Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

21
Makalah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya Ketidakseimbangan Konten dan Penggambaran Ayah Serta Ibu dalam Media Parenting Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya ADRI NUR MUHAMMAD MARTADIPURA 1006762316 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI DEPOK DESEMBER 2013

Transcript of Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Page 1: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Makalah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya

Ketidakseimbangan Konten dan Penggambaran Ayah Serta Ibu dalam Media Parenting

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata kuliah Media dan Isu-Isu Sosial Budaya

ADRI NUR MUHAMMAD MARTADIPURA 1006762316

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

DEPOK DESEMBER 2013

Page 2: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Abstrak

Di zaman yang semakin canggih, hampir semua orang memiliki akses terhadap

informasi, baik bentuk konvensional mau pun media baru. Media massa bertema parenting

adalah salah satu media yang hadir dalam bentuk keduanya. Para orang tua mulai menjadikan

media parenting sebagai sumber informasi dan jawaban bagi masalah parenting selain orang

tuanya sendiri.

Akan tetapi, dalam berbagai media parenting baik cetak mau pun online, memiliki

pola pemberitaan yang hampir sama, bahwa yang wajib mengasuh anak adalah ibu. Padahal,

ayah juga harus terlibat aktif dalam proses parenting karena ayah berperan unik dan

signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Kehadiran dan peran ayah

dan ibu dalam hidup seorang anak menjadi sumber referensi utama indentifikasi gender

seorang anak. Identifikasi ini akan membawa sang anak menuju masa depan yang terarah.

Oleh karena itu, diharapkan makalah ini dapat mendorong para pemilik media

parenting atau yang baru mau menggagas media parenting untuk memperhitungkan

keberadaan ayah lewat porsi penggambaran dan konten untuk ayah yang lebih banyak dari

yang ada hingga seimbang dengan peran ibu. Upaya ini dilakukan agar anak dapat merasakan

proses parenting yang baik.

Kata kunci (keywords): media, parenting, fatherhood, motherhood, unbalanced, gender

Page 3: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 1 [email protected]

Pendahuluan

Kebutuhan akan informasi mengenai parenting oleh para orang tua semakin

meningkat. Ekspansi media cetak parenting kepada bentuk online adalah salah satu buktinya.

Peningkatan ini sudah seharusnya diikuti oleh peningkatan kualitas baik dari segi

pemberitaan, mau pun pengemasan media. Akan tetapi, ada hal-hal yang masih harus

dibenahi agar anak merasakan proses parenting yang baik, terutama dalam proses identifikasi

gender yang bersumber dari orang tuanya.

Seks dan Gender

Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya istilah jenis kelamin (seks) dan gender

dicampuradukkan. Padahal, secara terminology, seks dan gender adalah dua istilah yang

berbeda. Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan

dan laki-laki, tepatnya pada perbedaan antara tubuh atau fisik laki-laki dan perempuan.

Menurut Moore dan Sinclair (1995), sex refers to biological differences between men and

women, the result of differences in three chromosomes of the embryo. Maksudnya, definisi

konsep seks menekankan pada perbedaan biologis antara pria dan wanita yang disebabkan

oleh perbedaan kromosom pada janin).

Sementara definisi gender menurut Giddens (1989), konsep gender menyangkut

perbedaan psikologis, sosial, dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Macionis (1996)

memaknai gender sebagai arti penting yang diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-

laki dan perempuan. Sementara itu, Lasswell dan Lasswell (1987) mendefinisikan gender

sebagai pengetahuan dan kesadaran, baik secara sadar atau pun tidak, bahwa diri seseorang

tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan dalam jenis kelamin lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan, gender merujuk pada perilaku,

sikap, dan peran yang ada pada diri pria mau pun perempuan. Gender bukanlah sesuatu yang

didapat sejak lahir, namun datang dari konstruksi sosial1

, meliputi perbedaan budaya,

perilaku, kegiatan, sikap, pengetahuan, dan kesadaran sebagai seseorang.

Sosialisasi dan Identifikasi Gender dari Orang Tua

Salah satu nilai yang ditanamkan dalam keluarga adalah gender. Keluarga merupakan

agen sosialisasi pertama yang mengajarkan seorang anak laki-laki untuk menganut sifat

maskulin dan seorang anak perempuan menganut sifat feminin. Gender tidak dibawa sejak

lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi, maka gender dapat berubah2. Proses sosialisasi

Page 4: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 2 [email protected]

yang membentuk persepsi diri dan aspirasi semacam ini dalam sosiologi dinamakan

sosialisasi gender.

