Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/1 -...
Transcript of Media Teropong BBTKLPP Surabaya - btklsby.go.idbtklsby.go.id/admin_assets/kcfinder/upload/files/1 -...
Vol. 12 Nomor 1 - Tahun 2016
Media Teropong BBTKLPP Surabaya
Gelar Karya BBTKLPP Indonesia
Respon Cepat KLB DBD di
Kabupaten Sikka, Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Vol. 12 Nomor 2 - Tahun 2016
Media Teropong BBTKLPP Surabaya
Penyelidikan Epidemiologi KLBLeptospirosis di Lapas Kelas 1
Kota Malang
dari Redaksi
Arah Baru
Salam sehat! METRO kembali hadir. Tahun
2016 adalah momen yang istimewa bagi
BBTKLPP Surabaya. Bagaimana tidak, BBTKLPP
Surabaya yang sebelumnya berada di bawah
koordinasi dan bertanggungjawab kepada
Ditjen PP dan PL berubah menjadi di bawah
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P). Perubahan tersebut membawa
perubahan fokus kebijakan program BBTKLPP
Surabaya sesuai Organisasi dan Tata Kerja
Kemenkes RI sesuai PMK Nomor 64 Tahun
2015.
Program kerja BBTKLPP Surabaya difokuskan
pada Penguatan dan pemantapan jejaring
kerja Penyelenggaraan P2P berbasis
Laboratorium. BBTKLPP Surabaya terus
menguatkan dan memantapkan diri sebagai
Regional Center of Excelent khususnya dalam
surveilans epidemiologi berbasis laboratorium
melalui penguatan jejaring kerja dan
kemitraan, meningkatkan profesionalisme
SDM, kemampuan respon cepat, kemampuan
rancang bangun Teknologi Tepat Guna melalui
pendekatan berdasarkan kebijakan lokal,
regional, maupun nasional berdasarkan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
Untuk itu, Edisi pertama METRO yang tahun ini terbit satu semester sekali ini
menampilkan berbagai kegiatan sesuai arah
baru tersebut. Rubrik tentang kegiatan
surveilans epidemiologi, respon cepat,
rancang bangun Teknologi Tepat Guna, serta
berbagai pendidikan dan pelatihan teknis
untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalitas SDM.
BBTKLPP Surabaya pada tahun ini juga diberi kesempatan untuk menampilkan hasil kerja di level nasional. Berupa Gelar Karya B/BTKLPP se Indonesia yang disaksikan langsung oleh Menteri Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Bidang kesehatan lainnya. Tampil pula dua kegiatan sinergis antar bidang di BBTKLPP Surabaya untuk menggarap satu permasalahn spesifik daerah, yaitu penanganan KLB DBD di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa tenggara Timur dan Penanggulangan DBD di Kabupaten Sampang. Kegiatan bersama ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan di wilayah layanan dengan lebih optimal dan menyeluruh. Redaksi sangat berbahagia dapat kembali
berbagi berita dan pengalaman kepada
pembaca. Untuk itu redaksi mengharapkan
mengharapkan saran dan kritik membangun
sehingga METRO akan lebih baik ke depannya
dan memenuhi harapan pembaca.
Akhirnya, redaksi mengucapkan selamat
membaca dan terus maju dalam arah baru.
SEMANGAT !
Redaksi
01
Berita Utama
Gelar Karya BTKLPP
Indonesia :
Unjuk Kekuatan Inovasi
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Pelaksanaan
Pembangunan Kesehatan
Sebagai upaya advokasi dan sosialisasi aneka
kegiatan inovatif oleh 10 B/BTKLPP seluruh
Indonesia, pada 17 Februari 2016 di Ruang
Siwabessy Gedung Sujudi Kementerian
Kesehatan diselenggarakan acara Gelar Karya
BTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ).
Berbagai bentuk uji kaji solusi inovatif di
bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit ditampilkan di hadapan Menteri
Kesehatan, pejabat Kementerian Kesehatan,
pusat penelitian dan pengembangan,
universitas, dinas kesehatan, dan para
pemangku kepentingan bidangkesehatan dari
seluruh Indonesia.
Dukungan : Menteri
Kesehatan
bersama
dengan PLT Ditjen P2P dan 10 Kepala B/BTKLPP Seluruh Indonesia
Tema melalui Gelar Karya BTKLPP Kita
Wujudkan Budaya Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menuju Masyarakat
Sehat dalam Rangka Mensukseskan
Pembangunan Nasional menunjukkan misi
besar pembangunan kesehatan di
Indonesia.Yakni pencegahan dan
pengendalian penyakit yang mana BTKLPP
seluruh Indonesia berkontribusi dalam ranah
uji kaji dan solusi.
Gelar Karya BTKLPP menampilkan berbagai
inovasi teknologi tepat guna dan kegiatan
unggulan dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit. Mulai dari teknologi
pengendalian pencemaran udara, teknologi
pengolahan air dalam situasi bencana/matra,
pengendalian penyakit tular air seperti diare
dengan antiseptik, bahan larvasida alami,
pengamanan makanan yaitu sterilisasi alat
makan, rapid test boraksdan formalin,
pewarna makanan aman dan alami, jamban
sehat, pengambilan sampel Avian Influenza,
serta pengamanan limbah rumah sakit.
Menteri Kesehatan Prof.Dr.dr. Nila Djuwita
Anfasa Moeloek SpM (K) dalam arahannya
menyampaikan apresiasi yang tinggi pada hasil
kerja BTKLPP. Beliau mengharapkan kerja
penuh terobosan dan inovasi terus dilakukan
berbarengan dengan peningkatan koordinasi
dan sinergi dengan berbagai pemangku
kepentingan bidang kesehatan baik pusat
maupun daerah serta tak ketinggalan
sosialisasi program kepada masyarakat.
Cegah DBD dan Zika dengan Ovitrap : Menteri
Kesehatan
dan
Sekjen
Kemenkes
mendapat
penjelasan
mengenai
ovitrap
dari
staf BBTKLPP Surabaya
02
Sosialisasi kegiatan menjadi sangat penting
selain sebagai unjuk kerja juga menyampaikan
solusi yang menjawab permasalahan
kesehatan dan menyentuh langsung
kehidupan masyarakat.
Menteri Kesehatan juga mengharapkan
produk-produk inovatif yang dihasilkan dapat
dipatenkan untuk menjaga hak atas kekayaan
intelektual .
Kiprah BTKLPP selama ini dinilai belum banyak
diketahui masyarakat. Gelar Karya BTKLPP
merupakan momen istimewa dan bersejarah.
Momen ini diharapkan menjadi ajang
menunjukkan kepada masyarakat kesehatan
kontribusi nyata BTKLPP. Ditjen P2P dr. H.
Mohamad Subuh, MPPM melalui pesan
singkat kepada seluruh kepala BTKLPP
menyampaikan kebanggaan Beliau karena
momen gelar karya akhirnya dapat terwujud,
“Saya percaya Anda semua bisa memberikan
performance terbaik sehingga bisa
memberikan kepercayaan kepada pimpinan.
Jangan ragu tampilkan semua karya sekecil
apapun dia, pasti itu membawa kebanggan,”
ungkap beliau. “I am Proud all of you,”
sambung beliau.
Prof. DR. dr. Nyoman Kandun MPH, Dirjen PP
dan PL tahun 2007 mengungkapkan
kemampuan BTKLPP dalam melakukan
kewaspadaan dini dan respon cepat atau to
detect and to response penyakit. Pria yang kini
menjabat sebagai Direktur FETP Indonesia itu
mengharapkan untuk meningkatkan kedua
kemampuan tersebut.
