Media Pembelajaran Audio Visual Ptk

93
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan- perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran. Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. 1

description

media

Transcript of Media Pembelajaran Audio Visual Ptk

BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya pada akhir pengajaran.Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. (Nana Sudjana : 2005:16)Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Apabila diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.Adanya media pembelajaran akan sangat membantu bagi siswa dalam memahami pelajaran yang masih baru diterima atau pokok bahasannya sulit untuk dipahami seperti bahasa Inggris. Dalam proses pembelajaran bahasa yang paling diutamakan adalah kemampuan siswa memahami dan melafalkan setiap kata dengan baik dan benar. Di samping itu kepekaan mendengarkan percakapan dalam bahasa Inggris adalah salah satu pembelajaran yang penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Dengan demikian pada penelitian tindakan kelas ini penulis lebih memfokuskan pada Penerapan media pembelajaran VCD dalam meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009.B. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah dalam PTK ini yaitu :

1. Sulitnya siswa dalam memahami kosa kata bahasa Inggris.2. Kurangnya penerapan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris.

C. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAHPembatasan masalah dalam PTK ini adalah penerapan media pembelajaran VCD dalam meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009.

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

a. Apakah penerapan media pembelajaran VCD dapat meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009?b. Sejauhmana penerapan media pembelajaran VCD dalam meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009 melalui penerapan media pembelajaran VCD. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Disamping itu media pembelajaran dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.BAB II

KAJIAN PUSTAKAA. ARTI DAN MAKNA PEMBELAJARAN

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik. Sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu dalam pembelajaran yang merupakan substansi khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:295)Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk rnembantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:296)Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian tujuan belajar. Antara belajar dan mengajar dengan pendidikan bukanlah sesuatu yang terpisah atau bertentangan. Justru proses pembelajaran adalah merupakan aspek yang terintegrasi dari proses pendidikan. (Djamarah, 2002: 202)

Hanya saja sudah menjadi kelaziman bahwa proses pembelajaran dipandang sebagai aspek pendidikan jika berlangsung di sekolah saja. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah. Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan asas pendidikan maupun teori pendidikan. Guru membuat desain instruksional, mengacu pada desain ini para siswa menyusun program pembelajaran di rumah dan bertanggung jawab sendiri atas jadwal belajar yang dibuatnya. Sementara itu siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Siswa tersebut mengalami perkembangan jiwa sesuai asas emansipasi dirinya menuju keutuhan dan kemandirian.Untuk memahami lebih mendalam apa itu pembelajaran, mari kita telusuri konsep dan pengertiannya. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960) mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Menurut pandangan Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu preskriptif. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:298)Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah orang yang terampil memecahkan masalah, mampu berinteraksi dengan lingkungannya dalam menguji hipotesis dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi "dibentuk dan dikonstruksi" oleh individu itu sendiri, sehingga siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. (Djamarah, 2002: 204)

Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (Classroom Teaching) menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) berada pada empat variabel interaksi yaitu (1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dunkin dan Biddle selanjutnya mengatakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran; dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:293)Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media buku teks belaka. Dirasakan perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri maupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar oleh pihak guru maupun para ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:294)Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Menurut Knirk dan Gustafson pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. (Djamarah, 2002: 207)

Selanjutnya Knirk dan Gustafson mengemukakan teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran (Instructional). Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.Belajar berdasarkan sumber (resource based learning) ialah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran pada murid, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, kebun, dan semacamnya juga merupakan sumber belajar. Dalam "resource based learning" guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam ruang perpustakaan, dalam "ruang sumber belajar yang khusus" bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubung dengan tugas atau masalah tertentu. (Djamarah, 2002: 201)

Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah la belajar menurut langkah-langkah tertentu, seperti dalam belajar berprograma, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Jadi "resource based learning" dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan, atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan, dan penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka kurikulum yang berlaku di sekolah. Resource based learning biasanya bukan satu-satunya metode yang digunakan di suatu sekolah.Di samping itu masih dapat digunakan metode pembelajaran lainnya; metode belajar ini hanya merupakan salah satu diantara metode-metode lainnya, jadi metode yang lain bukan tidak perlu ditiadakan sama sekali. Perubahan yang besar yang diakibatkan oleh metode belajar ini antara lain pentingnya peranan ahli perpustakaan dan mereka yang memproduksi bahan, media atau sumber belajar. Sumber belajar tidak sama artinya dengan audio visual aids. Dengan audio visual aids dimaksud adalah alat-alat yang membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, karena itu juga disebut instructional aids, atau alat pengajaran. Terserah kepada guru untuk menggunakannya atau tidak, kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi "learning resources" atau sumber belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Belajar berdasarkan sumber atau "resource based learning" bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum.Perubahan-perubahan itu mengenai: (1) perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia; (2) perubahan dalam masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntunanya; (3) perubahan tentang pikiran kita mengenai pengertian kita tentang anak dan caranya belajar; dan (4) perubahan dalam media komunikasi. Sumber yang sejak lama digunakan dalam pembelajaran adalah buku-buku dan hingga sekarang buku-buku masih memegang peranan yang penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan mendapat peranan yang penting sekali dalam resource based learning ini. Kerjasama antara guru dan ahli perpustakaan menjadi syarat yang penting dalam pembelajaran. Disamping itu para ahli perpustakaan harus mendapat pendidikan khusus untuk menjalankan peranannya sebagai pustakawan dan memberikan pelayanan kepada para siswa yang membutuhkan. (Djamarah, 2002: 212)

Guru dan para pustakawan di sekolah harus saling mengenal kemampuan masing-masing. Disamping itu diperlukan pula "media spesialis", yakni ahli dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada buku-buku saja. Resource based learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat dipersingkat atau diperpanjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu, selama satu atau dua jam. Metode ini penggunaannya dalam pembelajaran begitu fleksibel atau lugas, tergantung pada kemampuan guru menggunakannya. Belajar berdasarkan sumber ini, dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan audio visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.Metode ini tampaknya sebagai sesuatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran, latihan-latihan formal, maupun kegiatan penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat-alat audio visual. Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pelajaran aktif. Dalam belajar berdasarkan sumber diutamakan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lain. (Djamarah, 2002: 218)

Metode ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pengajaran individual, dan pengajaran aktif yang penting setiap metode yang digunakan bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. Resource based learning tidak hanya sesuai bagi pelajaran ilmu sosial, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam Belajar berdasarkan sumber tidak meniadakan peranan guru, juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar di perpustakaan atau laboratorium. (Djamarah, 2002: 218)

Guru itu terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi, memberi bantuan, dan memperbaiki kesalahan. Ada yang menganggap team teaching sebagai pendahuluan "Resource based learning" akan tetapi ada yang sebaliknya memandang team teaching sebagai kulminasi belajar berdasarkan sumber. Akan tetapi keduanya melenyapkan isolasi guru dalam kelasnya masing-masing, seperti di sekolah konvensional. Dalam kelompok atau team guru dapat saling bertukar pengalaman, saling membantu dalam mengatasi kesulitan pendidikan. Dengan demikian guru cepat tumbuh dalam profesinya dan tidak terjerat oleh kegiatan rutin yang tidak mendapat kesempatan untuk ditinjau kembali dan diperbaiki berkat pengalaman orang lain, tetapi merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang dinamis.Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan emosional dan sosial dalam menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran. Belajar berdasarkan sumber berarti kerjasama antara seluruh staf dan penggunaan secara maksimal fasilitas yang tersedia seperti buku-buku perpustakaan, alat pengajaran, keahlian dan keterampilan guru serta anggota masyarakat yang bersedia memberi sumbangannya. (Djamarah, 2002: 214) B. MEDIA PEMBELAJARAN

Media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dalam proses komunikasi, media merupakan satu dari empat komponen yang harus ada. Komponen yang lain, yaitu: sumber informasi, informasi, dan penerima informasi. Seandainya satu dari empat komponen tersebut tidak ada, maka proses komunikasi tidak mungkin terjadi.(Nana Sudjana, 2005:26).

Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi adalah dosen, guru, instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan sebagainya. Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) mendefinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986: 26), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, dan dengan demikian terjadilah proses belajar.(Nana Sudjana, 2005:27)Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari. disebabkan pcnjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya, Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran. (Nana Sudjana, 2005: 27)Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Adakah mampu atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.(Nana Sudjana, 2005: 28)C. Media Sebagai Sumber BelajarBelajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra (1995; 65 ) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar.Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi sudah ada di mana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir tak terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar.Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya.(Nana Sudjana, 2005:38)Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk mcmbelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.a). Macam-macam MediaMedia yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :a. Media AuditifMedia auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.b. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.c. Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam :1) Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara.2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette.- Pembagian lain dari media ini adalah :a) Audiovisual Murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-cassette, danb) Audiovisual Tidak Murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.2. Dilihat dan Daya Liputnya, Media dibagi dalam :

a Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak.

