MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami...

25
MATERIALITY & RISK CONCEPT MAKALAH MATA KULIAH : PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1 Dibimbing oleh : Bapak Martha Tona, SE., MSA Disusun oleh kelompok 9: 1. PUTRI GITTA REISA (14310241) 2. ASMANING EMILIA A. (14310531) 3. FAUNDRIA MEGA P. (14310200) 4. TYAS PUTRI A. (14310254) 5. RIA RAMADHANY (14310253) 6. LUTHFIA PERMATA R. (14310373) 7. SITI ARNIKA (14310393) JURUSAN AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA TAHUN 2016

Transcript of MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami...

Page 1: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

MATERIALITY & RISK CONCEPT

MAKALAH

MATA KULIAH : PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1

Dibimbing oleh :

Bapak Martha Tona, SE., MSA

Disusun oleh kelompok 9:

1. PUTRI GITTA REISA (14310241)

2. ASMANING EMILIA A. (14310531)

3. FAUNDRIA MEGA P. (14310200)

4. TYAS PUTRI A. (14310254)

5. RIA RAMADHANY (14310253)

6. LUTHFIA PERMATA R. (14310373)

7. SITI ARNIKA (14310393)

JURUSAN AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA

TAHUN 2016

Page 2: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan

seiring dengan semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi

yang terkandung dalam laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan

dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut menuntut penyajian

laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat

dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor

sebagai pihak yang secara independen memberikan penilaian terhadap laporan

keuangan yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara

independen terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut

melakukan pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari

terjadinya kesalahan dalam penilaian. Karena apabila terdapat kesalahan dalam

penilaian, maka akan berampak pada pihak-pihak yang menggunakan hasil

penilaian auditor sebagai dasar pengambilan keputusan.

Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan

melakukan perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat

memahami seluk beluk perusahaan yang akan diperiksa laporan keuangannya,

sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari kesalahan-

kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.

Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar

perencanaan audit. Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan

risiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam

merencanakan dan melakukan kegiatan audit. Konsep materialitas merupakan

dasar penerapan standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan dan

Page 3: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal

yang tergolong material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting

karena pendapat yang diberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal

yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan

pendapat yang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman

auditor terhadap nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun

tidak material.

Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal

auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana

mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Materialitas?

2. Apa saja penentuan materialitas dalam audit?

3. Apa saja pertimbangan awal tentang materialitas?

4. Bagaimana hubungan antara materialitas denga bukti audit?

5. Apakah salah saji yang dapat ditoleransi?

6. Apa saja tipe risiko?

7. Bagaimana cara mengevaluasi risiko?

8. Apa yang dimaksud pengujian pengendalian?

9. Apa yang di maksud pengujian substantif?

Page 4: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Materiality

2.1.1. Pengertian Materialitas.

Adalah Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi

akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,

memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang

mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh

penghilangan atau salah saji tersebut.

Definisi mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan:

Keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha

(perusahaan klien).

Infromasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan

pada laporan keuangan yang telah diaudit

2.1.2. Pertimbangan Awal Materialitas.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan

materialist pada dua tingkatan yaitu;

Tingkat Laporan Keuangan karena pendapatan auditor mengenai

kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.

Tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi ats

saldo-saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan

menyeluruh mengenai kewajaran laporan keuangan.

2.1.3. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan.

a. Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan

keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan

keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam membuat

pertimbangan awal tentang materialitas, auditor menentukan

tingkat materialitas awal keseluruhan untuk setiap jenis laporan

keuangan, sebagai contoh, auditor menaksir bahwa kekeliruan

Page 5: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

sebesar Rp.1.000.000 untuk laporan rugi laba dan Rp.2.000.000

untuk neraca dipandang material. Dalam hal ini tidaklah tepat

apabila auditor menggunakan materialitas neraca dalam

perencanaan audit karena apabila salah saji neraca Rp. 2.000.000

mempengaruhi rugi-laba, maka laporan rugi-laba akan salah saji

material .Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan

perimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu

cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang melekat pada

proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk

mencapai keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan

bebas dari salah saji material. Auditor biasanya menggunakan

salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu

laporan keuangan. Aturan pengambilan keputusan ini dilakukan

karena :

(1). Laporan keuangan saling berhubungan.

