MEA : Pisau Bermata Dua

5
MEA : Pisau Bermata Dua Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa dan alat pemersatu bangsa. Namun kedua hal ini belum dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Banyaknya bahasa daerah yang masih hidup menjadi salah satu penyebabnya. Dengan keberagaman yang ada, masyarakat Indonesia mestinya bisa memanfaatkan ini menjadi suatu kekuatan. Kekuatan yang berasal dari kesadaran bahwa bangsa Indonesia membutuhkan sesuatu untuk mempersatukan mereka dan menunjukkan kepada bangsa lain bahwa mereka adalah satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia berperan sebagai solusi dari masalah tersebut. Kedatangan MEA pada akhir tahun 2015 membawa tanda tanya besar pada kesiapan Indonesia menghadapinya. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar ( ) % dalam 5 tahun terakhir dan jatuhnya nilai tukar rupiah menjadi faktor utama munculnya pertanyaan tersebut. Memang dengan terbukanya pasar bebas melalui MEA, angka pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat dengan signifikan, namun sudahkah pemerintah melakukan langkah-langkah yang signifikan dalam menghadapi MEA 2015? Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyambut datangnya MEA. Yaitu melalui kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri. Kebijakan dalam negeri guna menghadapi MEA seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan sistem logistik

description

Kedatangan MEA pada akhir tahun 2015 membawa tanda tanya besar pada kesiapan Indonesia menghadapinya. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar ( ) % dalam 5 tahun terakhir dan jatuhnya nilai tukar rupiah menjadi faktor utama munculnya pertanyaan tersebut. Memang dengan terbukanya pasar bebas melalui MEA, angka pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat dengan signifikan, namun sudahkah pemerintah melakukan langkah-langkah yang signifikan dalam menghadapi MEA 2015?

Transcript of MEA : Pisau Bermata Dua

Page 1: MEA : Pisau Bermata Dua

MEA : Pisau Bermata Dua

Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa dan alat pemersatu bangsa. Namun

kedua hal ini belum dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi kebanyakan masyarakat

Indonesia. Banyaknya bahasa daerah yang masih hidup menjadi salah satu penyebabnya.

Dengan keberagaman yang ada, masyarakat Indonesia mestinya bisa memanfaatkan ini

menjadi suatu kekuatan. Kekuatan yang berasal dari kesadaran bahwa bangsa Indonesia

membutuhkan sesuatu untuk mempersatukan mereka dan menunjukkan kepada bangsa

lain bahwa mereka adalah satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Dalam hal ini, bahasa

Indonesia berperan sebagai solusi dari masalah tersebut.

Kedatangan MEA pada akhir tahun 2015 membawa tanda tanya besar pada kesiapan

Indonesia menghadapinya. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar ( ) %

dalam 5 tahun terakhir dan jatuhnya nilai tukar rupiah menjadi faktor utama munculnya

pertanyaan tersebut. Memang dengan terbukanya pasar bebas melalui MEA, angka

pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat dengan signifikan, namun sudahkah

pemerintah melakukan langkah-langkah yang signifikan dalam menghadapi MEA 2015?

Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyambut datangnya MEA.

Yaitu melalui kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri. Kebijakan dalam negeri

guna menghadapi MEA seperti penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur

dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan

membangun industri yang berbasis nilai tambah. Sedangkan kebijakan luar negeri yang

meliputi penerapan standar mutu untuk produk atau jasa yang akan masuk ke pasar

Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan

ekspor impor.

Persiapan di atas memang nampak sangat matang dan terencana. Namun pemerintah

nampaknya acuh tak acuh dengan dampak negatif MEA pada aspek budaya dan bahasa.

