Matra
-
Upload
aya-nur-cahya -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of Matra
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan
penanganan segera. Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang
intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien
harus aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat
kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing,
Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan
penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John Emory
Campbell, 2004)
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primery survey, yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicar
keadaan yang mengancam nyawa, dan apabila menemukan harusdilakukan
resusitasi.
2. Secondary survey, yaitu head to toe/ pemeriksaan yang teliti dari ujung
kepala sampai kaki
3. Penanganan definitive atau menetap
Survei primer maupun sekunder harus selalu diulang-ulang untuk
menentukan adanya keadaan penurunan penderita, dan memberikan resusitasi
dimana diperlukan.
B. TAHAPAN PENGELOLAAN PENDERITA
Penanganan penderita berlangsung dalam 2 tahap:
1. Tahap pra-rumah sakit( Pre-hospital)
Di Indonesia peyanan pra-rumah sakit ini merupakan bagian yang
sangat terbelakang dari pelayanan penderita gawat darurat secara
menyeluruh. Berbeda di jalan tol hampir semua korban penderita trauma
dibawa oleh ambulans ke rumah sakit. Pelayanan korban dengan trauma
pra-rumah sakit yang membawanya biasanya adalah keluarga sendiri atau
orang yang berbaik hati.
Prinsip utama adalah do not further harm bahwa tidak boleh
membuat keaadan lebih parah. Prinsip : Do No futher Harm adalah
keadaan yang ideal dimana “Unit Gawat Darurat yang datang ke penderita”,
dan merupakan sebaliknya karena itu ambulan yang datang sebaiknya
memiliki peralatan yang lengkap. Petugas atau paramedik yang datang
membantu penderita juga sebaiknya mendapatkan latihan khusus, karena
pada saat menaangani penderita mereka harus menguasai keterampilan
khusus yang dapat menyelamatkan nyawa. Sebaiknya rumah sakit sudah
diberitahukan sebelum penderita diangkat dari tempat kejadian, dan
koordinasi yang baik antara dokter di RS dengan petugas lapangan akan
menguntungkan penderita.
Yang harus dilakukan oleh seorang paramedik adalah :
1) Menjaga Airway dan Breathing
2) Kontrol perdarahan dan syok
3) Imobilisasi penderita
Pengiriman kerumah sakit terdekat yang cocok
2. Tahap rumah sakit
a. Evakuasi Penderita
Dalam keadaan dimana penderita trauma di RS yang dibawa tanpa
persiapan pada pra rumah sakit maka sebaiknya evakkuasi dari kendaraan
ke brankar dilakukan oleh petugas rumah sakit dengan berhati-hati.
Selalu harus diperhatikan control servikal
b. Triage
Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapai
dan sumber daya yang tersedia. Pada umumnya kita akan melakukan
triage, tidak perduli apakah penderita hanya 1 atau banyak. Bila satu
penderita akan mencari masalah penderita(selection of problems). Bila
banyak penderita, akan mencari penderita yang paling bermasalah. Dan
yang berikutnya, pemilahan didasarkan pada keadaan ABC. Dua jenis
keadaan triage dapat terjadi :
1) Jumlah penderita Dan Beratnya Perlukaan Tidak Melampaui
Kemampuan Petugas
2) Jumlah Penderita Dan Beratnya Perlukaan Melampaui Kemampuan
Petugas
c. Primary Survay dan Resusitasi
Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi
sebelum memegang penderita trauma selalu harus proteksi diri terlebih
dahulu untuk menghindari tertular penyaklit seperti hepatitis, dan AIDs.
