Matra

25
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan penanganan segera. Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John Emory Campbell, 2004) Penilaian awal ini intinya adalah : 1. Primery survey, yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicar keadaan yang mengancam nyawa, dan apabila menemukan harusdilakukan resusitasi. 2. Secondary survey, yaitu head to toe/ pemeriksaan yang teliti dari ujung kepala sampai kaki 3. Penanganan definitive atau menetap Survei primer maupun sekunder harus selalu diulang-ulang untuk menentukan adanya keadaan penurunan penderita, dan memberikan resusitasi dimana diperlukan.

description

Asuhan Keperawatan Matra

Transcript of Matra

Page 1: Matra

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan

penanganan segera. Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang

intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien

harus aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat

kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing,

Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan

penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John Emory

Campbell, 2004)

Penilaian awal ini intinya adalah :

1. Primery survey, yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicar

keadaan yang mengancam nyawa, dan apabila menemukan harusdilakukan

resusitasi.

2. Secondary survey, yaitu head to toe/ pemeriksaan yang teliti dari ujung

kepala sampai kaki

3. Penanganan definitive atau menetap

Survei primer maupun sekunder harus selalu diulang-ulang untuk

menentukan adanya keadaan penurunan penderita, dan memberikan resusitasi

dimana diperlukan.

B. TAHAPAN PENGELOLAAN PENDERITA

Penanganan penderita berlangsung dalam 2 tahap:

1. Tahap pra-rumah sakit( Pre-hospital)

Di Indonesia peyanan pra-rumah sakit ini merupakan bagian yang

sangat terbelakang dari pelayanan penderita gawat darurat secara

menyeluruh. Berbeda di jalan tol hampir semua korban penderita trauma

dibawa oleh ambulans ke rumah sakit. Pelayanan korban dengan trauma

pra-rumah sakit yang membawanya biasanya adalah keluarga sendiri atau

orang yang berbaik hati.

Page 2: Matra

Prinsip utama adalah do not further harm bahwa tidak boleh

membuat keaadan lebih parah. Prinsip : Do No futher Harm adalah

keadaan yang ideal dimana “Unit Gawat Darurat yang datang ke penderita”,

dan merupakan sebaliknya karena itu ambulan yang datang sebaiknya

memiliki peralatan yang lengkap. Petugas atau paramedik yang datang

membantu penderita juga sebaiknya mendapatkan latihan khusus, karena

pada saat menaangani penderita mereka harus menguasai keterampilan

khusus yang dapat menyelamatkan nyawa. Sebaiknya rumah sakit sudah

diberitahukan sebelum penderita diangkat dari tempat kejadian, dan

koordinasi yang baik antara dokter di RS dengan petugas lapangan akan

menguntungkan penderita.

Yang harus dilakukan oleh seorang paramedik adalah :

1) Menjaga Airway dan Breathing

2) Kontrol perdarahan dan syok

3) Imobilisasi penderita

Pengiriman kerumah sakit terdekat yang cocok

2. Tahap rumah sakit

a. Evakuasi Penderita

Dalam keadaan dimana penderita trauma di RS yang dibawa tanpa

persiapan pada pra rumah sakit maka sebaiknya evakkuasi dari kendaraan

ke brankar dilakukan oleh petugas rumah sakit dengan berhati-hati.

Selalu harus diperhatikan control servikal

b. Triage

Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapai

dan sumber daya yang tersedia. Pada umumnya kita akan melakukan

triage, tidak perduli apakah penderita hanya 1 atau banyak. Bila satu

penderita akan mencari masalah penderita(selection of problems). Bila

banyak penderita, akan mencari penderita yang paling bermasalah. Dan

yang berikutnya, pemilahan didasarkan pada keadaan ABC. Dua jenis

keadaan triage dapat terjadi :

Page 3: Matra

1) Jumlah penderita Dan Beratnya Perlukaan Tidak Melampaui

Kemampuan Petugas

2) Jumlah Penderita Dan Beratnya Perlukaan Melampaui Kemampuan

Petugas

c. Primary Survay dan Resusitasi

Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi

sebelum memegang penderita trauma selalu harus proteksi diri terlebih

dahulu untuk menghindari tertular penyaklit seperti hepatitis, dan AIDs.

