MEDISINA 13_Juli 2011
-
Upload
mamangdani -
Category
Documents
-
view
576 -
download
1
Transcript of MEDISINA 13_Juli 2011
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 1/60
Edisi 13/ Vol. VI/Juli - Agustus 2011
PENDIDIKAN TINGGI FARMASI
DI PERSIMPANGAN
JALAN
PD. IAI BANTEN
ORIENTASI KERJAPADA KEPENTINGAN
ANGGOTA
Dini Kesuma, M.Si, Apt
PERLU KETEGASANARAH PENDIDIKAN TINGGIFARMASI INDONESIA
D A P A T K A N C P D M E D I S I N A 1 S K P
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 2/60
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 3/60
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 4/60
4 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
DARI REDAKSI
Majalah MEDISINA Media InformasiFarmasi Indonesia merupakan media ko-munikasi yang diterbitkan oleh PengurusPusat IAI (Ikatan Apoteker Indonesia)melalui PT. ISFI Penerbitan. MEDI-SINA terbit setiap tiga bulan sekali padaminggu pertama.
Pelindung :Drs. M. Dani Pratomo, Apt.,
Redaktur Kehormatan:Drs. Saleh Rustandi, Apt.Drs. Masrial Mahyudin., Apt.Drs. Pre Agusta Siswantoro, Apt.Drs. Djoko Suyono, AptDra. Meinarwati, Apt.Prof. DR. Dachrianus, Apt.Drs Bambang Triwara, Apt.Drs. Zurbandi., Apt, MMDrs. Sukiman Said Umar., Apt.Drs. Wahyudi U. Hidayat., Apt, M.Sc
Pemimpin Umum:Drs. Nurul Falah EP, Apt.Pemimpin Redaksi:Drs. Azwar Daris, Apt, M.Kes
Sidang Redaksi:Drs. Nunut Robbyanto, Apt.Drs. Noffendri, AptDra. Sus Maryati, Apt, MMDra. Chusun, Apt, M.Kes
Staf Redaksi:Evita Fitriani,S Farm, Apt.,Mittha Lusianti, S Farm, Apt.
Keuangan:Dra. Eddyningsih,Apt.,Staf Khusus:Drs. Husni Junus, Apt.Layout & Desain:Dani Rachadian.
Alamat Redaksi : Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang Jakarta Barat, Telp./Fax.: 021-56943842,e-mail: ptisfi [email protected] .No. Rekening:a/n. PT. ISFI Penerbitan,BCA KC. Tomang : 310 300 9860.
JLBUBO!BQPUFLFS!JOEPOFTJB
Media Informasi Farmasi Indonesia
Pertama-tama kami dari RedaksiMedisina mengucapkan SelamatUlang Tahun yang ke - 56 Ikatan
Apoteker Indonesia. Semoga denganbertambahnya usia, organisasi ini sema-kin matang anggotanya dalam melak-sanakan tugas profesinya. Akhirnya,tenaga kefarmasian Indonesia sampaijuga pada awal memasuki era baru. Yaitu pergantian surat izin kerja atau su-rat penugasan, yang selama ini berlakudengan surat tanda registrasi.
Dan bagi apoteker yang inginberkarir sebagai tenaga kefarmasian,
harus mengganti surat izin apotik dengan surat izin praktek apoteker, atausurat “visum” untuk bekerja di industridengan surat izin kerja apoteker. Kalaupada PP 25 /1980, banyak tenaga ke-farmasian yang bekerja di industri tidak memiliki surat izin dari Kanwil Depkessetempat (sebelum pelaksanaan otonomidaerah), akankah dengan PP 51 / 2009semua tenaga kefarmasian baik apoteker,ahlimadya farmasi dan asisten apoteker(tenaga teknis kefarmasian), bisa terk-
endali dan terdata di mana pun merekamelaksanakan pekerjaan profesinya?
Dulu, tujuan pekerjaan kefarmasianadalah memberikan obat yang terbaik dan terjangkau oleh pasien. Sekarang,tujuannya adalah untuk memberikan per-lindungan kepada pasien dan masyarakat,dalam memperoleh dan atau menetap-kan sediaan farmasi dan jasa kefarma-sian. Kemudian, mempertahankan danmeningkatkan mutu penyelengaraanpekerjaan kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi, serta peraturan perundang-undangan. Juga memberikan kepastianhukum bagi pasien, masyarakat dantenaga kefarmasian. Dulu, pekerjaankefarmasian pada sarana produksi sajayang ditekankan memiliki dan mene-rapkan standar-standar. Sekarang,semua sarana harus menerapkan stan-dar profesi, standar kefarmasian danstandar prosedur operasional.
Sampai akhir abad ke-20, jumlah
perguruan tinggi farmasi tidak begitubanyak. Memasuki abad ke-21, jum-lahnya berkembang cepat sekali sesuaidengan berkembangnya globalisasi danotonomi daerah di Indonesia. Saat initercatat ada 66 perguruan tinggi yang menyelengarakan pendidikan tinggifarmasi. Perkembangan dalam jumlahyang cepat ini, biasanya tidak diikutidengan perkembangan fasilitas (sumberdaya= resources) pendidikan yang memadai. Akibat perbedaan input danproses yang berbeda, menghasilkan out-put yang berbeda pula walau asosiasipendidikan memiliki standar yang sama.
Hal ini akan menjadi beban organ-isasi dan pemerintah, untuk meningkat-kan mutu pelayanan kepada masyara-kat. Kita semua berharap, denganpenerapan standar-standar dan disiplinyang tinggi dari semua pihak, akanmenghasilkan dampak (out come) yang memuaskan konsumen (masyarakat).Kini, semua tenaga kefarmasian harussegera melaksanakan registrasi kem-
bali, sebagai penganti SIK atau SP atauSIAA yang dimiliki selama ini . Sesudahmendapatkan surat tanda registrasi, di-lanjutkan untuk mendapatkan surat izinpraktek atau surat izin kerja dari DinasKesehatan Kota / Kabupaten setempat.
Semua sarana kefarmasian harusmenerapkan standar kefarmasian, danmenyiapkan standar prosedur operasio-nal. Terutama yang baru adalahpekerjaan kefarmasian di apotik danpedagang besar farmasi. Kali ini,
kami tampilkan juga profil organisasiapoteker daerah, profil usaha apotik dalam skala besar dan info sehat men-genai pentingnya olahraga dan berapamenakjubkan sel kita. Juga informasilain mengenai aktivitas organisasikefarmasian.
Selamat membaca dan mema-suki bulan suci Ramadhan, bagi yang melaksanakan ibadah puasa.
PERKEMBANGAN KEFARMASIANDAN PERGURUAN TINGGI FARMASI
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 5/60
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 6/60
6 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
BAGI anggota IAI yang berminat untuk mendapatkan
Majalah MEDISINA dapat memesan langsung ke PT.
ISFI Penerbitan melalui fax. 021-56943842 atau e-mail:
ptisfipenerbitan@ yahoo.com, dengan mengirimkan bukti pembayaran + ongkos
kirim, atau bisa juga melalui Pengurus Daerah IAI masing-masing secara kolektif.
SAYA selalu antusias membaca
informasi dunia farmasi. Saya usul,
bagaimana kalau Medisina memuat
rubrik khusus tentang perkembangan
pengobatan secara herbal. Menurutsaya, saat ini pengobatan herbal cukup
banyak dilirik orang dan juga banyak
yang mendirikan industry obat herbal
di Indonesia.
MEDISINA menyambut baik
usulan tersebut, mudah-mudahan di
edisi mendatang kami bisa membuat
rubric khusus tentang obat herbal.
Terimakasih.
Mittha, S. Farm., Apt
Jakarta
SAYA pernah membaca bahwa PT
ISFI juga menerbitkan buku ISO
Farmakoterapi, apa beda ISO Indo-
nesia dan ISO Farmakoterapi? Untuk
majalah MEedisina, di Kudus saya
belum bisa mendapatkan majalah ini di
toko buku. Jika ingin berlangganan, ke
mana saya harus menghubungi?
Buku ISO Indonesia adalah buku
informasi obat yang meliputi informasi
indikasi, kontra indikasi, efek samping,kemasan dan dosis obat. Sedangkan
ISO Farmakoterapi berisi tentang
penjelasan penyakit lengkap mengenai
deskripsi, patofisiologi, manifestasi
klinis dan efikasinya. Keduanya memi-
liki penggunaan yang berbeda. Untuk
berlangganan Medisina bisa men-
ghubungi PT ISFI Penerbitan, Jalan
Wijaya Kususma No. 17, Tomang,
Jakarta, atau telp: 021-56943842.
Indra Okz
Kudus
PROFIL UTAMA Dini Kesuma, M.Si, Apt, walaupun
usianya masih relatif muda, 35 tahun
namun sudah menduduki jabatan
Wakil Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya. Kesungguhannya
dalam menjalani profesi pengajar
sebagai wujud idealime untuk
mengembangkan keilmuan
kefarmasian. Bagaimana kiat beliau
untuk turut serta mencetak generasiapoteker yang kompeten, simak di
halaman 8.
LAPORAN UTAMA 10 Tuntutan profesionalisme dari
para apoteker menjadi ukuran kan
kompetensi mereka. berkaitan dengan
kompetensi tentunya tidak lepas
dari peran serta lembaga pendidikan
yang menjadi rahim yang melahirkan
mereka. PP. 51 memberikan persfektif
yang lebih jelas, kemudin bagaimanadunia pendidkan kefarmasian
menghadapi itu semua. Sudahkah
saatnya menentukan arah?
WAWANCARA 16 Mencermati dunia pendidikankefarmasian agar bisa mengikutiperkembangan terkini. Bagaimana APTFI melihat keaadaan ini? Ikuti wawancara khusus dengan ketua
APTFI, Prof. Elly Wahyudin, Apt
TOPIK KHUSUS 19Diabetes merupakan penyaki karena pola
konsumsi yang tidak sehat. BagaimanaPenyakit ini terjadi, pencegahan danpengobatannya?
CPD 23CPD (Continuing ProfessionalDevelopment) di Majalah Medisinaadalah sebagai upaya untuk memberikanedukasi jarak jauh dengan rekan sejawatapoteker di Indonesia. Disertai materiyang cukup jelas serta ada kuis yang harus dijawab. Lumayan utuk menambahporto folio apoteker, karena bernilai
1 SKP bila berhasil menjawab semuapertanyaan yang diajukan. Jangan lupalihat pula petunjuk menjawab di halaman7. Untuk edisi ini disajikan tentang penyakit Asma.
PRAKTEK KEFARMASIAN29Implementasi Praktek Kefarmasian
dalam distribusi obat harus mengacupada CDOB, sebagai jaminan bahwa
obat bisa diterima oleh pasien
secara merata, taat waktu dan layak
dikonsumsi. Lihat uraiannya di
halaman 29.
DARI REDAKSI 04SURAT PEMBACA 07PENELITIAN 27
AGENDA 59 ALBUM 60KILAS BERITA 31KOLOM 35, 37, 52
TOKOH 38INFO PENDIDIKAN 40PROFIL PD 42PROFIL USAHA 44, 46INFO SEHAT 48
AGENDA 54 ALBUM 56FORUM KETUA IAI 58
0808
Daftar Isi
Foto Cover: Nunut Robiyanto
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 7/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 7
REDAKSI menyediakan ruang untuk para pembaca untuk menymbangkan tulisan baik itu
artikel, berita, kolom, dan sebagainya untuk dimuat di majalah MEDISINA. Tulisan yang
dimuat tetap selaras dengan visi dan misi majalah MEDISINA, sehingga kami dari redaksi
berhak untuk melakukan pengeditan seandainya dianggap perlu. Naskah dikirim via e-mail ke alamat ptisfipenerbitan@
yahoo.com. untuk informasi hubungi Redaksi MEDISINA telepon: 021-56943842, Untuk setiap tulisan yang dimuat
akan mendapatkan imbalan yang pantas dari Redaksi. Selamat berkarya dan terima kasih.
Surat Pembaca
Sertifikasi Apoteker
Saya lulusan apoteker UI tahun
1996. Sejak awal, saya belum per-
nah memiliki sertifikat kompetensi.
Dengan pemberlakuan Permenkes
No. 889, saya bermaksud untuk
mengurusnya. Di mana saya bisa
mengikuti sertifikasi tersebut?
Ambar,
JakartaSerti fi kat kompetensi dikeluar-
PENGURUSAN STRA APOTEKER
SETELAH keluarnya Permenkes No.889, apoteker diwajib-
kan untuk mengganti SP dan SIK menjadi SIPA dan SIKA,
dan sebelumnya mengurus STRA. Kami mencoba menan-
yakan kepada Dinas Kesehatan setempat soal pengurusan
STRA, tapi ternyata belum tersosialisasikan dengan baik,
bagaimana caranya mengurus? Mohon penjelasan, karena
waktunya sudah mepet, yaitu akhir 31 Agustus 2011?
Siti. S,
Jakarta
Permenkes tersebut memang baru keluar pada bulan Juni 2011,
dan sedang dalam tahap sosialisasi. IAI tengah gencar melakukan
sosialisasi. Ada baiknya mencari informasi tentang pengurusan secara
kolektif. PD IAI sendiri mengadakan pengurusan secara kolektif,
untuk hari, tanggal dan waktunya. Bisa di cek di website IAI www.
ikatanapotekerindonesia.net.
nesia edisi lama
Sekolah kami akan mengi-
kuti program akreditasi, dan kami
membutuhkan jurnal ilmiah untuk
kelengkapan akreditasi tersebut. Ju-
rnal Farmasi Indonesia yang kami
miliki hanya yang terbaru. Apakah
kami bisa memiliki jurnal terbitan
tahun 2006-2009?
Heri,
Jawa Tengah
Jurnal Farmasi Indonesia terbi- tan tahun 2006-2009 bisa di pesan
di PT. ISFI Penerbitan. Kami akan
cek stoknya, jika masih ada akan
kami kirimkan. Informasi lebih lanjut
hubungi PT. ISFI Penerbitan di 021-
56943842.
Naskah Hukum dan HAM
Apakah Medisina menerima
naskah atau tulisan mengenai hu-
kum dan HAM?
Resli,
Jakarta
Jika masih terkait dengan hukum
seputar kesehatan, kami dapat menerima
naskah tersebut. Silakan dikirimkan
ke email ptis fi [email protected]
dengan mencantumkan biodata penulis.
kan oleh organisasi profesi, dalam
hal ini adalah IAI. Untuk mengi-
kutinya, beberapa pengurus daerah
menjadwalkan untuk mengadakan
serti fi kasi dalam waktu dekat.
Anda bi sa be rt anya pada sekret ar -
iat IAI Pusat atau dengan melihat
jadwal se rt i fi kasi yang akan di-
upload di website IAI.
Pemesanan Jurnal Farmasi Indo-
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 8/60
8 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PROFIL UTAMA
Makin banyak generasi baru
apoteker (angkatan tahun
1990 ke atas) yang
mengambil peran untuk
menentukan arah dan orientasi dunia
kefarmasian Indonesia, baik di birokrasi,
industry farmasi, wiraswasta, lembaga
penelitian mau pun lembaga pendidikan
tinggi. Satu di antaranya Dini Kesuma,
M.Si, Apt, yang konsisten dan fokus
menjadi pengajar (dosen) untuk
ikut serta membangun masa depanapoteker Indonesia.
Perempuan enerjik kelahiran
Palembang 13 Februari 1975 ini, sejak
Juni 2011 menjabat Wakil Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Medisina berkesempatan mewawancarai
di ruang kerjanya, di kampus FF
Universitas Surabaya. Berikut petikannya.
Kenapa tertarik menjadi dosen?
Ini tuntutan idealism, untuk
mengembangkan ilmu kefarmasian dan
memperbaiki dunia kefarmasian Indo-
nesia melalui pendidikan tinggi. Juga,
bagaimana mempersiapkan apoteker yang
mampu menunjukkan jati diri, sebagai
profesi pemegang otoritas pelayanan
kefarmasian. Saya diberi kesempatan
bergabung dengan Fakultas FarmasiUniversitas Surabaya sejak tahun 1999.
Bagaimana pandangan Anda
tentang dunia kefarmasian diIndonesia?
Saat ini relatif makin jelas, arah
dan orientasinya makin fokus. Kami
yang ada di pendidikan makin mudah
mendisain profil apoteker, yang
memenuhi tuntutan perkembangan
jaman.
Bisa lebih dijelaskan?
Perkembangan jaman yang saya
maksud, antara lain tuntutan peraturan
perundang-undangan mau pun
tuntutan kebutuhan pasar kerja dan
dinamika praktek yang dihadapi dimasyarakat. Artinya, ketika peraturan
perundang-undangan menyatakan
bahwa apoteker adalah tenaga
kesehatan, mohon dicatat: tenaga
kesehatan yang dimaksud adalah
tenaga kefarmasian untuk melakukan
praktik kefarmasian, yang meliputipembuatan obat dan sebagainya,
sampai penyerahan obat dan pelayanan
informasi obat dan obat tradisional.
Jadi, dari sejak pembuatan obat.
Dengan luasnya cakupan praktik
kefarmasian dari hulu ke hilir,
bagaimana pendidikan tinggi
mengantisipasinya?
Ya, tetap kita beri pilihan-pilihan.
Misalnya apoteker yang berminat di
industri farmasi, kita fasilitasi dengansemacam peminatan ke industri farmasi.
Kalau mahasiswa berminat di klinik, kita
fasilitasi untuk peminatan di klinik. Yang
jelas, tidak bisa dipaksakan. Yang paling mungkin dilakukan adalah memfasilitasi
dengan memberikan pilihan-pilihan.
Mana yang paling sesuai, silakan dipilih.
Meski pun pada akhirnya, belum tentu
pilihan peminatan akan menentukan
seseorang bekerja di mana. Yang jelas,
di mana pun nanti apoteker berpraktik,
kompetensi minimal yang diperlukansudah terbangun saat masih kuliah.
Menurut saya, inilah tugas pokok
pendidikan tinggi farmasi.
Bisa diberikan contoh?
Ketika mahasiswa memilih
minat untuk ke klinik, mereka diberi
mata kuliah yang terkait dengan
segala sesuatu yang terkait dengan
kompetensi apoteker untuk bekerja
“Perlu Ketegasan Arah Pendidikan
Tinggi Farmasi Indonesia”
Dini Kesuma, M.Si, Apt
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 9/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 9
PROFIL UTAMA
sebagai klinisi. Kalau nantinya dia
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di pemerintahan, tidak masalah.
Juga kalau bekerja di industri farmasi.
Apakah hal itu menunjukkanketidak-konsistenan?
Bukan begitu. Pendidikan tinggi
hanya sekedar memfasilitasi untuk
membangun kompetensi, sesuai
tuntutan standar kompetensi untuk
dapat memenuhi tuntutan standar
pelayanan yang ditentukan peraturan
perundang-undangan. Perkara
kemudian apoteker belajar sendiri dan
mampu berkompetisi di luar minatnya,tergantung masing-masing orang. Kan
nggak bisa dilarang, misalnya apotekerbekerja sebagai bankir atau menjadi
artis; itu contoh ekstrimnya.
Perlukah ada ketegasan untuk
pilihan-pilihan tersebut? Artinya,
yang memilih klinik komunitas
tidak boleh menyeberang bekerja
sebagai apoteker di industri
farmasi?
Mestinya begitu, sehingga lebih
jelas arah dan fokusnya. Faktanya,
banyak yang memilih minat klinik komunitas tapi kemudian bekerja di
industri farmasi. Hal ini tidak akan
terjadi, manakala standar kompetensi
betul-betul diterapkan untuk
rekruitmen. Artinya, ketika persyaratan
rekruitmen tegas bahwa apoteker
dengan konsentrasi dan minat ke
industri yang boleh memasukkan
aplikasi ke industry, apoteker yang
minat dan konsentrasi di klinik dan
komunitas tidak boleh mengajukan
aplikasi. Demikian sebaliknya.
Apakah hal itu tidak berarti
membatasi ruang kerja apoteker?
Saya kira, itu konsekuansi logis atas
sebuah pilihan. Hampir sama dengan
spesialisasi dokter. Kalo dokter sudah
memilih spesialis tertentu misalnya
THT (telinga hidung tenggorokan),
kalau nanti ternyata spesialis ini sepi
pasiennya dibandingkan internis
(spesialis penyakit dalam), tidak boleh pindah dong. Saya kira adil.
Dibutuhkan ketegasan arah pendidikantinggi farmasi Indonesia; mau dibawa
kemana? Apakah berorientasi pada
sains dan teknologi atau klinik dan
komunitas, atau kedua-duanya dengan
berbagai ketegasan aturan? Sehingga,
kami yang ada di perguruan tinggi
farmasi mudah untuk memenuhi
tuntutan, lulusan PTF harus memiliki
kompetensi seperti apa. Kami tinggal
memenuhi. Kebutuhan dan tuntutan
dunia kerja seperti apa, kami siap
untuk mencetak.
Bagaimana tentang model
pembelajaran early exposure?
Itu yang sejak awal kami upayakan
dan perlahan-lahan kami terapkan,
bagaimana calon apoteker sejak
awal dikenalkan dengan fenomena-
fenomena yang akan dihadapi di dunia
kerja. Ketika akan bekerja sebagai
klinisi, calon apoteker harus dikenalkan
dengan fenomena klinik sejak dini
(early exposure). Misalnya, bagaimana
ketika praktikum biokimia calonapoteker menganalisis sampel yang
ada dalam cairan biologis seperti urin,
darah, air liur dan sebagainya. Dengan
demimkian, calon apoteker memahami
bukan sekedar menemukan sampel
yang ada di cairan biologis, tapi mampu
menganalisis dan memahami makna
sampel di cairan biologis tersebut.
Demikian juga untuk apoteker yang
berminat di sains dan teknologi.
Bisa lebih diperjelas?Dengan memahami fenomena
klinik sejak dini, nantinya apoteker
mampu berkomunikasi dengan
kerangka berpikir, persepsi dan bahasa
yang sama dengan tenaga kesehatan
lain, utamanya dokter dan perawat,
sehingga mampu berkolaborasi untuk
fokus pada kepentingan pasien. Dengan
begitu, tujuan intervensi medis dan
intervensi farmakoterapi akan tercapai.
Ini yang selama ini tidak dipersiapkan
oleh pendidikan tinggi. Pendidikanapoteker tidak disiapkan untuk
bagaimana apoteker berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lain.
Harapan Anda untuk memperbaiki
dunia kefarmasian di Indonesia?
Peraturan perundangan yang
mengatur praktik kefarmasian sudahjelas, dan sekarang ini kesadaran
profesi apoteker sedang dalam
kondisi optimum. Saya berharap,
stake holder kefarmasian di Indonesiabersatu padu, bahu-membahu untuk
memajukan profesi apoteker. Jangan
sampai, perbedaan latar belakang dan
cara pandang, apalagi kepentingan
pragmatis beberapa orang apoteker
terutama yang mempengaruhi hajat
hidup banyak apoteker, mengalahkan
tujuan yang lebih besar yaitu kemajuan
dan masa depan apoteker Indonesia
(nun)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 10/60
10 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
Pendidikan Tinggi Farmasi di
Indonesia, hampir seusiarepublik ini. Adalah UniversitasGadjah Mada, Jogjakarta, yang
pertama kali memiliki perguruan tinggifarmasi. Pada 27 September 1946,di Klaten resmi dibuka “Perguruan Tinggi Achli Obat / PTAO” olehKementerian Kesehatan RI. Inilah cikalbakal Fakultas Farmasi UGM.
Sebelum masa reformasi tahun1998, pendidikan tinggi farmasi (PTF)tidak lebih dari 20, yang berupa fakultas
Pendidikan Farmasi
di Persimpangan JalanPendidikan t inggi farmasi
seperti di simpang jalan:
mencetak apoteker sebagai
tenaga kesehatan atau
scient ist? Sebenarnya, kedua
hal tersebut merupakan dua
sisi mata uang yang tak dapat
dipisahkan.
LAPORAN UTAMA
mau pun jurusan (bagian dari FakultasMIPA). Seiring dengan deregulasi dandebirokratisasi yang dipicu semangatreformasi, pendidikan tinggi farmasibermunculan bagai cendawan di musimhujan.
PTF ada yang bernaung di bawahperguruan tinggi negeri (PTN) danmenjadi fakultas tersendiri, atau diperguruan tinggi swasta (PTS) ternamadengan fasilitas yang serba lengkap dan
mutakhir, sampai PTS yang statusnya“samar-samar” dengan fasilitas apaadanya. Pada perkembangannyaIKIP (Institut Keguruan dan IlmuPengetahuan) yang kemudian berubahmenjadi universitas, juga ada yang membuka fakultas atau jurusan farmasi.Beberapa Institut Agama Islam Negeri(IAIN) yang kemudian berubah menjadiUniversitas Islam Negeri (UIN) juga adayang membuka program studi farmasi(bernaung dibawah fakultas MIPA mau
pun ilmu kesehatan).Sah-sah saja, memang dan tidak
ada yang salah. Namun, pertumbuhanPTF secara besar-besaran yang diikutipertumbuhan mahasiswa dan lulusanPTF, menimbulkan masalah tersendiri.Masalah yang muncul antara lain: 1) Tidak adanya batasan penerimaanmahasiswa, sehingga orientasi PTF(terutama swasta) hanya sebatasmenghasilkan keuntungan ekonomi
yang setinggi-tingginya. Fasilitas yang disediakan sangat memprihatinkan,namun mahasiswa setiap angkatanselalu di atas 300 orang. 2) Tidak tegasnya aturan main pola pembelajaranPTF, sehingga ada PTF yang membukaprogram akhir pekan ( weekend ). 3) Tidak semua PTF boleh menyelenggarakanpendidikan profesi apoteker. Artinyaprogram studi farmasi hanyamengahsilkan sarjana farmasi, belummenjadi apoteker. Selama ini yang boleh
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 11/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 11
yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upayakesehatan.