(2). Sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari

satu jenis laporan keuangan.

b. Pedoman Kuantitatif yaitu pada saat ini ada standar akuntansi

ataupun standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran

materialitas secara kuantitatif. Contoh: berikut ini adalah pedoman

yang sering digunakan oleh kantor-kantor akuntan dala praktik:

5% sampai 10% dari laba bersih (10% untuk laba bersih kecil,

dan 5% untuk yang lebih besar).

½% sampai 1% dari total aktiva.

1% dari modal.

½% sampai 1% dari pendapatan kotor.

Persentase yang berbeda-beda berdasarkan total aktiva atau

pendapatan mana yang lebih besar.

Page 6: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

c. Pertimbangan Kualitatif yaitu berhubungan dengan penyebab salah

saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material, bisa

menjadi material secara kualitatif.misalnya: apabila suatu salah

saji berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan

hukum oleh klien. Ditemukannya hal demikian dalam audit, akan

berakibat auditor menarik kesimpulan bahwa terdapat risiko

signifikan sebagai tambahan atas risiko untuk salah saji yang sama

tetapi tidak berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan

melawan hukum.

2.1.4. Materialitas Pada Tingkat Saldo Rekening.

Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bisa ada

pada suatu saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material.

Salah saji sampai tingkat tersebut salah saji bisa diterima. Konsep

materialitas pada tingkat saldo rekening hendaknya tidak

dicampuradukkan dengan istilah saldo rekening yang material. Perlu

dipahami bahwa saldo rekening yang material menunjukkan besarnya

saldo sebuah rekening yang tercatat dalam pembukuan, sedangkan konsep

materialitas dengan jumlah salah saji yang bisa berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.

2.1.4. Pengalokasian Marerialitas Laporan Keuangan Ke Rekening-

rekening.

Apabila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan

keuangan dikuantifikasi maka taksiran awal materialitas untuk setiap

rekening bisa diperoleh dengan cara mengalokasikan materialitas laporan

keuangan ke masing-masing rekening rugi-laba juga berpengaruh

terhadap neraca, dank arena rekening neraca biasanya lebih sedikit, maka

auditor umumnya melakukan alokasi berdasarkan rekening-rekening

neraca. Contoh: Bagaimana auditor melakukan pengalokasian, Aktiva

PT.ABC terdiri dari:

Page 7: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

REKENING SALDO %

Kas

Piutang Dagang

Persediaan

Aktiva Tetap

500.000

1.500.000

3.000.000

5.000.000

5

15

30

50

10.000.000 100

Auditor menduga terdapat sedikit salah saji dalam kas dan aktiva

tetap dan sejumlah salah saji dalam piutang dagang dan persediaan.

Berdasarkan pengalaman dimasa lalu dengan klien, Dengan asumsi

bahwa taksiran awal materialitas laporan keuangan adalah 1 % dari Total

aktiva atau Rp.100.000,-. maka auditor bisa membuat rencana

pengalokasikan sebagai berikut:

PENGALOKASIAN MATERIALITAS

REKENING RENCANA %

Kas

Piutang Dagang

Persediaan

Aktiva Tetap

5.000

15.000

30.000

50.000

5

15

30

50

100.000 100

2.1.5. Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit.

Materialitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

pertimbangan auditor tentang kecukupan (jumlah yang dibutuhkan) bukti

audit.Dalam melakukan generailitas tentang hubungan ini, perbedaan

antara pengertian materialitas dengan saldo rekening material.

