Laporan Bidang-Bidang Ow
-
Upload
hanna-syabrina -
Category
Documents
-
view
15 -
download
3
description
Transcript of Laporan Bidang-Bidang Ow
1. Bidang Pemberdayaan Sosial
Bidang Pemberdayaan Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mempunyai tiga
seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :
a. Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil
b. Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat
c. Seksi Pembinaan Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial
1.1 Seksi Pemberdayaan Fakir Miskin dan Masyarakat Terpencil
Dalam bidang pemberdayaan sosial, seksi pemberdayaan fakir miskin dan
masyarakat terpencil merupakan seksi utama pelaksanaan program dan kegiatan bidang.
Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat melalui usaha ekonomis
produktif dalam kelompok atau yang lebih dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE). Kegiatan yang dilakukan diantarannya adalah pemberdayaan fakir miskin,
pemberdayaan wanita rawan sosial ekonomi, pemberdayaan & pembangunan daerah
terpencil & tertinggal, dan pemberdayaan keluarga rentan. Sumber dana untuk melakukan
kegiatan tersebut dapat didapat dari APBD dan APBN. Untuk sumber dana APBN, dana
yang diterima berupa uang tunai secara langsung. Sedangkan sumber dana APBD yang
diterima berupa barang dan bahan. Berikut ini merupakan berbagai program dan kegiatan
yang dikerjakan oleh seksi pemberdayaan fakir mikin dan masyarakat terpencil.
1.1.1. Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi merupakan suatu pemberdayaan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial kepada kelompok sosial yaitu wanita rawan sosial ekonomi.
Wanita rawan sosial ekonomi adalah wanita dewasa atau janda sekitar umur 18 hingga 59
tahun yang belum berkeluarga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari
karena tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi. Wanita rawan sosial ekonomi
biasanya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah atau minimal tidak tamat pendidikan
sekolah dasar. Kelompok wanita yang ditinggal oleh suaminya tanpa batas waktu tertentu
juga bisa masuk ke dalam golongan wanita rawan sosial ekonomi.
Dengan adanya fenomena tersebut, Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai tugas
untuk memberdayakan kelompok sosial tersebut. Usaha yang dilakukan oleh bidang
pemberdayaan sosial adalah dengan memberikan sosialisasi, bimbingan teknis, dan bantuan
sosial kepada kelompok sosial tersebut. Seperti yang sedang dilaksanakan oleh seksi
pemberdayaan fakir miskin dan masyarakat terpencil di daerah Situbondo. Jumlah wanita
rawan sosial ekonomi di Situbondo mencapai 60 orang. Metode yang digunakan untuk
pendekatan kepada kelompok sosial tersebut dengan door to door. Jadi, perwakilan dari
Bidang Pemberdayaan Sosial mendatangi kelompok sosial wanita rawan sosial ekonomi
dari satu rumah ke rumah lainnya. Selain untuk mengecek keadaan asli dari kelompok
sosial, kegiatan verifikasi juga memberikan konsultasi dan motivasi kepada kelompok
sasaran.
Rincian kegiatan yang ada meliputi penjajakan atau survei oleh pemerintah daerah
setempat. Setelah itu dilakukan verifikasi hasil seleksi yang ada dengan melakukan metode
door to door. Jika verifikasi telah dilaksanakan, dilanjutkan dengan melaksanakan
bimbingan teknis atau sosialisasi. Sosialisasi disini berupa cara untuk melakukan
keterampilan atau mendemonstrasikan berbagai keterampilan tersebut untuk menambah
pengetahuan kelompok sosial mengenai skill untuk bekerja. Dalam kegiatan juga
dilaksanakan pemberian bantuan langsung berupa bahan maupun barang. Barang tersebut
tidak boleh barang yang second. Untuk pembelian barang dan bahan tersebut memerlukan
kerja sama dengan CV karena pihak Dinas Sosial tidak boleh membelanjakan barang sosial
dengan sendiri. Sedangkan untuk penerima bantuan sudah ditentukan dalam SK Gubernur.
Jadi, bagi individu yang menerima harus bertanggung jawab terhadap barang yang didapat
dengan persetujuan menandatangani telah menerima barang maupun bahan tersebut. Jika
barang atau bahan yang telah diterima dijual atau tidak difungsikan dengan yang seharusnya
maka orang tersebut akan mendapatkan sanksi. Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah
monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus pada tahun pertama.
1.1.2 Pemberdayaan & Pembangunan Daerah Terpencil Tertinggal
Pemberdayaan dan Pembangunan Daerah Terpencil Tertinggal sebenarnya
kegiatannya sama dengan berbagai rangka kegiatan pemberdayaan yang lainnya. Hal yang
membedakan adalah kelompok sasaran yang ada. Untuk Pemberdayaan dan Pembangunan
Daerah Terpencil Tertinggal, kelompok sasarannya adalah masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan tertinggal. Untuk kegiatan tahun 2015, pemberdayaan daerah terpencil
dipusatkan di daerah Banyuwangi dan Trenggalek. Kegiatan yang dilakukan setelah
menentukan daerah mana saja yang telah disetujui untuk dilakukan pemberdayaan adalah
semiloka yang dihadari oleh tim provinsi, tokoh masyarakat, tim kabupaten, dinas sosial dan
lain sebagainya. Kemudian untuk kegiatan verifikasi atau ke lokasinya perlu didampingi
oleh pembina. Pembina merupakan pendamping dari desa maupun dari TKSK.
