Meditasi dan Spiritualitas

4
Meditasi dan Spiritualitas (Wawancara dengan Martin Suhartono, S.J.) Tentang Meditasi: 1. Tanya: "Bagaimana pendapat Romo tentang meditasi secara umum?" Jawab: "Lho, siapa saya ini kok dimintai pendapat tentang meditasi? Meditasi itu kan jauh lebih tua dari saya sendiri, dikenal dan dipraktekkan dalam banyak lingkungan, keagamaan maupun bukan, sejak berabad-abad yang lalu. Masing-masing lingkungan itu kan punya definisi dan pengertian sendiri-sendiri tentang meditasi beserta dengan tehnik- tehniknya. Ya memang, kalau diamati, ada kesamaan di antara berbagai faham mengenai meditasi. Biasanya yang dipentingkan adalah sikap hening lahir dan batin, santai, napas teratur dan dalam. Meditasi bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, melainkan suatu sarana untuk mencapai sesuatu. Lewat meditasi, ada yang ingin mencapai pencerahan (awakening, enlightenment) seperti dalam tradisi Zen-Budhisme, atau membangkitkan tenaga dalam seperti dalam banyak perguruan silat, atau untuk menyerap enerji alam seperti pada metode penyembuhan prana, ada yang untuk mencari ketenangan diri atau menghilangkan stress seperti pada berbagai kursus meditasi di kota-kota besar. Nah, namanya saja sarana, ya hendaknya jangan dimutlakkan, seakan seluruh kebahagiaan kita tergantung pada meditasi, padahal kan masih banyak lagi kegiatan hidup yang sama penting atau malahan lebih penting lagi. Pokoknya, ya jangan sampai nanti keluar slogan Save the world with meditation! Rakyat kelaparan malah disuruh meditasi, ya jangan gitu tho!" 2. Tanya: "Bila meditasi dikaitkan dengan kesehatan fisik dan psikis manusia, bagaimana pendapat Romo tentang hal ini?" Jawab: "Ya, sumangga mawon. Tadi kan sudah saya katakan meditasi punya banyak kegunaan, antara lain ya untuk kesehatan fisik dan psikis manusia. Tapi sekali lagi, meditasi ya cuma salah satu dari sekian banyak sarana untuk mencapai hal itu, bukan sesuatu yang mutlak diperlukan." 3. Tanya: "Meditasi seperti apa yang Romo lakukan?" Jawab: "Bagi saya pribadi, meditasi hanyalah merupakan bagian dari kehidupan doa saya sebagai orang kristen. Meditasi merupakan persiapan untuk masuk dalam doa. Kadang saya lakukan sambil duduk, kadang berlutut, kadang tengkurap, atau nungging bersujud, kadang juga sambil jalan-jalan, tapi kalau sambil lari memang tidak pernah, takut ketubruk becak. Intinya ya itu tadi, sikap hening lahir batin, rileks, pikiran dan hati terpusat, napas teratur dan dalam. Secara mental kadang saya isi dengan merenungkan ayat-ayat Kitab Suci, kisah hidup Yesus, gagasan teologis tertentu, mengulang-ulang doa tertentu, atau ya hanya sekedar diam saja, tapi bukan plonga-plongo lho ya!" 4. Tanya: "Apakah orang lain, yang belajar meditasi yang Romo lakukan, bisa melakukannya pula? Bagaimana cara & proses pembelajarannya?" Jawab: "Lha, kenapa ndak bisa? Lha wong ndak ada yang perlu dipelajari tuh? Simple aja kok, ya itu tadi: hening, rileks, tulang belakang lurus, napas teratur dan dalam, tak perlu ditahan-tahan. Mau bersila, silahkan, mau timpuh, ya OK, mau berlutut, kalau

description

In Indonesian language, interview with Martin Suhartono, S.J. on the topic of Meditation and Spirituality, originally prepared for the students journal of Gajah Mada University, BALAIRUNG, in Yogyakarta (7 April 2000).

Transcript of Meditasi dan Spiritualitas

Page 1: Meditasi dan Spiritualitas

Meditasi dan Spiritualitas

(Wawancara dengan Martin Suhartono, S.J.)

Tentang Meditasi: 1. Tanya: "Bagaimana pendapat Romo tentang meditasi secara umum?" Jawab: "Lho, siapa saya ini kok dimintai pendapat tentang meditasi? Meditasi itu kan jauh lebih tua dari saya sendiri, dikenal dan dipraktekkan dalam banyak lingkungan, keagamaan maupun bukan, sejak berabad-abad yang lalu. Masing-masing lingkungan itu kan punya definisi dan pengertian sendiri-sendiri tentang meditasi beserta dengan tehnik-tehniknya. Ya memang, kalau diamati, ada kesamaan di antara berbagai faham mengenai meditasi. Biasanya yang dipentingkan adalah sikap hening lahir dan batin, santai, napas teratur dan dalam.

