Laporan Bidang-Bidang Ow

27
1.Bidang Pemberdayaan Sosial Bidang Pemberdayaan Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mempunyai tiga seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah : a. Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil b. Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat c. Seksi Pembinaan Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial 1.1 Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil Dalam bidang pemberdayaan sosial, seksi pemberdayaan fakir miskin dan masyarakat terpencil merupakan seksi utama pelaksanaan program dan kegiatan bidang. Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat melalui usaha ekonomis produktif dalam kelompok atau yang lebih dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Kegiatan yang dilakukan diantarannya adalah pemberdayaan fakir miskin, pemberdayaan wanita rawan sosial ekonomi, pemberdayaan & pembangunan daerah terpencil & tertinggal, dan pemberdayaan keluarga rentan. Sumber dana untuk melakukan kegiatan tersebut dapat didapat dari APBD dan APBN. Untuk sumber dana APBN, dana yang diterima berupa uang tunai secara langsung. Sedangkan sumber dana APBD yang diterima berupa barang dan bahan. Berikut ini merupakan berbagai program dan kegiatan yang dikerjakan oleh seksi pemberdayaan fakir mikin dan masyarakat terpencil. 1.1.1. Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi merupakan suatu pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial kepada kelompok sosial yaitu wanita rawan sosial ekonomi. Wanita rawan sosial ekonomi adalah wanita dewasa atau janda sekitar umur 18

description

k

Transcript of Laporan Bidang-Bidang Ow

Page 1: Laporan Bidang-Bidang Ow

1. Bidang Pemberdayaan Sosial

Bidang Pemberdayaan Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mempunyai tiga

seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :

a. Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil

b. Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat

c. Seksi Pembinaan Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial

1.1 Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil

Dalam bidang pemberdayaan sosial, seksi pemberdayaan fakir miskin dan

masyarakat terpencil merupakan seksi utama pelaksanaan program dan kegiatan bidang.

Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat melalui usaha ekonomis

produktif dalam kelompok atau yang lebih dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama

(KUBE). Kegiatan yang dilakukan diantarannya adalah pemberdayaan fakir miskin,

pemberdayaan wanita rawan sosial ekonomi, pemberdayaan & pembangunan daerah

terpencil & tertinggal, dan pemberdayaan keluarga rentan. Sumber dana untuk melakukan

kegiatan tersebut dapat didapat dari APBD dan APBN. Untuk sumber dana APBN, dana

yang diterima berupa uang tunai secara langsung. Sedangkan sumber dana APBD yang

diterima berupa barang dan bahan. Berikut ini merupakan berbagai program dan kegiatan

yang dikerjakan oleh seksi pemberdayaan fakir mikin dan masyarakat terpencil.

1.1.1. Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi

Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi merupakan suatu pemberdayaan yang

dilakukan oleh Dinas Sosial kepada kelompok sosial yaitu wanita rawan sosial ekonomi.

Wanita rawan sosial ekonomi adalah wanita dewasa atau janda sekitar umur 18 hingga 59

tahun yang belum berkeluarga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari

karena tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi. Wanita rawan sosial ekonomi

biasanya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah atau minimal tidak tamat pendidikan

sekolah dasar. Kelompok wanita yang ditinggal oleh suaminya tanpa batas waktu tertentu

juga bisa masuk ke dalam golongan wanita rawan sosial ekonomi.

Dengan adanya fenomena tersebut, Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai tugas

untuk memberdayakan kelompok sosial tersebut. Usaha yang dilakukan oleh bidang

pemberdayaan sosial adalah dengan memberikan sosialisasi, bimbingan teknis, dan bantuan

sosial kepada kelompok sosial tersebut. Seperti yang sedang dilaksanakan oleh seksi

pemberdayaan fakir miskin dan masyarakat terpencil di daerah Situbondo. Jumlah wanita

rawan sosial ekonomi di Situbondo mencapai 60 orang. Metode yang digunakan untuk

pendekatan kepada kelompok sosial tersebut dengan door to door. Jadi, perwakilan dari

Page 2: Laporan Bidang-Bidang Ow

Bidang Pemberdayaan Sosial mendatangi kelompok sosial wanita rawan sosial ekonomi

dari satu rumah ke rumah lainnya. Selain untuk mengecek keadaan asli dari kelompok

sosial, kegiatan verifikasi juga memberikan konsultasi dan motivasi kepada kelompok

sasaran.

Rincian kegiatan yang ada meliputi penjajakan atau survei oleh pemerintah daerah

setempat. Setelah itu dilakukan verifikasi hasil seleksi yang ada dengan melakukan metode

door to door. Jika verifikasi telah dilaksanakan, dilanjutkan dengan melaksanakan

bimbingan teknis atau sosialisasi. Sosialisasi disini berupa cara untuk melakukan

keterampilan atau mendemonstrasikan berbagai keterampilan tersebut untuk menambah

pengetahuan kelompok sosial mengenai skill untuk bekerja. Dalam kegiatan juga

dilaksanakan pemberian bantuan langsung berupa bahan maupun barang. Barang tersebut

tidak boleh barang yang second. Untuk pembelian barang dan bahan tersebut memerlukan

kerja sama dengan CV karena pihak Dinas Sosial tidak boleh membelanjakan barang sosial

dengan sendiri. Sedangkan untuk penerima bantuan sudah ditentukan dalam SK Gubernur.

Jadi, bagi individu yang menerima harus bertanggung jawab terhadap barang yang didapat

dengan persetujuan menandatangani telah menerima barang maupun bahan tersebut. Jika

barang atau bahan yang telah diterima dijual atau tidak difungsikan dengan yang seharusnya

maka orang tersebut akan mendapatkan sanksi. Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah

monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus pada tahun pertama.

