LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

79
LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN PADA RPJMD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Kajian Review Indikator Bidang Kesehatan pada RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015-2025) Kegiatan pada Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan, Sosial, dan Budaya BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

Transcript of LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

Page 1: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

LAPORAN AKHIR

KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN PADA RPJMD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(Kajian Review Indikator Bidang Kesehatan pada RPJMD Provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2015-2025)

Kegiatan pada Bidang Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan,

Sosial, dan Budaya

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2017

Page 2: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

ii

Laporan Akhir

KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN PADA RPJMD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Review Indikator Bidang Kesehatan pada RPJMD Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2015-2021

yang diajukan oleh dr.Syamsul Arifin, M.Pd, DLP Lenie Marlinae, SKM, MKL

Rudi Fakhriadi, SKM, M.Kes (Epid) Nita Pujianti, Apt, MPH

Nida Ulfah, SKM

telah disetujui oleh:

Ketua Tim Penilai tanggal ........................................... Proposal Penelitian Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya Drs. H. Suharyanto, M.Si Pembina Utama Muda NIP 19630511 198503 1 010 Kepala Balitbangda tanggal ........................................... Kalimantan Selatan, Ir. H. Muhammad Amin, M.T Pembina Utama Madya NIP 19640721 198903 1 015

Page 3: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat karya

yang pernah dilaksanakan penelitian, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, 2017

dr. Syamsul Arifin, M.Pd, DLP

Page 4: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan

kemudahanNya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN PADA RPJMD PROVINSI

KALIMANTAN SELATAN” dapat selesai tepat waktu. Penelitian ini adalah

kerjasama antara Balitbang Prov. Kalsel dengan Center For Public Health

Policy (CPHP) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

Penelitian ini dapat selesai karena dukungan dari semua pihak yang

telah membantu. Dengan demikian ijinkan saya dengan segala kerendahan

hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Balitbang Prov. Kalimantan Selatan

2. Bappeda Prov. Kalimantan Selatan

3. Dinas Kesehatan Prov. Kalimantan Selatan

Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan untuk semua pihak yang

sudah membantu yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua budi baik kalian semua. Saya sangat

berharap disertasi ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dan

menyumbangkan ilmu pengetahuan di bidang Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Semoga Allah SWT memberikan rahmatNya untuk kita semua.

Banjarmasin, Desember 2017

Tim Peneliti

Page 5: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

v

.

Page 6: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

v

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ...................................................................... ii

Pernyataan .................................................................................... iii

Kata Pengantar .............................................................................. iv

Daftar Isi ........................................................................................ v

Daftar Tabel ................................................................................... vii

Daftar Gambar ............................................................................... viii

Intisari ............................................................................................ ix

Abstract .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ...................................................... 3

1.3 Manfaat ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Indeks Pembangunan Manusia ................... 5

2.2 Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat

(IPKM) ....................................................................... 9

2.3 Rencana Pembanguna Jangka Menengah Nasional 18

2.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang................. 20

2.5 Peran Rencana Tata Ruang dalam Perencanaan

Pembangunan ............................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ....................................................... 37

3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 37

3.3 Analisis Data ............................................................. 38

3.4 Susunan Tim Peneliti ................................................ 39

3.5 Tahapan Penelitian ................................................... 40

3.6 Variabel Penelitian .................................................... 41

3.7 Jadwal Penelitian ...................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 7: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

vi

4.1 Analisis Permasalahan dan Isu Startegis .................. 44

4.2 Sinkronisasi Indikator Kinerja Bidang Kesehatan

di RPJMD 2016-2021 ................................................ 49

4.3 Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan esehatan

di Kalimantan selatan ............................................... 53

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................... 66

5.2 Rekomendasi ............................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Matrik Pembangunan Bidang Kesehatan .................................. 19 2. Program Prioritas Pembangunan Kesehatan ........................... 25 3. Jadwal Penelitian ....................................................................... 43

4. Rangkuman Isu Strategis dan Tujuan ......................................... 46 5. Program dan Indikator Kinerja sesuai dengan Arah Kebijakan .. 50 6. Isu Strategis, Tujuan, Sasaran dan Strategi .............................. 51

7. Peningkatan Status Kesehatan Masyarakat Kalimantan Selatan ....................................................................................... 53 8. Capaian indikator kinerja .......................................................... 59