Page 8: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2.2. Menentukan dan Menggunakan Materialitas Dalam Audit

Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan

penentuan luasnya prosedur audit. Materialitas akan digunakan antara lain

untuk :

1. Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit

2. Menetapkan konteks untuk strategi audit menyeluruh

3. Merencanakan sifat, waktu, dan luas prosedur audit spesifik

4. Menentukan materiaitas untuk golongan transaksi saldo akun atau

pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang

jumlahnya lebih rendah daripada materialitas laporan keuangan secara

keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan mempengaruhi

keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pemakai berdasarkan laporan

keuangan tersebut.

Konsep materialitas dibagi menjadi 2 tingkat yaitu:

1. Tingkat Laporan Keuangan (Financial statement level)

Materialitas pada tingkat ini terdiri dari :

Materialitas Keseluruhan (Overall Materiality)

Materialitas Keseluruhan didasarkan atas apa yang layaknya

diharapkan berdampak terhadap terhadap keputusan yang dibuat

pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh informasi

yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas yang

berbeda dari yang ditetapkannya semula, angka materialitas

semula seharusnya direvisi.

Overall Performance Materiality

Overall performance materiality ditetapkan lebih rendah dari

overall materiality. Performance materiality memungkinkan

auditor menanggapi penilaian risio tertentu (tanpa mengubah

overall materiality) dan menurunkan ke tingkat rendah yang

tepat (appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak

dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregat

(aggregate of uncorrected and undetected misstatement)

Page 9: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

melampaui overall materiality. Performance materiality perlu

diubah berdasarkan temuan audit.

2. Account balance, class of transactions and disclosures level

Account balance, class of transactions and disclosures level dibagi

menjadi 2 :

Specific Materiality

Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau

disclosures tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebih

rendah dari overall materiality.

Specific Performance Materiality

Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari

specific materiality. Hal ini memungkinkan auditor menanggapi

penilaian risiko tertentu dan memperhitungkan kemungkinan

adanya salah saji yang tidak terdektesi dan salah saji yang tidak

material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality.

2.2.1. Overall Materiality

Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan

(overall materiality) didasarkan pada kearifan professional auditor

mengenai jumlah terbesar salah saji dalam laporan keuangan tanpa

mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan. Jika

jumlah salah saji yang tidak dikoreksi (amount of uncorrected

misstatement), terpisah atau digabungkan, lebih besar dari overall

materiality yang ditetapkan untuk penugasan tersebut, maka laporan

keuangan disalahsajikan secara material.

Menurut SA 320, par 10, pada saat menetapkan strategi

audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan materialitas

untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Adapun beberapa contoh

overall materiality yaitu:

a. Laba dari operasi berlanjut: 3%­7%

Page 10: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

b. Pendapatan atau pengeluaran: 1%­3%

c. Aset: 1%­3%

d. Ekuitas: 3%­5%

Ilustrasi Penghitungan Materialitas Pada Tingkat Laporan

Keuangan Secara Keseluruhan Kebijakan KAP, materialitas pada

tingkat laporan keuangan dihitung 2% dari jumlah asset:

