Media Dan Teknik Pendinginan Ikan Paper
-
Upload
rajis-aditya -
Category
Documents
-
view
12 -
download
2
description
Transcript of Media Dan Teknik Pendinginan Ikan Paper
1
TUGAS INDIVIDU
TEKNOLOGI PENANGANAN HASIL PERIKANAN
MEDIA DAN TEKNIK PENDINGINAN IKAN
Oleh :
RAJIS
1004114302
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
2
MEDIA DAN TEKNIK PENDINGINAN IKAN
Salah satu cara penanganan ikan mati agar kesegaran tetap maksimal
adalah dengan menurunkan suhu tubuh ikan (pendinginan). semakin besar panas
ikan yang di serap maka suhu ikan akan semangkin rendah. Pada suhu rendah
(dingin atau beku), proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan
yang mengarah pada kemunduran mutu ikan menjadi lebih lambat. Selain itu,
pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri pembusuk dalam tubuh ikan juga
dapat di perlambat. Dengan demikian, kesegaran ikan akan semangkin lama
dapat di pertahankan.
Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi dari media pendinginan adalah:
1. Tidak meninggalkan zat racun atau zat berbahaya lainnya.
2. Mempunyai kemampuan untuk menyerap panas dari tubuh ikan.
3. Mudah dan praktis dalam penggunaannya.
4. Ekonomis.
Berdasarkan persyaratan yang harus di penuhi, ada beberapa media
pendingin yang dapat digunakan diantaranya es, es ditambah garam, es ditambah
es kering, air laut yang di dinginkan dengan es, air laut yang di dinginkan secara
mekanis, dan udara dingin.
1. Pendinginan Ikan dengan Menggunakan Es
Sebagai media pendingin, es mempunyai beberapa kelebihan:
1. Mempunyai kapasitas pendingin yang besar per satuan berat yaitu 80 kkal
per kg es.
2. Tidak membahayakan konsumen.
3. Bersifat thermostatic, yaitu selalu menjaga suhu sekitar 0ºC.
4. Ekonomis
5. Relatif mudah dalam penanganannya.
Es yang digunakan sebagai media pendingin sebaiknya dibuat dari air
bersih sebagai mana persyaratan untuk air minum. Es yang digunakan untuk
media pendingin mempunyai suhu antara -12ºC sampai -18ºC (es “matang”). Es
yang matang memiliki beberapa sifat:
1. Butiran-butiran es nya lebih kecil bila di hancurkan.
3
2. Waktu peleburannya lebih lama.
3. Tidak mudah membentuk masa padat seperti es biasa.
Es yang di gunakan untuk pendinginan ikan harus di hancurkan terlebih
dahulu menjadi bongkahan atau disebut menjadi butiran-butiran yang tidak terlalu
kecil dan tidak terlalu besar. Ukuran butiran bongkahan es kira-kira 1-2 cm³.
pemakaian bongkahan es yang terlalu besar dan runcing dapat mengakibatkan
kerusakan fisik ikan. Sementara butiran yang terlalu kecil akan menyebabkan
butiran es cepat melebur dan juga membendung aliran air ke bawah sehingga
terjadi genangan air antar lapisan ikan.
Oleh karena itu, pemakaian es balok yang di hancurkan akan lebih baik
dari pada yang di serut karena akan di peroleh butiran es yang berbeda-beda.
Disarankan tidak menghancurkan es balok di atas tumpukan ikan karena akan
mengakibatkan kerusakan fisik pada ikan.
Untuk mendapat hasil yang maksimal dari penggunaan es sebagai media
pendingin dalam penanganan ikan segar, berikut beberapa hal yang harus di
perhatikan:
1. Jumlah es yang digunakan
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang
akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es
terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang
dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam
waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat
menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan
es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0ºC dan suhu
tersebut dapat dipertahankan selama penyimpanan dalam waktu yang ditentukan.
Perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan
bervariasi antara 1 : 4 sampai 1 : 1. Perbandingan tersebut tergantung pada waktu
penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, dan jenis wadah
penyimpanan.
Ketebalan lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu
tubuh ikan. Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya
4
semangkin cepat. Waktu yang diperlukan untuk mencapai 1,5ºC dari suhu awal
tubuh ikan 10ºC dari berbagai perlakuan.
Tabel. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada
berbagai ketebalan lapisan ikan.