Kegiatan pemberdayaan daerah terpencil tersebut tidak hanya dilakukan oleh Dinas
Sosial. Tetapi bekerjasama juga dengan berbagai SKPD lainnya. Seperti Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan dan lain sebagainya. Kemudian dilakukan kegiatan
pemberian bantuan, contohnya seperti memberi bantuan berupa satu ekor sapi dan kambing
untuk dikembangbiakkan di daerah tersebut. Untuk SKPD lainnya, contoh dari Dinas PU
memasang pipa untuk kemudahan masyarakat desa dalam memperoleh air bersih. Semua
SKPD bekerja sama untuk membangun suatu daerah terpencil dan tertinggal tersebut agar
dapat merasakan kemudahan dalam hidup seperti masyarakat di perkotaan.
1.1.3 Pemberdayaan Keluarga Rentan
Keluarga rentan merupakan keluarga muda usia perkawinan dibawah 5 tahun yang
kondisinya rawan sosial ekonomi. Tahun 2015 Bidang Pemberdayaan Sosial melakukan
pemberdayaan keluarga rentan di daerah Blitar. Seksi Pemberdayaan Fakmis ini berusaha
untuk memberdayakan kelompok sasaran keluarga rentan tersebut. Lebih tepatnya,
kelompok sasarannya merupakan keluarga yang sudah mempunyai usaha tetapi usaha
tersebut masih redup. Contohnya adalah warung nasi ataupun ternak hewan. Bidang
Pemberdayaan Sosial memberikan bantuan berupa barang maupun bahan agar usaha dari
masyarakat tersebut dapat naik dan kebutuhan dasar dari mereka dapat terpenuhi. Kegiatan
setelahnya adalah sama dengan berbagai kegiatan pemberdayaan lainnya yaitu monitoring
dan evaluasi kegiatan.
1.1.4 Pemberdayaan Fakir Miskin
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak
bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Tahun 2015 Seksi
pemberdayaan fakir miskin mempunyai program kegiatan pemberdayaan di tujuh kabupaten
di Jawa Timur. Tujuh kabupaten tersebut didanai dari APBD maupun APBN.
Untuk program APBN yang dimaksud adalah penanganan kemiskinan perdesaan
dan penanganan kemiskinan perkotaan. Lima kabupaten diantara tujuh kabupaten tersebut
termasuk kedalam penanganan kemiskinan perdesaan. Daerah tersebut diantaranya
Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bondowoso, Trenggalek, dan Bojonegoro yang
diberikan bantuan pemberdayaan berjumlah 350kk per kabupaten yang tersebar di dalam 2
kecamatan dan dibagi lagi menjadi 2 desa yang per desenya mencakup 80-90kk. Untuk dua
daerah lainnya yaitu daerah Kabupaten Sumenep dan Jember dibagi per kabupaten yang
terdiri dari 2 kecamatan yang dibagi lagi menjadi tiga desa dan dua desa. Tiap desa tersebut
terdapat 70 an kk. Penanganan kemiskinan perkotaan di daerah kota malang dan kabupaten
nganjuk yang mencapai 100kk dan tersebar di dua kecamatan.
Bisa dilihat bahwa perbedaan antara perkotaan dan perdesaan penangangan
kemiskinannya adalah dari arti keduanya. Di perkotaan daerah atau wilayah yang
merupakan perkumpulan dari berbagai rumah disebut kelurahan. Sedangkan di daerah
perdesaan hal tersebut disebut desa. Untuk program yang didanai oleh APBD daerahnya
mencakup kabupaten malang, kabupaten ngawi, lamongan, blitar, sidoarjo dan tulungagung.
Jumlahnya adalah sebanyak 150 kk per daerah. Data daerah APBD menyesuaikan dengan
data daerah APBN.
Rincian kegiatan pada APBN sama saja dengan berbagai kegiatan APBN di seksi
pemberdayaan lainnya. Dimulai dari penyerahan proposal oleh dinas sosial setempat ke
dinas sosial provinsi dan dilanjutkan survey atau penjajakan tahun sebelumnya oleh dinas
sosial daerah setempat. Kemudian dilakukan verifikasi hasil penjajakan tersebut oleh Dinas
Sosial Provinsi secara langsung. Verifikasi ini dilakukan bisa dengan metode wawancara.
Hal yang dilakukan selanjutnya adalah bimbingan teknis yang dilakukan Dinas Sosial
Provinsi bersama-sama dengan SKPD dan stakeholder yang berkaitan lainnya. Selanjutnya
adalah penyerahan berkas-berkas proposal per KUBE di Dinas Sosial Provinsi. Setelah
berkas terkumpul, barulah dilakukan pemberian bantuan langsung kepada kelompok
sasaran. Penerimaan bantuan per KUBE sejumlah 20 juta.Satu KUBE terdiri dari 10 orang
individu yang dibagi menjadi ketua, bendahara, dan anggota. Jadi jika bisa dihitung per
orang dapat diberikan 2juta. Tetapi uang tersebut tidak bisa dipergunakan secara
sembarangann. Mulai dari pencairan uang sampai pembelian barang yg diambil harus
didampingi oleh TSKS dan kepala daerah setempat.
1.2 Seksi Pembinaan Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial
Dalam seksi pembinaan kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial, terdapat dua
program dalam tahunannya. Program tersebut adalah pelestarian nilai-nilai kepahlawanan
dan kesetiakawanan sosial dan program pemeliharaan TMP. Kesetiakawanan sosial
merupakan suatu nilai masyarakat yang bersifat dinamis yang tidak terlepas dari beberapa
isu yang berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Sedangkan pelestarian
nilai-nilai kepahlawanan merupakan suatu pemahaman untuk melestarikan dan
memasyaraktkan tentang nilai-nilai kepahlwanan, keperintisan. Seksi ini sebagai mitra kerja
untuk menginformasikan kepada daerah.