1.1.2 Pemberdayaan & Pembangunan Daerah Terpencil Tertinggal

Pemberdayaan dan Pembangunan Daerah Terpencil Tertinggal sebenarnya

kegiatannya sama dengan berbagai rangka kegiatan pemberdayaan yang lainnya. Hal yang

membedakan adalah kelompok sasaran yang ada. Untuk Pemberdayaan dan Pembangunan

Daerah Terpencil Tertinggal, kelompok sasarannya adalah masyarakat yang tinggal di

daerah terpencil dan tertinggal. Untuk kegiatan tahun 2015, pemberdayaan daerah terpencil

dipusatkan di daerah Banyuwangi dan Trenggalek. Kegiatan yang dilakukan setelah

menentukan daerah mana saja yang telah disetujui untuk dilakukan pemberdayaan adalah

semiloka yang dihadari oleh tim provinsi, tokoh masyarakat, tim kabupaten, dinas sosial dan

lain sebagainya. Kemudian untuk kegiatan verifikasi atau ke lokasinya perlu didampingi

oleh pembina. Pembina merupakan pendamping dari desa maupun dari TKSK.

Kegiatan pemberdayaan daerah terpencil tersebut tidak hanya dilakukan oleh Dinas

Sosial. Tetapi bekerjasama juga dengan berbagai SKPD lainnya. Seperti Dinas Kesehatan,

Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan dan lain sebagainya. Kemudian dilakukan kegiatan

pemberian bantuan, contohnya seperti memberi bantuan berupa satu ekor sapi dan kambing

Page 3: Laporan Bidang-Bidang Ow

untuk dikembangbiakkan di daerah tersebut. Untuk SKPD lainnya, contoh dari Dinas PU

memasang pipa untuk kemudahan masyarakat desa dalam memperoleh air bersih. Semua

SKPD bekerja sama untuk membangun suatu daerah terpencil dan tertinggal tersebut agar

dapat merasakan kemudahan dalam hidup seperti masyarakat di perkotaan.

1.1.3 Pemberdayaan Keluarga Rentan

Keluarga rentan merupakan keluarga muda usia perkawinan dibawah 5 tahun yang

kondisinya rawan sosial ekonomi. Tahun 2015 Bidang Pemberdayaan Sosial melakukan

pemberdayaan keluarga rentan di daerah Blitar. Seksi Pemberdayaan Fakmis ini berusaha

untuk memberdayakan kelompok sasaran keluarga rentan tersebut. Lebih tepatnya,

kelompok sasarannya merupakan keluarga yang sudah mempunyai usaha tetapi usaha

tersebut masih redup. Contohnya adalah warung nasi ataupun ternak hewan. Bidang

Pemberdayaan Sosial memberikan bantuan berupa barang maupun bahan agar usaha dari

masyarakat tersebut dapat naik dan kebutuhan dasar dari mereka dapat terpenuhi. Kegiatan

setelahnya adalah sama dengan berbagai kegiatan pemberdayaan lainnya yaitu monitoring

dan evaluasi kegiatan.

1.1.4 Pemberdayaan Fakir Miskin

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak

bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Tahun 2015 Seksi

pemberdayaan fakir miskin mempunyai program kegiatan pemberdayaan di tujuh kabupaten

di Jawa Timur. Tujuh kabupaten tersebut didanai dari APBD maupun APBN.

Untuk program APBN yang dimaksud adalah penanganan kemiskinan perdesaan

dan penanganan kemiskinan perkotaan. Lima kabupaten diantara tujuh kabupaten tersebut

termasuk kedalam penanganan kemiskinan perdesaan. Daerah tersebut diantaranya

Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Trenggalek,

Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bondowoso, Trenggalek, dan Bojonegoro yang

diberikan bantuan pemberdayaan berjumlah 350kk per kabupaten yang tersebar di dalam 2

kecamatan dan dibagi lagi menjadi 2 desa yang per desenya mencakup 80-90kk. Untuk dua

daerah lainnya yaitu daerah Kabupaten Sumenep dan Jember dibagi per kabupaten yang

terdiri dari 2 kecamatan yang dibagi lagi menjadi tiga desa dan dua desa. Tiap desa tersebut

terdapat 70 an kk. Penanganan kemiskinan perkotaan di daerah kota malang dan kabupaten

nganjuk yang mencapai 100kk dan tersebar di dua kecamatan.

Page 4: Laporan Bidang-Bidang Ow

Bisa dilihat bahwa perbedaan antara perkotaan dan perdesaan penangangan

kemiskinannya adalah dari arti keduanya. Di perkotaan daerah atau wilayah yang

merupakan perkumpulan dari berbagai rumah disebut kelurahan. Sedangkan di daerah

perdesaan hal tersebut disebut desa. Untuk program yang didanai oleh APBD daerahnya

mencakup kabupaten malang, kabupaten ngawi, lamongan, blitar, sidoarjo dan tulungagung.

Jumlahnya adalah sebanyak 150 kk per daerah. Data daerah APBD menyesuaikan dengan

data daerah APBN.

Rincian kegiatan pada APBN sama saja dengan berbagai kegiatan APBN di seksi

pemberdayaan lainnya. Dimulai dari penyerahan proposal oleh dinas sosial setempat ke

dinas sosial provinsi dan dilanjutkan survey atau penjajakan tahun sebelumnya oleh dinas

sosial daerah setempat. Kemudian dilakukan verifikasi hasil penjajakan tersebut oleh Dinas

Sosial Provinsi secara langsung. Verifikasi ini dilakukan bisa dengan metode wawancara.

