MEA
Transcript of MEA
Pengantar BisnisMasyarakat Ekonomi ASEAN
Kelompok 3
Nama Anggota :
1. Hilmiyah Ridwan (J3N114052)
2. Sintya M. (J3N114039)
3. Siti Aisyah (J3N114044)
Latar Belakang
Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan komunitas ekonomi ASEAN sebagai suatu integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi.
MEA yang akan diberlakukan pada Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya
Tinjauan Pustaka
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) disepakati 1992, mulai diterapkan tahun 2002 dan Januari 2010 ASEAN-6 menghapus seluruh tariff pada kategori “Inclusion List”
Kerangka kerjasama perdagangan barang, jasa dan investasi telah berjalan sejak 1990-an: CEPT-AFTA 1992; ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995) dan ASEAN Investment Area (1998)
Target 2020 dipercepat menjadi 2015 pada ASEAN Summit bulan Januari 2007
4 Hal Yang Harus Diantisipasi Dalam ASEAN Economic
Community: implementasi AEC berpotensi menjadikan Indonesia sekedar pemasok
energi dan bahan baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam mininal.
melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang.
Ketiga, implementasi AEC juga akan membebaskan aliran tenaga kerja sehingga harus mengantisipasi dengan menyiapkan strategi karena potensi membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) akan berdampak pada naiknya remitansi TKA yang saat ini pertumbuhannya lebih tinggi daripada remitansi TKI. Akibatnya, ada beban tambahan yaitu dalam menjaga neraca transaksi berjalan dan mengatasi masalah pengangguran.
Keempat, implementasi AEC akan mendorong masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN.
Posisi Indonesia di Dunia
Negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah India, USA;
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;
Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRT dan India;
Pendiri (dan “pemimpin”) ASEAN;
Anggota G-20;
Anggota APEC;
Ketua G-33 WTO;
Chairmanship ASEAN 2011.
Posisi UMKM
Peranan strategis UMKM:
Di Indonesia (BPS-2009):
Jumlahnya 52,76 juta unit (99,9%);
Kontribusi dalam PDB 56,92%;
Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 97,30%.
Di ASEAN:
Lebih dari 96 % perusahaan di ASEAN adalah UMKM;
Kontribusi dalam PDB 30-57%;
Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja 50-98%
Permasalahan UMKM:
Iklim berusaha belum kondusif (un fair business practices)
Keterbatasan akses pasar
Rendahnya produktivitas (teknologi rendah)
keterbatasan akses kredit dari bank
Rendahnya jiwa dan semangat kewirausahaan
Peluang Ekonomi Asean Bagi Umkm
Globalisasi ekonomi terutama konteks implementasi MEA dapat menciptakan peluang pasar bagi produk UKM. Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan jumlah kelas menengah yang semakin meningkat. Menurut catatan Asian Development Bank (ADB), kelas-menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan meningkat menjadi 65% pada 2030.
Potensi pengembangan industri nasional dan mendorong Indonesia sebagai production base di kawasan dengan ditopang pasar domestik yang besar, penduduk usia muda/produktif, investasi yang meningkat dan sumber daya alam yang besar.
Perdagangan intra-ASEAN cenderung meningkat, tetapi porsinya masih relatif kecil (25%).
Keunggulan produk KUKM (memiliki keunikan/nilai seni tinggi berbasis kebudayaan lokal, handmade) dan telah memenuhi standar kualitas (Eropa Timur, UEA, & China peluang pasar untuk produk kerajinan).
Dukungan kebijakan pemerintah/lintas terkait (Hulu: peningkatan daya saing produk (diklat, sertifikasi produk, penguatan branding, dll) dan Hilir : promosi & pemasaran melalui fasilitasi pameran, temu bisnis, konsolidasi kargo)
Semakin terbukanya peluang kerjasama ekonomi bilateral, kawasan, regional.
TANTANGAN: PEMASARAN & JARINGAN USAHA PRODUK
UMKM
TANTANGAN
a) Persepsi terhadap peluang MEA terbatas dan memandang besarnya pasar domestik yang mendorong pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan
pasar tersebut; b) Kapasitas daya saing pelaku dan tenaga
kerjanya; c) kemampuan UMKM agar mampu memanfaatkan fasilitas sumber
daya yang ada.
a) Kualitas dan standardisasi; b) su global (green product, HACCAP); c) Kreativitas dan inovasi (nilai budaya, hand
made, sentuhan teknologi); d) Characteristic global/
sesuai selera pasar
PELAKU UMKM
INFRASTRUKTUR/SARANA-PRASARANA
Ketersediaan dam Kualitas infrastruktur/sarana serta prasarana
pemasaran yang lebih baik
PRODUK:
KEBIJAKAN/REGULASI
Harmonisasi kebijakan/regulasi yang mendukung pelaku usaha dalam peningkatkan daya saing dan pengembangan bisnisnya.
ARAH KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN KUKM (2010-2014)
1. Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UKM
2. Peningkatan Akses Sumber daya Produktif 3. Pengembangan Jaringan Pemasaran Produk
Koperasi dan UKM 4. Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM 5. Penguatan Kelembagaan Koperasi
STRATEGI INDONESIA MENGHADAPI MEA 2015
1. Pengamanan Pasar Produk Dalam Negeri
Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari negara mitra FTA.
Tindakan pengamanan produk dalam negeri dan pengawasan terhadap barang beredar dan jasa.
2. Penguatan Daya Saing Global
Ditetapkan UU Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Menyusun peta logistik dan pasar dalam negeri untuk komoditas strategis dan unggulan ekspor
3. Penguatan Ekspor
Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi
Program Pengembangan Produk dan Akses Pasar melalui penciptaan brand, identifikasi potensi ekspor, dan pengemb produk
Kesimpulan
Keterbukaan integrasi ekonomi ASEAN mengisyaratkan perlunya upaya sinergi, kerjasama dan aktualisasi komitmen yang komprehensif, sehingga Koperasi dan UKM memperoleh manfaat dengan diberlakukannya MEA 2015.
Forum ini perlu dilakukan secara berkesinambungan sebagai langkah untuk mengkonsolidasikan komitmen dan sumberdaya dari Pemerintah (pusat dan daerah) serta stakeholders/pemangku kepentingan sesuai tupoksi dan peraturan perundang-undangan untuk pembangunan UKM yang berdaya saing menuju MEA 2015.
Saran
Program Reformasi Birokrasi
Program peningkatan daya saing oleh masing-masing Departemen Pembina Sektor (Industri, Koperasi dan UKM, Pertanian, Perikanan, Kehutanan)
Koordinasi dan Konsultasi antara instansi pemerintah dan dengan dunia usaha secara reguler komunikasi yang intensif antara pemerintah dan pelaku usaha dalam rangka membenahi infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pelaku usaha meningkatkan dayasaingnya di pasar ASEAN maupun non ASEAN
Terima Kasih