Adanya sosialisasi gender diharapkan membedakan sikap dan perilaku antara laki-laki

dan perempuan dalam menentukan arah hidupnya. Landasan sikap dan perilaku yang

bertentangan demikian mendalam sehingga sebagai orang dewasa kadang bertindak, berpikir,

dan bahkan berperasaan sesuai dengan panduan kebudayaan kita mengenai apa yang pantas

bagi jenis kelamin kita3

Orang tua kita adalah orang yang pertama mengajarkan dalam pembagian dunia

secara simbolis. Orientasi gender pada orang tua kita telah tertanam sehingga membuat

mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Dalam sebuah proses sosialisasi

gender, seorang ayah akan menjadi sumber identitas maskulin seorang anak dan ibu akan

menjadi identitas femininnya. Proses identifikasi identitas gender oleh seorang manusia ini

dinamakan proses identifikasi gender. Seorang anak akan mengalami proses identifikasi

gender pertama dari orang tuanya. Anak harus mendapatkan kedua sumber identifikasi

gender, baik dari ibu mau pun ayahnya.

.

Berdasarkan wawancara penulis kepada Psikolog Perkembangan Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, Luh Surini Yulia Savitri,4

baik anak perempuan mau pun laki-laki,

harus mendapatkan identifikasi gender dari ayah dan ibunya, tidak bisa hanya dari salah satu,

misalnya anak perempuan dengan ibu dan anak laki-laki dengan ayah. Anak laki-laki tidak

sepenuhnya hanya membutuhkan identifikasi gender maskulin, tapi juga feminin, begitu pun

anak perempuan sehingga kadar feminin dan maskulin dalam seorang anak seimbang.

Identifikasi gender ini tercermin dari perilaku sang ayah dan ibu sehari-hari. Identifikasi

gender ini penting untuk menentukan kehidupan seorang anak di masa yang akan datang.

Parenting

Parenting merupakan kata yang relatif baru, berasal dari bahasa latin parere yang

berarti “to bring forth” atau “develop” yang secara harfiah menunjukkan fungsi biologis

orang tua dalam melakukan prokreasi dan menjaga keturunannya5. Beberapa ahli juga

mengemukakan berbagai definisi parenting. Martin dan Colbert6 memberikan batasan yang

bersifat psikologis, yakni parenting merupakan proses yang dilakukan oleh orang tua mulai

dari merencanakan kelahiran, hingga menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak-

anaknya. Menurut Morrison7 mendefinisikan parenting sebagai proses membangun dan

Page 5: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 3 [email protected]

menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk merencanakan kelahiran

serta mengarahkan dan memberikan perhatian bagi keturunannya.

Sedangkan Brooks8

a. Membantu anak agar dapat bertahan (survive) dan sehat secara fisik

mengemukakan bahwa parenting merupakan suatu proses

membesarkan, menjaga, dan mengarahkan anak melalui tahapan perkembangan. Parenting

merupakan suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang berkelanjutan dan interaksi

ini mengubah keduanya, baik anak mau pun orang tua. Berdasarkan pendapat yang

dikemukakan para ahli, pembahasan parenting mencakup interaksi dua arah antara orang tua

dengan anak dengan tujuan mengasuh dan membesarkan anak agar mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal. Menurut Martin dan Colbert, secara umum, tujuan

parenting adalah:

b. Agar anak memiliki berbagai kemampuan sehingga dapat mandiri secara ekonomi

c. Agar anak dapat memenuhi tujuan-tujuan yang bersifat khusus yang berbeda-beda

sesuai dengan budaya yang dimiliki. Tujuan ini berkaitan dengan prestasi,

kepercayaan, agama, dan kepuasan personal.

Orang tua ingin agar anak-anaknya berkembang menjadi manusia yang kompeten

pada setiap tahap perkembangannya, serta memiliki kepercayaan diri yang kuat, mandiri, dan

bertanggung jawab secara sosial9

. Secara sadar atau tidak, usaha orang tua membesarkan

anaknya adalah bentuk investasi mereka untuk mewujudkan generasi masa depan yang lebih

baik.

Panduan Menjadi Orang Tua Melalui Parenting Determinant

Menurut Martin & Colbert, parenting merupakan suatu proses yang kompleks dan

ditentukan oleh faktor karakteristik orang tua serta konteks dan karakteristik. Untuk

mencapai keberhasilan dalam parenting, komponen-komponen yang berasal dari orang tua,

anak, dan konteks keduanya menjadi acuan dalam parenting determinant. Parenting

determinant hadir sebagai gambaran utuh bagaimana parenting seharusnya dilaksanakan.

Page 6: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 4 [email protected]

Gambar Bagan Parenting Determinant

Karakteristik Orang Tua

Orang tua memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda, demikian juga dengan

energi, kesabaran, kemampuan intelektual, dan sikap10

Sejarah Perkembangan Waktu Kecil

. Dengan karakter yang berbeda, orang

tua juga akan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan anak yang berbeda, demikian juga

dengan harapan mereka terhadap diri sendiri dan terhadap anak serta kemampuan yang

berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan peran sebagai orang tua.

Sejarah perkembangan menyangkut parenting yang diterima orang tua. Gaya

parenting seseorang dipengaruhi oleh gaya parenting yang didapatkannya dari orang

tuanya.