Alat proteksi diri sebaiknya :

3) Sarung tangan

4) Kaca mata terutama apabila penderita menyemburkan darah

5) Apron, melindungi pakaian sendiri

6) Sepatu

Langkah pertama : memakai alat proteksi diri

Lakukan Primary Survey atau mencari keadaan yang mengancam nyawa

adalah:

a. Airway dengan kontrol servikal (gangguan airway adalah pembunuh

tercepat)

b. Breathing dan Ventilasi

c. Circulation dengan kontrol perdarahan

d. Disability : status neurologis dan nilai GCS

e. Exposure/environmental : buka baju penderita tetapi cegah

hipotermia

a. Menjaga Airway Dengan Kontrol Servikal

Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, namun harus

diingat bahwa kebanyakan usaha untuk memperbaiki jalan nafas akan

menyebabkan gerakan pada leher. Karena itu apabila ada kemungkinan

fraktur servikal harus dilakukan kontrol servikal. Kemungkinan patahnya

tulang servikal diduga bila ada :

Trauma kapitis, terutama bila ada penurunan kesadaran

Adanya luka karena trauma tumpul kranial dari klavikula

Page 4: Matra

Setiap multi trauma (trauma pada 2 regio tubuh atau lebih)

Juga harus waspada kemungkinan patah servikal bila bio-mekanik

trauma mendukung (misalnya ditabrak dari belakang)

Karena itu langkah selanjutnya adalah:

Langkah kedua : proteksi servikal

Pertahankan posisi kepala

Pasang kolar servikal dan

Pasang di atas Long Spine Board

Lalu perhatian ditujukan kepada airway. Penilaian airway dapat dilakukan

dengan teknik berikut ini.

Bila dapat berbicara jelas -> airway baik

Bila ada gangguan airway -> perbaiki

Sumbatan pada jalan nafas akan menyebabkan sesak yang harus dibedakan

dengan sesak karena gangguan breathing. Pada obstruksi jalan nafas biasanya

akan ditemukan pernafasan yang berbunyi seperti : bunyi gargling, bunyi

mengorok, ataupun stridor.

Lakukan penanganan sebagai berikut:

Bila ada cairan dilakukan suction

Bila mengorok dilakukan penjagaan jalan nafas secara manual dengan chin

lift atau Jaw thrust disusul pemasangan – pemasangan pipa oro-atau naso

faringeal

Pemasangan pipa orofaringeal dilakukan apabila penderita masih sadar

ataupun berusaha mengeluarkan pipa tersebut ( masih ada gag replek).

Dalam keadaan ini lebih baik dipasang pipa nasofaringeal. Harus diingat

bahwa pemasangan pipa melalui hidung merupakan kontraindikasi apabila

penderita ada kecurigaan fraktur basis crania bagian depan, karena pipa dapat

masuk kerongga cranium.

Apabila penderita apneu, ada ancaman obstruksi ataupun ada ancaman

aspirasi lebih baik memasang jalan nafas definitive ( pipa dalam trakea). Jalan

nafas definitive ini dapat melalui hidung (naso trakeal), melauli mulut (oro

trakea) ataupun langsung melaui suatu kriko – tiroidotomi.

Page 5: Matra

Menjaga jalan nafas pada penderita trauma dapat sangat suliut. Sebagai

contoh adalah penderita dengan kapitis dengan mulut yang penuh darah

karena fraktur pada basis kranii ataupun karena fraktur tulang wajah. Contoh

lain adalah penderita kesadaran menurun yang gelisah dan gigi terkatup.

Betapapu sulitnya, tetapi merupakan tugas dokter yang menerima penderita

itu untuk dapat menjaga jalan nafas dengan baik dan dalam waktu yang

secepat mungkin.

Selama memeriksa dan memperbaiki jalan napas, harus diperhatikan

bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, ataupun rotasi leher.

b. Breathing dan ventilasi

langkah berikut: periksa breathing dan atasi bila kurang baik jalan napas

yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi

pada saat bernafas adalah mutlak untuk pertukaran oksigen dan

karbondioksida dari tubuh.

Tiga hal yang hartus dilakukan dalam breathing:

nilai apakah brathing Baik (look, listen, feel)

ventilasi tambahan apabila breathing kurang adekuat

selalu berikan oksigen

Menilai pernafasan

Petugas yang berpengalaman dalam hitungan detik dapat menilai apakah

pernafasan baik atau tidak. Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang tanpa

adanya kesan sesak, umumnya breathing-nya baik.