9. Peningkatkan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan

Narkoba ..................................................................................... 61

10.Capaian indikator kinerja peningkatkan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Narkoba 62

11. Mengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan

Selatan 62

12. Capaian Indikator Kinerja Pengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan 63 13. Meningkatkan daya tanggap (Responsiveness) dan

Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan 63

14. Capaian Indikator Kinerja meningkatkan daya tanggap (Responsiveness) dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan 64

15. Matrik Kegiatan Strategis RPJMD Bidang Kesehatan 65

Page 9: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Sinkronisasi Perencanaan Sektor Kesehatan untuk Daerah dan Nasional dalam RPJMD ......................................... 3

2. Modifikasi Model Determinan Sosial Kesehatan ....................... 11 3. Korelasi antara IPM dan IPKM................................................... 18

4. Hubungan RPJMD Provini Kalimantan Selatan dan Dokumentasi

Perencanaan lainnya ................................................................ 23

5. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam . Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ......................................... 31

Page 10: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

ix

KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN PADA RPJMD PROVINSI

KALIMANTAN SELATAN

Inti Sari

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, tentang sistem pembangunan nasional, maka pemerintah daerah wajib memiliki dokumen perencanaan pembangunan berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berlaku selama 5 tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang berlaku dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Berdasarkan data IPM (Indeks Pembangunan Manusia) wilayah Kalimantan Selatan menunjukkan angka sebesar 67,63 menduduki peringkat ke 22. Sedangkan data IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) Kalimantan Selatan menurut data rutin 2013 menempati peringkat 31 dari 33 provinsi dengan IPKM sebesar 0,4857 dengan jumlah bumil sebesar 78.756, jumlah bulin sebesar 74.766 dan jumlah kematian ibu sebesar 91. Sedangkan jumlah kelahiran hidup sebesar 60.954, jumlah bayi sebesar 73.509, jumlah balita sebesar 369.852 dan jumlah kematian bayi sebesar 897.

Seluruh kelompok indikator IPKM Provinsi Kalsel tahun 2013 lebih rendah dari angka nasional yaitu kesehatan balita 0,5899 dibandingkan angka nasional sebesar 0,6114, kesehatan reproduksi 0,4271 ≤ dari angka nasional sebesar 0,4756, pelayanan kesehatan 0,2400 ≤ dari angka nasional sebesar 04756, perilaku kesehatan 0,3442 ≤ dari angka nasional sebesar 0,3652, penyakit tidak menular 0,5754 ≤ dari angka nasional sebesar 0,6267, penyakit menular 0,7345 ≤ dari angka nasional sebesar 0,7507, kesehatan lingkungan 0,4889 ≤ dari angka nasional sebesar 0,5430.

Indikator kinerja bidang kesehatan di RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangka pencapaian IPM perlu dtambah berdasarkan pada indikator IPKM dan RPJMN. Penentuan besar target indikator kinerja yang telah dicantumkan sebagian besar mengikuti target tahun 2019 yang telah ada, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dengan memperbesar target dan penambahan untuk pencapaian target tahun 2021.

Page 11: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

x

Abstract

Based on Law Number 25 of 2004, on the national development system, the local government must have a development planning document in the form of Medium Term Development Plan (RPJMD) which is valid for 5 years. The Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD) is a document of the regional official plan which is in force within the next 5 (five) years of the respective head of regional head and deputy regional head. Based on data from IPM (Human Development Index) of South Kalimantan shows the number of 67.63 is ranked 22nd. While data of IPKM (South Sulawesi Community Development Index) according to routine data of 2013 ranks 31 from 33 provinces with IPKM equal to 0,4857 with the number of pregnant women is 78,756, the amount of bulim is 74,766 and the number of maternal mortality is 91. While the number of live birth is 60,954, the number of baby is 73.509, the number is about 369.852 and the baby is 897.

All of South Kalimantan Province's Gross Domestic Indicator Group in 2013 was lower than the national figure of 0,5899 children compared to national level of 0.6114, reproductive health 0.4271 ≤ from national figure 0.4756, health service 0,2400 ≤ from national figure 04756, health behavior 0,3442 ≤ from national number 0,3652, non-communicable disease 0,5754 ≤ from national number 0,6267, communicable disease 0,7345 ≤ from national number 0,7507, environmental health 0, 4889 ≤ from the national figure of 0.5430.