Aneka Kegiatan dan Produk Inovatif BTKLPP Indonesia
BBTKLPP Surabaya pada Gelar Karya
menampilkan inovasi antara lain antispetik
bahan alami dari sirih dan lerak, handsanitizer
dari rosella, rapid test boraks dan formalin,
dustlon vektor penyakit pes, lilin pengusir
nyamuk dari tanaman sereh, jamban sehat,
dan ovitrap. Ovitrap turut mendukung dan
bersinergi dengan program
#1Rumah1Jumantik dari Kemenkes. Pada
gelaran ini BBTKLPP Surabaya
memperkenalkan istilah baru
#1Rumah1Jumantik10Ovitrap.
(Ayu)
Sinergi :
BBTKLPP Surabaya Perkenalkan Program #1Rumah1Jumantik10Ovitrap
03
Kegiatan PTL
Audit Internal Mutakhirkan Mutu
Laboratorium Pengujian dan
Kalibrasi
Oleh :
Dini Rahma Permata Putri, S.Farm., Apt.
BBTKLPP Surabaya sebagai laboratorium
pengujian dan kalibras terakreditasi KAN pada
26 – 29 Juli 2016 menyelenggarakan audit
internal. Audit internal penting untuk
mengevaluasi kinerja laboratorium pengujian
dan kalibrasi serta melakukan perbaikan dan
meminimalisir temuan, termasuk memberi
masukan-masukan kepada manajemen terkait
kebijakan-kebijakan administrasi dan sumber
daya manusia.
Proses Audit Internal di Laboratorium
Kalibrasi
Pelaksanaan audit Internal merupakan salah
satu persyaratan manajemen yang ada dalam
ISO/IEC 17025:2008. Hal tersebut tertuang
dalam Dokumen Panduan Mutu bagian 4.14
yang menjadi kebijakan dari Top Manajer
yang
harus dilaksanakan. Program audit internal
ditujukan untuk menilai semua unsur sistem
manajemen mutu.
Audit Internal merupakan salah satu alat yang
efektif dan efisien untuk melakukan
pemutakhiran sistem manajemen mutu, mulai
dari dokumen mutu, kebijakan mutu, sasaran
mutu, metode analisa, peralatan
laboratorium, program kalibrasi dan standar
acuan yang digunakan harus selalu yang
termutakhir, sehingga semua hal yang
tersebut diatas mesti dilakukan pengkajian
ulang / dilihat kembali apakah masih relevan
dengan kondisi saat ini apa tidak.
Audit pada 8 instalasi terdiri dari 6 instalasi
laboratorium dan 2 (dua) instalasi pendukung.
Instalasi tersebut yaitu Kimia Fisika Media Air,
Kimia Fisika Limbah Cair, Kimia Fisika Padatan
dan Biomarker, Kimia Fisika Media Udara,
Biologi Media Lingkungan dan Biomarker,
Pengembangan Media dan Reagensia, serta
Unit Pelayanan Prima dan PMKMK. Audit
dilaksanakan oleh auditor sesuai kompentensi
dan pengalaman terkait administrasi dan
teknis laboratorium.
Bidang kegiatan yang diaudit terdiri dari 15
Persyaratan Manajemen dan 10 Persyaratan
Teknis Sesuai dengan persyaratan SNI ISO /
IEC 17025 : 2008 dan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2009
tentang Laboratorium Lingkungan.
Memeriksa Keseuaian di Instalasi Pengembangan Media dan Reagensia
04
5
Audit Internal
menemukan
total 31 temuan
kategori 2 dan 57 temuan kategori 3, tidak ada
temuan kategori 1.
Penyelesaian laporan
ketidaksesuaian disepakati 30 (tiga puluh) hari
kerja yaitu paling lambat tanggal 13
Nopember 2016.
(*/ay)
KFMA12% KFLC
9%
KFPMB9%
KFMU10%
Bio16%
IPMR16%
Kalibrasi9%
UPP13%
Dokumen6%
Rekap Distribusi Temuan di Masing-Masing Instalasi
05
Kegiatan SE
Respon Cepat KLB DBD di
Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Pada Februarui 2016, Kabupaten Sikka di Nusa
Tenggara Timur ditetapkan terjadi KLB
Demam Berdarah. Oleh karena itu
berdasarkan surat dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Sikka Nomor :
Dinkes.PMK/182/II/2016 BBTKLPP Surabaya
melakukan fasilitasi penanggulangan KLB DBD.
Tim KLB BBTJKLPP Surabaya bersinergi dengan
Dinas Kesehatan Kabupoaten Sikka melakukan
konfirmasi KLB dengan melakukan
penyelidikan epidemiologi dan melihat
distribusi kasus dan faktor risiko. Selain itu
juga dilalukan kajian efikasi pestisida,
pelatihan teknis pembuatan dan penerapan
teknologi teoat guna ovitrap dan larvitrap,
surveilans biomolekuler DBD, serta pemberian
bantuan logistik pengendalian faktor risiko
DBD.
Konfirmasi KLB didasarkan pada peningkatan jumlah kasus pada periode yang sama dibandingkan dengan jumlah kasus pada periode yang sama tahun sebelumnya, Di Kabupaten Sikka terlihat peningkatan jumlah kasusu yang cukup signifikan. Jumlah kasus pada bulan Januan 2016 sebanyak 45 kasus, 9 (sembilan) kali lipat dibandingkan jumlah kasus pada Bulan Januan 2015 sebanyak 5 kasus. Sedangkan jumlah kasus sampai dengan 19 Pebruari 2016 terdapat 85 kasus, meningkat 5 kali lipat bila dibandingkan dengan Bulan Pebruari 2015 (16 kasus).
Penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan melakukan analisis epiemiologi berdasarkan distribusi kasus menurut orang, tempat, dan waktu.
Gambar 1. Distribusi kasus Berdasarkan Golongan
Umur
Gambar 2. Distribusi Kasus Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3. Distribusi kasus Berdasarkan Tempat
Sebagaian besar
wilayah Kabupaten Sikka dari kecamatan telah dilaporkan adanya
kasus pada 17 Kecamatan
(8I %).
Gambar 4. Distribusi kasus Berdasarkan Waktu
06
7
Lonjakan kasus terjadi pada minggu ke empat yang terus berlangsung sampai minggu kelima. Minggu kelima ditetapkan sebagai waktu Kejadian Luar Biasa. Kondisi ini terus terjadi sampai minggu ketujuh yang lantas menurun pada minggu ke sepuluh.
Hasil penyelidikan epidemiologi menyimpulkan KLB DBD di Kabupaten Sikka terjadi di 17 kecamatan dari 21 kecamatan di Kabupaten Sikka.
Korban meninggal dunia
tertinggi pada kelompok usia 5-15 tahun (58%)
pada kelompok anak sekolah dan usi
produktif,. Kuat diduga penularan di sekolah
lebih tinggi dari infeksi di rumah. KLB terjadi karena curah hujan yang fluktuatif, belum optimalnya PSN dan 3M plus, keberadaan breeding places dan PHBS yang rendah.
Selain penyelidikan epidemiologi, tim melakukan upaya Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilaksanakan melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam program pemberantasan sarang nyamuk melalui program Satu Rumah Satu Jumantik, pemberian bubuk abate, dan fogging blok secara selektif untuk mengendalikan nyamuk dewasa.
Uji efikasi pestisida dilakukan untuk mengetahui efektifitas abate dan insektisida. Hasil uji efikasi pestisida Malathion dengan metoda Susceptibility fes pada nyamuk dewasa masih efektif (98%). Hasil uji efikasi pestisida Temephos dengan metode Elioassay test pada larva/jentik sangat efektif (100%).