Kepercayaan (Belief)

Belief merupakan suatu kerangka dasar kognitif dari parenting yang berisi

pemikiran tentang anak, diri sendiri, lingkungan, serta proses parenting itu sendiri.

KARAKTERISTIK ORANG TUA Sejarah Perkembangan Kepercayaan Kepribadian Pengetahuan Gender

KONTEKS Jaringan Sosial Lingkungan Kerja Hubungan Perkawinan Struktur Keluarga Status Sosial Ekonomi Budaya

KARAKTERISTIK ANAK Tempramen Gender Kemampuan Usia

PARENTING

CHILD DEVELOPMENT ADULT DEVELOPMENT

Page 7: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 5 [email protected]

Belief yang dimiliki orang tua merupakan faktor yang memengaruhi nilai-nilai,

emosi, dan tingkah laku pengasuhan yang dilakukan orang tua.

Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang berpengaruh terhadap

pengasuhan yang akan dilakukan. Tingkat kematangan seseorang, konflik

individual, mekanisme pertahanan, dan kekuatan serta kelemahan ego memengaruhi

perkembangan kepribadian. Seseorang yang berkepribadian matang dapat menerima

pesan sebagai orang tua dalam pengasuhan anak secara efektif, sedangkan seseorang

yang memiliki kepribadian tidak matang tidak dapat menjalankan fungsinya dalam

pengasuhan anak secara efektif11

Pengetahuan

.

Orang tua yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang parenting dan

perkembangan anak akan lebih mampu memahami kebutuhan anak dan dapat

menunjukkan tingkah laku yang sesuai dalam menyelesaikan masalah12

Gender

.

Berbagai penelitian tentang parenting pada umumnya merupakan penelitian tentang

mothering. Dulu para peneliti berkeyakinan bahwa ibu yang memiliki predisposisi

secara biologis untuk menjaga anak-anaknya, karena ibulah yang melahirkan dan

menyusui bayi-bayinya. Akan tetapi, belakangan ini, para peneliti setuju bahwa ayah

memainkan peran unik dan krusial dalam mengasuh dan mengawal pertumbuhan

dan perkembangan anak.

Karakteristik Anak

Karakteristik anak juga memberikan kontribusi terhadap kemungkinan terjadinya

kekerasan dan pengabaian terhadap anak (Martin & Colbert, 1997). Michael Rutter (Kaplan,

1994) telah menyatakan bahwa kerentanan tersebut dipengaruhi karakteristik bawaan.

Sebagai contohnya, anak yang mempunyai temperamen lembut lebih kecil kemungkinannya

menjadi korban penyiksaan di dalam keluarga dibandingkan anak yang hiperaktif, dengan

kebaikan sifat lembutnya itu mereka kurang terpengaruhi oleh kekacauan emosional di

sekeliling mereka (Kusnadi, 2006).

Temperamen

Page 8: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 6 [email protected]

Temperamen merupakan behavioral style yang memiliki dasar biologis dan

cenderung stabil sepanjang waktu, meskipun aspek-aspek dari temperamen tersebut

dapat saja dipengaruhi oleh pengalaman lingkungan13

Gender

.

Gender memengaruhi proses parenting karena orang tua dan masyarakat memiliki

harapan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Adanya peranan

atau perbedaan antara gender orang tua dan anak juga memengaruhi parenting.

Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki anak juga merupakan faktor yang menentukan

bagaimana orang tua berinteraksi dengan anaknya. Orang tua akan memperlakukan

anak yang sangat berbakat atau mengalami keterlambatan perkembangan dengan

cara yang berbeda.

Usia

Usia menjadi faktor penting dalam parenting karena usia memengaruhi tugas-tugas

pengasuhan dan harapan-harapan orang tua. Perasaan dan tingkah laku parenting

orang tua seringkali berdasarkan harapan-harapan yang disesuaikan dengan usia

anak.

Konteks

Pada awalnya, penelitian tentang hubungan orang tua dengan anak lebih banyak

dilakukan di laboratorium dan mengabaikan konteks lingkungan tempat parenting

berlangsung. Urie Bronfenbreuer14

Jaringan Sosial

memperkenalkan pendekatan ekologis yang

mempertimbangkan berbagai konteks lingkungan yaitu mikrosistem (lingkungan terdekat

dengan anak), ekosistem (lingkungan yang sedikit lebih luas dan memengaruhi pengasuhan)

dan makrosistem (lingkungan yang lebih luas, budaya).

Jaringan sosial yang dimiliki orang tua ikut berpengaruh terhadap parenting,

misalnya lingkungan tetangga dan sekolah, Jaringan sosial ini dapat memberikan

masukan kepada orang tua tentang cara-cara pengasuhan dan membantu mengatasi

masalah yang dihadapi oleh orang tua dan anak.