Opsi 1, dihitung tanpa stratifikasi

Opsi 2, dihitung dengan stratifikasi

1. Rp. 200 miliar pertama, 1%

2. Rp. 300 miliar kedua, 0,6%

3. Kelebihannya, 0,4%

Opsi 3, dihitung berjenjang dengan stratifikasi

1. Rp. 200 miliar pertama, 1%

2. Rp. 300 miliar kedua, 1,5%

3. Kelebihannya, 2% Opsi 2

Misalkan, jumlah aset PT. Syahdan, Tbk IDR 907 miliar

Opsi 1

Materialitas pada tingkat laporan keuangan = 2% x IDR 907 miliar =

IDR 18,14 miliar

Opsi 2

Materialitas pada tingkat laporan keuangan = Jenjang

1 = Rp. 200 miliar x 1% = IDR 2 miliar; ditambah Jenjang 2 = IDR

300 miliar x 0,6% = IDR 1,8 miliar; ditambah Jenjang 3 = IDR 407

[907­500] miliar x 0,4%

= IDR 1,63 miliar. Maka materiliatas pada tingkat laporan keuangan

Page 11: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

adalah IDR [2 + 1,8 + 1,63] miliar =

IDR 5,43 miliar

Opsi 3

Materialitas pada tingkat laporan keuangan = Jenjang

1 = IDR 200 miliar x 1% = IR 2 miliar; ditambah Jenjang 2 = IDR

300 miliar x 1,5% = IDR 4,5 miliar; ditambah Jenjang 3 = IDR 407

miliar x 2% = IDR 8,14 miliar. Maka materialitas pada tingkat laporan

keuangan adalah IDR [2 + 4,5 + 8,14] miliar = IDR 14,64 miliar

2.2.2. Performance Materiality

Performance materiality (materialitas yang digunakan

dalam pelaksaan audit atau disingkat “materialitas pelaksanaan”)

digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke titik rendah

yang dapat diterima (appropriately low level). Yang ditekan adalah

risiko besarnya salah saji melampaui angka meterialitas. Dalam hal

ini salah saji yang dimaksud adalah akumulasi salah saji yang tidak

dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi oleh auditor

(accumulation of uncorrected and unidentified misstatement).

Menurut SA 320, par A.12, penentuan materialitas

pelaksanaan bukan merupakan suatu perhitungan mekanis yang

sederhana dan membutuhkan adanya pertimbangan (kearifan)

professional. Penentuan ini dipengaruhi oleh:

1. Pemahaman auditor atas entitas, yang dimutakhirkan selama

pelaksanaan prosedur penilaian risiko

2. Sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam

audit sebelumnya serta harapan auditor berkaitan dengan

kesalahan penyajian dalam periode berjalan

Page 12: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

Menurut SA 320, par 11, materialitas pelaksanaan

digunakan untuk sebagai berikut:

1. Menilai risiko kesalahan penyajian material

2. Menentukan sifat, saat, dan luar prosedur audit

lanjutan (further audit procedures)

Contoh menentukan performance materiality adalah

sebagai berikut:

60% (dari materialitas keseluruhan atau materialitas spesifik)

apabila risiko kesalahan penyajian material lebih tinggi

85% (dari materialitas keseluruhan atau materialitas spesifik)

apabila risiko kesalahan penyajian material lebih rendah

Performance materiality dapat ditetapkan menjadi :

Satu performance materiality untuk setiap area

Lebih dari performance materiality untuk masing­ masing

area, tergantung pada penilaian risikonya

Contoh dengan pemakaian satu performance materiality adalah

sebagai berikut:

1. Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material

secara keseluruhan tinggi, dan Tbk ­ 60%

2. Performance materiality untuk risiko­risiko kesalahan penyajian

material secara keseluruhan tinggi, tetapi non­Tbk ­ 70%

3. Performance materiality untuk risiko­risiko kesalahan penyajian

material secara keseluruhan rendah ­ 80%

Contoh dengan pemakaian lebih dari satu performance materiality

adalah sebagai berikut:

1. Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi,

saldo akun, dan pengungkapan dengan risiko kesalahan

penyajian material tinggi ­ 60%

Page 13: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2. Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi,

saldo akun, dan pengungkapan dengan risiko kesalahan

penyajian material sedang ­ 70%

3. Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi,

saldo akun, dan pengungkapan dengan risiko kesalahan

penyajian material rendah ­ 80%

Ilustrasi penghitungan performance materiality adalah sebagai

berikut:

Asumsi materialitas pada tingkat laporan

keuangan secara keseluruhan pada PT. Syahdan, Tbk

yang digunakan adalah IDR 18,14 miliar.