Alat proteksi diri sebaiknya :
3) Sarung tangan
4) Kaca mata terutama apabila penderita menyemburkan darah
5) Apron, melindungi pakaian sendiri
6) Sepatu
Langkah pertama : memakai alat proteksi diri
Lakukan Primary Survey atau mencari keadaan yang mengancam nyawa
adalah:
a. Airway dengan kontrol servikal (gangguan airway adalah pembunuh
tercepat)
b. Breathing dan Ventilasi
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
d. Disability : status neurologis dan nilai GCS
e. Exposure/environmental : buka baju penderita tetapi cegah
hipotermia
a. Menjaga Airway Dengan Kontrol Servikal
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, namun harus
diingat bahwa kebanyakan usaha untuk memperbaiki jalan nafas akan
menyebabkan gerakan pada leher. Karena itu apabila ada kemungkinan
fraktur servikal harus dilakukan kontrol servikal. Kemungkinan patahnya
tulang servikal diduga bila ada :
Trauma kapitis, terutama bila ada penurunan kesadaran
Adanya luka karena trauma tumpul kranial dari klavikula
Setiap multi trauma (trauma pada 2 regio tubuh atau lebih)
Juga harus waspada kemungkinan patah servikal bila bio-mekanik
trauma mendukung (misalnya ditabrak dari belakang)
Karena itu langkah selanjutnya adalah:
Langkah kedua : proteksi servikal
Pertahankan posisi kepala
Pasang kolar servikal dan
Pasang di atas Long Spine Board
Lalu perhatian ditujukan kepada airway. Penilaian airway dapat dilakukan
dengan teknik berikut ini.
Bila dapat berbicara jelas -> airway baik
Bila ada gangguan airway -> perbaiki
Sumbatan pada jalan nafas akan menyebabkan sesak yang harus dibedakan
dengan sesak karena gangguan breathing. Pada obstruksi jalan nafas biasanya
akan ditemukan pernafasan yang berbunyi seperti : bunyi gargling, bunyi
mengorok, ataupun stridor.
Lakukan penanganan sebagai berikut:
Bila ada cairan dilakukan suction
Bila mengorok dilakukan penjagaan jalan nafas secara manual dengan chin
lift atau Jaw thrust disusul pemasangan – pemasangan pipa oro-atau naso
faringeal
Pemasangan pipa orofaringeal dilakukan apabila penderita masih sadar
ataupun berusaha mengeluarkan pipa tersebut ( masih ada gag replek).
Dalam keadaan ini lebih baik dipasang pipa nasofaringeal. Harus diingat
bahwa pemasangan pipa melalui hidung merupakan kontraindikasi apabila
penderita ada kecurigaan fraktur basis crania bagian depan, karena pipa dapat
masuk kerongga cranium.
Apabila penderita apneu, ada ancaman obstruksi ataupun ada ancaman
aspirasi lebih baik memasang jalan nafas definitive ( pipa dalam trakea). Jalan
nafas definitive ini dapat melalui hidung (naso trakeal), melauli mulut (oro
trakea) ataupun langsung melaui suatu kriko – tiroidotomi.
Menjaga jalan nafas pada penderita trauma dapat sangat suliut. Sebagai
contoh adalah penderita dengan kapitis dengan mulut yang penuh darah
karena fraktur pada basis kranii ataupun karena fraktur tulang wajah. Contoh
lain adalah penderita kesadaran menurun yang gelisah dan gigi terkatup.
Betapapu sulitnya, tetapi merupakan tugas dokter yang menerima penderita
itu untuk dapat menjaga jalan nafas dengan baik dan dalam waktu yang
secepat mungkin.
Selama memeriksa dan memperbaiki jalan napas, harus diperhatikan
bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, ataupun rotasi leher.
b. Breathing dan ventilasi
langkah berikut: periksa breathing dan atasi bila kurang baik jalan napas
yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi
pada saat bernafas adalah mutlak untuk pertukaran oksigen dan
karbondioksida dari tubuh.
Tiga hal yang hartus dilakukan dalam breathing:
nilai apakah brathing Baik (look, listen, feel)
ventilasi tambahan apabila breathing kurang adekuat
selalu berikan oksigen
Menilai pernafasan
Petugas yang berpengalaman dalam hitungan detik dapat menilai apakah
pernafasan baik atau tidak. Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang tanpa
adanya kesan sesak, umumnya breathing-nya baik.
Pernafasan yang baik adalh pernafasan yang:
- Freuensi normal (dewasa rata-rat 20, anak 30,bayi 40)
- tidak ada gejala dan tanda sesak
- pada pemeriksaan fisik baik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan cara:
1. Lihat dada penderita dengan membuka untuk melihat pernafasan yang
baik. Lihat apakha ada jejas, luka terbuka, dan ekspansi kedua paru.
2. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam kedua
paru dengan mendengarkan bising nafas( jangan lupa sekaligus
memeriksa jantung)
3. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara(hipersonor), atau
darah(dull) dalam rongga pleura.
Cedera thorak yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berta dan
ditemukan pada saat melakukan survey primer adalah:
- tension pneumothorak
- flail chest
- open pneumothorak
- hematothorak massif
Kelainan-kelainan diatas harus segera ditangani untuk menghindari kematian.
Ventilasi tambahan
Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan bantuan pernafasan
(assisted ventilation). Di UGD sebaiknya membantu pernafasan adalah dengan
memakai dog valve mask (ambubag), ataupun ventilator.
Oksigen
Berikan oksigen, apabila diperlukan konsentrasi oksigen yang tinggi
dengan memakai rebreathing atau non-rebreathing mask, atau dengan kanul
(berikan 5-6 lpm)
c. Circulation langkah berikut: periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit
akral dan nadi. Bila ada tanda syok atasi!
Perdarahan merupakan sebab utama trauma kematian pasca bedah yang
mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat dirumah sakit.
Syok pada penderita trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia,
sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan penilaian
yang cepat dari status hemodinamik penderita.
1. Pengenalan syok
Ada dua pemeriksaan dalam hitungan detik dapat memberikan informasi
mengenai keadaan hemodinamik, yakni keadaan kulit akral dan nadi
Keadaan kulit akral;
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovelemia. Penderita
trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan
ekstremitas, jarang yang dalam keadaan hipovelemia. Sebaliknya
wajah pucat keabuan dan kulit ekstremitas yang pucat sertta dingin,
merupakan tanda syok.
Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri carotis harus
diperiksa bilateral, untuk kekuatan andi, kecepatan dan irama. Pada
syok nadi akan kecil dan cepat.
Bila nadi kecil dan cepat, kulit pucat, dan akral dingin= syok
Catatan mengenai tekanan darah:
Pada fase awal jangan terlalu percaya kepada tekanan darah dalam
menentukan syok karena;
tekanan darah sebelumnya tidak diketahui
diperlukan kehilangan volume darah >30% untuk dapat terjadi
penurunan tekanan darah yang signifikan.
2. Control perdarahan
Perdarahan dapat secara eksternal (terluhat) dan internal (tidak terlihat).
Perdarahan internal berasal dari:
rongga thorak
rongga abdomen
fraktur pelvis
fraktur tulang panjang
jarang: perdarahan retro-peritoneal karena robekan vena kava/
aorta atau perdarahan massif dari ginjal
Syok hemorragik pada orang dewasa tidak disebabkan perdarahan
intracranial
Perdarahan yang berat harus dikelola pada survai primer.
7) Perdarahan eksternal
Perdarahan eksternal dikendalikan dengan penekanan langsung pada
luka.
Jarang diperlukan penjahitan untuk mengendalikan perdarahan luar.
Torniket jangan dipakai, karena apabila dipasang secara benar
( diatas tekanan sistolik) justru akan merusak jaringan karena
menyebabkan iskemia distal dari torniket. Pemakaian hemostat (di
klem) memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan sekitar seperti
saraf dan pembuluh darah.
8) Perdarahan internal:
Spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan dari suatu
fraktur pada ekstremitas.
Pneumatic anti shock garment adalah suatu alat untuk menekan pada
keadaan fraktur pelvis, namun alat ini mahal dan sul;it didapat.
Sebagai gantinya dapat dipakai gurita sekitar pelvis.
Perdarahan intra abdominal atau intratorakal yang massif, dan tidak
dapat diatasi derngan pemberian cairan intravena yang adekuat,
menuntut diadakannya operasisegera untuk menghentikan
perdarahan ( resusative laparo/thoracotomy).
3. Perbaikan Volume
Kehilangan darah sebaiknya diganti dengan darah, namun
penyediaan darah memerlukan waktu, karena itu pada awalnya akan
diberikan cairan kristaloid 1-2 liter untuk mengatasi syok hemoragik
melalui 2 jalur dengan jarum intravena yang besar.