Lingkungan Kerja

Page 9: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 7 [email protected]

Jika orang tua bekerja di luar rumah, parenting akan turut terpengaruh. Orang tua

yang memiliki pekerjaan menarik dan penuh tantangan akan lebih banyak

melakukan pengembangan-pengembangan dalam proses pengasuhannya dan melihat

hubungan yang positif antara pekerjaan dan pengasuhan anak. Sebaliknya, bila

pekerjaan banyak menimbulkan tekanan, maka keadaan ini akan memengaruhi mood

dan energi yang tersedia untuk menjalani proses parenting.

Hubungan Perkawinan

Kualitas hubungan perkawinan akan memengaruhi emosi dan kebahagiaan orang

tua. Selain itu, besarnya jumlah energi yang digunakan untuk menjalankan peran

sebagai orang tua juga menimbulkan ketegangan dalam hubungan dengan

pasangan15. Suami atau istri dapat menjadi dukungan sosial pertama bagi

pasangannya. Menurut Levy16

Struktur Keluarga

bahwa tanpa adanya pembagian tugas yang jelas,

maka fungsi keluarga akan terganggu yang selanjutnya akan memengaruhi sistem

yang lebih besar lagi. Hal ini bisa terjadi kalau ada satu posisi yang perannya tidak

dapat dipenuhi, atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan siapa yang

akan memerankan tugas apa.

Struktur keluarga berkaitan dengan jumlah keluarga, jarak usia antar-anak, jumlah

orang dewasa yang ada di rumah, dan urutan kelahiran anak. Faktor-faktor ini tidak

secara langsung memengaruhi adanya perbedaan dalam diri anak-anak, akan tetapi

struktur keluarga memengaruhi proses parenting karena perbedaan ukuran dan

komposisi keluarga menyebabkan terjadinya perbedaan sumber daya dan cara

berinteraksi.

Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga dapat diketahui berdasarkan pendidikan orang tua,

pendapatan, dan pekerjaan orang tua. Proses parenting dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi karena perbedaan dalam kemampuan keuangan akan memengaruhi

cara-cara pengasuhan.

Budaya

Budaya menunjukkan suatu pola kehidupan dari suatu kelompok yang diturunkan

dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa, kebiasaan, nilai-nilai, dan

kegiatan. Budaya memengaruhi parenting, misalnya pola asuh autoritatif sudah

Page 10: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 8 [email protected]

menjadi norma pada budaya tertentu, demikian juga dengan penghargaan terhadap

sikap kompetitif dan individualis, yang bisa saja dianggap tidak baik oleh budaya

lain.

Adult Development

Pada usia dewasa, sebagian besar orang membentuk keluarga dan harus berhadapan

dengan berbagai masalah orang tua-anak. Pada umumnya, masalah pria berkutat pada

pekerjaan dan pencapaian kedudukan ketimbang mengasuh anak di saat perempuan

memasalahkan peranan mereka sebagai ibu. Pada kira-kira usia 35 tahun, perempuan dapat

secara dramatis mengubah perjalanan hidupnya. Saat anak-anaknya menjadi lebih dewasa,

mereka memasuki kembali lapangan pekerjaan untuk melakukan karirnya atau untuk

memulai karir untuk pertama kali.

Robert Butler17

1. Ketuaan, karena perubahan fungsi tubuh diperhatikan pada masa dewasa pertengahan

menggambarkan sejumlah tema dasar masa dewasa yang tampaknya

ditemukan tidak tergantung pada status perkawinan dan keluarga, jenis kelamin, serta tingkat

ekonomi. Tema-tema tersebut adalah:

2. Melakukan pemeriksaan terhadap prestasi dan menentukan tujuan untuk masa depan

3. Menilai kembali komitmen terhadap keluarga, pekerjaan, dan perkawinan

4. Menggunakan daya yang terkumpul secara bertanggun jawab dan etis

5. Menghadapi penyakit dan kematian orang tua

6. Melakukan semua tugas perkembangan tanpa kehilangan kemampuan untuk mengalami

kesenangan atau untuk terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan

Child Development

Pada tahun pertama perkembangan, seorang bayi menyesuaikan diri dengan interaksi

sosial dan interpersonal pada bulan-bulan pertama18

Periode prasekolah ditandai dengan pertumbuhan fisik dan emosional yang nyata.

Memasuki usia sekolah, kemampuan emosional mulai terbentuk. Di pertengahan sekolah

dasar, kebutuhan formal untuk belajar dan pencapaian akademik menjadi penentu utama

dalam perkembangan kepribadian lebih lanjut.

. Kemahiran mototrik dan intelektual

seperti berbicara memperluas pandangan anak.

Saat anak menjadi lebih besar dan memasuki masa remaja, proses individuasi

mendapatkan kepentingan yang besar. Hubungan dengan teman sebaya menjadi penting bagi

perkembangan anak. Orang tua yang over protective atau menahan anak-anaknya dari

Page 11: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 9 [email protected]

mengembangkan persahabatan dapat memengaruhi jalan anak-anaknya menuju masa remaja.

