Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

60
MAKALAH KESEHATAN MATRA UDARA Disusun oleh : DESY PUTRI CAHYANI 206.311.083 TUTORIAL D3 FAKULTAS KEDOKTERAN

description

case smt 7 bagian matra udara

Transcript of Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Page 1: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

MAKALAH KESEHATAN MATRA UDARA

Disusun oleh :

DESY PUTRI CAHYANI

206.311.083

TUTORIAL D3

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAKARTA

Page 2: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2009 – 2010

Page 1

Narasi I

Anda seorang Dokter lulusan FK UPN “Veteran” Jakarta bertugas di Puskesmas kec. Pasar

Minggu Jakarta Selatan.

Pada suatu pagi pada saat anda bertugas datang suami istri Bpk. Drs. Argo umur 52 tahun dan

Ibu Suli umur 48 tahun, keduanya akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah

haji.

Anamnese : Bpk Argo mengeluh kepala terasa agak berat, tengkuk tegang dan biasanya

terasa pada saat bangun tidur, pada waktu pemeriksaan kesehatan haji hal tersebut belum

dirasakan.

Dari hasil pemeriksaan : KU baik

Tensi 140/90 mmHg

Nadi dan RR dalam batas normal

Hasil pemeriksaan Ibi Suli dalam keadaan normal.

Bapak dan Ibu Argo menannyakan hasil pemeriksaan kesehatannya serta masalah apa yang

sering timbul khususnya selama perjalanan naik pesawat terbang karena perjalanan haji

tersebut adalah perjalanan pertama naik pesawat terbang.

Penerbangan haji menggunakan pesawat Boeing 747 dengan terbang di ketinggian rata-rata

30.000 kaki.

Mekanisme kasus :

Akan menunaikan ibadah Haji

Bpk Argo

Ibu Suli

Page 3: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Menggunakan alat transportasi pesawat terbang :

Pertama kali naik pesawat terbang

Terbang di ketinggian 30.000 kaki

Tujuan Arab Saudi

Datang ke Puskesmas

Keluhan : kepala terasa berat, tengkuk tegang

TD tinggi (hipertensi grade I)

Cemas akan bepergian dgn pesawat terbang untuk pertama kali.

Keluhan : tidak ada.

Edukasi

Terapi hipertensi (antihipertensi)

terapi Anxiolitik atau antidepresi

Dukungan supportif

Menunaikan ibadah haji dgn

aman dan selamat

Stress psikis → Kecemasan Phobia ketinggianPenyangkalan thd kecemasannya → shg smkn bertambah cemas

Bahas :Fisiologi penerbangan (pengaruh ketinggian thd faal tubuh) Kesehatan hajiAdaptasi tubuh thd ketinggian, waktu dan jarak tempuh Indonesia-Arab Saudi

Bpk Argo

Ibu Suli

Page 4: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

FISIOLOGI PENERBANGAN

Semakin tinggi kemampuan kita untuk naik pada waktu penerbangan, pendakian dan

penerbangan ruang angkasa, semakin tinggi kita harus memahami mengenai efek ketinggian

tempat dan rendahnya tekanan gas demikian juga fackor-faktor lainnya yaitu gaya

percepatan, keadaan tanpa bobot, dan sebagainya- terhadap tubuh manusia.

Untuk mengetahui adaptasi apa saja yang terjadi dalam tubuh manusia saat berada di

ketinggian, berikut ini akan diuraikan atmosfer sebagai media udara itu sendiri.

ATMOSFER

Pengertian

Atmosfer adalah selubung gas atau campuran gas-gas, yang menyelimuti bumi.

Campuran gas-gas ini disebut udara. Di atas atmosfer disebut ruang angkasa. Ruang angkasa

adalah ruang dimana tidak ada lagi udara, bila masih ada udara atau gas maka daerah itu

masih atmosfer, karena molekul gas yang sangat ringan dapat terlepas dari gaya tarik bumi

dan beredar ke ruang angkasa. Oleh karena itu dibuat perjanjian tentang batas antara atmosfer

dan ruang angkasa. Batas ini di Rusia, menurut A.A. Lavikov adalah 3.000 km, sedang di

Amerika, menurut Armstrong adalah 6.000 mil

Susunan Atmosfer

Susunan atmosfer pada zaman dahulu berbeda dengan susunan atmosfer pada zaman

sekarang. Susunan atmosfer pada zaman dahulu, yaitu pada saat pembentukan atmosfer,

terdiri dari gas-gas Hidrogen, Amoniak, Methan, Helium dan uap air dan disebut

protoatmosfer. Dengan berbagai perubahan terjadilah atmosfer seperti sekarang ini, yang

disebut neoatmosfer dan selanjutnya kita sebut atmosfer. Gas-gas pada neoatmosfer terdiri

dari : Nitrogen dengan prosentase 70,09%, Oksigen dengan prosentase 20,95%, Argon

0,93%, Karbon Dioksida 0,03% dan sisanya terdiri dari gas-gas yang sangat kecil jumlahnya,

yaitu Helium, Neon, Hidrogen dan Xenon.

Page 5: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Pembagian Atmosfer Berdasar Sifat-sifatnya

Berdasarkan sifat-sifatnya atmosfer dapat dibagi menjadi 4 (empat) lapisan, yaitu :

1)Lapisan Troposfer

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tipis dan terletak dari permukaan bumi sampai

ke ketinggian 1012 km. Sifat-sifat troposfer pada umumnya adalah: suhu berubah-ubah,

makin tinggi suhu makin rendah, arah dan kecepatan angin berubah-ubah, ada uap air dan

hujan, serta ada turbulensi. Oleh karena sifat troposfer yang sering berubah-ubah ini, maka

sebenarnya tempat ini kurang ideal untuk penerbangan; tetapi pada kenyataannya banyak

penerbangan dilakukan di lapisan ini, sehingga kemungkinan bahaya penerbangan menjadi

lebih besar.

Page 6: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2)Lapisan Stratosfer

Lapisan stratosfer terbentang di atas lapisan troposfer sampai ke ketinggian 5080 km.

Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan tropopause. Sifat-sifat stratosfer ialah: suhu tetap

walaupun ketinggian berubah yaitu 55°C, tidak ada uap air dan turbulensi. Oleh karena

sifat-sifat stratosfer lebih stabil dibandingkan dengan troposfer, maka stratosfer ini

sebenarnya adalah tempat yang ideal untuk kegiatan penerbangan.

3)Lapisan lonosfer

Lapisan ionosfer terbentang dari atas stratosfer sampai ke ketinggian antara 600-1.000 km.

Pada lapisan ini udara sangat renggang dan terjadi reaksi fotokhemis dan fotoelelektris,

sehingga atom-atom dan molekul-molekul gas ada yang menerima muatan listrik, menjadi

ion-ion. Oleh karena pembentukan ion-ion inilah maka terjadi panas yang tinggi sehingga

suhu udara di sini sampai 2.000°C.

Page 7: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

4)Lapisan Eksosfer

Lapisan Eksosfer adalah lapisan atmosfer yang paling atas, di sini gas-gas tidak kontinu lagi

hubungan molekulnya; atom-atom dan molekul-molekulgas membentuk pulau-pulau udara

yang satu sama lain dipisahkan oleh ruang hampa. Oleh karena sifat inilah maka lapisan ini

dibedakan dengan ketiga lapisan di atas. Ketiga lapisan atmosfer yang berada di bawah

eksosfer disebut pula atmosfer, sedang eksosfer disebut outer atmosfer.

Pembagian Atmosfer Berdasarkan Ilmu Faal

Atmosfer juga dapat dibagi dalam 3 (tiga) daerah berdasarkan ilmu faal, yaitu :

1)Physiological Zone

Daerah ini terbentang dari permukaan bumi sampai ke ketinggian 10.000 kaki. Di daerah

ini orang praktis tidak mengalami perubahan faal tubuhnya, kecuali daya adaptasi

gelapnya saja yang memanjang bila berada pada ketinggian lebih dari 5.000 kaki.

2)Physiological Defficient

Di daerah ini orang akan mengalami kekurangan fisiologi atau mengalami kelainan faal

tubuh berupa hipoksia, tetapi masih dapat ditolong dengan pemberian oksigen saja.

Daerah ini terbentang dari ketinggian 10.000 kaki sampai 50.000 kaki.

3)Space equivalent zone

Atmosfer di atas 50.000 kaki dinamakan space equivalent zone, karena di sini orang

akan mengalami hipoksia berat dan canapertolongan atau perlindungan sama seperti di

ruang angkasa.