Dalam program Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial ini
ada 5 kegiatan yang dilakukan yaitu Donor darah; kerja bakti; sarasehan; perintis
kemerdekaan, dan pemberian penghargaan.. dan program pemeliharaan TMP. Berikut
adalah program dan kegiatan yang dikerjakan oleh seksi Pembinaan Kepahlawanan dan
Kesetiakawanan Sosial.
1. Donor Darah,
Dilaksanakan pada hari Kebangkitan Nasional dan Hari Kesetiakawanan Sosial.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan di dukung oleh PMI. Kegiatan
ini dilaksanakan di Halaman Kantor Dinas Sosial Jawa Timur. Dinsos juga menyiapkan
souvenir dan hadiah menarik untuk peserta donor darah. Kegiatan donor darah ini
terbuka untuk jajaran pegawai di lingkungan pemerintah provinsi serta melibatkan
masyarakat umum di Jawa Timur.
2. Kerja Bakti
Adalah kegiatan membersihkan di TMP, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan kesadaran bagi generasi penerus akan arti dan makna Taman Makam
Pahlawan serta mengingat kebersihan dan keindahan Taman Makam Pahlawan.
Kegiatan kerja bakti ini bekerja sama dengan dinas yang lain, mulai dari Dinas
Pertanian, Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Kerja bakti membersihkan TMP
dilaksankan pada hari besar nasional terutama pada peringatan Hari Kemerdekaan pada
17 Agustus dan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan 10 November di Jl.Mayjen
Sungkono Surabaya. Kerja bakti ini juga di ikuti pelajar SMA dan SMK yang ada di
Surabaya.
3. Sarasehan
Adalah wawasan kebangsaan dan penanaman social nilai-nilai kepahlawanan lebih
dikhususkan bagi kalangan pelajar di Jawa Timur. Sarasehan yang melibatkan lintas
generasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan berbagai pengalaman kepada
generasi yang muda. Melalui Sarasehan ini diharapkan terjadi transformasi ilmu
pengetahuan, jiwa kepahlawan dan nilai-nilai luhur, antara generasi terdahulu, dan
sekarang. Kegiatan ini dilaksakan pada saat Hari besar nasional tepatnya pada saat Hari
Kebangkitan Nasional.
4. Perintis Kemerdekaan
Adalah pengusulan calon perintis kemerdekaan ini dilakukan 1 tahun sekali. Dan pada
tahun ini provinsi Jawa Timur mengusulan 4 orang. Prosedur pengusulan perintis
kemerdekaan adalah pemohon mengajukan permohonan yang ditujukan kepada
Menteri Sosial melalui Pemerintah Daerah/Kota setempat, Pemerintah Daerah/kota
meneliti/seminar penelitian berkas jika berkas sudah memenuhi persyaratan maka
berkas diteruskan kepada Instansi Sosial/Pemerintah Provinsi jika berkas belum
memenuhi syarat maka berkas akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilegkapi,
Instansi Sosial/pemerintah daerah mengadakan penelitian berkas yang diusulkan
pemerintah daerah jika sudah memenuhi syarat maka usulan diteruskan kepada Menteri
Sosial, direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kejuangan mengadakan penelitian
berkas apabila telah lengkap maka diteruskan ke siding BPPK, dan dalam siding BPPK
dihadirkan para Perintis Kemerdekaan yang mengetahui riwayat perjuangan untuk
memperkuat data sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, untuk
menetapkan keberadaan data-data Calon Perintis kemerdekaan, Direktorat
Kepahlawanan, Keperintisan dan Kejuangan dan anggota BPPK dapat melakukan
pengecekan ke lapangan, keputusan sidang BPPK dilaporkan oleh Ketua BPPK kepada
Menteri Sosial bagi yang memenuhi syarat dikeluarkan Surat Keputusan Meteri Sosial
tentang Pengakuan sebagai Perintis Kemerdekaan.
5. Pemberian Penghargaan
Adalah penghargaan terhadap keluarga pahlawan dan pemeliharaan makam. Kegiatan
ini untuk meningkatkan penghargaan/tanda jasa kepada pahlawan, perintis
kemerdekaan yang berjasa besar terhadap bangsa dan Negara. Saat ini provinsi Jawa
Timur ada 24 pahlawan.
6. Pemeliharaan TMP
Adalah pembangunan/perbaikan taman makam pahlawan dan pemeliharaan taman
makam pahlawan di TMP 10 November di JL. Mayjen Sungkono.
1.3 Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (Parsosma)
Dalam seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (Parsosma) dipimpin Kepala
Seksi yaitu Bapak Drs. Dwi Sumartono, M.Si. Seksi Pembinaan Partisipasi Sosial
Masyarakat ini berfokus dalam PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) yaitu
potensi dan kemampuan yang ada dalam masyarakat baik manusiawi, social maupun alami,
yang dapat digali dan didayagunakan untuk menanganai dan mencegah timbul dan
berkembangnya permasalahan kesejahteraan social dan untuk meningkatkan kesejahteraan
social.
Ada 2 macam PSKS yaitu Perorangan dan Kelembagaan. Yang termasuk dalam PSKS
perorangan yaitu PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) adalah warga masyarakat (perorangan)
yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab social secara sukarela mengabdi di
bidang kesejahteraan social yang telah mengikuti bimbingan dan pelatihan. Dalam hal ini
Dinas Sosial memberikan Bintek kepada PSM. PSM ada di desa atau kelurahan. TSKS
(Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) adalah tenaga inti pengendalian kegiatan
penyelenggaraan kesejahteraan social di kecamatan dan sebagai koordinator dari PSM yang
ada di desa atau kelurahan.