Pernafasan yang baik adalh pernafasan yang:

- Freuensi normal (dewasa rata-rat 20, anak 30,bayi 40)

- tidak ada gejala dan tanda sesak

- pada pemeriksaan fisik baik

Lakukan pemeriksaan fisik dengan cara:

1. Lihat dada penderita dengan membuka untuk melihat pernafasan yang

baik. Lihat apakha ada jejas, luka terbuka, dan ekspansi kedua paru.

2. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam kedua

paru dengan mendengarkan bising nafas( jangan lupa sekaligus

memeriksa jantung)

Page 6: Matra

3. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara(hipersonor), atau

darah(dull) dalam rongga pleura.

Cedera thorak yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berta dan

ditemukan pada saat melakukan survey primer adalah:

- tension pneumothorak

- flail chest

- open pneumothorak

- hematothorak massif

Kelainan-kelainan diatas harus segera ditangani untuk menghindari kematian.

Ventilasi tambahan

Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan bantuan pernafasan

(assisted ventilation). Di UGD sebaiknya membantu pernafasan adalah dengan

memakai dog valve mask (ambubag), ataupun ventilator.

Oksigen

Berikan oksigen, apabila diperlukan konsentrasi oksigen yang tinggi

dengan memakai rebreathing atau non-rebreathing mask, atau dengan kanul

(berikan 5-6 lpm)

c. Circulation langkah berikut: periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit

akral dan nadi. Bila ada tanda syok atasi!

Perdarahan merupakan sebab utama trauma kematian pasca bedah yang

mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat dirumah sakit.

Syok pada penderita trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia,

sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka diperlukan penilaian

yang cepat dari status hemodinamik penderita.

1. Pengenalan syok

Ada dua pemeriksaan dalam hitungan detik dapat memberikan informasi

mengenai keadaan hemodinamik, yakni keadaan kulit akral dan nadi

Keadaan kulit akral;

Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovelemia. Penderita

trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan

ekstremitas, jarang yang dalam keadaan hipovelemia. Sebaliknya

Page 7: Matra

wajah pucat keabuan dan kulit ekstremitas yang pucat sertta dingin,

merupakan tanda syok.

Nadi

Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri carotis harus

diperiksa bilateral, untuk kekuatan andi, kecepatan dan irama. Pada

syok nadi akan kecil dan cepat.

Bila nadi kecil dan cepat, kulit pucat, dan akral dingin= syok

Catatan mengenai tekanan darah:

Pada fase awal jangan terlalu percaya kepada tekanan darah dalam

menentukan syok karena;

tekanan darah sebelumnya tidak diketahui

diperlukan kehilangan volume darah >30% untuk dapat terjadi

penurunan tekanan darah yang signifikan.

2. Control perdarahan

Perdarahan dapat secara eksternal (terluhat) dan internal (tidak terlihat).

Perdarahan internal berasal dari:

rongga thorak

rongga abdomen

fraktur pelvis

fraktur tulang panjang

jarang: perdarahan retro-peritoneal karena robekan vena kava/

aorta atau perdarahan massif dari ginjal

Syok hemorragik pada orang dewasa tidak disebabkan perdarahan

intracranial

Perdarahan yang berat harus dikelola pada survai primer.

7) Perdarahan eksternal

Perdarahan eksternal dikendalikan dengan penekanan langsung pada

luka.

Page 8: Matra

Jarang diperlukan penjahitan untuk mengendalikan perdarahan luar.

Torniket jangan dipakai, karena apabila dipasang secara benar

( diatas tekanan sistolik) justru akan merusak jaringan karena

menyebabkan iskemia distal dari torniket. Pemakaian hemostat (di

klem) memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan sekitar seperti

saraf dan pembuluh darah.

8) Perdarahan internal:

Spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan dari suatu

fraktur pada ekstremitas.

Pneumatic anti shock garment adalah suatu alat untuk menekan pada

keadaan fraktur pelvis, namun alat ini mahal dan sul;it didapat.

Sebagai gantinya dapat dipakai gurita sekitar pelvis.

Perdarahan intra abdominal atau intratorakal yang massif, dan tidak

dapat diatasi derngan pemberian cairan intravena yang adekuat,

menuntut diadakannya operasisegera untuk menghentikan

perdarahan ( resusative laparo/thoracotomy).

3. Perbaikan Volume

Kehilangan darah sebaiknya diganti dengan darah, namun

penyediaan darah memerlukan waktu, karena itu pada awalnya akan

diberikan cairan kristaloid 1-2 liter untuk mengatasi syok hemoragik

melalui 2 jalur dengan jarum intravena yang besar.