Menurut Dekan Fakultas FarmasiUGM yang juga Wakil Ketua APTFI
(Asosiasi Pendidikan Tinggi FarmasiIndonesia) Prof. Dr. Marchaban, DEA, Apt, disain pendidikan tinggi farmasi diIndonesia memang berat ke sains danteknologi, bukan berbasis klinik. Namunjangan lupa, Peraturan PemerintahNo.51 tahun 2009 menyebutkan bahwapekerjaan kefarmasian yang harusdilakukan oleh apoteker, bukan hanya difasilitas pelayanan. Tapi juga di fasiltasproduksi obat (kosmetika dan obattradisional) termasuk quality control (QC)dan quality assurance (QA) dan di fasilitas
distribusi. Artinya, science and technology
farmasi tidak boleh dinafikan. Itukarena ketika apoteker bekerja sebagaitenaga kesehatan di industri farmasi,penguasaan sains dan technology adalah mutlak. Jadi, menurut Prof.Marcahaban, “Tidak bisa dikutubkanantara apoteker sebagai tenagakesehatan an sich , dengan apoteker yang harus menguasai sains dan teknologi.”
Ketika disinggung tentang bebanSKS bagi mahasiswa calon apoteker,karena harus menguasai ilmu dankeahlian berpraktek sebagai tenagakesehatan dengan penguasaan sains danteknologi, Marchaban mengakui bebanmahasiswa menjadi sangat berat. Hal iniharus dipikirkan oleh para pemangkukepentingan dunia farmasi di Indonesia.
Sementara menurut Dr. Daryono, Apt, Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), ITB yang sejak awal konsen di sains dan teknologimulai mengembangkan klinik bagi
calon apotekernya. “Kami menyadaribahwa apoteker ujung-ujungnyayang dikelola adalah, bagaimana obatdigunakan oleh manusia bukan sekedarbagaimana membuat obat,” ujarnya.
Perdebatan tentang orientasi PTFapakan akan menjadikan apotekersebagai tenaga kesehatan atau sebagaiscincetist, sudah terdengar sejak awal1990-an. Hal itu dimulai denganpertanyaan tentang polivalensi PTF,yang waktu itu ilmu farmasi berada
dalam konsorsium ilmu-ilmu MIPA.Namun, perdebatan itu hilang denganberjalannya waktu. Perdebatandapat dimaklumi, karena tuntutanpasar kerja apoteker kebanyakan di
bidang pelayanan (apotek, rumahsakit). Namun, materi pembelajaranpendidikan S1, hampir semua terfokuspada sains dan teknologi.
Perdebatan menghangat dengankeluarnya UU No.36 tahun 2009tentang Kesehatan, dan PP No51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian. Perdebatan kianmemuncak dengan hasil studi persiapanproyek oleh World Bank untuk HPEQProject. Disebutkan adanya disconnect(tidak nyambung) antara tataran ideal
dan kenyataan ( disconnect between ideals and reality ). Antara lain, terjadi ketidak-nyambungan antara kurikulum PTFdengan kebutuhan kompetensi lulusan.
Namun, ketegangan perlahan-lahan cair dengan berbagai pertemuanintensif yang dilakukan untuk persiapanHPEQ Project, antara stake holderkefarmasian di Indonesia.
Dr. Umi Atijah, MS, Apt, DekanFakultas Farmasi Universitas Airlangga,Surabaya, mengatakan, “Unair sejak awalmendisain lulusannya menjadi apoteker,yang memiliki karakter dan kompetensisebagai tenaga kesehatan.” Ini antaralain karena kelahiran Fakultas FarmasiUnair, merupakan bagian tak terpisahkandari Fakultas Kedokteran Unair. Walautidak menutup kemungkinan lulusannyabekerja di industri farmasi, sejak awalUnair mencetak apoteker sebagaitenaga kesehatan. PKL/PKPA diPuskesmas sudah sejak lama ada, untuk mengantisipasi perkembangan pelayanankefarmasian sampai tingkat Puskesmas.
Sementara itu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt, Dekan FakultasFarmasi Universitas Hasanuddin sekaligusKetua APTFI mengatakan, pendidikantinggi farmasi memang mencetak apotekersebagai tenaga kesehatan.
“Namun, jangan lupa bahwaprofesionalisne harus berbasis ilmiah. Artinya, jangan sampai kita mengejar polapembelajaran apoteker untuk praktek sebagai tenaga kesehatan, tapi background ilmiahnya lemah,” katanya. (Nun)
LAPORAN UTAMA
mnyelenggarakan program apotekerhanya PTF yang terakreditasi A dan B.
Ketua Umum Pengurus PusatIkatan Apoteker Indonesia (PPIAI) M. Dani Pratomo menyatakan,
pertumbuhan yang tidak seimbang antara input dan output baik antara S1mau pun apoteker, akan menimbulkanfenomena bottle neck. Kalau input yang masuk besar sementara yang keluarkecil, akan menimbulkan tekanan danmenimbulkan masalah yang serius.
“Ketika input mahasiswa S1 farmasisekitar 150 rata-rata per PTF per tahun,maka akan ada mahasiswa farmasihampir 70 ribu dari 65 PTF yang ada,”katanya. Sementara, yang tertampung dalam program pendidikan apoteker
hanya sekitar 4.000-an. Pertanyaannyabagaimana dengan 6.000 lulusan S1farmasi?
Menurut Dani, keadaan ini perludipahami semua stake holder farmasi.Belum lagi masalah bahwa hanya PTFterakreditasi A dan B, yang bolehmenyelenggarakan program profesiapoteker. Di sisi lain, lulusan PTF yang tidak memiliki program apoteker bolehmelanjutkan program profesi apoteker diPTF A dan B. Masalahnya, lulusan PTFyang tidak memiliki program profesiapoteker, sejak awal tidak terdisainsebagai apoteker. Di jenjang S1 merekabelajar di laboratorium, dan begitumelanjutkan lulus dari program profesiapoteker harus melayani pasien.
“Bila tidak memahami filosofi danruh pelayanan ( pharmaceutical care ), inikan tidak fair. Sementara kalau adamasalah terkait liability (tanggung gugat)terkait pekerjaan sebagai apoteker, IAIyang dimintai pertanggungjawaban,”ujar Dani.
Ia juga mempertanyakan, bagaimanakomitmen pengelola PTF terhadapUndang Undang No.36 tahun 2009tentang Kesehatan, dan PP 51 tahun2009 tentang pekerjaan kefarmasian.Disebutkan bahwa apoteker adalahtenaga kesehatan yang menurut definisiUU No.36, tenaga kesehatan adalahsetiap orang yang mengabdikan diridalam bidang kesehatan serta memilikipengetahuan dan/atau keterampilan,melalui pendidikan di bidang kesehatan
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 12/60
12 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
LAPORAN UTAMA
Pengetahuan dan ketrampilanmengobati, merupakan suatupekerjaan yang mulia. Demikianmulianya pekerjaan ini,
membuat Hippocrates, ahlipengobatan Yunani kuno dan
penulis 75 buku-buku obat-obatan,menciptakan sumpah bagi merekayang dianggap sudah ahli, sebelummelakukan praktek pengobatan.Sumpah itu masih diikuti di seluruh
dunia hingga kini oleh profesi
Perjalanan Panjang
Ilmu Kefarmasian
kesehatan, yang disebut sumpahprofesi.
Sediaan farmasi berkhasiat, sudahlama digunakan dalam pengobatan.Obat alami yang digunakan sejak awalperadaban di dunia, adalah opium
(candu). Obat tersebut telah digunakan3000 tahun SM, sejak kerajaanpertama di dunia yaitu Babylonia. Pada2000 tahun SM, pengobatan alamimenggunakan opium juga digunakan
di Mesir. Fakta ini ditemukan pada
Papyrus Eber, tulisan pada kuburanMummy raja-raja Mesir yang juga berisi800 formula obat-obatan dan 700 obat-
obatan berbeda.Di Yunani, obat-obatan yang
berasal dari alam juga digunakan olehDioscorides (ahli botani Yunani padaabad kesatu Masehi). Hal ini ditulis
dalam buku obat-obatan alami “Materia
Medica”. Penyalahgunaan penggunaanopium telah menyengsarakan penduduk Cina 150 tahun yang lalu, danmenimbulkan dua kali peperangan di
negeri itu. Dan saat ini, penggunaanopium menimbulkan kesengsaraan padaanak-anak Afganistan.
Menurut sejarawan Phillip K Hitti, saat Eropa masih dalam zaman
peradaban kegelapan, apotik pertama didunia didirikan. Apotek itu berdiri tahun754 M di kota Bagdad, dipimpin oleh
apoteker. Sedangkan, apotik pertamadi Eropa baru berdiri pada abad ke-14,
didirikan di Inggris, dipimpin olehapoteker Geofrey Chancer.
Badan Pengawas Obat pertamaberdiri didirikan di Bagdad, dengannama Al Muktasib pada abad ke-8Masehi. Sejak itu, ilmu pengobatan
semakin berkembang. Ibnu Sina,seorang ahli pengobatan dari Persiatelah menulis buku yang berisi700 macam cara membuat obat,
peralatan dan khasiat obat. Bukutersebut bernama Qanun fi Thib, telahditerjemahkan ke dalam bahasa Inggrismenjadi Canon of Medicine.
Tentu, semua pengetahuan itumenjadi bahan pelajaran pendidikan
farmasi pada masanya. Sampaipertengahan abad ke-20, pengetahuantentang tanaman obat merupakanpelajaran utama pendidikan farmasi.(amd)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 13/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 13
LAPORAN UTAMA
Pendidikan Farmasi
Internasional
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt, pada ceramahnya di MakaraUI, 26 Februari 2011, tentang pendidikan kefarmasian di luarnegeri menyampaikan ulasan tentang perkembangan dunia pendidikankefarmasian di dunia. Di AmerikaSerikat, pendidikan tinggi farmasiterdiri dari 2 tahun pendidikan umumditambah 3 tahun pendidikan diploma.Lulusannya disebut sebagai Pharm
Diploma . Ditambah 1 tahun praktek,maka akan lulus sebagai pharmacist(apoteker).
DI Jerman, pendidikan tinggi
farmasi terdiri dari sekolah farmasi 4tahun, akan lulus sebagai bachelor. Jikaditambah training lanjutan 1 tahun, akanlulus sebagai pharmacist (apoteker). Halyang sama terjadi di Inggris, Australiadan Malaysia, di mana pendidikanfarmasi ditempuh dalam waktu 4tahun, untuk mendapatkan sebutansebagai bachelor. Kemudian ditambahsatu tahun training lanjutan, untuk mendapatkan gelar pharmacist. Begitupula di Philipina, di mana pendidikanfarmasi ditempuh dalam 4 tahun, dandibutuhkan 960 jam praktek di rumahsakit, farmasi komunitas dan industrifarmasi, untuk mendapatkan gelarpharmacist.
Berbeda dengan Jerman dan Aurtralia, di Perancis pendidikantinggi farmasi terdiri dari 5 tahunsekolah farmasi dan akan lulus sebagaibachelor. Jika ditambah 1 tahun
praktek, akan lulus sebagai pharmacist(apoteker). Jepang memiliki sistemyang sedikit berbeda; pendidikanfarmasi ditempuh dalam waktu 6 tahun,dan gelar yang didapatkan langsung sebagai pharmacist. Secara umum,lama pendidikan farmasi di luar negerisampai menjadi seorang pharmacisthampir sama di setiap negeri.
Jika dikelompokkan, kurikulumpendidikan tinggi farmasi terdiri dari 5kelompok keilmuan yaitu: kelompok life
science, industrial pharmacy, pharmaceutical science, clinical science dan social science .Setelah itu, dilanjutkan praktek/magang pada farmasi komunitas, farmasi rumahsakit, industri farmasi serta farmasipemerintah.
Pendidikan Farmasi Indonesia
Di Indonesia, tercatat 66 Perguruan Tinggi Farmasi (PTF) yang memilikikeberagaman. PTF akreditasi A sebanyak 13 perguruan tinggi
dengan jumlah mahasiswa S-1 sekitar10.487 mahasiswa atau rata-rata 807mahasiswa per perguruan tinggi. PTFakreditasi B sebanyak 14 PTF, denganjumlah mahasiswa sebanyak 8005mahasiswa dari 13 PTF, atau rata-rata616 mahasiswa per PTF. Jumlah PTFakretitasi C sebanyak 25 PTF, denganjumlah mahasiswa yang diperolehdari 17 PTF 1.0294 atau rata-rata 605mahasiswa per PTF. Sedang PTFyang belum terakreditasi sebanyak 14 perguruan tinggi, dengan jumlahmahasiswa yang diperoleh datanya dari7 PTF, 1.725 mahasiswa atau rata-rata246 mahasiswa per PTF.
Ada perguruan tinggi farmasi swastadengan akreditasi C jumlah mahasiswaprogram S 1 nya pada Januari 2011sebanyak 3.549 orang atau rata-rataper tingkat 870 orang, bagaimanakemampuan labolatoriumnya?Bagaimana cara praktikumnya danhanya memiliki lima laboratorium.
Potret Pendidikan
Farmasi IndonesiaJumlah lulusan PTF di Indonesia meningkat pesat. Kita kalah
dibanding China dan India, yang sudah mampu memroduksi
bahan baku.
FAKULTAS FARMASI UGM
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 14/60
14 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
Bukankah seharusnya kalauakreditasinya C penerimaan mahasiswalebih sedikit dari B apalagi A, suatu
fenomena yang akreditasi A menerimamahasiswa baru di bawah 200 yang akrefitasi C rata-rata di atas 800.
Melihat dari data di atas, jikadibandingkan, maka jumlah rata-ratamahasiswa PTF-A ditambah PTF-Bsekitar 19.111 mahasiswa. Hampirsama dengan jumlah mahasiswa PTF-Cditambah PTF D(X) yaitu 18.210mahasiswa.
Sesuai dengan aturan yang berlakudi Indonesia, PTF yang belum
terakreditasi belum boleh meluluskansarjana sendiri. Maka, sekitar 14 PTF(swasta) yang belum terakreditasi harusberusaha untuk mendapatkan akreditasiminimal C. Jika tidak, mahasiswa PTFini harus ikut ujian sarjana ke PTF-C.Syarat yang berbeda berlaku untuk program apoteker. PTF-C belum bolehmenyelenggarakan sendiri programprofesi Apoteker. Sehingga, mahasiswadari PTF-C harus mengikuti program
profesi apoteker di PTF-B. Ada perguruan tinggi farmasi
negeri yang belum terakreditasi telahmeluluskan sarjana S 1. Bolehkah diamengikuti program apoteker? Kalauboleh tetapi menyimpang dari aturan APTFI, apa dan bagaimana sangsinya?
SDM dan Fasilitas Pendidikan
Universitas Gajah Mada, sebagaipendidikan tinggi farmasi tertua yang berdiri sejak 1946, memiliki sekitar 80tenaga pengaja yang terdiri dari sarjanastrata-3 dan strata-2. Disamping itu,
terdapat fasilitas laboratorium danperpustakaan dengan buku yang lengkapserta tempat belajar yang nyaman. Tidak berbeda jauh dengan UGM,ITB memiliki fasilitas pendidikan,labolatorium dan perpustakaan yang sangat memadai. Ditambah tenagapengajar, yang hampir seluruhnyaberpredikat S-3. Universitas Indonesiadan Universitas Airlangga punmemfasilitasi mahasiswanya dengan
fasilitas yang memadai.Bagaimana dengan PTF lainnya?
Ada yang hanya memiliki resources 6M
dan sumber dayanya minim. Walau punmengadakan proses belajar di gedung bertingkat, tapi fasilitas pendukungnyakurang. Dari segi input dan prosespendidikan, sumber daya PTF-C danPTF-D(X) jauh berbeda dengan PTF-Adan B. Dapat dipastikan, output yang dihasilkan juga berbeda. Namun, padaakhirnya, semua sarjana farmasi darisemua PTF akan lulus sebagai apoteker.Mirisnya, kalau pun ada masalahdengan ketidaklulusan, berbagai proses
yang mempermudah bisa ditempuh.Misalnya, pergantian penguji padaHER ujian. Sehingga, apoteker yang awalnya tidak lulus sama-sama bisamengucapkan sumpah apoteker. Yang menjadi pertanyaan lagi apakah bisasarjana perguruan tinggi faramasi negeritapi belum terakreditasi mengikutiprogram apoteker pada perguruantinggi dengan akreditasi A atau B baik negeri atau swasta?
LAPORAN UTAMA
Pengambilan Sumpah Apoteker. Siapkah mereka mengabdi kepada Masyarakat sesuai Sumpah yang mereka Ucapkan?
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 15/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 15
Lahore - Punjab University - University College of Pharmacy - Exterior
SEKOLAH FARMASI INTERNASIONAL- UA COLLEGE OF PHARMACY
Dilihat dari segi kuantitas apotekeryang dihasilkan, diperkiraan jumlahmahasiswa S1 pada awal 2011 ini ada37.387 mahasiswa dari 65 PTF. Jikajumlah calon apoteker saat ini 4000
orang, maka pada awal tahun 2016,jumlah apoteker akan bertambahmenjadi 41.387. Jika apoteker saatini 30.000 orang, maka pada tahun2016 jumlah apoteker di Indonesiasekitar 70.000 orang. Jumlah ini belumtermasuk lulusan Diploma 3, yang seba-gian akan melanjutkan ke program S-1.
Semua itu berhubungan juga dengankenaikan jumlah penduduk Indonesia,yang dalam 1 tahun bertambah 4,4 jutaorang. Diperkirakan jumlah penduduk
Indonesia di tahun 2016 akan melonjak di angka sekitar 270 juta. Dengankuantitas sebanyak 70.000 apoteker,diperkirakan satu apoteker rata-rataakan melayani 3.857 orang. Dari segikuantitas jumlahnya cukup signifikan,tapi dari kualitas dapat menimbulkanmasalah. Terlebih jika sebagian apotekerdiharapkan ikut mendampingi dokter dirumah sakit dan puskesmas.
Muncul pertanyaan: apakahpertumbuhan perguruan tinggi farmasi
yang cepat dalam satu dekade ini, suatudilema atau fenomena? Apakah inisebuah oportunitas atau oportunisme? Jika produk perguruan tinggi farmasidimaksudkan untuk tenaga farmasikomunitas, bukan farmasi klinismendampingi tenaga medis lainnya, atau
diperuntukkan di industri bahan bakudan manufacturing , maka tenaga farmasiyang dicetak PTF dengan fasilitasminim perlu peningkatan dan evaluasi.Nasib PP No. 51/2009 sama dengannasib “kakaknya” PP No. 25/1980.
Saat ini, Indonesia bisa dikatakantertinggal dari negara tetangga. Tidak dipungkiri, negara tetangga memilikikeunggulan dari segi kedisiplinan, taatpada aturan dan melaksanakan etika.Sama halnya dengan pendidikan, jikadulu mereka yang berguru pada kita,kini kita yang belajar kepada mereka.
Sekitar seperempat abad silam,Cina menempati posisi pertama jumlahpenduduk terbesar di dunia, disusul
oleh India. Indonesia berada padaurutan ke lima. Pada masa itu, Cina,India dan Indonesia adalah konsumenyang baik untuk bahan baku obat. Saatini, dengan urutan jumlah penduduk yang sama, kecuali Indonesia yang menduduki posisi 4 terbanyak, ternyataCina dan India berkembang sangatpesat. Cina dan India meninggalkanIndonesia dalam segi industri farmasi.
Mereka tidak lagi menjadi konsumenbahan baku, tapi mampu memroduksibahan baku. Apakah karena sistempendidikan farmasinya berubah, ataukebijakan pemerintahnya yang lebihsenang membuat sendiri daripadamembeli. Atau, semangat juang farmasisnya berbeda dengan kita, atauada sebab lain?
Ada suatu kemajuan yang menyimpang, yaitu bangsa kitayang bukan lulusan pendidikan
tinggi farmasi, sudah banyak yang bisa melakukan sintesa membuatmethamfetamin dari ephedrine.Bahkan, dapat membuat berbagaiformula extacy dari amfetamin ataukofein saja. Para pengatur, pembina,pelaksana dan para pengguna produk tenaga kefarmasian barangkali sudah waktunya memikirkan kesenjangandi atas. Bagaimana cara menciptakanproduk lulusan yang berkualitas dalamsegala hal. (amd).
LAPORAN UTAMA
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 16/60
16 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
WAWANCARA
Mencermati kondisi
pendidikan tinggi farmasi
Indonesia, tidak lepas dari
sosok Prof. Elly wahyudin,
Apt, Ketua APTFI periode sekarang.
Berikut petikan wawancara Medisina
dengannya, di sela acara HPEQ
(Health Professional Educatiaon
Quality) di Hote Holliday Inn,
Bandung, April 2011.
Bagaimana desain pendidikan
farmasi di Indonesia saat ini?
Sekarang, di Indonesia
ada 63 program studi yang
menyelenggarakan pendidikan
farmasi D3, S1 mau pun program
profesi apoteker, atau S2 dan
S3. Tujuan akhirnya adalah
melahirkan lulusan yang mampu
memperbaiki pelayanan kepada
“Banyak Peluang yang Dapat
Dikembangkan Profesi Apoteker”masyarakat. Bukan hanya pelayaan
dalam hal kesehatan, tetapi melayani
kebutuhan masyarakat di bidang-
bidang lain, misalnya lingkungan.
Pelayanan kefarmasian tidak hanya
kepada pasien. Harus dipikirkan bahwa
dampak orang yang mengonsumsi obat
akan mengeluarkannya, dan pasti akan
berdampak pada lingkungan.
Saya mengharapkan, spesialisasikefarmasian tidak mengikuti pada
spesialisasi yang mengarah seperti
halnya kedokteran seperti penyakit anak,
penyakit dalam dst. Bedanya farmasi
dan kedokteran adalah penguasaan akan
bahan. Kalau pelayanan kepada pasien
adalah, bagaimana kegunaan akan bahan
tersebut. Di situ masalahnya. Bila bicara
tentang penyakit, kita harus melihat dari
segi pengendalian bahan, maka tidak
akan bertabrakan dengan pelayanan yang
dilakukan dokter. Kompetensi utama kita
adalah penguasaan akan bahan. Misalnya,
sebagai apoteker saya bisa menerangkan
parasetamol yang tidak memikiki efek
analgesic, karena kita bisa membuat
formulasi yang diinginkan, karena kita
menguasai tentang bahan-bahan tersebut.
Pada dasarnya, penguasaan apoteker
adalah penguasaan akan bahan baku?
Pemahaman inilah yang sering
membuat saya, sering berseberangandengan rekan-rekan lain. Saya tidak ingin
menjadi seolah-olah seperti dokter, karena
kita sebagai apoteker penguasaannya
tentang bahan. Apoteker sangat menguasai
pengetahuan tentang bahan-bahan
tersebut. Hanya dari sisi itu kita tidak akan
bertabrakan dengan dokter. Tetapi, hal ini
selalu menjadi kontroversi.
Sejauh ini, metode pendidikan yang
diberikan sudah mengarah pada hal
Prof. Elly Wahyudin, Apt, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI)
Prof. Elly wahyudin bersama Ibu Dra. Sri Indrawaty, M.Kes,Apt (Dirjen Binfar dan Alkes)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 17/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 17
WAWANCARA
tersebut?
Pengetahuan dasar di S1 tentang
bahan sudah diberikan. Di jenjang
pendidikan profesi, kita mengenalkan
bagaimana pengetahuan tersebut
dapat disampaikan. Sayangnya, masih
banyak yang mengalami pengulangan,
bukan hanya di sektor pelayanan,
juga di industri. Untuk pendidikan
profesi, harus lebih banyak pemberian
soft skill. Seperti komunikasi, sebagai
bekal untuk berinteraksi dengan orang
lain; manajemen untuk mensinergikan
semua pengetahuan yang dimiliki.
Jadi, bila ditanya tentang
kompetensi yang diperlukan,
sesungguhnya mereka sudah punya. Yang belum optimal adalah soft
skill yang diperlukan. Sekarang, kita
sudah berupaya mengarah ke sana,
pengajaran teori sudah dikurangi. Di
pengajaran profesi, lebih banyak pada
bekerja dan bertindak, melalui melihat
di industry, rumah sakit dan apotek.
Sayangnya, kita melihat IAI dan IPTFI
seakan-akan tidak bersatu. Padahal,
kita semua sama-sama IAI. Hanya
saja, yang di IPTFI lebih konsen di
pendidikan. Kalau bersatu, hasilnyaakan maksimal.
Cukupkah hanya dengan 2
semester pendidikan apoteker
dapat menghasilkan lulusan yang
kompeten?
Pengajaran apoteker, harusnya
pendidikan lanjutan dari pendidikan
farmasi, yang menitik beratkan pada
penguasaan akan soft skill , bagaimana
teori-teori tersebut diimplementasi.
Mengapa tidak diarahkan sejak
pendidikan di S1?
Banyak sekali materi yang
perlu didapatkan di S1. Ada empat
pilar, yaitu di pengetahuan fisika,
matematika, kimia dan biologi. Mreka
harus kuat di dasar-dasar pengetahuan
tersebut. Dan tidak semua lulusan S1
farmasi ingin melanjutkan pendidikan
ke profesi apoteker. Ada yang memilihmelanjutkan ke S2, atau pindah ke
pendidikan ekonomi, dan lain-lain.
Berkaitan dengan PP.51, bukankah
itu peluang yang bagus untuk
profesi apoteker?
Menurut saya, peluang jangan
dibatasi. Ke depan, saya melihat bahwa
jumlah orang sakit akan berkurang
dibanding orang sehat. Karena itu,
apoteker kompetensinya adalah
menguasai tentang bahan; dia bisaberbicara tentang makanan, kosmetik.
Itu semua untuk orang-orang sehat.
Menurut saya, pekerjaan kefarmasian
adalah pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan dan zat aktif. Jadi, tidak
hanya bekerja di apotik, industri,
rumah sakit. Masih banyak tempat
yang bisa jadi wilayah kerja kita.
Apakah pendidikan S1 Farmasi
sudah sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan?