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh : radio dan televisi.b. Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.c. Media untuk Pengajaran IndividualMedia ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :

a. Media SederhanaMedia ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.b. Media KompleksMedia ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.(Djamarah, 2002: 102)Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang utama yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran itulah media yang seharusnya dipakai.Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafik sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.(Djamarah, 2002:103)Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.Sebuah poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekadar mencapai tujuan pengajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat yang tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Barat.Oleh sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran.Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut.a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi malah sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar dan mengajar.(Djamarah, 2002:104)Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut.a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai tahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa.b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pengajaran.c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Situasi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, drama, media grafis dan lain-lain.d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok. (Suwarna, 2006:17)Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pengajaran dapat ditempatkan sebagai:a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya. (Suwarna, 2006: 18)Sesungguhnya media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan oleh siswa.Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa yang harus dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil apa yang diharapkan diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus diingat, bahwa media adalah alat dan sarana untuk mencapai tujuan pengajaran, serta media bukanlah tujuan.D. NILAI DAN MANFAAT MEDIA PENGAJARANMedia pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan atau foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah penduduk kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya pertumbuhan penduduk kota tersebut. (Suwarna, 2006:20-21)Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data penduduk, sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah penduduk tahun berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat membuat grafik penduduk dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih banyak dan lebih mendalami.Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya, sehingga tugasnya tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah). Penggunaan gambar dan foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara pengajaran dengan media pengajaran.Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu sosial, pada dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkongkretan dari konsep geografis, sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan nyata. Demikian pula penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan alur-alur terjadinya bel listrik atau bunyi radio merupakan gambaran dan penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam wujud yang mudah dipelajari oleh para siswa.Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran.Menurut perspektif Suwarna (2006:128-129) secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus manfaat media pembelajaran seperti dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu:a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal melalui media. Penafsiran yang beragam dapat direduksi, sehingga materi tersampaikan secara seragam.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara "satu arah" kepada siswa.d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi.Sering kali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh.f. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan guru.g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu pegetahuan dan proses pencarian ilmu.h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya. (Suwarna, 2006:130-131)BAB III

METODE PENELITIAN

A. OBJEK TINDAKANObjek tindakkan dalam penelitian ini adalah : 1. Pelaksanaan media pembelajaran VCD pada penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa Inggris.

2. Aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran melalui media pembelajaran VCD .

B. SETTING / SUBJEK PENELITIANSetting atau lokasi PTK ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 38 siswa.

C. METODE PENGUMPULAN DATAData yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus III.

Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui Aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran melalui media pembelajaran VCD, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa.

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

D. METODE ANALISA DATAData hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil belajar siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.

E. CARA PENGAMBILAN KESIMPULAN

Cara pengambilan kesimpulan dalam penelitian tindakan ini didasarkan pada hasil perolehan data dan analisis data yang diperoleh pada setiap siklus. Di samping itu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa inggris melalui media pembelajaran VCD, pengambilan kesimpulan didasarkan pada hasil evaluasi.

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. GAMBARAN SETTING PENELITIANPenelitian Tindakan Kelas yang mengambil Setting di kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009, pelaksanaannya mengikuti alur sebagai berikut.

1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa bahasa Inggris pada penguasaan kosa kata dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya pada siklus 1 tanggal 3 Pebruari 2009 pukul 07.00-09.00 WIB, siklus 2 pada tanggal 5 Pebruari 2009 pada pukul 07.00-09.00 WIB sedangkan pada siklus 3 pada tanggal 7 Pebruari 2009 pukul 07.30-09.00 WIB. 2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui model pembelajaran melalui media pembelajaran VCD.3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses Pembelajaran, meliputi aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru, yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.

B. PENJELASAN PER SIKLUSPenelitian Tindakan Kelas dengan alur atau tahapan (perencanaan, tindakan, observasi, refleksi) disajikan dalam tiga siklus sebagai berikut:

Tabel I

Siklus 1Perencanaan : identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar

Menentukan pokok bahasan

Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi

Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan.