Tebal lapisan ikan (cm) Waktu (jam)2,5 210 4
12,5 6,515 925 2460 120
2. Lama pemberian es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan dengan
cermat. Hal yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk mengatasi es yang
mencair. Kecepatan es mecair atau melebur di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Volume kotak atau wadah yang di gunakan.
2. Bahan atau material wadah.
3. Penggunaan isolasi dan jenis isolasi.
4. Suhu lingkungan di luar wadah atau kotak pendinginan.
3. Ukuran dan jenis wadah yang digunakan
Volume kotak yang lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini
dengan jumlah panas yang masuk ke dalam kotak melalui permukaannya.
Semakin besar luas permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak semakin
besar pula.
Jenis material kotak pengesan yang sering sering di gunakan saat ini oleh para
pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen,
fiberglass, dan Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis
kemasan yang dapat memperlambat peleburan es adalah Styrofoam, kemudian di
ikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun, dalam praktiknya
kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es umumnya di buat dari
5
kombinasi berbagai jenis material, misalnya Styrofoam dengan kayu dan plastik
dengan kayu.
Penggunaan isolasi dalam wadah pendinginan di maksudkan untuk
memperkecil jumlah panas yang masuk dari luar kemasan ke dalam kemasan
sehingga es menjadi lebih lama untuk melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi
akan menyebabkan panas yang masuk kedalam kemasan juga besar sehingga
peleburan es semakin cepat.
4. Kondisi fisik ikan
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di eskan ) harus di
perhatikan. Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar,
sobek, atau luka pada kulit, sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya
baik. Hal ini di sebabkan darah dari ikan yang luka akan mencemari atau
mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya.
2. Pendinginan Ikan Menggunakan Es Ditambah Garam
Media pendinginan es yang di tambah garam (NaCl) juga banyak di
gunakan dalam penanganan ikan segar. Media pendinginan ini terutama
digunakan oleh para pedagang pengencer ikan untuk menyimpan ikan yang tidak
terjual pada penjualan hari pertama. Es yang ditambah garam dapat menyerap
panas dari tubuh ikan lebih besar dari pada media es saja. Oleh karena itu, ikan
yang diberi perlakuan dengan media pendingin es di tambah garam mempunyai
suhu yang sangat rendah dan bahkan dapat lebih rendah dari 0ºC. Dengan
penggunaan es ditambah garam, penurunan suhu dalam kotak atau wadah
penanganan juga akan berlangsung lebih cepat dibandingkan penggunaan media
pendingin es saja.
Kemampuan media pendingin es ditambah garam dalam pempercepat
penurunan suhu ikan akan menghasilkan suhu akhir ikan yang rendah berdampak
positif terhadap upaya mempertahankan kesegaran ikan. Rendahnya suhu dan
kecepatan penurunan suhu ikan dapat menghambat proses biokimia dan
pertumbuhan bakteri pembusuk.
Proses peleburan es dalam media es ditambah garam lebih lama sehingga
jumlah es yang diperlukan lebih sedikit. Table di bawah ini menunjukkan jumlah
6
es yang melebur untuk penanganan ikan kembung dalam berbagai kotak kemasan
selama 16 jam pengesan.
Tabel. perbandingan jumlah es yang melebur antara es yang ditambah yang
ditambah garam dengan es yang tidak ditambah garam pada pendinginan
ikan kembung dalam berbagai kemasan.
Jenis kemasn Media pendingin es Media pendingin es +garam
Styrofoam 3,67 kg 3,24 kg
Tong plastik 8,26 kg 7,95 kg
Keranjang bambu 9,72 kg 9,12 kg
Lambatnya proses peleburan es ini disebabkan oleh garam yang dapat
menurunkan titik lebur es. Di samping itu, garam berfungsi menghambat
pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan. Garam (NaCl) dalam cairan
es akan terurai menjadi bentuk ion-ion, yaitu Na+ dan Cl¯ yang akan menganggu
mikroba,terutama bakteri secara fisik dan fisiologis.Na+ akan menyebabkan
perubahan tekanan osmotik antara di luar dan di dalam membrane plasma sel
bakteri.Air di dalam membrane tertarik ke luar dan akhirnya menjadi lisis
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.ion Cl- menyebabkan penurunan daya
larut oksigen sehingga kebutuhan oksigen oleh bakteri menjadi terbatas dan
akhirnya mempengaruhi pertumbuhanya.