Bimbingan dan keterlibatan adalah penting. Tetapi, orang tua harus mengenali bahwa remaja

khususnya membutuhkan persetujuan orang tua, walaupun tampaknya suka melawan, remaja

jauh lebih patuh dibandingkan yang terlihat, asalkan orang tua tidak suka memaksa atau suka

menghukum.

Situs Parenting di Indonesia

Hingga saat ini, menurut Netcraft.com terdaftar 66 situs yang memiliki domain yang

berhubungan dengan parenting. Media parenting di Indonesia dimulai dari media cetak,

seperti tabloid dan majalah. Seiring berkembangnya teknologi, ekspansi medium pun

dilakukan hingga merambah internet dengan membuat situs. Situs parenting yang ada saat ini

di Indonesia ada yang merupakan pengembangan dari media cetak atau pun murni media

online. Untuk situs parenting, informasi lebih banyak dikemas dalam bentuk artikel, foto,

ilustrasi, dan beberapa bentuk interactive platform.

Permasalahan dan Analisis

Ketidakseimbangan Konten Penggambaran Peran Ayah dan Ibu serta Konten yang

Ditujukan kepada Mereka dalam Media Parenting Indonesia

Masih ada yang beranggapan bahwa mengasuh anak merupakan murni urusan para ibu,

sementara ayah hanya berperan sebagai pencari nafkah. Di era ini, pemahaman tersebut tidak

berlaku karena dalam pola asuh yang benar, ayah dan ibu sangat berperan untuk membentuk

karakter anak19

Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth, dalam Reader’s Digest Edisi

November 2013, anak-anak yang diasuh oleh ibu dengan pola asuh yang benar akan tumbuh

sebagai anak dengan karakter yang bagus. Namun anak yang mendapatkan pengasuhan yang

benar dari ibu dan ayah akan tumbuhh menjadi anak yang tangguh dan luar biasa.

.

Setiap anak harus memiliki identifikasi kepada kedua orang tuanya untuk

menyeimbangkan sifat maskulin dan femininnya. Baik anak laki-laki maupun perempuan,

keduanya harus memiliki sifat maskulin dan feminin yang seimbang. Feminimitas dan

maskulinitas atau identitas gender seseorang mengacu pada sejauh mana orang-orang melihat

diri mereka sebagai maskulin atau feminin mengingat apa artinya menjadi seorang pria atau

wanita dalam masyarakat20. Seorang anak melakukan identifikasi gender tersebut dari ayah

dan ibunya sebagai lingkungan pertamanya.

Page 12: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 10 [email protected]

Namun, berdasarkan pengamatan penulis terhadap berbagai media cetak dan online di

Indonesia, konten yang ditujukan untuk ibu dan ayah belum berimbang. Konten untuk ibu

lebih banyak dibandingkan untuk ayah. Selain itu, penggambaran peran orang tua dalam

beberapa media parenting cetak mau pun online didominasi oleh ibu. Penulis akan

memaparkan hasil pengamatan penulis terhadap 2 media online parenting.

Parenting.co.id

“Above the fold” page (bagian halaman depan yang muncul saat memasukkan

alamat situs)

Dalam halaman tersebut, kita bisa lihat rubrik-rubrik, artikel terpopuler, dan sampul

majalah cetak parenting.co.id. Jika diperhatikan, ada rubrik bernama dunia mama.

Rubrik ini berisi segala informasi kebutuhan hingga kebiasaan para ibu, seperti tips

dan zodiak. Tidak terlihat ada bahasan khusus untuk ayah. Bahkan, foto-foto yang

merepresentasikan artikel-artikel terpopuler pun didominasi oleh karakter ibu yang

bergender feminin.

“Below the fold” page (bagian homepage yang harus di-scroll terlebih dahulu

sebelum dinikmati

Page 13: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 11 [email protected]

Dalam below the fold ini juga minim ditemukan penggambaran sosok ayah dalam

keterlibatan aktif membesarkan anak. Bagian ini didominasi oleh rubrik ‘tip mama’,

‘curhat mama’ dan ‘meet mom bloggers!’. Meskipun ada rubrik ‘papa hebat’ yang

ditujukan untuk para pembaca yang merupakan ayah dapat berbagi kisah parenting,

penggambaran sosok ibu dan target khalayak media ini adalah para ibu. Padahal,

nama media adalah parenting yang tidak merepresentasikan salah satu orang tua saja

dalam membesarkan anak.

Logo dan warna

Logo parenting.co.id merupakan jenis logo typography yang menggunakan

huruf/typeface sebagai karakter utama logo. Ada sebuah hasil kreasi/crafting

berbentuk bunga di atas huruf “i” (menggantikan titik di atas huruf “i” kecil). Seperti

yang kita ketahui, bahwa bunga sering disangkutpautkan atau dihubungkan dengan

perempuan, kelembutan, dan hal-hal feminin lainnya. Tidak ada unsur maskulin atau

Page 14: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 12 [email protected]

kenetralan yang terpancar dari logo ini. Warna tema situs ini adalah biru langit. Biru

langit termasuk warna yang netral dan mencerminkan kelembutan.