Dan yang termasuk dalam PSKS kelembagaan yaitu Karang Taruna, LKS, LK3,
WKSBM, dan Dunia Usaha. Karang Taruna adalah organisasi social kepemudaan, sebagai
wadah pembinaan dan pengembangan pemuda di Tingkat Desa/Kelurahan, diharapkan
karang taruna. LKS (lembaga kesejahteraan social) adalah organisasi social yang
melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan social yang dibentuk oleh masyarakat, baik
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Sampai saat ini jumlah LKS yang terdaftar
di provinsi Jawa Timur 1967. Peran dinas sosia pada LKS adalah memberi prasarana,
Bintek, dan pelatihan social. LK3 (Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga) adalah
suatu lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi,
pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi dan pemberdayaan bagi
keluarga secara profesioanal. WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat) adalah system kerjasama antar keperangkatan pelayanan social yang terdiri
atas usaha kelompok , lembaga maupun jaringan pendukungnya seperti kelompok
pengajian. Dan Dunia Usaha dalah organisasi komersial seluruh lingkungan
industry/produksi barang/jasa termasuk BUMN dan BUMD serta atau wirausahawan
beserta jaringannya yang dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam peningkatan
kesejahteraan social.
Dalam seksi Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat ada utama yaitu program
Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Program ini diarahkan pada upaya
penggalian, pendayagunaan, dan pengembangan potensi dan sumber daya pembangunan
kesejahteraan sosial, baik yang berada dalam lingkungan kerja pernerintah daerah dan
instansi terkait maupun yang berasal dari kalangan masyarakat. Program ini kegiatannya
mencakup:
1. Pembinaan dan Pemberdayaan Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat
(WKSBM)
2. Pembinaan dan pemberdayaan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
3. Pembinaan dan pemberdayaan Kapasitas Kelembagaan Sosial
4. Pemantapan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
5. Pembinaan dan pemberdayaan Karang Taruna
6. Pembinaan Peran Dunia Usaha Peduli Sosial
7. Pembinaan LK3
8. Pembinaan FCO
Untuk kegiatan Pembinaan LK3 dan FCO ini dana bersumber dari APBN. Dan kegiatan
FCO ini masih dalam uji coba.
2. Bidang Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial
Di dalam bidang Pengembangan UKS, terdapat dua seksi yaitu seksi Pengembangan
Kelembagaan Usaha Kesejahteraan Sosial dan Binjut serta Seksi Penyuluhan dan
Publikasi.Untuk seksi Pengembangan Kelembagaan UKS, bertugas untuk memberikan
bantuan pengembangan khusus eks klien (mantan penyandang masalah kesejahteraan
sosial yang telah mengikuti bimbingan dari UPT selama 6 bulan) berupa bantuan barang
dan bahan. Sumber dananya didapatkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah). Bantuan tersebut diberikan perorangan dengan catatan jika dalam waktu 2 tahun
saat dinas melakukan monitoring, usaha atau bisnis dari eks klien berjalan secara terus
menerus dan stagnan. Selain itu seksi pengembangan kelembagaan UKS mempunyaai
kegiatan dengan cara melakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi guna
mengembangkan fungsi UPT.
Untuk alur kegiatan dari seksi pengembangan kelembagaan UKS berawal dari
penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti, gelandangan pengemis dan WTS
(wanita tuna susila) yang masih dalam masa produktif yang diberi keterampilan oleh UPT
di berbagai kabupaten/kota. Setelah 6 bulan bimbingan, para penyandang tersebut yang
sekarang disebut eks klien dikembalikan kepada bupati dan daerahnya masing-masing.
Setelah dikembalikan, dilakukan seleksi oleh kabupaten dan kota untuk memilih eks klien
yang akan dikembangkan usahanya dan diberikan bantuan. Kemudian dilakukan verifikasi
yaitu pemantapan untuk para eks klien dalam mengikuti kegiatan dan penerima bantuan
dari dinas sosial. Jika kegiatan sebelumnya telah dilakukan, selanjutnya adalah bimbingan
teknis kepada para penyandang masalah sosial selama satu minggu. Dalam kegiatan
bimbingan teknis tersebut didatangkan narasumber terdiri dari staff atau perwakilan dari
dinas sosial provinsi, UKM, Dinas Ketenagakerjaan, BRI, ESQ dan lain sebagainya.
Selama satu minggu tersebut, para eks klien diberi bimbingan untuk usaha yang
dijalaninya berjalan dengan baik dan maju. Setelah rangkaian kegiatan tersebut selesai,
selanjutnya adalah pemberian bantuan berupa barang dan bahan kepada eks klien.
Kegiatan terakhir adalah monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan paling banyak
oleh 3 orang dari dinas sosial provinsi turun ke tempat.
Di Tahun 2016, seleksi dari eks klien mencapai jumlah 125 orang dari berbagai
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Tetapi yang mengikuti bimbingan teknis
hanya terdiri dari 50 orang. Jumlah tersebut juga lah yang akan diberikan bantuan oleh
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Bantuan biasanya berupa barang dan bahan dari usaha
yang telah dilakukannya. Seperti barang usaha elektro atau servis hp, menjahit, salon,
otomotif, pertukangan dan pijat. Bantuan sosial tidak pernah berupa uang langsung atau
transferan. Tetapi memang pemerintah terlalu fokus terhadap pengembangan
keterampilannya dilihat dari 90% di UPT merupakan tahapan atau kegiatan keterampilan.