Cairan kristalod ini sebaiknya ringer laktat walaupun NaCl

fisiologis juga dapat dipakai. Cara ini diberikan dengan tetesan cepat

melalui suatu kateter intravena yang besar (minimal ukuran 16). Cairan ini

juga harus dihangatkan untuk menghindari terjadinya hipotermia.

Pemasangan kateter urin dapat dipertimbangkan disini, guna pemantauan

urin.

Alur Pikir Pada Penderita trauma yang mengalami syok :

Saat ini dikenali syok (penderita trauma), harus dianggap sebagi syok

hemoragik. Sambil dipasang infuse, dilakuka penekanan pada perdarahan luar

(bila ada). Bila tidak ada perdarahan luar dilakukan pencarian akan adanya

Page 9: Matra

perdarahan internal (lima tempat : thorax, abdomen, pelvis, tulang panjang,

retroperitoneal). SAmbil mencari sumber perdarahan dilakukan evaluasi respon

penderita terhadap pemberian cairan.

Kemungkinan adalah :

a. Respon baik : setelah diguyur, tetesan diperlahan, tanda-tanda

perfusi baik (kulit menjadi hangat, nadi menjadi besar dan melambat, tensi

naik). Ini pertanda perdarahan sudah berhenti

b. Respon sementara : setelah tetesan dipelankan, ternyata penderita

masuk syok lagi, ini mungkin disebabkan : resusitasi cairan masih kurang,

atau perdarahan berlanjut.

c. Respon tidak ada : Apabila sama sekali tidak ada rspon

terhadap kpemberian cairan maka harus dipikirkan perdarahan yang hebat

atau syok hemoragik (paling sering kardiogenik

d. Dissability (defisit neurologis)

Perdarahan intra karnial dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat

(the patien who talks and dies), sehinggadiperlukan evaluasi keadaan

neurologis secara cepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran

dan reaksi pupil

1. GCS ( Glassglow Coma Scale)

Perubahan kesadaran akan dapat menggangu Airway serta Breathing

yang seharusnya sudah diatasi terlebih dahulu. Jangan lupa bahwa

alcohol dan obat-obatan dapat menggangu tingkat kesadaran penderita.

Penurunan tingkat GCS yang lebih dari 1(2 atau lebih) harus sangat

diwaspadai.

2. Pupil

2.2 Diagnosa pada pasien kegawatdaruratan

1. Rapid trauma survey

a. Kepala dan leher

Page 10: Matra

Adakah luka yang nyata pada kepala dan leher?

Apakah pembuluh darah vena pada leher distensi?

Inspeksi dan palpasi trakea, apakah berada dalam satu garis atau

menyimpang?

Adakah deformitas atau tenderness (nyeri tekan) pada leher?

b. Dada

Apakah dadanya bentuk simetris? Adakah perbedaan

pergerakan? Adakah trauma tumpul atau trauma tusuk?

Adakah luka terbuka atau perbedaan pergerakan?

Adakah TIC (nyeri tekan, instabilitasi, krepitasi), tanda-tanda

fraktur pada tulang rusuk?

Jika suara nafas abnormal, adakah hipersonor, atau dullness.

Apakah suara jantung normal? Atau berkurang?

c. Abdomen

Adakah luka nyata pada abdomen?

Palpasi adanya distensi, lembek, keras pada abdomen?

Apakah ada nyeri tekan?

d. Pelvis

Apakah ada luka atau perubahan bentuk?

Adakah tanda-tanda fraktur TIC?

e. Ekstremitas atas

Apakah ada luka, bengkak, atau perubahan bentuk?

Apakah adanya tanda-tanda fraktur?

f. Pengamatan ekstremitas atas dan bawah

Adakah luka, bengkak, atau perubahan bentuk?

Apakah ada tanda-tanda fraktur?

Dapatkan pasien merasakan atau menggerakkan jari-jari kaki dan

tangan?

g. Pengkajian bagian belakang (lakukan selama memindahkan

pasien ke backbroad)

Page 11: Matra

Apakah ada perubahan bentuk, memar, lecet, robek, luka tusuk,

luka bakar, nyeri tekan, luka goresan, bengkak pada pasien

dibagian belakang?

h. Keputusan

Apakah situasinya dalam keadaan kritis?

