MEA : Pisau Bermata Dua
-
Upload
yanuaradjie -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of MEA : Pisau Bermata Dua
MEA : Pisau Bermata Dua
Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa dan alat pemersatu bangsa. Namun
kedua hal ini belum dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia. Banyaknya bahasa daerah yang masih hidup menjadi salah satu penyebabnya.
Dengan keberagaman yang ada, masyarakat Indonesia mestinya bisa memanfaatkan ini
menjadi suatu kekuatan. Kekuatan yang berasal dari kesadaran bahwa bangsa Indonesia
membutuhkan sesuatu untuk mempersatukan mereka dan menunjukkan kepada bangsa
lain bahwa mereka adalah satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa
Indonesia berperan sebagai solusi dari masalah tersebut.
Kedatangan MEA pada akhir tahun 2015 membawa tanda tanya besar pada kesiapan
Indonesia menghadapinya. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar ( ) %
dalam 5 tahun terakhir dan jatuhnya nilai tukar rupiah menjadi faktor utama munculnya
pertanyaan tersebut. Memang dengan terbukanya pasar bebas melalui MEA, angka
pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat dengan signifikan, namun sudahkah
pemerintah melakukan langkah-langkah yang signifikan dalam menghadapi MEA 2015?
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyambut datangnya MEA.
Yaitu melalui kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri. Kebijakan dalam negeri
guna menghadapi MEA seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur
dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan
membangun industri yang berbasis nilai tambah. Sedangkan kebijakan luar negeri yang
meliputi penerapan standar mutu untuk produk atau jasa yang akan masuk ke pasar
Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan
ekspor impor.
Persiapan di atas memang nampak sangat matang dan terencana. Namun pemerintah
nampaknya acuh tak acuh dengan dampak negatif MEA pada aspek budaya dan bahasa.
Pemerintah seakan lupa bahwa bahasa Indonesia merupakan identitas yang tidak bisa
dihilangkan begitu saja. Indonesia harus lebih waspada terhadap pengaruh budaya negara
lain yang akan masuk di Indonesia. Oleh karena banyaknya warga negara asing yang
akan masuk kedalam Indonesia, maka penggunaan bahasa Indonesia sedikit banyak
mendapat pengaruh atas kehadiran mereka. Pengaruh positif dapat terjadi ketika para
warga negara asing yang masuk ke Indonesia mau dan bersedia untuk belajar bahasa
Indonesia. Dengan begitu maka bahasa Indonesia dalam penggunaannya semakin meluas,
sehingga diharapkan mampu meningkatkan peluang bahasa Indonesia untuk dapat
menjadi bahasa regional ASEAN yang selama ini memang telah diusung, namun tidak
membuahkan hasil karena kurangnya pengaruh kekuatan Indonesia di ASEAN. Tidak
hanya terlepas dari pengaruh positif saja, berlakunya MEA juga dapat menimbulkan
dampak yang negatif pada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dampak tersebut
terjadi ketika rakyat Indonesia memberikan tanggapan negatif atas berlakunya MEA
terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Warga pribumi lebih memilih menggunakan
bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, yang merupakan bahasa global sebagai bahasa
penghubung umat manusia antar bangsa. Bahasa Inggris juga dapat dikatakan sebagai
penghubung antar warga negara ASEAN dengan tujuan agar lebih mudah dalam
berkomunikasi. Jika hal tersebut terjadi maka dapat mengurangi pengunaan bahasa
Indonesia yang notabene berperan sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa dan
simbol identitas bangsa Indonesia.
Indonesia harus mempersiapkan dan mengatur strategi khusus untuk menjaga nilai
luhur bangsa dan keaslian bahasa Indonesia. Aspek bahasa menjadi penting karena
bahasa adalah identitas suatu bangsa. Kehilangan bahasa sama artinya dengan kehilangan
identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik
mungkin, agar bahasa Indonesia yang selama ini telah menjadi pedoman bagi masyarakat
Indonesia sendiri tidak bisa dirusak dan digantikan dengan bahasa dari bangsa lain.
Sadar akan kemungkinan munculnya dampak negatif dari MEA pada kelangsungan
bahasa Indonesia, Indonesia memulai sebuah program preventif yang disebut
internasionalisasi Bahasa Indonesia. Pintu untuk internasionalisasi bahasa Indonesia bisa
dibuka lebar lewat pengembangan pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA). Lembaga penyelenggara pengajaran BIPA, baik di dalam maupun di luar
Indonesia akan semakin berperan penting dalam era MEA 2015. Pada kenyataannya,
negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Filipina serius mempersiapkan
diri untuk MEA 2015. Negara-negara itu telah memberikan pelatihan bahasa Indonesia di
samping bahasa Inggris bagi calon tenaga kerjanya.
Persiapan Indonesia tidak cukup hanya sampai di sana. Rakyat Indonesia hendaknya
mempersiapkan diri sendiri dalam menghadapi MEA. Dengan peningkatan kompetisi
dalam dunia ketenagakerjaan, kita hendaknya juga meningkatkan kompetensi dasar kita
sebagai tenaga kerja. Sosialisasi mengenai bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan
bahasa persatuan sangat perlu disegerakan dalam mencegah tersisihnya bahasa Indonesia
di era globalisasi ini. Secara pribadi, kita juga bisa membantu melestarikan bahasa
Indonesia dengan cara menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dengan
begitu, akan muncul sebuah kebanggaan tersendiri terhadap bahasa Indonesia. Dengan
kesadaran yang tinggi, kemauan untuk belajar dan mengubah kebiasaan, bahasa
Indonesia niscaya akan bisa tetap bertahan dalam berbagai badai globalisasi yang akan
menerpa di masa mendatang.
Anggota Kelompok 2 :
1. Christo Valentino Hanafi ( 2515100102)
2. Asma’ul Khusna ( 2515100075)
3. Fitri Megarani ( 3115100014)
4. Ricki Romadoni ( 2315100089)
5. Rully Audhina (