Uji efikasi bermanfaat untuk mencegah terjadinya resistensi nyamuk terhadap pestisida mengingat sejak 2 tahun terakhir
Kabupaten Sikkamenggunakan pestisidajenis lcon yang berbahan dasar Sihaloehtrin.
Intervensi pengendalian vektor DBD dilakukan dengan Teknologi Tepat Guna Ovitrap/Larvitrap. Ovitrap/larvitrap dibuat dari bahan sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas yaitu botol air mineral, kasa nyamuk, dan kantong plastik hitam.
Seratus (100) ovitrap
dipasang pada daerah fokus dengan kasus tertinggi yang belum dilaksanakan fogging. Untuk pelaksanaan dan pengawasannya dilselenggarakan
pelatihan teknis kepada petugas puskesmas,
kader kesehatan, dan pelajar
tentang pembuatan
dan penggunaan ovitrap. Petugas Sanitarian, Kader Jumantik, dan laskar jumantik di SD Islam Terpadu Kota Uneng Maumere dilatih untuk membuat ovitrap/larvitrap sederhana dan dilatih cara peletakan dan pengawaasannya, TTG ini efektif mengendalikan larva dan telur nyamuk
BBTKLPP Surabaya menyarankan respon cepat KLB DBD ditindaklanjuti dengan pelatihan vektor bagi petugas kesehatan, monitoring evaluasi pemasangan ovitrap, sosialisasi gerakan 1 rumah 1 jumantik 4 ovitrap, dan pembentukan Desa Siaga DBD. BBTKLPP Surabaya dan Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan pendampingan
dalam monitoring dan evaluasi penggunaan TTG Ovitrap serta kajian lebih lanjut efektivitas
insektisida Icon.
(*/ay)
07
Kegiatan ADKL
ANALISIS
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
AKIBAT PAJANAN PESTISIDA
PETANI APEL DI NONGKOJAJAR
KEC. TUTUR, PASURUAN
Oleh : Arifa Hendra ST , SKM (Sanitarian)
Nongkojajar sebuah daerah di lereng Gunung
Bromo sisi
Kabupaten Pasuruan ternama
dengan produk pertanian seperti buah-
buahan dan sayuran. Apel merupakan salah
satu komoditas unggulan. Penggunaan
pestisida
pada tanaman pertanian tidak dapat
dihindari. Pestisida merupakan racun bernilai
ekonomis
bagi petani
yang mampu
membasmi organisme selektif penganggu
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
produktifitas pertanian. Meskipun begitu,
penggunaan pestisida secara berlebihan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap
organisme non target. Selain itu juga dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, residu
pestisida pada produk pertanian, keracunan bahkan kematian terhadap manusia (Short,
1996).
Segar : Apel Rome Beauty Komoditas Pertanian Unggulan di Nongkojajar
Pestisida merupakan senyawa kimia yang
berasal dari golongan organofosfat dan
organoklorin. Golongan organofosfat bersifat
tidak stabil sehingga lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan organoklorin. Akan
tetapi, senyawa organofosfat lebih toksik
pada hewan-hewan bertulang belakang,
sebab dapat mempengaruhi sistem syaraf
dengan menghambat aktivitas enzim
kolinesterase dalam tubuh (Sastroutomo,
1992)
Kajian yang dilakukan oleh tim BBTKLPP
Surabaya di Dusun Taman dan Kayukebek
Nongkojajar Kecamatan Tutur Pasuruan
dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi
kesehatan para petani apel akibat paparan
pestisida seperti tingkat keracunan.
Tingkat keracunan akibat pestisida diukur
berdasarkan kandungan enzim kolinesterase
dalam darah. Petani apel di Nongkojajar
menggunakan jenis pestisida golongan
organofosfat dengan bahan aktif sipermetrin
dan diclorvos. Pestisida organofosfat diserap
oleh tubuh melalui inhalasi, ingesti dan kulit
sebagaian akan mengalami akumulasi dalam
tubuh yang mengakibatkan penurunan
aktifitas Cholinesterase darah (Depkes 1993).
Pemeriksaan Cholinesterase darah secara
subklinik menggunakan alat ChE Check
Mobile.
08
Tingkat keracunan seseorang dibedakan
dengan kategori pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kategori Tingkat Keracunan
Kategori
Persentase Enzim
Kolinesterase Darah
Saran
Normal
75 % -
100 %
Tidak ada keracunan.
Keracunan Ringan
50 % -
75 %
istirahat dan tidak kontak dengan pestisida selama dua minggu.
Keracunan Sedang 25 % -
50 %
perlu
istirahat
dari segala pekerjaan yang berkenaan dengan pestisida.
Keracunan Berat
0% - 25% harus istirahat
dari semua pekerjaan dan segera dirujuk ke pemeriksaan medis.
Penggunaan pestisida dalam pertanian diatur
dengan cukup ketat. Direktorat Pupuk dan
Pestisida Kementerian pertanian (2011)
menyebutkan paling tidak ada 17 keterangan
yang wajib dicantumkan pada kemasan
pestisida. Label wajib tersebut antara lain
nama dan kadar bahan aktif, peringatan
keamanan, klasifikasi dan simbol bahaya,
petunjuk keamanan, gejala keracunan, P3K,
perawatan medis, petunjuk penyimpanan,
dan petunjuk penggunaan. Adapun tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan yang
terpapar pestisida harus menggunakan alat
pelindung diri dan tidak boleh
kontak lebih
dari 5 jam sehari dan 30 jam seminggu
(Depkes R.I, 2006).
Kajian BBTKLPP Surabaya ini dilakukan pada
21 orang petani penyemprot apel. Konsentrasi
Pestisida pada media lingkungan diukur
dengan menganalisis pajanan pestisida pada
petani penyemprot, analisis pestisida pada
tanaman, tanah, dan air badan air, serta
analisis karakteristik petani penyemprot.
Kajuan bertujuan memetakan karakteristik
risiko pajanan pestisida pada petani
penyemprot sehingga dapat melakukan
pengelolaan risiko di kalangan petani.
Hasil kajian menunjukkan mayoritas petani
(79 %)menunjukkan tingkat enzim
kolenesterase normal. Hal tersebut didukung
dengan tidak ditemukan bahan aktif (tidak
terdeteksi/ dibawah limit deteksi) residu
pestisida baik pada sampel apel, tanah
maupun air badan air. Petani penyemprot berusia antara 20-49 tahun dan telah bekerja
selama 6 -
10 tahun. Hanya satu (1) petani
yang menyemprot 21 jam dalam 1 minggu.
Durasi menyemprot tersebut masih sesuai
dengan anjuran lama kontak 5 jam sehari dan
30 jam seminggu.
Produk Fungisida dan Insectisida yang digunakan
oleh Petani Apel
09
Kajian mencatat masih terdapat 21 %
responden menunjukkan keracunan ringan.
Aktivitas kolinesterase dalam darah terukur
kurang dari 75%. Sebanyak 11 responden
(52,38 %) mengalami pedih di mata, 7 (33,3
%) responden mengalami rasa mual dan
muntah. Gejala tersebut seringkali diabaikan
responden dan membiarkan sembuh dengan
sendirinya.
Dukungan Manajerial
narasumber. Narasumber berasal dari Direktur P2PML, perwakilan Dit. Surveilans dan Karantina Kesehatan, perwakilan Dit. P2PTVZ, perwakilan Dit. P2PTM, dan perwakilan Dit.Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA. Input program dan arahan
kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit diproses dalam bentuk diskusi, tanya jawab, dan menghasilkan output berupa
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016.