Ini yang harus dipikirkan oleh
komunitas pendidikan. Perlu diatur,
bagaimana kompetensi sarjana farmasi
dan kompetensi apoteker. Ini perlu
diatur, agar jangan sampai sarjana
farmasi lebih pintar dibandingkan
apoteker. Hal ini sedang kami susun.
Bagaimana dengan kecenderungan
bahwa lulusan apoteker tidak siap
bekerja?Persoalan orang baru jangan
disamakan dengan orang lama. Lulusan
saat ini penguasaan keilmuannya lebih
bagus dibandingkan dulu, karena
telah mendapatkan pengembangan-
pengembangan keilmuan yang terbaru,
terutama dalam berargumentasi.
Jangan membayangkan bahwa mereka
sama dengan yang lama. Mereka
butuh adaptasi dengan lingkungan dan
lapangan pekerjaan yang baru. Mereka
sudah mampu melakukan pekerjaankefarmasian, namun tidak selincah
lulusan yang sudah berpengalaman.
Jadi, apa yang perlu ditingkatkan
dari lulusan tersebut?
Perlu membuka wawasan, karena
mereka cenderung eksklusif. Menurut
saya, makin heterogen maka kita
makin kuat. Perlu ada dinamika dalam
pengetahuan yang bisa meningkatkan
kemampuan kita.
Ada kondisi bahwa lulusan
apoteker kurang percaya diri
ketika berinteraksi dengan profesi
kesehatan lain, misalnya dengan
dokter. Pendapat Profesor?
Kenapa hal tersebut terjadi,
karena yang bersangkutan tidak tahu
apa yang harus dikuasai. Apoteker
kekuatannya adalah penguasaan akan
Bersama Drs. Johannes Setijono, Apt dan Istri pada acara Kongres Ilmiah IAI di Makassar.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 18/60
18 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
bahan. Bila dia menguasai, maka akanpercaya diri dalam menghadapi dokter,
pasien dan orang lain. Yang kedua,
kita jarang melakukan pengkaderan
hingga sulit mencari figur penerus. Ini
menjadi indikator keberhasilan dalam
pendidikan. Prestasi terbaik adalah
apabila kader kita memiliki kemampuan
lebih baik, dibandingkan pengajarnya.
Bagaimana perkembangan lembaga
pendidikan farmasi Indonesia saat
ini?
Saat ini, ada 63 perguruan tinggi
yang sudah terakreditasi, dan sedang
dilakukan perbaikan-perbaikan
terutama dalam kurikulum pendidikan
yang dipakai bersama, karena perlu
dikembangkan sesuai perkembangan
jaman. Terminal pendidikan
kefarmasian adalah apoteker. Bila
mereka akan mengembangkan
keilmuannya, bisa meneruskan ke S2
dan S3. Semua proses pendidikanharus memenuhi standar kompetensi.
Itu menjadi syarat mutlak untuk
memenuhi kelulusan.
Sekarang, bagaimana melihat
terlalu banyaknya lulusan apoteker?
Jangan diributkan, karena pada
prinsipnya masyarakat juga harus
pandai. Kesan terlalu banyak lulusan
apoteker, karena lapangan kerjanya
hanya dibatasi di rumah sakit, apotek
dan industri. Jangan membatasidiri, karena masih banyak peluang
kerja yang bisa dikembangkan oleh
profesi apoteker. Untuk dapat meraih
kesejahteraan profesi, bukalah
wawasan!
Pernah dilakukan pengkajian
tentang kualitas pendidkan tinggi
farmasi di Indonesia?
Sudah tergambar dalam akreditasi,
yaitu sudah 13 PTF yang akreditasi A,
akreditasi B ada 13 yang C 40-an. Itu
semua hasil penilaian Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).
Dalam proses penilaiannya, sudah
melihat bagaimana kualitas dosen,
kualitas lulusannya, dan sebagainya.
Apa yang perlu dibenahi saat ini ?
Konsolidasi internal dan eksternal,
baik APTFI mau pun IAI. Walau
ada perbedaan, itu harusnya menjadi
modal untuk terjadi sinergi yang saling membangun. Misalnya naskah akademik,
yaitu persyaratan-persyaratan yang
perlu dipenuhi oleh perguruan tinggi.
Biarkan kami dari APTFI membuat
naskah akademik tersebut karena kita
yang paling mengerti. Kemudian, silakan
organisasi profesi untuk mengkritisi dan
menyempurnakan. Ini sebagai upaya
untuk menghindari masalah adanya
resistensi, khususnya dari kalangan
perguruan tinggi.
Bagaimana bentuk tanggung
jawab Perguruan Tinggi Farmasi,
dalam menjaga kualitas pendidikan
kefarmasian di Indonesia?
Adanya standar kompetensi di
tingkat S1 bahwa lulusannya tahu
bahwa tentang obat, tentang bahan,
kemudian pendidikan apoteker
mampu mengimplementasikan dalam
pekerjaannya. Secara umum, pendidikan
farmasi hampir 60% praktikum,
dikhususkan pada penguasaan bahan di
S1, dan di profesi apoteker disalurkan
lewat Pendidikan Kerja lapangan
(PKL). Maka, kita selalu mendesak agarorganisasi profesi segera mengeluarkan
standar pendidikan apoteker, agar
ada standarisasi yang bisa dilakukan
dan dipahami dengan persepsi yang
sama. Sampai saat ini, kita belum ada
standarnya. Masih ada standarisasi
yang berbeda-beda di masing-masing
perguruan tinggi farmasi.
APTFI akan berusaha mendorong
perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi farmasi, untuk
terus meningkatkan kualitas dirimelalui peningkatan akreditasi di
seluruh Indonesia. Pemerintah sudah
mensyaratkan, PTF yang sampai 2012
sudah meluluskan lulusan farmasi dan
belum terakreditasi, akan dikenai sanksi.
Makanya, kami berusaha mendorong agar
semua perguruan tinggi bisa diakreditasi.
Ke depan, apa yang akan
dilakukan?
Pertama, kita harus melihat
perkembangan. Kedua, kita harusmengenali diri sendiri, tentang kekuatan
seorang apoteker. Ketiga adalah mau
mendengarkan orang lain. Seorang
kolega mengatakan, bia dalam sebuah
diskusi ada yang menyatakan bahwa dia
yang paling benar, maka berakhirlah
proses diskusi tersebut!. (dar)
WAWANCARA
Prof. Elly di acara HPEQ di Makassar.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 19/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 19
KOLOM
Undang-undang No.36 tahun2009 tentang Kesehatan,pada pasal 108 dan PeraturanPemerintah No. 52 tahun
2009 menyebutkan, apoteker adalahtenaga kesehatan. Pada pasal lain
disebutkan bahwa tenaga kesehatanadalah setiap orang yang mengabdikandiri dalam bidang kesehatan, sertamemiliki pengetahuan dan/atauketerampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan, yang untuk jenistertentu memerlukan kewenanganmelakukan upaya kesehatan. Apotekeradalah orang yang mengabdikan diripada bidang kesehatan, dalam hal inipelayanan kefarmasian.
Dalam kenyataan sehari-hari,
lebih tegas lagi bahwa sebagaian besarlulusan program apoteker terserap danbekerja di sarana pelayanan kesehatan,baik pemerintah mau pun swasta. Antara lain di rumah sakit, klinik-poliklinik dan Puskesmas. Populasiterbesar apoteker terserap di apotek,baik sekedar sebagai pegawai (baca:buruh) mau pun sekaligus sebagaipemilik sarana apotek.
Pada Peraturan Pemerintah No
Quo Vadis Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia?Oleh : Nunut Rubiyanto, S.Si, Apt
51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian, apotek didefinisikansebagai sarana pelayanan kefarmasian,tempat dilaksanakannya pekerjaankefarmasian oleh apoteker. Artinya,apotek yang ada sekarang ini yang lebih dominan sebagai tempattransaksi jual beli komoditas berupaobat dan produk lain. Sementara
apoteker tak lebih dari sekedarpramuniaga toko (baca: pelayan), yang melayani jual beli komoditas berupaobat dan juga produk lainnya. Hal initidak sesuai dengan ketentuan dalamperaturan pemerintah No. 51 tahun2009.
Untuk memenuhi ketentuanperaturan perundangan tersebut,
baik UU No 36 tahun 2009 mau punPeraturan Pemerintah No.51 tahun2009, harus dilakukan perubahanmendasar tentang praktek apoteker,mulai dari definisi, paradigma, maupun suprastruktur dan infra strukturyang berkaitan dengan praktek apoteker. Salah satu yang harusdilakukan perubahan secara mendasardan paling menentukan arah danpengembangan profesi apoteker,
adalah pendidikan tinggi farmasisebagai produsen apoteker.
Pendidikan tinggi fFarmasi diIndonesia, selama ini masih berkiblatpada scienti fi c heavy. Yaitu masihberorientasi pada sains dan teknologi,dan masih jauh dari perspektif applied science, yang berorientasi menghasilkanlulusan yaitu apoteker yang masuk
dalam rumpun tenaga kesehatan. Yang lebih parah lagi, dari hampir70 pendidikan tinggi farmasi hanya26 yang diijinkan membuka programprofesi apoteker.
Pertumbuhan jumlah apotekermeningkat tajam; data kasar, setiaptahun lahir sekitar 4.000 apoteker baru.Seiring dengan munculnya kesadaran
akan idealisme apoteker yang selamaini terpinggirkan dari generasi baruapoteker (lulus apoteker menjelang tahun 2000 sampai sekarang),membawa secercah harapan bahwaperubahan ke arah yang lebih baik dan penuh kepastian, akan menjadikenyataan. Harapan tersebut mungkinharus ditahan, karena pemahamanyang minin dari apoteker generasibaru terhadap apoteker sebagai sebuah
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 20/60
20 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
KOLOM
profesi, serta kompetensinya sebagaitenaga kesehatan.
Pemahaman yang minim, karenaselama di bangku kuliah tidak pernah(?) secara sistematis dipahamamkan
pengertian dan karakter profesi, apalagiby design dilakukan profession chatacter building . Termasuk di dalamnyainternalisasi nilai-nilai profesi,pembelajaran yang efektif filosofisnilia-nilai etik dan kode etik, misalnyadengan role model, bisa dikatakantidak pernah sama sekali. Kalau pundikenalkan nilai dasar profesi danetik serta kode etik, hanya sekedarhafalan sebagai pengetahuan saja.Profession chatacter building tidak pernah
dilakukan, misalnya dengan mencobamengintegrasikan karakter dan nilai-nilai profesi (termasuka etik dan kodeetik), ke dalam setiap mata kuliah baik itu knowledge mau pun skills.
Yang lebih memprihatinkan adalahtidak adanya upaya untuk memberi“contoh yang baik” ( uswatun hasanah ),dari para pengampu mata kuliah(terutama etik dan kode etik) dan parasenior serta dari organisasi profesi(ISFI atau IAI saat ini), dalam hal
berpraktek profesi. Calon apotekertidak pernah ditunjukkan, sepertiapa karakter dan profile apotekeryang ideal sebagai tenaga kesehatan(karena memang tidak ada?). Calonapoteker dipaksa mengembangkanimajinasi dan mencari idealisasisosok apoteker secara mandiri dancenderung liar. Celakanya yang ditemuiadalah apoteker-apoteker yang tidak layak untuk dijadikan contoh. Dan ini
menjadi siklus yang berulang dan terusberulang.
Sementara dari sisi kompetensiapoteker sebagai tenaga kesehatan
(sengaja di cetak tebal karena UU No
36 tahun 2009 tentang Kesehatan,secara tegas menyatakan bahwapraktek kefarmasian hanya dapatdilakukan oleh tenaga kesehatan dantenaga kesehatan yang dimaksudadalah apoteker). Tidak dipungkiribahwa apoteker sangat kompeten danhandal, untuk melakukan analisis kimia(kualitatif maupun kuantitatif), bahkanmelakukan rekayasa molekul untuk mendapatkan aktivitas yang sesuai.
Tetapi, bagaimana kompetensi
apoteker ketika dihadapkan padafenomena klinik? Melakukan evaluasipenggunaan obat? Menentukan dosage
form ? Menentukan dan mengevaluasidosis yang tepat terkait dengankondisi pasien ? Berinteraksi denganpasien? Berkomunikasi dan kolaborasidengan tenaga kesehatan lain?Berbicara tentang primary health care ?Cukup representativekah kompetensiapoteker?
Perlu digaris bawahi, apoteker
menurut peraturan perundanganadalah tenaga kesehatan, bukan teknisipabrik atau peneliti. (Terlepas nantiapoteker ternyata mumpuni danberperan besar di Industri farmasi,kosmetik, makanan-minuman, obattradisional, sebagai peneliti, bahkansebagai pengusaha, politisi atau artisbankan menjadi ibu rumah tanggayang manis dan cukup dirumahsaja). Yang diinginkan oleh peraturan
perundangan adalah, apotekersebagai tenaga kesehatan. Maka,mestinya kompetensi calon apotekerdikonstruksikan kepada memperkuatknowledge, skills dan character
(termasuk attitude) sebagai tenagakesehatan, yang akan berinteraksidengan pasien dengan segalafenomena klinik yang terjadi di duniapelayanan kesehatan.
Pertanyaan cerdas sekaligusjuga kritikan pedas juga munculuntuk mendeskripsikan kompetensiapoteker sebagai tenaga kesehatandengan suatu analogi: bagaimana bisaberenang bahkan menjadi perenang yang baik, kalau dilatih oleh pelatih
yang tidak bisa berenang dan tidak pernah dikenalkan sama sekali denganair, kolam, sungai atau laut yang akan direnangi? Bagaimana maumenghasilakan pilot yang kompeten,jika sekolah calon pilot dilatih/diajari oleh pelatih yang sama sekalitidak pernah menerbangkan pesawat,bahkan tidak dapat mendefinisikanpesawat itu apa dan seperti apakompetensi seorang pilot? Bagaimanaquality assurance system pendidikan
tinggi farmasi untuk menghasilkanlulusan yaitu apoteker, sebagai tenagakesehatan?
Sederet pertanyaan di atas akanberujung pada: quo vadis pendidikantinggi farmasi? Akhirnya, Pendidikan Tinggi Farmasi perlu mengantisipasiperubahan dan tuntutan jaman,yang menghendaki apoteker sebagaitenaga kesehatan, dengan segalakonsekuensinya. Wallahu a’lam bish showab.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 21/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 21
Tanda dan Gejala DiabetesDiabetes ditandai dengan t ingginya kadar gula dalam darah.
Menurunkan HbA1c adalah target pengobatan diabetes.
Dalam beberapa tahun terakhir,berat badan Sukri (43 tahun)mengalami penurunan, dari85 kg menjadi 65 kg dalam
satu tahun. Padahal, jumlah makananyang masuk tidak ada yang berubah,malah nafsu makannya meningkat.Dia juga menjadi banyak minum dansering buang air kecil. Kondisinya
melemah dan penglihatannya kabur.Dia tidak pernah menduga bahwa
ada yang salah dengan kesehatannya.Beberapa bulan lalu, dia menjalanimedical check up. Diketahui dari hasilpemeriksaan, gula darahnya >250mmHg dan kadar HbA1c mencapai8%. Oleh dokter, dia didiagnosamenderita diabetes melitus tipe II(DM II) dan kepadanya diberikan obathipoglikemik oral.
“Diabetes melitus merupakan
stadium terakhir dari suatu sindroma,yang terdiri dari kelainan heterogenyang disebabkan kombinasi resistensiinsulin dan insufisiensi insulin,”kata Prof. dr. Sri Hartini KSKaryadi, Sp.PD dari FK UniversitasPadjajaran, Bandung. Bobot keduakomponen tersebut berbeda padasetiap penderita diabetes. Padaseorang penderita, mungkin yang dominan adalah insufisiensi insulin,sementara pada penderita lainnya
yang lebih dominan adalah resistensiinsulin.
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda awal DM atau kencing bisa dilihat secara langsung, darimeningginya kadar gula darah. Adatiga gula darah yang diukur: kadargula darah 2 jam setelah makan, kadar
gula darah puasa dan kadar gula darahsewaktu. Didiagnosa diabetes jikaseseorang memiliki kadar gula darahpuasa >120 mg/dl; atau kadar guladarah 2 jam setelah makan > 200mg/dl, atau kadar gula darah sewaktu>200 mg/dl. Bisa juga diperiksa kadarHbA1c, yaitu kadar rata-rata gula darahdalam tiga bulan terakhir. HbA1cdianggap tinggi, jika lebih dari 7%.
Selain itu, penderita diabetesumumnya menampakkan tanda dangejala di bawah ini, meski pun tidak
semua dialami oleh penderita:1. Jumlah urine yang dikeluarkan
lebih banyak (Polyuria)2. Sering atau cepat merasa haus/
dahaga (Polydipsia)3. Lapar yang berlebihan atau makan
banyak (Polyphagia)4. Frekwensi urine meningkat/
kencing terus (Glycosuria)5. Kehilangan berat badan yang tidak
jelas sebabnya
TOPIK KHUSUS
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu8. Mengalami rabun penglihatan
secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan)lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutamapada kulit.
Tipe Diabetes Mellitus
Secara garis besar, ada duatipe diabetes mellitus: tipe 1 dan2. Diabetes tipe 1 adalah diabetesyang bergantung pada insulin, dimana tubuh kekurangan hormoninsulin, dikenal dengan istilah Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).Pada penderita diabetes tipe 1,pankreas sudah tidak bisa memroduksiinsulin. Sedang pada tipe 2, pankreasmasih bisa memproduksi insulin. Tapijumlahnya tidak cukup, atau sensitifitassel terhadap insulin sudah rendah.
Pengobatan dan Penanganan
Dalam penanganan penyakitdiabetes, intervensi gaya hidup danolah raga merupakan hal penting untuk menurunkan kadar gula darah.Intervensi gaya hidup yang dimaksudadalah diit dengan mengurangi makanmengandung gula, menghindari polahidup tidak sehat, seperti merokok danmenghindari gaya hidup sedentary (kurang gerak). Sedangkan olahraga,selain membantu membakar kaloridalam tubuh, juga meningkatkanfungsi sel beta penghasil insulin.
Jika dengan intervensi gaya hidupdan olah raga belum tercapai penurunankadar gula darah yang diinginkan, maka
pasien diberikan terapi obat. Untuk pasien diabetes tipe 1, diberikan terapiinsulin. Sedangkan untuk penderitadiabetes mellitus tipe 2 bisa denganobat-obatan hipoglikemik oral (OHA),yang dapat meningkatkan sensitifitasinsulin(insulin sensitizer), atau denganobat yang dapat meningkatkan produksiinsulin. Jika obat tidak bisa menurunkankadar gula darah sampai target <7%,maka penderita diberi terapi insulin.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 22/60
22 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
TOPIK KHUSUS
Terapi obat biasanya diberikan
setelah intervensi gaya hidup
dan olah raga gagal mencapai
target penurunan gula darah,
yaitu HbA1c <7%. Ada dua jenis obat
hipoglikemik oral yang bisa diberikan
kepada penderita, yaitu obat yang
memperbaiki kerja insulin dan obat yang
meningkatkan produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazone dan
akarbose, adalah obat-obatan kelompok
pertama. Obat ini bekerja pada hati, otot
dan jaringan lemak dan usus. Sedangkan,
sulfonilurea, repaglinid dan nateglinid
adalah obat-obatan kelompok kedua.
Obat ini meningkatkan pelepasan insulin.
Berdasarkan cara kerja, OHO
dibagi 3 golongan:
A. Memicu produksi insulin
1. SulfonilureaObat ini telah digunakan dalam
menangani hipoglikemia pada
penyandang diabetes melitus tipe 2,
selama lebih dari 50 tahun. “Obat
ini bekerja terutama pada sel beta
pankreas untuk meningkatkan
produksi insulin, baik insulin basal atau
yang distimulasi oleh makan,” kata dr.
Putu Moda Arsana Sp.PD-KEMD dari
FK Universitas Brawijaya, Malang.
Sulfonilurea sering digunakan pada
penderita diabetes yang tidak gemuk,di mana gangguan produksi insulin
merupakan penyebab utamanya.
Menurut dr. Putu, obat ini diberikan
pada penyandang DM tipe 2 yang
mengalami kekurangan insulin, tapi
masih memiliki sel beta yang dapat
berfungsi dengan baik.
Penderita yang memberikan
respon baik terhadap sulfonilurea
adalah usia saat diketahui menyandang
diabetes melitus lebih dari 30 tahun,
menyandang DM lebih dari 5 tahun,
berat badan normal atau gemuk, gagal
mencapai target pengobatan dengan
intervensi gaya hidup dan olah raga.
2. Golongan Glinid
Meglitinide merupakan bagian dari
kelompok obat yang meningkatkan
produksi insulin (selain sulfonilurea).
Repaglinid dan nateglinid termasuk dalam kelompok ini, mempunyai
efek kerja cepat, lama kerja sebentar,
digunakan untuk mengontrol kadar
glukosa darah setelah makan.
B. Meningkatkan kerja insulin
(sensitivitas terhadap insulin)
1. Biguanid
Metformin adalah satu-satunya
biguanid yang tersedia saat ini.
Metformin berguna untuk penyandang
diabetes gemuk, yang mengalamipenurunan kerja insulin. Alasan
penggunaan metformin pada
penderita diabetes gemuk, karena obat
ini menurunkan nafsu makan dan
menyebabkan penurunan berat badan.
Metformin dapat digunakan
sebagai obat tunggal atau kombinasi.
Pada beberapa kasus di mana
pengobatan gagal karena kurang
patuhnya pasien terhadap pengobatan,
pemberian terapi kombinasi
metformin dengan sulfonilurea atau
penambahan penghamba-glucosidase
dapat dicoba.
2. Tiazolidinedion
Saat ini di Indonesia terdapat
2 tiazolinedion, yaitu rosiglitazon
dan pioglitazon. Obat golongan ini
memperbaiki kadar glukosa darah
dan menurunkan hiperinsulinaemia
(tingginya kadar insulin) dengan
meningkatkan kerja insulin
(menurunkan resistensi insulin)
pada penyandang DM tipe 2. Obat
golongan ini juga menurunkan kadar
trigliserida dan asam lemak bebas.
C. Penghambat enzim alfa
glukosidase
Penghambat kerja enzim alfa-
glukosidase seperti akarbose,
menghambat penyerapan karbohidrat
dengan menghambat enzim disakarida
di usus (enzim ini bertanggung jawab
dalam pencernaan karbohidrat).
Obat ini terutama menurunkan
kadar glukosa darah setelah makan.
Sangat efektif sebagai obat tunggal
pada penyandang DM tipe 2, dengan
kadar glukosa darah puasa kurang
dari 200 mg/dL (11,1 mmol/l) dan
kadar glukosa darah setelah makan
tinggi. Obat ini tidak mengakibatkan
hipoglikemia, boleh diberikan pada
penyandang diabetes gemuk atau
tidak, dapat diberikan bersama dengan
sulfonilurea, metformin atau insulin.
Dosis Obat
Setelah obat tertentu dipilih
untuk penyandang diabetes, biasanya
pemberian obat dimulai dari dosis
terendah. Dosis kemudian dinaikkan
secara bertahap setiap 1-2 minggu,
hingga mencapai kadar glukosa darah
yang memuaskan atau dosis hampir
maksimal. Jika dosis hampir maksimal
namun tidak menghasilkan kontrol
kadar glukosa darah yang memadai,
dipertimbangkan untuk diberikan obat
kombinasi atau insulin
Obat Hipoglikemik OralTerapi obat diberikan ketika intervensi gaya hidup hasilnya
t idak memuaskan. Ada dua jenis obat , yang meningkatkan
produksi i nsuli n dan meningkatkan sensit ifitas insuin
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 23/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 23
TOPIK KHUSUS
Hiperglikemia adalah suatupenanda penting tentang buruknya keadaan klinispenderita diabetes. Kondisi
ini dihubungkan dengan meningkatnyarisiko mortalitas dan morbiditas pada
penderita, seperti penyakit kardio- vaskuler, stroke, ginjal dan sebagainya. Tingginya kadar glukosa dalam darahjuga dihubungkan dengan berbagai gang-guan pada sistem dalam tubuh. Sepertigangguan fungsi imun hingga rentanterhadap infeksi, peningkatan inflamasi,disfungsi endotel, stress oksidatif dankerusakan otak.
Adakah cara tepat yang mudahdilakukan untuk mencegah komplikasidiabetes, sekaligus meningkatkan
kualitas hidup diabetesi? Cara yang pal-ing mudah dan utama adalah denganmengurangi asupan makanan yang mengandung gula dan minum obatpenurun gula darah, serta menggu-nakan insulin bagi yang gula darahnyatidak terkontrol dengan terapi obat.Cara lainnya adalah dengan secara tera-tur selalu memonitor kadar gula darahdengan glucosemeter (alat pengukur guladarah).
Pentingnya Memonitor Kadar
Gula Darah
Memonitor kadar gula darah adalahpenting, karena pada dasarnya tujuanpengelolaan diabetes adalah mengenda-likan kadar gula darah. Dengan demikian,
seluruh upaya penanganan diabetes,seperti pemberian dosis obat oleh dokter,sudah semestinya berpatokan pada trengula darah penderita.
Tren gula darah adalah cerminandari status perkembangan penyakitdiabetes yang disandang. Rajin me-monitor kadar gula, akan berpengaruhpositif pada sikap hidup penderita,yang pada gilirannya akan menekanlaju komplikasi diabetes.
Pedoman baru IDFDulu, memonitor gula darah
sebelum makan adalah fokus utamadari manajemen diabetes. Sekarang,rekomendasi terbaru justru menilai,memonitor gula darah setelah makan( post meal ) merupakan pedoman barupengendalian diabetes. Sebuah pene-litian menunjukkan, gula darah yang cenderung tinggi sesudah makan, akanmeningkatkan risiko serangan jantung
koroner pada diabetesi. Lebih lanjutdiungkapkan, terjadinya gula darahtinggi setelah makan adalah masalahyang sangat umum dialami diabetesi.