Hal yang dilakukan selanjutnya adalah bimbingan teknis yang dilakukan Dinas Sosial

Provinsi bersama-sama dengan SKPD dan stakeholder yang berkaitan lainnya. Selanjutnya

adalah penyerahan berkas-berkas proposal per KUBE di Dinas Sosial Provinsi. Setelah

berkas terkumpul, barulah dilakukan pemberian bantuan langsung kepada kelompok

sasaran. Penerimaan bantuan per KUBE sejumlah 20 juta.Satu KUBE terdiri dari 10 orang

individu yang dibagi menjadi ketua, bendahara, dan anggota. Jadi jika bisa dihitung per

orang dapat diberikan 2juta. Tetapi uang tersebut tidak bisa dipergunakan secara

sembarangann. Mulai dari pencairan uang sampai pembelian barang yg diambil harus

didampingi oleh TSKS dan kepala daerah setempat.

1.2 Seksi Pembinaan Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial

Dalam seksi pembinaan kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial, terdapat dua

program dalam tahunannya. Program tersebut adalah pelestarian nilai-nilai kepahlawanan

dan kesetiakawanan sosial dan program pemeliharaan TMP. Kesetiakawanan sosial

merupakan suatu nilai masyarakat yang bersifat dinamis yang tidak terlepas dari beberapa

isu yang berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Sedangkan pelestarian

nilai-nilai kepahlawanan merupakan suatu pemahaman untuk melestarikan dan

memasyaraktkan tentang nilai-nilai kepahlwanan, keperintisan. Seksi ini sebagai mitra kerja

untuk menginformasikan kepada daerah.

Dalam program Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial ini

ada 5 kegiatan yang dilakukan yaitu Donor darah; kerja bakti; sarasehan; perintis

kemerdekaan, dan pemberian penghargaan.. dan program pemeliharaan TMP. Berikut

Page 5: Laporan Bidang-Bidang Ow

adalah program dan kegiatan yang dikerjakan oleh seksi Pembinaan Kepahlawanan dan

Kesetiakawanan Sosial.

1. Donor Darah,

Dilaksanakan pada hari Kebangkitan Nasional dan Hari Kesetiakawanan Sosial.

Kegiatan ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan di dukung oleh PMI. Kegiatan

ini dilaksanakan di Halaman Kantor Dinas Sosial Jawa Timur. Dinsos juga menyiapkan

souvenir dan hadiah menarik untuk peserta donor darah. Kegiatan donor darah ini

terbuka untuk jajaran pegawai di lingkungan pemerintah provinsi serta melibatkan

masyarakat umum di Jawa Timur.

2. Kerja Bakti

Adalah kegiatan membersihkan di TMP, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman dan kesadaran bagi generasi penerus akan arti dan makna Taman Makam

Pahlawan serta mengingat kebersihan dan keindahan Taman Makam Pahlawan.

Kegiatan kerja bakti ini bekerja sama dengan dinas yang lain, mulai dari Dinas

Pertanian, Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Kerja bakti membersihkan TMP

dilaksankan pada hari besar nasional terutama pada peringatan Hari Kemerdekaan pada

17 Agustus dan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan 10 November di Jl.Mayjen

Sungkono Surabaya. Kerja bakti ini juga di ikuti pelajar SMA dan SMK yang ada di

Surabaya.

3. Sarasehan

Adalah wawasan kebangsaan dan penanaman social nilai-nilai kepahlawanan lebih

dikhususkan bagi kalangan pelajar di Jawa Timur. Sarasehan yang melibatkan lintas

generasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan berbagai pengalaman kepada

generasi yang muda. Melalui Sarasehan ini diharapkan terjadi transformasi ilmu

pengetahuan, jiwa kepahlawan dan nilai-nilai luhur, antara generasi terdahulu, dan

sekarang. Kegiatan ini dilaksakan pada saat Hari besar nasional tepatnya pada saat Hari

Kebangkitan Nasional.

4. Perintis Kemerdekaan

Adalah pengusulan calon perintis kemerdekaan ini dilakukan 1 tahun sekali. Dan pada

tahun ini provinsi Jawa Timur mengusulan 4 orang. Prosedur pengusulan perintis

kemerdekaan adalah pemohon mengajukan permohonan yang ditujukan kepada

Menteri Sosial melalui Pemerintah Daerah/Kota setempat, Pemerintah Daerah/kota

meneliti/seminar penelitian berkas jika berkas sudah memenuhi persyaratan maka

berkas diteruskan kepada Instansi Sosial/Pemerintah Provinsi jika berkas belum

Page 6: Laporan Bidang-Bidang Ow

memenuhi syarat maka berkas akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilegkapi,

Instansi Sosial/pemerintah daerah mengadakan penelitian berkas yang diusulkan

pemerintah daerah jika sudah memenuhi syarat maka usulan diteruskan kepada Menteri

Sosial, direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kejuangan mengadakan penelitian

berkas apabila telah lengkap maka diteruskan ke siding BPPK, dan dalam siding BPPK

dihadirkan para Perintis Kemerdekaan yang mengetahui riwayat perjuangan untuk

memperkuat data sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, untuk

menetapkan keberadaan data-data Calon Perintis kemerdekaan, Direktorat

Kepahlawanan, Keperintisan dan Kejuangan dan anggota BPPK dapat melakukan

pengecekan ke lapangan, keputusan sidang BPPK dilaporkan oleh Ketua BPPK kepada

Menteri Sosial bagi yang memenuhi syarat dikeluarkan Surat Keputusan Meteri Sosial

tentang Pengakuan sebagai Perintis Kemerdekaan.

5. Pemberian Penghargaan

Adalah penghargaan terhadap keluarga pahlawan dan pemeliharaan makam. Kegiatan

ini untuk meningkatkan penghargaan/tanda jasa kepada pahlawan, perintis

kemerdekaan yang berjasa besar terhadap bangsa dan Negara. Saat ini provinsi Jawa

Timur ada 24 pahlawan.

6. Pemeliharaan TMP

Adalah pembangunan/perbaikan taman makam pahlawan dan pemeliharaan taman

makam pahlawan di TMP 10 November di JL. Mayjen Sungkono.