Adakah intervensi yang dilakukan segera?

i. Riwayat

Apakah ada riwayat penyakit terdahulu ?

Apakah ada riwayat alergi ?

Ada riwayat pengobatan terdahulu ?

Intake terakhir ?

Proses mekanisme injury ?

j. Vital sign

Apakah vital sign abnormal ?

k. Disability

Dilakukan segera jika terjadi perubahan status mental ?

Apakah pupilnya seimbang dan peka terhadap rangsang ?

Bagaimana dengan tingkat kesadaran (GCS) ?

Apakah ada tanda-tanda herniasiasi cerebral (tidak sadar,

keterlambatan reflex pupil, hipertensi, bradikardi, posturing) ?

(John Emory Campbell, 2004 : 41)

2. Ongoing Exam

Dibawah ini informasi yang perlu dilakukan pada masing-masing

langkah :

1. Subjektif Changes

Apakah anda merasakan nyaman atau tidak nyaman sekarang?

2. Status Mental

Berapa Level kesadaran pasien?

Berapakah ukuran pupil pasien ? Apakah keduanya seimbang?

Apakah berespons pada cahaya?

Jika ada perubahan status mental brapa nilai GCS nya sekarang?

3. Kaji kembali ABC

Page 12: Matra

Apakah jalan napas pasien terbuka dan bersih?

Jika ada luka bakar pada daerah muka pasien, apakah ada cedera

inhalasi?

4. Pernapasan dan sikulasi

berapa frekuensi dan kualitas pernapasan?

Berapakah frekuensi dan kualitas denyut nadi?

Berapakah tekanan darah pasien?

Bagaimana warna kulit pasien, kondisi dan suhunya?

5. Leher

Adakah penyimpangan bentuk pada trakea pasien ?

Apakah Vena jugularis pasien normal, datar atau distensi?

Adakah pembekakan pada leher pasien?

6. Dada

Apakah suara napas pasien abnormal?

Jika suara napas pasien tidak seimbang, apakah hipersonor atau

dallness?

Apakah bunyi jantung pasien normal atau adanya murmur?

7. Abdomen (jika ada kemungkinan cedera pada abdomen)

Adakah nyeri tekan pada abdomen?

Apakah abdomen pasien lembek, keras atau distensi?

8. Pengkajian dalam cedera

Sudahkah ada perubahan kondisi dari cedera yang telah

ditemukan?

9. Periksa Intervensi

Tanyakan hal-hal dibawah ini pada pasien anda secara tepat :

Apakah konsentrasi pemberian oksigen sudah tapat?

Apakah Tabung oksigen terhubung dengan benar?

Apakah luka terbuka pada dada pasien sudah tertutup dengan

benar?

Apakah pembalutan dari perdarahan masih basah?

Apakah pembidaian sudah pada posisi yang tepat?

Apakah pasien yang hamil posisinya sudah miring ke kiri?

Page 13: Matra

Apakah Monitor jantung sudah terpasang dan bekerja dengan baik?

Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan bekerja dengan baik?

(John Emory Campbell, 2004 : 44)

3. Detail Exam

Riwayat SAMPLE (Symptoms, Allergies, Medicines, Past medical

history, Last meal, Event preceding the injury) harus dikaji penuh.

a. Apakah riwayat pasien?

b. Vital sign

Berapa nilai Vital sign pasien?

Pengkajian Neurologi

Apakah level kesadaran pasien?

Apakah pupil normal? Apakah reflek pupil pasien normal?

Berapakah kadar glukosa darah pasien? (jika adanya perubahan status

mental pasien)

Bisakah pasien menggerakan jari tangan dan kakinya?

Bisakah pasien merasakan sentuhan perawat pada jari tangan dan kaki

pasien?

Berapakah nilai GCS pasien?

c. Kepala

Apakah ada DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,

Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada muka dan

kepala pasien ?

Apakah pada mata pasien terdapat battle’s sign atau raccoon?

Adakah darah cairan yang keluar dari telinga atau hidung?

Adakah muka pucat, sianosis atau keringat dingan (diahoresis)?

d. Jalan napas

Apakah jalan napas terbuka dan bersih?

Jika ada luka pada muka pada muka pasien, adakah tanda-tanda yang

menunjukan adanya luka bakar pada mulut dan hidung?

Pernapasan

Bagaimana frekuensi dan kualitas pernapasan pasien?

e. Leher

Page 14: Matra

Apakah ada tanda-tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio,

Abrasions, Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada

leher?