Pemerintah seakan lupa bahwa bahasa Indonesia merupakan identitas yang tidak bisa

dihilangkan begitu saja. Indonesia harus lebih waspada terhadap pengaruh budaya negara

lain yang akan masuk di Indonesia. Oleh karena banyaknya warga negara asing yang

akan masuk kedalam Indonesia, maka penggunaan bahasa Indonesia sedikit banyak

mendapat pengaruh atas kehadiran mereka. Pengaruh positif dapat terjadi ketika para

warga negara asing yang masuk ke Indonesia mau dan bersedia untuk belajar bahasa

Page 2: MEA : Pisau Bermata Dua

Indonesia. Dengan begitu maka bahasa Indonesia dalam penggunaannya semakin meluas,

sehingga diharapkan mampu meningkatkan peluang bahasa Indonesia untuk dapat

menjadi bahasa regional ASEAN yang selama ini memang telah diusung, namun tidak

membuahkan hasil karena kurangnya pengaruh kekuatan Indonesia di ASEAN. Tidak

hanya terlepas dari pengaruh positif saja, berlakunya MEA juga dapat menimbulkan

dampak yang negatif pada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dampak tersebut

terjadi ketika rakyat Indonesia memberikan tanggapan negatif atas berlakunya MEA

terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Warga pribumi lebih memilih menggunakan

bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, yang merupakan bahasa global sebagai bahasa

penghubung umat manusia antar bangsa. Bahasa Inggris juga dapat dikatakan sebagai

penghubung antar warga negara ASEAN dengan tujuan agar lebih mudah dalam

berkomunikasi. Jika hal tersebut terjadi maka dapat mengurangi pengunaan bahasa

Indonesia yang notabene berperan sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa dan

simbol identitas bangsa Indonesia.

Indonesia harus mempersiapkan dan mengatur strategi khusus untuk menjaga nilai

luhur bangsa dan keaslian bahasa Indonesia. Aspek bahasa menjadi penting karena

bahasa adalah identitas suatu bangsa. Kehilangan bahasa sama artinya dengan kehilangan

identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik

mungkin, agar bahasa Indonesia yang selama ini telah menjadi pedoman bagi masyarakat

Indonesia sendiri tidak bisa dirusak dan digantikan dengan bahasa dari bangsa lain.

Sadar akan kemungkinan munculnya dampak negatif dari MEA pada kelangsungan

bahasa Indonesia, Indonesia memulai sebuah program preventif yang disebut

internasionalisasi Bahasa Indonesia. Pintu untuk internasionalisasi bahasa Indonesia bisa

dibuka lebar lewat pengembangan pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

(BIPA). Lembaga penyelenggara pengajaran BIPA, baik di dalam maupun di luar

Indonesia akan semakin berperan penting dalam era MEA 2015. Pada kenyataannya,

negara ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Filipina serius mempersiapkan

diri untuk MEA 2015. Negara-negara itu telah memberikan pelatihan bahasa Indonesia di

samping bahasa Inggris bagi calon tenaga kerjanya.

Persiapan Indonesia tidak cukup hanya sampai di sana. Rakyat Indonesia hendaknya

mempersiapkan diri sendiri dalam menghadapi MEA. Dengan peningkatan kompetisi

Page 3: MEA : Pisau Bermata Dua

dalam dunia ketenagakerjaan, kita hendaknya juga meningkatkan kompetensi dasar kita

sebagai tenaga kerja. Sosialisasi mengenai bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan

bahasa persatuan sangat perlu disegerakan dalam mencegah tersisihnya bahasa Indonesia

di era globalisasi ini. Secara pribadi, kita juga bisa membantu melestarikan bahasa

Indonesia dengan cara menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dengan

begitu, akan muncul sebuah kebanggaan tersendiri terhadap bahasa Indonesia. Dengan

kesadaran yang tinggi, kemauan untuk belajar dan mengubah kebiasaan, bahasa

Indonesia niscaya akan bisa tetap bertahan dalam berbagai badai globalisasi yang akan

menerpa di masa mendatang.

Anggota Kelompok 2 :

1. Christo Valentino Hanafi ( 2515100102)

2. Asma’ul Khusna ( 2515100075)

3. Fitri Megarani ( 3115100014)

4. Ricki Romadoni ( 2315100089)

5. Rully Audhina (