Hal itu juga dikuatkan oleh studi
yang menunjukkan bahwa lebih dari 84persen dari pengidap diabetes tipe-2,mengaku mengalami kenaikan guladarah setelah makan di atas normal.Kenyataan ini jelas memprihatinkan,karena selama ini tingginya gula darahsesudah makan justru dianggap wajaroleh diabetesi, sehingga memoni-tor gula darah sesudah makan sering diabaikan.
Cara pemeriksaan
Pemeriksaan kadar gula darahdapat dilakukan dengan berbagaicara, baik di laboratorium, klinik, ataudilakukan pemantauan kadar gulamandiri yang dapat dilakukan pasiendi rumah menggunakan alat yang bernama g lukometer. Kelebihan
memantau kadar gula darah secaramandiri:1. Lebih ekonomis dan praktis di band-
ing pemeriksaan di laboratorium2. Untuk menyesuaikan dosis obat,
terutama bagi pengguna insulinsehingga terhindar dari hipoglikemia3. Kadar gula penderita DM tipe I san-
gat berfluktuasi dan cepat berubahKonsultasikan kepada dokter,
kapan dan seberapa sering Anda harusmelakukan tes tersebut, karena dapatbervariasi. Dianjurkan pagi hari sebe-lum sarapan, dua jam setelah makan,dan malam hari sebelum tidur. Perlupula pengukuran pada saat tertentulainnya. Contohnya pengukuran yang lebih ketat bila ter jadi hipoglikemia(menurunnya kadar gula darah secaratidak normal), saat sebelum olahragadan pada kehamilan.
Simpan catatan tes darah, obat-obatan yang dikonsumsi, serta aktivitasharian Anda. Bawa catatan tersebut bilakonsultasi ke dokter. Perlu diperhatikanuntuk memilih alat glukometer yang memiliki tingkat akurasi yang baik /mendekati hasil laboratorium, terper-caya serta mudah digunakan.
Mengamati Kadar
Gula DarahMengontrol kadar gula darah dapat mencegah komplikasi.
Pemeriksaan gula darah bisa dilakukan di klinik, laboratorium
atau secara mandiri dengan glukometer.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 24/60
24 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
TOPIK KHUSUS
Pada penderita diabetes,
hipertensi merupakan kondisiyang sering ditemukan.Hipertensi dialami 20-60%
penderita diabetes. Prevalensihipertensi pada penderita diabetesadalah 1,5-3 kali lebih besar, dibanding orang tanpa diabetes. Suatu penelitiandi 5 daerah di Jakarta menemukan, adasekitar 7,7% pasien diabetes yang tidak terdiagnosa. Dari semua penderitadiabetes, hipertensi ditemukan pada53,5% pasien.
Hipertensi dan diabetes yang terjadi bersamaan, meningkatkan risikokomplikasi mikro dan makrovaskuler.United Kingdom Prospective DiabetesStudy (UKPDS) menemukan, setiappenurunan tekanan darah sistolik sebesar 10mmHg berhubungandengan penurunan risiko komplikasidiabetes sebesar 12%, 15 kematianyang dihubungkan diabetes, 11%infark miokard dan 13% komplikasimikro vaskuler. Sebab itu, mengobatihipertensi penting untuk mencegahpenyakit kardiovaskuler, padapenderita diabetes.
Pada penderita diabetes, targetpenurunan tekanan darah adalah<130/80 mmHg. Target inidirekomendasikan oleh JNC VIIdan WHO, pada tahun 2003. Halini didasarkan beberapa penelitianklinis yang menunjukkan, penurunantekanan darah sampai pada nilai
tersebut dihubungkan denganangka kematian akibat penyakitkardiovaskuler yang lebih kecil.
Penanganan hipertensi pada
Diabetes
Pedoman-pedoman penangananyang ada saat ini, mendukung pengobatan hipertensi secara agresif pada penderita diabetes. Penurunanmortalitas dan morbiditas kardiovaskulerbisa maksimal, dengan terapiantihipertensi yang intensif. Untuk pengobatannya, American Diabetes Association (ADA) menganjurkanperubahan gaya hidup selamasekurangnya 3 bulan, jika tekanan darahsistolik 130-139mmHg atau tekanandarah diastolik 80-89mmHg. Pemberianobat dilakukan setelah 3 bulan, jika
perubahan gaya hidup tidak menurunkantekanan darah.
Terapi obat
Penderita hipertensi berat (tekanandarah sistolik 140mmH dan diastolik 90mmHg) harus mendapatkan terapiobat, selain melakukan perubahangaya hidup. Untuk obatnya, sebagianbesar penderita biasanya akanmemerlukan lebih dari satu obat untuk
mencapai kontrol tekanan darah yang memadai. Terapi farmakologis padapenderita diabetes dengan hipertensi,harus menggunakan regimen yang menggunakan ACE inhibitor atau
Angiotensin Receptor Blocker. Jikadibutuhkan, bisa ditambah thiazidediuretic pada penderita denganglomerular filtration rate(GFR) >30ml/menit per 1,73 m2 dan loopdiuretic, untuk mereka dengan GFR <30ml/menit per 1,73m2.
ACE Inhibitor
ACE inhibitor merupakan agenlini pertama pada penderita diabetes,karena obat ini memiliki efek lebih
dari sekadar menurunkan tekanandarah. Obat ini juga berefek positif pada gagal jantung dan left ventricularhypertrophy (LVH), dan padaorang non diabetes yang mengalamigangguan ginjal. Selain itu, ACEinhibitor tampak tidak berdampak negative pada kadar glukosa dan lipid.
Angitensin Receptor Blocker
Manfaat utama dari ARBadalah kecilnya efek samping obat
ini. Bila melihat penelitian LIFEyang membandingkan losartan danatenolol pada pasien hipertensi danLVH, losartan yang merupakan ACEinhibitor dapat menurunkan kejadianstroke 25%. Dan, suatu analisa subkelompok menunjukan adanya lebihsedikit kematian akibat kardiovaskuler,infark miokard dan stroke padapenderita yang mendapatkan losartandibanding atenolol.
Terapi kombinasi
Terapi kombinasi dosis kecil bisamenjadi jalan keluar dari dilemma, padapasien hipertensi dengan diabetes. PadaUKPDS, setelah sembilan tahun follow up, 29% pasien yang tekanan darahnyaterkontrol dengan ketat, membutuhkantiga atau lebih obat memenuhi targettekanan darah. Dalam praktik sehari-hari, tidak ada penderita hipertensi yang berhasil mencapai target, hanya dengansatu obat saja.
Hipertensi pada
Penderita DiabetesHipert ensi sering dit emui
pada penderita diabetes.
Menurunkan tekanan darah
secara agresif, mampu
menurunkan risiko penyakit
kardiovaskuler pada
penderi ta diabetes.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 25/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 25
CPD
AsmaSecara garis besar, resikoasma dipengaruhi duahal yaitu faktor host danlingkungan. Bagaimanapenanganan terhadappenderi ta asma?
Asma merupakan suatugangguan inflamasi kronispada saluran napas, yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Inflamasi kronis tersebut
berkaitan langsung dengan responberlebihan pada jalan napas, yang menyebabkan wheezing /mengi, susahbernapas, rasa berat pada dada, danbatuk berulang yang biasanya terjadipada malam atau dini hari. Kejadiantersebut disebabkan oleh obstruksisaluran napas di dalam paru yang terjadi secara luas, tetapi bervariasi dandapat hilang secara spontan mau pundengan terapi.1
Risiko munculnya asma, secaragaris besar dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor host dan faktorlingkungan. Faktor host antara lain:genetik, obesitas, dan jenis kelamin.Sedangkan faktor lingkungan meliputi:alergen, infeksi (utamanya virus), asaprokok, polusi udara, dan diet. 1
Patofisiologi asma merupakanhal yang kompleks. Secara umum,patofisiologi asma dapat dijelaskanmelalui tiga prinsip utama, yaitu:inflamasi saluran napas, obstruksialiran udara, dan respon berlebihanpada saluran napas. 1
Inflamasi yang terjadi pada asma,dapat disebabkan oleh paparan faktorrisiko pada individu. Antigen yang masuk, mengaktivasi sel mast dan sel Th2 pada saluran napas. . Aktivasitersebut dapat menginduksi mediatorinflamasi, seperti histamin danleukotrien serta sitokin (interleukin-4dan interleukin-5). Interleukinbermigrasi ke susmsum tulang danmenyebabkan diferensiasi eosinophil.Eosinophil inilah yang pada akhirnya
Gambar 1. Pelepasan Mediator Inflamasi
Gambar 2. Perbandingan Saluran Napas Normal dan Asma2
melepaskan mediator inflamasi, sepertileukotrien dan protein granul untuk melukai jaringan saluran napas. Selainitu, eosinophil menyebabkan inflamasisaluran napas yang menetap melaluiGM-CSF ( Granulocyte-macrophage colony stimulating factor ).
Gambaran pelepasan mediatorinflamasi dapat dilihat pada gambar 1. 1
Mediator inflamasi pada kelenjarmukosa saluran napas, menyebabkanhipersekresi sekret. Pada mukosa
saluran napas, mediator inflamasi juga
dapat menyebabkan edema mukosa,dan pada otot polos menimbulkanbronkus spasme, sehingga terjadiobstruksi saluran napas yang padaakhirnya menyebabkan sesak napasdan mengi. Perbandingan salurannapas pada kondisi normal dan asma,dapat dilihat pada gambar 2.2
Obstruksi aliran udara dapatdisebabkan oleh beberapa hal,antara lain: bronkokonstriksi akut,edema saluran napas, pembentukan
plug mukosa kronis, dan remodeling
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 26/60
26 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
CPD
TABEL 1. PENEGAKAN DIAGNOSIS ASMA
Tanda Wheezing atau mengi pada aukultasi, tanda atopi
Gejala Dyspnea , rasa berat pada dada, batuk (utamanya pada
malam hari) , wheezing atau mengi
Pemeri ksaan f isik Hiperekspansi pada thor ax, suara wheezing pada
pernapasan normal, peningkatan sekresi nasal, mani-festasi alergi pada kulit
Pemeriksaan fungsi paru Menggunakan spirometer. Dapat digunakan untuk men-
gukur ket erbatasan aliran udara dan reversibi li tasnya.
Paramet er yang digunakan adalah PEF dan FEV (Peak
Expirator y Flow ).FEV (Forced Expir at ory Volume )
merupakan juml ah volume udara, yang bisa dike-
luarkan secara paksa dalam 1 detik pertama setelah
inspirasi minimal.
TABEL 2. OBAT-OBATAN RELIEVER DAN CONTROLLER4,5
Reliever Controller
Beta-2 agonis kerj a cepat Glukokort ikosteroid inhalasi
Glukokort ikosteroid sistemik Leukot rien modifier
Antikol inergik Beta 2 agonis kerj a panjang
Teofilin Teofili n
Beta 2 agonis kerj a pendek Na cromoglycate dan Neodocromil Na
Anti IgE
Glukokortikosteroid sistemik
saluran napas. Bronkokonstriksi akutmerupakan konsekuensi dari pelepasanmediator IgE. Edema saluran napasmerupakan salah satu akibat adanyaalergen. Plug mukosa terdiri darieksudat protein serum dan sel debris.
Remodeling saluran napas
merupakan perubahan struktur,yang terjadi akibat inflamasi yang berlangsung lama dan dapatmempengaruhi reversibilitas obstruksisaluran napas. Obstruksi aliran udaramenyebabkan peningkatan resistensialiran udara dan penurunan tingkataliran expiratory . Respon berlebihansaluran napas, merupakan kompensasidari obstruksi aliran udara. Mekanismeyang mendasari respon berlebihan iniantara lain inflamasi, disfungsi regulasisaraf dan perubahan struktur.2,3
Diagnosis asma dapat ditegakkanmelalui gejala pasien dan pemeriksaanfungsi paru, seperti dilihat pada tabel 1.4,5
Secara garis besar, pengobatanasma dibagi menjadi dua, yaitusebagai controller dan reliever . Controller digunakan rutin setiap hari pada jangkapangka panjang, untuk mencapaidan mempertahankan kontrol asma.Sedangkan reliever digunakan untuk menghilangkan gejala bronkokonstriksiyang diikuti gejala batuk, rasa berat
pada dada, dan wheezing atau mengi.Reliever digunakan hanya bila perlu(saat terjadi serangan asma). Tabel 2menunjukkan beberapa contoh obatyang termasuk reliever dan controller . 1,4,5
Tujuan terapi asma adalah: 4,5
ü Mencapai dan mempertahankan
kontrol asmaü Mempertahankan tingkat aktivitasnormal, termasuk olahraga
ü Mempertahankan fungsi paru
senormal mungkinü Mencegah eksaserbasi asmaü Menghindari efek samping
pengobatan asmaü Mencegah mortalitas terkait asma
Manajemen terapi asma meliputiempat komponen, yaitu: 4,5
1. Adanya hubungan yang baik antara pasien dengan timtenaga kesehatan.Hubungan baik antara pasien asma
dengan tim tenaga kesehatan, akanmembantu pasien dalam manajementerapi asma. Melalui komunikasitersebut, pasien dapat mengetahuibanyak hal terkait asma dan terapinya,seperti: faktor risiko, jenis obat dancara penggunaannya, monitoring gejala
asma, serta dapat mengenali gejalaasma jika memburuk.2. Identifikasi dan penurunan
paparan faktor risiko terjadinyaasma.Faktor risiko tiap individu tidak
selalu sama. Pasien asma harusmampu mengenali faktor risikoyang dimiliknya, dan sebisa mungkinmenghindari paparan dengan faktorrisiko tersebut.3. Penilaian, pengobatan, serta
monitoring asma.
Penilaian kontrol asma dapatdilakukan dengan melihat gejala yang muncul. Asma dapat diklasifikasikanberdasarkan kontrol yang berhasil
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 27/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 27
CPD
Karakteristik
Gejala saat siang
Keterbatasan akti-
vitas
Gejala saat malam/
terbangun pada
malam hari
Kebutuhan terapi
penghilang gejala
Fungsi paru (PEF
FEV1)
Terkont rol
Tidak (2x atau
kurang/ minggu)
Tidak
Tidak
Tidak (2x atau
kurang/ minggu)
Normal
Terkont rol sebagian
Lebih dari 2x / minggu
Ada
Ada
Lebih dari 2x/ minggu
<80%
Tidak terkontrol
Tiga atau lebih dari
gejala yang muncul
pada asma ter kon-
trol sebagian
B. Penilaian ri siko akan datang (r isiko eksaserbasi, ket idakstabilan, penurunan cepat
fungsi paru, efek samping)
Tabel 3. Penilaian Kontrol Asma4,5
Penilaian kont rol saat ini (selama 4 minggu)
TABEL 4. TAHAPAN TERAPI ASMA BERDASARKAN KONTROL
Tingkat kont rol Tindakan
Terkontrol Jaga dan gunakan tahap kontrol
paling kecil
Terkontrol sebagian Pert imbangkan meningkat kantahap terapi untuk mencapai
kontrol
Tidak terkontrol Turunkan tahap terapi hinggaterkontrol
Eksaserbasi Terapi sesuai kondisi eksaserbasi
dicapai, serta penilaian risiko akandatang. Penilaian kontrol ini akanmembantu dalam penilaian danpenentuan tahapan terapi selanjutnyaPenilaian kontrol asma dapat dilihat padatabel 3.
Untuk dapat mencapai asmayang terkontrol, dilakukan tahapanterapi asma. Tahapan terapi asmadapat dilihat pada tabel 4 dan 5. Tiap
tahap terapi, diberi obat reliever untuk meredakan gejala jika dibutuhkan. Padatahap 2-5, pasien juga membutuhkansatu atau lebih controller . Untuk pasienyang baru didiagnosis menderita asmadan belum pernah mendapat terapiasma sebelumnya, terapi dimulai padatahap 2 (bisa juga dimulai pada tahap 3jika pasien memiliki gejala yang besar). Jika asma tidak terkontrol denganterapi yang ada pada tahap tersebut,terapi dapat diturunkan hingga asmadapat terkontrol.
Jika asma tidak terkontrol denganterapi yang diberikan, tingkatkantahapan terapi. Penilaian perbaikandapat dilihat dalam 1 bulan. Perludiperhatikan faktor lainnya seperticompliance , teknik penggunaan obat,dan paparan faktor risiko. Jika asmaterkontrol sebagian, pertimbangkanuntuk meningkatkan terapi denganmemperhatikan efektivitas obat,hingga kontrol dapat dicapai.. Jikakontrol dapat dipertahankan selama
minimal 3 bulan, turunkan tahapanterapi secara bertahap. 4,5
4. Penanganan eksaserbasi asmaEksaserbasi asma merupakan
suatu episode serangan asma denganpening katan SOB, batuk, wheezing,sesak pada dada, atau kombinasi daribeberapa gejala tersebut. Keparahaneksaserbasi asma dapat dilihat pada
tabel 6.Eksaserbasi ringan dapat ditanganidi setting komunitas. Jika pasienmemberikan respon pada pemberianbronkodilator inhalasi setelah beberapadosis pertama, tidak perlu dirujuk ke rumah sakit. Untuk eksaserbasiringan-sedang, diberikan beta 2 agonisinhalasi kerja cepat (2-4 puff tiap 20menit untuk 1 jam pertama). Setelah1 jam pertama, dosis selanjutnyabergantung keparahan eksaserbasi.
Eksaserbasi ringan memberikanrespon pada pemberian 2-4 puff tiap 3-4jam, sedangkan eksaserbasi sedang memberikan respon pada pemberian6-10 puff tiap 1 atau 2 jam. Pasien
eksaserbasi sedang juga dapat dirujuk ke rumah sakit bila tidak memberikanrespon. Pasien asma dengan kondisiberikut, harus segera dirujuk ke rumahsakit: Serangan eksaserbasi berat. Tidak segera memberikan respon
pada pemberian bronkodilator danmenetap selama minimal 3 jam.
Tidak terjadi perbaikan kondisidalam 2-6 jam setelah pemberianglukokortikosteroid oral.
Terdapat perburukan kondisi lebih
jauh.Setelah eksaserbasi dapat diatasi,
perlu diidentifikasi faktor-faktor yang memicu eksaserbasi dan dilakukanlangkah-langkah pencegahan lebih lanjut.
REFERENSI
1. National Heart, Lung, and Blood Institute.
Expert Panel Report 3: Guideline for the
Diagnosis and Management of Asthma.2007
2. Shore SA. Airway Smooth Muscle in
Asthma- Not Just More of The Same. NEngl J Med 351;6
3. Fahy JV, Dickey BF. Airway Mucus Func-
tion and Dysfunction. N Engl J Med
2010;363:2233-47
4. Global Initiative for Asthma. Global Strategy
for Asthma Management and Prevention.
2010
5. Global Initiative for Asthma. Pocket Guide
for Asthma Mangement and Prevention (for
Adults and Children Older Than 5 Years). 201
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 28/60
28 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
CPD
Pilih satu
Inhalasi
glukokortikosteroid
dosis rendah
Leukotrien modifier
Tergantung terapi pada
step 3 pili h satu atau
lebih
Inhalasi glukokortikosteroid
dosis menengah atau
tinggi+ Beta2 agonis kerj a
panjang
Leukotrien modifier
teofilin sustained release
Tergantung terapi pada
step 4, pili h satu atau
lebih
glukokort ikosteroid oral
dosis rendah
Ant i IgE
Pilih satu
Inhalasi glukokortikosteroid
dosis rendah + Beta2 agonis
kerj a panjang
Inhalasi glukokortikosteroid
dosis menengah
Inhalasi glukokortikosteroid
dsis rendah + Leukotrienmodifier
Inhalasi glukokort ikosteroid
+teofili n sust ained r elease
Jika dibutuhkanbeta2 agonis kerja
cepat
Pilihan controller
Jika dibut uhkan beta2 agonis kerj a cepat
Edukasi dan kont rol li ngkungan
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Tabel 5. Pil ihan Terapi Berdasarkan Tahapan Terapi 4,5
Paramet er
Breat hless
Dapat Bicara
Kewaspadaan
Mengi
PEF setelahbronkodilator.%predict edatau %individuterbaik
PaO2
(udara)
PaCO2
SaO2
Ringan
Berj alan
Kalimat
Bisa gelisah
Sedang, seringpada akhirexpiratory
>80%
Normal
< 45 mmHg
> 95%
Sedang
Berbicara
Frase
Biasanya gelisah
Keras
60-80%
> 60 mmHg
< 45 mmHg
91-95%
Berat
Saat istirahat
Kata
Biasanya gelisah
Biasanya keras
>120
< 60 mmHg.Kemung-kinan cyanosis
>45 mmHg
< 90%
Mendekat iRespir atory Arrest
Bingung
Tidak adamengi
Bradikardi
Tabel 6. Keparahan Eksaserbasi Asma
PERTANYAAN1. Obesitas memberikan peranan
dalam proses munculnya asma.(B/S)
2. Proses terjadinya asma meliputitiga hal berikut, yaitu inflamasisaluran napas, dilatasi aliran udara,serta respon berlebihan padasaluran napas. (B/S)
3. Pada pengobatan asma, golongan
beta 2 agonis hanya berperansebagai controller. (B/S)
4. Kombinasi inhalasiglukokortikosteroid dosis rendahdan beta 2 agonis kerja panjang,merupakan pilihan pertama padaasma kronik tahap 3. (B/S)
5. Asma dikatakan terkontrol bilafungsi paru <80%. (B/S)
6. Pada eksaserbasi asma tahap
ringan-sedang, pilihan pertamaterapi adalah beta 2 agonis inhalasi.(B/S)
7. Salah satu kondisi pasieneksaserbasi yang harus dirujuk ke rumah sakit, adalah bila tidak terdapat perbaikan pada pemberian
bronkodilator selama 3 jam. (B/S)8. Beta 2 agonis kerja cepatmerupakan pilihan reliever utama.(B/S)
9. Mempertahankan fungsi parusenormal mungkin, merupakansalah satu tujuan terapi asma. (B/S)
10. Teofilin merupakan pilihancontroller utama pada asma kronik tahap 4. (B/S)
KUPON CPDMEDISINA 001
KETENTUAN MENJAWABCPD MAJALAH MEDISINA 1. Jawaban pilih B untuk Benar dan S untuk
salah ditulis pada selembar kertas.2. Tempelkan Kupon CPD di kertas jawaban
(Harus Asli)3. Kirimkan ke redaksi Majalah Medisina via
pos paling lambat tanggal 25 Agustus 20114. Jawaban betul semua mendapat 1 SKP,
sedamgkan yang salah satu maka nilainya0,5 SKP.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 29/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 29
PENELITIAN
Bisnis apotek adalah salah satujenis usaha yang sangat diminatidi Jogjakarta. Kemudahan izin
pendirian apotek dan prospek pasaryang menjanjikan, membuat bisnis inidiminati para penanam modal. Tidak hanya apotek yang didirikan secaraperorangan, apotek yang sifatnya waralaba pun kian diminati.
Bermunculannya banyak apotek,mengundang kecemasan tersendiri. Terutama, mengingat semakinbanyaknya obat yang akan beredar dimasyarakat. Semakin banyak pilihanobat, selain baik untuk konsumen,bisa mendatangkan masalah baru.Masalah peredaran obat palsu dan obatillegal, salah satunya.
Apotek sebagai tempat konsumendapat mengakses obat secara langsung,harus bisa diantisipasi. Langkah awal
yang bisa dilakukan, adalah denganberbenah secara internal. Maksudnyaladalah, apotek harus memiliki SDMyang baik dan sistem manajemen yang juga baik. Jika kedua sistem tersebutberjalan sebagaimana yang diamanatiPP. 51/2009, maka hal-hal yang terkaitsetelah itu akan berjalan sebagaimanamestinya.
Pemilihan distributor atau pemasok obat atau biasa disebut PBF, adalahsalah satu hal yang terkait dengan mutu
produk apotek. Apoteker di apotek harus benar-benar jeli, melihat suplierobat yang produknya tidak bermasalah.Di Jogjakarta sendiri, pemilihan PBFmenjadi faktor pendukung apakahapotek yang ada mampu bersaing atautidak nantinya.
Sayangnya, pemerintah masihbelum memberikan perhatian padaragam PBF yang ada saat ini. Dalamsebuah penelitian yang dilakukan
Hanya 31% PBF di YogyakartaDibawah Tanggung Jawab Apoteker
Yustina Sri Hartini dari UniversitasSanata Dharma, di Indonesia terdapat79.045 jenis persedian farmasi yang berizin edar, dan diedarkan oleh 2.821PBF, tersebar di 33 propinsi. Data inimemberikan kekhawatiran tersendiri.Banyaknya produk yang berizin edar,apakah semua akan sampai di tangankonsumen dalam keadaan yang masihlayak?
Kelayakan obat yang sampai ditangan konsumen, sangat dipengaruhidengan penerapan CDOB di PBF.Pada penelitian yang dilakukan YustinaSri Hartini pada PBF di Jogjakartabulan Juli 2010, tercatat ada 49PBF yang berada di Jogjakarta, danhanya 29 PBF yang bersedia menjadiresponden.
Dalam penelitiannya, di dapatkanhasil bahwa hanya 31% PBF yang penanggung jawabnya adalah apoteker.Sebanyak 52% penanggung jawab PBFtidak pernah mendapatkan pelatihanCDOB. Untuk kelengkapan teknis, 3%PBF tidak memiliki SOP, 21% tidak memiliki struktur organisasi, 59%tidak memiliki alat pengontrol suhu,34% tidak memiliki alat pengontrolkelembaban, 3% tidak melaksanakan
Hasil peneli t ian di Jogj akart a ini cukup mencengangkan dan
mengundang sejumlah tanda tanya.dokumentasi dan 10% tidak melakukan inspeksi diri.
Dalam penelitiannya, Yustinamenambahkan bahwa saat ini dalampenerapan CDOB PBF harus memilikiSOP yang terus di update secaratertulis dan terus-menerus, sesuaiperkembangan teknologi dan ilmupengetahun. Juga ketentuan peraturanperundang-undangan. PenyusunanSOP untuk CDOB adalah salah satu
peran yang bisa diambil oleh apotekerdi PBF. Apoteker harus mampubertanggung jawab secara profesionaldalam menjaga keamanan, mutu dankhasiat produk yang dikelolanya.