Pada umumnya garam yang digunakan adalah garam rakyat yang
komponen utamanya adalah natrium klorida dan selebihnya berupa garam-garam
kalsium dan magnesium.garam rakyat diperoleh dari hasil penjemuran air laut
yang berkadar garam tinggi dan belum di perkaya dengan jat mineral
lainnya,seperti yodium.kemurnian garam ini dapat mempengaruhi daya penetrasi
garam adalah konsentrasi garam,suhu penetrasi,dan lama penetrasi.
Jumlah garam yang di tambahkan dalam es minimal 2,5% dan maksimum
10% dari berat es yang digunakan.pemberian garam dari 2,5% justru akan
memacu pertumbuhan bakteri dalam tubuh ikan.sementara itu,penambahan garam
lebih dari 10% akan menyebabkan daging ikan menjadi asin.jumlah penambahan
garam pada es juga mempengaruhi titik lebur es.semakin banyak jumlah garam
yang di tambahkan maka titik lebur es semakin rendah.sebagai gambaran dalam
7
table 6 memperlihatkan hubungan antara konsentrasi larutan garam dengan titik
bekunya.
Tabel. hubungan antara konsentrasi garam dalam air dengan titik bekunya
Konsentrasi garam(berat/berat) Titik beku 0c
O O
1,0 -0,593
2,0 -1,186
3,0 -1,790
4,0 -2,409
5,0 -3,046
Prosedur penggunaan media pendingin es di tambah garam dalam
penanganan ikan adalah sebagai berikut:
1. Hancurkan es balok dengan palu atau alat pemukul lainnya sehingga
menjadi bongkahan bongkahan kecil
2. Masukkan es tersebut ke dalam wadah pendingin secara berlapis seperti
pada penggunaan media pendingin es.
3. Tambahkan garam pada setiap lapisan es kira kira 2,5% dari jumlah es tiap
lapisan dengan cara di sebar merata ke permukaan lapisan .
4. Masukkan ikan dengan posisi sebelah mata berada di atas lainnya.
5. Masukkan kembali bongkahan es dan garam.demikian penyusunan ikan
dan media pendingin di lakukan seterus nya.lapisan paling atas berupa es
di tanbah garam.
3. Pendinginan Ikan Menggunakan Es Di Tambah Es Kering (Co2 Padat)
Penggunaan media pendingin es di tambah es kering dalam penanganan
ikan segar masih terbatas di kalangan tertentu saja.
Umumnya penggunaan es di tambah es kering hanya untuk pengangkutan udang
windu dan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi saja.hal ini di sebabkan harga es
kering masih relatif mahal.
Media es ditambah es kering mempunyai kemampuan menyerap panas
ikan lebih besar dibandingkan media es saja.dengan demikian,suhu ikan akan
8
menjadi sangat rendah sampai dibawah 0ºC dan kecepatan penurunan suhunya
pun lebih cepat.
Daya serap panas yang besar dari media pendingin es ditambah es kering
ini disebabkan oleh rendahnya titik suhu sublimasi dari es kering,yaitu sekitar -
78,5ºC.es kering adalah karbondioksida(CO2) padat yang dibuat dari gas
karbondioksida yang dicairkan,lalu dijadikan salju,dan salju dimampatkan
sehingga padat.
Gas karbondioksida untuk pembuatan es kering diperoleh dari hasil
samping pabrik petro kimia,pupuk,pembakaran kapur,dan sumur gas alam.
Karbondioksida padat yang digunakan dalam penanganan ikan akan
menyublim menjadi gas karbondioksida.gas karbondioksida ini akan menghambat
pertumbuhan bakteri dalam tubuh ikan. Berikut ini mekanisme penghambatan gas
karbondioksida terhadap pertumbuhan bakteri.
1. Kombinasi gas CO2 dengan uap air yang dikeluarkan oleh ikan menhasilkan
asam karbonik yang dapat menurunkan pH (derajat keasaman). Dengan
adanya penurunan pH ini maka bakteri-bakteri dalam tubuh ikan yang tidak
tahan pada keadaan asam akan terhambat. Proses reaksinya sebagai berikut:
CO2 + H2O → H+ + HCO3
2. CO2 menyerang enzim spesifik bakteri sehingga mengakibatkan kerusakan
atau kematian bakteri.