Acara dibuka oleh
plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
sekaligus memberikan arahan. Acara dilanjutkan dengan penyerahan apresiasi kepada mitra kerja BBTKLPP Surabaya
serta penandatanganan MoU dengan mitra kerja BBTKLPP Surabaya. Pada saat acara juga diselenggarakan gelar karya program unggulan serta model TTG BBTKLPP Surabaya dalam bentuk tayangan audio visual, pameran produk TTG pencegahan dan pengendalian penyakit. Gelar karya juga diikuti mitra BBTKLPP Surabaya yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, APPSANI, ITD Unair, dan beberapa industri/ supplier peralatan laboratorium pengendalian penyakit seperti CV. Indah Alif, Elo Karsa Utama, Esco Utama, Indo Tekno Plus, dan Univer Limawarna.
Pertemuan menghasilkan beberapa kesepakatan beberapa kesepakatan yang ditandatangani oleh perwakilan dari peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, NTB, NTT, Jawa Timur, BB/BTKLPP, KKP dan Laboratorium Kesehatan. Kesepakatan berisi :
Pertama, Meningkatkan jejaring kerja antara provinsi dan kabupaten/kota, mitra di wilayah layanan, antar UPT (BB/BTKLPP dan KKP) melalui penguatan surveilans, pengujian laboratorium, pengembangan teknologi tepat guna serta sumber daya manusia P2P.
Kedua, Meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam perencanaan,
pelaksanaan, advokasi, sosialisasi dan monev Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Sosialisasi Arah Program
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit BBTKLPP SURABAYA
TAHUN 2016
Oleh : Efi Sri Wahyuni, SKM
(Epidemiolog dan Staf Sub Bagian Program
dan Perencanaan)
Pertemuan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Program BBTKLPP Surabaya Tahun 2016 terasa istimewa. Pasalnya Tahun 2016 merupakan tahun awal pelaksanaan kegiatan sesuai Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes RI sesuai PMK Nomor 64 Tahun 2015.
Program kerja BBTKLPP
Surabaya difokuskan pada Penguatan dan pemantapan jejaring kerja Penyelenggaraan P2P berbasis Laboratorium melalui Pertemuan Jejaring Kerja dengan melibatkan mitra kerja yaitu: Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, KKP, Laboratorium Kesehatan Daerah, Rumah Sakit dan Mitra terkait di wilayah kerja BBTKLPP Surabaya. Pertemuan yang dilaksanakan di Hotel Suncity Sidoarjo pada 4 –
6 Februari 2016 tersebut
menjadi titik tolak keberhasilan capaian kinerja dan indikator program pengendalian penyakit dan penyehatan, sebab selain sosialisasi kegiatan wilayah layanan juga sebagai wadah menginventarisir hambatan/kendala dalam proses pencapaian di wilayah layanan kerja khususnya wilayah Indonesia Timur.
Kegiatan dihadiri 105 orang, terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan Kab/ Kota, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala KKP, rumah sakit, Labkesda, dan mitra kerja di wilayah layanan BBTKLPP Surabaya serta Kepala B/BTKLPP se-Indonesia.
Proses kegiatan dilaksanakan dengan mendapatkan masukan dan arahan dari para
Ketiga, pelaksanaan kegiatan baik waktu maupun lokasi yang dibahas dalam pertemuan ini menjadi target bersama BB/BTKLPP (KKP, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, UPTD Dinas Kesehatan, perguruan tinggi, lintas sektor/program serta mitra terkait di wilayah layanan) sesuai lampiran.
Keempat,
meningkatkan deteksi dini dan respon cepat terjadinya KLB/wabah antara daerah, BB/BTKLPP, KKP melalui akses EWARS
Kelima, membentuk forum komunikasi jejaring kerja BBTKLPP Surabaya melalui media sosial.
(*/ay)
10
Laporan Utama
Sinergi Pengendalian DBD di Kabupaten Sampang
Oleh : Ratna Ayu P., SKM
Satu lagi terobosan dalam penanggulangan penyakit DBD dilakukan oleh BBTKLPP Surabaya. Bersinergi dengan Dinas Kabupaten Sampang, pada 28 –
31 Maret 2016 tim lintas kegiatan dan lintas bidang BBTKLPP Surabaya melakukan kajian komprehensif pencegahan penyakit akibat nyamuk Aedes aegypti
tersebut. Kegiatan bidang Pengembangan Teknologi Laborarorium (PTL), Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), dan Surveilans Epidemiologi (SE) tersebut melaksanakan kegiatan TTG ovitrap, Strategi Adaptasi Perubahan Iklim, dan Biomolekuker DBD.
Kegiatan terpadu yang disebut dengan Kegiatan Biomolekuker DBD Plus ini antara lain identifikasi serotype virus dengue, mengetahui severity rate melalui identifikasi infeksi primer atau sekunder, dan survei vektor A. Aegypti. Konsep plus lahir dari sisi pemberdayaan masyarakat dalam melakukan adaptasi perubahan iklim khususnya mencegah kejadian penyakit DBD. Pemberdayaan masyarakat dilakukan lewat pemicuan masyarakat sehingga dapat membuat rencana kerja dari masyarakat sendiri terkait strategi dalam adaptasi
menghadapi perubahan iklim, pertemuan kader jumantik, serta pelatihan penggunaan teknologi tepat guna ovitrap di rumah-rumah penduduk.
Kegiatan difokuskan di Desa Karang Nagger Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Desa tersebut masuk wilayah Puskesmas Jranguan yang merupakan Puskesmas dengan kasus DBD tiga (3) besar di Kabupaten Sampang. Pada 2015 kasus DBD tercacat sebanyak 26 kasus dan meninggal 1 orang. Tahun 2016 terjadi penurunan kasus. Sampai Maret 2016 terjadi tiga (3) kasus. Puskesmas memang telah memiliki kelompok Jumantik yang
berasal dari kader posyandu dan juga membentuk Superpromkes dan Pembina wilayah yaitu tenaga kesehatan yang dilatih khusus untuk membina dan membimbing para kader jumantik dalam melakukan berbagai kegiatan PSN di desa. Kegiatan kerja bersama mencegah dan mengendalikan kejadian DBD itu disebut KOBAR (Kerjo Bareng).
Tim SE BBTKLPP Surabaya mengedukasi para kader
Jumantik dan Superpromkes dalam melakukan survei
pengetahuan dan meletakkan ovitrap di rumah-rumah warga. Tim juga melakukan survei vektor, analisis rekam medis, dan pengambilan sampel darah pasien DBD di RSUD Kabupaten Sampang. Kegiatan sangat penting dalam melakukan identifikasi biomolekuler nyamuk sehingga dapat dibuat pemetaan jenis serotype nyamuk dan tingkat keparahan DBD.
Sedangkan tim ADKL melakukan pemicuan strategi adaptasi perubahan iklim pada siswa kelas V dan VI SDN Karang Nagger 2 dan masyarakat. Kedua kelompok tersebut digiring untuk semakin sadar akan bahaya penyakit DBD dan diajak untuk melakukan upaya nyata pencegahan dan pengendalian penyakit DBD melalui ilustrasi dan diskusi. Pada akhir sesi, baik siswa maupun masyarakat membuat komitmen. Jika pada kelompok siswa mengikrarkan janji, masyarakat berdiskusi untuk membuat Rencana Kerja Masyarakat terkait kegiatan 3 M Plus di komunitas masing-masing. Rencana kerja masyarakat tersebut ditandatangani sebagai bentuk komitmen dan janji untuk benar-benar
11
DBD Den 2 dan Den 3, dimana khusus Den 3 merupakan serotype yang virulensinya tinggi disertai dengan tingkat keparahan yang tinggi pula (47%). Wilayah yang ditemukan adanya lebih dari dua serotype memungkinkan terjadinya mix serotype yang membuat DBD memiliki tingkat kegawatan tinggi. Kegiatan diadakan untuk dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang benar kepada pengampu kebijakan setempat sehingga dapat dirancang program pengendalian penyakit DBD secara tetap sesuai dengan karakteristik lokal daerah.