1.3 Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (Parsosma)

Dalam seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (Parsosma) dipimpin Kepala

Seksi yaitu Bapak Drs. Dwi Sumartono, M.Si. Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial

Masyarakat ini berfokus dalam PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) yaitu

potensi dan kemampuan yang ada dalam masyarakat baik manusiawi, social maupun alami,

yang dapat digali dan didayagunakan untuk menanganai dan mencegah timbul dan

berkembangnya permasalahan kesejahteraan social dan untuk meningkatkan kesejahteraan

social.

Ada 2 macam PSKS yaitu Perorangan dan Kelembagaan. Yang termasuk dalam PSKS

perorangan yaitu PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) adalah warga masyarakat (perorangan)

yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab social secara sukarela mengabdi di

bidang kesejahteraan social yang telah mengikuti bimbingan dan pelatihan. Dalam hal ini

Dinas Sosial memberikan Bintek kepada PSM. PSM ada di desa atau kelurahan. TSKS

Page 7: Laporan Bidang-Bidang Ow

(Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) adalah tenaga inti pengendalian kegiatan

penyelenggaraan kesejahteraan social di kecamatan dan sebagai koordinator dari PSM yang

ada di desa atau kelurahan.

Dan yang termasuk dalam PSKS kelembagaan yaitu Karang Taruna, LKS, LK3,

WKSBM, dan Dunia Usaha. Karang Taruna adalah organisasi social kepemudaan, sebagai

wadah pembinaan dan pengembangan pemuda di Tingkat Desa/Kelurahan, diharapkan

karang taruna. LKS (lembaga kesejahteraan social) adalah organisasi social yang

melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan social yang dibentuk oleh masyarakat, baik

berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Sampai saat ini jumlah LKS yang terdaftar

di provinsi Jawa Timur 1967. Peran dinas sosia pada LKS adalah memberi prasarana,

Bintek, dan pelatihan social. LK3 (Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga) adalah

suatu lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi,

pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi dan pemberdayaan bagi

keluarga secara profesioanal. WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis

Masyarakat) adalah system kerjasama antar keperangkatan pelayanan social yang terdiri

atas usaha kelompok , lembaga maupun jaringan pendukungnya seperti kelompok

pengajian. Dan Dunia Usaha dalah organisasi komersial seluruh lingkungan

industry/produksi barang/jasa termasuk BUMN dan BUMD serta atau wirausahawan

beserta jaringannya yang dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam peningkatan

kesejahteraan social.

Dalam seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat ada utama yaitu program

Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Program ini diarahkan pada upaya

penggalian, pendayagunaan, dan pengembangan potensi dan sumber daya pembangunan

kesejahteraan sosial, baik yang berada dalam lingkungan kerja pernerintah daerah dan

instansi terkait maupun yang berasal dari kalangan masyarakat. Program ini kegiatannya

mencakup:

1. Pembinaan dan Pemberdayaan Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat

(WKSBM)

2. Pembinaan dan pemberdayaan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

3. Pembinaan dan pemberdayaan Kapasitas Kelembagaan Sosial

4. Pemantapan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

5. Pembinaan dan pemberdayaan Karang Taruna

6. Pembinaan Peran Dunia Usaha Peduli Sosial

7. Pembinaan LK3

Page 8: Laporan Bidang-Bidang Ow

8. Pembinaan FCO

Untuk kegiatan Pembinaan LK3 dan FCO ini dana bersumber dari APBN. Dan kegiatan

FCO ini masih dalam uji coba.

2. Bidang Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial

Di dalam bidang Pengembangan UKS, terdapat dua seksi yaitu seksi Pengembangan

Kelembagaan Usaha Kesejahteraan Sosial dan Binjut serta Seksi Penyuluhan dan

Publikasi.Untuk seksi Pengembangan Kelembagaan UKS, bertugas untuk memberikan

bantuan pengembangan khusus eks klien (mantan penyandang masalah kesejahteraan

sosial yang telah mengikuti bimbingan dari UPT selama 6 bulan) berupa bantuan barang

dan bahan. Sumber dananya didapatkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah). Bantuan tersebut diberikan perorangan dengan catatan jika dalam waktu 2 tahun

saat dinas melakukan monitoring, usaha atau bisnis dari eks klien berjalan secara terus

menerus dan stagnan. Selain itu seksi pengembangan kelembagaan UKS mempunyaai

kegiatan dengan cara melakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi guna

mengembangkan fungsi UPT.

Untuk alur kegiatan dari seksi pengembangan kelembagaan UKS berawal dari

penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti, gelandangan pengemis dan WTS

(wanita tuna susila) yang masih dalam masa produktif yang diberi keterampilan oleh UPT

di berbagai kabupaten/kota. Setelah 6 bulan bimbingan, para penyandang tersebut yang

sekarang disebut eks klien dikembalikan kepada bupati dan daerahnya masing-masing.

Setelah dikembalikan, dilakukan seleksi oleh kabupaten dan kota untuk memilih eks klien

yang akan dikembangkan usahanya dan diberikan bantuan. Kemudian dilakukan verifikasi

yaitu pemantapan untuk para eks klien dalam mengikuti kegiatan dan penerima bantuan

dari dinas sosial. Jika kegiatan sebelumnya telah dilakukan, selanjutnya adalah bimbingan

teknis kepada para penyandang masalah sosial selama satu minggu. Dalam kegiatan

bimbingan teknis tersebut didatangkan narasumber terdiri dari staff atau perwakilan dari

dinas sosial provinsi, UKM, Dinas Ketenagakerjaan, BRI, ESQ dan lain sebagainya.

Selama satu minggu tersebut, para eks klien diberi bimbingan untuk usaha yang

dijalaninya berjalan dengan baik dan maju. Setelah rangkaian kegiatan tersebut selesai,

selanjutnya adalah pemberian bantuan berupa barang dan bahan kepada eks klien.