Padahal sebetulnya dari bimbingan psikologis para eks klien juga perlu ditambah.
Seksi kedua dari pengembangan UKS adalah Seksi Penyuluhan dan Publikasi. Pada
tahun 2015, seksi ini mengadakan kegiatannya di 15 Kabupaten dan Kota di seluruh
Provinsi Jawa Timur. Sumber dana yang ada dari APBD yang urgent sesuai kebutuhan
Kabupaten dan Kota yang terakhir bulan Juni. Penyuluhan yang ada diadakan di berbagai
desa dan kelurahan yang dilakukan secara bekerjasama dengan Pak Lurah, TKS, Karang
Taruna, maupun Tokoh Agama. Biasanya di dalam satu lokasi Kabupaten dan Kota
terdapat 30 orang peserta. Untuk fokus permasalahannya atau topiknya adalah narkoba,
migran bermasalah dan pornografi. Karena dengan topik yang bersangkutan, maka
kegiatan dapat didatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan setempat, dan Kepolisian
setempat kalau topiknya narkoba. Kabupaten dan Kota yang menjadi peserta dari kegiatan
ini terdiri dari Kota Kediri, Kota Madiun, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Nganjuk,
Tuban, Malang, Ngawi, Ponorogo, Banyuwangi, Jember, dan Lumajang, Kediri. Sumber
dananya dari APBD sebesar 1,1 M. Sedangkan untuk anggaran dana APBN sejumlah 150
juta di 10 lokasi kabupaten atau kota. Biasanya penyuluhan dilakukan melalui media film.
Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat memahami topik dari penyuluhan dengan
mudah. Sehingga manfaat dari pengadaan penyuluhan dapat cepat tercapai. Kegiatan
penyuluhan tahun ini pun dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus dan sudah
berjalan tinggal di lima lokasi.
Untuk kegiatan publikasi mempunyai tugas dalam mempublikasikan kegiatan-
kegiatan yang ada di Dinas Sosial. Kegiatannya berupa mencetak majalah Dinas Sosial
dan membagikannya ke seluruh dinas sosial Kab/Kota dan ke yayasan yang melakukan
kerjasama dengan Dinas Sosial. Majalah tersebut dicetak atau terbit dua kali setahun. Oleh
karena itu perlunya kerjasama antara seksi ini dengan para wartawan dalam menerbitkan
majalah Dinas Sosial. Ada juga kegiatan pameran eks klien, yang mempertunjukkan hasil
karya dari eks klien yang telah berkembang. Sekarang sudah ada tiga pameran yang telah
dilakukan. Pertama adalah KIM atau Kelompok Informasi Masyarakat yang diadakan di
Nganjuk yang kegiatannya berupa pengenalan Dinas Sosial terhadap masyarakat luas.
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur menduduki juara pertama dan juara ketiga dalam
pemandu stand terbaik. Kedua adalah BPGRN (Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat)
yang diadakan di Pandaan. Kegiatan tersebut dilakukan kepada kube-kube di daerah.
Terakhir adalah kegiatan pelayanan publik yang diadakan di Sidoarjo. Kegiatan tersebut
berisi tentang pelayanan apa yang paling menonjol di Dinas Sosial. Seperti contohnya
tahun ini Dinas Sosial sibuk-sibuknya mengurusi penanganan balita terlantar. Acara
tersebut juga terdapat kegiatan undian berhadiah. Kegiatan tersebut dilakukan di Kota
Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Pasuruan,Kabupaten Pasuruan, Lamongan, Gresik,
Bojonegoro, Jombang,Bangkalan dan Kabupaten Probolinggo.
3. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
membawahi tiga seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :
1. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia
2. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
3. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat
Pada bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial ini menangani pelayanan bagi balita,
anak dan lanjut usia terlantar, dan rehabilitasi social bagi anak nakal, korban NAPZA,
penyandang cacat dan tuna sosial. Rehabilitasi social ini dimaksudkan untuk memulihkan
dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu mandiri dalam kehidupan
bermasyarakat. Rehabilitaasi sosial yang diberikan seperti motivasi dan diagnosis
psikososial, perawatan dan pengasuhan, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling
psikososial, pelayanan aksesibilitas sosial, bantuan dan sistensi sosial, bimbingan sosial
dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan
resosialisasi, bimbingan lanjut dan rujukan.
3.1. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia
Dalam seksi ini kegiatan dibagi menjadi lima kategori sasaran. Diantaranya adalah
Anak jalanan dan terlantar, Anak dengan kecacatan 0-18 tahun, Anak balita terlantar,
Anak berhadapan dengan hukum, dan Anak yang diberlakukan salah. Anak yang
berhadapan dengan hukum kegiatannya dilakukan dengan diversi. Selain itu, diberikan
pendamping berupa SAKTIPEKSO (Satuan Bakti Kelompok Sosial). Saktipekso tersebut
digaji oleh Kementrian Sosial dan ditugaskan di Kabupaten/Kota setempat. Biasanya klien
/ anak yang berhubungan dengan hukum diberikan bimbingan dan kosultasi oleh satuan
tersebut di lembaga pembinaan masyarakat. Anak yang berhadapan dengan hukum bisa
dibantu untuk tidak dihukum secara pidana, tetapi diperlakukan secara perdata. Kecuali
anak tersebut mempunyai perbuatan yang berat seperti membunuh. Maka mereka harus
diproses sesuai hukum perdana.