Cairan kristalod ini sebaiknya ringer laktat walaupun NaCl
fisiologis juga dapat dipakai. Cara ini diberikan dengan tetesan cepat
melalui suatu kateter intravena yang besar (minimal ukuran 16). Cairan ini
juga harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya hipotermia.
Pemasangan kateter urin dapat dipertimbangkan disini, guna pemantauan
urin.
Alur Pikir Pada Penderita trauma yang mengalami syok :
Saat ini dikenali syok (penderita trauma), harus dianggap sebagi syok
hemoragik. Sambil dipasang infuse, dilakuka penekanan pada perdarahan luar
(bila ada). Bila tidak ada perdarahan luar dilakukan pencarian akan adanya
perdarahan internal (lima tempat : thorax, abdomen, pelvis, tulang panjang,
retroperitoneal). SAmbil mencari sumber perdarahan dilakukan evaluasi respon
penderita terhadap pemberian cairan.
Kemungkinan adalah :
a. Respon baik : setelah diguyur, tetesan diperlahan, tanda-tanda
perfusi baik (kulit menjadi hangat, nadi menjadi besar dan melambat, tensi
naik). Ini pertanda perdarahan sudah berhenti
b. Respon sementara : setelah tetesan dipelankan, ternyata penderita
masuk syok lagi, ini mungkin disebabkan : resusitasi cairan masih kurang,
atau perdarahan berlanjut.
c. Respon tidak ada : Apabila sama sekali tidak ada rspon
terhadap kpemberian cairan maka harus dipikirkan perdarahan yang hebat
atau syok hemoragik (paling sering kardiogenik
d. Dissability (defisit neurologis)
Perdarahan intra karnial dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat
(the patien who talks and dies), sehinggadiperlukan evaluasi keadaan
neurologis secara cepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil
1. GCS ( Glassglow Coma Scale)
Perubahan kesadaran akan dapat menggangu Airway serta Breathing
yang seharusnya sudah diatasi terlebih dahulu. Jangan lupa bahwa
alcohol dan obat-obatan dapat menggangu tingkat kesadaran penderita.
Penurunan tingkat GCS yang lebih dari 1(2 atau lebih) harus sangat
diwaspadai.
2. Pupil
2.2 Diagnosa pada pasien kegawatdaruratan
1. Rapid trauma survey
a. Kepala dan leher
Adakah luka yang nyata pada kepala dan leher?
Apakah pembuluh darah vena pada leher distensi?
Inspeksi dan palpasi trakea, apakah berada dalam satu garis atau
menyimpang?
Adakah deformitas atau tenderness (nyeri tekan) pada leher?
b. Dada
Apakah dadanya bentuk simetris? Adakah perbedaan
pergerakan? Adakah trauma tumpul atau trauma tusuk?
Adakah luka terbuka atau perbedaan pergerakan?
Adakah TIC (nyeri tekan, instabilitasi, krepitasi), tanda-tanda
fraktur pada tulang rusuk?
Jika suara nafas abnormal, adakah hipersonor, atau dullness.
Apakah suara jantung normal? Atau berkurang?
c. Abdomen
Adakah luka nyata pada abdomen?
Palpasi adanya distensi, lembek, keras pada abdomen?
Apakah ada nyeri tekan?
d. Pelvis
Apakah ada luka atau perubahan bentuk?
Adakah tanda-tanda fraktur TIC?
e. Ekstremitas atas
Apakah ada luka, bengkak, atau perubahan bentuk?
Apakah adanya tanda-tanda fraktur?
f. Pengamatan ekstremitas atas dan bawah
Adakah luka, bengkak, atau perubahan bentuk?
Apakah ada tanda-tanda fraktur?
Dapatkan pasien merasakan atau menggerakkan jari-jari kaki dan
tangan?
g. Pengkajian bagian belakang (lakukan selama memindahkan
pasien ke backbroad)
Apakah ada perubahan bentuk, memar, lecet, robek, luka tusuk,
luka bakar, nyeri tekan, luka goresan, bengkak pada pasien
dibagian belakang?
h. Keputusan
Apakah situasinya dalam keadaan kritis?