Kegiatan terakhir adalah monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan paling banyak

oleh 3 orang dari dinas sosial provinsi turun ke tempat.

Page 9: Laporan Bidang-Bidang Ow

Di Tahun 2016, seleksi dari eks klien mencapai jumlah 125 orang dari berbagai

kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Tetapi yang mengikuti bimbingan teknis

hanya terdiri dari 50 orang. Jumlah tersebut juga lah yang akan diberikan bantuan oleh

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Bantuan biasanya berupa barang dan bahan dari usaha

yang telah dilakukannya. Seperti barang usaha elektro atau servis hp, menjahit, salon,

otomotif, pertukangan dan pijat. Bantuan sosial tidak pernah berupa uang langsung atau

transferan. Tetapi memang pemerintah terlalu fokus terhadap pengembangan

keterampilannya dilihat dari 90% di UPT merupakan tahapan atau kegiatan keterampilan.

Padahal sebetulnya dari bimbingan psikologis para eks klien juga perlu ditambah.

Seksi kedua dari pengembangan UKS adalah Seksi Penyuluhan dan Publikasi. Pada

tahun 2015, seksi ini mengadakan kegiatannya di 15 Kabupaten dan Kota di seluruh

Provinsi Jawa Timur. Sumber dana yang ada dari APBD yang urgent sesuai kebutuhan

Kabupaten dan Kota yang terakhir bulan Juni. Penyuluhan yang ada diadakan di berbagai

desa dan kelurahan yang dilakukan secara bekerjasama dengan Pak Lurah, TKS, Karang

Taruna, maupun Tokoh Agama. Biasanya di dalam satu lokasi Kabupaten dan Kota

terdapat 30 orang peserta. Untuk fokus permasalahannya atau topiknya adalah narkoba,

migran bermasalah dan pornografi. Karena dengan topik yang bersangkutan, maka

kegiatan dapat didatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan setempat, dan Kepolisian

setempat kalau topiknya narkoba. Kabupaten dan Kota yang menjadi peserta dari kegiatan

ini terdiri dari Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Nganjuk,

Tuban, Malang, Ngawi, Ponorogo, Banyuwangi, Jember, dan Lumajang, Kediri. Sumber

dananya dari APBD sebesar 1,1 M. Sedangkan untuk anggaran dana APBN sejumlah 150

juta di 10 lokasi kabupaten atau kota. Biasanya penyuluhan dilakukan melalui media film.

Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat memahami topik dari penyuluhan dengan

mudah. Sehingga manfaat dari pengadaan penyuluhan dapat cepat tercapai. Kegiatan

penyuluhan tahun ini pun dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus dan sudah

berjalan tinggal di lima lokasi.

Untuk kegiatan publikasi mempunyai tugas dalam mempublikasikan kegiatan-

kegiatan yang ada di Dinas Sosial. Kegiatannya berupa mencetak majalah Dinas Sosial

dan membagikannya ke seluruh dinas sosial Kab/Kota dan ke yayasan yang melakukan

kerjasama dengan Dinas Sosial. Majalah tersebut dicetak atau terbit dua kali setahun. Oleh

karena itu perlunya kerjasama antara seksi ini dengan para wartawan dalam menerbitkan

majalah Dinas Sosial. Ada juga kegiatan pameran eks klien, yang mempertunjukkan hasil

Page 10: Laporan Bidang-Bidang Ow

karya dari eks klien yang telah berkembang. Sekarang sudah ada tiga pameran yang telah

dilakukan. Pertama adalah KIM atau Kelompok Informasi Masyarakat yang diadakan di

Nganjuk yang kegiatannya berupa pengenalan Dinas Sosial terhadap masyarakat luas.

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur menduduki juara pertama dan juara ketiga dalam

pemandu stand terbaik. Kedua adalah BPGRN (Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat)

yang diadakan di Pandaan. Kegiatan tersebut dilakukan kepada kube-kube di daerah.

Terakhir adalah kegiatan pelayanan publik yang diadakan di Sidoarjo. Kegiatan tersebut

berisi tentang pelayanan apa yang paling menonjol di Dinas Sosial. Seperti contohnya

tahun ini Dinas Sosial sibuk-sibuknya mengurusi penanganan balita terlantar. Acara

tersebut juga terdapat kegiatan undian berhadiah. Kegiatan tersebut dilakukan di Kota

Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Pasuruan,Kabupaten Pasuruan, Lamongan, Gresik,

Bojonegoro, Jombang,Bangkalan dan Kabupaten Probolinggo.

3. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

membawahi tiga seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :

1. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia

2. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

3. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat

Pada bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial ini menangani pelayanan bagi balita,

anak dan lanjut usia terlantar, dan rehabilitasi social bagi anak nakal, korban NAPZA,

penyandang cacat dan tuna sosial. Rehabilitasi social ini dimaksudkan untuk memulihkan

dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu mandiri dalam kehidupan

bermasyarakat. Rehabilitaasi sosial yang diberikan seperti motivasi dan diagnosis

psikososial, perawatan dan pengasuhan, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling

psikososial, pelayanan aksesibilitas sosial, bantuan dan sistensi sosial, bimbingan sosial

dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan

resosialisasi, bimbingan lanjut dan rujukan.