Ayahbunda.co.id

Ayahbunda adalah salah satu media parenting yang berawal dari bentuk cetak

kemudian merambah bentuk online.

“Above The Fold” page

Pada above the fold, kita bisa menemukan slideshow artikel terbaru. Slideshow terdiri

dari 5 artikel. Kelima artikel tersebut diwakilkan oleh lima foto ilustrasi. Menurut

pengamatan penulis, dari kelima artikel yang ada dalam slideshow, tiga di antaranya

merupakan artikel bagi ibu, yakni “Terapi Emosi Ibu Hamil dengan Musik”,

“Kuantitas Terbatas, Bermain Tetap Berkualitas”, dan “Hadiah untuk Hari Ibu”. FOto

ilustrasi yang digunakan pun mengandung penggambaran ibu dan anak, tanpa ayah.

Page 15: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 13 [email protected]

Gambar Screenshot Slideshow Artikel Ayahbunda.co.id

Selain itu, di bagian header, bisa kita temukan iklan banner dari media cetak

ayahbunda.co.id. Model yang dijadikan sampul depan adalah ibu dan anak saja, tanpa

ayah. Padahal, judul medianya adalah “ayahbunda” yang menggambarkan keberadaan

ayah dan bunda dalam proses parenting seorang anak.

Salah Paham Identifikasi Gender Orang Tua dalam Mengasuh Anak Melalui Media

Parenting

Target khalayak media parenting tentu adalah para calon orangtua atau yang sudah

menjadi orangtua. Orang tua pun membutuhkan informasi mengenai masalah parenting, oleh

karena itu, banyak di antara mereka yang mengakses internet untuk mencari tahu jawaban

atau sekadar mencari informasi ringan seputar parenting.

Berdasarkan pemaparan tentang tidak seimbangnya konten penggambaran ayah dan ibu

serta konten yang ditujukan untuk ayah dan ibu dalam media parenting, dinilai dapat memicu

timbulnya pemahaman kepada para orang tua bahwa yang wajib mengurus dan membesarkan

anak adalah ibu, bukan ayah. Padahal dalam kenyataannya, peran ayah sama signifikannya

dengan ibu dan memiliki keunikan tersendiri.

Jika media parenting cukup mengakomodasi penggambaran ayah dan ibu, diharapkan

akan terjadi kerja sama antara ibu dan ayah untuk menjadi tim orangtua yang dapat

membesarkan anak secara baik.

Pentingnya Peran Ayah dalam Proses Parenting

Mencari informasi mengenai hubungan orangtua dan anak menjadi aktivitas penting

bagi orangtua untuk membesarkan anak-anaknya. Informasi tersebut dapat diperoleh dari

berbagai sumber, salah satunya media massa, seperti majalah, acara televisi, dan situs di

internet. Dari pengamatan penulis, informasi hubungan anak dengan orangtua yang tersedia

di berbagai media massa, terutama majalah dan situs internet terfokus untuk sang ibu saja.

Padahal, berbagai studi mengungkapkan pola pengasuhan anak antara ibu dan ayah memiliki

berbagai perbedaan.

Page 16: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 14 [email protected]

Dalam dua puluh lima tahun terakhir, diakui bahwa ayah memainkan peran penting

dalam perkembangan anak dan perilaku seseorang saat dewasa (Flouri, E., 2005.). Selain itu,

Profesor Klinis Pusat Studi Anak Yale University, Kyle Dean Pruett berpendapat jika di masa

sebelumnya psikolog yang mempelajari perkembangan anak hanya fokus pada hubungan

anak dengan ibunya, sekarang mereka sepakat bahwa ayah memiliki peran unik dan krusial

dalam merawat dan membimbing perkembangan anaknya. Sejumlah profesional percaya

bahwa ayah memiliki kemampuan merawat dan sensitivitas yang sama dengan ibu (Pruett,

K., M.D., 1987).

Keterlibatan ayah dalam perkembangan anak memiliki efek seperti yang diinginkan,

yakni berkurangnya frekuensi masalah perilaku anak laki-laki dan masalah psikologis anak

perempuan. Selain itu dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan mengurangi tingkat

kenakalan serta kerugian ekonomi di dalam keluarga (Bremberg S., et al., 2008)

Meski studi mengenai pentingnya peran ayah dalam mendidik dan menuntun

perkembangan anak sudah bermunculan sejak akhir 1980-an, dari pengamatan penulis, belum

ada media massa yang menyediakan informasi mendidik anak untuk ayah.