Kurangnya pengetahuanpenanggung jawab PBF mengenaiCDOB, akan menimbulkan masalahbagi PBF itu sendiri. Di antaranya,tidak rapinya sistem dokumentasi PBFdan ketiadaan sistem inspeksi diri, yang seharusnya dilakukan 1 kali setahunoleh badan yang berwenang.
Data yang didapat dari penelitianPBF di Yokyakarta ono, memang menjadi pertanyaan bagi duniakefarmasian. Mengingat, keluarnya PP.51/2009 yang menekankan tentang peran apoteker sebagai penanggung jawab di apotek. Sebanyak 31%penanggung jawab PBF yang apoteker,tentu angka yang sangat kecil. Apalagi,52% penanggung jawabnya belumpernah mendapat pelatihan CDOB.
Pertanyaan pertama, sejauh
mana apoteker menjadi profesi yang layak menjadi penanggung jawabPBF? Pertanyaan kedua, tanpapengetahuan mengenai CDOB danCara Penyimpanan Obat yang Baik,masih layakkah obat yang diterimakonsumen dari apotek? Pertanyaanketga, kapan PBF di Indonesia akanberjalan sesuai dengan PP. 51/2009,dan penerapannya sesuai denganCDOB? ( Vit)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 30/60
30 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PENELITIAN
Penyakit jantung koroner (PJK)adalah salah satu penyakit yang
banyak menyebabkan kematiansaat ini.
Kontribusinya sebesar 19,8% kematianpada tahun 1993 dan terus meningkatmenjadi 24,4% pada tahun 1998. Padatahun 2005, diperkirakan 30% orang meninggal karena terserang penyakitini. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga, penyakit jantung koronerdi Indonesia mengalami peningka-tan yang significan dalam 20 tahunterakhir. Dikhawatirkan, jika tidak
mendapat penanganan secara tepat,pada tahun 2015 akan lebih dari 2 jutaorang meninggal akibat penyakit ini.
Salah satu jenis penyakit jantung koroner adalah infark miokard akut(IMA). Keadaan pasien dengan IMA,jauh lebih beresiko dibandingkanpasien angina. Pada IMA, terjadisumbatan gumpalan darah yang lebihmenetap. Biasanya, pasien dengan ke-adaan IMA akan menerima antitrom-
Efek Samping
Antitrombolitik
bolitik, terapi tambahan antikoagulandan penghambat agregasi platelet.
Terapi trombolitik bertujuan untuk melisiskan trombus pada arteri ko-roner. Sedangkan penggunaan antiko-agulan, biasanya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyumbatankembali. Dua kombinasi antitrombo-litik dan antikoagulan, menjadi pilihanutama pada kasus IMA. Hanya saja,kombinasi ini tak lepas dari masalahbaru, khususnya perdarahan. MenurutDiah Perwitasari, dalam tulisan ilmi-ahnya yang dimuat di Jurnal Farmasi
Indonesia, komplikasi perdarahan ter-jadi sekitar 1,5-20% pada pasien yang menerima heparin.
Diah Prawitasari yang melaku-kan penelitian di sebuah rumah sakitswasta di Jogjakarta selama periode Januari-Desember 2007, menulis bah- wa kerentanan terhadap aterosklerosiskoroner terjadi seiring bertambahnyausia. Penyakit serius yang terjadi di usiasebelum 40 tahun, dianggap jarang
Pasien IMA yang mendapat kombinasi anti t rombol it ik dan
anti koagulan, ber dasar sebuah peneli t ian di Jogj akarta,
diketahui mengalami perdarahan.
terjadi. Pada usia 40-60 tahun, insideninfark miokard meningkat 5 kali lipat.
Menurut data rekam medis yang diperolehnya, insiden IMA yang terjadisebelum 40 tahun ada 4 pasien, usia
40-60 tahun sejumlah 39 pasien dandi atas 60 tahun 35 pasiean. Secarakeseluruhan, resiko IMA lebih banyak menyerang laki-laki daripada perem-puan.
Data lain yang di dapatkan melaluireka media, adalah adanya faktor ri- wayat keluarga yang memiliki penyakityang sama. Hal ini menggambarkan,riwayat penyakit keluarga mencermink-an suatu predisposisi genetik terhadapdisfungsi endotel dalam arteri koroner.
Dalam tulisan ilmiahnya, Diahmenjabarkan bahwa dalam penanga-nan IMA pemberian trombolitik danantikoagulan adalah pilihan utama diRS swasta tersebut. Dan, fondaparinuxmerupakan antikoagulan paling sering digunakan. Hal yang dikhawatirkanmengenai efek perdarahan yang ditimbulakn oleh fondaparinuxpun,dinilai dapat ditoleransi dengan baik.Fondaparinux juga tidak mempenga-ruhi fungsi platelet.
Berbeda dengan fondaparinux,pasien yang menerima low molecular wight heparine (LMWH) sebagai an-tikoagulan, biasanya menimbulkan efek heparin induced trombocitopenia (HIT)dan osteoporosis. Dalam sebuah sumberyang disebutkan Diah ( Surgical Bleeding
Pre-operative unfractionated heparin and low molecular weight heparin for coronary
bypass surgery; Renda G dkk), HIT padapenggunaan heparin biasanya munculsetelah 5-10 hari penggunaan. Dalampenelitian ini, ternyata RS Swasta di Yogyakarta itu hanya memberikanLMWH pada dua pasiennya.
Monitoring lain yang dilakukanpada terapi IMA, adalah tekanan darahdan fungsi ginjal. Didapatkan hasil,sekitar 6,5% pasien yang menerimaterapi mengalami penurunan fungsiginjal. Pasien yang mengalami gang-guan gastrointestinal belum ditemu-kan, atau belum ada keluhan yang terlalu signifikan. (vit)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 31/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 31
Penerapan Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB) belummenjadi perhatian banyak pihak.Hal ini karena anggapan bahwa
pendistribusian hanya proses teknis,yang tidak terkait dengan keadaanobat. Padahal, distribusi obat adalahproses akhir yang menjamin bahwaobat akan sampai di tangan pelanggandalam keadaan baik, sesuai denganyang di registrasikan di BPOM.
Pada prinsipnya, tujuan CDOBadalah untuk menjamin agar
penyebaran obat bisa merata danteratur. Juga tepat waktu, saat sampaike tangan mereka yang memerlukan.CDOB juga harus menjamin, mutuobat yang sampai ke tangan konsumenadalah senantiasa efektif, aman dansesuai dengan penggunaannya. Untuk menjamin mutu tersebut, dalamkonsep CDOB, proses penyimpananobat yang baik sangatlah diperlukan.
Dalam implementasi prinsip dasar
CDOB, ada dua kompenen penting yang harus sesuai, yaitu personalia dansistem mutu. Pada pembahasan yang baru-baru ini terjadi, apoteker ditunjuk untuk menjadi penanggung jawabPBF. Peraturan ini berlaku, didasarkankarena apoteker dianggap memiliki wewenang dan kemampuan, untuk dapat memastikan bahwa sistem mutudan pemeliharaan obat terjamin.
Pada sistem mutu, ada limahal yang menjadi perhatian utama,yaitu: kondisi penyimpanan yang
sesuai, kontaminasi dengan produk lain, kebenaran produk yang diserahkan kepada konsumen,sistem dokumentasi yang baik danprosedur penarikan yang efektif.
Distributor juga diharuskanmemiliki protap, atau aturanoperasional yang mantap. Protapini berfungsi agar sistem mutu yang dibentuk, bisa berjalan sesuai tujuanCDOB. Misalnya, pembuatan protap
Penerapan CDOB pada PBFpenyimpanan obat yang baik yang
meliputi: temperatur baku, cahaya yang digunakan, luas tempat menyimpan,kelembaban, perlengkapan pemadamkebakaran, kebersihan termasuk penerapan pest control.
Dengan penerapan prinsipdan pelaksanaan protap yang baik,dapat dipastikan akan menghasilkandistribusi obat yang baik pula.
PBF Utama & Lokal
Pedagang Besar Farmasi (PBF)sudah tidak asing lagi bagi paraentrepreneurship di bidang farmasi.Keterkaitan PBF dalam distribusiobat sangatlah besar. PBF dan apotek adalah dua bidang usaha farmasi, yang saling membutuhkan satu sama lain.
Menurut PP. 51 tahun 2009,yang dimaksud dengan PBF adalahperusahaan berbadan hukum yang memiliki izin untuk melakukankegiatan penyaluran sediaan farmasi,termasuk psikotropika dan alatkesehatan.
Perkembangan di duniaperapotekan, cenderung berefek baik bagi perkembangan bisnis PBF. DiIndonesia, PBF biasanya membawaatau mendistribusikan produk dariberbagai perusahaan farmasi atauprincipal. Dengan adanya kerjasamaantara PBF dan principal, beberapafaktor terkait obat akan berpengaruh;salah satunya adalah harga obat.
Tidak semua PBF ada di semua wilayah Indonesia. Beberapa pebisnis
apotek mungkin tidak menemukanPBF yang mereka tuju di daerahnya.Hal ini disebabkan karena PBF tersebutmasih bersifat lokal. PBF lokal memilikiketerjangkauan daerah yang sempit.Keberadaan PBF lokal ini menjadiperpanjangan tangan PBF utama, yang daya jangkaunya tidak meliputi seluruhdaerah. Dengan sistem kontrol dariPBF utama, PBF lokal tidak perludipusingkan dengan kontrak kerja
Distr ibusi obat merupakan proses akhir, yang menjamin obat
sampai ke tangan pelanggan dalam keadaan baik. PBF dapatdikenai sanksi bi la t idak menerapkan CDOB sebagaimana
mestinya.
PRAKTEK KEFARMASIAN
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 32/60
32 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PRAKTEK KEFARMASIAN
langsung pada prinsipal.Selain PBF lokal, ada PBF nasional
atau PBF utama. Daya jangkau PBFnasional mencakup semua wilayahNusantara. Apotek lebih memilih
untuk membeli obat melalui PBFutama daripada PBF lokal. Keuntunganyang di dapat yaitu, selain diskon yang diberikan lebih baik, keamanan produk lebih terjamin. Beberapa apotek jugamenekankan proses pemesanan danretur, yang dirasa lebih mudah jikamenggunakan PBF utama.
Lalu, apa yang harus diperhatikanoleh PBF? Dalam peraturanperundangan, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu :
personalia,pProses pengadaan danpenyaluran dan sistem dokumentasi.Merujuk PP. 51 tahun 2009, pada pasal14 dikatakan bahwa setiap fasilitasdistribusi atau penyaluran sediaanfarmasi berupa obat, harus memilikiseorang apoteker penanggung jawab.
Penerapan apoteker sebagaipenanggung jawab PBF, sejauh inibelum berjalah sepenuhnya. Banyak pendapat pro kontra, tentang peranapoteker di PBF yang hanya bersifat
teknis. Namun, jika dirunut ke belakang,dalam penetapan protap untuk menjalankan CDOB, apoteker adalahprofesi yang paling kompeten, karena haltersebut bukanlah pekerjaan teknis.
Untuk sistem pengadaan dan
penyaluran barang, PBF harusmerujuk pada beberapa aturan, yaituKepmenkesNno. 191 tahun 2002tentang perubahan Permenkes No. 918tahun 1993 mengenai Pedangan Besar
Farmasi, yang isinya: Setiap orang yang tidak memili keahlian dan kewenangandilarang mengadakan, menyimpan,mengolah, mempromosikan danmengedarkan obat dan bahan-bahanyang berkhasiat obat.
Selain itu, PBF juga harus berpegang pada aturan SK Menkes No. 02049tahun 1987, mengenai proses penyaluran vaksin untuk sarana Yankes dan dokter.
Pada sistem dokumentasi, rujukanPBF yaitu Permenkes tetang PBF No.
163 tanggal 16 Agustus 1972 danKepmeskes No. 1191 tahun 2002,yang isinya: PBF wajib melaksanakandokumentasi pengadaan, penyimpanandan penyaluran secara tertib di tempatusahanya, mengikuti pedoman teknisyang ditetapkan oleh menteri kesehatan.
Merujuk pada peraturan-peraturantersebut, diharapkan PBF dalamberjalan sebagaimana mestinya. Efek yang diharapkan adalah, obat yang diterima olen masyarakat terjamin
mutu, kualitas serta kegunaannya.
Sanksi
Sanksi sangat diperlukan, agarPBF yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia dapat berjalan baik dan
tidak merugikan masyarakat. Padadasarnya, temuan penyimpanganyang terjadi, yang melibatkan PBFdan apotek jumlahnya cukup banyak. Yang sering terjadi adalah ketiadaan
penanggung jawab, obat illegal, obatekspired, munculnya apotek paneldan kerjasama yang buruk dengansalesman.
Untuk mengantisipasi hal tersebut,pemerintah berwenang memberikansanksi administratif, yang beragambentuknya. Sesuai dengan Kepmenkes1191 tahun 2002, sanksi administratif yang dapat diberikan kepada PBFadalah peringatan tertulis sebanyak 3 kaliberturut-turut dalam waktu 2 bulan, dan
pembekuan izin usaha PBF untuk jangka waktu 6 bulan sejak dikeluarkannyapenetapan pembekuan kegiatan.
Sanksi administratif biasanyadiberikan kepada PBF yang melakukankesalahan, seperti: tidak memperkerjakanapoteker dan asisten apoteker, tidak aktif menyalurkan dalam waktu 1 tahun,tidak menyampaikan laporan 3 bulanberturut-turut dan tidak memenuhi tatacara penyaluran yang baik.
Sanksi pidana mungkin saja
diberikan, jika PBF melanggar peraturanyang mencakup wilayah hukumpidana, seperti melanggar perlindungankonsumen, penyebaran narkotika danpsikotropik, dan lain-lain. (vit)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 33/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 33
Sebuah pertanyaan bergulir, dalamseminar Kefarmasian Good
Distribution Practice Dan GoodStorage Practice di Sekolah
Tinggi Farmasi Bandung 26 Maret
2011. Seperti sudah diketahui, pada
PP. 51 tahun 2009 pasal 14 dan 15,
dinyatakan bahwa setiap PBF harus
memiliki apoteker sebagai penanggung
jawab. Haruskah penanggung jawab
PBF adalah apoteker?
Banyak yang mengatakan, peran
apoteker di PBF sebenarnya kurang diperlukan. Mengingat, pekerjaan
di PBF bukan pelayanan melainkan
pekerjaan teknis. Cakupannya hanya
pada penghitungan barang, mengenali
barang sesuai kode dan menyimpan,
lalu menyampaikan ke apotek.
Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh
asisten apoteker, sesuai SOP yang telah
ditetapkan.
Pertanyaan baru muncul: siapa
Belajar dari Kasus
Penyimpanan danPendistribusian Vaksin
Agar GDP dan GSP dapat
berj alan dengan baik,
kehadiran apoteker di PBF
mutlak diperlukan.
yang memiliki wewenang menyusun
SOP? Bukanah itu harus dilakukanoleh orang yang memiliki kompetensi,
sehingga perjalanan obat sampai
ke masyarakat, dalam keadaan yang
terjamin mutunya?
Seminar sehari yang dihadiri
sekitar 465 peserta, dari kalanganpegawai dan mahasiswa ini, memang
mengangkatkan tema yang sedikit
berbeda dari seminar farmasi lainnya.
Pembahasan mengenai peran penting
apoteker pada proses penyimpanan
dan pendistribusian obat, bagi sebagian
kalangan masih dianggap kecil dan
dapat digantikan. Sejauh ini, fungsi
apoteker di PBF digantikan tenaga
teknis kefarmasian lain, seperti asisten
apoteker.
Menurut Drs. T. Bahdar J.
Hamid., M.Pharm., Apt, Direktur
Bina Produksi dan Distribusi Farmasi
Kemenkes RI, apoteker memiliki
peran yang sangat besar dalam prosespenyimpanan dan pendistribusian
obat. Hal ini sejalan dengan wacana
kebijakan obat nasional. “Dalam
proses distribusi, PBF harus bisa
menjamin bahwa obat yang beredar
tetap aman dan berkhasiat, ketika
sampai ke tangan pasien sesuai dengan
yang telah diregistrasikan,” katanya.
Dari point tersebut, jelas bahwa
apoteker adalah profesi yang memilikikemampuan untuk menjamin mutu
obat. Bila ditinjau dari aspek keilmuan,apoteker memiliki kompetensi akan hal
tersebut. Menurut Bahdar, tidak dapat
dipungkiri, aspek teknis dari pekerjaan
tersebut bisa dilakukan oleh tenaga
teknis. Namun, untuk mengelola
sediaan farmasi sehingga mutu dan
keamanan serta khasiatnya terjaga,
tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang. “Apoteker di PBF harus
mengawasi, jangan sampai ada obat
yang tidak resmi masuk ke jalur resmi,”
katanya.Hal ini didukung Drs. Pre Agusta.,
MM., Apt, Ketua Himpunan Seminat
Farmasi Distribusi IAI. Pre Agusta
menyatakan bahwa peran apoteker
sangat terkait dengan karakteristik
produk farmasi itu sendiri.
“Produk farmasi adalah produk
yang berdampak kritis terhadapjiwa manusia, di mana konsumen
tidak mampu secara mandiri untuk
mendeteksi kualitas produk tersebut.
Maka, diperlukan kontrol yang baik,dari segi produksi, penyimpanan dan
pendistribusian. GDP dan GSP adalah
aspek penting dalam menjaga kualitas
obat, dan tugas ini harus dilakukan
oleh orang yang ahli dan mampu
dari segi keilmuan dan kompeten,”
tuturnya.
Agusta mengambil contoh vaksin.
Sejauh ini, vaksin adalah salah satu
contoh yang penyimpanan mau pun
SEMINAR KEFARMASIAN STF BANDUNG
KILAS BERITA
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 34/60
34 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
KILAS BERITA
Drs. M. Dani Pratomo., MM.,
Apt, Ketua Ikatan Apoteker
Indonesia merasa lega atas
keluarnya Permenkes No. 889 tahun
2011. Bagi segenap sejawat apoteker
Indonesia yang tergabung dalam
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), ini
adalah kado terindah di ulang tahun
IAI kali ini. Dani menggambarkan
Permenkes ini dalam dua sisi; satu sisi
adalah hadiah, sisi lainnya adalah ujian
besar bagi kepengurusannya saat ini.Dalam acara ulang tahun IAI yang
diselenggarakan di sela rapat koordinasi
sosialisai Permenkes 889, bukan hanya
Dani Pratomo yang terlihat sumringah,
tapi juga para mantan ketua IAI.
Cerita ulang tahun IAI mengungkap
napak tilas, bagaimana organisasiyang menaungi apoteker ini tumbuh
dari tahun ke tahun. Drs. Marzuki
Abdullan., MBA., Apt, Ketua ISFI
periode 1997-2000 memulai napak tilas
perjalanan oraganisasi in,i di teruskanDrs. Ahaditomo., MS., Apt, selaku
Ketua ISFI tahun 2000-2004.
Kedua mantan ketua tersebut
sangat apreciated dengan kemajuan
yang dicapai organisasian ini.
Ahaditomo berharap agar organisasi
ini dalam mengangkat nama apoteker
Indonesia, di kancah internasional.
Menurut Dani Pratomo, ia
memangku dua tugas besar sekaligus.
KADO TERINDAHULANG TAHUN IAI
Dengan adanya PP. 51 tahun 2009
dan Permenkes 889 tahun 2011,saat ini
apoteker tidak lagi menanti kejelasan
mengenai tugas profesinya, dan
kewenanagan apa yang dimiliki dalam
menjalankan profesinya.
“Sejak keluarnya PP. 51/2009,
kita sudah sangat diuntungkan. Dan
ketika keluar Permenkes 889/2011,
bola perubahan ada di tangan
kita. Saya berharap, kita mampu
mengolah ini semua dengan baik,untuk mewujudkan visi apoteker
kita,” katanya di tengah acara ulang
tahun. Dani merasa, belum tepat
untuk memberi banyak komentar
di ulang tahun IAI ini, karena tugas
yang diusung dalam kepengurusannya
baru saja ditapaki. Namun, besarharapan ia agar sejawat berpartisipasi
mensukseskan dan menjalankan
amanat PP. 51 dan Permenkes 889.
“Seperti disampaikan dalam
sambutan Rakor Sosialisasi Permenkes,Ibu Menteri Kesehatan mengatakan
bahwa peran apoteker sudah harus di
kedepankan,” katanya. Dani mengajak
segenap pengurus dan sejawat untuk
bersama-sama mewujudkan harapan
tersebut. “Saatnya kita wujudklan visi
apoteker yang paripurna,” tuturnya
singkat dan padat.
Acara HT IAI diadakan di Hotel
Twin, 18 Juni 18 Juni 2011. (vit)
distribusinya tidak dilakukan dan diawasi
dengan baik. Maka, tak jarang ketika
sampai di tangan konsumen khasiat
vaksin telah hilang. Menurut Agusta,
fenomena ini tidak perlu terjadi jika ada
orang yang paham tentang pengelolaanpenyimpanan dan pendistribusian
vaksin. “Dari sinilah asal muasal PP.
51/2009 mengeluarkan aturan, agar PBF
diawasi oleh apoteker,” katanya.
Didominasi peserta yang sebagian
besar mahasiswa, seminar ini bisa
memicu para akademisi agar bisa
menarik minat mahasiswa belajarlebih banyak tentang GSP dan GDP.
“Sampai sekarang, mahasiswa farmasi
masih banyak yang belum paham
tentang konsep GDP dan GSP.Materi ini harus mulai diperkenalkan,”
tuturnya.
Terkait dengan keadaan pendidikan,
Drs. H. Made Pasek Narendra.,
MM., Apt, menambahkan bahwa di
tengah tumbuh dan berkembanganya
Institusi mau pun universitas farmasi
di Indonesia, pekerjaan pendidikan ini
harus ditingkatkan. “Ada kurang lebih
63 institusi farmasi di Indonesi. Mereka
harus dibina agar paham, apa tugasnya
ketika lulus nanti. Sehingga, keluaranapoteker menjadi baik dan berfungsi
di bidangnya,” katanya. Ditambahkan
bahwa seminar ini juga bagian dari
proses mendidik, yang bentuknya
adalah pendidikan berkelanjutan.
Dalam seminar sehari ini juga
dibentuk Himpunan Seminat FarmasiDistribusi wilayah PD IAI Jabar.
Terbentuknya Hisfarsi Fardis Jawa
Barat ini diharapkan mampu menjadi
bagian untuk menambah motivasi bagi
para apoteker, agar bisa menjalankantugasnya dengan baik di PBF. Juga
bisa menjalankan amanah PP. 51, agar
apoteker mampu menjamin pekerjaan
kefarmasian di PBF, berjalan sesuai
GSP dan GDP.
Harapan baru juga digantungkan pada
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan
PTF, yaitu amanah untuk mempersiapkan
bekal bagi apoteker Indonesia. (Vit)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 35/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 35
KILAS BERITA
Presidium Pengurus Daerah
Ikatan Apoteker Indonesia (PD
IAI) Bangka Belitung berhasil
mengadakan Seminar Nasional
Kefarmasian ke-2, di Hotel Santika
Bangka, 18 Juni 2011 lalu. Dihadirkan
pembicara Drs. Bambang Triwara,
Sp.FRS, Apt (Wakil Ketua Pengurus
Pusat IAI Bidang Organisasi) dan
Letkol Widyati, M. Clin. Pharm,Apt
(Praktisi Farmasi Klinis RSAL
dr. Ramelan, Surabaya). Seminarnasional ini dikemas sebagai bagian
dari Konferensi Daerah Pertama IAI
Daerah Bangka Belitung.Tahun lalu,
seminar menghadirkn pembicara
DR. Faiq Bahfen dan Drs. M. Dani
Pratomo, MM, Apt.
Seminar Nasional Kefarmasian
dan Konferensi Daerah I IAI Daerah
Bangka Belitung dibuka oleh Wakil
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung H. Syamsuddin Basari, S.Sos,
yang sekaligus menjadi keynote speech
pada kegiatan tersebut.
H. Syamsuddin Basari menekankan
peran strategis apoteker dalam
membantu pembangunan sektor
kesehatan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Dalam catatannya,
saat ini terdapat 10 rumah sakit dan 62
apotek, milik pemerintah atau swasta
yang menjadi tempat pengabdian
apoteker di Bangka Belitung. Iamenekankan makna pentingnya
seorang apoteker bekerja dengan
penuh tanggungjawab, baik dunia mau
pun akhirat, karena apoteker telah
mengucapkan sumpah profesi, seperti
tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Dalam sesi seminar, pembicara
Drs.Bambang Triwara, Sp.FRS,
Apt memaparkan perkembangan
profesi apoteker, dari sudut pandang
pengakuan oleh pemerintah melalui
perundang-undangan. Setelah
lahirnya PP No. 51 Tahun 2009, lahir
Peraturan Menteri Kesehatan No. 889
tahun 2011, yang mengatur registrasi
apoteker di seluruh Indonesia.
Ditekankan bahwa saat ini, peran
dan fungsi apoteker sudah sangat
diakui oleh pemerintah. Yakni sebagai
satu-satunya profesi yang memilikikompetensi di bidang obat (farmasi).
Tantangan saat ini adalah, bagaimana
meningkatkan profesionalisme
apoteker sehingga keberadaannya
dirasakan oleh masyarakat.
Letkol Widyati M.Clin.Pharm,
Apt, dalam presentasinya menyoroti
implementasi layanan asuhan
kefarmasian di rumah sakit. Juga
tentang bagaimana membangun
kepercayaan tenaga kesehatan lainnya,
yang terlibat dalam pelayanan kepadapasien di rumah sakit. Ia banyak
bercerita tentang pengalaman dan
implementasi layanan farmasi klinis di
RSAL dr. Ramelan, Surabaya.