Page 11: Laporan Bidang-Bidang Ow

3.1. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia

Dalam seksi ini kegiatan dibagi menjadi lima kategori sasaran. Diantaranya adalah

Anak jalanan dan terlantar, Anak dengan kecacatan 0-18 tahun, Anak balita terlantar,

Anak berhadapan dengan hukum, dan Anak yang diberlakukan salah. Anak yang

berhadapan dengan hukum kegiatannya dilakukan dengan diversi. Selain itu, diberikan

pendamping berupa SAKTIPEKSO (Satuan Bakti Kelompok Sosial). Saktipekso tersebut

digaji oleh Kementrian Sosial dan ditugaskan di Kabupaten/Kota setempat. Biasanya klien

/ anak yang berhubungan dengan hukum diberikan bimbingan dan kosultasi oleh satuan

tersebut di lembaga pembinaan masyarakat. Anak yang berhadapan dengan hukum bisa

dibantu untuk tidak dihukum secara pidana, tetapi diperlakukan secara perdata. Kecuali

anak tersebut mempunyai perbuatan yang berat seperti membunuh. Maka mereka harus

diproses sesuai hukum perdana.

Hal tersebut dilakukan juga terhadap anak yang diberlakukan salah. Juga melalui

SAKTIPEKSO sebagai pendamping dari Dinas Sosial. Dari kelembagaan juga diberikan

bimbingan konseling untuk kesehatan psikis dari anak tersebut. Contohnya anak dengan

kasus trafficking. Pada kasus tersebut diberikan bantuan berupa bimbingan konseling.

Untuk anak dengan permasalahan kecacatan diutamakan anak dengan kecacatan di luar

panti. Anak tersebut diberikan bantuan sejumlah Rp.1.000.000 sekali dalam setahun.

Untuk anak jalanan proses kegiatannya adalah dari awal penjaringan oleh SATPOL

PP. Setelah mereka terjaring, mereka dibawa ke dinas sosial setempat untuk diberikan

bimbingan psikologis dan di data. Setelah di data, mereka dibawa ke UPT untuk menjadi

peserta dari kegiatan latihan keterampilan otomatif sepeda motor. Kegiatan tersebut

diadakan selama 20 hari bertempat di Kabupaten Malang. Pesertanya berasal dari Kab.

Nganjuk (8 orang), Kab. Jombang (8 orang), Kab. Pasuruan (8 orang), Kab Probolinggo (8

orang). Sedangkan jika anak tersebut ingin lebih menekuni keterampilan tersebut dapat

mendaftarkan diri ke UPT. Nantinya akan dibimbing oleh UPT selama 6 bulan dan

mendapat bantuan berupa barang dan bahan dari apa yang telah ditekuni. Anak jalanan

yang diberikan keterampilan tersebut rata-rata umur 15-18 tahun. Tahun ini juga Bidang

Pelayanan dan Resos Anak & Lanjut Usia melakukan pelayanan kepada 8 anak terlantar

dari Jember dan 8 orang lainnya dari Lumajang.

Kegiatan seksi ini lainnya adalah pemberian bantuan kepada orang lanjut usia.

Orang lanjut usia merupakan seseorang yang usianya minimal 60 tahun atau lebih. Dalam

seksi ini, orang lanjut usia yang dibantu harus terdaftar sebagai orang miskin yang tidak

mampu untuk menafkahi dirinya sendiri. Bantuan langsung berupa dana yang akan

Page 12: Laporan Bidang-Bidang Ow

diterima langsung oleh kllien. Bantuan langsung tunai tersebut bersumber dari dana

APBN. Jumlahnya adalah Rp.200.000 per bulan. Sedangkan dari dana APBD, orang lanjut

usia diberikan bantuan permakanan sembako.

3.2. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial merupakan pembinaan lanjut bekas Tuna Susila,

gelandangan, pengemis, gelandangan bekas penderita psikotik, korban HIV/AIDS dan

warga bekas binaan lembaga pemasyarakatan. Pada tahun 2015 ini seksi pelayanaan dan

rehabilitasi sosial dan tuna sosial melaksanakan program dan kegiatan pembinaan WTS di

Kabupaten Madiun dan Kabupaten Jember. Pembinaan Gepeng di laksanakan di Kabupaten

Probolinggo. Dan Kabupaten Nganjuk pembinaan bekas warga binaan pemasyarakatan.

3.2.1. Rehabilitasi sosial WTS

Kegiatan rehabilitasi sosial ini dilaksankan di Kabupaten Madiun dan Kabupaten

Jember karena di kabupaten/daerah tersebut masih banyak masalah WTS. System pelayanan

rehabilitasi sosial WTS ini dilaksanakan diluar panti. Proses rehabilitasi sosial untuk WTS

adalah WTS tergaruk razia kemudian di data, setalah itu Wanita Tuna Susila mendapatkan

pembinaan dan diberi ketrampilan seperti tata boga dan setelah melakukan pembinaan

diberi bantuan atau modal berupa barang dan bahan untuk memulai usaha agar tidak

menjadi wanita tuna sosial kembali. Dan dilakukan monitoring oleh pemerintah daerah

setempat. Tapi keberhasilan pada kegiatan rehabilitasi sosial WTS ini hanya 30 %.

3.2.2.Rehabilitasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan

Bekas warga binaan pemasyarakatan merupakan seseorang yang telah usai menjalani

masa hukuman, karena tindak criminal akan tetapi tidak diterima dengan baik oleh

masyarakat/keluarga, sehingga kesulitan mendapatkan kesulitan untuk melaksanakan tugas

kehidupannya secara normal. Pada tahun 2015 kegiatan rehabilitasi sosial bekas warga

binaan pemasyarakatan diselanggarakan di Kabupaten Nganjuk. Tetapi untuk Ex Napi

masalah narkoba dan terorisme tidak boleh dibantu. Pendataan untuk kegiatan tahun 2015

didata pada tahun 2014. Dan setelah didata pada tahun 2014 pada tahun 2015 verifikasi data

lagi. Data Ex Napi diperoleh dari daerah lalu dilakukan pemantapan dengan cara

wawancara secara langsung dan dilakukan bimbingan setelah dibimbing peserta praktek

kerja langsung di bengkel-bengkel selama 20 hari lalu diberikan bantuan dan setelah 1-2

bulan dilakukan monitoring oleh pemerintah daerah setempat.