Hal tersebut dilakukan juga terhadap anak yang diberlakukan salah. Juga melalui
SAKTIPEKSO sebagai pendamping dari Dinas Sosial. Dari kelembagaan juga diberikan
bimbingan konseling untuk kesehatan psikis dari anak tersebut. Contohnya anak dengan
kasus trafficking. Pada kasus tersebut diberikan bantuan berupa bimbingan konseling.
Untuk anak dengan permasalahan kecacatan diutamakan anak dengan kecacatan di luar
panti. Anak tersebut diberikan bantuan sejumlah Rp.1.000.000 sekali dalam setahun.
Untuk anak jalanan proses kegiatannya adalah dari awal penjaringan oleh SATPOL
PP. Setelah mereka terjaring, mereka dibawa ke dinas sosial setempat untuk diberikan
bimbingan psikologis dan di data. Setelah di data, mereka dibawa ke UPT untuk menjadi
peserta dari kegiatan latihan keterampilan otomatif sepeda motor. Kegiatan tersebut
diadakan selama 20 hari bertempat di Kabupaten Malang. Pesertanya berasal dari Kab.
Nganjuk (8 orang), Kab. Jombang (8 orang), Kab. Pasuruan (8 orang), Kab Probolinggo (8
orang). Sedangkan jika anak tersebut ingin lebih menekuni keterampilan tersebut dapat
mendaftarkan diri ke UPT. Nantinya akan dibimbing oleh UPT selama 6 bulan dan
mendapat bantuan berupa barang dan bahan dari apa yang telah ditekuni. Anak jalanan
yang diberikan keterampilan tersebut rata-rata umur 15-18 tahun. Tahun ini juga Bidang
Pelayanan dan Resos Anak & Lanjut Usia melakukan pelayanan kepada 8 anak terlantar
dari Jember dan 8 orang lainnya dari Lumajang.
Kegiatan seksi ini lainnya adalah pemberian bantuan kepada orang lanjut usia.
Orang lanjut usia merupakan seseorang yang usianya minimal 60 tahun atau lebih. Dalam
seksi ini, orang lanjut usia yang dibantu harus terdaftar sebagai orang miskin yang tidak
mampu untuk menafkahi dirinya sendiri. Bantuan langsung berupa dana yang akan
diterima langsung oleh kllien. Bantuan langsung tunai tersebut bersumber dari dana
APBN. Jumlahnya adalah Rp.200.000 per bulan. Sedangkan dari dana APBD, orang lanjut
usia diberikan bantuan permakanan sembako.
3.2. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial merupakan pembinaan lanjut bekas Tuna Susila,
gelandangan, pengemis, gelandangan bekas penderita psikotik, korban HIV/AIDS dan
warga bekas binaan lembaga pemasyarakatan. Pada tahun 2015 ini seksi pelayanaan dan
rehabilitasi sosial dan tuna sosial melaksanakan program dan kegiatan pembinaan WTS di
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Jember. Pembinaan Gepeng di laksanakan di Kabupaten
Probolinggo. Dan Kabupaten Nganjuk pembinaan bekas warga binaan pemasyarakatan.
3.2.1. Rehabilitasi sosial WTS
Kegiatan rehabilitasi sosial ini dilaksankan di Kabupaten Madiun dan Kabupaten
Jember karena di kabupaten/daerah tersebut masih banyak masalah WTS. System pelayanan
rehabilitasi sosial WTS ini dilaksanakan diluar panti. Proses rehabilitasi sosial untuk WTS
adalah WTS tergaruk razia kemudian di data, setalah itu Wanita Tuna Susila mendapatkan
pembinaan dan diberi ketrampilan seperti tata boga dan setelah melakukan pembinaan
diberi bantuan atau modal berupa barang dan bahan untuk memulai usaha agar tidak
menjadi wanita tuna sosial kembali. Dan dilakukan monitoring oleh pemerintah daerah
setempat. Tapi keberhasilan pada kegiatan rehabilitasi sosial WTS ini hanya 30 %.
3.2.2.Rehabilitasi Sosial Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan
Bekas warga binaan pemasyarakatan merupakan seseorang yang telah usai menjalani
masa hukuman, karena tindak criminal akan tetapi tidak diterima dengan baik oleh
masyarakat/keluarga, sehingga kesulitan mendapatkan kesulitan untuk melaksanakan tugas
kehidupannya secara normal. Pada tahun 2015 kegiatan rehabilitasi sosial bekas warga
binaan pemasyarakatan diselanggarakan di Kabupaten Nganjuk. Tetapi untuk Ex Napi
masalah narkoba dan terorisme tidak boleh dibantu. Pendataan untuk kegiatan tahun 2015
didata pada tahun 2014. Dan setelah didata pada tahun 2014 pada tahun 2015 verifikasi data
lagi. Data Ex Napi diperoleh dari daerah lalu dilakukan pemantapan dengan cara
wawancara secara langsung dan dilakukan bimbingan setelah dibimbing peserta praktek
kerja langsung di bengkel-bengkel selama 20 hari lalu diberikan bantuan dan setelah 1-2
bulan dilakukan monitoring oleh pemerintah daerah setempat.
3.2.3.Rehabiltasi Sosial Gelandangan dan Pengemis
Gepeng merupakan seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma
kehidupanyang layak dalam masyarakat. Gepeng yang mendapat rehabilitasi sosial ini
gepeng yang berusia produktif (17s/d 50 tahun). Prosedur dari rehabilitasi sosial gepeng ini
adalah pendekatan awal, tahap penerimaan, tahap bimbingan dan pelatihan ketrampilan,
tahap resosialisasi, tahap bimbingan lanjut dan pengakiran. Ini dilaksankan selama 6 bulan.