Health performance indicators in RPJMD of South Kalimantan Province in the framework of achieving HDI need to be added based on indicators of IPKM and RPJMN. The determination of target performance indicators that have been listed largely follows the existing 2019 targets, so adjustments need to be made by increasing the targets and additions for the achievement of 2021 targets.

Page 12: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari

pembangunan Nasional dan sebagai suatu kesatuan sistem pembangunan

Nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan

pemerintah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan

tujuan yaitu; mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antara

daerah dan sub daerah serta antara warga masyarakat (pemerataan dan

keadilan), memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan,

menciptakan atau menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat daerah, mempertahankan atau menjaga

kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan

generasi berkelanjutan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, tentang sistem

pembangunan nasional, maka pemerintah daerah wajib memiliki dokumen

perencanaan pembangunan berupa Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) yang berlaku selama 5 tahun. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan satu

dokumen rencana resmi daerah yang berlaku dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun ke depan masa pimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah

terpilih. Dokumen RPJMD sangat terkait dengan visi dan misi Kepala daerah

dan wakil kepala daerah terpilih, maka kualitas penyusunan RPJMD akan

mencerminkan sejauh mana kredibilitas kepala daerah dan wakil kepala

daerah terpilih dalam memandu, mengarahkan dan memprogramkan

perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya dalam waktu 5

(lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya kepada

masyarakat di akhir masa jabatannya.

Page 13: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

2

Ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah pada akhir periode masa jabatan dapat ditentukan

dengan penetapan indikator kinerja yang tepat. Hal ini ditunjukan dari

akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan

daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri

setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode

RPJMD dapat dicapai. Penetapan indikator kinerja daerah ini didasarkan

pada tahapan yang telah ditetapkan pada RPJPD Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2005-2025.

Berdasarkan data IPM (Indeks Pembangunan Manusia) wilayah

Kalimantan Selatan menunjukkan angka sebesar 67,63 menduduki peringkat

ke 22. Sedangkan data IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat)

Kalimantan Selatan menurut data rutin 2013 menempati peringkat 31 dari 33

provinsi dengan IPKM sebesar 0,4857 dengan jumlah bumil sebesar 78.756,

jumlah bulin sebesar 74.766 dan jumlah kematian ibu sebesar 91.

Sedangkan jumlah kelahiran hidup sebesar 60.954, jumlah bayi sebesar

73.509, jumlah balita sebesar 369.852 dan jumlah kematian bayi sebesar

897.

Seluruh kelompok indikator IPKM Provinsi Kalsel tahun 2013 lebih

rendah dari angka nasional yaitu kesehatan balita 0,5899 dibandingkan

angka nasional sebesar 0,6114, kesehatan reproduksi 0,4271 ≤ dari angka

nasional sebesar 0,4756, pelayanan kesehatan 0,2400 ≤ dari angka nasional

sebesar 04756, perilaku kesehatan 0,3442 ≤ dari angka nasional sebesar

0,3652, penyakit tidak menular 0,5754 ≤ dari angka nasional sebesar 0,6267,

penyakit menular 0,7345 ≤ dari angka nasional sebesar 0,7507, kesehatan

lingkungan 0,4889 ≤ dari angka nasional sebesar 0,5430.

Penyusunan RPJMD harus mengacu pada RPJMN, didalam RPJMD

terdapat bagian yang menjelaskan tentang kesehatan (bulatan merah).

Bagian yang menjelaskan tentang kesehatan ini atau dokumen pendukung

bidang kesehatan di dalam dokumen RPJMD ini mengacu pada RPJMN,

Page 14: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

3

Renstra KL dalam hal ini kementerian kesehatan dan SPM. Walaupun

demikian dalam penyusunan RPJMD, juga perlu untuk tetap mengacu pada

visi misi kepala daerah dan kondisi daerah.