Contoh dengan pemakaian satu performance materiality :

PT. Syahdan adalah Tbk, performance materiality = IDR 18,14

miliar x 60% = IDR 10,88 miliar

Performance materiality ini akan diterapkan untuk seluruh area

audit

Contoh dengan pemakaian lebih dari satu performance materiality:

Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian

material tinggi – IDR 18,14 miliar x 60% = IDR 10,88 miliar

Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian

material sedang – IDR 18,14 miliar x 70% = IDR 12,70 miliar

Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian

material rendah – IDR 18,14 miliar x 80% = IDR 4,51 miliar

Ketiga performance materiality ini akan diterapkan pada setiap

area audit, tergantung pada hasil penilaian risiko kesalahan

penyajian material

Page 14: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

Ada beberapa hal dimana salah saji yang lebih kecil dari angka

materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat

diperkirakan secara layak, akan mempengaruhi pengambil keputusan

oleh pemakai laporan keuangan.

Disclosures yang sensitive, seperti remunerasi manajemen dan

TCWG

Related­party transactions (transaksi istimewa)

Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman, perikatan lainnya,

ketentuan perundangan, dan kewajiban pelaporan statute atau yang

dtetapkan regulator

Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi)

atau biaya eksekutif

Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan

tambang

Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam

perusahaan farmasi

Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha

Kegiatan usaha yang dihentikan

Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum)

Perkenalan produk atau jasa baru

2.2.3. Specific Performance Materiality

Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas

diatas, kecuali dalam hal ini performance materiality­nya

berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik.

Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka

specific materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup,

dilaksanakan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang tepat,

probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi

melebihi specific materiality.

Karena angka materialitas ditentukan berdasar kearifan

Page 15: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

professional (professional judgment), sangatlah penting faktor­faktor

dan angka­angka yang digunakan dalam materialitas pada berbagai

tingkat, didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi ini terjadi

selama:

Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya

pekerjaan audit yang harus dilaksanakan

Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas

overall materiality atau performance materiality untuk jenis

transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu.

2.3. Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi

Perlu karena bahan bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-segmen

daripada L/K secara keseluruhan. Berguna untuk membantu auditor dalam

memutuskan jumlah bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam

segmen tsb. sehingga akan meminimalisasi biaya audit.

Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca

memiliki lebih sedikit komponen. Kesulitan pengalokasian materialitas

pada akun neraca :

1. Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang

lain.

2. Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb. lebih saji atau

kurang saji.

3. Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk

tiap akun sulit diramalkan

Salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement) yaitu materialitas

yang dialokasikan dalam pertimbangan awal kepada saldo perkiraan.

Tolerable misstatement dapat melebihi materialitas dalam hal :

1. Kecil kemungkinan seluruh akun akan salah saji sejumlah tolerable

misstatement.

Page 16: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2. Kemungkinan bahwa sebagian akun terjadi lebih saji dan lainnya kurang

saji, berakibat efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas

total.

2.4. Tipe Risiko

2.4.1. Risiko Deteksi Terencana

Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan

ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal

mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji

yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada.

Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu

sebagai berikut :

1. Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat

dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan berubah jika

auditor melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga faktor

lainnya tersebut.

2. Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh

auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran

risiko deteksi terencana itu sendiri.

Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor

harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai

risiko deteksi yang berkurang ini.

2.4.2. Risko inheren

Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang

dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa

terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan)

dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan

pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya

pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai

kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang

Page 17: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern,

menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas

keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan menyimpulkan

bahwa tingkat risiko inherennya tinggi. pengendalian intern diabaikan

dalam menetapkan dalam menetapkan nilai risiko inheren karena

pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model

risiko audit sebagai risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung

didasarkan atas sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak

manajemen, pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.

Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta

dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko

inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta

memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.

Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan

untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu area

audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula untuk

menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak pengalaman untuk

melakukan audit pada area tersebut serta melakukan riview yang lebih

mendalam pada kertas kerja yang telah selesai dibuat. Sebagai contoh:

jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt tinggi, maka

sangatlah masuk akal bila kantor akuntan publik memilih staf yang

berpengalaman untuk melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam

atas keusangan persediaan ini dan melakukan review yang lebih cermat

atas hasil-hasil yang diperoleh dari audit ini.

2.4.3. Resiko pengendalian

Resiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang

digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa

terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang

masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau

Page 18: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko

pengendalian ini memperhatikan 2 hal berikut:

1. penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien

efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.

2. kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di

bawah nilai maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana

audit yang dibuatnya.

Model resiko audit menunjukan hubungan yang erat antara

resiko inheren dan resiko pengendalian.

Sama dengan yang terjadi pada resiko inheren, hubungan antara

resiko pengendalian dan resiko deteksi terencana adalah saling

berlawanan, sementara hubungan antara resiko pengendalian dan bukti

substantif merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika

auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif,

maka nilai resiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah

bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun. Auditor

dapat meningkatkan resiko deteksi terencana pada saat pengendalian

intern bersifat efektif karena pengendalian intern yang efektif akan

mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji dalam laporan keuangan.

Sebelum auditor dapat menetapkan nilai resiko pengendalian

kurang dari 100 persen, auditor harus memahami pengendalian intern

yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor melakukan evaluasi

tentang bagaimana seharusnya fungsi pengendalian intern tersebut,

serta melakukan uji atas efektifitas pengendalian intern tersebut. Hal

pertama dari semua ini adalah keharusan untuk memahami semua jenis

audit. Dua hal terakhir adalah langkah-langkah penilaian resiko

pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan

nilai atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.

Page 19: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2.4.4. Resiko akseptibilitas audit

Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan

ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan

bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang

material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit

wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan

untuk menetapkan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih

rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat

keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak

mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali,

dan suatu tingkat resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak

yakin.

Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat

keyakinan, yaitu merupakan pelengkap dari resiko akseptibilitas

audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan satu dikurangi

resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko

akseptibilitas audit sebesar 2 persen sama dengan tingkat audit

assurance sebesar 98 persen.

Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya

hubungan yang searah antara resiko akseptibilitas audit dan resiko

deteksi terencana, serta hubungan yang saling berlawanan antara

resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai

contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko

akseptibilitas audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi

terencana serta bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan

harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus menugaskan staf

yang lebih berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih

cermat bagi klien dengan tingkat resiko akseptibilitas audit yang

lebih rendah.

Page 20: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2.4.5. Resiko kecurangan

Resiko kecurangan merupakan resiko selain 4 resiko di atas

dan resiko ini biasanya di perhitungkan di luar dari model resiko

audit. Karena resiko kecurangan secara konsep dan praktek sangat

sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis resiko di

atas. Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang

dilakukan secara sengaja dalam bentuk penggelapan aktiva dan

kecurangan pelaporan keuangan.

Untuk menilai resiko kecurangan, auditor

mengumpulkan informasi untuk menentukan luasnya keberadaan

kondisi kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya resiko

kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik

kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan

perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan

ketidakjujuran tersebut.

2.5. Evaluasi Resiko

Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti

audit, hasil-hasilnya dapat diyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit.

SAS107 menyatakan model resiko audit untuk mengevaluasi hasil-hasil

audit sebagai ;

di mana:

AcAR = Achieved Audit Risk (risiko audit yang dicapai).

Ukuran risiko yang sudah diambil auditor bahwa suatu akun dalam

laporan disalahsajikan secara material setelah auditor mengumpulkan

bukti audit.

IR = Inherent Risk (risiko inheren).

Faktor risiko inheren yang sama yang dibahas dalam perencanaan

kecuali sudah direvisi karena ada informasi baru.

CR = Control Risk (risiko pengendalian).

Page 21: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

Risiko pegendalian yang sama yang telah dibahas sebelumnya kecuali

sudah direvisi selama audit.

AcDR = Achieved Detection Risk (risiko deteksi yang dicapai).

Ukuran risiko bahawa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi

salah saji yang melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, jika salah

saji semacam itu memang ada. Auditor dapat mengurangi risiko deteksi

yang dicapai ini hanya dengan mengumpulkan bukti.

