Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

26
29 Limas Dodi Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai Fenomenologi Annemarie Schimmel Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai Fenomenologi Annemarie Schimmel Limas Dodi 1 1 Institut Agama Islam Negeri Kediri, Jl. Sunan Ampel No 7, Ngronggo, Kediri, Jawa Timur, 64127 Indonesia Email: [email protected] Abstract: Awal penyampaian ajaran-ajaran tarekat di tengah-tengah masyarakat, ternyata banyak mengalami hambatan-hambatan, sebab masyarakat belum pernah mendengar dan mengenal ajaran Tarekat Shiddiqiyyah sebelumnya. Tetapi, lambat laun penyampaian ajaran Tarekat Shiddiqiyyah mulai mendapatkan respon, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pemikiran Annemarie Schimmel masalaah tasawuf dengan pende- katan Fenomenologi terkait spiritualitas tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang. Bagi Schimmel, satu- satunya metode yang sah dalam mempelajari dan mengungkapkan Islam adalah fenomenologi. Pendekat- an fenomenologis yang ditawarkan Schimmel dalam karyanya Deciphering the Signs of God: a Phenomeno- logical Approach to Islam, berusaha menampilkan wajah Islam yang ramah dan penuh dengan Cinta. Penelitian ini berkesimpulan bahwa; Pengalaman mistisisme yang hendak dicapai oleh jamaah Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang yaitu pengalaman yang bersifat teistis. Pengalaman mistisisme ini merupakan pengalaman yang memanifestasikan diri pada sebuah kecintaan kepada Tuhan yang tiada tanding, Untuk memasuki dunia tarekat mereka harus berbaiat dan mengamalkan ajaran-ajaran dzikir yang telah diajarkan oleh murshid baik secara langsung maupun melalui khalifah-khalifahnya. Dzikir dalam hal ini tidak bermakna ukhrowiah dan ubudiiyah saja, tetapi juga bermakna profane-duniawiah, dimana Tuhan dianggap sebagai Deus revelatus sekaligus sebagai Deus ipse atau absconditus. Kata Kunci: Spritualitas, Shiddiqiyyah, Fenomenologi, Annemarie Schimmel.

Transcript of Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

Page 1: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

29

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Limas Dodi1

1

Institut Agama Islam Negeri Kediri, Jl. Sunan Ampel

No 7, Ngronggo, Kediri, Jawa Timur, 64127 Indonesia

Email: [email protected]

Abstract: Awal penyampaian ajaran-ajaran tarekat di

tengah-tengah masyarakat, ternyata banyak mengalami

hambatan-hambatan, sebab masyarakat belum pernah

mendengar dan mengenal ajaran Tarekat Shiddiqiyyah

sebelumnya. Tetapi, lambat laun penyampaian ajaran

Tarekat Shiddiqiyyah mulai mendapatkan respon,

walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Dalam

penelitian ini, penulis menganalisis pemikiran

Annemarie Schimmel masalaah tasawuf dengan pende-

katan Fenomenologi terkait spiritualitas tarekat

Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang. Bagi Schimmel, satu-

satunya metode yang sah dalam mempelajari dan

mengungkapkan Islam adalah fenomenologi. Pendekat-

an fenomenologis yang ditawarkan Schimmel dalam

karyanya Deciphering the Signs of God: a Phenomeno-

logical Approach to Islam, berusaha menampilkan

wajah Islam yang ramah dan penuh dengan Cinta.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa; Pengalaman

mistisisme yang hendak dicapai oleh jamaah Tarekat

Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang yaitu pengalaman

yang bersifat teistis. Pengalaman mistisisme ini

merupakan pengalaman yang memanifestasikan diri

pada sebuah kecintaan kepada Tuhan yang tiada

tanding, Untuk memasuki dunia tarekat mereka harus

berbaiat dan mengamalkan ajaran-ajaran dzikir yang

telah diajarkan oleh murshid baik secara langsung

maupun melalui khalifah-khalifahnya. Dzikir dalam hal

ini tidak bermakna ukhrowiah dan ubudiiyah saja, tetapi

juga bermakna profane-duniawiah, dimana Tuhan

dianggap sebagai Deus revelatus sekaligus sebagai Deus

ipse atau absconditus.

Kata Kunci: Spritualitas, Shiddiqiyyah, Fenomenologi,

Annemarie Schimmel.

Page 2: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

30

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

1. Pendahuluan

Kemunculan kembali sufisme di abad ke-7 H/13 M menjadi tonggak awal sejarah perkembangan tradisi Islam dikemudian hari [1]. Semakin berkembangnya tasawuf terutama pada abad ke-3 H, maka pengaruh eksternal semakin dirasakan. Di antaranya karena dipengaruhi oleh berbagai macam corak budaya, akibatnya muncul dua corak pemikiran tasawuf. Di antara dua corak tersebut ialah corak tasawuf yang materi dasarnya berdasar pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah dengan ide gagasan dasar pembentukan moralitas yang di back up ulama moderat, dan corak yang satunya ialah tasawuf yang bersumber pada filsafat dengan kecen-derungan tentang materi-materi yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan yang di usung oleh pemikir yang terkadang mengemukakan pengalaman atau ucapan-ucapannya yang ganjil atau sulit dipahami seperti istilah wahdat al wujud, hulul dan lain sebagainya. Sebagaimana juga diredaksikan oleh Sulaiman al-Kumayi dalam pendahuluan yang dikutip dari: Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 11-27 [2], pada teksnya disebutkan bahwa Gerakan pembaruan tasawuf—sebagaimana di bidang-bidang lainnya dalam ranah pemikiran Islam—dapat dilacak pada abad XVIII. Abad ini biasanya dianggap sebagai zaman kegelapan (dark age) dunia Islam, masa kemunduran politik, ekonomi, dan budaya di tiga negara Islam besar: Imperium Usmani, Safawiyyah Iran, dan Mughal India [3].

Studi Islam semakin bermunculan, seiring dengan semakin derasnya arus modernisasi dan globalisasi. Hal ini ditujukan agar Islam tidak tampil sebagai agama yang menyeramkan seperti yang terlihat dari pemahaman kaum fundamentalis [4]. Fundamentalisme keagamaan menurut Peter Beyer, berkembang karena kaum agamawan dianggap gagal berinteraksi dan beradaptasi dengan modernisme dan globalisme, karena mengguna-

Page 3: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

31

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

kan pendekatan yang kurang tepat dalam memahami Islam. Faham ini dianggap sebagai kekuatan besar penentang globalisasi [5]. Namun di sisi yang lain, Islam juga sering dipahami secara tidak objektif oleh para orientalis yang cenderung apriori. Dari sini, muncullah berbagai macam pendekatan dalam studi agama (Islam, secara khusus) yang berusaha memahami Islam secara seimbang, komprehensif dan menampilkan wajahnya yang sebenarnya. Di antara pendekatan tersebut adalah pendekatan antropologis, feminis, fenomenologis, filosofis, semantik, sosiologis, psikologis, teologis, dan lain sebagainya.