Umumnya perbandingan antara ikan, es, dan es kering yang digunakan
sebagai media pendingin adalah 8 : 8 : 1 (berat/berat). Cara penggunaan ikan
segar dengan media es dan es kering adalah sebagai berikut :
1. Hancurkan es balok menjadi bongkahan-bongkahan kecil.
2. Masukkan bongkahan es kedalam wadah sebagai lapisan pertama.
3. Masukkan ikan kedalam wadah dengan posisi sebelah mata ikan yang satu
berada diatas mata yang lain.
4. Masukkan kembali bongkahan es sehingga menutupi semua permukaan
ikan. Begitulah seterusnya dilakukan penyusunan ikan dan lapisan es.
5. Masukkan kepingan-kepingan es kering pada lapisan teratas sebelum
wadah pengesan ditutup.
9
4. Pendinginan Ikan Menggunakan Air Dingin
Air dingin merupakan media pendingin yang memanfaatkan air yang di
dinginkan untuk menyerap panas. Sebagai media pendingin, air mempunyai
kemampuan lebih besar daripada es untuk bersinggungan atau melakukan kontak
langsung dengan seluruh permukaan ikan. Dengan demikian, media air dingin ini
dapat menyerap panas lebih besar dari dalam tubuh ikan sehingga suhu tubuh ikan
lebih cepat dingin.
Berdasarkan jenis air yang di gunakan dan cara mendinginkannya, media
pendingin air dingin ini dapat di bedakan menjadi 6 jenis yaitu:
1. Air tawar di dinginkan dengan es (chilled fresh water,CFW),
2. Air laut di dinginkan dengan es (chilled sea water,CSW),
3. Air laut di dinginkan secara mekanis (refrigerated sea water,RSW),
4. Air tawar di dinginkan secara mekanis (refrigerated fresh water,RFW),
5. Air garam di dinginkan dengan es (chilled brine, CB),
6. Air garam di dinginkan secara mekanis (refrigerated brine, RB).
1. Air tawar di dinginkan dengan es
Penanganan ikan dengan menggunakan media pendingin air di dinginkan
dengan es atau (chilled fresh water,CFW) banyak di gunakan oleh pedagang ikan
di pasar-pasar tradisional. Pada umumnya, mereka menyimpan ikan ikan yang
tidak panjang dalam tong-tong plastik dengan merendam ikan dalam air dingin
yang telah di dinginkan dengan es. Selain itu, air yang di dinginkan dengan es
juga banyak di gunakan untuk menyiram tumpukan ikan yang di pajang.
Penyiraman di gunakan minimum setiap jam sekali. Tujuan penyiraman ini adalah
untuk menjaga suhu tubuh ikan tetap dingin dan mencegah ikan menjadi kering.
Ikan yang terlihat kering akan menurunkan nilai jualnya.
Selama perendaman, ikan dalam air yang di dinginkan dengan es ini harus
selalu di aduk. Pengadukan tersebut di tunjukkan untuk memperoleh suhu yang
homogen antara suhu air bagian atas (di permukaan) dan suhu air d bagian bawah.
Apabila suhu air tidah homogen, proses penurunan suhu ikan tidak merata. Ikan
yang di bagian atas mempunya suhu lebih rendah di bandingkan dengan ikan yang
ada di bagian bawah. Suhu air di bagian atas lebih rendah di bandingkan suhu air
di bagian bawan karena air di bagian atas berdekatan dengan es.
10
2. Air laut di dinginkan dengan es
Air laut yang di dinginkan dengan es atau chilled sea water (CSW)
merupakan media pendingin yang banyak digunakan untuk pendinginan ikan di
atas kapal. Namun, tidak semua kapal pengkap ikan menangani ikan dengan
media CSW, tetapi hanya terbatas pada kapal-kapal besar yang mempunyai
perlengkapan memadai.
Suhu pendinginan dari CSW lebih rendah dan penurunan suhu nya lebih
cepat dari pada suhu pendinginan dengan media pendingin es saja. Hal ini di
sebabkan media pendingin CSW lebih banyak bersinggungan lagsung dengan
permukaan ikan. Selain itu, air laut yang mengandung garam dapat menurunkan
titik lebur es sehingga es lebih lambat melebur. Dengan demikian, panas yang
dapat di serap menjadi lebih besar. Namun, dalam praktiknya kecepatan
penurunan suhu tergantung pada sirkulasi air dalam wadah penyimpanan.
Pada penanganan ikan dengan sistem CSW, perbandingan antara ikan dan
air laut berkisar 3 : 1 sampai 4 : 1. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan
suhu air laut dari suhu awal sampai -1°C dan juga dapat mempertahankan suhu
tersebut selama penyimpanan.