OZONOSFER

Di samping lapisan-lapisan atmosfer di atas, kita mengenal suatu lapisan dalam atmosfer

yang disebut ozonosfer karena mengandung banyak gas ozone. Lapisan ini terbentang antara

ketinggian 12 km sampai 70 km dan yang terbanyak ozonenya berada pada ketinggian antara

45 km sampai 55 km. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ozonosfer adalah payung bumi

terhadap sinar ultra violet.

Pengaruh Ketinggian Pada Faal Tubuh

Ada empat perubahan sifat atmosfer pada ketinggian yang dapat merugikan faal tubuh

khususnya dan kesehatan pada umumnya, yaitu :

1) Perubahan atau mengecilnya tekanan parsiil oksigen di udara.

Hal ini dapat mengganggu faal tubuh dan menyebabkan hipoksia.

Page 8: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2) Perubahan atau mengecilnya tekanan atmosfer.

Hal ini dapat menyebabkan sindrom dysbarism.

3) Berubahnya suhu atmosfer.

4) Meningkatnya radiasi, baik dari matahari (solar radiation) maupun dari kosmos lain

(cosmic radiation).

Dari keempat perubahan ini yang akan dibahas adalah masalah hipoksia dan dysbarism.

Masalah pengaruh perubahan suhu hanya dibahas secara umum karena akan lebih banyak

dibahas pada masalah survival dan masalah bail out. Sedang masalah radiasi tidak dibahas

di sini, karena pengaruhnya pada penerbangan biasa kurang berarti dan hanya penting

dibicarakan bila kita membahas masalah penerbangan ruang angkasa.

Efek Tekanan Oksigen yang Rendah Terhadap Tubuh

Semakin tinggi suatu tempat maka, semakin rendah tekanan barometer dari gas,

termasuk oksigen. Hal ini merupakan dasar penyebab dari semua permasalahan hipoksia pada

di ketinggian, karena seiring penurunan tekanan barometer , akan terjadi pula penurunan

tekanan oksigen secara parsial yang sebanding, sehingga tekanan oksigen selalu tetap yaitu

sedikit lebih rendah dibandingkan tekanan barometer total dari udara, pada ketinggian rata-

rata permukaan laut sekitar 159 mmHg, tetapi pada ketinggian 50.000 feet hanya 18 mmHg.

PO2 Alveolus di Berbagai Ketinggian

CO2 dan uap air dapat menurunkan oksigen alveolus. Ditempat yang tinggi pun CO2

masih diekskresikan oleh darah ke dalam membrane alveolus, demikian pula uap air yang

masuk bersama dengan udara inspirasi akan masuk kedalam alveolus. Kedua zat ini dapat

mengencerkan oksigen yang terdapat di alveolus sehingga menurunkan PO2. Pada ketinngian

permukaan laut, PO2 alveolus adalah sekitar 04 mmHg, pada ketinggian 20.000 kakai

menurun hingga sekitar 40 mmHg sedangkan pada orang yang beraklimatisasi terjadi

peninggkatan tekanan rata-rata oksigen di ketinggian yang sama sekitar 53 mmHg. Perbedaan

kedua hal ini adalah bahwa ventilasi alveolus meningkat sekitar lima kali lipat pada orang

yang beraklimatisasi.

Kejenuhan Hemoglobin dengan Oksigen di Berbagai Ketinggian

Apabila seseorang berada pada ketinggian maka hemoglobin akan beradaptasi

terhadap lingkungan dengan tekanan oksigen yang rendah tersebut dengan meningkatkan

Page 9: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

volume hemoglobin sehingga dapat terjadi kejenuhan hemoglobin. Sampai ketinggian kira-

kira 10.000 kaki, walau pun yang dihirup adalah udara biasa, kejenuhan oksigen arteri masih

tetap paling tidak setinggi 90 %. Diatas 10.000 kaki, kejenuhan oksigen arteri turun secara

progresif, sehingga kejenuhannya hanya 70 % pada ketinggian 20.000 kakidan akan terus

berkurang seiring makin tingginya temopat. Bila seseorang menghirup oksigen murni sebagai

pengganti udara, maka sebagian besar ruangan dalam alveoli yang sebelumnya terisi oleh

nitrogen sekarang teriis oleh oksigen. Karena itu penerbang pada ketinggian 20.000 kaki

dapat memiliki tekanan oksigen sebesar 139 mmHg bukan 18 mmHg seperti pada saat

menghirup udara biasa.

Hipoksia

Menurut sebabnya hipoksia ini dibagi menjadi 4 macam

1. Hypoxic-Hypoxia, yaitu hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan parsiil

oksigen dalam paru-paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru-paru. Hypoxic-

Hypoxia inilah yang sering dijumpai pada penerbangan, karena seperti makin tinggi

terbang makin rendah tekanan barometernya sehingga tekanan parsiil oksigennyapun

akan makin kecil.

2. Anaemic-Hypoxia, yaitu hipoksia yang disebabkan karena berkurangnya hemoglobin

dalam darah baik kanena jumlah darahnya sendiri yang kurang (perdarahan) maupun

karena kadar Hb dalam darah menurun (anemia).

3. Stagnant-Hypoxia, yaitu hipoksia yang terjadi karena adanya bendungan sistem

peredaran darah sehingga aliran darah tidak lancar, maka jumlah oksigen yang diangkut

dari paru-paru menuju sel persatuan waktu menjadi kurang. Stagnant hipoksia ini sering

terjadi pada penderita penyakit jantung.

4. Histotoxic-Hypoxia, yaitu hipoksia yang terjadi karena adanya bahan racun dalam tubuh

sehingga mengganggu kelancaran pemapasan dalam.

Gejala-gejala Obyektif, meliputi :

a. Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terus menerus

b. Frekuensi nadi dan pernapasan naik

c. Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi

d. Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan paku ke

dalam lubang yang sempit

e. Sianosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir menjadi biru

Page 10: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

f. Lemas

g. Kejang-kejang

h. Pingsan dan sebagainya.

Gejala-gejala Subyektif, meliputi :

a. Malas

b. Ngantuk

c. Euphoria

Efek Akut dari Hipoksia

Beberapa efek akut penting dari hipoksia , mulai dari ketinggian 12.000 kaki ialah

mengantuk, malas, kelelahan mental, mialgia, sakit kepala, mual muntah dan euphoria.

Semua gejala ini berkembang menjadi tahap kedutan (switching) atau kejang di atas

ketinggian 18.000 kaki dan akhirnya diatas 23.000 kaki berakhir dengan koma bagi orang

yang belum mengalami aklimatisasi.

Salah satu efek utama dari hipoksia adalah menurunnya kecakapan mental, yang akan

menurunkan kemapuan dalam mengambil keputusan, mengingat, dan melakukan gerakan

motorik yang berlainan. Sebagai contoh, jika seorang penerbang yang belum mengalami

aklimatisasi berada pada ketinggian 15.000 kaki selama 1 jam, kemampuan mental biasanya

turun menjadi 50 % normal dan setelah 18 jam turun menjadi 20 %.

Dysbarism

Menurut Adler yang dimaksud dengan dysbarism adalah semua kelainan yang terjadi

akibat berubahnya tekanan sekitar tubuh, kecuali hipoksia.

Dibagi menjadi 2 golongan

1. Sebagai akibat pengembangan gas-gas dalam rongga tubuh

2. Sebagai akibat penguapan gas-gas yang terlarut dalam tubuh

Pengaruh Mekanisme Gas-Gas dalam Tubuh

Berubahnya tekanan udara di luar tubuh akan mengganggu keseimbangan tekanan

antara rongga tubuh yang mengandung gas dengan udara di luar. Hal ini akan berakibat

timbulnya rasa sakit sampai terjadinya kerusakan organ-organ tertentu.

Page 11: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

1. Traktus Gastrointestinal

Tindakan preventif agar tidak banyak terkumpul gas dalam saluran pencernaan,

meliputi :

Dilarang minum bir, air soda dan minuman lain yang mengandung gas CO2

sebelum terbang.

Makanan yang dilarang sebelum terbang adalah bawang merah, bawang

putih, kubis, kacang-kacangan, ketimun, semangka dan chewing gum.

Tidak dibenarkan makan dengan tidak teratur, tergesa-gesa dan sambil

bekerja.

Tindakan regresif bila gejala sudah timbul, adalah :

Ketinggian segera dikurangi sampai gejala gejala ini hilang.

Diusahakan untuk mengeluarkan udara dani mulut atau kentut

Banyak mengadakan gerakan

2. Telinga

Page 12: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Tindakan preventif terhadap kelainan ini adalah :

Mengurangi kecepatan naik maupun kecepatan turun.