Meditasi bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, melainkan suatu sarana untuk mencapai sesuatu. Lewat meditasi, ada yang ingin mencapai pencerahan (awakening, enlightenment) seperti dalam tradisi Zen-Budhisme, atau membangkitkan tenaga dalam seperti dalam banyak perguruan silat, atau untuk menyerap enerji alam seperti pada metode penyembuhan prana, ada yang untuk mencari ketenangan diri atau menghilangkan stress seperti pada berbagai kursus meditasi di kota-kota besar.

Nah, namanya saja sarana, ya hendaknya jangan dimutlakkan, seakan seluruh kebahagiaan kita tergantung pada meditasi, padahal kan masih banyak lagi kegiatan hidup yang sama penting atau malahan lebih penting lagi. Pokoknya, ya jangan sampai nanti keluar slogan Save the world with meditation! Rakyat kelaparan malah disuruh meditasi, ya jangan gitu tho!" 2. Tanya: "Bila meditasi dikaitkan dengan kesehatan fisik dan psikis manusia, bagaimana pendapat Romo tentang hal ini?" Jawab: "Ya, sumangga mawon. Tadi kan sudah saya katakan meditasi punya banyak kegunaan, antara lain ya untuk kesehatan fisik dan psikis manusia. Tapi sekali lagi, meditasi ya cuma salah satu dari sekian banyak sarana untuk mencapai hal itu, bukan sesuatu yang mutlak diperlukan." 3. Tanya: "Meditasi seperti apa yang Romo lakukan?" Jawab: "Bagi saya pribadi, meditasi hanyalah merupakan bagian dari kehidupan doa saya sebagai orang kristen. Meditasi merupakan persiapan untuk masuk dalam doa. Kadang saya lakukan sambil duduk, kadang berlutut, kadang tengkurap, atau nungging bersujud, kadang juga sambil jalan-jalan, tapi kalau sambil lari memang tidak pernah, takut ketubruk becak. Intinya ya itu tadi, sikap hening lahir batin, rileks, pikiran dan hati terpusat, napas teratur dan dalam. Secara mental kadang saya isi dengan merenungkan ayat-ayat Kitab Suci, kisah hidup Yesus, gagasan teologis tertentu, mengulang-ulang doa tertentu, atau ya hanya sekedar diam saja, tapi bukan plonga-plongo lho ya!" 4. Tanya: "Apakah orang lain, yang belajar meditasi yang Romo lakukan, bisa melakukannya pula? Bagaimana cara & proses pembelajarannya?" Jawab: "Lha, kenapa ndak bisa? Lha wong ndak ada yang perlu dipelajari tuh? Simple aja kok, ya itu tadi: hening, rileks, tulang belakang lurus, napas teratur dan dalam, tak perlu ditahan-tahan. Mau bersila, silahkan, mau timpuh, ya OK, mau berlutut, kalau