Sufisme selalu menarik manjadi bahan kajian penelitian bagi seseorang yang ingin mempelajari Islam. Karena sufisme merupakan fenoma keagamaan yang mengiringi perkembangan agama Islam. Sebagaimana terdapat pada agama-agama yang lain, sufisme merupakan sebuah fenomena asketis keagamaanyang dianggap anti mainstream karena memiliki cara tersendiri dalam meng-ekspresikan pengalaman keagamaan penganutnya [6].

Sufisme sering juga disebut sebagai mistisisme dalam Islam. Mistisisme bukanlah gejala yang ghaib dan paranormal, seperti kemampuan membaca pikiran, telepati, ataupun pengangkatan ke tahap yang tertinggi. Memang betul banyak mistikus sejati dari berbagai agama memiliki kemampuan tersebut, tetapi hal itu bukan unsur yang utama dalam mistisisme [7]. Singkat-nya semua jenis mistisisme dapat dikatakan bahwa pengalaman mistik merupakan pengamatan langsung atas sesuatu yang kekal, baik itu dipahami dalam pengertian-pengertian yang bersifat personal atau hanya sekedar keadaan dari kesadaraan [8].

Sufisme sendiri telah banyak menarik minat para kaum orientalis dalam memahami Islam. Namun pemahaman sufisme dalm Islam sering dipahami secara tidak objektif oleh para orientalist yang cenderung apriori. Karena alasan ini, muncullah berbagai macam

Page 4: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

32

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

pendekatan dalam studi agama (Islam, secara khusus) yang berusaha memahami Islam secara seimbang, komprehensif dan menampilkan wajahnya yang sebenar-nya. Di antara pendekatan tersebut adalah pendekatan antropologis, feminis, fenomenologis, filosofis, semantik, sosiologis, psikologis, teologis, dan lain sebagainya.

Di antara tokoh orientalis yang mengkaji Islam dengan begitu intens adalah Annemarie Schimmel [9]. Ia menawarkan pendekatan fenomenologis dalam karya besarnya Deciphering the Signs of God: a Phenomenological Approach to Islam. Ide tentang pendekatan Islam dari sudut pandang fenomenologi ini mulai muncul di benak Schimmel sejak ia melihat bahwa Islam telah direpresentasikan secara tidak baik dalam berbagai karya ilmiah. Bagi banyak sejarahwan agama, Islam yang datang belakangan, digambarkan sebagai agama yang tidak banyak berbeda dengan agama klenik, anti-Kristen, tidak humanis, dan agama primitif [10].

Tarekat-tarekat sufi yang aktif di antaranya, tarekat Qadiriyah, tarekat Tijaniyah, tarekat Naqsyaban-diyah, tarekat Rifa‟iyah dan tarekat Badawiyah. Gerakan para sufi tersebut banyak mempunyai jasa dalam perjuangan politik negara-negara Islam di Afrika Utara (yang waktu itu di bawah kolonialisme Eropa) dan Asia Tengah (yang berada di bawah cengkeraman kekuasan Tsar Rusia). Tarekat adalah gerakan sufi dimana umat Islam mengamalkan ritual-ritual keagamaan dengan menjalankan wirid-wirid tertentu. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang secara harfiah berarti jalan mistik untuk mendekati Allah [11]. Pada mulanya, suatu tarekat hanya berupa “jalan atau metode yang ditempuh oleh seorang sufi secara individual”. Kemudian para sufi itu mengajarkan pengalamannya kepada murid-muridnya, baik secara individual maupun kolektif. Dari sini, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “Jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup

Page 5: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

33

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat [12].

Tarekat berkembang pesat di Indonesia, salah satunya adalah Tarekat Shiddiqiyyah. Tarekat ini berpusat di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keberadaan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, dimulai dengan masuknya ajaran tersebut di Desa Losari. Pembawa ajaran tersebut adalah Kyai Muchtar Mu‟thi yang mendapatkannya dari Syekh Syueb Jamali [13]. Pada mulanya nama tarekat yang diajarkan Syekh Syueb Jamali kepada Kyai Muchtar Mu‟thi adalah Tarekat Khalwatiyyah. Namun, menurut Syekh Syueb Jamali nama Tarekat Khalwatiyyah yang beliau ajarkan kepada Kyai Muchtar Mu‟thi bukanlah nama tarekat yang asli [14]. Salah satu syarat untuk menjadi murid Tarekat Shiddiqiyah yaitu harus melakukan ritual bai‟at. Pembai‟atan [15] dilakukan agar seseorang tersebut sanggup melakukan kewajiban sebagai murid Tarekat Shiddiqiyah. Orang yang pertama kali menjadi bai‟at Tarekat Shiddiqiyyah adalah Slamet Makmun yang dibai‟at pada tahun 1960. Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang; “Spiritualitas Tarekat Shiddiqiyyah Ploso-Jombang dalam Tinjauan Pendekatan Fenomeno-logi Annemarie Schimmel”.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dasar teori Pendekatan yang di gunakan adalah fenomenologis. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk ke dalam kategori pendekatan “kualitatif” [16], Rancangan dan pola penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor yang mendukung kausalitas, kemudian menganalisis faktor

Page 6: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

34

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

tersebut untuk peranannya [17]. Untuk itu, penulis melakukan serangkaian kegiatan di lapangan mulai dari mendatangi lokasi, studi orientasi dan dilanjutkan dengan studi secara terfokus. Hasil penelitian ini diharap-kan bisa menggambarkan bagaimana pola Spiritualitas Tarekat Shiddiqiyyah. Data ini kemudian dikembangkan untuk melihat potensi konflik sosial yang diakibatkan gerakan keagamaan tersebut.

3. Hasil

Pada awal kajian tentang agama dalam masyarakat, Peter L. Berger menuliskan bahwa setiap masyarakat merupakan suatu usaha untuk membangun dunia. Agama memiliki apa yang disebutnya sebagai “a distinctive place in this enterprise”. Untuk lebih memahami peran agama dalam usaha pembangunan dunia tersebut, ada baiknya bila kita mencoba untuk terlebih dulu memahami apa yang Berger maksudkan dengan pernyataan bahwa tiap masyarakat adalah suatu usaha untuk membangun dunia. Menurut Berger, kenyataan atau dunia kehidupan menyatakan eksistensinya sebagai sesuatu yang sangat mempengaruhi kesadaran manusia dengan cara yang paling masif, mendesak, dan mendalam, sehingga sangat sukar bagi manusia untuk mengabaikannya. Tidak lain karena kenyataan itu sudah diobjektifikasi sedemikian rupa sebagai sesuatu yang telah ditata sebelum keberadaan seorang individu [18].