3.2.3.Rehabiltasi Sosial Gelandangan dan Pengemis

Gepeng merupakan seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma

kehidupanyang layak dalam masyarakat. Gepeng yang mendapat rehabilitasi sosial ini

Page 13: Laporan Bidang-Bidang Ow

gepeng yang berusia produktif (17s/d 50 tahun). Prosedur dari rehabilitasi sosial gepeng ini

adalah pendekatan awal, tahap penerimaan, tahap bimbingan dan pelatihan ketrampilan,

tahap resosialisasi, tahap bimbingan lanjut dan pengakiran. Ini dilaksankan selama 6 bulan.

3.2.4.Penangan HIV/AIDS

Orang dengan HIV/AIDS adalah seseorang berusia 0-60 taun bahkan lebih dengan

rekomendasi professional/dokter /petugas laboraturium terbukti tertular virus HIV sehingga

mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar. Untuk

penangan HIV/AIDS ini dinas sosial menjalin kerja sama dengan Komisi Penanggulangan

Aids Provinsi(KPAP), Komisi Penanggulangan Aids Daerah(KPAD), Kelompok Dukungan

Sebaya(KDS),LKS. Orang dengan HIV/AIDS diberikan pemberdayaan dan suplemen gizi

(bantuan tambahan makanan) dilihat kondisi dari klien.

3.3. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat

Orang dengan kedisabilitasan adalah seseorang yang mengalami kelainan fisik atau

mental sebagai akibat dari bawaan sejak lahir maupun lingkungan (kecelakaan).

Penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat tubuh, netra, mental dan rungu wicara.

Sumber dana dari program dan kegiatan dalam Seksi pelayanan dan rehabilitasi penyandang

cacat berasal dari APBN dan APBD. Untuk dana APBD seksi pelayanan dan rehablitasi

penyandang cacat pada tahun 2015 mempunyai kegiatan rehabilitasi sosial penyandang

cacat, kusta dan deteksi dini penyandang cacat berbasis masyarakat.

3.3.1.Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Kusta

Pada tahun 2015 melalukakan kegiatan Seleksi Kegiatan Bimbingan Sosial dan

Ketrampilan untuk kegiatan tahun 2016 pada Kab.Probolinggo (15 orang) dan

Kab.Ponorogo (15 orang). Verifikasi calon peserta bimbingan tahun 2015 dilaksankan di

Kab.Jember (20 orang) dan Kab.Tulungagung (20 orang). Bimbingan Sosial dan

Ketrampilan tahun 2015 diselenggarakan Kab.Jember (20 orang) dan Kab. Tulungagung (20

orang). Dan kegiatan bantuan sosial UEP (Usaha Ekonomi Produktif) di Kab. Jember dan

Kab.Tulungagung dengan jumlah sasaran 40 orang. Dan kegiatan bantuan bahan

permakanan bagi penyandang disabilitas eks kusta dengan jumlah sasaran 50 orang dan

diselenggarakan di Kab.Tuban dan Kab.Mojokerto.

3.3.2. Deteksi Dini Penyandang Cacat Berbasis Masyarakat

Kegiatan pada tahun 2015 ini adalah pembentukan kader RBM pada Kab.Ngawi dan

Kab.Tuban. Kegiatan Bimsostran Paca diselenggarakan di Kab.Ngawi dan Kab.Tuban

dengan jumlah sasaran masing-masing kabupaten/daerah 50 orang. Dan bantuan Alat Bantu

Mobilitas di Kab.Sumenep dengan jumlah sasaran 15 orang dan Kab. Sampang dengan

Page 14: Laporan Bidang-Bidang Ow

jumlah sasaran 15 orang. Kegiatan yang bersumberkan APBN pada tahun 2015 adalah

Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan. Adapun sub kegiatan dari kegiatan

Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan yaitu :

Orang Kecacatan Tubuh dan Bekas Penderita Penyakit Kronis Cacat Rungu

Wicara, Cacat Netra,Cacat Mental, Cacat Fisik dan Cacat Mental yang mendapat

Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Kegiatan yang dilakukan adalah Unit

Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) di Kab.Lumajang dan Kab.Probolinggo,

Pemantapan Kader Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Berbasis

Masyarakat(RSODKBM), Seleksi dan Asesmen di Kota Malang dan Kab.Magetan,

Loka Bina Karya (LKB) di Kota Malang dan Kab.Magetan, Praktek Belajar Kerja

(PBK), Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kampanye Sosial dalam Pemenuhan

Hak-hak Orang dengan Kecacatan.

Orang dengan Kecacatan yang Mendapat Bantuan Sosial Pemenuhan Kebutuhan

Dasar bagi Penyandang Disabilitas di Lembaga. Kegiatan yang dilakukan pada sub

kegiatan orang dengan kecacatan yang mendapat bantuan sosial pemenuhan

kebutuhan dasar bagi penyandang disabilitas di lembaga adalah adalah Penyaluran

Asistensi Sosial melalui LKS dan Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ODK di

Yayasan Bhakti Luhur Malang.

4. Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial

Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

membawahi tiga seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :

4.1. Seksi Bantuan Korban Bencana

Pada tahun 2015 ini seksi bantuan korban dan bencana pada bidang Bantuan Korban

Bencana mempunyai program dan kegiatan seperti Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana,

Mitigasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Alam dan

Sosial, Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Bencana dan Logistik, dan

Pemulihan Sosial Eks Korban Bencana Alam dan Sosial.

4.2. Seksi Pengelolaan Sumber Dana Sosial dan Jaminan Sosial

Dalam seksi pengelolaan sumber dana sosial dan jaminan sosial ini ada 3 program

kegiatan yaitu Pembinaan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis

Berhadiah (UGB), Penguatan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), dan

Page 15: Laporan Bidang-Bidang Ow

Pengembangan Sistem Jamnian Sosial Melalui Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS).