Menyusun lembar kegiatan mengajar

Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran VCD Mengembangkan format evaluasi

Mengembangkan format observasi pembelajaran

Tindakan Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar kegiatan mengajar

Presentasi. Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD untuk dilihat dan didengarkan. Resitasi. anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan . Kelas dinyatakan berhasil apabila 70% dari jumlah siswa yang ada telah menguasai pokok bahasan

Bila didapatkan dari hasil observasi kurang dari sebanyak 70% maka diperlukan siklus 2

Pengamatan melakukan observasi dengan memakai format observasi

menilai hasil tindakan dengan menggunakan lembar kegiatan mengajar

refleksi melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan

melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, Lembar kegiatan mengajar, dan lain-lain.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus selanjutnya.

Evaluasi tindakan I

Siklus IIPerencanaan : identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar

Menentukan pokok bahasan

Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi

Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan.

Menyusun lembar kegiatan mengajar

Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran VCD Mengembangkan format evaluasi

Mengembangkan format observasi pembelajaran

Tindakan Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar kegiatan mengajar

Presentasi. Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD untuk dilihat dan didengarkan. Resitasi. anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan . Kelas dinyatakan berhasil apabila 70% dari jumlah siswa yang ada telah menguasai pokok bahasan

Bila didapatkan dari hasil observasi kurang dari sebanyak 70% maka diperlukan siklus 3

Pengamatan melakukan observasi dengan memakai format observasi

menilai hasil tindakan dengan menggunakan lembar kegiatan mengajar

refleksi melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan

melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, Lembar kegiatan mengajar, dan lain-lain.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus selanjutnya.

Evaluasi tindakan II

Siklus IIIPerencanaan : identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar

Menentukan pokok bahasan

Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi

Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan.

Menyusun lembar kegiatan mengajar

Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran VCD Mengembangkan format evaluasi

Mengembangkan format observasi pembelajaran

Tindakan Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar kegiatan mengajar

Presentasi. Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD untuk dilihat dan didengarkan. Resitasi. anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan . Kelas dinyatakan berhasil apabila 70% dari jumlah siswa yang ada telah menguasai pokok bahasan

Bila didapatkan dari hasil observasi kurang dari sebanyak 70% maka pembelajaran ini tidak tuntas.

Pengamatan melakukan observasi dengan memakai format observasi

menilai hasil tindakan dengan menggunakan lembar kegiatan mengajar

refleksi melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan

melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, Lembar kegiatan mengajar, dan lain-lain.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus selanjutnya.

Evaluasi tindakan III

C. PROSES ANALISIS DATAProses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi: Pelaksanaan pembelajaran melalui media pembelajaran VCD, dan aktivitas siswa selama menerima pembelajaran. Penelitian ini disajikan dalam 3 siklus sebagai berikut:

1. Siklus 1

Dalam proses pembelajaran siklus pertama Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD untuk dilihat dan didengarkan. Selanjutnya anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru mengambil hasil tugas yang telah diberikan pada siswa. Hasil yang diperoleh selama penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Hasil penilaian siklus 1 No. UrutNilaiKeteranganNo. UrutNilaiKeterangan

TTTTTT

1702085

2852170

3602270

4552365

5452460

6402555

7602660

8452760

9502875

10802970

11753045

12553145

13703240

14653325

15603435

16553560

17453675

18403770

19403895

Jumlah1095613Jumlah1160910

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800

Jumlah Skor Tercapai 2255Rata-Rata Skor Tercapai 59,34

Keterangan: T

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 15Jumlah siswa yang belum tuntas : 23Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

NoUraianHasil Siklus I

1

2

3Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar59,341539

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan media pembelajaran VCD dalam penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 59,34 dan ketuntasan belajar mencapai 39% atau ada 15 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 39% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena siswa kurang konsentrasi pada saat mendengarkan percakapan dari media VCD.Di samping itu siswa pada umumnya tidak menulis secara keseluruhan percakapan yang di lihat dan didengar. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refleksi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan memberikan arahan terlebih dahulu isi dialog dalam pemutaran VCD.

2) Guru perlu mengenalkan beberapa kosa kata terlebih dahulu dalam percakapan yang akan dilihat dan di dengar.2. Siklus 2

Dalam proses pembelajaran siklus kedua Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD yang berbeda untuk dilihat dan didengarkan. Namun sebelumnya guru memberikan arahan dan penjelasan tentang penulisan dan ejaan dalam bahasa Inggris yang tepat. Hal selanjutnya anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dan menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru mengambil hasil tugas yang telah diberikan pada siswa.