Jamaah di Tarekat Shiddiqiyyah dalam bertasawuf memiliki pandangan bahwa satu-satunya jalan untuk menuju dan mendekat kepada Allah yaitu dengan mengikuti Tarekat Shiddiqiyyah. Tujuan mereka bertasawuf bukan hanya untuk menata kehidupan ukhrowi saja tetapi juga menata kehidupan duniawi keluarga dan pribadi mereka. Konstruksi budaya pemahaman seperti ini mereka bangun untuk mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka meyakini bahwa dengan mengikuti kegiatan Tarekat Shiddiqiyyah

Page 7: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

35

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan benar dan tepat.

Tarekat Shiddiqiyyah merupakan jalan tasawuf para jamaah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah melalui konsep ihsan yang ada dalam tasawuf, dengan cara „membersihkan diri‟ dari segala bentuk sikap yang tidak baik” melalui latihan-latihan spriritual yang diajarkan oleh Tarekat Shiddiqiyyah untuk membentuk spritualitas mereka. Pada pembahasan hubungan antara guru dan murid tarekat ini merupakan pelengkap dalam menjelaskan unsur bentuk ajaran yang memiliki pengaruh terhadap proses pembentukan anggota tarekat dalam memahami kehidupan. Ikatan antar Guru Murshid dengan murid, menjadi salah satu hubungan yang disakralkan, namun bukan merupakan sebuah penglihat-an buta. Hal ini diyakini sebagai sebuah perilaku yang mulia atau yang disebut dengan akhlakul karimah.

Demikian halnya mengenai prasangka terhadap guru juga harus didasarkan pada prasangka yang selalu mengarah pada sikap positif. Dan apapun yang diperintahkan oleh guru murshid dipandang sebagai suatu bentuk anjuran yang harus dilaksanakan. Demikian halnya dijadikan sebagai sebuah bentuk pendidikan untuk selalu memberikan perilaku perseptual yang positif di masyarakat [19]. Pola hubungan seperti ini bisa dikategorikan sebagai indikator dari fungsi doktrinal tarekat, yang berhubungan dengan fungsi tarekat secara umum yaitu menjaga kesinambungan antara agama dan masyarakat. Sehingga realitas bai‟at di dalam tarekat tidak bisa diabaikan oleh pengikut Tarekat Shiddiqiyyah yang ada di Losari Ploso Jombang, bahwa bai‟at merupakan hal yang harus mereka laksanakan untuk dapat mengamal-kan seluruh ajaran-ajaran Tarekat Shiddiqiyyah secara menyeluruh seperti zikir, muraqabah dan rabitah, demi mencapai tujuan akhirnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat nanti [20].

Page 8: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

36

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Spiritualitas Jamaah di Tarekat Shiddiqiyyah di atas merupakan dikonstruksi melalui keyakinan, penga-laman dan tingkah laku yang menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik. Stark dan Glock berpendapat bahwa terdapat lima dimensi Spiritualitas yang merupakan komitmen religius, tekad dan itikad yang berkaitan dengan hidup keagamaan. Lima dimensi Spiritualitas tersebut, yaitu [21]:

Dimensi keyakinan (Idologis). Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada sudut pandang teologis tertentu dan meyakini kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan tetap taat. Di dalam agama Islam dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah Islam yakni menunjukan pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatic. Di dalam ajaran agama Islam termasuk jamaah di Tarekat Shiddiqiyyah, isi dimensi ini menyangkut perilaku beragama untuk meyakini adanya Allah, para malaikat, para nabi, rasul, Kitab-kitab Allah, surga dan neraka serta qada dan qadar yang tertuang dalam rukun iman. Dalam tahapan ini agar keyakinan terjaga maka orang harus melengkapinya dengan pengetahuan (dimensi pengetahuan) tentang akidah [22].

Dimensi peribadatan atau praktek agama (Ritual-istic). Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya, praktek-praktek keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu: Ritual. Mengacu pada seperangkat ritual tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya. Selanjut-nya ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air. Meski ada perbedaan penting, apabila aspek ritual di komitmen sangat formal dan khas publik. Semua agama yang

Page 9: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

37

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persem-bahan dan kontemplasi personal yang relative spontan, informal dan khas pribadi. Dalam Islam peribadatan atau praktek agama disejajarkan dengan syariat yaitu seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam menjalankan kegiatan ritual sebagaimana disunahkan dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam ajaran agama Islam dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan Shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur‟an, doa zikir, qurban, i‟tikaf dan lain-lain [23].

Dimensi penghayatan dan pengalaman (Eksperim-ensial). Dimensi berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenal kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kakuatan supranatural. Dimensi-dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasis-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisi-kan oleh satu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi walaupun kecil dalam suatu esensi ketuhanan [24].

Dimensi penghayatan atau pengalaman adalah dimensi yang menyertai keyakinan, pengelaman dan peribadatan dalam Islam penghayatan menunjuk kepada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam ajaran agama Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab (takarrub) dengan Allah, perasaan doa-doa sering terkabul, perasaan tentram atau bahagia kerana menuhankan Allah, perasaan bertawakkal atau pasrah diri secara positif kepada Allah, perasaan Khusu‟ ketika melaksana-kan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat al-Qur‟an perasaan

Page 10: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

38

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah [25].

Dimensi pengetahuan agama (Intelectual), ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan ritus-ritus kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan atau ilmu dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agama-nya terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya sebagaimana termuat dalam kitab suci al-Qur‟an. Menurut Jalaludin Rahmat dimensi pengetahuan agama atau intelektual menunjukan tingkat pemahaman orang terhadap doktrin-doktrin agamanya kedalamannya tentang ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Dalam Islam dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur‟an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan harus dilaksanakan (Rukun Islam dan Rukun Iman) hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya [26].

Dimensi pengamalan (konsekuensial). Konsekuensi komitmen beragama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Pengalaman ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dalam Islam pengalaman disejajarkan dengan akhlak yakni menunjuk pada beberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agama-nya yaitu bagamana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam ajaran agama Islam dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memafkan, menjaga lingkung-an, menjaga amanah, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, memasuki norma-norma Islam dalam perilaku sosial, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya [27].

Page 11: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

39

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Semua dimensi tersebut demi pengalaman mistisisme yang hendak dicapai oleh jamaah Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang yaitu pengalaman yang bersifat teistis [28], pengalaman mistisisme ini merupakan pengalaman yang memanifestasikan diri pada sebuah kecintaan kepada Tuhan yang tiada tanding, bahkan mengalahkan kepada segalanya yang bersifat duniawi maupun ukhrowi atau yang menjadi tujuan akhir adalah kecintaan pada Tuhan [29].

Perasaan ini bersifat intuitif, Tuhan serasa dalam diri dan dikenal sangat dekat seperti di dalam dirinya sendiri melalui muraqabah. Jati diri yang terdalam berada di seberang pengalaman yang masih berucap “aku ingin,” “aku cinta,” “aku tahu.” Ia memiliki caranya sendiri dalam mengetahui, mencintai dan mengalami, yang merupakan cara yang ilahi dan bukan cara manusiawi, suatu cara persekutuan, kesatuan, dukungan, di mana tiada lagi keterpisahan individulitas psikologis, yang menarik semua kebaikan dan semua kebenaran ke dalam dirinya sendiri sehingga dia mencintai dan mengerti demi dirinya sendiri. Singkatnya para Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang mengalami eksatasi keagamaan dalam memahami realitas ketuhanan yang dikonstruksi oleh ajaran Tarekat Shiddiqiyyah.