Gambar 1 Skema Sinkronisasi Perencanaan Sektor Kesehatan untuk

Daerah dan Nasional dalam RPJM

Banyak faktor yang menjadi kendala bagi pelaksanaan sistem

perencanaan pembangunan nasional (SPPN), mulai dari inkonsistensi

peraturan perundangan, tidak sinkronnya mekanisme di masing-masing level

perencanaan, hingga belum tertata dengan baiknya pranata kelembagaan

yang menjalankan fungsi perencanaan pembangunan. Sementara itu untuk

mencapai target prioritas nasional perlu upaya yang sinergis dengan

pemerintah daerah. Dengan demikian, sebagai pelaksanaan tugas sosialisasi

dokumen RPJMN 2015-2019 bidang kesehatan dan gizi masyarakat dan

memastikan dokumen tersebut menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD,

maka dipandang perlu untuk menyusun modul sinkronisasi RPJMD dengan

RPJMN.

Upaya harmonisasi dan sinkronisasi perencanaan bidang kesehatan

dalam RPJMD dan RPJMN dilakukan dengan memastikan indikator,

kegiatan, dan program yang tertuang dalam RPJMN bidang kesehatan

tercermin juga dalam RPJMD. RPJMD perlu sejalan dengan RPJMN tetapi

tidak menutup ruang bagi daerah untuk melaksanakan pembangunan bidang

Page 15: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

4

kesehatan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah masing-

masing. Untuk itu, diperlukan sinkronisasi antara RPJMN bidang kesehatan

dengan RPJMD bidang kesehatan di daerah dalam mencapai target-target

yang telah ditetapkan secara nasional.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam kajian ini adalah :

a. Menganalisis permasalahan dan isu strategis pembangunan kesehatan di

Kalimantan Selatan.

b. Memetakan sinkronisasi indikator kinerja bidang Kesehatan di RPJMD

2016 – 2021 berdasarkan RPJMN, RPJD, visi-misi Kepala Daerah dan

Ketentuan dalam Permendagri No. 86 tahun 2017.

c. Menetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kesehatan di Kalimantan

Selatan

1.3. Manfaat

a. Adanya pemetaan permasalahan dan Isu strategis Pembangunan

Kesehatan di Kalimantan Selatan

b. Adanya hasil pemetaan sikronisasi indikator kinerja Kalimantan Selatan

c. Adanya perbaruan susunan indikator kinerja pembangunan kesehatan di

Kalimantan Selatan

d. Adanya rekomendasi untuk perencanaan percepatan pembangunan

bidang kesehatan di Kalimantan Selatan

Page 16: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Indeks Pembangunan Manusia

United Nations Development Programme (UNDP) menyebutkan

bahwa pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar

pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people’s choices”).

Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya

mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep

pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta

dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan

ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development

Report, 1995:103), sejumlah premis penting dalam pembangunan

manusia adalah:

1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat

perhatian.

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh

karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada

penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi

saja.

3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam

upaya- upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara

optimal.

4. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:

produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk

mencapainya.

Berdasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai

tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana

Page 17: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

6 untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan

yaitu :

1. Produktifitas

Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh

dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga

pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan

manusia.

2. Pemerataan

Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses

terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang

memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus

dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan

yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan

tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua

sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses

yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk

berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses pembangunan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United

Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan

dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human

Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga)

dimensi dasar yaitu :

Page 18: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

7 1. Indeks Harapan hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang

diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan

memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per

tahun, variabel tersebut diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama

hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya

mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu

tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan

metode tidak langsung. Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini

adalah rata- rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari

wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka

harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk

mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandartkan

angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

2. Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP

mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP

adjusted. Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau

kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per

kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak

mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan konsentrasi

IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia,

BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling

dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah

distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu

yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity).

3. Indeks Pendidikan

Perhitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu

angka melek huruf (LIT) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Populasi

yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena

Page 19: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

8

pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti

sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan

kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15

tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum

pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator pendidikan ini

dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat

pengetahuan (cerminan angka LIT), dimana LIT merupakan proporsi

penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok

penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS

merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

IPM memiliki beberapa manfaat dalam implementasinya, yaitu :

1. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam

upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

2. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

3. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai

ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu

alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan

maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang

digunakan sebagai berikut.

Dimensi Kesehatan

Page 20: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

9 Dimensi Pendidikan

Dimensi Pengeluaran

Menghitung IPM:

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,

pendidikan, dan pengeluaran.