Jumlah es yang digunakan untuk menurunkan suhu awal air laut sampai -
1°C dapat di hitung. Seandainya hasil tangkapan ikan yang akan di tangani
sebanyak 4.000 kg (4 ton) ikan dan suhu awal air laut yang digunakan sebagai
media pendingin adalah 24°C secara perbandingan ikan dengan air yang di
gunakan adalah 4 : 1 maka es yang harus di tambahkan agar suhu air laut menjadi
-1°C adalah sebagi berikut:
Berat campuran ikan dengan air = 4 : 1
4.000 kg + 1.000 kg = 5.000 kg
Jumlah panas yang harus di serap = total berat campuran × besarnya
perbedaan suhu × panas spesifik ikan
= 5.000 × (24 – (-1)) × 1
= 5.000 × 25 × 1
= 125.000 kkal
Panas yang keluar dari es saat melebur = 80 kka/kg es.
Es yang di perlukan sebanyak =
11
= 1.562,5 kg es
Jadi untuk menurunkan suhu awal air laut dari 24°C menjadi -1°C di
perlukan sebanyak 1.562,5 kg atau sekitar 1,5 ton es.
Dari perhitungan diatas dapat di simpulkan bahwa perbandingan ikan, air
laut, dan es adalah 4 : 1 : 1,5. Jumlah es dalam perbandingan tersebut hanya untuk
menurunkan suhu air laut saja. Sementara untuk mempertahankan suhu air laut
perlu ditambahkan es lagi. Banyaknya es yang harus ditambahkan tergantung pada
lamanya penyimpanan, isolasi pada wadah atau tangki penyimpanan, dan suhu
lingkungan luar tangki.
Ikan yang ditangani dengan menggunakan medium CSW akan terasa
sedikit asin karena adanya garam yang masuk kedalam tubuh ikan selama
perendaman. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya garam
dalam tubuh ikan.
1. Ukuran dan spesies ikan, ikan yang berukuran kecil dan spesies ikan
dengan kandungan lemak rendah akan lebih terasa asin dibandingkan
dengan ikan yang besar dan berlemak.
2. Penyiangan. Ikan yang disiangi sebelum pendinginan akan terasa lebih
asin dibandingkan dengan ikan yang tidak disiangi.
3. Perbandingan ikan dengan air laut yang digunakan. Semangkin banyak air
laut yang digunakan maka ikan akan lebih asin.
4. Lamanya penyimpanan. Semangkin lama penyimpanan ikan maka akan
menyebabkan rasa ikan akan semangkin asin.
Tangki penyimpanan atau wadah tempat penanganan ikan dengan
menggunakan media CSW harus kedap air, mudah di bersihkan, tahan terhadap
korosi, dan di usahakan berisolasi untuk menahan panas yang masuk dari luar dari
dinding wadah.
Untuk mempertahankan tingkat kesegaran ikan yang maksimal pada
penanganan ikan dengan media CSW maka selama penanganan harus dilakukan
pengadukan atau aerasi. Pengadukan ini dimaksudkan untuk memperoleh suhu
yang homogen atau merata dari seluruh tangki. Pada umumnya, suhu air
permukaan tangki lebih rendah dari suhu bagian bawah.
12
3. Air laut didinginkan dengan alat mekanis
Media pendingin air yang digunakan dengan alat mekanis disebut juga
dengan refrigerated sea water (RSW). Alat mekanik yang digunakan untuk
mendinginkan air laut tersebut adalah refrigerator. Evaporator yang merupakan
bagian dari refrigerator disimpan pada salah satu dinding tangki. Evaporator ini
berfungsi untuk mendinginkan air laut dengan menyerap panas yang dikeluarkan
oleh ikan maupun air laut.
Air dingin disirkulasi ke dalam tangki penyimpanan dan selanjutnya
dialirkan kembali melewati refrigerator dengan pompa. Air yang telah melewati
refrigerator akan menjadi dingin dan selanjutnya disirkulasi kembali ke tangki
penyimpanan.
Penggunaan ikan dengan menggunakan sistem RSW banyak di gunakan
oleh kapal penangkapan ikan yang berukuran besar. Pada umumnya, kapal-kapal
besar tersebut dalam melakukan penangkapan ikan sampai berbulan-bulan
lamanya sehingga media pendingin yang digunakan harus mampu
mempertahankan hasil tangkapannya sampai kapal tersebut berlabuh.