Menelan ludah pada waktu pesawat udana naik agar tuba Eustachii terbuka

dan mengadakan gerakan Valsava pada waktu pesawat turun.

Melarang terbang para awak pesawat yang sedang sakit saluran pernapasan

bagian atas.

Penggunaan pesawat udara dengan pressurized cabin

Tindakan represif pada kelainan ini adalah :

a) Bila terjadinya pada waktu naik, dilakukan :

Berhenti naik dan datar pada ketinggian tersebut sambil menelan ludah

berulang-ulang sampai hilang gejalanya.

Bila dengan usaha tadi tidak berhasil, maka pesawat diturunkan kembali

dengan cepat sampai hilangnya rasa sakit tadi.

b) Bila terjadi pada waktu turun, dilakukan :

Berhenti turun dan datar sambil melakukan Valsava berulang sampai

gejalanya hilang.

Bila usaha di atas tidak berhasil, pesawat dinaikkan kembali sampai rasa sakit

hilang, kemudian datar lagi untuk sementara.

Bila rasa sakit sudah hilang sama sekali, maka pesawat diturunkan

perlahan-lahan sekali sambil melakukan gerakan Valsava .terus menerus.

3. Sinus paranasal

4. Gigi

Hanya terjadi pada orang yang memiliki gigi rusak à memiliki kantong udara yang

besar à aerodontalgia

Page 13: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Efek Gaya Percepatan Terhadap Tubuh Sewaktu Terbang

Karena terjadi perubahan cepat pada kecepatan dan arah pesawat terbang, beberapa

jenis gaya percepayan sering mempengaruhi tubuh sewaktu kita terbang. Pada saat permulaan

terbang, terjadi percepatan linier yang sederhana; pada akhir terbang terjadi perlambatan dan

setiap kali pesawat membelok terjadi percepatan sentrifugal.

Gaya Percepatan Sentrifugal

Ketika sebuah pesawat udara berbelok, gaya percepatan sentrifugal yang ditimbulkan

dapat dihitung dengan persamaan :

Dari persamaan tersebut dapat terlihat apabila terjadi peningkatan kecepatan , gaya

sentrifugalnya akan meningkat sebanding dengan kuadrat kecepatannya. Jelas juga terligat

bahwa gaya percepatan akan berbanding terbalik dengan ketajaman belokan (jari-jari).

Pengukuran Gaya Percepatan “ G “

Gaya dari orang yang menekan grafitasi sesuai dengan gaya gravitasi bumi dikatakan

gaya “G” (G – Force). Besarnya sebesar +1 G apabila sama dengan gaya tarik bumi. Bila

pesawat menukik naik maka akan terjadi penambahan gaya menjadi 5 kali lipat normal

menjadi +5 G. bila pesawat menukik turun maka tubuhnya akan mendapatkan gaya G

negative, dan besarnya gaya yang melemparnya itu sebesar gaya sabuk yang menahannya

sebesar -1 G.

Efek Gaya “G Positif” Terhadap Tubuh

Efek paling utama dari gaya G adalah terhadap sistem sirkulasi karena darah bersifat

mudah bergerak dan berpindah akibat gaya sentrifugal. Sewaktu penerbang terkena gaya G

positif, darah akan tertarik ke tubuh bagian bawah., sehingga terjadi peningkatan tekanan

hiodrostatik vena–vena inferior sebesar 5 kali normal atau sekitar 450 mmHg. Dengan

meningkatnya tekanan vena , maka pembuluh akan berdilatasi pasif, akibatnya banyak darah

akan berpindah ke tubuh bagian bawah. Karena jantung tidak memompakan darah kecuali

darah kembali ke jantung maka semakin banyak darah terkumpul di bagian bawah tubuh

semakin kecil curah jantungnya.

F = m v 2

r

Page 14: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Gaya G juga mempengaruhi tekanan darah dimana apabila pesawat berakselerasi naik

maka tekanan darah sistolik dan diastolic akan turun bersamaan sebesar 20 mmHg dalam

beberapa detiksetelah percepatan diberikan, tetapi kemudian tekanan sistolik akan naik

menjadi 55 mmHg, sedangkan diastolic akan naik sebesar 20 mmHg pada waktu 10 sampai

15 detik berikutnya. Pemulihan ini berkaitan dengan kegiatan reflex baroreseptor.

Percepatan yang lebih besar dari 4 sampai 6 G menimbulkan pandangan gelap / black

out dan disusul dengan kehilangan kesadaran beberapa saat kemudian. Bila peningkatan

percepatan seperti ini berlanjut maka orang tersebut akan meninggal. Keadaan tersebut

dinamakan G-Log

Efek Gaya “G Negatif” Terhadap Tubuh

Efek gaya negatif terhadap tubuh tidak sehebat efek G positif, tetapi mungkin bersifat

lebih merusak dibandingkan efek G +, gangguan yang sering timbul adalah akibat efek

pengumpulan cairan pada bagian atas tubuh terutama otak, sehingga dapat timbul edema

otak, yang dapat menyebabkan peningkatan tekana intra cranial menjadi 300 sampai 400

mmHg, kadang pembuluh darah kecil di otak dapat pecah. Tetapi keadaan ini mungkin tidak

terlalu membahayakan dikarenakan adanya perpindahan cairan serebrospinal ( LCS )

sehingga menjadi bantalan otak terhadap cranium apabila terjadi peningkatan tekanan.

Karena mata tidak terlindung oleh cranium maka hyperemia dapat terjadi karena

peningkatan tekanan intraokular, dan terjadi buta sementara disertai kemerahan.

Efek Terhadap Vertebra

Gaya percepatan yang sangat hebat yang berlangsung hanya sepersekian detik dapat

mematahkan vertebra. Percepatan positif yang dapat ditahan manusia pada posisi duduk

sebelum menjadi fraktur vertebra sebesar 20 G.

Perlindungan Tubuh Terhadap Gaya G

Prosedur dan peralatan telah dikembangkan untuk meminimalkan efek gaya G

tersebut, diantaranya :

1. Para penerbang di haruskan beraklimatisasi terhadap penurunan tekanan oksigen dan

gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh penerbangan.

Page 15: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2. Penerbang akan mengencangkan otot abdomennya dan membungkuk kedepan

menekan perutnya, dengan tujuan agar aliran darah ke bawah tubuh menjadi

terhambat

3. Menggunakan G-Suit

PADA ALAT KESEIMBANGAN

• Penerbangan dapat pula mempengaruhi alat keseimbangan awak pesawat sehingga

dapat membahayakan jiwa.

• Kelainan yang timbul pada penerbangan ini biasanya berbentuk ilusi atau disorientasi

sehingga dikenal sebagai ilusi penerbangan atau juga disebut spatial disorientation

tetapi kadang-kadang dinamakan pula pilot's vertigo

• Manusia makhluk darat dapat menjaga keseimbangan badannya karena dilengkapi

dengan tiga alat/sistem : Sistem Vestibuler, Sistem Visuil dan Sistem Proprioseptif

1. Sistem Vestibuler

Tip canalis semicularis (saluran berisi endolymph) yang tegak lurus satu sama

lain pada bidang-bidang horisontal, vertikal dan tranversal. Pada muara tiap-tiap

saluran ada suatu pelebaran dengan di dalamnya sel-sel berambut. Rambut-rambut

tersebut berhimpun menjadi (cupula) dan merupakan reseptor sensorik. Karena

gerakan dan aliran endolymph, cupula ikut bergerak sesuai arah aliran. Tiap

gerakan/akselerasi angulair (roll, pitch, yaw) menimbulkan impuls mekanis pada

otak dan melaporkan bahwa sedang ada gerakan rotasi dari kepala

Utriculus dan Sacculus berisi reseptor sensorik yang dapa menerima impuls

mekanis akibat gerakan/akselerasi linear.

Reseptor terdiri dari membran otolith yang berisi butir-butir kalsium karbonat.

Membran ini ada di atas lapisan sel-sel berambut.

Gravitasi maupun akselerasi linear dapat menggerakkan membran otolith dan

dengan demikian rambut-rambut sel berambut.

Impuls ini diterima dan diteruskan lewat syaraf vestibular ke otak

Cochlea. Alat ini digunakan untuk proses pendengaran

Page 16: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2. Sistem visuil, adalah alat terpenting dalam menjaga keseimbangan. Dengan

menggunakan penglihatan, kita dapat menentukan lokasi dan posisi suatu obyek

dalam ruangan.Di udara sistem visuil adalah orientation sense yang paling dapat

dipercaya dan dengan melalui sistem tersebut, si penerbang dapat

menginterprestasikan instrumen pesawat.