Adakah intervensi yang dilakukan segera?
i. Riwayat
Apakah ada riwayat penyakit terdahulu ?
Apakah ada riwayat alergi ?
Ada riwayat pengobatan terdahulu ?
Intake terakhir ?
Proses mekanisme injury ?
j. Vital sign
Apakah vital sign abnormal ?
k. Disability
Dilakukan segera jika terjadi perubahan status mental ?
Apakah pupilnya seimbang dan peka terhadap rangsang ?
Bagaimana dengan tingkat kesadaran (GCS) ?
Apakah ada tanda-tanda herniasiasi cerebral (tidak sadar,
keterlambatan reflex pupil, hipertensi, bradikardi, posturing) ?
(John Emory Campbell, 2004 : 41)
2. Ongoing Exam
Dibawah ini informasi yang perlu dilakukan pada masing-masing
langkah :
1. Subjektif Changes
Apakah anda merasakan nyaman atau tidak nyaman sekarang?
2. Status Mental
Berapa Level kesadaran pasien?
Berapakah ukuran pupil pasien ? Apakah keduanya seimbang?
Apakah berespons pada cahaya?
Jika ada perubahan status mental brapa nilai GCS nya sekarang?
3. Kaji kembali ABC
Apakah jalan napas pasien terbuka dan bersih?
Jika ada luka bakar pada daerah muka pasien, apakah ada cedera
inhalasi?
4. Pernapasan dan sikulasi
berapa frekuensi dan kualitas pernapasan?
Berapakah frekuensi dan kualitas denyut nadi?
Berapakah tekanan darah pasien?
Bagaimana warna kulit pasien, kondisi dan suhunya?
5. Leher
Adakah penyimpangan bentuk pada trakea pasien ?
Apakah Vena jugularis pasien normal, datar atau distensi?
Adakah pembekakan pada leher pasien?
6. Dada
Apakah suara napas pasien abnormal?
Jika suara napas pasien tidak seimbang, apakah hipersonor atau
dallness?
Apakah bunyi jantung pasien normal atau adanya murmur?
7. Abdomen (jika ada kemungkinan cedera pada abdomen)
Adakah nyeri tekan pada abdomen?
Apakah abdomen pasien lembek, keras atau distensi?
8. Pengkajian dalam cedera
Sudahkah ada perubahan kondisi dari cedera yang telah
ditemukan?
9. Periksa Intervensi
Tanyakan hal-hal dibawah ini pada pasien anda secara tepat :
Apakah konsentrasi pemberian oksigen sudah tapat?
Apakah Tabung oksigen terhubung dengan benar?
Apakah luka terbuka pada dada pasien sudah tertutup dengan
benar?
Apakah pembalutan dari perdarahan masih basah?
Apakah pembidaian sudah pada posisi yang tepat?
Apakah pasien yang hamil posisinya sudah miring ke kiri?
Apakah Monitor jantung sudah terpasang dan bekerja dengan baik?
Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan bekerja dengan baik?
(John Emory Campbell, 2004 : 44)
3. Detail Exam
Riwayat SAMPLE (Symptoms, Allergies, Medicines, Past medical
history, Last meal, Event preceding the injury) harus dikaji penuh.
a. Apakah riwayat pasien?
b. Vital sign
Berapa nilai Vital sign pasien?
Pengkajian Neurologi
Apakah level kesadaran pasien?
Apakah pupil normal? Apakah reflek pupil pasien normal?
Berapakah kadar glukosa darah pasien? (jika adanya perubahan status
mental pasien)
Bisakah pasien menggerakan jari tangan dan kakinya?
Bisakah pasien merasakan sentuhan perawat pada jari tangan dan kaki
pasien?
Berapakah nilai GCS pasien?
c. Kepala
Apakah ada DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada muka dan
kepala pasien ?
Apakah pada mata pasien terdapat battle’s sign atau raccoon?
Adakah darah cairan yang keluar dari telinga atau hidung?
Adakah muka pucat, sianosis atau keringat dingan (diahoresis)?
d. Jalan napas
Apakah jalan napas terbuka dan bersih?
Jika ada luka pada muka pada muka pasien, adakah tanda-tanda yang
menunjukan adanya luka bakar pada mulut dan hidung?