3.2.4.Penangan HIV/AIDS
Orang dengan HIV/AIDS adalah seseorang berusia 0-60 taun bahkan lebih dengan
rekomendasi professional/dokter /petugas laboraturium terbukti tertular virus HIV sehingga
mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar. Untuk
penangan HIV/AIDS ini dinas sosial menjalin kerja sama dengan Komisi Penanggulangan
Aids Provinsi(KPAP), Komisi Penanggulangan Aids Daerah(KPAD), Kelompok Dukungan
Sebaya(KDS),LKS. Orang dengan HIV/AIDS diberikan pemberdayaan dan suplemen gizi
(bantuan tambahan makanan) dilihat kondisi dari klien.
3.3. Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Penyandang Cacat
Orang dengan kedisabilitasan adalah seseorang yang mengalami kelainan fisik atau
mental sebagai akibat dari bawaan sejak lahir maupun lingkungan (kecelakaan).
Penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat tubuh, netra, mental dan rungu wicara.
Sumber dana dari program dan kegiatan dalam Seksi pelayanan dan rehabilitasi penyandang
cacat berasal dari APBN dan APBD. Untuk dana APBD seksi pelayanan dan rehablitasi
penyandang cacat pada tahun 2015 mempunyai kegiatan rehabilitasi sosial penyandang
cacat, kusta dan deteksi dini penyandang cacat berbasis masyarakat.
3.3.1.Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Kusta
Pada tahun 2015 melalukakan kegiatan Seleksi Kegiatan Bimbingan Sosial dan
Ketrampilan untuk kegiatan tahun 2016 pada Kab.Probolinggo (15 orang) dan
Kab.Ponorogo (15 orang). Verifikasi calon peserta bimbingan tahun 2015 dilaksankan di
Kab.Jember (20 orang) dan Kab.Tulungagung (20 orang). Bimbingan Sosial dan
Ketrampilan tahun 2015 diselenggarakan Kab.Jember (20 orang) dan Kab. Tulungagung (20
orang). Dan kegiatan bantuan sosial UEP (Usaha Ekonomi Produktif) di Kab. Jember dan
Kab.Tulungagung dengan jumlah sasaran 40 orang. Dan kegiatan bantuan bahan
permakanan bagi penyandang disabilitas eks kusta dengan jumlah sasaran 50 orang dan
diselenggarakan di Kab.Tuban dan Kab.Mojokerto.
3.3.2. Deteksi Dini Penyandang Cacat Berbasis Masyarakat
Kegiatan pada tahun 2015 ini adalah pembentukan kader RBM pada Kab.Ngawi dan
Kab.Tuban. Kegiatan Bimsostran Paca diselenggarakan di Kab.Ngawi dan Kab.Tuban
dengan jumlah sasaran masing-masing kabupaten/daerah 50 orang. Dan bantuan Alat Bantu
Mobilitas di Kab.Sumenep dengan jumlah sasaran 15 orang dan Kab. Sampang dengan
jumlah sasaran 15 orang. Kegiatan yang bersumberkan APBN pada tahun 2015 adalah
Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan. Adapun sub kegiatan dari kegiatan
Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan yaitu :
Orang Kecacatan Tubuh dan Bekas Penderita Penyakit Kronis Cacat Rungu
Wicara, Cacat Netra,Cacat Mental, Cacat Fisik dan Cacat Mental yang mendapat
Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Kegiatan yang dilakukan adalah Unit
Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) di Kab.Lumajang dan Kab.Probolinggo,
Pemantapan Kader Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Berbasis
Masyarakat(RSODKBM), Seleksi dan Asesmen di Kota Malang dan Kab.Magetan,
Loka Bina Karya (LKB) di Kota Malang dan Kab.Magetan, Praktek Belajar Kerja
(PBK), Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kampanye Sosial dalam Pemenuhan
Hak-hak Orang dengan Kecacatan.
Orang dengan Kecacatan yang Mendapat Bantuan Sosial Pemenuhan Kebutuhan
Dasar bagi Penyandang Disabilitas di Lembaga. Kegiatan yang dilakukan pada sub
kegiatan orang dengan kecacatan yang mendapat bantuan sosial pemenuhan
kebutuhan dasar bagi penyandang disabilitas di lembaga adalah adalah Penyaluran
Asistensi Sosial melalui LKS dan Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ODK di
Yayasan Bhakti Luhur Malang.
4. Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial
Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
membawahi tiga seksi dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Diantarannya adalah :
4.1. Seksi Bantuan Korban Bencana
Pada tahun 2015 ini seksi bantuan korban dan bencana pada bidang Bantuan Korban
Bencana mempunyai program dan kegiatan seperti Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana,
Mitigasi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Alam dan
Sosial, Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Bencana dan Logistik, dan
Pemulihan Sosial Eks Korban Bencana Alam dan Sosial.
4.2. Seksi Pengelolaan Sumber Dana Sosial dan Jaminan Sosial
Dalam seksi pengelolaan sumber dana sosial dan jaminan sosial ini ada 3 program
kegiatan yaitu Pembinaan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB), Penguatan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), dan
Pengembangan Sistem Jamnian Sosial Melalui Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS).