3. Sistem proprioseptif, adalah reseptor sensorik yang mengadakan respons terhadap

tekanan atau tarikan pada jaringan tubuh. Reseptor ini terdapat dalam jaringan antara

lain kulit dan sendi, dan dapat dirasakan di bagian-bagian badan apabila duduk,

berdiri atau berbaring. Sistem proprioseptif ini dikenal sebagai body sense atau seat of

the pants sense .

PADA PENGLIHATAN

Pengaruh Hipoksia

Pengaruh hipoksia pada alat penglihatan di siang hari baru terlihat pada penerbangan

setinggi 10.000 kaki, dan akan bertambah sampai batas 16.000 kaki; setelah itu tidak

Page 17: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

dapat dimbangi lagi oleh tubuh dan akan menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan.

Pengaruh tersebut meliputi :

1) Gangguan terhadap koordinasi otot-otot mata

Koordinasi otot mata tidak sempurna lagi terutama waktu melihat jauh, kedua sumbu

bola mata tidak sejajar lagi sehingga terjadi keadaan yang disebut heterophoriaàmata

juling.

Kalau sumbu membentuk sudut di depan mata disebut esophoria. Pada esophoria yang

ringan maka penafsiran jarak tidak tepat lagi, yaitu terlalu dekat (jarak 10 m

ditafsirkan 8 m). Bahayanya ialah pada waktu akan landing penerbang mengalami

kesukaran dalam menafsirkan jarak antara pesawat dan landasan. Pesawat yang

diperkirakan akan touch (menyentuh bumi) sebenarnya masih harus menempuh jarak

yang tertentu untuk betul-betul sampai di landasan hingga terjadi keadaan overshoot.

2.) Gangguan terhadap daya konvergensi dan akomodasi

Daya konvergensi akan berkurang dengan terjadinya gangguan pada koordinasi otot-

otot mata seperti disebut di atas.

Daya akomodasi orang berumur 20 23 tahun pada ketinggian 5.500 meter adalah :

hipoksia derajat sedang tidak memberikan pengaruh pada daya akomodasi bila daya

akomodasinya tidak melebihi 3 dioptri dan makin besar kemampuan akomodasi

makin sensitif orang itu terhadap kekurangan oksigen. Karena itu penerbang yang

menderita hypermetropia atau presbyopia sedapat mungkin menghindarkan

penerbangan yang memerlu-kan oksigen

3) Gangguan terhadap pengenalan warna (color vision)

Daya mengenal warna sudah berkurang pada ketinggian 3.000 meter. Keadaan ini

disebut : hypoxia astenopia chromatica, yang akan menghilang setelah menghirup

oksigen atau kembali ke tanah

PENGARUH PERCEPATAN

Seperti diketahui pada penerbangan aerobatik ataupun combat, penerbang dapat

mengalami pengaruh gaya baik G-positif ataupun G-negatif. Pengaruh kedua macam

percepatan tersebut adalah :

1) Pengaruh G-positif terhadap alat penglihatan

Kalau penerbang mengadakan pull up maka penerbang akan mengalami suatu G-

positif. Otak dan mata kekurangan darah. Dengan tidak adanya supply darah dapat

terjadi gangguan yaitu penglihatan abu-abu yang disebut grey-out atau kalau G lebih

Page 18: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

besar dan terjadi kebutaan total disebut black out. G positif sebesar 3,5 4 G

menyebabkan kehilangan pandangan perifer yang kemudian disusul dengan grey-out.

Pada G-positif sebesar +4 +6, 5 G terjadi black out.à masih sadar tapi jika lebih

dari 3 detikà pingsan

2) Pengaruh G-negatif terhadap alat penglihatan

Kalau seorang penerbang membuat dive maka penerbang ini akan mengalami G-

negatif; tekanan (gaya) tambahan akan bekerja dengan arah dari perut menuju ke

kepala. Akibatnya pembuluh darah di mata penuh dengan darah yang mengakibatkan

penglihatan menjadi merah atau disebut red-out. Hal ini akan berakibat timbulnya

rasa sakit kepala sampai pecahnya pembuluh darah di otak bila G-negatif tersebut

sangat besar dan lama. Biasanya G-negatif sebesar 2,0 2,5 telah menyebabkan red-

out Gerakan-gerakan lain yang menghasilkan G-negatif pada penerbangan adalah

pada waktu mengadakan outside loop yang tajam kemudian dive.

Kesehatan Haji

1. Pendahuluan

Kondisi di Arab Saudi yang sangat berbeda dengan di tanah air yaitu, suhu, kelembaban

udara maupun sosial budayanya dapat mempengaruhi/memperburuk keadaan kesehatn

jemaah haji.

Tujuan bimbingan kesehatan haji,

a. Agar calon haji mengetahui, menyadari pentingnya kesehatan dan mampu memelihara

kesehatan sejak di tanah air hingga ke tanah suci.

b. Calon haji mampu mengenal penyakit yang mungkin terjadi dan usaha pencegahannya.

Page 19: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

2. Do’a – do’a

a. Do’a orang yang sedang sakit

“Allahummasyfini wa antasysyafi wa’afini wa antalmu’afi, Allahumma inkunta

amradhtani liqabdhi ruuhi fi maradhi hadza faaj’al ruuhi fiman sabaqat lahum minka

alhusni wa a’idzni kamaa a’addzta ulaaikaladziina sabaqat lahum minkal husnaa”

Artinya:”Ya Allah, sembuhkanlah aku, karena Engkau adalah zat yang menyembuhkan,

dan selamatkanlah aku, karena Engkau adalah Zat yang menyelematkan. Ya Allah, jika

Engkau sakitkan aku untuk mencabut ruhku dalam sakitku ini, maka jadikanlah ruhku ini

termasuk ruh orang-orang yang telah memperoleh kebaikan dariMu, dan lindingilah aku

sebagaimana Engkau melindungi orang-orang yang telah memperoleh kebaikan dariMu”.

b. Mendo’akan kesembuhan orang sakit

“As’alukallahal adziima rabbal ‘arsyil adziimi inyasyfiyaka wa yu’afiyaka”

Artinya: “Aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang Agung,

semoga Allah menyembuhkan dan menyehatkan kamu.”

3. Persiapan Kesehatan Calon Haji di Tanah Air.

a. Pemeriksaan Kesehatan I

Pemeriksaan dilaksanakan di Puskesmas.

Dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kesehatan calon haji, apakah cukup sehat dan

mampu untuk melaksanakan ibadah haji.

b. Pemeriksaan Kesehatan II

Dilaksanakan di Dinas Kesehatan Dati II Kabupaten/Kotamadya.

Pada pemeriksaan II ini, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan, penyuntikan vaksin

‘meningitis’ dan tes kehamilan bagi calon haji wanita Pasangan Usia Subur (PUS).

c. Pemeriksaan Kesehatan III

Dilaksanakan di Pelabuhan Embarkasi. Disamping itu di Embarkasi dilakukan

pengecekkan dokumen kesehatan dan dokumen haji lainnya.

4. Pembinaan Kesehatan dan Gizi.

Pembinaan Kesehatan melalui petunjuk bimbingan kesehatan dan pemeriksaan secara teratur

dimaksudkan agar calon haji yang sehat tetap terpelihara kesehatannya, sedangkan calon haji

‘resiko tinggi’ (resti) akan terkontrol penyakitnya.