Dra. Hj. Hanian Maria Farouq, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang berharap kegiatan terpadu ini akan
memberikan manfaat bagi daerahnya. Beliau berharap melalui kajian tersebut dapat diketahui jenis virus nyamuk dan seberapa dasyat dapat menyebabkan kasus BDB di Sampang. “Kami ingin mengetahui hasilnya seperti apa sehingga dapat melakukan langkah-langkah dan kebijakan yang benar,” ungkapnya.
Sampang menjadi fokus lokasi yang digarap sebab hasil kajian biomolekuker DBD BBTKLPP Surabaya pada 2015 menunjukkan bahwa kabupaten di Pulau Madura tersebut merupakan daerah ditemukannya serotype
melaksanakan berbagai upaya yang telah mereka susun sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kepala Desa Karang Nagger, Solichin menyambut baik kegiatan pemicuan strategi APIK dan DBD tersebut. “Kami akan menjalankan kegiatan di seterusnya,” ujarnya.
12
Pendidikan dan Pelatihan
Dukung Program Eliminasi Malaria :
BBTKLPP Surabaya Latih Petugas
Surveilans Malaria Berbasis
Laboratorium
Oleh : Myra Sistya, SKM
Suasana Pembukaan Pelatihan Surveilans Malaria Berbasis Laboratorium
Pengendalian dan eliminasi malaria
merupakan salah satu program pembangunan
kesehatan utama. Eliminasi malaria menjadi
salah satu indikator keberhasilan
pembangunan program kesehatan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Selain itu,
target pengendalian malaria sebagaimana
dituangkan dalam Kepmenkes RI nomor
293/MENKES//SK/IV/2009 tentang Eliminasi
Malaria harus tercapai pada tahun 2030.
Upaya pengendalian pengendalian penyakit
malaria di Indonesia menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Hal itu, ditandai dengan
penurunan angka Annual Paracit Incident
(API) dari sebesar 0,85 ‰ pada tahun 2014
menjadi sebesar 0,99 ‰ dibanding tahun
2015. Meskipun begitu, tercatat masih ada
beberapa daerah endemis malaria dengan
insiden tertinggi yaitu Papua Barat ( API :
31,29 ‰), Papua (API : 31,93 ‰) dan Nusa
Tenggara Timur (API : 7,04 ‰).
Mendukung program eliminasi malaria di
daerah-daerah dengan API tertinggi di
Indonesia khususnya di wilayah layanan,
BBTKLPP Surabaya pada 9 –
14 Mei 2016
menyelenggarakan Pelatihan Surveilans
Malaria Berbasis Laboratorium.
Kegiatan yang bertempat di Hotel Grand
Wisata, Kab. Ende mengundang 18 peserta
yang berasal dari 9 kabupaten di Provinsi
Nusa Tenggara Timur dengan dengan kasus
malaria tinggi. Peserta merupakan petugas
surveilans atau pemegang program dan
petugas laboratorium pemeriksaan malaria
dari Kabupaten Lembata, Kabupaten Sumba
Barat Daya, Kabupaten Sumba Timur,
Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten
Malaka, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor,
Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Ende.
Peserta selama enam (6) hari dilatih para
fasilitator malaria nasional dan para ahli dari
BP2PTVZ Salatiga dan BBTKL PP Surabaya.
Setelah pelatihan, para petugas daerah
mampu melakukan surveilans dan penemuan
penderita malaria dan pengendalian vektor
malaria.
Provinsi Nusa tenggara Timur merupakan
provinsi yang memiliki angka API tiga besar di
Indonesia, bersama dengan Provinsi Papua
Barat dan Papua. NTT merupakan daerah
endemis malaria. Kasus malaria pada tahun
2013 tercatat 88.513 atau menyumbang 21 %
angka kejadina malaria secara nasional. Pada
tahun 2014 sebanyak 72.765 kasus malaria
dan pada tahun 2015 sebanyak 36.128 kasus.
Kasus malaria pada tahun 2015 di Provinsi
NTT berdasarkan data dinas kesehatan
provinsi secara umum tinggi walaupun terjadi
penurunan jumlah penderita. Kasus malaria
hampir terdapat di semua kabupaten/kota
yang termasuk daerah High Incidence Malaria
(API > 5 ‰).
13
Program pengendalian malaria di Provinsi NTT
difokuskan untuk menurunkan angka API
dengan melalui surveilans migrasi yang
berkualitas, akses logistik terjangkau, dan
SDM kesehatan berkualitas. Pelatihan
surveilans berbasis laboratorium yang
diselenggarakan BBTKLPP Surabaya dapat
mendukung program daerah dalam rangka
peningkatan kompetensi SDM kesehatan.
Tak sebatas pelatihan, dukungan BBTKLPP
Surabaya pada program eliminasi malaria di
NTT antara lain uji kompetensi personil
laboratorium untuk peningkatan mutu
laboratorium mikroskopis malaria di NTT
pada tahun 2013 – 2015 dan survei
malariometrik
di Desa Dafala , Kec.Tasifeto
Timur, Kab.Belu pada tahun 2015.
BBTKLPP Surabaya pada Tahun 2016
melanjutkan dukungan program pengendalian
malaria di Provinsi NTT dengan beberapa
kegiatan yaitu (1) survei endemisitas di
Kabupaten Malaka dan Kabupaten Lembata,
(2) Kajian Efikasi Obat di Kab.Lembata; (3)
kajian Efektifitas Kelambu di Kabupaten
Sumba Barat Daya; dan (4) Kajian Adaptasi
Perubahan Iklim (APIK) di Kabupaten Sumba
Barat Daya dan Kab.Malaka. (*/ay)
----000----
Pelatihan Tenaga Pengambil
Specimen Biomolekuler : Perkuat
Penegakan Surveilans Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau
Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
merupakan penyakit akibat infeksi virus
Dengue yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya
pencegahan kejadian luar biasa dapat
dilakukan melalui surveilans biomolekuler
virus dengue. Surveilans perlu didukung
kemampuan laboratorium dalam tahapan
pengambilan spesimen yang cukup syaratnya.
Untuk itu, BBTKLLPP Surabaya melalui Bidang
Pengembangan Teknologi Laboratorium
menyelenggarakan pelatihan tenaga
pengambil spesimen biomolekuler virus
dengue pada 11 –
12 Februari 2016.
Diikuti tenaga teknis laboratorium
biomolekuler dari 10 B/BTKLPP Surabaya
seluruh Indonesia, pelatihan meliputi
pengambilan sampel vektor dan human
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium
dengan menggunakan PCR. Penguatan
kualitas laboratorium menjadi bagian penting
dalam mendukung tersedianya data
pendukung dalam upaya penguatan hasil
surveilans epidemiologi sesuai dengan peran
B/BTKLPP sebagai unit pelaksana teknis
dengan tugas utama surveilans penyakit
berbasis laboratorium.
Surveilans Biomolekuler DBD untuk
menentukan serotype dan genotype DBD
menjadi program yang penting dalam
pencegahan penyakit yang disebarkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegipty
tersebut.
Identifikasi serotype virus dengue dapat
digunakan untuk memetakan kesakitan,
kematian, pola penyebaran virus, pola
kekerabatan vektor, dan potensi kejadian luar
biasa. Data tersebut dapat dijadikan dasar
pengambilan keputusan dalam pengendalian
dan pencegahan penyakit DBD.