2.2 Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

IPKM dikembangkan berdasarkan beberapa aspek seperti indikator

pembangunan kesehatan yang selama ini sudah digunakan, faktor

determinan kesehatan dan prioritas program kesehatan. Indikator

pembangunan kesehatan yang selama ini sudah digunakan di Indonesia

mengacu pada prioritas pembangunan kesehatan dan informasi

besaran masalah dari survey nasional. Beberapa indikator pembangunan

kesehatan adalah kesehatan balita, kematian ibu, kematian bayi, penyakit

menular dan penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, perilaku

berisiko serta status gizi kelompok rentan. Indikator utama pembangunan

kesehatan tersebut mempunyai beberapa faktor determinan yang

berkaitan satu sama lain dan dapat bersifat determinan bersama dari

indikator kunci kesehatan. Secara umum, faktor determinan kesehatan

Page 21: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

10 mencakup aspek perilaku dan lingkungan yang mendukung. Secara

lebih spesifik faktor perilaku dipengaruhi oleh aspek sosial, ekonomi,

budaya dan demografi. Sementara lingkungan yang kondusif lebih

berkaitan dengan aspek input seperti program kesehatan yang mencakup

kebijakan, program dan strategi intervensi, serta sumber daya yang

mendukung. Prioritas program kesehatan pada dasarnya mengarah pada

penyelesaian besaran masalah di populasi, tingkat keparahan dan

dampaknya bagi kehidupan masyarakat yang lebih luas serta

ketersediaan upaya preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Beberapa model pendekatan kesehatan masyarakat telah

dikembangkan oleh organisasi ataupun institusi di tingkat global. Salah

satu model yang cukup komprehensif dalam pendekatan kesehatan

masyarakat adalah model determinan sosial kesehatan yang mencakup

berbagai tingkatan ekologi seperti kesehatan usia dini, peran

keluarga, masyarakat serta sistem pelayanan (Gambar 1).

Dalam model yang ditampilkan pada Gambar 1, tampak bahwa

secara umum pada level usia dini, keluarga, masyarakat dan sistem

pelayanan, kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor

determinan yang saling terkait seperti biofisikal, psikososial, individual,

masyarakat, usia dini, keluarga, dan determinan sistem pelayanan

(Newberry dan Taylor,2005). Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain, sehingga untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat berarti mempertimbangkan juga

determinan yang mempengaruhi baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi,

biologis dan psikososial.

Berdasarkan model determinan sosial kesehatan, dikembangkan

lebih lanjut menjadi kerangka konsep pengembangan IPKM. Indikator

utama pembangunan kesehatan yang digunakan mencakup kesehatan

balita, kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan, perilaku, penyakit

tidak menular, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. Indikator

Page 22: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

11 tersebut dikaitkan dengan beberapa faktor determinan kesehatan seperti

determinan sosial, ekonomi dan demografi.

Gambar 2. Modifikasi Model Determinan Sosial Kesehatan (Newberry dan

Taylor, 2005)

2.2.1 Penentuan Indikator

Penentuan indikator dalam IPKM 2013 berdasarkan kerangka

konsep determinan sosial kesehatan (Gambar 1) yang meliputi kesehatan

perorangan, keluarga, masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan.

Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam penentuan indikator

adalah sebagai berikut:

1. Prioritas program kesehatan nasional yang tertuang dalam rencana

pembangunan jangka menengah dan panjang.

2. Komitmen untuk pembangunan kesehatan secara global atau

seiring dengan target Millennium Development Goals (MDGs) dan

Post MDGs.

Page 23: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

12 3. Besaran masalah kesehatan yang menjadi masalah kesehatan utama

secara nasional.

4. Pertimbangan secara referensi dan rekomendasi pelaksana program

kesehatan.

5. Pertimbangan secara statistik mencakup aspek variasi data dan

jumlah sampel untuk keterwakilan kabupaten/kota.

Proses penentuan indikator ini dilakukan melalui beberapa pertemuan

konsultasi dan diskusi dengan para pakar baik secara nasional

maupun internasional dan para pengambil keputusan pada program

kesehatan terkait.

2.2.2 Definisi Operasional Indikator IPKM 2013

2.2.2.1 Kelompok Indikator Kesehatan Balita

1. Balita gizi buruk dan kurang

Perbandingan berat badan dan umur. Gizi Buruk dan Kurang jika

mempunyai nilai Z score kurang dari -2 SD (WHO, 2005).