Setelah makan siang, acara
dilanjutkan dengan Konferensi
Daerah untuk menerima (atau tidak)
laporan pertangungjawaban Presidium
Pengurus Daerah IAI Bangka Belitung,
yang dibetuk melalui SK Pengurus
Pusat 19 Mei 2010. Laporan itu
secara aklamasi diterima oleh seluruhpeserta siding. Kemudian, dilakukan
pemilihan susunan pengurus inti
Pengurus Daerah IAI Bangka Belitung
masa jabatan tahun 2011-2014. Proses
pemilihan berakhir dengan terpilihnya
Drs. Mohammad Edi, Apt, M.Kes
selaku Ketua, Yuliasman, S.Farm,
Apt, AAAK selaku Sekretaris, dan
Sudarsono,SSi, Apt selaku Bendahara.
(Yuliasman, S.Si., Apt)
Seminar Nasional Kefarmasiandan Konferda IAI Bangka Belitung
Foto bersama para apoteker se BangkaBelitung (insert: Wakil Gubernur Provinsikepulauan Bangka Belitung H. Syamsud-din Basari, S.Sos) saat konferensi persdidampingi Ketua Terpilih PD IAI BangkaBelitung periode 2011-2014 Drs. Moham-mad Edi, Apt, M.Kes)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 36/60
36 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
KILAS BERITA
Menjawab Tantangan Dunia Farmasi
Penjiwaan terhadap profesi.Itulah salah satu unsur yang diperlukan dari seorang farmasis,dalam menjalankan profesinya
melayani masyarakat. Oleh sebab itu,pengimplementasian dalam menjiwaiprofesi menjadi langkah penting, dalammemahami paradigma keprofesianfarmasi, baik dalam dunia klinisimau pun komunitas. Kiranya halinilah yang ingin dicapai dari seminarkefarmasian dengan tema “The Worldof Pharmaceutical : Challenge andSolution,” yang diselenggarakan Sabtu,28 Mei 2011, oleh Himpunan Mahasiswa
Farmasi Fakultas MIPA UHAMKA.Seminar kefarmasian ini
menghadirkan tiga pembicara, yang
mengulas tantangan dalam duniakefarmasian dari segi komunitas, klinis,dan kemampuan entrepreneurshipseorang farmasis. Acara dibuka oleh Wakil Dekan III FMIPA UHAMKA,Drs. Priyanto, Apt, M. Biomed.Setidaknya, 260 peserta dari berbagaiuniversitas di Jabodetabek seperti,UNTAG, UI, STTIF, UNPAK sertadari internal UHAMKA, hadir dalamseminar yang diselenggarakan di aula C,Gedung Badan POM, Jakarta Pusat.
Dra. A. Retno Tyas Utami, M.Epid,mengungkapkan bahwa lingkup
pekerjaan kefarmasian terdiri enamlini, yaitu: regulation contro/ government ,community pharmacy, hospital pharmacy,industrial pharmacy, academic activities,dan training health workers. Semua liniini diperlukan penerapan eight star of pharmacist . “Seorang farmasis harusmemiliki empat kompetensi yaitu:mempunyai manfaat dan bernilaitinggi bagi pencapaian tujuan, memilikikemampuan yang spesifik, sulit dansekaligus mahal untuk ditiru, serta tidak
adalah menjelaskan kepada pasien, agarmematuhi aturan penggunaan obat,sehingga pasien memahami resiko obatuntuk mempertahankan mutu hidup dankehidupannya,” ujar dosen dan mantanSekretaris Jenderal ISFI ini.
Arel menegaskan bahwa darike enam lini tempat melakukanpraktek pelayanan kefarmasian,apotek merupakan tempat yang paling sesuai bagi farmasis/ apotekeryang baru menyelesaikan pendidikankeprofesiannya, agar dapat mulaimelaksanakan pekerjaan kefarmasiansecara mandiri dan profesional.
Mengenai paradigmapharmapreneurship, diungkapkan bahwaprofesi apoteker sebenarnya adalah
penjual jasa. Hal ini jelas dinyatakan dalamUndang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992. Masalahannya, sering terjadikesalahpahaman dalam menilai profesiapoteker.
“Peran apoteker di apotek seharusnya tidak hanya menjual sedianfarmasi, tetapi lebih pada menjamintersedianya sedian yang berkualitas,mempunyai efikasi, jumlah yang cukup,aman, nyaman bagi pemakainya danharga yang wajar,” katanya.
Konsep yang saat ini harus diubahadalah, menjadikan apotek bukan sebagai
toko obat, tetapi sebagai unit usaha yang berorientasi profesi. Sehingga, yang dinilai sebagai benefit adalah aktivitasprofesi yang tidak dimiliki oleh pembel,inamun dapat dirasakan manfaatnya.
Arel juga menjelaskan bahwa padaakhirnya, aktivitas profesi akan dibarengidengan penerapan eight star of pharmacy.Itu karena dalam pengelolaan unit usahakefarmasian diperlukan kemampuanmanagerial, inovasi, dan kreativitasapoteker. ( Joko Rinanto)
UHAMKA
dapat digantikan oleh profesi lain,” ijarapoteker lulusan Unair ini.
Retno juga mengungkapkan, farmasissaat ini harus mampu survive dalampersaingan tingkat global. Perubahanskala global yang dipicu oleh AFTA, ASEAN Charter ( Single Market ), dan ACFTA mengharuskan farmasismemiliki daya saing yang tinggi darisegi kompetensi. Terbukanya pasarglobal, berarti terbuka pula peluang dantantangan bagi profesi apoteker untuk berkiprah di kancah regional dan global.Maka, harus ada solusi untuk menjawabtantangan ini.
“Peningkatan kompetensi apoteker,adalah solusi untuk menjawab tantanganglobal dari aspek internal seorang
farmasis/ apoteker. Elemen pendukung seperti kebijakan pemerintah, peranindustri dan lembaga pendidikan, sertaperan asosiasi profesi adalah bagian darisolusi eksternal yang mendukung solusi,terkait tantangan global tersebut,” ujarnyalagi.
Dra. Leiza Leman Bakhtiar, Apt,M. Pharm, mengungkapkan bahwatantangan dalam dunia klinisi adalah,bagaimana mengubah cara pandang profesi lain dan masyarakat terhadapprofesi apoteker. “Melalui penerapan pharmaceutical care dalam farmasi klinik,
akan terjadi peran yang unik dalamsistem kesehatan,” ungkapnya. “Untuk menerapkan ini semua, perlu komitmendan langkah konkret dari berbagai pihak yang terkait.”
Di lain sisi, Drs. Arel st. Iskandar, MM.,Msi., Apt menyatakan bahwa apoteker adalahtenaga ahli yang mempunyai kewenangandi bidang kefarmasian. Maka, otoritas dalamberbagai aspek kefarmasian adalah milik apoteker.
“Obligasi moral seorang apoteker
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 37/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 37
KOLOM
Sebagaimana dituangkan dalamUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, jaminan
kesehatan adalah salah satu programyang diusung dalam Sistem JaminanSosial Nasional. Dalam pasal 39 UU40/2004 ditegaskan bahwa pengelolaanjaminan kesehatan mengikuti polaasuransi kesehatan sosial.
Konsekwensi penerapan jaminankesehatan berbasis asuransi adalah,akan terjadi pengendalian yang ketatterhadap terapi, termasuk terapifarmasi. Kita sudah melihat, bagaimanaimplementasi asuransi kesehatan yang dikelola PT. Askes (Persero) yang mengadopsi sistem managed care, sangatketat dalam pola farmakoterapi denganadanya formularium yang disebutDPHO (Daftar dan Plafon HargaObat), dan adanya restriksi (batasan)dalam melakukan farmakoterapisebagaimana diatur dalam formularium
tersebut.Prinsip sistem manager care(pelayanan terkendali) yang memang lazim digunakan dalam asuransikesehatan social, adalah pengintegrasianantara kualitas pelayanan kesehatandengan biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan tersebut. Sistem inimemberi insentif yang lebih besar bagiprovider (penyedia layanan kesehatan),yang mampu memberikan pelayanansecara efektif.
Menghadapi kondisi di atas,
sepertinya dunia farmasi di Indonesiaharus banyak berbenah. Belumbanyak industri farmasi yang siap, bilaimplementasi jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia diterapkan.Kondisi ini dapat dinilai dari kondisiyang terjadi, akibat menurunnyanilai bisnis farmasi secara drastis diProvinsi Daerah Istimewa Aceh, setelahimplementasi Jaminan Kesehatan Aceh(JKA) untuk seluruh warga Aceh. Bisa
dibayangkan, apa yang akan terjadi bilaseluruh rakyat Indonesia ditanggung oleh jaminan kesehatan.
Dari sisi industri farmasi (pabrik)akan banyak terjadi rasionalisasi dalampraktik bisnis ini, terutama terkaitdengan biaya promosi. Persaingan tidak sehat dengan cara berlomba-lombamemberikan kickback (komisi) kepadapenulis resep ( prescriber ), otomatis akanterkikis. Persaingan antar pabrik farmasi
lebih pada kualitas produk dan hargabersaing, kepada penyelenggara jaminansosial nasional. Pada titik inilah akanbanyak industri farmasi yang goyang,terutama industri farmasi yang selamaini mengandalkan kickback untuk merebut pasar.
Pelayanan farmasi di rumah sakit,juga akan terdampak secara langsung.Belajar dari sistem yang diterapkanpada penyelenggaraan JaminanKesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
yakni pentarifan berdasarkan diagnosa(diagnostic related group/DRG). DRGmenetapkan tarif pelayanan rata-rataterhadap diagnosa tertentu, sehinggabila telah ditegakkan suatu diagnosamaka tarif yang diterima penyediapelayanan kesehatan, dalam hal inirumah sakit, dapat ditentukan. Makinefektif rumah sakit melakukan terapi,maka makin tinggi insentif keuanganyang diterima oleh pekerja kesehatan.
Dalam DRG, insentif bagi instalasi
TANTANGAN DUNIA FARMASI MENGHADAPIIMPLEMETASI SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Oleh : Yuliasman, S.Farm, Apt, AAAK
farmasi tidak lagi didasarkan, seberapabanyak jumlah sediaan farmasi yang dijual, melainkan semakin efektif farmakoterapi dilakukan maka makinbesar insentif bagi petugas instalasifarmasi. Dengan sistem ini, praktik farmasi klinis menjadi suatu tantanganyang harus diwujudkan oleh installasifarmasi. Layanan one-unit-dose-dispesing (OUDD) dan patient visitedengan seangkaian pemantauan pasienselama terapi, akan menjadi keharusan.
Farmasi komunitas seperti apotek-apotek, juga akan secara langsung terdampak oleh aplikasi sistem asuransikesehatan dalam sistem jaminan sosialnasional. Dengan sistem providerterseleksi, hampir bisa dipastikan tidak semua apotek yang ada yang akanditunjuk sebagai penyedia layananfarmasi, dalam satu wilayah atau kota.Pengalaman dalam seleksi provider olehPT. Askes (Persero), bila akses masihmemungkinkan dan mudah ke apotek
yang ditunjuk, maka jumlah optimaladalah 1 (satu) apotek untuk satu kotakecil.
Disamping masalah seleksi provider, pro fi t margin yang sudah ditentukanoleh penyelenggara asuransi kesehatan,membuat ruang bermain apotek provider akan semakin sempit. Farmasikomunitas harus mencari cara, supayaposisi tawar mereka tetap tinggi danmempunyai ruang bermain yang cukupdalam pengendalian pemasukan.
Mau atau tidak, cepat atau lambat,
jaminan kesehatan adalah kebutuhanrakyat yang harus diwujudkan olehpenyelenggara negara. Sebelum perubahanbesar itu merasionalisasi secara paksapraktik bisnis farmasi yang cenderung sangat tidak transparan, alangkah baiknyakomunitas bisnis farmasi menyiapkan danmenyesuaikan diri dengan perubahan yang akan terjadi.
Pangkalpiang, 25 Juni 2011
* Sekretaris PD IAI Bangka Belitung
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 38/60
38 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
TOKOH
A
poteker yang satu ini sedang aktif mempromosikan
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Maklum, Dr.
Chazali M Situmorang, M.Sc, Apt, kini menjadi Plh
Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN),
lembaga yang mempersiapkan pelaksanaan Sistem JaminanSosial Nasional (SJSN). Dalam setiap kesempatan, semangat
Chazali selalu berapi-api ketika menjelaskan nilai strategis SJSN.
Menurut Chazali, SJSN yang nantinya akan menerapkan
universal health coverage, merupakan kesempatan dan pintu
strategis untuk merasionalkan system pembiayaan kesehatan
di Indonesia. “Bukan hanya itu. Rasionalisasi penggunaan
obat, perselingkuhan antara industry farmasi dan pelaku
penyelenggara layanan kesehatan, akan tereduksi secara
signifikan,” katanya di sela acara Forum Komunikasi SJSN
tentang Komponen Obat, dalam rangka implementasi
Dr. Chazali M Situmorang, M.Sc, Apt,
S J S NSJ SN
TergantungTergantungPolitical willPolitical willPemerintahPemerintah
jaminan Kesehatan di Jakarta, 29 Maret 2011.
Ini penting, karena faktanya, komponen obat
merupakan biaya terbesar; lebih dari 40% biaya
pelayanan kesehatan merupakan biaya obat dan
bahan habis pakai.“Kami berharap, SJSN dengan universal health
coverage dapat segera terealisir, sehingga masalah
yang berkelindan dalam pembiayaan kesehatan di
Indonesia mendapatkan jawaban secara sistemik.
Masalahnya sekarang adalah, bagaimana political will
pemerintah. Kalau pemerintah memiliki political will
untuk menjamin kesehatan masyarakat sebagaimana
amanat UUD 1945, Insya Allah akan terlaksana,”
jelas apoteker yang pernah menjabat sebagai
salah satu direktur jenderal dan sekretaris Jenderal
Departemen Sosial ini.
Menurut hitung-hitungan Chazali, ketika
pemerintah dan persetujuan DPR mengalokasikan
anggaran Rp.9,8 triliun pertahun, masalah jaminan
pelayanan kesehatan yang selama ini menjadi
perdebatan yang tidak ada ujung pangkalnya, akan
terselesaikan. “Masa sih pemerintah nggak sanggup
menganggarkan Rp.9,8 triliun setahun?”
Masalahnya, bagaimana political will pemerintah
untuk segera membentuk Badan Pelaksana Jaminan
Sosial (BPJS), yang sudah diamanatkan UU No.
40/2004, sekaligus menganggarkannya dalam
APBN. Masalah lainnya, “Bagaimana membanguntransparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran
tersebut?” (nun)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 39/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 39
TOKOH
Tidak banyak apoteker yang juga anggota militer yang aktif danmemiliki komitmen tinggi, untuk membangun karier sebagaiapoteker klinisi. Letkol Dra, Widyati, Sp.FRS, Apt, adalahklinisi sekaligus Kepala Instalasi farmasi RSAL Dr. Ramelan,
Surabaya. Ia sangat aktif membangun pelayanan klinik di rumah sakitpusat milik TNI Angkatan Laut tersebut.
Bahkan sekarang Widi, panggilan akrab Widyati, tengah mengambil
program S3 Klinik di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dapat dibayangkan bagaimana sibuknya ibu tiga anak ini. Sebab, selain sebagai klinisi dan Kepala Instalasi Farmasi RSAL,ia dosen tetap di Universitas Surabaya, dan mengajar farmasi klinik dibeberapa PTF di Surabaya. Ia juga sering menjadi pembicara seminar diberbagai daerah.
Bagaimana cara Widi mengatur waktu? “ Buat jadwal jauh-jauhhari, dan tepati apa yang sudah direncanakan. Kalau ada permintaanuntuk menjadi pembicara seminar di luar kota bahkan di luar pulau,harus jauh-jauh hari. Bukan soal jual mahal, tapi memang jadwal sayasangat padat dan selalu harus ada ijin dari atasan,” jelasnya.
Bagaimana mengalokasikan waktu buat keluarga? Alumnus
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung angkatan1982 ini menjelaskan,”Suami dan anak-anak sudah sejak awalsaya jelaskan, tentang konsekuensi menjadi orang yang aktif.Mereka sangat memahami bahkan memberi support yang luar biasa kepada saya. Itulah yang selalu menginspirasisaya. Saya selalu berterima kasih kepada suami dan anak-anak, dan tentunya bersyukur kepada Allah yang telahmenganugerahkan semua ini.”
Terkait dengan masa depan farmasi klinik diIndonesia, menurut Widi, sangat banyak yang harusdibenahi, mulai dari struktur, kultur mau punmentalitas apoteker. Perlu perjuangan panjang dan
melelahkan.“Tapi saya optimis, sepanjang seluruh stakeholder terus melakukan upaya dan Ikatan ApotekerIndonesia sebagai organisasi profesi apotekermelakukan berbagai upaya terobosan, insya Allahakan terwujud apa yang diimpikan oleh sebagianbesar apoteker Indonesia,” ujarnya.
Itu sebabnya, “Saya bela-belain ambil S3,sebagai salah satu upaya membangun farmasi klinik di Indonesia,” jelas kandidat doctor di FakultasFarmasi Universitas Gadjah Mada yang tengahmenyusun tesis ini. (nun)
MILITER KANDIDATDOKTOR
Letnan Kolonel Dra. WIDYATI, Sp.FRS,Apt
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 40/60
40 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PENDIDIKAN
Salah satu Pendidikan Tinggi
Farmasi ternama di Indonesia
adalah Fakultas Farmasi Universi
tas Airlangga, Surabaya. Fakultas
ini secara resmi dirintis oleh FIPIA
(Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam)Universitas Airlangga, berdasar
Instruksi Menteri Perguruan tinggi dan
Ilmu pengetahuan, Agustus 1962.
Jauh sebelumnya, di kalangan tenaga
pendidik senior Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga telah timbul
gagasan, untuk mendirikan lembaga
pendidikan kefarmasian dan pendidikan
kesehatan masyarakat. Maksudnya untuk
melengkapi Medical Center Universitas
Airlangga, sehubungan dengan telah
adanya Fakultas Kedokteran danFakultas Kedokteran Gigi, yang terletak
dalam suatu komplek dengan teaching
hospital yaitu Rumah Sakit Umum Dr.
Soetomo.
Di samping itu, fasilitas perkuliahan
dan praktikum di FK Unair dapat
dimanfaatkan, untuk keperluan
pelaksanaan pendidikan kefarmasian.
Karena berkedudukan di lingkungan Medical Center, pendidikan timggi
UU No 36 tahun 2009 dan PP No.51
tahun 2009 menyatakan apoteker
sebagai tenaga kesehatan, FF Unair
sangat bersyukur. Memang begitulah
semestinya. “Dengan demikian, apa
yang kami disain dan kami lakukansudah sesuai dengan tuntutan
peraturan perundangan yang ada,”
ujarnya.
Menurut Dr. Umi Athijah,
adanya teaching hospital RS. Dr
Sutomo, member corak dan karakter
tersendiri bagi apoteker lulusan
FF Unair,khususnya karakter yang
berorientasi pada pasien. Kurikulumyang berlaku sekarang ini adalah
Kurikulum-2000, disusun seiring
dengan usulan dan implementasi“QUE-Project”, yang berdasar pada
analisis kebutuhan dan perubahan
dari paradigma “content base” menjadi
“competency base”. Juga pelurusan
kembali kurikulum untuk lebih “patient
Desain Kurikulum untuk Hasilkan
Apoteker Sebagai Tenaga Kesehatan
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
farmasi diharapkan dapat memberikan
corak khas terhadap lulusannya. Yaitu
sarjana farmasi yang berorientasi
kepada penderita ( medically/clinically-
oriented pharmacist ), di samping orientasi
pada obat ( drug-oriented ).FF Unair didirikan 1 April 1965
(SK Menteri Pendidikan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan No. 64/1965).
Sebelumnya merupakan jurusandi FIPIA UNAIR, yang berdiri 17
Agustus Tahun 1963. FF Unair
menempati area seluas 3.600 m2 di
Kampus B UNAIR, bangunan gedung
berlantai tiga seluas 11.000 m2. Alamat
lengkapnya adalah: Kampus B UNAIR,
Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya,
Telepon : (031) 503710, Fax : (031)5020514, E-mail : [email protected],
Website : www.ff.unair.ac.id
Dekan Falultas Farmasi Universitas
Airlangga, Dr. Umi Athijah, MS, Apt,
menjelaskan bahwa FF Unair didirikan
untuk memenuhi tuntutan tenaga
kefarmasian, yang berorientasi tidak saja
pada “obat” ( drug oriented ) tetapi mulai
berorientasi pada penderita ( clinically/
patient oriented ). Ketika sekarang ini
oriented” selain “ product oriented” .
Kurikulum 2000, dirancang
dengan peningkatan sains-teknologikefarmasian yang kuat dan unggul.
Termasuk pembekalan untuk
implementasi konsep asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care),
sehingga pendidikan kefarmasian
lebih mendekat pada kelompok sistem
asuhan/pelayan kesehatan bersama
dokter, dokter gigi, keperawatan serta
tenaga/profesi kesehatan lainnya.
Dengan kurikulum ini, pembelajaran
Dr. Umi Athijah,M.S, Apt. Dekan FF Unair
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 41/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 41
PENDIDIKAN
Peri ode Industr i Farmasi Farmasi Rumah Sakit Total Total
Periode 1968- 1979 343 392 7351982 54 71 1251983 17 41 58
1984 71 71 1421985 35 30 651986 100 70 1701987 25 42 67
1988 80 88 1681989 24 50 74
Data mahasiswa tingkat profesi yang mengambil minat industrifarmasi dan farmasi rumah sakit
pengembangan profesionalisme
dimulai bertahap-berjenjang dari
semester1. Diharapkan, lulusan
memiliki kompetensi yang relevan
(needs-hope) dan sesuai tuntutan
global (trend-change) dalam bidang praktek profesi kefarmasian. Dengan
inovasi-diversifikasi proses belajar-
mengajar, disertai perbaikan atmosfer
akademik, pelaksanaan kurikulum
bisa lebih efektif, komprehensif dan
diperoleh keseimbangan antara kelima
bidang Iptek kefarmasian (sesuai 5
bagian di fakultas yaitu: Kimia Farmasi;
Farmasetika; Ilmu Bahan Alam; Ilmu
Biomedik Farmasi dan Farmasi Praktis.Dan, dapat dicapai kompetensi lulusan
yang memenuhi standar mutu nasional-internasional, dilandasi moral agama
yang kokoh.
Kurikulum-2000 untuk program
studi S1, merupakan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK, SK
Rektor No. 2264/JO3/PP/2005),
terdiri dari 148 SKS (termasuk
skripsi); 144 SKS mata ajaran wajib
dan 4 SKS mata ajaran pilihan. Proses
pembelajaran berupa perkuliahan,
tutorial dan praktikum, sehingga
relevan dengan tuntutan kompetensidan student active learning .
Sejak tahun 2003, dilakukan
redesigning. Empat SKS untuk
mata ajaran pilihan diganti dengan
4 SKS untuk Manufaktur Sediaan
Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian
yang dilaksanakan dengan metode
Problem Based Learning (PBL).PBL dimaksudkan agar mahasiswa
lebih aktif belajar mengintegrasikan
pengetahuannya, dan mengakses
informasi pengetahuan baru untuk belajar dalam kelompok kecil (10 – 15
mahasiswa) menyelesaikan problem
(modul/skenario), yang dapat lebih
mendekatkan mahasiswa untuk
belajar pada kenyataan dalam praktek
kefarmasian. Mata ajaran pilihan tetap
ditawarkan, untuk menunjang skripsi
dan memperluas/memperdalam
kompetensi unggulan.
Kurikulum Program Pendidikan
Profesi Apoteker, pada semester-1
terdiri dari pembelajaran wajib. Yaitu
mata ajaran: Manajemen Kefarmasian;
Spesialite Obat; Akuntasi Apotik; serta
Praktek Kerja Profesi (PKP) di Apotek
dan lembaga pemerintahan (Dinkes,Balai Besar POM, dll). Pada semester
kedua, peserta program wajib memilih
antara Farmasi Klinik (Rumah Sakit)
dan Farmasi Industri, yang masing
masing terkandung pembekalan
keilmuan (3 SKS) dan praktek kerja
profesi (10 SKS).
Setelah lulus program, peserta
memperoleh gelar Apoteker,
mengucapkan sumpah profesiapoteker, dan melakukan registrasi
di Depkes, serta mendapat sertifikatkompetensi. Selanjutnya, bergabung
dalam organisasi profesi Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI).
Fakultas Farmasi Unair
menyelenggarakan satu program studi
S-1 (Sarjana Farmasi) yang terpadu
dengan Program pendidikan Profesi
Apoteker (mono disiplin ilmu).
Juga menyelenggarakan Program
Magister Ilmu Farmasi, ProgramSpesialis (Spesialis-1 Farmasi single
degree ), Program Magister Profesi
(Program Studi Magister Farmasi
Klinik single degree dan combined degree ),
dan bersama Program Pascasarjana
menyelenggarakan Program Doktor
(S3) dalam ilmu farmasi.
FFi Unair pada tahun 2008
mempunyai 109 dosen tetap/PNS
sebagai staf edukatif, 58 karyawan tetap /
staf non edukatif, dan 20 karyawan tidak
tetap (honorer). Dalam pelaksanaan
kurikulum, FF dibantu dosen luar biasa
dari Unair (FK, FST, FISIP, FPsi) dan
praktisi profesi farmasis yang ahli dan
berpengalaman dari industri farmasi,rumah sakit, apotek serta bidang
kefarmasian lainnya (non Unair).
Pada semester gasal 2008/2009,
tercatat 1.223 mahasiswa dengan
rincian: mahasiswa S1 (493 dari jalur
SPMB dan 490 dari jalur PMDK)
dan 240 mahasiswa tingkat profesi
(SPMB dan PMDK). Belum termasuk
mahasiswa Program studi S2 dan
Program studi Spesialis I FarmasiRumah Sakit. Sampai semester genap
2008/2009, Fakultas Farmasi telahmeluluskan 2966 sarjana farmasi dan
2878 apoteker.
RatiodDosen dan mahasiswa
1:9,0, bila dihitung hanya berdasarkan
dosen tetap. Bila dihitung berdasar atas
seluruh dosen, termasuk dosen luarbiasa, baik dari lingkungan Unair mau
pun non Unair, rationya menjadi 1:6,6.