Pengumpulan Uang dan Barang adalah setiap usaha mendapatkan uang atau barang untuk
pembangunan dalam bidang kesejteraan sosial, mental/agama/kerokhanian, kejasmanian,
pendidikan dan bidang kebudayaan. Biasa di masyarakat dikenal dengan pengumpulan
sumbangan. Untuk pengumpulan uang dan barang ini harus izin. Dan harus melaporkan hasil
dari pengumpulan uang dan barang dan uang dan barang tersebut dipergunakan untuk apa.
Jika dana tersebut dipergunakan untuk operasional maka penarikan dana tersebut harus
dihentikan.
Undian gratis berhadiah adalah suatu undian yang diselenggarakan secara Cuma-
Cuma dan digabungkan/dikaitkan dengan perbuatan lain. Syarat permohonan izin UGB
adalah surat permohonan, akta pendirian perusahaan, SIUP, NPWP, foto copy biaya
UKS,Ijin/penarikan dan promosi. Penyelenggara juga berkewajiban untuk membayar
UKS(usaha kesejahteraan sosial) sebesar 10% dari total hadiah, membayar perizinan sebesar
200.000 dan membayar biaya iklan/promosi UGB 100.000, membayar pajak pemenang
sebesar 25% dari total hadiah tetapi ini bisa ditanggung oleh penyelenggara/pemenang, dan
membuat laporan hasil pelaksanaan penarikan undian 1 bln setelah pelaksanaan.
Program keluarga harapan adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada
rumah tangga sangat miskin/keluarga sangat miskin yang ditetapkan sebagai peserta PKH.
Program ini dilaksanakan secara berkelanjutan dimulai pada tahun 2007 di 7 provinsi.
Sampai tahun 2015 sudah dilaksanakan selurugh provinsi di Indonesia. Proses dari
pelaksanaan PKH meliputi : Penetapan Sasaran, Validasi, penyaluran bantuan pertama,
pemutakhiran data, verifikasi, penyaluran bantuan tahap selanjutnya, dan
transformasi(resertifikasi, transisi, dan graduasi). Bantuan disalurkan dengan 4 tahap. Dan
PKH ini dibagi dalam 2 bidang yaitu bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Untuk bidang
kesehatan ini sasarannya adalah ibu hamil dan balita. Untuk ibu hamil dan balita besaran
bantuan 1 juta per tahun. 2,8 juta untuk bidang pendidikan.
Askesos adalah asuransi kesejahteraan sosial . program ini dimulai sejak tahun 2003
dan diperuntukkan pekerja sektor informal seperti PKL, Tukang ojek, tukang becak. Pada
tahun 2003-2011 program askesos ini masih menggunkan pola lama dengan mekanisme
kemensos bekerja sama dengan dinas sosial. Penerima askesos di data oleh orsos yang sudah
dipilih oleh kabupaten/kota setempat yang sudah mempunyai ijin, melalukan pelayanan
minimal 3 tahun, organisasi yang jelas dan transparan, bekerja sama dengan dinsos dan SDM
memadahi. Setiap orsos mendata 250 orang penerima askesos. Pada saat itu bantuan dari
APBN yang dikirim kepada orsos untuk klien sebesar 30juta pertahun dan dana itu dibagi
menajdi 2. 15 juta diperuntukkan jaminan sosial, dan yang 15 juta untuk usaha orsos tersebut.
Jaminan sosial ini khusus jaminan kematian dan kecelakaan kerja. Untuk jaminan sosial
besaran 400rb, dan 200rb untuk jaminan kesehatan maksudnya jaminan kesehatan ini adalah
jika klien penerima askesos ini sakit maka diberilah uang 200rb melalui orsos yang telah
ditunujuk. Pada tahun 2012 askesos menggunkan pola baru yaitu askesos new inisiatif. Pola
baru ini sangat berbeda dengan pola lama. Setiap orsos mendata 500-1000 orang, dan askesos
dilimpahkan pada BPJS ketenagakerjaan dan BPJS kesehatan. Penerima askesos ini
kebanyakan dari klien PKH. Negara pembayar klien askesos kepada BPJS sebesar
15.600perbulan atau jika pertahun 165.000. klien penerima BPJS ketenagakerjaan hanya 1
tahun. Berbeda dengan BPJS Kesehatan kalo BPJSKesehatan ini sifatnya menyeluruh dan
selamanya. Diharapkan BPJS kesehatan dapat mencakup seluruh masyarakat miskin.
4.3. Seksi Advokasi dan Perlindungan Sosial
Pada seksi ini diarahkan untuk memberikan perlindungan fisik, sosial maupun
psikologis kepada anak, wanita, lanjut usia dan yang menjadi korban tindak kekerasan,
pekerja migran yang terlantar dan pemulangan orang terlantar. Dalam seksi advokasi dan
perlindungan sosial ini pada tahun 2015 mempunyai 2 program kegiatan yaitu Perlindungan
Sosial Bagi Korban Tindak Kekerasan dan/atau Perlakuan Salah, Serta Pekerja Migran
Bermasalah dan Penangan dan Perlindungan bagi Orang Terlantar.
Penanganan Orang Terlantar dan Pekerja Migran ini adapun syarat-syarat yang harus
dipenuhi klien yaitu menyerahkan surat keterangan dari kepolisian atau institusi sosial terkait.
Setelah itu advokasi sosial disini klien di wawancarai mengenai masalah apa yang
menyebabkan klien terlantar dan bagaimana meyakinkan klien untuk pulang kembali ke
daerah asalnya. Klien di data dan di foto sebelum dipulangkan untuk mencegah jika klien
kembali lagi bahwa klien tersebut sudah pernah dipulangkan. Ini hanya untuk 1kali untuk 1
klien. Dana untuk pemulangan orang terlantar tersebut dari APBD.