Pembinaan Gizi

Page 20: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Menu makanan harus mengandung beberapa unsur:

a. Karbohidrat terdapat pada nasi, roti,kentang dan sebagainya

b. Protein terdapat pada daging, ikan, tahu, telur, susu dan sebagainya

c. Lemak terdapat pada minyak, mentega, keju dan sebagainya

d. Vitamin dan Mineral terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya

e. Air

Petunjuk Makanan Sehat calon Haji

a. Makanlah makanan yang beraneka ragam

b. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan

c. Kurangi makanan yang tinggi lemak

d. Perbanyak makanan yang mengandung zat tepung seperti biskuit dan roti, dan batasi

makanan manis yang mengandung gula murni

Petunjuk Makanan Penderita Kencing Manis

a. Makanlah yang cukup, secara teratur dan beraneka ragam

b. Kalori makanan disesuaikan dengan beratnya penyakit

c. Hindari makanan berupa gula pasir/merah, sirup, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan

gula susu kental, es krim, kue manis, dodol, cake dan dendeng manis

d. Terus mengikuti petunjuk diet masing-masing

Makanan Penderita Jantung Koroner

a. Makanlah makanan yang beraneka ragam dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh

b. Jangan makan makanan yang berlemak dan gurih

c. Hindari kue-kue yang terlalu manis, sayuran yang mengndung banyak serat (kangkung)

dan banyak gas (kol), cabe dan bumbu lain yang merangsang

d. Dilarang minum minuman yang bersoda, kopi the kental dan yang mengandung alkohol

dan batasi makanan yang mengandung garam

Makanan Penderita Tekanan darah Tinggi

a. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Bila kegemukan kurangi makanan yang

mengandung karbohidrat (nasi, jagung dan lain-lain.)

b. Gunakan minyak jagung, minyak wijen, minyak biji matahari untuk memasak makanan

Page 21: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

c. Makanlah sayuran dan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin (jeruk, apel,

pir)

d. Batasi pemakaian garam

5. Olah Raga Kesamaptaan dan Aklimitasi

Dengan cara olah raga Aerobik dan/atau Jalan Kaki ( 3 – 5 km) secara periodik 2 – 3 kali

seminggu. Selanjutnya latihan dilakukan tiap hari menjelang keberangkatan. Disamping itu

diadakan latihan Aklimitasi untuk menyesuaikan dengan iklim dan suhu di Arab Saudi.

Apabila diperkirakan musim haji jatuh pada musim dingin dianjurkan untuk membawa baju

hangat / mantel, lipgloss dan cream untuk menghangatkan tubuh dan menghindari kerusakan

kulit dan bibir pecah – pecah.

6. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebersihan di Perjalanan

a. Memanfaatkan perjalanan (di pesawat atau kendaraan lain) untuk istirahat sebaik-baiknya

b. Bila sakit segera menghubungi Dokter Kloter atau berobat ke Poliklinik Haji

c. Menjaga kebersihan baik di Pesawat (sekitar tempat duduk dan toilet) maupun di tempat

persinggahan sementara (transit)

d. Membawa persediaan makanan, minuman, buah-buahan dan obat-obatan. (dari Arafah ke

Mina bisa mencapai 6 jam, dalam kondisi biasa hanya 15 – 20 menit).

7. Pemeliharaan Kesehatan Selama di Arab Saudi

A. Di Jeddah

1. Saat Kedatangan

Jamaah haji yang sakit dapat memeriksakan diri di Balai Pengobatan Haji Indonesia

(BPHI) di bandara King Abdul Aziz.

Disini jamaah harus cukup beristirahat, makan dan minum secukupnya (katering sudah

disediakan) sebelum berangkat ke Makkah atau Madinah.

2. Saat Kepulangan

Jamaah haji ditempatkan di Asrama Madinatul Hujjaj, disini disediakan juga Balai

Pengobatan Haji Indonesia. Dianjurkan istirahat, tidur, makan dan minum secukupnya.

Page 22: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

B. Di Makkah dan Madinah

Disini jamaah ditampung dirumah Muassasah/Maktab, dimana setiap jamaah menempati

lokasi ruangan ukuran 1 X 2,5 m.

Hal-hal yang perlu diperhatikan jamaah haji:

1. Pelayanan Kesehatan diperoleh dari Dokter Kloter dan BPIH.

2. Menjaga Kebersihan Diri.

a. Mencuci Tangan sebelum dan sesudah makan

b. Mandi dan Mencuci perlu memperhatikan air yang jumlahnya terbatas.

Usahakan pakaian dijemur diluar kamar untuk menghindari kelembaban yang tinggi

(mengganggu kesehatan)

c. Sikat Gigi minimal 2 (dua) kali sehari setelah selesai makan. Perhatikan kebersihan

Wastafel, jangan sampai air tidk mengalir karena tersumbat kotoran/sampah.

d. Tahalul (gunting rambut / bercukur)

Usahakan memakai gunting rambut atau silet, pisau cukur milik sendiri untuk

mencegah penularan penyakit AIDS (virus HIV).

3. Sanitasi Lingkungan

a. Ruangan harus tetap bersih, kopor dan pakaian ditata rapih dan jendela dibuka agar

terjadi sirkulasi udara dan ada cahaya matahari yang masuk.

b. Kamar Mandi dan WC.

Harus selalu dibersihkan, jangan membuang kertas atau sampah sembarangan yang

dapat mengakibatkan air bekas mandi / cuci tidak dapat mengalir keluar.

c. Sampah dibuang pada tempat sampah yang letaknya mudah dijangkau, buanglah

sampah bila sudah penuh.

4. Air Bersih / Sehat

Ciri air bersih / sehat:

Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

Di Pemondokan air bersih untuk makan dan minum didatangkan dengan mobil tangki air,

sebelum digunakan air harus dimasak terlebih dahulu. Selain itu dapat membeli air aqua

atau mengambil air Zamzam.

5. Kebersihan Peralatan

Page 23: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Peralatan masak dan makan perlu dijaga kebersihannya, untuk mencegah pencemaran dan

penularan penyakit.

6. Menu Makanan (harian)

a. Nasi atau roti, kentang atau mie minimal 5 gelas sehari.

b. Daging atauikan, telor, tempe-tahu, kacang-kacangan 6 – 8 potong

c. Sayuran dan buah 3 – 5 mangkok.

d. Jeruk atau apel. Pepaya, semangka, melon 3 – 5 potong.

e. Sari buah atau susu 2 – 4 gelas.

f. Minum air masak atau aqua 5 – 6 liter sehari atau 1 gelas air setiap jam! (Untuk

mengganti air yang menguap dari tubuh dan mencegah sengatan panas / ‘heat stroke’)

g. Diperlukn tambahan vitamin dan mineral.

C. Di Arafah dan Mina

Disini jamaah ditempatkan di tenda Maktab masing – masing, yang mampu menampung 10 –

20 jamaah. Sekarang , alhamdulillah dilengkapi dengan pendingin suhu disamping tersedia

kamar mandi dan WC umum. Usahakan memakai masker dan memakai payung bila keluar

tenda pada siang hari serta membawa air.

Penyakit yang sering diderita Jamaah Haji.

1. Sengatan Panas (Heat Stroke)

Disebabkan oleh:

a. Penumpukan panas yang berlebihn di dalam badan.

b. Suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, dengan kelembaban udara rendah, maka

penguapan keringat sangat besar, diikuti timbulnya panas tubuh.

c. Jamaah terlalu lelah atau terkena sinar matahari secara langsung.

Jenis penyakit Sengatan Panas:

a. Heat Exhaustion (Lelah Panas)

Gejalanya sama dengan gejala dehidrasi (kekurangan zat cair ringan):

- Kulit kering

- Haus dan Pusing

- Lelah, mual, nafsu makan menurun

Page 24: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

b. Heat Cramp (Kejang Panas)

- Tingkat lebih lanjut dari Heat Exhaustion

- Suhu badan naik (sampai 38 – 39’ C)

- Kejang otot (otot extremilasi otot betis)

c. Heat Stroke

Stadium ketiga dari sengatan panas , merupakan keadaan gawat namun reversible, dengan

gejala:

- Hyperpirexia (suhu rektal 40’ atau lebih)

- Kulit kering, kadang-kadang berkeringat

- Berbicara tidak menentu (mengigau)

- Kesadaran bisa menurun hingga koma

Cara menghindari Sengatan Panas

a. Tidak berada diterik matahari langsung, antara pukul 10.00 s/d 16.00

b. Keluar kemah/rumah terutama pada siang hari, harus memakai payung dan berbekal

minuman

c. Minum setiap hari paling sedikit 5 – 6 liter atau 1 gelas setiap jam. Jangan menunggu

sampai haus

d. Jangan menahan buang hajat besar atau kecil

e. Usahakan kondisi badan tetap segar, cukup istirahat dan tidur 6 – 8 jam sehari semalam

f. Pakailah pakaian yang agak longgar dan sedapat mungkin berwarna putih

g. Makanlah buah-buahan segar, seperti jeruk, apel, pier dsb.

2. Meningitis (Radang Selaput Otak).

Penyakit ini menular dan disebabkan oleh kuman ‘meningokoccal’, yang cepat berkembang

pada suhu tinggi atau rendah seperti di Arab Saudi.

Faktor-faktor pencetus terjangkitnya penyakit ini:

a. Daya tubuh lemah

b. Tinggal di tempat yang padat

c. Bergaul langsung dengan penderita, atau kontak langsung melalui air ludah, dahak,ingus

dan debu.