(*/ay)
(TAMBAH FOTO KEGIATAN)
14
Jejaring dan Kemitraan
Tim APHL-CDC US Petakan
Kekuatan Laboratorium Penyakit
BBTKLPP Surabaya
Penjelasan Kapasitas Instalasi Biologi Media Lingkungandan Biomarker kepada Tim APHL CDC US
Indonesia kini tengah menghadapi triple
burden of health care yaitu penyakitmenular,
penyakit tidakmenular, dan penyakitinfeksi
emerging (emerging infectious diseases/EID). Laboratorium berbasis surveilans menjadi perangkat penentu diagnosis dan identifikasi faktor risiko secara cepat dan akurat. Pengembangan Balai Besar Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(BBTKLPP) menjadi laboratorium Surveilans
EID yang berjejaring dengan laboratorium lain penting dalam system kewaspadaan,
pencegahan, dan pengendalian ketiga penyakit tersebut.
Untuk memetakan kebutuhan dalam memperkuat jejaring laboratorium surveilans epidemiologi terpadu, pada 17 Mei 2016 tim Association of Public Health (APHL) Amerika Serikat melakukan pemetaan dan assessment
di BBTKLPP Surabaya. APLH merupakanbagian
Central for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai bentuk WHO emergency
response terhadap penyakit infeksi emerging.
Tim melakukan
penilaian
sumberdaya yang
telah dimiliki, kegiatan apa yang telah
dilakukan, dan apa yang perlu dikembangkan
“Kami ingin
memetakan
kapasitas
laboratorium di BBTKLPP, jika
ada
kerjasama
akan
ada
kerjasama
seperti
apa,” kata Frances
Downes, ketua
tim APHL-US CDC.
Kerjasama
ini akan
memperkuat
jaringan
laboratorium
kesehatan
masyarakat
secara
nasional
dan
global.
Tim APHL melakukan
kunjungan
ke
laboratorium
penyakit BBTKLPP Surabaya
yaitu
Instalasi
Bioteknologi Media Lingkungan
& Biomarker,
Intalasi
Parasitologi, dan
Instalasi
Biologi Media Lingkungan
&
Biomarker,
serta
mendengarkan
paparan
mengenai
kegiatan di Laboratorium Zoonosis
di Nongkojajar
Pasuruan.
Penilaian
tim
pada
keempat
laboratorium
penting
untuk
memetakan kapasitas laboratorium penyakit
BBTKLPP Surabaya dalam mencegah, detek
sidini, dan respon cepat penyakit EID seperti
Zika.
Kepala BBTKLPP Surabaya Zainal Ilyas Nampira menganggap kegiatan ini sebagai peluang
yang baik untuk menunjukkan kemampuan laboratorium penyakit BBTKLPP Surabaya. Laboratorium BBTKLPP Surabaya telah
melakukan
surveilans
penyakit virus emerging
seperti AI dan DBD, penyakit
bakteri emerging
seperti leptospirosis dan
pes, serta
penyakit parasit emerging. “Kehadiran
tim
APHL –
US
CDC kami harapkan
dapat
memfasilitasi peningkatan
kapasitas
sumberdaya BBTKLPP
Surabaya
dalam
mengembangkan
laboratorium
Surveilans EID terpadu
skala
regional yang sedang
dikembangkan di
Nongkojajar
Pasuruan,” ungkap
beliau.
(*/ay)
15
Artikel
Waspada Virus Zika
Oleh :
drh. Teguh
Suranta Sinulingga, MVSc
&
Ely Rukmini S.Si
Pada umumnya saat ini kita mengenal nyamuk
dari genus Aedes seperti Aedes aegypti
adalah sebagai penular virus Dengue
penyebab demam berdarah dengue, serta
bersama dengan nyamuk Aedes albopictus
menyebarkan penyakit Chikungunya ke
manusia. Namun akhir-akhir terjadi wabah
penyakit oleh virus baru yang terjadi di
Amerika Selatan dan menyebar dengan cepat
ke banyak negara di Amerika Selatan dua
tahun terakhir ini, yaitu wabah penyakit
demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika
yang juga ditularkan oleh nyamuk ini.
Virus Zika termasuk dalam famili flaviviridae
dan mempunyai kedekatan dengan virus
Dengue, West Nile dan Japanese Encephalitis.
Virus ini pertama sekali ditemukan pada
monyet rhesus di hutan Zika di Uganda, Afrika
pada tahun 1947, lalu pada tahun 1948
ditemukan pada nyamuk Aedes africanicus.
Kemudian diketahui bahwa nyamuk spesies
Aedes sp. merupakan vektor pembawa virus
ini.
Nyamuk Aedes sp. vektor pembawa virus Zika
Kasus demam Zika pertama pada manusia
ditemukan pada tahun 1954 di Nigeria, Afrika.
Kemudian virus ini menyebar sporadis di
wilayah Afrika, Asia Selatan dan Asia
Tenggara, namun hanya ada 14 kasus infeksi
virus Zika yang dilaporkan selama kurun
waktu 50 tahun. Pada tahun
2005 kasus Zika
pertama kali dilaporkan diluar Afrika dan Asia,
yaitu di pulau Yap di samudera Pasifik. Virus
ini kemudian menyebar luas ke pulau-pulau di
sekitar samudera Pasifik dan akhirnya
mencapai Amerika Selatan pada tahun 2014
serta menimbulkan wabah. Kasus demam Zika
pertama di Amerika Serikat dilaporkan pada
akhir Desember 2015 pada individu yang baru
saja pulang dari Amerika Selatan. Hingga
Januari 2016 belum ditemukan laporan
penderita demam Zika di Indonesia, tetapi
Lembaga Eijkman Jakarta telah menemukan
kehadiran virus ini pada saat terjadi wabah
demam dengue di Provinsi Jambi pada
periode Desember 2014 sampai April 2015.
Infeksi virus Zika umumnya merupakan infeksi
yang ringan dan hanya seperlima penderita
yang menunjukkan gejala klinis serta belum
pernah dilaporkan menimbulkan kematian.
Gejala klinis muncul sekitar tiga sampai lima
hari setelah gigitan nyamuk dengan gejala
berupa demam, kulit kemerahan, nyeri sendi,
serta mata merah. Gejala yang lain yang
mungkin timbul antara lain sakit otot, nyeri
pada bagian mata, pusing dan muntah. Gejala
tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pemeriksaan laboratorium sederhana
biasanya hanya menunjukkan penurunan
kadar sel darah putih seperti umumnya infeksi
virus lainnya. Berbeda dengan infeksi demam
16
17
berdarah, infeksi virus Zika tidak
menyebabkan penurunan kadar trombosit.
Khas : Radang Konjunctiva salah satu gejala spesifik
Demam Zika
Namun baru-baru ini para peneliti
menemukan efek buruk lainnya yang
kemungkinan disebabkan oleh virus Zika dari
wabah yang terjadi di Amerika Selatan.
Peneliti tersebut menemukan terjadi
peningkatan kejadian mikrosephali, yaitu
kondisi neurologis yang sangat jarang dimana
bayi terlahir dengan kepala yang lebih kecil
dari normal dan dengan kondisi otak yang
kurang berkembang.
Pihak berwenang Brasil menyebutkan terjadi
peningkatan kasus mikrosephali pada tahun
2015 sebesar 3000an kasus dibandingkan
100an kasus pada tahun sebelumnya.