Page 2: Meditasi dan Spiritualitas

RomoMartin/meditasi/hlm. 2

dengkul belum kopong, ya boleh aja. Gampang kan? Gitu aja kok repot, Gus Dur bilang." 5. Tanya: "Apakah meditasi telah menjadi gaya hidup Romo? Apa tujuannya? Dan sejak kapan?" Jawab: "Wah, salah alamat tuh pertanyaannya! Meditasi ya nggak pernah menjadi gaya hidup saya tho! Kalau doa, ya memang sih. Tujuannya? Ya, sebagai orang beriman, terlebih lagi sebagai rohaniwan, saya selalu berusaha agar hidup saya dijiwai oleh Tuhan sendiri. Nah, doa merupakan salah satu sarana untuk itu. Sejak kapan? Wah, udah lupa tuh! Kebanyakan minum Panadol kali nih, he he he!" 6. Tanya: "Apakah ada kata-kata khusus yang dilontarkan dalam melakukan meditasi?" Jawab: "Ya, ada juga sih. Tergantung pada iman dan keyakinan masing-masing saja. Dalam berbagai tradisi keagamaan orang seringkali menyebutkan nama-nama Allah. Tradisi Muslim mengenal dzikir, tradisi Katolik mengenal litani. Saya pribadi mengucapkan doa Bartimeus, orang buta yang disembuhkan Yesus menurut Injil Markus, bunyinya 'Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!' Bukan saya yang menemukan bentuk doa ini, karena tradisi doa yang disebut Doa Yesus ini, kadang disebut juga Doa Hati, sudah ratusan tahun dikenal di Gereja-gereja Timur, seperti di Rusia, dengan rumusan yang lebih lengkap: 'Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini!' (Lihat buku, Kisah Seorang Peziarah, Yogyakarta: Kanisius). 7. Tanya: "Bagaimana proses ketenangan dan kedamaian bisa diterangkan secara rasional, terutama yang menyangkut proses fisiologi manusia?" Jawab: "Maksud Anda, sehubungan dengan keadaaan jiwa yang dicapai berkat meditasi itu? Ya, bagaimana ya. Manusia itu kan merupakan kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani. Apa yang dialami dalam jiwa terungkap juga dalam raga, sebaliknya terjadi juga bahwa apa yang dilakukan secara jasmani berpengaruh juga pada yang rohani. Coba saja Anda bernapas pelahan, dalam-dalam, dan teratur, dalam jangka waktu tertentu. Nah, bukankah otomatis, denyut jantung Anda juga melambat, tubuh terasa lebih segar dan rileks, hati pun menjadi lebih tenang, tidak kemrungsung lagi? Kalau bernapas dengan dalam dan panjang semacam itu, otomatis oksigen yang diserap paru-paru juga menjadi bertambah banyak. Tubuh yang lelah bisa disegarkan kembali. Ada juga usaha mengukur getaran otak memakai EEG (Electro-encephalograph) selagi orang meditasi. Nah, akan kelihatan bagaimana gelombang otak itu berbeda-beda, selagi orang berpikir rasional aktif, atau selagi orang duduk hening bermeditasi. Tapi kalau soal kedamaian hati terdalam, ya itu tidak otomatis dicapai lewat meditasi, melainkan tergantung juga pada kehidupan pribadi orang per orang. Kalau orang hidup tidak jujur, selingkuh, korupsi, main perkosa dan main bunuh, ya biarpun meditasi berlama-lama pun kedamaian batin yang diperoleh ya cuma kedamaian semu saja. Maka dari itu, meditasi bukanlah segalanya!" 8. Tanya: "Bagaimana pendapat Romo akan fenomena pengobatan alternatif (meditasi) yang marak belakangan ini?" Jawab: "Ya, boleh-boleh saja tho? Hidup orang modern itu kan makin semrawut, makin amburadul, antara lain ya karena ritme hidup kita ini menjadi makin cepat saja, nah mungkin memang perlu belajar bermeditasi agar bisa mengambil jarak dari segala macam kesemrawutan ini. Dalam meditasi, dimensi waktu dan tempat itu seakan menghilang, sehingga orang dapat dengan mudah menemukan dirinya sendiri yang hilang dalam segala kegiatan hidup ini. Memang sih, dibandingkan dengan ngepil, gedheg-gedheg, nyabu-nyabu, dan lain sebagainya itu, meditasi memberikan kesegaran dan ketenangan lahir batin yang sejati, dan ini tanpa efek samping yang negatif lho ya. Selain itu ya murah banget.

Page 3: Meditasi dan Spiritualitas

RomoMartin/meditasi/hlm. 3

Namun harus juga diingat, bahwa belum tentu meditasi itu terapi yang cocok untuk setiap orang. Ada psikiater yang bilang, orang dengan pembawaan schizophrenic (kepribadian ganda) atau penyakit neurotis tidak cocok latihan meditasi, karena malah ada bahaya kumat. Nah lho!" 9. Tanya: "Setelah lama bermeditasi, apa yang Romo rasakan? Baik fisik maupun psikis?" Jawab: "Wah, saya nggak pernah berlama-lama meditasi tuh! Bisa-bisa saya jadi patung hidup dong!" 10. Tanya: "Apakah meditasi Romo menggunakan media tertentu, semisal simbol, gambar dll?" Jawab: "Ya tergantung keadaan saja lah. Kadang sambil mendengarkan musik klasik, atau lagu-lagu rohani. Kadang ya bengak-bengok sendiri sambil mendaraskan ayat-ayat Kitab Mazmur (Zabur) dalam bahasa aslinya (Ibrani), atau cuma melototin patung Yesus yang tersalib, atau mengulang-ulang 'Ya Allah, Ya Bapa', atau 'Yesus, Yesus', atau ya doa-doa lain. Kadang ya sambil menari dengan lembut, seperti dalam Tai-Chi itu lho. Kalau menari berputar-putar dengan cepat seperti para Darwish dalam tradisi Sufi, atau seperti para Kabbalis dalam tradisi mistik Yahudi, ya belum saya coba, maklum saya menderita vertigo (gampang nggliyer)."