Tanda-tanda dan gejala:

Page 25: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

a. Panas mendadak

b. Sakit kepala

c. Perut mual dan muntah

d. Bicara tidak menentu (mengigau)

e. Kaku kuduk

Pencegahan ‘Meningitis’:

a. Vaksinasi ‘Menangitis’

b. Kebersihan diri dan lingkungan

c. Menghindari tempat yang terlalu padat

d. Pengobatan profilaksis dengan sulfadiazine atau rifampycin

3. Penyakit Lain Jamaah Haji

a. Influenza – Penyebab: Virus – Penularan: Melalui udara, pernapasan

b. Radang Tenggorokan (Pharingitis) – Penyebab: Bakteri Virus – Penularan: Melalui udara.

pernapasan.

c. Radang Cabang Tenggorokan (Bronchitis) – Penyebab: Bakteri Virus – Penularan: Melalui

percikan dahak batuk, udara.

d. Radang Paru-paru (Pneumonia) – Penyebab: Basil atau Virus – Penularan: Melalui udara

pernapasan, percikan ludah.

e. Desentri – Penyebab: Basil, Amuba – Penularan: Melalui makanan/minuman yang

tercemar kuman.

f. Kholera – Penyebab: Vibrio kholera – Penularan: Melalui makanan/minuman

g. Typhus – Penyebab: Basil Typhus – Penularan: Melalui makanan/minuman.

MASALAH KESEHATAN HAJI

Perubahan jam biologis (circardian rhytms)

o Jam biologis atau circardian rhytms adalah irama kegiatan hidup seseorang

untuk dapat bekerja secara efisien dan beristirahat optimal yang dipengaruhi oleh

waktu, kebiasaan, rutinitas dan irama kehidupan yang telah dialami selama bertahun-

tahun.

Page 26: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

o Untuk penerbangan dari arah timur ke barat, perubahan jam biologis seseorang

akan menyebabkan penyesuaian faal tubuh yang berlangsung selama ± 3 – 5 hari.

Sedangkan penyesuaian fungsi mental perlu waktu ± 2 hari. Ketika kembali ke arah

berlawanan, penyesuaian faal tubuh perlu waktu lebih singkat, yaitu ± 1 hari.

o Untuk penerbangan dari arah barat ke timur, penyesuaian faal tubuh ± 6 – 8

hari, dan ketika kembali butuh waktu ± 5 hari.

o Setiap perbedaan waktu 1 jam dengan tempat asal akan diperlukan waktu 1

hari untuk penyesuaian dengan irama biologis.

o Penerbangan dari utara ke selatan dan sebaliknya tidak terlihat perubahan jam

biologis.

Jet-lag / Desynchronous

o Jet-lag adalah ketidakseiramaan dengan kehidupan biologis yang terjadi

karena irama sirkardian yang kacau atau terganggu akibat penerbangan jarak jauh dan

lama (lebih dari 8 jam).

o Gejalanya diperberat dengan posisi duduk terlalu lama, dehidrasi,

terganggunya jadwal makan dan nafsu makan, adanya getaran dan bising mesin jet.

o Gejala: sakit kepala, sulit tidur, vertigo, lebih pelupa, sulit berpikir, kurang

nafsu makan, mudah tersinggung, gelisah, dll.

Kelelahan

o Kelelahan adalah suatu keadaan dimana efisiensi kerja menurun secara

progresif disertai perasaan tidak enak badan, penurunan daya tahan tubuh, efisiensi

jasmani dan daya berpikir.

o Ada 3 macam kelelahan:

1. Kelelahan mendadak (kelelahan yang timbul segera). Contohnya

kelelahan yang timbul setelah seseorang bekerja keras sepanjang hari.

2. Kelelahan kronik (kelelahan menahun yang berlangsung lama).

Contohnya seseorang yang sudah merasa lelah, tetapi tetap menjalankan tugasnya.

Akibatnya, kelelahan yang telah diderita tidak sempat hilang dan ia tidak pernah

menjadi segar kembali.

3. Kelelahan yang tertunda atau delayed fatigue. Contohnya seseorang

yang sudah lelah, tetapi kelelahan ini ditunda dengan cara menelan obat-obatan

perangsang (amfetamin, ekstasi, kopi/kafein, dll). Setelah khasiat obat perangsang

hilang maka gejala kelelahan yang timbul akan terasa berlipat ganda.

Page 27: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

o Gejala: pegal-pegal, gugup, mudah tersinggung, sukar tidur, sakit kepala, dll.

o Pencegahan: tidur yang cukup (± 8 jam sehari), menggunakan waktu istirahat

sebaik-baiknya, makan sesuai ketentuan gizi, menghindari pekerjaan yang

melelahkan.

Penyakit yang Diperberat Akibat Penerbangan

Perjalanan dengan pesawat terbang mengakibatkan keadaan yang akan memperberat

penyakit, yaitu hipoksia karena berkurangnya suplai oksigen, dan terjadinya pengembangan

gas di dalam rongga tubuh.

Yang akan diperberat oleh kondisi hipoksia adalah penyakit jantung, paru-paru, kelainan

darah, kencing manis, gangguan sistem saraf, epilepsi dan lain-lain. Sedangkan yang

diperberat oleh karena terjadinya pengembangan gas dalam rongga tubuh antara lain adalah

sinusitis, radang telinga tengah, gangguan pencernaan, pneumotoraks, TBC paru dengan

kavitas dan sebagainya.

Penyakit Kardiovaskuler

Gagal jantung yang tidak terkontrol dan infark miokard yang terjadi kurang dari 6 minggu,

adalah kontraindikasi untuk terbang. Penumpang dengan penyakit tekanan darah tinggi yang

berat, diperkenankan mengadakan perjalanan dengan pesawat udara bila yang bersangkutan

minum obat dan sebaiknya tidak mengadakan perjalanan jauh/lama, karena hipoksia akan

menaikkan tekanan darah.

Penderita angina pektoris berat sebaiknya juga tidak melakukan perjalanan udara dan bila

terpaksa harus disediakan oksigen selama perjalanan. Sebagai petunjuk praktis dapat

dikatakan bahwa pasien yang dapat berjalan sejauh 80 m dan naik 1012 anak tangga tanpa

gejala sesak nafas, diperkenankan menjadi penumpang pesawat terbang.

Penyakit Saluran Pernafasan

Penderita penyakit paru dengan kapasitas vital kurang dari 50% seperti pada pneumonia,

bronkhiektasis, emfisema, fibrosis atau keganasan, dapat mengalami hipoksia pada

ketinggian rendah, misalnya 5.000 kaki; Oleh karena itu harus tersedia oksigen selama

perjalanan. Pasien asma yang tidak dalam serangan atau dalam keadaan terkontrol tidak

dilarang untuk terbang, namun bila masih memproduksi banyak sputum sebaiknya tidak

Page 28: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

diperkenankan terbang, karena selain akan mempengaruhi ventilasi paru, hal tersebut juga

akan mengganggu penumpang lain.

Pada umumnya, pasien dengan dispnu saat istirahat tidak diperkenankan terbang. Pasien

dengan toleransi rendah terhadap latihan (dispnu setelah berjalan 50 m) memerlukan

penilaian lebih lanjut dengan uji fungsi paru. Pasien pasca operasi rongga dada, sebaiknya

baru diperkenankan terbang setelah 3 minggu pasca operasi karena adanya bahaya ekspansi

udara di rongga dada yang dapat menambah kerusakan jaringan paru-paru. Karena alasan

yang sama, pasien pneumotoraks tidak diperkenankan terbang, sampai gambaran radiologik

menunjukkan pengembangan paru.

Penyakit Darah

Pasien dengan anemia berat, biasanya bila kadar Hb di bawah 7,5 g/100 ml (50%, atau

jumlah sel darah merah kurang dari 2,5 juta per mm3, merupakan kontraindikasi untuk

terbang.

Penderita leukemia selain karena keadaan anemia juga cenderung mengalami perdarahan;

karena itu penderita penyakit ini hanya diperkenankan terbang dalam upaya mendapatkan

pengobatan.

Penyakit Kencing Manis

Penyakit kencing manis tidak diperkenankan terbang apabila kadar gula darah puasa melebihi

250 mg/100 ml, atau memakai insulin lebih dari 50 unit per hari.

Penyakit Susunan Saraf Pusat

Pasien yang belum genap 3 minggu mengalami serangan stroke atau infark serebral akut,

tidak diijinkan terbang. Dan karena pasien seperti ini sering confused, maka sebaiknya ada

yang mendampingi. Adanya udara dalam rongga kepala (karena patah tulang kepala)

merupakan kontraindikasi untuk terbang, tetapi penderita trauma kepala, tumor otak pada

umumnya diijinkan terbang dengan perhatian khusus dan persiapan oksigen.