Kasus
bayi lahir mikrosephali
terjadi pada daerah
yang terkena wabah virus Zika oleh ibu yang
terinfeksi virus Zika walaupun tidak
menunjukkan gejala klinis. Untuk
menanggulangi kejadian ini pemerintah Brasil
menganjurkan kepada
masyarakat untuk
menunda kehamilan terutama di daerah yang
sedang terdampak virus Zika.
Peneliti juga menemukan pembentukan
sindrom Guillain-Bairre pada beberapa bekas
penderita demam Zika, yaitu terjadinya
kerusakan sistem syaraf yang disebabkan oleh
serangan sistem imunitas tubuh. Penelitian
lebih lanjut masih dilakukan untuk
mengetahui tentang keterkaitan virus Zika
dengan dampak-dampak negatif tersebut.
Illustrasi Mikrosephali
Hingga saat ini belum ada obat dan vaksin
untuk mencegah demam Zika. Upaya yang
dilakukan untuk mencegah demam Zika
adalah sama dengan pencegahan penyakit
bersumber nyamuk lainnya yaitu melakukan
3M (menutup, menguras dan mengubur)
tempat perindukan nyamuk, memakai krim
anti nyamuk serta menjalankan pola hidup
yang bersih dan sehat. (*/ay)
Disadur dari berbagai sumber.
Artikel
17
PEMERIKSAAN CEPAT KADAR
BORAKS DENGAN INDIKATOR
RAMAH LINGKUNGAN
Oleh :
Ambarwati, Dini Permata Putri, Agustin
Rahmawati
Boraks merupakan salah satu bahan kimia
yang dilarang digunakan sebagai Bahan
Tambahan pangan (BTP) sesuai dengan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012.
Meskipun
begitu, masih banyak ditemukan bahan
makanan maupun jajanan anak yang
mengandung bahan yang dapat memperbaiki
tekstur dan mengenyalkan makanan ini. Jika
selama ini untuk mengetahui kandungan
boraks pada makanan diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium, tim teknologi
tepat guna BBTKLPP Surabaya
mengembangkan pemeriksaan cepat kadar
boraks dengan indikator ramah lingkungan
berasal dari kunyit.
Boraks atau Bleng (bahasa jawa) adalah
campuran garam mineral konsentrasi tinggi
yang dipakai dalam pembuatan beberapa
makanan tradisional, seperti karak dan
gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium
piroborat, natrium tetraborat
(Na2[B4O5(OH)4]8H2O).
Karakteristik Boraks, antara lain:
(1)
berbentuk kristal putih
(serbuk hablur
putih); (2) tidak berbau;
(3) tidak berwarna;
(4) transparan; (5) larut dalam air
dan gliserin;
(6) tidak larut dalam etanol, Jika larut dalam
air akan menjadi hidroksida dan asam borat
(H3BO3) dengan nama ilmiah adalah
trihydroxide boron;
(7) stabil pada suhu serta
tekanan normal
Boraks dipasaran terkenal dengan nama
pijer, petitet, bleng
dan gendar.
Bleng ini
dapat dibeli dengan harga murah dan didapat
dengan mudah, sehingga masyakat banyak
menggunakan bahan berbahaya ini (Hamdani,
2012).
Gambar 1. Rumus Bangun Boraks atau Monografi Natrium Tetraborat
Boraks merupakan bahan yang dikenal untuk
industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya salep, bedak, larutan kompres, obat
oles mulut dan obat pencuci mata. Boraks
juga digunakan sebagai bahan solder,
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik
kayu.
Boraks jika terdapat pada makanan dalam
jangka waktu yang lama akan menumpuk
pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian
dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan demam, depresi, kerusakan
ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan
pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang
kulit, anemia, kejang, pingsan bahkan
kematian (Saeful Karim, 2008).
Asam borat sering digunakan sebagai
larutan
asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai
obat cuci mata yang populer
dan dikenal
sebagai boorwater, tetapi
saat
ini tidak
dianjurkan untuk penggunaan medis . US
National Institute of Health, “terjadi
keracunan kronis pada mereka yang berulang
kali terkena asam borat.
Boraks dapat juga digunakan untuk
memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan penampilan yang bagus
serta
memiliki kekenyalan yang khas. Boraks sering
disalahgunakan oleh para produsen makanan
Artikel
18
yaitu digunakan sebagai bahan pengawet
pada makanan yang dijualnya seperti mie
basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak
dengan ciri-cirinya tekstur sangat kenyal, tidak
lengket, dan tidak mudah putus. Boraks
digunakan sebagai komponen pembantu
pembuatan gendar (adonan calon kerupuk ).
Namun begitu boraks merupakan
bahan
tambahan makanan
yang sangat berbahaya
bagi manusia karena bersifat racun (Hamdani,
2012).
Kebanyakan
masyarakat
mengira
bahwa
mendeteksi
boraks
harus
di
laboratorium
sehingga
memerlukan
biaya
mahal.
Hal
ini
membuat
masyarakat
malas
menguji
dan
langsung
mengonsumsi
barang
yang
dibeli.
Padahal
tanaman
kunyit
dapat
digunakan
sebagai
detektor
alami
keberadaan
boraks.
Salah satu cara mengidentifikasi keberadaan
boraks pada makanan adalah menggunakan
metode uji kertas kunyit (tumerik). Ekstrak
kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi
boraks karena ekstrak kunyit mengandung
senyawa kurkumin. Kurkumin mampu
menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi
asam borat dan mengikatnya menjadi
kompleks warna rosa atau yang biasa disebut
dengan senyawa boron cyano kurkumin
kompleks. Makanan yang mengandung boraks
ketika ditetesi oleh ekstrak kunyit akan
mengalami perubahan warna menjadi merah
kecoklatan.
Bahan Baku Kunyit
Langkah pertama pembuatan Indikator Boraks
adalah membuat ekstrak kunyit yang
dilanjutkan dengan pembuatan kertas
tumerik. Selanjutnya kertas turmerik tersebut
digunakan menguji
Boraks dalam makanan.
Untuk menguji efektifitas kertas turmerik, di
laboratorium dilakukan Uji efektifitas dan
sensitifitas kertas turmerik hasil eksperimen
terhadap boraks .
Langkah pertama adalah pembuatan ekstrak
Kunyit, yaitu :
1.
Mengupas kunyit sebanyak kira-kira 500
gram.
2.
Memarut kunyit yang telah dikupas .
3.
Memeras hasil parutan layaknya memeras
santan.
4.
Menyaring larutan hasil perasan kunyit.
5.
Mengambil larutan kunyit sebanyak 1 ml
kemudian ditambah beberapa ml etanol
90%.
Penyaringan Ekstrak Kunyit
Langkah Kedua : Pembuatan Kertas Turmerik
1.
Masukkan kertas saring yang telah
dipotong 2x10 cm masing-masing ke dalam
larutan kunyit berpelarut etanol dan ke
dalam larutan kunyit berpelarut air .
2.
Biarkan beberapa saat sampai kertas saring
menyerap larutan curcumin.
3.
Ambil kertas indikator curcumin dan
keringkan dengan cara diangin-anginkan.
4.
Pengeringan kertas indikator curcumin
tidak dilakukan di bawah sinar matahari,
supaya zat aktif indikator tidak rusak.
19
Pengeringan Kertas Indikator Turmerik
Langkah Ketiga : Uji efektifitas dan
Sensitifitas Kertas Indikator Turmerik
1.
Pembuatan
bahan
makanan
kontrol
positip
Boraks
a.
Ambil bahan makanan berupa bakso,
mie basah, cireng , kornet dan sosis.
b.
Masing-masing bahan tersebut di bagi
dua .
c.