Meskipun ayah sibuk mencari nafkah, mereka pun membutuhkan

pengetahuan mengenai cara mendidik yang tepat. Terutama ayah baru harus

mengetahui bagaimana cara ia mendidik dan merawat anak dari berbagai

aspek, seperti kesehatan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan pendidikan.

Dalam beberapa riset psikologi dan sosial, ayah memiliki peran unik yang tidak

dimiliki ibu. Ayah umumnya mendukung kompetensi melalui permainan fisik, sementara ibu

umumnya menggunakan ekspresi lisan dan kegiatan mengajar untuk mendukung

keterampilan anak (Clarke-Stewart, K.A., 1980). Pendekatan ayah kepada anak cenderung

taktis dan fisikal, sementara ibu cenderung menggunakan verbal, didaktik, dan permainan

yang menggunakan mainan. Jelas, bayi dan anak-anak tidak hanya mendapatkan stimulasi

dari ayah mereka, tapi juga dari variasi stimulasi yang diberikan ayah dan ibunya (Parke,

R.D, 1995).

Ayah memiliki pengaruh lebih baik dalam kepercayaan diri anak usia sekolah dasar

daripada ibu (Amato, P.R., 1986). Keterlibatan ayah dalam urusan sekolah anak usia sekolah

menengah (baik sebagai orangtua tunggal ataupun bersama ibu) berhubungan dengan

pencapaian anak yang lebih baik di bidang akademik di sekolah formal (Nord, Brimhall,

West, 1997). Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu dengan ayahnya dengan kegiatan

rekreasional seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan berbagi makanan

Page 17: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 15 [email protected]

cenderung memiliki tingkat akademis yang lebih tinggi secara signifikan dibanding mereka

yang tidak (Cooksey, E.C., 1996).

Selain itu, penelitian oleh lembaga riset Civitas (2002) mendokumentasikan banyak

efek yang ditimbulkan pada anak yang tidak tumbuh dan kembang bersama ayahnya. Anak-

anak yang hidup tanpa ayah biologis mereka lebih cenderung berada dalam kemiskinan dan

kondisi kesehatan yang buruh. Remaja tanpa ayah cenderung akan menjadi orangtua saat

remaja, suka menyinggung, merokok, terlibat konsumsi obat terlarang, membolos dari

sekolah, dikucilkan, dan tidak tamat sekolah. Sedangkan usia dewasa muda yang tidak

tumbuh dan kembang bersama ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki gaji rendah,

tunawisma, masuk penjara, memasuki kehidupan bersama pasangan tanpa ikatan, dan

memiliki anak di luar pernikahan (O’Neill, R., 2002).

Kemunculan Gerakan Sosial Ayah untuk Ikut Terlibat Aktif dalam Fase-Fase

Parenting

Ayah Asi

Ayah Asi adalah gerakan sosial yang muncul pada pertengahan 2011. Ayah Asi berisi

para ayah yang peduli akan pemberian ASI eksklusif kepada anak-anaknya. Ide ini

bermula dari keinginan untuk membuat buku oleh Shafiq Pontoh tentang

pengalamannya membantu istri dalam proses menyusui. Setelah itu, terkumpulah

beberapa ayah yang peduli terhadap proses menyusui istri dan anaknya. Ide membuat

buku cerita ASI dari sudut pandang ayah ini disambut baik oleh pihak penerbit, namun

mereka masih ragu dengan ide Ayah ASI karena umumnya, ASI hanya dibahas oleh

ibu-ibu. Alhasil, mereka mencoba pre-test dengan melempar topik ini ke publik melalui

akun twitter @ID_AyahASI pada 27 September 2011. Tanggapan publik ternyata

positif. Baru dua hari aktif, followers akun twitternya mencapai 2.000. Tepat seminggu,

jumlah followers menembus angka 3.000. Hingga tulisan ini dibuat (22 Desember

2013), jumlah followersnya @ID_AyahASI adalah 106.780. Kegiatan akun ini pun

beragam, mulai dari memberikan pendidikan dan informasi mengenai proses menyusui

dan pentingnya ASI bagi bayi hingga berbagi pengalaman oleh para ayah tentang

pengalaman mereka membantu istri dalam proses menyusui.

Page 18: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 16 [email protected]

Kesimpulan

Media parenting sudah menjadi sumber jawaban dan informasi para orang tua yang

kebingungan dalam melaksanakan proses parenting. Dari segi bisnis, media parenting tak

kalah “basah” nya dengan media bertema lain karena banyak pengiklan yang merupakan

perusahaan/produk/komunitas yang berhubungan dengan anak dan parenting.

Pelaksana parenting adalah orang tua yang merupakan ayah dan ibu, bukan hanya

salah satunya. Jika keberadaan keduanya masih ada di dunia, hendaknya peran keduanya

memiliki porsi yang adil dan seimbang dalam membesarkan anak-anaknya, terutama dalam

menjadi referensi identifikasi gender bagi anak-anaknya. Jangan sampai berat sebelah atau

kosong sebelah. Hal ini akan mengakibatkan kekosongan-kekosongan psikologis yang akan

berdampak kelak dalam kehidupan sang anak di masa yang akan datang.