Untuk mencapai tahapan pengalaman mistisisme yang bersifat teistis tersebut para jamaah Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang harus mengikuti serangkaian aturan ketat dalam mengamalkan ajaran Tarekat Shiddiqiyyah, salah satunya yaitu bai‟at [30]. Bai‟at merupakan suatu wujud inisiasi dari dunia profane menuju dunia sacral di dalam tasawuf Tarekat Shiddiqiyyah. Dengan bai‟at ikatan antara murshid dengan murid, menjadi salah satu hubungan yang disakralkan dan dijaga terus kesakralannya sampai kapanpun ajaran Tarekat Shiddiqiyyah diamalkan oleh jamaah Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang [31].

Hal ini artinya Jamaah Tarekat Shiddiqiyyah secara fundamental berarti mengada (to exist). Mengutip

Page 12: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

40

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

pandangan Berger, ”eksternalisasi” adalah suatu keharus-an antropologis. Mereka tidak bisa dibayangkan tanpa pencurahan dirinya (eksternalisasi) secara terus menerus ke dalam dunia yang dihuninya”. Tidak lain penyebab-nya karena mereka dilahirkan dengan struktur naluri/ instiktual yang belum diarahkan atau disesuaikan dengan suatu lingkungan yang khas bagi spesiesnya. Mereka dipaksa harus membentuk lingkungannya, dunianya sendiri (dunia manusia), dan mengutip pendapat Peter L. Berger, dunia itu tidak lain adalah kebudayaan yang dikontruksi budaya spiritual di lingkungan Shiddiqiyyah untuk mencapai kedekatan dengan Allah sebagai manifesttasi spiritualitas tertinggi dari konsekuensi mengikuti sebuah tarekat.

4. Pembahasan

Spriritualitas dalam agama erat kaitannya dengan emosi keagamaan atau pengalaman keagamaan dimanifestasikan kedalam mistisisme keagamaan. Pada setiap agama masing-masing umat beragama memiliki pengalaman keagamaan atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan sendiri merupakan suatu perasaan yang merupakan perwujudan dari kedekatannya dengan kekuatan adi kodrati [32]. Mistisisme bukanlah gejala yang ghaib dan paranormal, seperti kemampuan membaca pikiran, telepati, ataupun pengangkatan ke tahap yang tertinggi. Memang betul banyak mistikus sejati dari berbagai agama memiliki kemampuan tersebut, tetapi hal itu bukan unsur yang utama dalam mistisisme. Singkatnya semua jenis mistisisme dapat dikatakan bahwa pengalaman mistik merupakan pengamatan langsung atas sesuatu yang kekal, baik itu dipahami dalam pengertian-pengertian yang bersifat personal atau hanya sekedar keadaan dari kesadaraan [33].

Inilah yang disebut dengan pengalaman yang bersifat supra-rasional, meta-empiris, intuitif, dan unitif terhadap sesuatu yang tak berruang, azali, tak bisa mati,

Page 13: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

41

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

dan kekal [34]. Baik itu sesuatu itu dianggap sebagai Tuhan yang pribadi, atau yang mutlak adi-pribadi, atau sekedar keadaan kesadaran tertentu saja. Inilah manifest-tasi dari kesatuan dengan atau dalam atau dari sesuatu yang mengatasi jati diri empiris, untuk menjadikan kesatuan ini dialami sebagai identitas total atau persekutuan yang mesra. Penandaan pengalaman ini secara umum dalam setiap agama adalah hilangnya rasa kesadaraan akan ego (sifat kemanusiaan) dalam suatu keseluruhan yang lebih besar (melebur kepada sifat ilahiyah) [35].

Pemikiran tasawuf Annemarie Schimmel yaitu; Pertama Tarekat; adalah jalan yang ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar‟ sedangkan anak jalan disebut tariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupa-kan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum Ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada jalan tanpa adanya jalan utama tempat ia berpangkal. Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama [36]. Bai‟at di dalam Tarekat Shiddiqiy-yah sebagai tanda memasuki dunia tarekat, bagi pengikutnya bermakna beragam, salah satunya bahwa bai‟at bermakna sangat penting karena dianggap sebagai gerbang utama untuk memasuki dunia tasawuf di dalam tarekat. Berbai‟at sangat penting bagi pengikut di Tarekat Shiddiqiyyah , karena bai‟at merupakan shariat yang bersifat spiritual bagi mereka, apabila secara d}ahir mereka ber-shahadat untuk menjadi seorang muslim maka bai‟at merupakan aspek batin untuk menjadi seorang salik yang muslim. Menurut para di Tarekat Shiddiqiyyah tanpa berbai‟at kehidupan bathiniah mereka tidak akan lengkap dan hampa hidup di dunia ini.

Kedua Persinggahan dan tingkatan, Persinggahan atau tingkatan pertama di atas jalan, atau lebih tepat mula pertamanya, ialah tobat atau penyesalan. Tobat berarti

Page 14: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

42

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

berpaling dari dosa dan melepaskan semua urusan dunia. Tobat dapat dibangkitkan dalam jiwa oleh peristiwa lahiriyah apapun. Ketiga Cinta dan peleburan. Perhentian terakhir di jalan mistik ialah mahabba atau cinta dan makrifat. Kadang-kadang keduanya dianggap lebih utama, dan ada kalanya makrifat dipandang lebih tinggi. Ghazali menekankan: cinta tanpa makrifat tidak mungkin karena orang dapat mencintai sesuatu yang dikenal. Para sufi telah mencoba menggambarkan berbagai segi makrifat, yaitu pengetahuan yang tidak dicapai melalui penalaran akal tetapi merupakan pemahaman yang lebih tinggi mengenai rahasia ketuhanan. Satu-satunya jalan untuk mendekati kekasih Ilahi adalah dengan senantiasa mensucikan diri. Junayd menggambarkan perubahan karena cinta adalah sebagai berikut: cinta adalah leburnya pencinta kedalam sifat-Nya dan menetapnya yang dicinta didalam zatnya. Cinta berarti sifat-sifat yang Dicinta masuk kedalam sifat-sifat pencinta [37].