Berdasarkan riset, tidak tepat menggunakan rumus evaluasi ini

untuk benar-benar menghitung risiko audit yang dicapai sebagai mana yang

dinyatakan rumus di atas. Riset menununjukkan bahwa penggunaan rumus

ini dapat mengakibatkan risiko audit yang dicapai kurang saji. Namun,

hubungan yang ada dalam rumus itu valid dan harus digunakan dalam

praktik.

Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi risiko

audit yang dicapai ke tingkat yang dapat diterima:

1. Mengurangi risiko inheren

2. Mengurangi risiko pengendalian

3. Mengurangi risiko deteksi yang dapat dicapai dengan meningkatkan

pengujian audit substantive

Penggabungan ketiga faktor tersebut secara subjektif untuk

mencapai tingkat risiko audit yang cukup rendah membutuhkan pertimbangan

profesional yang matang.

Model risiko audit merupakan model perencanaan, sehingga

penggunaannya terbatas pada mengevaluasi hasil audit saja.

Meskipun tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam

mengumpulkan bukti yang direncanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian

setiap risiko sudah wajar atau lebih baik daripada yang diduga semula, auditor

tetap harus sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. Penilaian awal atas

risiko pengendalian atau risiko inheren dapat ditetapkan terlalu rendah atau

risiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi.

Page 22: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan

dua langkah.

1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat.

2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap

kebutuhan bukti, tanpa menggunakan model risiko audit.

2.6. Pengujian Pengendalian

Fungsi utama dari pemahaman auditor terhadap pengendalian

intern adalah untuk memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap tujuan

audit berkait transaksi. Contohnya adalah memperkirakan tujuan ketepatan

untuk transaksi pendapatan adalah lemah dan untuk tujuan eksistensi adalah

sedang. Pengujian pengendalian dilakukan untuk menentukan kelayakan dari

rancangan dan efektifitas operasi dari pengendalian intern

khusus. Pengendalian intern ini dapat dengan cara manual atau terotomatisasi.

Pengujian pengendalian mencakup prosedur-prosedur audit dibawah ini:

a) Melakukan wawancara dengan pegawai yang tepat

b) Memeriksa dokumen, catatan-catatan, dan laporan-laporan

c) Mengamati kegiatan-kegiatan pengendalian

d) Melaksanakan kembali prosedur auditan

2.7. Pengujian Substantif

Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain

untuk menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi

langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji

(monetary misstatement) seperti itu adalah indikasi yang jelas dari salah saji

dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam pengujian substantif yaitu :

(1) pengujian substantif atas transaksi,

(2) prosedur analitis,

(3) pengujian terinci atas saldo.

Page 23: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

2.7.1. Pengujian substantif atas transaksi

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah

untuk menentukan apakah semua tujuan audit berkaitan dengan

transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk

setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian

substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat

benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.

Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan

apakah transaksi belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja

telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah

diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah

diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor

merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting

dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar

juga benar.

Page 24: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan

jenis laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor

adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan

penyajian yang material. Alasan penetapan suatu pertimbangan awal tentang

tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti-bukti

audit yang memadai yang harus dikumpulkan.

Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada

tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan

Risiko audit juga digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan

risiko audit individual. Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur (1)

risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi

terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait, (2) risiko

pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi

yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur

pengendalian intern entitas dan (3) risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat

auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu

asersi.

Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti

audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas

asersi individual atau kelompok asersi.

Page 25: MATERIALITY & RISK CONCEPT · PDF filerisiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam ... Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit 2

DAFTAR PUSTAKA

Http://inedwiy26.blogspot.co.id/2013/05/auditing-materialitas-dan-risiko-

audit.html?m=1

Http://adasemua.blogspot.co.id/2015/05/materialitas-dan-risiko-audit-by-

sani.html?m=1

Http://rudiirawantofeuh.blogspot.sg/2014/04/materialitas-risiko-audit-

strategi.html?m=1

Puradireja, kanaka dan Mulyadi.

Auditing, Edisi 5, Cetakan ke 1.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1997.

Halim, Abdul MBA. Akuntansi, Edisi 2.

Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2001.