pulpa ini. Stimulus yang dapat menyebabkan pergerakan cairan tubuli dentin dengan cepat dan berulang-ulang diantaranya adalah stimulus perubahan suhu, tekanan udara dan volume. Stimulasi termal harus dapat berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan perubahan volume tubuli dentin yang pada akhirnya dapat menggerakan cairan tubuli dentin dan mengaktivasi serabut saraf sehingga terjadi rasa nyeri. Secara umum, stimulasi dingin lebih efektif dibandingkan dengan stimulasi panas karena dapat menginisiasi pergerakan cairan tubuli dentin ke arah luar. Bila perubahan suhu terjadi cukup intens, maka serabut saraf dapat teraktivasi walaupun dentin tidak terbuka. Pada kasus inflamasi pulpa, nosiseptor

description

f

Transcript of mekanisme hidrodinamika

Mekanisme Hidrodinamika Teori hidrodinamika yang membantu menjelaskan mekanisme dentin hipersensitif pertama kali dibawakan oleh Gysi pada tahun 1900. Teori ini adalah teori yang paling diterima secara internasional hingga sekarang. Teori hidrodinamika melibatkan serabut saraf A dalam kasus dentin hipersensitif. Mekanisme hidrodinamika diawali dengan adanya perubahan tekanan kapiler yang menyebabkan pergerakan cairan tubuli dentin ke arah luar. Serabut saraf dentin lebih sensitif bila cairan tubuli dentin tertarik ke arah luar dibandingkan ke arah dalam. Pergerakan cairan tubuli dentin ini menyebabkan distorsi jaringan pada area perbatasan dentin dan pulpa di mana terdapat banyak ujung serabut saraf. Pergerakan cairan tubuli dentin ini harus terjadi secara cepat dan berulang-ulang untuk dapat mengaktivasi ujung serabut saraf pada area perbatasan dentin dan pulpa ini. Stimulus yang dapat menyebabkan pergerakan cairan tubuli dentin dengan cepat dan berulang-ulang diantaranya adalah stimulus perubahan suhu, tekanan udara dan volume. Stimulasi termal harus dapat berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba sehingga dapat menyebabkan perubahan volume tubuli dentin yang pada akhirnya dapat menggerakan cairan tubuli dentin dan mengaktivasi serabut saraf sehingga terjadi rasa nyeri. Secara umum, stimulasi dingin lebih efektif dibandingkan dengan stimulasi panas karena dapat menginisiasi pergerakan cairan tubuli dentin ke arah luar. Bila perubahan suhu terjadi cukup intens, maka serabut saraf dapat teraktivasi walaupun dentin tidak terbuka. Pada kasus inflamasi pulpa, nosiseptor intradental dapat tersensitisasi dan teraktivasi akibat efek langsung dari panas atau dingin sehingga menyebabkan peningkatan sensitifitas termal dari gigi tersebut. Beberapa cairan hipertonis juga dapat menyebabkan terjadinya rasa nyeri. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan cairan hipertonis tersebut dalam menarik cairan tubuli dentin keluar melalui tekanan osmotik yang tinggi sehingga terjadi pergerakan cairan yang rapid dan mengaktivasi serabut saraf. Contoh dari teori tersebut dapat ditemukan pada pasien yang banyak mengkonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula yang tinggi (yang dapat membentuk sukrosa bila makanan atau minuman ini berkontak dengan saliva dan permukaan gigi), yang dapat menjadi indikator tereksposnya tubuli dentin. Tubuli dentin yang terekspos tidak hanya ditemukan pada bagian permukaan oklusal atau servikal gigi yang terlihat jelas, tetapi juga pada tepi restorasi yang mengalami kebocoran. Pada prakteknya, semua dentin yang terekspos belum tentu sensitif. Untuk dapat memulai terjadinya proses hidrodinamika, cairan tubuli dentin harus dapat tertarik keluar dengan cepat dan berulang-ulang sehingga mekanisme ini tidak akan terjadi bila tubuli dentin dapat ditutup dengan baik. Penutupan tubuli dentin dapat mencegah atau mengurangi pergerakan cairan tubuli dentin sehingga pada akhirnya dapat menurunkan sensitifitas dentin.Setelah dilakukan preparasi gigi, permukaan dentin dilapisi oleh smear layer (drilling debris) yang secara tidak langsung menutup tubuli dentin. Aplikasi etsa pada permukaan dentin dapat menghilangkan smear layer ini dan meningkatkan sensitifitas dentin dengan signifikan. Hal ini pula yang menjadi awal dari pengembangan sistem selective etch pada restorasi adhesif.Penutupan tubuli dentin dengan bahan oxalates atau resin dapat mengurangi atau menghilangkan respon saraf pulpa dan mengurangi sensitifitas dentin. Studi juga melaporkan hubungan yang signifikan antara ketebalan dentin yang tubuli dentinnya terbuka dengan intensitas respon rasa nyeri pada dentin yang terbuka. Proses mineralisasi juga dapat mempengaruhi tekanan hidrolik sehingga mengurangi rasa sensitifitas dentin.