Apakah vena dileher normal, datar atau distensi?

Adakah penyimpangan pada trakea pasien?

f. Sirkulasi

Bagaimana frekuensi dan kualitas dari denyut nadi?

Bagaimana keadaan, warna, dan suhu kulit pasien? (kaji kapilary refill

pada pasien anak)

Apakah sumua perdarahan yang terjadi pada pasien sudah terkontrol?

g. Dada

Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,

Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada dada?

Apakah ada luka terbuka pada dada dan adanya pergerakan yang

berlawanan arah?

Apakah suara napas pasien terdengar dan seimbang? Jika suara napas

tidak seimbang adakah hipersonor dan dullness?

Apakah suara jantung normal atau terdengar lemah/menurun?

h. Abdomen

Apakah ada tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,

Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada abdomen?

Apakah abdomen pasien lembek, keras, atau kembung?

i. Pelvik

Jika sudah dilakaukan pengkajian pelvic pada intial assessment maka

tidak perlu melakukan pengkajian lebih lanjut.

j. Ekstremitas bawah

Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,

Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada kaki?

Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?

Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal?

k. Ektremitas Atas

Page 15: Matra

Adakah tanda DCAP-BTLS (Deformities, Contusio, Abrasions,

Penetrations-Burn, Tenderness, Lacerations, Swelling) pada tangan?

Apakah PMS (Pulse, Motorik, Sensori) normal?

Apakah rentang gerak pasien (ROM) normal?

(John Emory Campbell, 2004 : 46)

2.3 Intervensi dan evaluasi pada pasien dengan kegawatdaruratan

PENGKAJIAN AWAL TINDAKAN

Scene size-up

ðKeamanan

ðJumlah pasien

ðTindakan yang dibutuhkan

ðMekanisme injury

Kesan umum

ðUmur, jenis kelamin, berat badan

ðPosisi (disekitarnya, posisi

tubuh/postur)

ðAktivitas

ð Injuri mayor yang nyata;

perdarahan mayor.

Tingkat kesadaran

ðKewaspadaan/respon terhadap

suara

ðTidak berespon terhadap suara

Jalan nafas

ð Memakai sarung tangan, memakai

baju pelindung. Mengurangi

resiko infeksi silang.

ð Panggil bila memerlukan bantuan

ð Panggil bila memerlukan alat-alat

khusus

ð Kemungkinan injuri yang cocok

(contohnya, penekaan servikal)

ð Awal untuk menentukan prioritas

ð Menangani pembatasan gerak dari

penekanan servikal

ð Modifikasi jaw trust

ð Mdofikasi jaw trust

Page 16: Matra

ðSnoring

ðGurgling

ðStridor

ðSilence

Pernafasan

ðTidak ada nafas

ð<10 x per menit

ðVolume tidal rendah

ðKesulitan bernafas

ðNormal atau cepat

Nadi radialis

ðTidak ada

ðAda

ðBradikardi

ðTakikardi

Nadi karotis

ðTidak ada

ðAda

ðBradikardi

ðTakikardi

ð Suction

ð Periksa adanya obstruksi jalan

nafas

ð Coba untuk melakukan ventilasi-

jika tidak berhasil:lakukan reposisi;

lepaskan dengan segera

ð Visualisai.

ð Suction

ð Pertimbangkan maneuver Heimlich

ð lakukan ventilasi sebanyak 2 kali

(cek nadi sebelum melanjutkan

ventilasi pada 10-20 + oksigen

ð bantuan ventilasi pada 10-

20+oksigen

ð bantuan ventilasi

ð oksigen non rebreathing 15 liter per

menit

ð pertimbangkan penggunaan

oksigen

ð cek nadi karotis

ð catat kecepatan dan kualitasnya

ð pertimbangkan adanya spinal syok,

injuri kepala

ð berikan ketenangan untuk

mengurangi kecepatan nadi,

pertimbangkan

ð CPR+BVM+oksigen

ð catan kecepatan dan kualitas

Page 17: Matra

Kulit

ðWarna dan keadaan

ðPucat, dingin, lembab

ðCyanosis

Perdarahan mayor

ð pertimbangkan adanya spinal syok,

injuri kepala

ð pertimbangkan syok

ð pertimbangkan syok

ð berikan 100% oksigen

ð penekanan langsung, pembalutan

dengan tekanan