2. Balita sangat pendek dan pendek

Perbandingan tinggi badan dan umur. Balita Sangat Pendek dan

Pendek jika mempunyai nilai Z score kurang dari -2 SD (WHO, 2005).

3. Balita gemuk

Perbandingan berat badan dan tinggi badan. Gemuk jika mempunyai

nilai Z score diatas 2 SD (WHO, 2005).

4. Penimbangan balita

Balita yang pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir (Depkes, 2008a

& Kemenkes, 2010b).

5. Kunjungan neonatal (KN) 1

Balita yang pernah mendapat pelayanan kesehatan pada 6 jam – 48

jam pertama setelah lahir (Depkes, 2008b; Kemenkes, 2010b; &

Kemenkes, 2010c).

Page 24: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

13 6. Imunisasi lengkap

Jenis dan frekuensi imunisasi yang telah diperoleh anak umur 12-

59 bulan. Lengkap jika anak tersebut telah diimunisasi 1 kali BCG

dan minimal 3 kali DPT dan minimal 3 kali Polio dan 1 kali Campak

(Depkes, 2005; Kemenkes, 2010b & Kemenkes, 2010d).

2.2.2.2 Kelompok Indikator Kesehatan Reproduksi

1. Penggunaan alat kontrasepsi (MKJP)

Penggunaan alat kontrasepsi dengan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) yaitu sterilisasi pria, sterilisasi wanita,

IUD/AKDR/Spiral, diafragma, susuk/implant pada pasangan usia

subur umur 15-49 tahun (Kemenkes, 2013).

2. Pemeriksaan Kehamilan (K4 : 1-1-2)

Frekuensi pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan minimal

dilakukan 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua,

dan 2 kali pada trimester ketiga (Depkes, 2008c; Kemenkes, 2010b;

& Kemenkes, 2010e).

3. Kurang Energi Kronis (KEK) pada WUS

Kurang Energi Kronis (KEK) pada wanita usia subur umur 15-49

tahun (hamil dan tidak hamil), jika lingkar lengan atas yang diukur

pada saat penelitian di bawah 23,5 cm (Depkes,1994 & Depkes,

1996).

2.2.2.3 Kelompok Indikator Pelayanan Kesehatan

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Proses persalinan dibantu tenaga kesehatan dan dilaksanakan

di fasilitas kesehatan dengan unit analisis balita. Tenaga kesehatan

yang dimaksud adalah dokter kandungan, dokter umum, dan bidan.

Fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah RS pemerintah, RS

Page 25: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

14

swasta, Rumah Bersalin, Klinik, Praktek Nakes, Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, dan Polindes/ Poskesdes (Depkes, 2008c).

2. Proporsi kecamatan dengan kecukupan jumlah dokter per penduduk

Proporsi kecamatan dalam satu kabupaten yang memiliki kecukupan

rasio dokter per jumlah penduduk kecamatan. Rasio dokter cukup

jika dalam 1 kecamatan memiliki minimal 1 dokter per 2.500

penduduk (Kemenkes, 2010e).

3. Proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu per desa

Proporsi desa dalam satu kabupaten yang memiliki kecukupan rasio

posyandu per desa. Rasio posyandu cukup jika dalam 1 desa

memiliki jumlah posyandu minimal 4 posyandu (Kemenkes, 2010e).

4. Proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan per penduduk

Proporsi desa dalam satu kabupaten yang memiliki kecukupan rasio

jumlah bidan per jumlah penduduk desa. Rasio jumlah bidan cukup

jika dalam 1 desa memiliki minimal 1 bidan per 1.000 penduduk

(Kemenkes, 2010f).

5. Kepemilikan Jaminan Pelayanan Kesehatan

Penduduk yang memiliki minimal satu jenis jaminan pelayanan

kesehatan. Jenis jaminan yang dimaksud adalah Askes/JPK

PNS/Veteran/Pensiun, JPK Jamsostek, Asuransi Kesehatan

Swasta, Tunjangan Kesehatan Perusahaan, Jamkesmas, Jamkesda

(Kemenkes, 2010d).