Tabel 4Hasil penilaian siklus 2 No. UrutNilaiKeteranganNo. UrutNilaiKeterangan

TTTTTT

1702080

2902170

3702275

4552370

5602470

6602560

7702670

8602770

9702870

10702970

11703085

12703170

13703270

14603340

15603470

16503570

17603670

18603760

194038100

Jumlah1215910Jumlah1340163

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800

Jumlah Skor Tercapai 2555Rata-Rata Skor Tercapai 67,23

Keterangan: T

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 25Jumlah siswa yang belum tuntas : 13Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus 2NoUraianHasil Siklus I

1

2

3Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar67,232513

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan media pembelajaran VCD dalam penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009 diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,23 dan ketuntasan belajar mencapai 65% atau ada 25 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 65% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena siswa kurang menguasai dalam penulisan ejaan kosa kata. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refleksi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1). Guru perlu mengenalkan beberapa penulisan kosa kata terlebih dahulu dalam percakapan yang akan dilihat dan di dengar.3. Siklus 3Dalam proses pembelajaran siklus ketiga yang dilakukan oleh guru pertama kali adalah memberikan penjelasan dan latihan tentang penulisan dan ejaan yang tepat dalam bahasa Inggris dengan melihat VCD 1 dan VCD 2 dengan didampingi oleh guru bahasa Inggris.

Guru menyajikan bahan melalui media pembelajaran VCD yang berbeda untuk dilihat dan didengarkan. Selanjutnya anak didik diberi tugas untuk menulis dengan huruf dan ejaan yang tepat dalam bahasa inggris dan menerjemahkan. Tahap selanjutnya guru mengambil hasil tugas yang telah diberikan pada siswa. Tabel 6Hasil penilaian siklus 3 No. UrutNilaiKeteranganNo. UrutNilaiKeterangan

TTTTTT

1752095

2902170

3802285

4702380

5702490

6702575

7752680

8752780

9752880

10802990

11753080

12753185

13853285

14803365

15753465

16753580

17703680

18703770

197538100

Jumlah144019Jumlah153519

Jumlah Skor Maksimal Ideal 3800

Jumlah Skor Tercapai 2975Rata-Rata Skor Tercapai 78,28

Keterangan: T

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 38Jumlah siswa yang belum tuntas : 0Klasikal

: tuntas

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus 2NoUraianHasil Siklus I

1

2

3Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar78,28380

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan media pembelajaran VCD dapat meningkatkan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini bisi dilihat hasil perolehan nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 78,28 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau ada 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa tuntas belajar. Tabel 8

Profil Hasil Penelitian

SiklusI59,34 %

II67,23 %

III78,28 %

Diagram 1

D. Pembahasan Hasil pada siklus pertama dan kedua diperoleh rata-rata ketuntasan belajar mencapai adalah 39% dan 65 %. Artinya adalah siswa masih mengalami ketidak tuntasan dalam pembelajaran. setelah diadakan kajian ulang terhadap permasalahan ini adalah siswa kurang peka terhadap gaya bahasa inggris asli lewat VCD. Sehingga siswa merasa kesulitan untuk menyalin dan menerjemahkan dalam bahasa Indonesia. Yang dilakukan oleh guru sekaligus peneliti adalah memberikan latihan secara perlahan kepada siswa sampai siswa mengerti minimal 70 % dari jumlah siswa. Akhirnya pada siklus 3 diperoleh hasil 100 % telah mencapai ketuntasan belajar.

Keberhasilan pada siklus 3 disebabkan karena kedudukan media pengajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi media grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.Sebagai komponen dari sistem instruksional, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:1. Konkritisasi konsep yang abstrak (misalnya dalam pembelajaran tentang sistem peredaran darah)2. Membawa pesan dari objek yang berbahaya dan sukar, atau bahkan tak mungkin dibawa ke dalam lingkungan belajar (misalnya pembelajaran tentang binatang buas, atau letusan gunung berapi).3. Menampilkan objek yang terlalu besar (Candi Borobudur, Monas)4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati oleh mata telanjang (bakteri, struktur logam)5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat (misalnya lompat indah, putaran roda, yang keduanya dapat dislow motion)6. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan7. Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi pengalaman belajar siswa8. Membangkitkan motivasi siswa9. Memberi kesan perhatian individual bagi anggota kelompok belajar10. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. (Suwarna, 2006: 212)BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisis data diperoleh hasil yang cukup signifikan yaitu ketuntasan belajar dapat dicapai pada siklus 3 yang tingkat ketuntasan belajar mencapai 100 %. Artinya adalah Penerapan media pembelajaran VCD dapat meningkatkan keterampilan penguasaan kosa kata mata pelajaran bahasa inggris siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Gresik tahun pelajaran 2008/2009.B. Saran

Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaranDAFTAR PUSTAKA

Dimyanti dan Mudjiono.1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka CiptaDjamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta;

Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Rusyan. 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bina Budhaya.Sudjana, Nana. 2004. Penelitian dan penilaian dalam pendidikan. Bandung: Sinar Baru.Sudjana, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Algesindo.