Pernapasan
Bagaimana frekuensi dan kualitas pernapasan pasien?
e. Leher
Apakah ada tanda-tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio,
Abrasions, Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada
leher?
Apakah vena dileher normal, datar atau distensi?
Adakah penyimpangan pada trakea pasien?
f. Sirkulasi
Bagaimana frekuensi dan kualitas dari denyut nadi?
Bagaimana keadaan, warna, dan suhu kulit pasien? (kaji kapilary refill
pada pasien anak)
Apakah sumua perdarahan yang terjadi pada pasien sudah terkontrol?
g. Dada
Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada dada?
Apakah ada luka terbuka pada dada dan adanya pergerakan yang
berlawanan arah?
Apakah suara napas pasien terdengar dan seimbang? Jika suara napas
tidak seimbang adakah hipersonor dan dullness?
Apakah suara jantung normal atau terdengar lemah/menurun?
h. Abdomen
Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada abdomen?
Apakah abdomen pasien lembek, keras, atau kembung?
i. Pelvik
Jika sudah dilakaukan pengkajian pelvic pada intial assessment maka
tidak perlu melakukan pengkajian lebih lanjut.
j. Ekstremitas bawah
Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada kaki?
Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?
Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal?
k. Ektremitas Atas
Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,
Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada tangan?
Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?
Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal?
(John Emory Campbell, 2004 : 46)
2.3 Intervensi dan evaluasi pada pasien dengan kegawatdaruratan
PENGKAJIAN AWAL TINDAKAN
Scene size-up
ðKeamanan
ðJumlah pasien
ðTindakan yang dibutuhkan
ðMekanisme injury
Kesan umum
ðUmur, jenis kelamin, berat badan
ðPosisi (disekitarnya, posisi
tubuh/postur)
ðAktivitas
ð Injuri mayor yang nyata;
perdarahan mayor.
Tingkat kesadaran
ðKewaspadaan/respon terhadap
suara
ðTidak berespon terhadap suara
Jalan nafas
ð Memakai sarung tangan, memakai
baju pelindung. Mengurangi
resiko infeksi silang.
ð Panggil bila memerlukan bantuan
ð Panggil bila memerlukan alat-alat
khusus
ð Kemungkinan injuri yang cocok
(contohnya, penekaan servikal)
ð Awal untuk menentukan prioritas
ð Menangani pembatasan gerak dari
penekanan servikal
ð Modifikasi jaw trust
ð Mdofikasi jaw trust
ðSnoring
ðGurgling
ðStridor
ðSilence
Pernafasan
ðTidak ada nafas
ð<10 x per menit
ðVolume tidal rendah
ðKesulitan bernafas
ðNormal atau cepat
Nadi radialis
ðTidak ada
ðAda
ðBradikardi
ðTakikardi
Nadi karotis
ðTidak ada
ðAda
ðBradikardi
ðTakikardi
ð Suction
ð Periksa adanya obstruksi jalan
nafas
ð Coba untuk melakukan ventilasi-
jika tidak berhasil:lakukan reposisi;
lepaskan dengan segera
ð Visualisai.
ð Suction
ð Pertimbangkan maneuver Heimlich
ð lakukan ventilasi sebanyak 2 kali
(cek nadi sebelum melanjutkan
ventilasi pada 10-20 + oksigen
ð bantuan ventilasi pada 10-
20+oksigen
ð bantuan ventilasi
ð oksigen non rebreathing 15 liter per
menit
ð pertimbangkan penggunaan
oksigen
ð cek nadi karotis
ð catat kecepatan dan kualitasnya
ð pertimbangkan adanya spinal syok,
injuri kepala
ð berikan ketenangan untuk
mengurangi kecepatan nadi,
pertimbangkan
ð CPR+BVM+oksigen
ð catan kecepatan dan kualitas
Kulit
ðWarna dan keadaan
ðPucat, dingin, lembab
ðCyanosis
Perdarahan mayor
ð pertimbangkan adanya spinal syok,
injuri kepala
ð pertimbangkan syok
ð pertimbangkan syok
ð berikan 100% oksigen
ð penekanan langsung, pembalutan
dengan tekanan