Pasien epilepsi sebaiknya dinaikkan dosis obatnya 24 jam sebelum terbang, mengingat

kemungkinan timbulnya serangan akibat faktor hipoksia, hiperventilasi, kelelahan dan stress.

Penyakit Saluran Pencernaan

Setidaknya dibutuhkan waktu 10 hari, sebelum pasien yang baru mengalami operasi abdomen

diperbolehkan terbang. Waktu ini dapat diperpanjang apabila ada komplikasi ileus paralitik.

Page 29: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Pasien pasca operasi besar seperti pemotongan usus, baru dapat diizinkan melakukan

perjalanan melalui udara 6 minggu setelah operasi. Perdarahan di saluran cerna dapat aktif

selama penerbangan, sehingga sebaiknya pasien dilarang terbang sebelum 3 minggu pasca

perdarahan terakhir.

Penyakit THT

Pasien yang baru mengalami operasi telinga tengah, sebaiknya tidak terbang sampai rongga

telinga tengah kering dan luka teratasi dengan baik. Penderita gangguan sinus, infeksi kronis

hidung dan radang telinga tengah sebaiknya menunda perjalanan dengan pesawat terbang.

Cidera Patah Tulang

Pasien patah tulang dengan gips sebaiknya tidak terbang bila pada daerah yangcedera tersebut

masih edema, karena udara yang terjebak di dalamnya akan mengembang dan dapat

menimbulkan nyeri. Patah tulang belakang dan sendi panggul harus mendapat perhatian

khusus, karena goncangan pesawat sewaktu lepas landas atau mendarat akan mempengaruhi

pasien.

Stress

Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari

yang tidak dapat dihindari atas perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap

sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit

atau kematian orang yang dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan

stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.

Jenis-jenis stress :

1. Stress fisik

2. Stress kimiawi

3. Stress mikrobiologis

4. Stress fisiologis

5. Stress proses tumbuh kembang

6. Stress psikologis atau emosional

Reaksi Psikologis terhadap stress

a. Kecemasan

Page 30: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu

penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan

dengan istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik seperti jantung berdebar, keluar

keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur

b. Kemarahan dan agresi

Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai

ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat

menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan

serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku

kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang.

c. Depresi

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa

sedih

Respon Fisiologi Terhadap Stress

Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap

stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).

1. Local Adaptation Syndrom (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini

termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.

Responnya berjangka pendek.

Karakteristik dari LAS :

1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem

2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.

3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.

4. respon bersifat restorative.

Page 31: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Respon LAS ini banyak ditemui dalam kehidupan sehari – hari seperti yang diuraikan

dibawah ini :

a. Respon inflamasi

respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya

pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses

penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :

• fase pertama : adanya perubahan sel dan sistem sirkulasi, dimulai dengan penyempitan

pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kinin, histamin, sel

darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein,

leukosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.

• Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah

mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.

• Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

b. Respon refleks nyeri

respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan

lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat

didalamnnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS

sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

2. General Adaptation Syndrom (GAS)

a. Fase Alarm ( Waspada)

Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk

menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik :

curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal

Page 32: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress

memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun

Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti

pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan

individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang

bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan

norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.

Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang

luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “.

Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka

individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

b. Fase Resistance (Melawan)

Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan

pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi

fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor

penyebab stress. Bila teratasi apabila gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil,

termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya

beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak.

Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase

kehabisan tenaga.

c. Fase Exhaustion (Kelelahan)

Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase

sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap

lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha

melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu

lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor

inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

Gejala Klinis (psikologis)

Page 33: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Obesitas Peningkatan konsumsi alkohol Menurunnya nafsu makan atau anoreksia Peningkatan konsumsi rokok Peningkatan konsumsi kopi Cepat marah atau mudah tersinggung dengan orang lain Tidak dapat mengambil keputusan Tidak dapat berkonsentrasi Kehilangan selera humor Paranoid Merasa terus-menerus kelelahan setelah atau akan tidur Penurunan libido

Gejala stress fisik :

Nyeri dada atau palpitasi Migraine Indigestion Nausea Sensasi terbakar pada dada Penurunan nafsu makan Konstipasi atau diare Kram perut Tremor Kram otot dan spasme otot Rheumatoid arthritis Eczema / Psoriasis Peningkatan pengeluaran keringat Kerontokan rambut Telapak tangan dan kaki dingin Infertilitas Menstruasi tidak teratur Ejakulasi dini atau impoten Nyeri leher dan punggung

Manajemen stress

Terapi stress dikategorikan menjadi :

Obat-obatan : benzodiazepine, fenotiazin

Benzodiazepin, digunakan sebagai ansiolitik agen antipanik, sedatif,

relaksan otot rangka, antikonvulsan dan dalam penatalaksanaan gejala-

gejala akibat penghentian pemakaian alkohol.

Benzodiazepin merupakan obat penenang, dengan dosis yang

menyangkut susunan saraf pusat.

Page 34: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Bermanfaat juga untuk pengobatan kecanduan, susah tidur, gangguan

pernafasan dan kejang otot.

Juga digunakan untuk perawatan peradangan, gemetaran, dan

halusinasi sebagai hasil dari kerja alkohol.

Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi

hambatan neuron GABA.

Efek samping tersering : sedasi, kelelahan, ataksia

Psikoterapi : 'Cognitive behavior therapy'

Diet : buah-buahan segar dan sayuran, suplementasi vitamin, cokelat, susu rendah

lemak, makanan yang mengandung kolin dan lemak omega.

Bernapas dalam : meningkatkan oksigen dan mengurangi karbondioksida,

menghindari terbentuknya asam laktat.

Meditasi : untuk merelaksasi pikiran

Yoga : relaksasi mental dan fisik

Musik

Berpikir positif

Stress balls and games

Alternative medicine including Homeopathic stress relievers and herbs

Seks

Cartoons and laughter inducing jokes

Perubahan gaya hidup

Evakuasi aeromedis

Tujuan:• Mendapatkan perawatan lebih baik

• Meringankan beban tempat awal

Indikasi:1. Pesien yang membutuhkan pengankutan dengan cepat kerena hidupnya terancam

2. Pasien yang selekas mungkin harus mendapatkan pengobatan spesialistis

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

Page 35: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

• Jenis penyakit

• Jenis pesawat

• Ketinggian terbang, jarak, lamanya terbang

• Personil medik yang terlatih

• Obat-obatan dan peralatan yang tersedia

• Layak terbang

Peralatan dan petugas:• Alat-alat kesehatan: oksigen, alat pernafasan buatan, peralatan infus, dan lain-lain

• Tenaga kesehatan: dokter (penerbangan) atau perawat udara

• Fasilitas lain: telah disiapkan atau dihubungi rumah sakit serta ambulans di bandara/ kota tujuan akhir

Jika terdapat penumpang sakit saat penerbangan:• Pertolongan pertama

• Beri oksigen

• Pasang infus

• Pantau vital sign

• Jika tidak sadar jgn beri makan dan minum

• Jika harus dibaringkan, baringkan secara horizontal

• Informasikan pada bandara tujuan agar mempersiapkan tim kesehatan saat mendarat

• Jika butuh pertolongan segera dan mengancam nyawaà mendarat dibandara terdekat

Page 36: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7
Page 37: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Narasi II

Anda seorang dokter lulusan FK UPN “Veteran” Jakarta mendapat tugas sebagai dokter

lomba terjun payung.

Lomba yang diadakan adalah lomba ketepatan mendarat dari ketinggian 25.000 kaki dan

payung harus dibuka pada ketinggian 3000 kaki. Peserta sebanyak 100 orang dan diangkut

dengan pesawat angkut Hercules C 130. Sasaran pendaratan adalah lapangan terbuka.

Sebagai dokter yang sudah mempelajari kesehatan matra udara apa yang anda persiapkan

untuk menghadapi tugas anda tersebut?

Penerjun payung

Terbang dengan Hercules s/d 25.000 kaki

Terjun bebas dari ketinggian 25.000 kaki

Membuka parasut pada ketinggan 3000 kaki

Mendarat dengan selamat

Bahas :Faal penerjunanMetode terjun payungRisiko – risiko

Page 38: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

TERJUN PAYUNG

Olahraga terjun payung sudah mulai dikenal oleh para remaja kita dengan dipelopori

oleh kakak-kakaknya para anggota ABRI. Hanya bedanya dengan ABRI bahwa pada

olahraga terjun ini dikembangkan dengan olahraga terjun bebas. Olahraga terjun bebas ialah

olahraga terjun dari pesawat terbang dengan ketinggian tertentu tanpa mengembangkan

payungnya, baru pada ketinggian tertentu pula payung di kembangkan dan mendarat lagi di

bumi. Terjun bebas ini mempunyai tiga kelas yang dipertandingkan yakni:

• Ketepatan mendarat (accuracy)

• Kerjasama di udara (relative work)

• Estafet di udara.