Doa dan zikir yang dilakukan oleh para pengikut Tarekat Shiddiqiyyah tidak sepenuhnya bisa dilakukan dengan sembarangan. Ia memiliki aturan-aturan yang ketat dan mengikat untuk mencapai maqam derajat yang mereka inginkan untuk lebih dekat dengan Allah. Untuk melalui semua ajaran Tarekat Shiddiqiyyah mau tidak mau harus melakukan bai‟at kepada seorang murshid [38]. Keharusan bai‟at ini merupakan ajaran atau konstruksi dari pendiri dan pengikut Tarekat Shiddiqiyyah ter-dahulu yang mewajibkan adanya bai‟at untuk melaksana-kan rangkaian ajaraan zikir-zikir yang ada di Tarekat Shiddiqiyyah [39]. Bagi seorang murid tarekat ba‟iat merupakan hal yang sangat sakral dan memiliki konsekuensi yang tidak main-main bagi yang melanggar peraturan mursid, bisa berupa gila, menjadi susah kehidupannya dan yang lebih menakutkan bahwa amalannya di dunia tidak diterima oleh Allah.

Ke Empat adalah Bentu-bentuk ibadah; Sholat, Shalat adalah satu diantara kelima rukun Islam. Salah satu prasayarat untuk melakukan shalat adalah pensuci-

Page 15: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

43

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

an diri (taharah). Dalam hal shalat, para sufi di zaman awal mengikuti peraturan syariat dengan teliti. Mereka berusaha meniru teladan Rasullullah dalam hal yang terkecil. Orang sufi memberi makna yang berbeda-beda kepada shalat. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa menurut syariat, shalat adalah pengabdian, sedangkan menurut tariqa adalah keakraban dan menurut haqiqa adalah penyatuan dengan Tuhan. Hal ini sudah tentu dilakukan oleh para pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, karena bagi mereka Islam itu mempunyai tiga rukun, yaitu rukun Islam, rukun Iman, dan rukun Ihsan. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam spirtualitas mereka, maka mereka berkewajiban Ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita ras yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.

Kelima Do‟a bebas; Al-Ghazali dalam bukunya Ihya‟ „ulum ad-din menerangkan tentang doa bebas. Ia merumuskan jawaban atas bantahan bahwa doa tidak sesuai dengan takdir. Takdir mencakup kemungkinan menolak kejahatan dengan do‟a, seperti layaknya perisai menolak anak panah. Keduanya saling melawan. Ia mengulangi suatu gagasan yang diungkapkan oleh Yahya ibn Mu‟adh “bila nasib menyerangku kemalangan, aku menyambutnya dengan serangan do‟a. Do‟a yang diucapkan oleh Yahya mengumandangkan masalah dosa dan karunia dan selalu berakhir dengan keyakinan penuh

Page 16: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

44

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

harap akan pengampunan serta pertolongan Tuhan. Istighfar atau mohon ampun pada umumnya disebut sebagai taraf persiapan untuk do‟a sejati.

Keenam Dzikir; Ibadah yang membedakan para sufi ialah dzikir. Dzikir yaitu mengingat atau mengenang Tuhan. Dzikir adalah langkah pertama di jalan cinta, sebab kalau kita mencintai seseorang kita suka menyebut namanya dan selalu ingat kepadanya. Oleh sebab itu siapapun yang dalam hatinya telah tertanam cinta akan Tuhan, disitulah tempat kediaman dzikir yang terus menerus. Keberadaan żikir sendiri lebih hidup dan dilanggengkan oleh para ulamā‟-ulamā‟ khususnya tarekat yang dipimpin oleh mursyidnya. Karena żikrullah merupakan pintu gerbang ma‟rifat kepada Allah. Tarekat mematrealisasikan dirinya dalam żikir yang pratek regulernya mengantarkan sang arif yang ditaqdirkan menuju keadaan ketenggelaman (Istigraq) dalam Tuhan. Ajaran pokok dalam tarekat, termasuk juga tarekat Shiddiqiyyah adalah żikir. Dalam tarekat Shiddiqiyyah, banyak bacaan żikir yang dibaca. Tapi ada satu żikir yang kedudukannya sebagai identitas adanya tarekat Shiddiqiyyah, yaitu żikir kautsaran. Karena żikir kautsaran adalah satu-satunya zikir yang dibuat berdasar-kan ilham ruḥi dari sang Mursyid.

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa ajaran kerohanian Shiddiqiyyah adalah dzikir qolbu yang pada prinsipnya adalah meluruskan jalan rohani murid untuk dapat secara benar menyelami kalimat Thoyyibah, kalimat tauhid “Laa Ilaaha illa Allahu”. Kalimat tersebut dalam konteks syari‟ahnya dijadikan sebagai persaksian ketuhanan Allah. Sebab itu, maka sebagai kelengkapan-nya adalah menjiwai persaksian kerasulan Muhammad atau syahadat Rasul dengan ungkapan “Muhammadun Rasulullah”. Dengan demikian maka inti ajaran Shiddiqiy-yah adalah mengenal dan merasakan ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw. Secara mendalam dengan teknik mewiridkan dua kalimah syahadat tersebut. Jadi, boleh dikatakan bahwa ajaran dasar

Page 17: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

45

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Shiddiqiyyah adalah mewiridkan “Laa Ilaha illa Allah-Muhammadun Rasulullah” dengan teknik tertentu yang dikembangkan dalam tujuh ajaran bai‟at Shiddiqiyyah.

Terlepas dari masalah pro dan kontra, hemat penulis disini dapat di garis bawahi, bahwa tasawuf atau mistik Islam, menurut Annemarie Schimmel tidak jauh berbeda dengan pemikiran Robi‟ah al-Adawiyah (Mahababbah ila Allah) meski tidak secara total, versi Schimmel dalam hal tasauf, adalah merupakan kesadaran terhadap kenyataan tunggal dan cinta kepada Yang Mutlak (the Absolute), sebab kekuatan yang memisahkan antara mistik sejati dengan hanya sekedar tapa brata (asceticism) adalah cinta. Bahkan cinta sejati dapat menjadikan kenikmatan terhadap segala yang menyakit-kan. Mistik dianggap sebagai hal yang misterius yang tidak dapat dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha intelektual. Sedangkan literature dan kehidupan rohaninya sulit digambarkan sebagaimana orang buta yang menyentuh gajah, dalam penggambarannya akan mengatakan sesuai dengan bagian tubuh yang disentuh-nya itu.

Objek kajian Schimmel dalam memahami Islam dengan menggunakan pendekatan fenomenologis adalah seluruh apa yang terdapat di alam ini yang terdiri dari sesuatu yang tampak dan yang tidak tampak. Ia lantas membaginya ke dalam empat lapisan [40]. Lapisan terluar, the world of outer manifestations, yang terdiri dari tiga bagian yaitu pertama, objek yang suci, ruang yang suci di mana tinggal di dalamnya tata cara memuja Tuhan, waktu yang suci di mana dilaksanakan ritual keagamaan, angka suci yang dengannya diukur kesucian objek, ruang, waktu, kata-kata, manusia, dan perbuatan yang suci. Jamaah Shiddiqiyyah dalam memuja Allah menggunakan dzikir yang diajarkan oleh murshid melalui kegiatan kausaran. Dzikir bagi mereka merupakan kata-kata suci yang dapat mengantarkan mereka untuk lebih dekat dengan Allah. Selain itu, bai‟at bagi jamaah Shiddiqiyyah merupakan perbuatan suci

Page 18: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

46

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

yang diajarkan oleh murshid sebagai langkah awal menuju gerbang spiritual yang hendak dicapai.