Satu bagian direndam dengan larutan
kontrol positip boraks.
d. Satu bagian lainnya dibiarkan tanpa
perendaman. Bahan makanan tersebut
selanjutnya digunakan untuk pengujian kadar boraks dalam makanan.
Larutan Ekstrak Makanan Yang akan Diuji dengan
Kertas Turmerik
2.
Perlakuan
larutan
standart
boraks
terhadap
kertas
indikator
turmerik
a.
Teteskan
larutan
standart
(kontrol
positip)
tersebut
pada
masing
–
masing
kertas
tumerik
(dari
hasil
rendaman
ekstrak
kunyit
berpelarut
etanol)
dan
kertas
turmerik
(dari
hasil
rendaman
ekstrak kunyit berpelarut
air)
yang
sudah disiapkan.
b.
Amati perubahan warna yang terjadi
pada masing-masing kertas turmerik
tersebut .
c.
Keberadaan boraks dapat
diidentifikasi
dari timbulnya warna merah kecoklatan
pada kertas turmerik .
Langkah
Keempat
:
Uji
Kadar
Boraks
dalam
Makanan
menggunakan
Kertas
Indikator
Turmerik
(Aplikasi
indikator
Turmerik
pada
sampel
makanan)
Uji Efektifitas Kadar Boraks dengan Kertas Turmerik
1. Ambil bahan makanan contoh 2. Timbang bahan makanan tersebut
sebanyak 5 gram . 3. Tumbuk / haluskan bahan yang akan diuji
kemudian
tambahkan
50
ml
air
.
4.
Saring bahan
tersebut
dan
ambil
air
larutannya sebanyak
5
ml,
kemudian
ditambah
dengan
asam
klorida
encer
±
1
tetes.
5.
Ambil
larutan
tersebut
di
atas
dengan
pipet
dan
teteskan
pada
kertas
tumerik
.
6.
Amati
perubahan
pada
kertas
turmerik
.
Apabila
perubahan
warnanya
sama
dengan
warna
pada
kertas
turmerik
kontrol
positif
(timbul
warna
merah
kecoklatan
pada
kertas
turmerik
)
,
maka
bahan
makanan
tersebut
mengandung
boraks.
7.
Apabila
perubahan
warnanya
tidak
sama
dengan
warna
pada
kertas
turmerik
kontrol
positif
berarti
bahan
makanan
tersebut
tidak
mengandung
boraks.
(*/ay)
20
Kiat Sehat
Cara Mengidentifikasi Boraks
dalam Makanan
A.
Identifikasi
Boraks
dengan
pengamatan
fisik
o
Ciri-ciri
mie
basah
mengandung
boraks:
Teksturnya
kenyal,
lebih
mengkilat,
tidak
lengket,
dan
tidak
cepat
putus.
o
Ciri-ciri
bakso
mengandung
boraks:
teksturnya
sangat
kenyal,
warna
tidak
kecokelatan
seperti
penggunaan
daging
namun
lebih
cenderung
keputihan.
Jika
dijatuhkan
akan
membal
seperti
bola
bekel.
o
Ciri-ciri jajanan (seperti lontong)
mengandung boraks: teksturnya sangat
kenyal, berasa tajam, seperti sangat gurih
dan membuat lidah bergetar dan
memberikan rasa getir.
o
Ciri-ciri kerupuk/gendar mengandung
boraks: teksturnya renyah dan bisa
menimbulkan rasa getir.
B.
Identifikasi
Melalui
Pemeriksaan
Laboratorium
o
Metode
Nyala
Api
Metode ini disebut uji nyala karena sampel
yang digunakan dibakar, kemudian warna
nyala dibandingkan dengan warna nyala
boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar
menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika
sampel yang dibakar menghasilkan warna
hijau maka sampel dinyatakan positif
mengandung boraks. Prosedur dilakukan
dengan melarutkan senyawa uji dengan
metanol dalam wadah (cawan penguap)
kemudian dibakar, warna api hijau
menunjukkan terdapat senyawa
boraks
(Roth,
1988).
o
Metode
Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Kertas turmerik adalah kertas saring yang
dicelupkan ke dalam larutan turmerik (kunyit)
yang digunakan untuk mengidentifikasi asam
borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian
boraks yaitu dengan cara membuat kertas
tumerik dahulu.
Ekstrak kunyit dapat digunakan
sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak
kunyit tersebut mengandung senyawa
kurkumin. Kurkumin mampu menguraikan
ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan
mengikatnya menjadi kompleks warna rosa
atau yang biasa disebut dengan senyawa
boron cyano kurkumin kompleks. Makanan
yang mengandung boraks ketika ditetesi oleh
ekstrak kunyit akan mengalami perubahan
warna menjadi merah kecoklatan.
(*/ay)
Uji Kandungan Boraks dengan Kertas Turmerik
21
Kegiatan ADKL
Sehat dengan Jambu Biji
Jambu Biji
merupakan salah satu jenis buah-buahan
kaya nutrisi yang banyak memberikan
manfaat untuk kesehatan. Sebagian besar nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh terdapat pada buah-buahan yang kita konsumsi setiap harinya khususnya
vitamin, sumber serat,
protein serta mineral. Berikut ini 7 manfaat menakjubkan jambu biji bagi kesehatan tubuh anda :
1. Nutrisi Mata. Jambu biji ternyata sumber utama vitamin A. Vitamin A membantu menutrisi organ mata dan membantu memperlambat munculnya gangguan mata seperti katarak dan degenerasi makula atau penurunan penglihatan ketika usia bertambah.
2.
Pencegah Kanker. Jambu biji memiliki sumber antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh. Antioksidan yang dimaksud adalah
likopen yang memiliki fungsi mengurangi resiko terkena kanker prostat, kanker payudara serta kanker mulut. Ini dikarenakan, jambu
biji dapat menghambat pertumbuhan
dan metastasis sel kanker yang mematikan tersebut.
3.
Penurun Berat Badan. Jambu biji nyatanya juga terbukti efektif dalam program
penurunan berat badan. Ini dikarenakan, sifatnya yang
mengenyangkan
serta memasok kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
yang rendah kolesterol dan rendah karbohidrat. Inilah yang membuat jambu biji menjadi salah satu program diet anda yang sempurna.
4.
Penghindar Diabetes. Ternyata jambu biji dapat membantu mencegah munculnya penyakit diabetes tipe 2. Ini dikarenakan, sumber serat dalam jambu biji dapat membantu mengatur atau mengontrol penyerapan gula didalam tubuh anda.
5.
Penangkal Hipertensi. Fungsi lain yang tak kalah penting dari jambu biji yaitu mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Kandungan sumber serat dalam jambu biji berperan dalam mengurangi kadar kolesterol jahat dalam darah dan meningkatkan sirkulasi darah di pembuluh darah yang mana pada akhirnya dapat mencegah hipertensi.
6.
Cerdaskan Otak. Jambu biji mengandung vitamin B3 (niasin) serta B6. Kedua vitamin tersebut berperan dalam hal meningkatkan sirkulasi darah keseluruh organ termasuk otak. Oleh karena itulah, jambu biji dapat menjadi salah satu buah alternatif yang dapat meningkatkan kesehatan otak dan membuat seseorang lebih berkonsentrasi.
7. Solusi Sembelit. Susah buang air besar atau sembelit menjadi masalah serius jika tidak segera ditangani secara lebih cepat. Sumber serat dalam jambu biji dapat membantu meningkatkan kesehatan sistem pencernaan dan sistem ekskresi. Dalam hal ini dapat memudahkan proses buang air besar dan menjauhkan anda dari sembelit.
(HW)
22
Grafiti
25
BBTKLPP SURABAYA dalam BERCANDA
23