Berikut ini beberapa keuntungan menggunakan media RSW dalam penanganan
ikan.
1. Dapat memperpanjang tingkat kesegaran ikan karena suhu pendinginan
dapat mencapai -1°C.
2. Kerusakan fisik dapat dihindari karena karena ikan tidak mendapatkan
tekanan dari ikan yang di atasnya atau dari es sebagaimana halnya jika
menggunakan media es.
3. Penurunan suhu ikan akan berlangsung lebih cepat karena suhu permukaan
ikan dapat kontak dengan media pendingin.
4. Proses penanganan ikan lebih mudah dan cepat, baik dalam pengisian
maupun pembongkaran sehingga akan menghemat waktu dan tenaga kerja.
Selain keutungan di atas, berikut ini beberapa kelemahan penggunaan metode
RSW.
1. Ikan akan terasa asin karena adanya garam yang masuk kedalam tubuh
ikan.
2. Sebagian protein ikan ada yang larut kedalam air garam (air laut).
13
3. Sulit dilakukan proses sanitasi dan higienitas.
4. Air harus selalu di sirkulasi agar diperoleh suhu yang merata.
5. Perlu dilakukan pengantian air secara bertahap karena air yang terlalu
lama digunakan akan menyebabkan kebusukan pada ikan. Proses
pembusukan tersebut akibat dekomposisi senyawa-senyawa kompleks dari
kotoran yang larut dalam air menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh
aktivitas bakteri.
4. Air tawar didinginkan secara mekanis (RFW)
Jenis media pendigin berupa air tawar yang didinginkan secara mekanis
(refregerator fresh water, RFW) lebih banyak digunakan dipabrik-pabrik
pengolahan ikan dari pada penanganan ikan di atas kapal. Pendinginan dengan
media RFW diatas kapal tidak praktis dan efesien dalam penggunaan tempat,
terutama untuk kapal-kapal kecil dengan lama operasi penangkapan kurang dari
satu bulan.
Penggunaan media RFW di pabrik-pabrik pengolahan ikan diterapkan
dalam tahap sortasi, grading, penyiangan, dan pembuatan filet. Dengan media
RTF, pengerjaan pendinginan ikan dalam proses-proses tersebut lebih mudah dan
praktis karena dengan menyiram, menyemprot, atau merendam ikan dalam air
dingin tersebut. Keuntungan penggunaan RFW adalam proses pendinginan ikan
lebih cepat karena kontak antara air dingin dengan permukaan ikan lebih banyak
dan merata. Selain itu, waktu pengolahannya pun lebih cepat.
5. Air garam didinginkan dengan es (CB)
Penanganan ikan dengan cara ini menggunakan larutan garam yang
didinginkan dengan es balok (chilled brine, CB). Umumnya konsentrasi garam
yang digunakan dalam larutan itu berkisar 2,5-10%. Ikan-ikan yang akan
ditangani dicuci bersih dengan air tawar kemudian dimasukkan kedalam larutan
garam yang telah didinginkan dengan es. Cara ini banyak digunakan didarat,
khususnya dipabrik-pabrik pengolahan ikan tradisional, seperti pemindangan dan
pengasinan serta dipasar tradisional.
Berikut ini beberapa keuntungan penanganan teknik pendinginan dengan media
CB:
14
1. Tingkat kesegaran ikan dijaga semaksimal mungkin selama menunggu
proses pengolahan sehingga di peroleh produk akhir yang baik.
2. Waktu tahap pengolahan lebih cepat atau efisien. Misalnya dalam
pengolahan ikan pindangdan asap, perendaman ikan dalam larutan garam
merupakan salah satu dari kedua pengolahan tersebut.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganan ikan dengan
menggunakan media CB adalah kebersihan air tawar dan kemurnian garam yang
digunakan. Air tawar yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum,
terutama tidak mengandung mikrba yang berbahaya pada manusia. Untuk garam,
semakin murni garam yang digunakan maka mutu produk yang akan diperoleh
semakin baik, terutama rasa tidak pahit. Garam murni adalah kristal garam yang
hanya mengandung unsur natrium dan klorida. Semangkin banyak unsur lain yang
terkandung maka kemurnian garam semangin rendah.
6. Air garam yang didinginkan secara mekanik (RB)
Pada prinsipnya, pendinginan ikan dengan media air garam yang
didinginkan secara mekanik (refrigerated brine, RB) sama dengan cara CB.