Kedua, kata-kata yang suci, yaitu kata-kata yang diucapkan (firman Tuhan, doa, nama-nama Tuhan, sabda-sabda, mitos, legenda, ramalan, ajaran, doktrin, penebusan dosa, pujian, rasa syukur, permohonan, penyerahan), dan kata-kata yang tertulis yaitu teks kitab suci. Dalam hal ini para jamaah shiddiqiyyah menggunakan teks al-Qur‟an sebagai dasar perbuatan mereka dalam melaksanakan ritual yang ada di Tarekat Shiddiqiyyah. Selain itu mereka berbai‟at kepada murshid dengan keyakinan bahwa petunjuk sang murshid merupakan hal yang sacral sebagai gerbang untuk memasuki dunia spiritual dalam tasawufnya. Dalam hidup ini ada dua hal yang harus saling berkesinambungan.

Ketiga, manusia yang suci dan masyarakat yang suci. Dalam pandangan Schimmel, ketiganya merupakan sesuatu yang bisa diobservasi, bisa dilihat, didengarkan, disentuh. Agama menurutnya bukanlah sesuatu yang tak nyata tapi merupakan sebuah komuni fisik dengan sang Tuhan [41]. Dalam pandangan Tarekat Shiddiqiyyah mursid merupakan orang suci yang telah mencapai spirtualitas tertinggi di hadapan Allah, sehingga ia mampu mengantarkan para jamaah Shiddiqiyyah mencapainya, dengan menetapkan aturan-aturan dan dzikir-dzikir yang sistematis untuk mencapainya.

Lapisan berikutnya adalah lapisan dalam yang pertama. Schimmel menyebutnya sebagai the world of religious imagination yang terdiri dari konsep ketuhanan, konsep penciptaan (kosmologi dan antropologi), konsep wahyu, konsep penebusan dosa/penyelamatan, dan konsep tentang hari akhir (eschatology). Bagi jamaah Tarekat Shiddiqiyyah, bertarekat bukan sekedar melaku-kan kegiatan ubudiyah saja, tetapi lebih kepada menncari jalan selamat dan cepat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena dia percaya memang banyak sekali jalan yang bisa ditempuh untuk mendekatkan diri kepada

Page 19: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

47

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Allah, namun ber-tarekat merupakan jalan yang sudah jelas akan kebenarannya dan rute tercepat untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk mempersiapkan diri menjelang kematian. Selanjutnya adalah lapisan dalam kedua yang oleh Schimmel disebut sebagai the world of religious experience. Wilayah ini menjelaskan apa yang terjadi jauh dalam hati seseorang sebagai pandang-an rasional tentang Tuhan. Di sini terdapat nilai-nilai keagamaan yang di dalamnya merupakan dari manusia yang suci, objek suci dan perbuatan yang suci seperti penghormatan terhadap Tuhan, taqwa, iman, harapan, dan cinta kepada Tuhan.

Pemaknaan zikir tersebut bagi masyarakat jamaah yang tergabung dalam tarekat Shiddiqiyyah tidak hanya sekadar teori, tapi sebuah mindset yang didasari teguhnya keyakinan bahwa zikir dalam wilayah spiritual-sakralitas memberi indikasi positif yang koheren dalam wilayah realita-profanitas kehidupan masyarakat jamaah yang tergabung dalam jamaah tarekat ini. Hal ini sesuai denngan ajaran kerohanian Shiddiqiyyah berupa dzikir qolbu yang pada prinsipnya adalah meluruskan jalan rohani murid untuk dapat secara benar menyelami kalimat Thoyyibah, kalimat tauhid “Laa Ilaaha illa Allahu”. Kalimat tersebut dalam konteks syari‟ahnya dijadikan sebagai persaksian ketuhanan Allah. Sebab itu, maka sebagai kelengkapannya adalah menjiwai persaksian kerasulan Muhammad atau sahadat Rasul dengan ungkapan “Muhammadun Rasulullah”. Dengan demikian maka inti ajaran Shiddiqiyyah adalah mengenal dan merasakan ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw. Secara mendalam dengan teknik mewiridkan dua kalimah syahadat tersebut. Jadi, boleh dikatakan bahwa ajaran dasar Shiddiqiyyah adalah mewiridkan “Laa Ilaha illa Allah-Muhammadun Rasulullah” dengan teknik tertentu yang dikembangkan dalam tujuh ajaran bai‟at Shiddiqiy-yah.

Keberadaan żikir sendiri lebih hidup dan dilanggengkan oleh para ulamā‟-ulamā‟ khususnya

Page 20: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

48

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

tarekat yang dipimpin oleh mursyidnya. Karena żikrullah merupakan pintu gerbang ma‟rifat kepada Allah. Tarekat mematrealisasikan dirinya dalam żikir yang pratek regulernya mengantarkan sang arif yang ditaqdirkan menuju keadaan ketenggelaman (Istigraq) dalam Tuhan. Ajaran pokok dalam tarekat, termasuk juga tarekat Shiddiqiyyah adalah żikir. Dalam tarekat Shiddiqiyyah, banyak bacaan żikir yang dibaca. Tapi ada satu żikir yang kedudukannya sebagai identitas adanya tarekat Shiddiqiyyah, yaitu żikir kautsaran. Karena żikir kautsaran adalah satu-satunya zikir yang dibuat berdasarkan ilham ru‟i dari sang Mursyid.

Lapisan yang paling dalam adalah the objective world of religion yang merupakan pusat dari lingkaran tersebut. Ini merupakan realitas ketuhanan yang hanya bisa dipahami melalui seluruh manifestasi eksternal, pikiran dalam, pengalaman hati, melalui dua pengertian. Pertama, Tuhan sebagai Deus revelatus. Yaitu wajah tuhan yang tampak dari sudut pandang manusia sebagai Yang Maha Suci, Maha Benar, Maha Adil, Maha Cinta, Maha Pengasih, Sang Penyelamat, yaitu Tuhan yang personal yang diekspresikan dengan kata KAU. Sebagian pengikut Tarekat Shiddiqiyyah termotivasi dari diri sendiri dalam ikut dalam tarekat Shiddiqiyyah, yaitu ingin menjadi orang yang bermanfaat. Manfaat di dunia dan akhirat. Karena setiap manusia menginginkan yang terbaik dan bisa memberi yang terbaik. Seperti umur bermanfaat dan hidup bermanfaat. Jika mereka bisa memberi manfaat kepada orang lain, menurut mereka itulah sebaik-baik manusia. Bagi mereka Setidaknya ada empat alasan orang yang selalu memberi manfaat pada orang lain. Pertama, karena ia dicintai Allah SWT, karena Rasulullah pernah bersabda: “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Keempat, memberi manfaat kepada orang lain

Page 21: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

49

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman.