Tentang Spiritualitas 1. Tanya: "Apa nama kajian khusus tentang spiritualitas/spiritisme/spiritualisme (sebagai suatu ilmu) yang ada pada agama Katolik? Mohon dideskripsikan secara mendalam" Jawab: "Kajian khusus mengenai spiritualitas sering disebut juga 'studi spiritualitas'. Spiritualitas itu sendiri dimengerti sebagai cara hidup orang beriman dalam hubungan pribadinya dengan Allah termasuk segala perwujudannya dalam pola pikir, sikap, perbuatan dll. Singkatnya, 'kehidupan rohani'. Nah, studi spiritualitas mempelajari kehidupan rohani itu dalam segala macam aspeknya. Harap 'spiritualitas' dibedakan dari 'spiritisme'. Yang kerap dimaksudkan dengan 'spiritisme' adalah usaha untuk berkomunikasi dengan roh (spirit) atau arwah orang yang sudah meninggal, misalnya dalam pertemuan yang disebut seance. Bisa tanpa maupun memakai alat (mis. papan ouija, boneka jalangkung dll), atau lewat seorang medium (prewangan). Berkaitan erat dengan ini adalah 'spiritualisme', faham yang percaya akan spiritisme, akan kemampuan roh/arwah orang meninggal berkomunikasi dengan orang hidup. Orang yang menganut spiritualisme disebut 'spiritualis'. Kadang spiritualisme mengambil bentuk pula organisasi keagamaan tertentu, seperti misalnya di Inggris ada Spiritualist Church, Gereja untuk para spiritualis. 2. Tanya: "Apakah hal itu sudah dilembagakan secara formal (ada institusi pendidikan yang mengajarkannya)?" Jawab: "Secara kelembagaan, misalnya di Roma ada yang disebut Institut Spiritualitas, di situ orang bisa menjalani studi spiritualitas sampai pada taraf Doktor (S-3). Kadang ada juga yang menjadi bagian khusus dalam suatu Fakultas Teologi, yaitu Teologi Hidup Rohani. Jadi sebagai salah satu cabang dari teologi. Teologi itu sendiri merupakan refleksi metodis mengenai iman sebagai jawaban atas perwahyuan Allah. Nah, teologi hidup rohani merefleksikan iman dalam rangka kehidupan rohani. Di Yogyakarta sini ada Fakultas Pontifikal Teologi Wedabhakti yang juga merupakan Fakultas Teologi di Universitas Sanata Dharma, tempat orang dapat juga mendalami teologi hidup rohani.

Page 4: Meditasi dan Spiritualitas

RomoMartin/meditasi/hlm. 4

Selain itu cukup banyak Pusat-pusat Spiritualitas, tempat orang bisa menimba banyak hal mengenai hidup rohani, a.l. dengan seminar atau pun retret (khalwat). Misalnya di Jawa Tengah ini a.l. ada pusat spiritualitas khusus kaum biarawan/wati di Girisonta – Ungaran dan juga di Institut Roncalli di Salatiga, ada juga pusat spiritualitas kaum awam di Sangkalputung – Klaten. Itu spiritualitas lho ya, kalau dalam agama Katolik/Kristen, spiritisme/spiritualisme, dalam arti kontak dengan arwah orang-orang yang sudah meninggal, tidak diperkenankan; yang diperkenankan adalah berdoa bagi mereka. Dalam hubungan dengan spiritisme, di Eropa dan Amerika Serikat cukup banyak kursus atau pelatihan mediumship/chanelling yang menyiapkan orang menjadi medium/prewangan. Tapi setahu saya tidak ada lembaga pendidikan formal untuk spiritisme." 3. Tanya: "Bagaimana proses pengajarannya?" Jawab: "Dalam rangka mendapatkan gelar akademis dalam spiritualitas, kuliah-kuliah pada Institut Spiritualitas dan Fakultas Teologi diatur berdasarkan sistem paket maupun kredit, seperti di universitas pada umumnya. Kalau hanya dalam rangka pendalaman hidup rohani dapat berupa retret, seminar, kursus, atau studi/bimbingan pribadi seperti dilaksanakan pada pusat-pusat spiritualitas yang saya sebutkan tadi. Sedangkan bagaimana proses pengajaran dalam spiritisme, wah terus terang saya tidak tahu, yang pasti mata musti merem (tertutup), he he he, karena para medium biasanya masuk dalam tahap kesadaran tertentu yang disebut trance." 4. Tanya: "Bagaimana dengan yang dididik ikut proses tersebut?" Jawab: "Maksud Anda? Mengenai siapa yang boleh ikut atau mengenai hasilnya? Siapa saja boleh ikut program itu. Tentang hasilnya ya tergantung pada orang per orang. Kalau dalam rangka gelar akademis, ya bisa jadi pakar tentang spiritualitas. Kalau dalam rangka pendalaman spiritualitas, ya yang penting penghayatan pribadinya. Kalau ikut pelatihan mediumship/chanelling ya bisa buka praktek sebagai medium/prewangan." (Disiapkan untuk Balairung, Jurnal Kampus UGM, Yogyakarta, 7 April 2000).