Ketiga macam kelas ini memerlukan latihan, ketekunan dan keberanian para olahragawan

terjun payung. Karena setiap kesalahan akan berakibat fatal, alternatif lain tidak ada.

Bahaya-bahaya yang dihadapi oleh penerjun bebas adalah :

1. Pada waktu sebelum mendarat

• Hypoxia

• Ekspose pada suhu dingin.

• Decompresi.

• Parachute opening shock.

• Tumbling.

2. Pada waktu pendaratan

• Macam-macam fraktur bisa terjadi, yang sering adalah : fraktur extremitas bawah,

fraktur kompresi tulang punggung.

• Commotio cerebri.

Page 39: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

Khusus mengenai parachute opening shock ini sangat ditekankan kepada para olahragawan

untuk diketahui bahayanya. Parachute opening shock adalah hentakan pada waktu payung

terbuka. Besarnya hentakan ini tergantung kepada :

1. Tingginya kita meloncat. Makin tinggi makin besar, karena hal tersebut dipengaruhi

oleh terminal velocity dari suatu ketinggian. Pada ketinggian 40.000 kaki terminal

velocity adalah 243 mph, 30.000 kaki terminal velocity adalah 196 mph, 10.000 kaki

terminal velocity adalah 140 mph, dan permukaan laut terminal velocity adalah 120

mph.

2. Waktu pembukaan payung (opening time). Makin pendek opening time-nya makin

besar hentakannya. Kecepatan menurun badan pada terjun bebas adalah 243 mph pada

ketinggian 40.000 ft. Bila payung terbuka pada ketinggian ini ia akan dihentak sebesar

30 G, ini akan meremukkan tulang belulang kita terutama tempat-tempat tali (harnes)

pengikat pada tubuh kita . Oleh karenanya dipergunakan tehnik terjun bebas (free fall)

sampai pada ketinggian 2000 — 4000 ft, dimana di tempat tersebut hentakannya kira-

kira 2 — 3 G yang bisa diatasi oleh tubuh kita. Bahayanya tumbling diudarapun

sangat kami tekankan kepada penerjun bebas. Latihan-latihan keseimbangan badan

sangat diperlukan, sebab pada waktu terjun bebas, keseimbangan tulang sangat sukar

untuk direcover dari posisi tumbling. Apabila titik pusat perputaran jatuh pada jantung

dan ia berputar 100 x per menit selama 10 detik akan memberikan perdarahan

conjunctival. Berputar secara mendatar dengan perputaran 200 x permenit, selama 50

detik seseorang akan mati. Telah dicoba pada chimpanze bahwa tumbling dengan

percepatan (epicyclic accelerasi), pada putaran 20 x permenit selama 3 detik maka

terjadi perdarahan yang fatal.

Accident Rate

Yang sempat kami catat kejadian fatal pada FASI adalah dua kali, dan luka berat adalah

empat kali. Kedua kasus fatal ini disebabkan kurangnya persiapan fisik/mental maupun tehnis

dari penerjun bebas. Accident Rate ini dapat ditekan dengan memberikan bimbingan tehnis

yang baik dan air discipline yang ketat.

METODE TERJUN HAHO DAN HALO

Page 40: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

HALO / HAHO adalah  salah suatu metode pengiriman personil, peralatan, dan

pasokan dari transportasi pesawat terbang dari ketinggian. HALO (High Altitude-Low

Opening) bisa diartikan terjun pada ketinggian yang tinggi dan membuka parasut pada

ketinggian yang rendah. sedangkan HAHO (High Altitude-High Opening) yang artinya tidak

jauh beda dengan terjun HALO yaitu melakukan pembukaan parasut pada ketingguan tinggi

hanya beberapa detik setelah jumping dari pesawat terbang dan terjun ini dikenal sebagai

Militer Free Falls (MFF).

Metode Terjun HALO ini mulai di perkenalkan pada tahun 1960 oleh Angkatan

Udara Amerika Serikat yang melakukan serangkaian percobaan dan di prakarsai oleh Colonel

John Stapp pada akhir tahun 1940-an Melalui survivability pada awal tahun 1950-an faktor

untuk terbang tinggi pilot perlu mengeluarkan di altitudes tinggi. Dalam beberapa tahun

terakhir,  metode terjun HALO  telah dilakukan oleh warga sipil sebagai bentuk olah raga

skydiving. Metode terjun HAHO digunakan untuk menyediakan peralatan, perlengkapan, atau

personil, sedangkan HALO yang di peruntukan untuk personil baik sipil maupun militer.

Gambaran metode terjun HAHO (1) dan HALO (2)

Dalam terjun khas HALO / HAHO personil di angkut sampai ketinggian dispatched

dari altitudes antara 25.000 kaki (7.600 m) dan 35.000 kaki (11.000 m) sebelum melakukan

penerjunan.

Dalam latihan khas HAHO, pelompat yang akan melompat dari pesawat terbang dan

membuka parasut pada ketinggian 27.000 kaki (8.200 m) . Pelompat yang akan menggunakan

Page 41: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

perangkat GPS atau kompas sebagai panduan untuk saat berada 30 mil atau lebih. Pelompat

yang tahu tujuan pendaratan dan daerah fitur navigasi ke zona arahan dikehendakinya, serta

harus memperhitungkan perubahan arah dan kecepatan angin. Jika penerjunan sebagai sebuah

tim, tim di atas akan membentuk sebuah susunan sementara udara dengan parasut. Biasanya,

peloncat di posisi terendah yang akan mengatur perjalanan saja dan bertindak sebagai

panduan bagi anggota tim lainnya.

Apabila terjun pada ketinggian di altitudes of the Earth's atmosphere (lebih dari

22.000 kaki [7 600 m]), penerjun di lengkapi dengan helm yang mampu menyuplai oksigen

sejenis helm pesawat tempur dan dilengkapi dengan GPS sebagai kompas untuk mengatur

dimana..posisi..darat..yang..dikehendaki.

Bahaya Kesehatan Terjun Mengguanakan Teknik HALO dan HAHO

Bahaya bisa datang dari kondisi Penerjun  Misalnya, rokok merokok, alkohol dan

obat-obatan (termasuk antihistamin, sedatif, dan analgesik), anemia, karbon monoksida,

kelelahan dan kegelisahan dapat mengakibatkan semua pelompat menjadi lebih rentan

terhadap hipoksia dan bisa menyebabkan pingsan di udara dan membahayakan dalam proses

pembukaan parasut. Dari kesemua metode baik terjun HALO dan HAHO mempunyai tingkat

bahaya sendiri.

Resiko lain adalah dari rendahnya suhu di ketinggian. Pelompat yang mungkin

dihadapi temperature di bawah 0ºC dan dapat mengalami sengatan dingin. Namun, HALO

jumper umumnya memakai Polypropylene dan mengenakan baju hangat khusus untuk

mencegah.hal ini.

Dan seperti semua terjun payung, para peserta memiliki risiko cedera serius atau

kematian karena kerusakan kanopi parasut.

Fisiologi Penerjunan

Penerjun dengan parasut

Terjun dari pesawat

V mula-mula = 0 ft/sec

Page 42: Makalah Kesehatan Matra Udara SMT 7

1 detik (V1 sec = 32 ft/sec)

2 detik (V2 sec = 64 ft/sec)

Dan seterusnya...

Tekanan udara menjadi meningkat

Gaya perlambatan = Gaya gravitasi

12 detik , s = 1400 ft

V akhir = 175 ft/sec

Jika telah mencapai Vakhir sebelum membuka parasut

Gaya kejut sebesar 1200 pon atau 600 kg saat parasut dikembangkan

Parasut dapat menurunkan kecepatan penerjunan menjadi 1/9 x dari V akhir à Vmendarat =

20 ft/sec

Gaya yang berbenturan dgn bumi dari gaya tanpa parasut à terjun dari ketinggian 6 ft

Mendarat dgn tungkai ekstensi Mendarat dgn tungkai fleksi

Tapi dgn otot yang tegang

↓ ↓

Gaya perlambatan hebat gaya kejut saat mendarat

sepanjang sumbu tubuh berkurang

Fraktur ppelvis, vertebrae, tungkai