Kedua, sebagai Deus ipse atau absconditus. Yaitu Tuhan yang Maha Agung yang diekspresikan sebagai DIA sebagai kesatuan yang absolute. Sehingga dalam dzikirnya Tarekat Shiddiqiyah mengajarkan kepada pengikutnya ajaran Teosofi, hal ini merupakan sebuah konsep yang menggambarkan kebijaksanaan ketuhanan terkait dengan upaya manusia untuk membangun hubungan yang harmonis dengan tuhannya. Dengan demikian manusia memerlukan seperangkat pemahaman dan pengetahuan terkait dengan dirinya sendiri sebagai hamba, alam sebagai tempat manusia berada serta tuhan sebagai Dzat Yang Maha Mencipta. Lebih lanjut teosofi mengarahkan sebuah proses praktis yang memberi arah bagaimana manusia melakukan teknik-teknik mendekat-kan diri pada Allah s.w.t. yang ditempuh dengan bentuk-bentuk ritual dzikir dan sebagainya. Pokok pangkal ajaran tarekat Shiddiqiyyah adalah Lailahaillallah. Kalimat Lailahaillalah tersusun dari 12 huruf. Menurut pemimpin tarekat Shiddiqiyyah bahwa 12 huruf itu ada kaitannya dengan kehidupan manusia, yaitu: usia manusia semalam 12 jam usia manusia siang 12 jam dan satu tahun ada 12 bulan.

Selanjutnya dijelaskan bahwa jika usia 12 jam itu diisi dengan 12 huruf yang tersusun menjadi kalimat Lailahaillalah, maka umur manusia itu disebut umur qodar. Pendapatnya ini didasarkan pada surat al Qodar, yang berbunyi: Berdasar ayat itu dia mengatakan bahwa kalau siang dinamakan dan kalau 1 bulan dinamakan. 12 huruf yang menjadi kalimat itu terdiri dari 3 jenis huruf. 12 adalah terdiri dari 1 dan 2 sama dengan 3, yaitu; huruf alif, huruf lam dan huruf ha‟. Tiga huruf itu merupakan isyarat, sedang sumber atau wajahnya yang paling dalam adalah. Selanjutnya mursyid menjelaskan tentang makna isyarat dari ketiga huruf itu, yaitu huruf alif adalah isyarat tauhid Rububiyyah, huruf lam adalah isyarat tauhid „Uluwiyah dan Huruf ha‟ adalah isyarat tauhid

Page 22: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

50

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Dzatiyyah. Dalam pandangan Schimmel, ada korelasi antara beberapa segmen dalam lapisan-lapisan di atas [42]. Ekspresi dalam bentuk fisik, pikiran, perasaan, pada akhirnya akan berhubungan dengan realitas ketuhanan. Meskipun realitas itu tidak akan pernah dapat diekspresi-kan secara sempurna oleh manusia, namun menurut Schimmel terdapat hubungan tertentu dengan realitas tersebut. Pola hubungan tersebut adalah analogia entis, yang berarti wujud yang diciptakan berhubungan dengan wujud ketuhanan yang tidak diciptakan.

Dari penjelasan di atas spirituallitas Tarekat Shiddiqiyyah dalam pandangan Annimarie Schimmel adalah bagi para pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, memasuki dunia tarekat merupakan jalan untuk mendekat kepada Allah. Untuk memasuki dunia tarekat mereka harus ber baiat dan mengamalkan ajaran-ajaran dzikir yang telah diajarkan oleh murshid baik secara langsung maupun melalui khalifah-khalifahnya. Dzikir dalam hal ini tidak bermakna ukhrowiah dan ubudiiyah saja, tetapi dzikir dalam tarekat shiddiqiyyah juga bermakna profane-duniawiah, yaitu untuk membantu para penngikutnya mendapatkan pertolongan dari Allah dengan mudah melalui amalan-amalan yang telah mereka kerjakan di dalam mereka bertarekat. Sehingga Tuhan dalam pandangan Tarekat Shiddiqiyah seperti yang dikatakan oleh Schimmel Pertama, Tuhan sebagai Deus revelatus sekaligus sebagai Deus ipse atau absconditus.

5. Kesimpulan

Para pengikut Shiddiqiyyah pada hakekatnya dalam bertarekat memiliki beberapa tujuan, akan tetapi yang urgen dari beberapa tujuan tersebut ialah spritualitas. Pengalaman mistisisme yang hendak dicapai oleh jamaah Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang yaitu pengalaman yang bersifat teistis, pengalaman mistisisme ini merupakan pengalaman yang memanifes-tasikan diri pada sebuah kecintaan kepada Tuhan yang

Page 23: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

51

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

tiada tanding, bahkan mengalahkan kepada segalanya yang bersifat duniawi maupun ukhrowi atau yang menjadi tujuan akhir adalah kecintaan pada Tuhan.

Spirituallitas Tarekat Shiddiqiyyah dalam pandangan Annimarie Schimmel adalah bagi para pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, memasuki dunia tarekat merupakan jalan untuk mendekat kepada Allah. Untuk memasuki dunia tarekat mereka harus ber baiat dan mengamalkan ajaran-ajaran dzikir yang telah diajarkan oleh murshid baik secara langsung maupun melalui khalifah-khalifahnya. Dzikir dalam hal ini tidak bermakna ukhrowiah dan ubudiiyah saja, tetapi dzikir dalam tarekat shiddiqiyyah juga bermakna profane-duniawiah, yaitu untuk membantu para penngikutnya mendapatkan pertolongan dari Allah dengan mudah melalui amalan-amalan yang telah mereka kerjakan di dalam mereka bertarekat. Sehingga Tuhan dalam pandangan Tarekat Shiddiqiyyah seperti yang dikatakan oleh Schimmel Pertama, Tuhan sebagai Deus revelatus sekaligus sebagai Deus ipse atau absconditus.

6. Referensi

[1] Roudlon. 2003. Sufisme Ibnu „Atha‟illah. Risalah Gusti. pp. 4.

[2] Hodgson, Marshal G. 1974. The Venture of Islam, Vol. III. Chicago Univesiry Press. pp. 134.

[3] al-Kumayi, Sulaiman. 2013. Gerakan Pembaruan Tasawuf di Indonesia. Teologia 24 (2).

[4] Thoha, Anis Malik. 2005. Konsep World Theology dan Global Theology: Eksposisi Doktrin Pluralisme Agama Smith dan Hick. Islamia 4 (1) pp. 48.

[5] Beyer, Peter. 1994. Religion and Globalization. Sage Publications. pp. 3.

[6] Dhavamony, Mariasusai. 1973. Fenomenologi Agama. Terj. Anggota IKAPI. Kanisius. pp. 285-287.

[7] Bagus, Lorens. 2000. Kamus Filsafat. Gramedia. Lihat juga H., Abdul Hadi W. 2001. Tasawuf Yang Tertindas. Paramadina. Bandingkan dengan Schimmel, Annemarie. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam. Terj.