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.Sukarto Indrafachrudi. 1972. Psikologi Pendidikan. Malang: IKIP MalangSutrisno Hadi, 1981, Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Psikologi UGM.Sutrisno Hadi, 1981, Stastistik 2. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Psikologi UGM.Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara wacana.Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. AlfabetWayan Ardhana dan soegeng Sutrisno. 1976. Stastistik Deskriptip. Malang: Swadaya.Wilis dahar.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Lampiran 1

Soal tes Siklus 1Please Writes ones again the dialoge from VCD.

Below are the speaking from VCD.

Mirna : Hi, Toni, nice to meet you again after long holiday.

Toni : Hello. Mirna, nice to meet you too.

Mirna : Anyway, where did you go on the last holiday?

Toni : Well. I went to Bali. It's a wonderful place with beautiful beaches and sceneries.

Mirna : Wow. It sounds great. What did you do there?

Toni : My family and I spent four nights there in a bungalow in Kuta beach. I had a great vacation there. I swam and surfed on the beach. I also played football and sand with my brother.

Mirna : What else did you do there?

Toni : The next morning I visited another small island around Bali on a boat. It was a great experience to see many beautiful places and have a talk with tourists there.

Mirna : What did you do before you left Bali?

Toni : On the last day, I went to the merchandise shops and bought some stuffs there. I bought shirts, shorts, and also traditional clothes. Unfortunately I couldn't afford to buy a surng board because it was too expensive.

Mirna : Well, it's nice to hear your story. I hope that I can also visit Bali someday.

Soal tes Siklus 2

Please Writes ones again the dialoge from VCD.

Below are the speaking from VCD.

Today is the commemoration of National Education Day. Every province in Indonesia sends their representatives to attend outstanding students gathering in Jakarta.Asep: Hello, let me introduce myself. My name is Ali. I study at SMAN 19 Bandung.

Denias : Hi, I'm Denias, I'm from Papua. Nice to meet you.

Asep: Nice to meet you too. Let's go to the crowd.

Denias and Asep go to the crowd and they meet a girl

Sri : Hi, Asep. How are you?

Asep : I'm ne. How about you?

Sri : I'm ne too. Thank you.

Asep : Elvi, this is Denias, my new friend.

Denias : Hi. How do you do? Pleased to meet you.

Sri : How do you do? Pleased to meet you too.

Denias : By the way, what is your hobby?

Sri : I like cooking very much. I can spend my whole day for cooking

Denias : Wow, great. My hobby is cooking too. Will you tell me how to cook special foods from your province? I'd like to know them.

Asep : Alright my friends, let's talk about cooking later. We should go to the palace to meet the President of Indonesia.

Denias and Sri :Let's go. We can talk about cooking laterSoal tes Siklus 3Please Writes ones again the dialoge from VCD.

Below are the speaking from VCD.

Cipto waiting for Andi and Yani, his new colleague at the airport.Andi: Excuse me. Are you Henri?

Cipto : Yes. I'm Cipto Susanto.

Andi : How do you do, Cipto? I'm Andi from University of Jakarta.

Cipto : How do you do, Cipto. Nice to see you.

Andi: Nice to meet you, too. Did you have a good journey?

Cipto : Yes. It was ne, thanks.

Andi: Let me help you to bring your suitcase.

Cipto : That's very kind of you.

Andi: Not at all. Let me introduce you to my friend Yani this is Cipto. Cipto this is Yani.

Yani: Hello, Cipto. Nice to meet you.

Cipto : Pleased to meet you, too. How's the trip?

Yani: Well, It's nice and exciting.

Cipto : Great, then. You must be tired. I'll take you to the Hotel rst.

Andi: OK. Thanks, Cipto. EMBED MSGraph.Chart.8 \s

PAGE 36

_1294716483.unknown

_1294718749.unknown

_1294719811.unknown

_1294719867.unknown

_1294719882.unknown

_1294719822.unknown

_1294718773.unknown

_1294718596.unknown

_1294718602.unknown

_1294716499.unknown

_1294716066.unknown

_1294716118.unknown

_1293173232.xls

_1294714784.unknown

_1185363225.unknown