Dr. Umi Atijah, MS, Apt menjelaskan,
Unair sejak awal memang mendisainapoteker lulusannya menjadi apoteker
yang memiliki karakter dan kompetensi
sebagai tenaga kesehatan. Ini antara lain
karena kelahirannya merupakan bagian
tak terpisahkan dari FK Unair. Meski
tidak menutup kemungkinan lulusannya
bekerja di industri farmasi, sejak awal
Unair mencetak apoteker sebagai tenaga
kesehatan. (nun)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 42/60
42 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PROFIL PD
“UNTUK BERORGANISASI,
kita harus suka dan mau berkorban,
karena pada kenyaataannya tidak
ada keuntungan secara finansial dari
kegiatan berorganisasi. Tetapi malah
menyita waktu, tenaga bahkan biaya,”
ujar Dra. Lusy. “Jadi, pada dasarnya,
berorganisasi sebenarnya sebagai ben-
tuk pengabdian kepada perkembangan
PD IAI Banten telah menunj ukkan prestasi yang
membanggakan, terutama dalam pengorganisasian
keanggotaan yang tersebar di t uj uh kepengurusan cabang.
Ketua PD IAI Banten, Dra. Lusy Sumarwatih, MARS, Apt ,
ditemani sejawatnya Dra. Herlina Gushka, Apt, ditemui di
tempat tugas mereka di RSUD Serang. Keduanya menut urkan
pengalaman dan kiat-kiat dalam mengelola kepengurusan PD
IAI Banten.
Orientasi Kerja
pada Kepentingan Anggota
PD IAI BANTEN
profesi dan rekan sejawat apoteker.”
Jumlah apoteker di Provinsi Banten
saat ini berkisar 500 orang, tersebar di
tujuh kepengurusan cabang, yaitu Ci-
legon, Serang, Pandeglang, Lebak, kota
Tangerang, Kabupaten Tangerang dan
Tangerang Selatan. Persebaran apo-
teker di provinsi Banten berdasarkan
domisili mereka, karena cara tersebut
yang paling mudah untuk mendata.
Wilayah Provinsi Banten lumayan
luas. Dari persebaran kepengurusan
cabang saja mengalami pemekaran,
dari enam menjadi tujuh pengurus ca-
bang. Menurut Dra. Harlina Gushka,
Apt (Ketua Pengurus Cabang IAI
Serang), untuk bisa mengumpulkan
atau mempertemukan para apoteker
yang tersebar di Banten, dikemas
dalam acara arisan, yang dilangsungkansetiap bulan sekali. Sedangkan studi
berkelanjutan sebagai penyegaran ilmu,
biasanya dilakukan dua bulan sekali.
Saat ini, Pengurus Cabang (PC)
sudah bisa melakukan registrasi dan
rekomendasi. Rekomendasi kerja
untuk apoteker, yang sudah berjalan
harus melalui PC.
“Registrasi yang dilakukan
berdasarkan domisili tempat ting-
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 43/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 43
PROFIL PD
Edisi XI Desember 2010 - Februari 2011 43
gal, karena cara tersebut yang paling
mudah untuk dilakukan,” tutur Dra.
Herlina. Cara tersebut turut memper-
cepat proses pendataan apoteker, yang
tersebar di Provinsi Banten.
Herlina menegaskan, “Kami siap
melaksanakan Peraturan Pemerin-
tah Nomor 51, karena pengurusan
rekomendasi sudah bisa berjalan baik.
Data-data apoteker kita sudah punya
lengkap.”
Dalam kaitannya dengan TATAP
(Tiada Apoteker Tiada Pelayanan)
sebagai realisasi dai PP No. 51, PD
IAI Banten sedang membuat panduan
Ketentuan ini diterapkan, agar paraapoteker juga dapat melaksanakan
kewajibannya. Walau pun pada prak-
teknya memang ada penyimpangan,
misalnya apoteker jarang hadir atau
kerja rangkap.
Saat ini Pengurus Daerah IAI
Banten sudah memiliki apotek mandiri,
yang dikelola organisasi di bawah
dikan bagi calon apoteker yang butuhtempat magang.
Lokasi apotek tidak jauh dari
RSUD Serang. Walau masih belum
optimal, Lusy optimistis ke depan
apotek ini akan berkembang, “Karena
kami mengusahakan agar bisa melayani
dan memenuhi resep-resep yang lebih
lengkap.”
pelaksanaan, yang nantinya bisa men-
jadi pedoman standar untuk seluruh
Pengurus Cabang.
Lebih lanjut Herlina menjelaskan,
selain pendataan sudah dibuat standar
gaji untuk Apoteker Penanggung
jawab Apotek (APA); minimal gajipokok yang disyaratkan Rp. 1.800.000,-
dan ini sudah berlaku sejak tahun
2008. Dijelaskan kepada para Pemilik
Sarana Apotek (PSA) bahwa apoteker
bukan pegawai atau karyawan, tetapi
mitra dalam pengelolaan apotek. Oleh
karena itu, ketetapan tentang minimal
gaji agar dipatuhi oleh Pemilik Sarana
Apoteker (PSA), agar rekomendasi
dapat diberikan oleh pengurus cabang.
naungan badan hukum koperasi.
Menurut Lusy, koperasi yang didirikan
PD IAI Banten memang masih dirin-
tis. Kepemilikannya di bawah koperasi,
yang tujuanya bisa mempererat keang-
gotaan rekan sejawat apoteker. Selain
sebagai wadah usaha, apotek nantinya
bisa dimanfaatkan untuk sarana pendi-
Dra. Lusy berharap kepada
pengurus pusat agar mengusahakan
keputusan menteri yang menjadi acuan
implentasi PP. Nomor 51, segera bisa
diterbitkan sehingga para pengurus
IAI di daerah dapat segera melakukan
persiapan dan perencanaan, sehingga
bisa mengaplikasikan secara benar.(dar)
Apotik PD IAI Banten. Usaha yang dibangun dengan dasar kebersamaan.
Ketua PD IAI Banten. Dra. Lusy S, MARS, Apt
Dra. Harlina Guskha, Apt. Kami telah menetapkan gaji standar untuk Apoteker di Banten.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 44/60
44 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
PROFIL USAHA
Jaringan Apotik Century Healthcare
berkembang sejak tahun 1993,dimana pada awal berdirinya sang perintis Drs. Eddie Lembong, Apt.
berkeinginan mendirikan perusahaanyang menjadi leader dalam bisnis retailfarmasi di Indonesia yang mampumenyediakan produk-produk farmasikualitas terbaik untuk kebutuhanmasyarakat dengan pelayanan konsultasikefarmasian kepada masyarakatdengan baik dan benar. Filosofi dari sang pendiri inilah yang penuhkeyakinan bahwa manfaat maksimal
akan diperoleh oleh pelanggan/pasien dalam proses pengobatanapabila mereka diberikan pelayananinformasi dan bimbingan yang tepat.Untuk mewujudkan hal tersebut makaCentury Healthcare tetap berkomitmenuntuk selalu memberikan pelayananyang profesional. Saat ini bisnisjaringan apotik Century Healthcaredibawah tampuk kepemimpinan Andre Lembong, Pharm D lulusan
JARINGAN APOTIK CENTURY
Menjadi Role Model PelayananKefarmasian KomunitasStandarisasi manageri al dan pelayanan, menjadi keunggulan j aringan Apotik Century. Berdi r i
tahun 1993, jaringannya makin besar dengan membuka varian apotik franchise dan generik.
dari University of Michigan Amerika
Serikat yang merupakan putra dari sang pendiri, juga menjaga komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik sertapengembangan dengan inovasi-inovasiyang bisa memberikan hasil manfaatbagi masyarakat dan perusahaan secaramaksimal.
Jaringan apotik Century Healthcaretersebar dibeberapa kota besar diIndonesia, meyediakan berbagai layananuntuk pelanggan, seperti layanan antar,menyediakan berbagai kebutuhan baik OTC, Obat resep, alat-alat kesehatan,
dan lain-lain. Bahkan dibeberapa outletmenyediakan layanan operasi 24 jam.Dengan konsep jaringan apotik yang sudah terintegrasi secara professionaldan didukung oleh SDM, training,dan set up apotek yang terstandarisasisaat ini sudah memiliki 350 apotek milik sendiri dan 100 apotek franchise,bahkan saat ini sedang dikembangkanapotek khusus layanan obat-obatangenerik.
Menurut Daniel Tirta Kristiadi,MBA, Managing Director PT. PerintisPelayanan Paripurna (perusahaan yang mengelola jaringan Apotik Century Healthcare) bisnis apotik adalah bisnisberesiko tinggi. Hal ini berkaitan
dengan pelayanan kepada pasien, yang mana apabila Pelayanan tersebut tidak dilakukan dengan benar maka akanberdampak buruk bagi kesehatan sipasien. Kemampuan pengelolaanpersediaan produk obat yang baik oleh apotek juga sangat penting dalam manajemen perapotekan. Makamenurut Daniel, Century berupayameningkatkan pelayanan melaluipeningkatan kualitas SDM, baik paraapoteker maupun tenaga-tenagapendukung lainnya. Century melakukan
proses pelatihan dan evaluasi yang dilakukan secara kontinyu, yaitu melaluites yang dilakukan setiap bulannyauntuk melihat kemampuan dankompetensi SDM mereka. Dan dalampengelolaan persediaan barangnyaditunjang oleh sistem komputerisasi dan
Lebih lanjut Daniel menuturkanbahwa pada proses awal pendirianjaringan apotek Century Bapak Eddy Lembong sebagai perintis, tetapmensyaratkan adanya apoteker yang ada di setiap apotek di jaringan apotek
century. Namun belakangan ini kamimengalami kesulitan dalam penyediaankebutuhan kami, karena denganekspansi bisnis jaringan apotek century yang semakin berkembang, dihadapkanpeminatan lulusan apoteker yang lebihtertarik ke industri, pegawai negeri,dan jarang yang mau ke pelayanankomunitas. Padahal kebutuhan apotekeruntuk setiap apotek itu rata-rata 3 s/d 4orang apoteker, namun kami kesulitan
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 45/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 45
PROFIL USAHA
untuk mendapatkan apoteker yang maubekerja full time. Rata-rata pertanyaanmereka yang ajukan ketika kami tawariadalah bagaimana dengan jam kerja.Kendala lain ditambahkan oleh Andre
Lembong, Pharm D adalah kompetensipara lulusan apoteker itu sendiri. Padahaldengan pengalamannya mengenyampendidikan profesi apoteker di AmerikaSerikat Andre mempunyai standarisasikhusus, dan itu sulit ditemukan padalulusan apoteker di Indonesia, ujar Andre.
Didukung oleh induk perusahaanyaitu PT. Pharos Indonesia, sebagai salahsatu produsen farmasi besar di Indonesiatentunya jaringan apotek Century mendapat keuntungan tersendiri, yaitukemudahan dalam penyediaan kebutuhan
obat-obat dan imbal balik dari hubunganitu adalah PT. Pharos mendapat informasiyang berharga secara gratis, yaitukebutuhan obat-obat yang diperlukanmasyarakat sehingga bisa menjadi sebuahriset pasar yang akurat dan efisien.
Apotek Century dirancang sebagaiapotek yang berjaringan karena untuk memudahkan standarisasi dan tentunyameningkatkan daya saing dengan parakompetitornya. Beberapa keuntungandari apotik berjaringanan ini adalah:faktor keamanan baik dari persediaanmaupun kualitas barang, layanan yang optimal karena terstandar, efiensibiaya distribusi, harga yang kompetitif,kemudahan dalam administrasi denganpihak asuransi, membantu pemerintahdalam melaksanakan program-programkesehatan nasional, mempermudahprodusen dam pengaturan distribusi(pengiriman dan penarikan), mengurangiresiko barang expired date (ED), mediayang tepat untuk pelatihan para apotekeryang baru lulus, pengenalan produk baru,
membuka lapangan kerja yang sangatbesar, dan lain-lain.Dengan berbagai keunggulan apotik
jaringan ini tentunya membatu kamibisa melakukan ekspansi bisnis yang semakin luas. Penyebaran apotik-apotik kami tidak hanya tersebar di pusat-pusatperbelanjaan saja, tetapi juga melebar kepopulasi pemukiman. Bahkan sejak tahun2009 sudah adanya varian apotik Century,yaitu apotik franchise sehingga persebaranapotek century semakin besar. Menurut
Daniel, yang membedakan antaraapotik jaringan dengan franchise / waralaba adalah dalam penamaan apotik tersebut. Apotik jaringan bernamaCentury Healthcare, sedangkan untuk apotik franchise adalah Century Farma. Ditegaskan oleh Daniel kedua varian apotik ini tetap menggunakanstandarisasi yang sama, bahkan sudahmendapatkan akreditasi ISO 9001:2008.
Ke depan kami coba menggandeng industri asuransi, yaitu untuk membantumenyeleksi klaim-klaim yang diajukanagar sesuai dengan ketentuannya,
tentunya ini menjadi kerjasama yang saling menguntungkan. Kami jugasekarang sedang menyiapkan agarklien asuransi tidak hanya sistemreimburse saja, tetapi dengan kartuyang bisa kredit, tentunya sesuai dengandaftar obat-obatan yang terdaftar diperusahaan asuransi penerbit. Danieloptimis sistem ini akan bisa berjalan,karena secara sistem kami sudahsiap, karena jaringan yang terintegrasisecara online tentunya sistem tersebutbisa dilakukan. Bahkan untuk
pengembangan sistem dan teknologinyasendiri kami kembangkan sendiri.
Apotik Generik, WujudKepedulian Century
Kendala yang dihadapi dalampenyediaan obat generik menurut Andre Lembong karena kendalabiaya produksi yang sering lebih besardibandingkan harga jual, walaupunkebutuhannya banyak. Permasalahanlain adalah ketersediaan harus ada,
namun kebutuhannya tidak banyak maka resiko ED sangat tinggi. Keduahal tersebut itulah yang membuatindustri farmasi enggan untuk memproduksi obat generik.
Latar belakang itulah yang menjadimotif kami membuat jaringan apotik generik. Karena dengan sistem jaringandiharapkan kita dapat menghindariatau mengurangi resiko kerugian dariproduksi obat-obat generik. Andremenambahkan bahwa Apotek Generik ini bisa membantu memperbaiki citraobat generik yang kurang mendapat
minat dari masyarakat. Dari hasil survey yang pernah dilakukan mengenaipendapat masyarakat tentang obatgenerik, hasilnya : produk generik dianggap dosisnya rendah, tidak bisauntuk penyakit serius, murah danrendah kualitasnya, perlu waktu lamauntuk sembuh, sehingga tantanganutama kami adalah memberikanedukasi yang benar kepada masyarakatluas tentang obat generik, yang saatini baru dilakukan oleh pemerintahmelalui Departemen Kesehatan.
Diharapkan lewat Apotek Generik inisosialisasi dan edukasi tentang obatgenerik dapat terjadi lebih cepat sebagai wujud partisipasi pihak swasta atasprogram pemerintah ini, sehingga,baik Pemerintah maupun Apotek Generik dapat mencapai misinyayakni masyarakat dapat lebih mudahmemperoleh obat yang bermutudengan harga terjangkau sehinggabiaya kesehatan masyarakatpun dapatmenurun.(dar)
Andre Lembong, Pharm B dan Daniel Tirta Kristiadi. Apotik Bisnis resiko tinggi.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 46/60
46 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
Tak banyak fakultas farmasi yang
memiliki Apotek Pendidikan.
Meski dibebani misi idealis
sebagai tempat praktek calon
apoteker, Apotek UGM Yogyakarta
sebagai institusi bisnis terusberkembang.
Bangunannya tampak megah
untuk ukuran apotek. Itulah Apotek
Pendidikan UGM (Apotek UGM)
Jogjakarta. Apotek ini membawa misi
besar, sebagai media pendidikan bagi
calon apoteker. Terasa berat, karena
harus menjadi tempat praktikum
sekaligus tempat magang bagi calon
KeseimbanganIdealisme & Bisnis
APOTEK PENDIDIKAN UGM
apoteker, yang mengajarkan hal ideal,
normatif dan realistis. Di sisi lain,
harus efisien, bahkan pro fi table sebagai
sebuah institusi bisnis.
Apotek UGM didirikan 14
Agustus 2000, oleh Fakultas FarmasiUniversitas Gadjah Mada untuk
memenuhi ambisi mendekatkan calon
apoteker pada pelayanan yang paling
nyata, yaitu bertemu dan melayani
pasien. Meski hanya sebagai simbol,
Dekan Fakultas Farmasi UGM waktu
itu, Prof. Dr. Ibnu Gholib ganjar
DEA, Apt sekaligus sebagai Apoteker
Pengelola Apotek, dengan apoteker
pendamping sebagai pelaksana
sesungguhnya Bondan Ardiningtyas,
S.Si, Apt. sangat proaktif dan agresif membangun apotek agar mampu
mengemban misi apotek.
Sejak 31 Maret 2011, Apotek
UGM beroperasi di bawah kendali
PT Gama Multi Usaha Mandiri,
badan usaha milik Universitas Gadjah
Mada, sehingga inovasi usaha dan
pengembangan yang bermuara pada
peningkatan profit terus dilakukan.
Namun, pembinaan teknis tetap
dilakukan oleh Fakultas Farmasi
UGM.Menempati lahan milik Universitas
Gadjah Mada, lokasi Apotek UGM
sangat strategis, berada di sisi luar
kampus UGM yang berdekatan
dengan pemukiman penduduk dan
memiliki akses jalan utama keluar
UGM, tepatnya di Jl Prof. Dr Sardjito
No 25 Yogyakarta. Apotek UGM
saat ini “mempekerjakan” 6 (enam)
apoteker, terdiri dari seorang apoteker
PROFIL USAHA
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 47/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 47
pengelola apotek (APA) dan 5
apoteker pendamping, membuatnya
sebagai sarana praktek apoteker yang
ideal.
Setiap pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan oleh apoteker,
bahkan sudah diterapkan standar
pelayanan sebagaimana diatur
Kepmenkes 1027/2004, tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Apotek UGM memiliki
Standar Prosedur Operasional (SOP)
yang setiap tahun diperbarui dan
dilaksanakan dengan baik. Demikian
pula sistem dokumentasi termasuk
Patien Medication Record (PMR, Catatan
calon apoteker melakukan PKL/
PKPA (magang). Setiap bulan, tercatat
18 calon apoteker yang PKL/PKPA di
apotek ini, bahkan masih menampung
PKL/PKPA dari fakultas farmasi
lain di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Menurut manajer sekaligus APA
apotek UGM, Bondan Ardiningtyas,
Apotek UGM memang didisain
sebagai tempat PKL/PKPA bagi calon
apoteker, mengingat waktu itu tempat
PKL/PKPA tidak ada yang standar.
Artinya, tergantung dari preceptor
(pembimbing di lokasi PKL/PKPA)
sehingga sangat bervariasi. Kalau
feasible sehingga calon apoteker betul-
betul memahami dua hal sekaligus.
Yaitu, bagaimana menjalankan Good
Business Practice sekaligus menerapkan
Good Pharmacy Practice.
Setiap calon apoteker yang PKL/
PKPA di apotek ini, menurut Bondan,
harus memasuki masa orientasi
yaitu masa pengkondisian sehingga
secara mental siap menjadi care giver,
dan berperan sebagai health provider
yang baik bagi pasien. Juga untuk
memahami alur kerja dan proses
pelayanan di Apotek UGM.
Dalam perkembangannya,
apotek ini melakukan inovasi dengan
mengubah konsep menjadi RumahSehat (menggunakan paradigm sehat,
bukan paradigma sakit), dengan
memberikan fasilitas yang sangat
lengkap dan nyaman. Termasuk
café dan tempat praktek dokter dan
counter herbal. Fasilitas tersebut
makin mengukuhkan kehadiran
Apotek UGM.
Menurut pengamatan MEDISINA,
PROFIL USAHA
Pengobatan Pasien) berjalan dengan
baik.
Apoteker yang praktek terbagi 3
shift, setiap shift ada 2 (dua) apoteker
yang masing masing berada di depan
counter untuk bertemu langsung
melayani pasien. Peran apoteker di
apotek ini menjadi sangat optimal,
sehingga mampu mendidik pasien
bahwa pergi ke apotek harus bertemu
dengan apoteker dan tidak dapatdiwakilkan pada kerabat atau orang
lain.
Apotek UGM yang memiliki misi:
mMenjadi apotek pendidikan yang
melahirkan apoteker yang mampu
melaksanakan praktek kefarmasian di
apotek secara professional. Tak heran
bila apotek ini menjadi tumpuan bagi
Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UGM, untuk menampung
preseptornya sangat antusias di bisnis,
materi yang diberikan terlalu berat
di pengembangan bisnis apotek,
sementara aspek pelayanan dan
pharmaceutical care tidak tersampaikan.
Oleh karena itu, menurut
Bondan, misi utama apotek UGM
adalah menjadi tempat pelatihan bagi
calon apoteker untuk memahami
peran, fungsi, posisi, wewenang dan
tanggungjawab apoteker di apotek.
Alhamdulillah, secara ekonomi juga
ada beberapa apotek pendidikan milik
fakultas farmasi di Yogyakarta. Namun
dari sisi bisnis tidak berkembang,
bahkan cenderung merugi. Hal ini
menjadi tantangan bagi pengelola apotek
pendidikan, bagaimana mengajarkan
bertemu dan melayani pasien jika
pasiennya tidak ada. Bagaimana calon
apoteker memahami kasus dengan
variasi yang sangat beragam, jika pada
saat PKL/PKPA, di apotek tidak
ditemukan kasus sama sekali. (nun)
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 48/60
48 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
INFO SEHAT
Olahraga merupakan aktifitas
yang dilakukan untuk
latihan
atau kesenangan, sesuai
dengan aturannya. Contohnya adalah
lari, sepakbola, tenis, badminton,
berenang, jalan, catur dan sebagainya.
Tujuan seseorang melakukan olah-raga biasanya dimaksudkan untuk:
MENJAGA KESEHATAN
Olahraga untuk menjaga kes-
ehatan, dilakukan untuk menjaga
elastisitas dan kekuatan otot, kondisi
tulang yang kuat tak mudah patah,
dan metabolisme tubuh yang lancar
serta terjaga baik. Dalam hal ini,
harus diingat dan dijaga porsi latihan
agar sesuai dengan kondisi tubuh
masing-masing. Olahraga yang ber-lebihan, tidak baik bagi tubuh karena
bisa berdampak pada cedera otot
dan sendi. Dengan berolahraga, hasil
utama yang dirasakan adalah kebuga-
ran dan kesehatan.
Beberapa manfaat olahraga
untuk menjaga kesehatan
1. Olahraga dapat meningkatkan
Manfaat OlahragaBukan Hanya Sehat
kemampuan jantung dan paru-paru
yang disebut endurance atau ke-
mampuan cardiovaskuler. Puncak
kemampuan kardiovaskuler terjadi
pada orang berumur sekitar 20
tahun, dan menurun setiap tahun
sebesar 1% dari kemampuannya.
Maka, olahragawan top duniabiasanya mencapai puncak prestasi
sewaktu berumur 20-an tahun,
selanjutnya menurun sampai digan-
tikan oleh yang lebih muda.
2. Olahraga dapat meningkatkan
kualitas otot, yang sangat dibu-
tuhkan agar dapat bekerja dengan
efisien. Hal ini akan mempengaruhi
produktifitas kerja.
3. Olahraga dapat meningkatkan
daya tahan atas penyakit atau keke-
balan tubuh. Orang yang cukup
berlatih olahraga tidak mudah sakit.
Kalau pun terserang penyakit,
biasanya cepat masa pemulihannya.
4. Olahraga dapat mengurangi lemak
tubuh. Olahraga akan membakar
lemak menjadi karbondioksida, air
dan energy.
5. Olahraga dapat melebarkan
pembuluh darah yang menyempit,
serta menurunkan LDL kolesterol
yang tertimbun. Dampak terbe-
sarnya adalah aliran darah menjadi
lancar. Hal ini akan mengurangi
resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Kalau pun terjadi
serangannya agak lebih ringan dan
rehabilitasinya lebih cepat.
6. Olahraga dapat membantu menu-
runkan tekanan darah (hipertensi).
Hipertensi sering terjadi pada
orang dengan gaya hidup yang pa-
sif, perokok, makan terlalu banyak
dan stress.
7. Olahraga dapat membantu
menurunkan kadar gula darah. Bagi
penderita diabetes, olahraga dapat
mengontrol gula darah tanpa obat.
8. Olahraga dapat membantu me-
madatkan lagi tulang yang keropos.
Terutama untuk latihan latihan
yang menghentak (seperti lari atau
jalan cepat), juga latihan beban.
Tentu, semuanya ini harus disertai
dengan gizi yang berimbang.
9. Olahraga dapat meningkatkan
rasa percaya diri. Bentuk fisik yang
ideal, serta jantung dan paru-paru
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 49/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 49
yang sehat, merupakan nilai positif
dalam kehidupan sehari-hari yang
menunjang rasa percaya diri.
10. Olahraga dapat meningkatkan
stamina, sehingga meningkatkankemampuan fisik di luar rumah
dan di atas ranjang
11. Olahraga dapat meningkatkan
kemampuan otak, karena menin-
gkatkan pasokan oksigen dalam
tubuh, memperlancar sirkulasi
darah termasuk yang ke otak.
12. Olahraga menunda proses penu-
aan, karena merangsang produkti-
vitas sel baru pada kulit.
MENCAPAI PRESTASI dan
MENDAPATKAN PENGHASI-
LAN
Olahraga untuk mencapai prestasi,
biasanya dilakukan oleh profesi atlet.
Seorang atlet akan melakukan latihan
fisik yang berkesinambungan dan
membuktikan prestasi melalui per-
tandingan lokal, daerah, nasional atau
internasional.
Setelah menjadi pemain top di
negaranya atau di negara lain, biasanyaakan mendapatkan tawaran sebagai
pemain professional di klub tertentu. Hal
ini akan menghasilkan pendapatan yang
besar sampai besar sekali, selama masih
tetap menjadi juara atau pemain top.