Page 24: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

52

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

Sapardi Djoko Darmono. Pustaka Firdaus. Lihat pula King, Richard. 1999. Orientalism and Religion: Postcolonial Theory, India, and The Mystic East. Routledge.

[8] Ruslani (ed). 2000. Wacana Spiritualitas: Timur dan Barat. Qalam. pp. 13.

[9] Baghir, Haidar. 1996. Fenomenologi Annema-rie Schimmel. Kata Pengantar Schimmel, Annemarie. Rahasia Wajah Suci Ilahi. Mizan. pp. 9.

[10] Schimmel, Annemarie. 1994. Deciphering the signs of God: a phenomenological approach to Islam. State University of New York Press. pp. x.

[11] Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. LKiS. pp. 62.

[12] Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. LKiS. pp. 63.

[13] Sodli, Ahmad. 1994. Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur. Balai Penelitian Krohanian/Keagamaan Republik Indonesia. pp. 16.

[14] Nasih, A. Munjin. 2006. Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu‟thi. Al-Ikhwan. pp. 128.

[15] Aqib, Kharisudin. 2005. Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa. Bina Ilmu. pp. 75.

[16] Bodgan, Robert C. dan Biclen, Sari Knoop. 1986. Quality Research for Education: an Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon. pp. 29.

[17] Arikunto, Suharsimi . 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Pendek. Rineka Cipta. pp. 98.

[18] Berger, Peter L. 1969. The Sacred Canopy. Elements of a Sociological Theory of Religion. Anchor Books. pp. 24.

[19] Sambudi, Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, Jombang, 4 Juli 2018.

[20] Amsrong, Amatullah. 1998. Kunci Memasuki Dunia Taswuf. Mizan. pp. 146-147.

[21] Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Agama. RajaGrafindo Persada. pp. 191-210.

[22] Nasr, Seyyed Hossein. 2004. Intelegensi dan Spiritualitas Agama-Agama. Terj. Suharsono dkk. Inisiasi Press. pp. 271-272.

[23] Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Agama. RajaGrafindo Persada. pp. 23.

Page 25: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

53

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

[24] Nasr, Seyyed Hossein. 2004. Intelegensi dan Spiritualitas Agama-Agama. Terj. Suharsono dkk. Inisiasi Press. pp. 273.

[25] Islamil, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis Dan Refleksi Historis. Ilahi Press. pp. 28.

[26] Nasr, Seyyed Hossein. 2004. Intelegensi dan Spiritualitas Agama-Agama. Terj. Suharsono dkk. Inisiasi Press. pp. 242.

[27] Islamil, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis Dan Refleksi Historis. Ilahi Press. pp. 57.

[28] Dhavamony, Mariasusai. 1973. Fenomenologi Agama. Terj. Anggota IKAPI. Kanisius. pp. 287.

[29] Robert, Tyler T. 2002. Spiritualitas Posreligius: Eksplorasi Transfigurasi Agama dalam Praksis Filsafat Nietzche, Terj. Agung Prihantoro. Qalam. pp. 182.

[30] Secara teknis, seseorang yang akan menjadi pengikut Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang. Pertama, seseorang telah menunjukkan niatnya untuk menjadi pengamal ajaran Tarekat Shiddiqiyyah. dia diperboleh-kan ikut serta dalam setiap aktivitas yang diselenggara-kan komunitas Tarekat Shiddiqiyyah. Sebagaimana yang dialami oleh Sambudi dan Yarkoni Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah. Losari Ploso Jombang. Kedua, setelah ia merasa cocok, pada tahap berikutnya, mulai diberikan penjelasan kepadanya tentang ajaran Tarekat Shiddiqiyyah secara lebih mendalam. Ketiga, setelah menetapkan niatnya untuk terus bergabung, ia disuruh melaksanakan shalat istikharah untuk memperoleh petunjuk dari Tuhan. Keempat, jika sudah mantap, ia diminta untuk menyatakan kesanggupannya untuk menaati semua ajaran dan ketentuan Tarekat Shiddiqiyyah. Kelima, atau tahap terakhir, setelah keempat tahapan di atas dilalui, ia ditalqin dan dituntun oleh guru untuk membaca istighfar (minta ampun kepada Allah), membaca tahlil, shalawat, dan al-Fatihah masing-masing sebanyak seratus kali. Observasi, Tarekat Shiddiqiyyah Losari Ploso Jombang, 22 Juli 2018 dan 27 Agustus 2018.

[31] Yarkoni, Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, Jombang, 4 Juli 2018.

[32] Dhavamony, Mariasusai. 1973. Fenomenologi Agama. Terj. Anggota IKAPI. Kanisius. pp. 287.

Page 26: Antara Spiritualitas dan Realitas Tarekat Shiddiqiyyah ...

54

Limas Dodi

Antara Spiritualitas dan Realitas

Tarekat Shiddiqiyyah dalam Bingkai

Fenomenologi Annemarie Schimmel

[33] Ruslani (ed). 2000. Wacana Spiritualitas: Timur dan Barat. Qalam. pp. 13.

[34] Mufid, Ahmad Syafi‟i. 2006. Tangklukan Abangan Dan Tarekat Kebangkitan Agama Di Jawa. Yayasan Obor Indonesia. pp. 233.

[35] Dhavamony, Mariasusai. 1973. Fenomenologi Agama. Terj. Anggota IKAPI. Kanisius. pp. 287.

[36] Schimmel, Annemarie. 1986. Mystical Dimensions of Islam, USA, The University of North Carolina Press. pp. 101.

[37] Ibid., 139.

[38] Wawancara dengan para Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah Mojo: Mukhlas, Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, Kediri, 20 Agustus 2017. Yukanah, Pengikut Tarekat Shiddiqiy-yah, 21 Agustus 2017. Sambudi, Pengikut Tarekat Shiddiqiyyah, 4 Juli 2017

[39] Dalam pandangan “realitas tentang keharusan berbaiat” untuk mengamalkan ajaran Tarekat Shiddiqiyyah menghadirkan dirinya kepada individu sebagai sesuatu yang bersifat intersubjektif, suatu dunia atau kenyataan yang dapat dialami dan dipahami secara bersama-sama dengan individu-individu yang lain. Sekalipun mung-kin ada perbedaan pemahaman tentang kenyataan tersebut namun kenyataan tersebut adalah sesuatu yang telah membentuk kesadaran/pengetahuan akal sehat dari semua individu yang mengalaminya. Sehingga mereka sulit untuk menolak realitas tersebut sebagai kebenaran yang harus mereka yakini.

[40] fundonesia.wordpress.com/2014/04/17/tinjauan-kritis-atas-pemikiran-annemarie-schimmel-tentang-pendekatan-fenomenologis-dalam-studi-islam/

[41] Schimmel, Annemarie. 1994. Deciphering the signs of God: a phenomenological approach to Islam. State University of New York Press. pp. xvi.

[42] Ibid., 10.