Media parenting sudah seharusnya menjadi media yang menyajikan informasi bagi

kedua orangtua, baik ibu dan ayah. Juga penggambaran peran ayah dan ibu yang seharusnya

seimbang. Hal ini ditujukan agar para orangtua tidak salah paham bahwa parenting adalah

kewajiban salah seorang saja, terutama ibu. Hal yang perlu disadari adalah bahwa parenting

dilakukan oleh kedua orang tua, baik ayah mau pun ibu kepada anak-anaknya. Dalam proses

parenting, bukan hanya anaknya, tapi juga orang tua diajak untuk menikmati dan terus

belajar. Dan untuk mengakomodasi kebutuhan ayah, konten yang disajikan media parenting

pun sudah seharusnya berimbang, agar para ayah juga mengerti apa yang harus dilakukan

kepada anak saat proses parenting.

1 Kamanto Sunarto (2004) dalam Pengantar Sosiologi. 2 Hajar Yuli Rahmawati (2012) dalam skripsinya berjudul Permainan Tradisional Pasar-Pasaran Sebagai Media Sosialisasi Gender untuk Anak. Diunduh dari http://eprints.uny.ac.id/8604/3/BAB%20II%20-%2008413241035.pdf 3 Henslin, J.M. (2006) dalam Essential of Sociology dalam Hajar Yuli, Rahmawati (2012). 4 Wawancara dilaksanakan oleh penulis pada 26 November 2013. 5 Dwivedi, K.N. (2000) dalam Enhancing Parenting Skills: A Guide for Professionals Working with Parents 6 Martin and Colbert (1997) dalam Parenting, A Life Span Perspective 7 dalam Hamner & Turner (1990), Parenting in Contemporary Society 8 Brooks, J.B. (2008) dalam The Process of Parenting 9 Martin and Colbert (1997) dalam Parenting, A Life Span Perspective 10 Kusnadi (2006) dalam tesisnya berjudul Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia terhadap Anak dalam Keluarga Inti 11 Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006), Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia terhadap Anak dalam Keluarga Inti 12 Cooke dalam Martin & Colbert (1997) 13 Boinstein & Lamb, dalam Martin & Colbert (1997) 14 dalam Martin & Colbert (1997) 15 Lerner dalam Martin & Colbert (1997) 16 Ratna Megawangi (1999) dalam Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender

Page 19: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 17 [email protected]

17 dalam Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006) 18 Bowlby dalam Kaplan (1994) dalam Kusnadi (2006) 19 Reader’s Digest (November 2013) 20 Burke & Stets (1988) dalam Gender, Control, and Interaction

Page 20: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 18 [email protected]

Daftar Referensi

Buku:

Brooks, J. B. (2008). The Process of Parenting (7th Edition). Mountain View California:

Mayfield Pub. Corp.

Dwivedi, K. N. (2000). Enhancing Parenting Skills: A Guide for Professionals Working with

Parents. New York: John Wiley & Sons.

Hamner, T. J & Turner, P.H. (1990). Parenting in Contemporary Society (2nd Edition).

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Martin, C.A & K. K. Colbert. (1997). Parenting, A Life Span Perspective. New York: The

McGraw Hill Companies Inc.

Megawangi, Ratna. (1999). Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan.

Penelitian dan Tugas Akhir

Burke, P.J. & Stets, J.E. (1988). Gender, Control, and Interaction. Washington State

University, Washington, Amerika Serikat.

Kusnadi, Didik. (2006). Gambaran Parenting pada Pasangan Penderita Skizofrenia

terhadap Anak dalam Keluarga Inti. (Tesis). Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat,

Indonesia.

Rahmawati, H. Y. (2012). Permainan Tradisional Pasar-Pasaran sebagai Media Sosialisasi

Gender untuk Anak (Studi Kasus Peer Group di SDN Mangir Lor Sendangsari

Pajangan Bantul). (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, D.I Yogyakarta,

Indonesia.

Rozamon. (2004). Penerusan Kekerasan dan Pengabaian dalam Parenting. (Tesis).

Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Sapriana, Ika. (2010). Identitas Penari Cross Gender dalam Kehidupan Masyarakat

Surakarta. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

Page 21: Medsosbud 2013 Reguler #Adri Nur Muhammad M

Adri Nur Muhammad Martadipura Paper UAS Media dan Isu-Isu Sosial Budaya | 19 [email protected]

Situs Online

eprints.uny.ac.id/8604/1/1%20-%2008413241035.pdf

http://ayahbunda.co.id

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2230316-pengertian-gender-dan-jenis-

kelamin/

http://parenting.co.id/

staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Marzuki, Dr.M.Ag./25.Kajian Awal Tentang Teori-

Teori Gender.pdf