Pengumpulan Uang dan Barang adalah setiap usaha mendapatkan uang atau barang untuk

pembangunan dalam bidang kesejteraan sosial, mental/agama/kerokhanian, kejasmanian,

pendidikan dan bidang kebudayaan. Biasa di masyarakat dikenal dengan pengumpulan

sumbangan. Untuk pengumpulan uang dan barang ini harus izin. Dan harus melaporkan hasil

dari pengumpulan uang dan barang dan uang dan barang tersebut dipergunakan untuk apa.

Jika dana tersebut dipergunakan untuk operasional maka penarikan dana tersebut harus

dihentikan.

Undian gratis berhadiah adalah suatu undian yang diselenggarakan secara Cuma-

Cuma dan digabungkan/dikaitkan dengan perbuatan lain. Syarat permohonan izin UGB

adalah surat permohonan, akta pendirian perusahaan, SIUP, NPWP, foto copy biaya

UKS,Ijin/penarikan dan promosi. Penyelenggara juga berkewajiban untuk membayar

UKS(usaha kesejahteraan sosial) sebesar 10% dari total hadiah, membayar perizinan sebesar

200.000 dan membayar biaya iklan/promosi UGB 100.000, membayar pajak pemenang

sebesar 25% dari total hadiah tetapi ini bisa ditanggung oleh penyelenggara/pemenang, dan

membuat laporan hasil pelaksanaan penarikan undian 1 bln setelah pelaksanaan.

Program keluarga harapan adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada

rumah tangga sangat miskin/keluarga sangat miskin yang ditetapkan sebagai peserta PKH.

Program ini dilaksanakan secara berkelanjutan dimulai pada tahun 2007 di 7 provinsi.

Sampai tahun 2015 sudah dilaksanakan selurugh provinsi di Indonesia. Proses dari

pelaksanaan PKH meliputi : Penetapan Sasaran, Validasi, penyaluran bantuan pertama,

pemutakhiran data, verifikasi, penyaluran bantuan tahap selanjutnya, dan

transformasi(resertifikasi, transisi, dan graduasi). Bantuan disalurkan dengan 4 tahap. Dan

PKH ini dibagi dalam 2 bidang yaitu bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Untuk bidang

kesehatan ini sasarannya adalah ibu hamil dan balita. Untuk ibu hamil dan balita besaran

bantuan 1 juta per tahun. 2,8 juta untuk bidang pendidikan.

Askesos adalah asuransi kesejahteraan sosial . program ini dimulai sejak tahun 2003

dan diperuntukkan pekerja sektor informal seperti PKL, Tukang ojek, tukang becak. Pada

tahun 2003-2011 program askesos ini masih menggunkan pola lama dengan mekanisme

kemensos bekerja sama dengan dinas sosial. Penerima askesos di data oleh orsos yang sudah

dipilih oleh kabupaten/kota setempat yang sudah mempunyai ijin, melalukan pelayanan

minimal 3 tahun, organisasi yang jelas dan transparan, bekerja sama dengan dinsos dan SDM

Page 16: Laporan Bidang-Bidang Ow

memadahi. Setiap orsos mendata 250 orang penerima askesos. Pada saat itu bantuan dari

APBN yang dikirim kepada orsos untuk klien sebesar 30juta pertahun dan dana itu dibagi

menajdi 2. 15 juta diperuntukkan jaminan sosial, dan yang 15 juta untuk usaha orsos tersebut.

Jaminan sosial ini khusus jaminan kematian dan kecelakaan kerja. Untuk jaminan sosial

besaran 400rb, dan 200rb untuk jaminan kesehatan maksudnya jaminan kesehatan ini adalah

jika klien penerima askesos ini sakit maka diberilah uang 200rb melalui orsos yang telah

ditunujuk. Pada tahun 2012 askesos menggunkan pola baru yaitu askesos new inisiatif. Pola

baru ini sangat berbeda dengan pola lama. Setiap orsos mendata 500-1000 orang, dan askesos

dilimpahkan pada BPJS ketenagakerjaan dan BPJS kesehatan. Penerima askesos ini

kebanyakan dari klien PKH. Negara pembayar klien askesos kepada BPJS sebesar

15.600perbulan atau jika pertahun 165.000. klien penerima BPJS ketenagakerjaan hanya 1

tahun. Berbeda dengan BPJS Kesehatan kalo BPJSKesehatan ini sifatnya menyeluruh dan

selamanya. Diharapkan BPJS kesehatan dapat mencakup seluruh masyarakat miskin.

4.3. Seksi Advokasi dan Perlindungan Sosial

Pada seksi ini diarahkan untuk memberikan perlindungan fisik, sosial maupun

psikologis kepada anak, wanita, lanjut usia dan yang menjadi korban tindak kekerasan,

pekerja migran yang terlantar dan pemulangan orang terlantar. Dalam seksi advokasi dan

perlindungan sosial ini pada tahun 2015 mempunyai 2 program kegiatan yaitu Perlindungan

Sosial Bagi Korban Tindak Kekerasan dan/atau Perlakuan Salah, Serta Pekerja Migran

Bermasalah dan Penangan dan Perlindungan bagi Orang Terlantar.

Penanganan Orang Terlantar dan Pekerja Migran ini adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi klien yaitu menyerahkan surat keterangan dari kepolisian atau institusi sosial terkait.

Setelah itu advokasi sosial disini klien di wawancarai mengenai masalah apa yang

menyebabkan klien terlantar dan bagaimana meyakinkan klien untuk pulang kembali ke

daerah asalnya. Klien di data dan di foto sebelum dipulangkan untuk mencegah jika klien

kembali lagi bahwa klien tersebut sudah pernah dipulangkan. Ini hanya untuk 1kali untuk 1

klien. Dana untuk pemulangan orang terlantar tersebut dari APBD.