MENDAPATKAN KESENAN-
GAN (HOBBY) atau PRESTISE
Hasil yang diperoleh oleh olahraga
adalah kesenangan batin, bersama
teman-teman. Olahraga jenis ini cen-
derung pada olahraga permainan yang menyegarkan pikiran, yang secara tak
langsung juga menyehatkan. Misalnya
olahraga golf untuk melatih ketenan-
gan, catur untuk melatih konsen-
trasi otak, memancing untuk melatih
kesabaran, berkuda untuk ketangkasan,
dsb. Manfaatnya lebih terasa pada
batin dan kenyamanan berkomunikasi,
di samping kesehatan fisik. (amd)
KEHIDUPAN CELL
YANG MENAKJUBKAN
K ita berasal dari satu sel, yaitu
satu sel telur yang dibuahioleh satu sperma. Gajah
yang besar atau semut kecil,
berasal dari satu sel. Juga lumut yang
kecil atau pohon beringin yang besar.
Tubuh manusia terdiri dari triliunan
sel-sel kecil. Dalam kehidupan, sel
memegang fungsi yang begitu banyak,
antara lain: melapisi dan melindungi
tubuh, berkontraksi di otot, menghan-
tar impuls, dll.
Prof. Lewis Wolpert dalam
bukunya “The Miracle of Cells”
menyampaikan, setiap sel dikelilingi
oleh membran tipis dan fleksibel, yang
mengontrol sesuatu yang bisa masuk
dan keluar sel. Dalam setiap sel, ada
dua daerah utama yaitu nukleus dan
sitoplasma. Nukleus berisi 23 pasang
khromosom yang terpisah-pisah dan
berisi 30.000-80.000 gen manusia.
Nukleus yaitu inti sel berupa molekul
kecil, yang digabungkan dalam untaian
asam nukleat seperti DNA dan RNA.DNA berfungsi menentukan
urutan asam amino, untuk membentuk
protein. DNA sel manusia terdapat
dalam 46 khromosom, yang tersusun
menjadi 22 pasang pembawa sifat dan
sepasang khromosom sex. Sedangkan
RNA yang disintesa dalam nucleus,
berada dalam khomosom bersama
protein dalam bentuk kompleks ribo-
nukleoprotein yang besar.
Terdapat juga sitoplasma, yaitu
daerah yang mengelilingi nucleus
tempat dibuat protein. Protein adalah
pekerja sel yang bertugas menjalankan
fungsi sel seperti di atas. Di sito-
plasma inilah fungsi sel dijalankan
oleh protein, dalam lingkungan cair.
Pada sitoplasma terdapat unit-unit
kecil, yang berfungsi membagi energi
disebut mitochondria. Dalam mito-
chondria terdapat enzim-enzim yang
INFO SEHAT
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 50/60
50 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
INFO SEHAT
perlu untuk sintesa RNA dan protein.
Sebagian besar energi untuk aktivitas
sel, disediakan dalam bentuk adenosine
tri fosfat (ATP).
Para ahli memperkirakan, ada 40
triliun sel dalam tubuh kita. Ketika
setiap sel bekerja aktif, kita merasakan
adanya vitalitas dan kesehatan. Jika
sesuatu mengganggu fungsi sel, kita
akan kehilangan energi dan menjadi
lebih rentan terkena penyakit. Oksigen
yang diserap dan gizi makanan yang
dimakan, akan diubah menjadi energy
di mitochondria. Pada sel yang sehat,
perubahan energi di mitochondria
berjalan lancar. Sepanjang kondisi
baik itu berlanjut, kita bisa tetap aktif
dan bersemangat, tanpa pandang usia.
Vitalitas menurun berarti ada sesuatu
yang menghalangi kegiatan mitochon-
dria dalam sel.
Dr. Hiromi Shinya menyebutkan
sesuatu itu sebagai sampah sel. Seba-
gian besar sampah dalam sel adalah
protein cacat yang tak berguna. Sam-
pah terjadi ketika proses pembuatan
protein baru dari asam amino dalam
sel, di mana sebagian ada yang menjadi
protein cacat. Kebanyakan sumbernya
adalah asam amino yang berasal dari
protein hewani. Agar kesehatan dan
vitalitas kita pulih, sampah harus dis-
ingkirkan. Ada 3 cara sel dalam tubuh
untuk membela diri dan menyingkir-
kan sampah sel, yaitu: melalui proses
detoksifikasi, menggunakan kekeba-
lan alami (dengan memaksimalkan
kemampuan aktifitas sel darah putih),
dan proses apoptosis atau kematian sel
yang terpogram.
Sel tubuh kita sangat mirip satu
sama lain, karena berasal dari satu
sel telur yang dibuahi oleh satu sel
sperma. Dari sinilah mulai kehidupan
baru yang mempunyai empat ciri pent-
ing, yaitu :
1. Kemampuan berreplikasi (mem-
perbanyak diri) membelah menjadi
dua dan seterusnya.
2. Kemampuan untuk mempertah-
ankan keteraturan dan mengahasil-
kan energi, bagi semua aktifitas
dalam sel seperti gerak dan sintesa
molekul.
3. Kemampuan untuk ber-evolusi.
4. Kematian.
Yang memegang peranan penting
dalam keempat proses ini adalah khro-
mosom, suatu molekul yang berbentuk
benang, DNA dan protein.
Dari telur yang dibuahi, berkem-
bang berbagai struktur dalam tubuh.
Beberapa di antaranya memiliki
kompleksitas menakjubkan, contohnya
otak dan sumsum tulang belakang.
Setiap kali tubuh beraktivitas, tidak
lepas dari rangkaian jutaan sel yang
tengah berinteraksi. Misalnya, sel saraf
berinteraksi satu sama lain dengancara khusus yang memungkinkan kita
bisa belajar, berpikir atau merasakan
sesuatu.
Protein adalah mesin ajaib dalam
sel, sedang DNA yang menyusun gen
(pembawa sifat) dalam khromosom,
menyediakan kode untuk membuat
protein. Sebelum sel membelah (rep-
likasi), DNA direplikasi dulu. Dengan
menentukan sifat semua jenis pro-
tein dalam sel, DNA mengendalikan
banyak aktivitas sel secara efektif. Adasekitar 100.000 jenis protein dalam
tubuh kita, yang terdiri dari molekul
kecil dan sederhana yang disebut
asam amino yang dirangkai menjadi
satu. Ada 26 macam asam amino yang
diperlukan tubuh, dan 10 di antaranya
dapat dibuat sendiri oleh sel kita, dan
16 asam amino lain harus diperoleh
dari makanan.
Ada empat ciri dasar pertumbu-
han sel:Sel menjadi besar dan membelah
Sel akan bertumbuh menjadi 2 kali
lebih besar, DNA direplikasi kemu-
dian membelah jadi dua. Satu salinan
dari ke empat puluh enam khromo-
som dalam setiap sel di tubuh kita,
harus diwariskan kepada sel anak saat
pembelahan. Siklus pembelahan sel
manusia memiliki 4 fase : pertumbu-
han, kromoson bersama DNA dan
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 51/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 51
INFO SEHAT
gen terduplikasi, replikasi DNA dan
mitosis menjadi 2 sel dalam 1 jam.
Pengaturan waktu rangkaian kejadian
dalam siklus sel dikontrol oleh protein
khusus bernama siklin, yang berfungsi
mengaktifkan atau menonaktifkan
fungsi protein khusus.
Cara khromosom berreplikasi,
didasarkan pada struktur DNA yang
ditemukan oleh Watson dan Crick
pada tahun 1953. Ada 46 macam
khromosom, dan setiap khromosom
mengandung satu molekul DNA yang
sangat panjang, terdiri dari dua untaian
yang saling melilit membentuk ulir
rangkap. Setiap untaian DNA adalah
rangkaian protein dengan 4 jenis unitkimia sederhana, yang disebut nukleo-
tida dan terdiri dari adenina (A), sito-
sina (C=cytosine), timina (T=thymine)
dan guanine (G=guanine).
Setiap sel anak menerima satu
set gen yang identik dengan set gen
induk. Setelah khromosom mendup-
likasikan diri, kedua salinan dari setiap
khromosom menyatu. Khromosom
ini menjadi untaian panjang DNA,
kemudian terkondensasi (merapat dan
memendek), kemudian teridentifikasimenjadi khromosom baru sebagai sel
anak, dan setiap sel anak memiliki satu
set yang identik. Proses ini disebut
mitosis.
Pemeliharaan Keteraturan Sel
Kegiatan ini melibatkan pertum-
buhan dan sintesis molekul baru, serta
penyediaan energi baru bagi proses
tersebut. Peranan enzim sangat pent-
ing dalam sintesa atau pemecahan
molekul. Untuk mempertahankanketeraturan dan mencegah kegagalan
fungsi agar tidak terjadi kerusakan,
dibutuhkan energi dari pemecahan
glukosa dan lemak, juga dari sintesa
protein. ATP juga sangat serbaguna
sebagai sumber energi untuk proses
seluler, dari kontraksi otot sampai sin-
tesis protein. Cara menyediakan energi
dengan memberikan atau memecah
satu gugus fosfat, ATP diubah menjadi
ADP (adenosine di pospat). ADP
dapat diubah lagi menjadi ATP di
mitochondria, ketika glukosa dipecah
kemudian menghasilkan H2O dan
CO2
Evolusi
Evolusi menyebabkan organisme
hidup mulai dari bakteri, tumbuhan
sampai manusia, dapat berubah sifat
yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, sehingga meng-
hasilkan keturunan yang berbeda
dari induknya. Pada dasarnya, evolusi
adalah perubahan sifat yang diwarisi
dan penyeleksian manfaatnya. Pewari-
san sifat terjadi pada gen (DNA),yang merupakan satu-satunya struktur
dalam sel yang berreplikasi. Perubahan
dalam gen ini, menentukan jenis pro-
tein yang akan dibuat dan harus terjadi
pada sel nuftah (germ cell), yaitu pada
sperma dan atau sel telur.
Kematian
Ciri keempat dari kehidupan adalah
kematian. Seseorang harus hidup baru
kemudian mati. Kematian sel terjadi
ketika semua fungsi penting berhenti.Faktor utama penyebabnya adalah
kerusakan, yang tidak dapat diperbaiki
pada mitochondria, sehingga energi tidak
bisa dihasilkan lagi, dan juga kerusakan
membran. Kematian sel ada juga yang
disengaja dengan bunuh diri sel.
Kematian dengan bunuh diri ini
atau disebut apoptosis, merupakan
program pamungkas yang dimiliki
setiap sel, kecuali sel darah merah
yang tidak memiliki nucleus. Ketika
program ini diaktifkan, sel mengerut
dan struktur dalamnya hancur karena
aksi enzim bunuh diri. Kehancuran
ini memberi sinyal kepada sel darah
putih khusus pembersih jaringan untuk
datang, dan menelan sel yang mati
sehingga isinya tidak menjadi sampah
yang bisa merusak sel di sekitarnya.Banyak sel saraf mati ketika tidak
membuat hubungan yang benar selama
perkembangannya. Untuk membantu
enzim dalam melawan molekul asing
yang menyerang sel, adalah dengan
asupan anti oksidan yang banyak ter-
dapat pada buah-buahan dan sayuran.
Ada jutaan sel bunuh diri setiap hari
karena tidak menemukan pasangannya,
yaitu pada sperma yang tidak menemu-
kan sel telur. (Bahan dari The Miracle
of Cells, Lewis Olpert dan The Micro-bus Factor , Hiromi Shinya) amd
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 52/60
52 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
KOLOM
Sering kita mendengar seseorang mengatakan, “Wah, kerjanyatidak professional”, setelahmenerima pelayanan dari orang
lain. Undang-undang nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal13(3) berbunyi:“Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit harus bekerjasesuai dengan standar profesi, standarpelayanan rumah sakit, standarprosedur operasional yang berlaku,etika profesi, menghormati hak pasiendan mengutamakan keselamatanpasien.”
Pada penjelasan pasal 13(3), yang dimaksud dengan standar profesi adalahbatasan kemampuan ( capacity ) meliputipengetahuan ( knowledge ), ketrampilan( skill ) dan sikap profesional ( profesional
attitude ), yang minimal harus dikuasaioleh seorang individu, untuk dapatmelakukan kegiatan profesionalnyapada masyarakat secara mandiri.Standar profesi ini dibuat olehorganisasi profesi. Ada dua istilahdalam hal ini: sikap professional dankegiatan professional.
Apa yang dimaksud dengan
professional? Salah satu artiprofessional dalam kamus Oxfordadalah, seseorang bekerja sudahterlatih dan mempunyai ketrampilanyang tinggi. Ahli lain mengatakan,seorang yang professional adalah yang bekerja dengan disiplin tinggi, taat padaperaturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan kode etik.
Dalam melaksanakan tugas itu, ia haruscare, fair dan share.
Memasuki era globalisasi, parapakar mengatakan bahwa seseorang atau suatu organisasi dalam
Profesi, Profesional
dan KompetensiOleh: Drs. Azwar Daris, M.Kes., Apt
pemerintah.Prof. Dr. Mahar Mardjono, seorang
neurolog terkenal, mantan rektorUniversitas Indonesia dan mantandokter kepresidenan, berpesan pada wisudawan dan wisudawati UniversitasIndonesia tahun 1980-an, agar sarjanananti ketika bekerja hendaklah,“professional dalam tugasnya,
intelektual dalam perilakunya dan socialdalam masyarakatnya.”
Bagaimana keterkaitanantara profesionalisme apotekerdan kompetensinya. Tentunya,
menghadapi globalisasi harus bekerjadengan:1. Professional, yaitu bekerja
sesuai dengan standar prosedur,berpegang teguh pada sumpahprofesi, melaksanakan kodeetik dan taat pada peraturanperundang-undangan yang berlaku.
2. Customer satisfaction , memberikankepuasan kepada orang yang dilayani baik mutu ( quality )keamanan ( safety ) dan harga ( price ).
3. Dapat dipercaya ( credible ), baik oleh konsumen, stakeholder dan
profesionalisme terkait dengankompetensi. Seperti apakahkompetensi itu diterjemahkan dalambahasa kefarmasian?
Pasal 39 Peraturan PemerintahNomor 51 tahun 2009 menyebutkanbahwa setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian diIndonesia, wajib memiliki surat tandaregistrasi. Ada surat tanda registrasiapoteker (STRA) dan ada surat tandaregistrasi tenaga teknis kefarmasian(STRTTK). Sebelum tanggal 31 Agustus 2011 nanti, semua tenaga
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 53/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 53
KOLOM
Seseorang yang telah lulus menjalaniuji kompetensi, berhak mendapatSertifikat Kompetensi. Sertifikat inidikeluarkan oleh organisasi, yang memberikan pengakuan terhadap
kompetensi (pengetahuan, ketrampilandan sikap) seorang atau tenaga profesisetelah memenuhi persyaratan untuk menjalankan profesinya, sesuai denganbidang tugasnya.
Kompetensi dibagi dua yaitukompetensi keras ( hard competence ) dankompetensi lunak ( soft competence ). Hard
competence berupa pengetahuan danketrampilan, sedangkan soft competence adalah memiliki konsep sendiri, nilai-nilai, alasan (motive) dan kepribadian
(character).Sistem adalah suatu kesatuan
utuh dalam suatu organisasi, yang tercermin dalam struktur organisasi.Kedua unsur ini (kompetensi dansistem) sangat menunjang keberhasilanorganisasi. Setiap perusahaan harusmembuat SOP sendiri merujuk padastruktur organisasi, sehingga masing-masing perusahaan berbeda SOP-nya.***
kefarmasian yang akan melakukanpekerjaan kefarmasian harus sudahteregistrasi.
Untuk mendapatkan STRA,salah satu syaratnya adalah apoteker
harus memiliki sertfikat kompetensiprofesi. Proses pelaksanaannyadisebut “Sertifikasi Kompetensi”dan dilaksanakan oleh organisasiprofesi. Registrasi sendiri merupakanpencatatan terhadap tenaga kesehatanyang memiliki kualifikasi tertentu,dan diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan profesinyaserta memiliki sertifikat kompetensi.Kompetensi adalah kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
(KBBI). Tenaga kesehatan yang memiliki
surat tanda registrasi, dalammelakukan pekerjaannya harussesuai dengan pendidikan dankompetensi yang dimiliki. Tenagakefarmasian yang melaksanakanpekerjaan kefarmasiannya pada saranaproduksi, distribusi dan pelayanankefarmasian, harus memiliki keahliandan kewenangan dengan menerapkanstandar profesi. Hal ini harus
SAYA BERMINATBERLANGGANAN MAJALAH
6 Edisi
didasarkan pada standar kefarmasiandan standar prosedur operasional.
Standar profesi adalah pedomanyang harus digunakan sebagai petunjuk,dalam menjalankan profesi secara
baik. Standar kefarmasian pada saranaproduksi adalah cara pembuatan yang baik (Good Manufacturing Practices =
GMP). Pada sarana distribusi adalahcara distribusi yang baik (Good
Distribution Practices = GDP), dan padasarana pelayanan adalah cara pelayananyang baik (Good Pharmacy Practices).
Standar Prosedur Operasional(SPO) adalah suatu tahapan atauproses kerja, siapa yang bertanggung jawab, dokumen apa yang digunakan
dalam proses tersebut dan ukurankeberhasilan apa yang digunakandalam proses. Unsur-unsur SPOadalah :1. Instruksi kerja secara tertulis,
berupa uraian pekerjan seseorang (Petunjuk Operasional).
2. Keseragaman kerja.3. Performance berupa kompetensi
baik hard competence maupun soft
competence dan sistem.4. Fungsi spesifik.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 54/60
54 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
LUSTRUM XIII dan REUNI VIII FF. UNIVERSITAS GAJAH MADA
Tanggal : 7 September-2 Oktober 2011
Tempat : Fakultas Farmasi UGM, Jogj akart a
Rangkaian Acara : - Workshop Kurikulum “ Pendidikan Farmasi”
- The Internat ional Symposium in Pharmacy and Pharmaceut ical Science
- Pelat ihan kefarmasian
- Olahraga dan Sosial
- Sepeda gembira
- Tasyakuran
- Pharmacy Expo
- Pameran Foto
- Welcome Part y
- Peringatan Dies Fakultas Farmasi ke 65
- Musyawarah Alumni
- Rekreasi Alumni
- Makrab
- Pert unj ukan Wayang
- Napak Tilas
Hubungi : Gedung Unit III Lt. 3 Fakultas Farmasi UGM
Telp : 0274-553110, Fax : 0274-553110, email : lust [email protected]
Tanggal : Sabtu 23 Juli 2011
Waktu : 07.30 sd/ selesai
Tempat : Au la Ut am a Ho te l
Kristal, Kupang
Biaya Partisipasi :
1. Apoteker : Rp. 150.000,-
2. Umum : Rp. 100.000,-
3. Mahasiswa : Rp. 80.000,-
Informasi lanjutan :
Sekretariat IAI NTT : Jalan RA Kartini, Ku-
pang
Contak person :
Bidasari : 081342507018
Seminar Kefarmasian dan HUT
IAI ke 56 PD IAI NTTSeminar Kefarmasian
Tema : Sosialisasi Permenkes 889 tahun
2011
Waktu : 09-Juli-2011
Tempat : Lantai 6 Gedung Satria, RSPAD
Gatot Subroto
Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh No.
24, Jakarta
Biaya : Rp. 150.000,-
Contak Person : 1. Diana Serlahwati
085717708348
2. Muhardiman :
081396767000
3. Sidiq Khudratullah
08128023674
AGENDA
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 55/60
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 56/60
56 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
ALBUM
Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2011 diadakan oleh KementerianKesehatan untuk menyusun program kerja, mengundang seluruhstake holder termasuk organisasi profesi kesehatan di Indonesia. Acara diselenggarakan di Batam tanggal 7-10 Maret 2011.
Diskusi Strategi Reposisi dan Revitalisasi Obat Generik untuk mendukung
ketersediaan obat murah dan berkualitas oleh Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, Maret 2011 di Hotel Borobudur Jakarta
Kongre Nasional Tuberculosis, yang dilaksanakan oleh KementerianKesehatan dengan mengundang stake holder dan lembaga aktifispemberantasan TB. Hotel Merilyn Jakarta, tanggal 24-26 Maret 2011
Jamuan makan malam bersama Presiden Asosiasi Apoteker se Asia-Pasifik dalam rangka pertemuan FAPA Bearau Meeting, di Jakarta
Diskusi Panel tentang Penerapan Universal Health Coverage di FakultasKesehatan Masyarakat UI Jakarta dengan menghadirkan Kepala PusatPembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes Drg Usman SumantriM.Kes dan anggota Komisi X DPR RI Rieke Dyah Pitaloka.
Pelatihan penyelenggaraan SKPA Ikatan Apoteker Indonesia, diselenggarakandi Hotel Amos Cozy Hotel Jakarta tanggal 6-8 Mei 2011. Diikuti oleh lebihdari 200 orang peserta yaitu dari perwakilan pengurus daerah IAI seluruhIndonesia, perwakilan perguruan tinggu dan lain-lain.
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 57/60
Edisi XIII Juli - Agustus 2011 57
ALBUM
Seminar Nasional Enterpreneurship Apoeteker di selenggarakan
oleh Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta tanggal 14 Juni 2011
Rapat Koordinasi Nasional Ikatan Apoteker Indonesia membahastentang Strategi Impelemtasi Permenkes No 889/2011 tentang Registrasi, Ijin Praktek dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian di Hotel Twun Plaza Jakarta tanggal 18 Juni 2011
Pemotongan Tumpeng dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ikatan Apoteker Indonesia tahun tanggal 18 Juni 2011 siHotel Twin Jakarta.
Upacara pengucapan sumpah apoteker Universitas Surabaya ditanggal 19 Mei 2011
LK 2 ISMAFARSI se Jabodelata (Jakarta-Bogor-Depok-Lampung-
Tangerang) di Jurusan Farmasi Universitas Syarif Hidayatullah, Ja-karta tanggal 18-19 Juni 2011
Rapat Koordinasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia se- Jawa Bali di Hotel Sahid Princess Solo, tanggal 28-29 Mei 2011
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 58/60
58 Edisi XIII Juli - Agustus 2011
Drs. M. Dani Pratomo, MM., AptKetua Umum PP IAI
Sejarah terpisahnya profesiapoteker dari profesi dokter -dari satu sisi - dilatarbelakangiadanya fakta, bahwa
kemampuan individual seseorang memiliki keterbatasan. Pola penyakityang semakin kompleks seiring dengankompleksitas kehidupan manusia,menuntut adanya perhatian yang lebih
fokus. Dokter sebagai profesi yang memiliki kewenangan mendiagnosa,tidak lagi mampu membuat, meny-iapkan sekaligus menyerahkan obatyang dibutuhkan pasiena. Dari sisi lain,fenomena tersebut bisa juga dipandang
sebagai sebuah keniscayaan.Begitu pula profesi apoteker. Saat
teknologi belum berkembang, pem-buatan obat dilakukan secara manualuntuk pemakaian segera. Kebutuhanyang semakin meningkat dan adanyaintervensi teknologi, menyebabkanobat dapat disediakan dengan lebihcepat, dalam jumlah yang besar danberkualitas untuk periode yang cukuplama. Apoteker tidak lagi harus ber-
FORUM
Perubahan
adalah Keniscayaankutat secara langsung dalam prosesproduksi. Namun, mereka diberi tang-gung jawab menjamin kualitas obatyang diproduksi.
Kemajuan industri farmasi bolehdikata merupakan berkah sekaligusmusibah. Disebut berkah, karenamasyarakat menjadi lebih mudahmengakses obat. Tapi juga musibah,
karena serbuan obat yang begitu gen-car menimbulkan masalah terkait obat( drug related problem ). Masalah terkaitobat bisa berupa pemilihan obat yang tepat, dosis yang sesuai, interaksi obat,dan sebagainya. Pada akhirnya, ma-
salah terkait obat akan menimbulkankerugian bagi konsumen.
Permasalahan paska produksi obat,merupakan tantangan tersendiri bagiapoteker. Tanggungjawab apoteker ti-dak dengan sendirinya berakhir, begituobat selesai diproduksi. Karena, padahakekatnya, obat disebut bermanfaatmanakala konsumen merasakan lang-sung efeknya setelah mengonsumsi,yang ditandai dengan meningkatnya
atau minimal bertahannya kualitashidup mereka. Tuntutan seperti inilahyang kemudian melahirkan perubahanorientasi praktek kefarmasian, dariproduk ke pasien.
Seiring dengan perubahan terse-but, Undang Undang No.36/2009dan serangkaian peraturan yang terkaitsebelumnya, memasukkan apotekersebagai salah satu tenaga kesehatan.Konsekuensinya, apoteker harus lebihsering berinteraksi dengan pasiendan tenaga kesehatan lain. Apotekerdituntut agar manfaat obat yang di-layankannya kepada pasien, memberimanfaat yang optimal. Dalam bahasamanajemen, apoteker adalah profesiyang harus dapat menciptakan nilaipada obat.
Bila demikian halnya, apotekerharus senantiasa memelihara bahkanharus mampu meningkatkan kompe-tensinya, dari waktu ke waktu. Pendidi-kan berkelanjutan bukan lagi menjadipilihan, namun keharusan. Apotekerharus mampu mengusai dinamika ilmufarmasi yang berkembang, seiring den-gan dinamika kehidupan masyararkat.
Juga, sistem pendidikan apoteker.Proses belajar mengajar harus didesainulang. Kurikulum harus disesuaikan.
Calon apoteker mesti memahami danmenghayati filosofi dasar profesi apo-teker. Calon apoteker harus lebih lamabelajar berinteraksi dengan pasien,mau pun calon tenaga kesehatan lain. Tanpa itu, tidak akan lahir apotekeryang sesuai dengan tuntutan undang undang.
Begitulah, perubahan memang keniscayaan..***
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 59/60
5/16/2018 MEDISINA 13_Juli 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/medisina-13juli-2011 60/60