2.2.2.4 Kelompok indikator perilaku kesehatan

1. Merokok

Kebiasaan merokok pada penduduk umur 10 tahun ke atas

selama 1 bulan terakhir. Kebiasaan merokok adalah apabila

merokok dilakukan setiap hari atau kadang-kadang (WHO, 2012a).

Page 26: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

15 2. Kebiasaan cuci tangan

Kebiasaan cuci tangan benar pada penduduk umur 10 tahun ke atas,

yaitu mencuci tangan menggunakan sabun pada saat sebelum

menyiapkan makanan dan setiap kali tangan kotor (memegang

uang, binatang, berkebun) dan setelah buang air besar dan setelah

menceboki bayi dan setelah menggunakan pestisida/insektisida dan

sebelum menyusui bayi (Kementerian Kesehatan, 2011a).

3. Buang Air Besar (BAB) di jamban

Kebiasaan buang air besar pada penduduk umur 10 tahun ke atas.

BAB benar jika mempunyai kebiasaan buang air besar di jamban

(Depkes, 2009).

4. Aktivitas fisik

Kebiasaan aktifitas fisik pada penduduk umur 10 tahun ke atas.

Aktivitas fisik cukup adalah individu yang melakukan aktivitas fisik

berat atau sedang atau keduanya dalam seminggu berdasarkan

kriteria WHO GPAQ (Global Physical Activity Questionaire).

Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang dilakukan secara terus

menerus minimal sepuluh menit selama minimal tiga hari dalam

satu minggu dengan total waktu beraktivitas >= 1500 MET minute.

MET minute aktivitas fisik berat adalah lamanya waktu (menit)

melakukan aktivitas dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 8

kalori. Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik sedang

(menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari dengan total lamanya

beraktivitas 150 menit dalam satu minggu (WHO, 2012b).

5. Menggosok gigi

Kebiasaan menggosok gigi setiap hari pada penduduk umur 10 tahun

ke atas. Kebiasaan menggosok gigi dengan benar jika dilakukan

sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam (Depkes, 2002).

Page 27: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

16 2.2.2.4 Kelompok Indikator Penyakit Tidak Menular dan Faktor

Risikonya

1. Hipertensi

Penduduk umur 15 tahun yang diukur sistol dan diastolnya pada

saat penelitian. Hipertensi adalah jika tekanan darah sistol lebih

besar sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastol lebih

besar sama dengan 90 mmHg (National Institute of Health, 2004).

2. Cedera

Penduduk semua umur yang pernah mengalami cedera dalam 12

bulan terakhir sehingga kegiatan sehari-hari terganggu (WHO, 1992).

3. Diabetes Mellitus

Penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah didiagnosis menderita

kencing manis oleh dokter (ADA, 2011).

4. Gangguan Mental (Kesehatan jiwa)

Penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah mengalami

gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa ditetapkan

menggunakan metode SRQ-20. Kesehatan jiwa terganggu jika

mempunyai skor 6 ke atas (Lewis, G. H., Thomas, H. V., Cannon, M.

& Jones, P. B., 2001).

5. Obesitas sentral

Penduduk umur 15 tahun ke atas (kecuali ibu hamil) yang diukur

lingkar perut pada saat penelitian. Batasan obesitas sentral yang

digunakan adalah lingkar perut pada perempuan

80 cm ke atas dan pada laki-laki 90 cm ke

atas (WHO, 2000).

6. Kesehatan gigi dan mulut

Penduduk semua umur yang mempunyai masalah dengan gigi dan/

atau mulut dalam 12 bulan terakhir (Kemenkes, 2011a).

Page 28: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

17 2.2.2.5 Kelompok Indikator Penyakit Menular

1. Pneumonia

Penduduk semua umur yang didiagnosis pneumonia atau mengalami

gejala pneumonia dalam 1 bulan terakhir (Kemenkes, 2012a).

2. Diare Balita

Balita yang didiagnosis diare atau mengalami gejala diare oleh

tenaga kesehatan dalam 1 bulan terakhir (Kemenkes, 2011b).

3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Balita

Balita yang pernah didiagnosis menderita sakit ISPA oleh

tenaga kesehatan atau mengalami gejala sakit ISPA dalam 1 bulan

terakhir (Kemenkes, 2012b).