Perbedaannya, pada cara RB pendinginan air garam dilakukan secara mekanik
dengan refrigerasi air garam ini sebagai berikut. Larutan garam disimpan dalam
suatu wadah atau tangki yang dinding-dindingnya telah dilengkapi dengan pipa
evaporator dan mesin refregeretor.
Setelah larutan garam dalam tangki dingin (suhu dapat mencapai lebih
rendah dati o°C, tergantung dari konsentrasi larutan daram yang didinginkan),
larutan garam dingin tersebut kemudian disirkulasikan atau dipompakan ke wadah
atau tangki lain dan siap digunakan untuk penanganan ikan.
Pendinginan ikan dengan menggunakan teknik RB ini banyak digunakan pada
kapal penangkap ikan yang besar dengan lama operasi lebih dari satu bulan.
Teknik pendinginan ini juga banyak dilakukan dipabrik-pabrik besar pengolahan
ikan, seperti pabrik pembekuan dan pengalengan ikan.
Berikut ini beberapa keuntungan penggunaan media RB:
1. Suhu ikan cepat turun.
2. Mudah pengerjaannya.
15
3. Kerusakan fisik, seperti luka atau lecet dan pudarnya warna kulit relatif
kecil.
4. Ikan berada dalam keadaan yang masih regormortis selama pengolahan
sehingga dapat mempercepat pemotongan dan penyiangan.
5. Waktu pengolahan lebih efisien karena perendaman dalam larutan garam
juga merupakan salah satu tahapan dari proses pembekuan dan
pengalengan ikan. Dengan demikian, produksi per satu tahun lebih tinggi.
4. Udara Dingin
Penggunaan median pendingin dengan udara dingin banyak digunakan
untuk pengangkutan ikan dengan mobil-mobil boks, kontainer, atau gerbong-
gerbong kereta. Penggunaan media udara dingin di atas kapal hanya terbatas pada
kapal-kapal ikan yang berukuran besar yang lama berlayarnya sampai berbulan-
bulan.
Beberapa kelemahan pendinginan dengan udara dingin adalah sebagai berikut:
1. Laju pendinginannya sangat lambat.
2. Daya serap panas oleh udara dari dalam tubuh ikan sangat sedikit.
3. Suhu dingin dalam ruangan tidak merata.
4. Ikan akan mengalami dehidrasi atau penguapan.
Media pendingin dengan udara dingin ini selalu dikombinasikan dengan
media pendingin lain, misalnya es. Umumnya penggunaan udara dingin dalam
kapal ditempatkan pada ruangan palkah, yaitu, ruangan penyimpanan ikan selama
penangkapan. Udara dingin yang dikombinasikan dengan es dalam penanganan
ikan ditujukan untuk meminimalkan peleburan es sehingga fungsi es sebagai
media pendingin menjadi maksimal.
Berikut cara penanganan ikan dengan menggunakan kombinasi udara
dingin dengan es:
1. Ikan dieskan dalam wadah atau kotak sebagaimana halnya pada pengesan
umumnya.
2. Wadah-wadah tersebut disusun dalam ruangan dingin.
3. Kemudian udara dingin disirkulasikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan Kanisius.Yogyakarta.
Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigrasi Hasil Perikanan. CV. Paripurna. Jakarta
Junianto, 2003 . Teknik Penanganan Ikan. Seri Agriwawasan. Penebar Swadaya.Jakarta
Kuncoro, W. 2005. Penanganan Hasil Tangkap Sistem Pembekuan. PusatPengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga KependidikanPertanian. Cianjur.
Kuncoro, W dan Merina, E. 2005 . Melakukan Penangkapan Ikan dengan AlatTangkap Pole and Line . Pusat Pengembangan dan pemberdayaanPendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur.
Merina, E dan Afiantori. 2005 . Melakukan Penangkapan Ikan dengan AlatTangkap Long Line. Pusat Pengembangan dan pemberdayaan Pendidikdan Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
Moeljanto, 1996. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. PT. PenebarSwadaya. Jakarta.
Murniyati dan Sunarman. 2000 . Pendinginan, Pembekuan dan PengawetanIkan. Kanisius. Yogyakarta.
Widjajanto, S et al . 2003. Ada Apa dengan Laut ( Pemanfaatan SumberdayaPerairan) Departemen Kelautan dan Perikanan. Pusat Pendidikan danPelatihan Perikanan. Jakarta.