2.2.2.6 Kelompok Indikator Kesehatan Lingkungan

1. Akses Sanitasi

Akses sanitasi diukur berdasarkan kepemilikan dan jenis fasilitas

buang air besar.Akses sanitasi baik apabila rumah tangga

menggunakan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri dan

jenis kloset leher angsa (WHO, UNICEF, 2013).

2. Akses Air Bersih

Penggunaan air bersih perkapita dalam rumah tangga. Akses air

bersih baik jika rumah tangga minimal menggunakan 20 liter

per orang per hari dan berasal dari air ledeng/PDAM atau air

ledeng eceran/membeli atau sumur bor/pompa atau sumur gali

terlindung atau mata air terlindung (WHO, 2014).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan 3 dimensi nya yaitu

Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan, yang mana salah satu nya yaitu

dimensi bidang kesehatan digambarkan dengan indikator Umur Harapan

Hidup (UHH). Penjabaran penilaian UHH diuraikan lebih lanjut ke dalam

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di dalam 30

Indikator. Ada korelasi yang kuat antara IPKM dan IPM, yang tergambar

seperti dibawah ini

Page 29: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

18

Gambar 3 Korelasi antara IPM dan IPKM

2.3 R

encana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

RPJMN 2015-2019 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015 yang telah

ditandatangani tanggal 8 Januari 2015. RPJMN 2015-2019 ini selanjutnya

menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana

Strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan

pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan

rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka

pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih

lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Rancangan awal RPJMN 2015-2019 sebagai pedoman

Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rancangan Renstra K/L

2015/2019 tertuang didalam 3 bagian dan dibukukan, yaitu : Buku I RPJMN

Page 30: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

19

2015-2019 memuat tentang Agenda Pembangunan Nasional; Buku II

RPJMN 2015-2019 memuat tentang Agenda Pembangunan Bidang serta

Buku III RPJMN 2015-2019 memuat tentang Agenda Pembangunan

Wilayah.

Berikut ini merupakan Matrik Pembangunan Bidang Kesehatan yang

Tertuang didalam RPJMN 2015-2019 :

Tabel 1 Matrik Pembangunan Bidang Kesehatan

No Program Sasaran Indikator Target Penanggung

Jawab 2015 2016 2017 2018 2019

1 Pengendalian

Penyakit dan

Penyehatan

Lingkungan/Pe

ngendalian

Penyakit

Bersumber

Binatang

Meningkatn

ya

Pencegaha

n Penyakit

Bersumber

Binatang

Persentase

kab/kota

yang

melakukan

pengendali

an vektor

terpadu

40 50 60 70 80 Kementeria

n Kesehatan

Jumlah

kab/kota

dengan API

<1/1.000

penduduk

340 360 375 390 400

Jumlah

kab/kota

endemis

yang

melakukan

pemberian

obat

massal

pencegaha

n (PDMP)

Fillariasis

140 170 210 240 245

2 Pengendalian

Penyakit dan

Penyerahan

Lingkungan/Pe

nyehatan

Lingkungan

Meningkatn

ya

Penyehata

n dan

Pengawasa

n Kualitas

Lingkunga

n

Jumlah

desa/kelura

han yang

melaksana

kan STBM

25 30 35 40 45 Kementeria

n Kesehatan

Persentase

sarana air

minum

yang

dilakukan

30 35 40 45 50

Page 31: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

20 No Program Sasaran Indikator Target Penanggung

Jawab 2015 2016 2017 2018 2019

pengawasa

n

Persentase

Tempat

Tempat

Umum

yang

memenuhi

syarat

kesehatan

50 52 54 56 58

2.4.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJMP) Provinsi

Kalimantan Selatan 2005-2025

1. Visi

Visi merupakan suatu rumusan tentang keadaan yang diinginkan

dimasa depan dalam hal ini adalah keadaan Provinsi Kalimantan Selatan

diakhir periode Rencana Pembangunan Jangka Panjang yaitu pada tahun

2025. Visi untuk Provinsi Kalsel dirumuskan dengan memperhatikan

berbagai hal mencakup tantangan dan peluang dimasa depan, kekuatan

dan kelemahan yang ada, faktor-faktor strategis yang muncul, amanat

pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD

1945, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan

aspirasi masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan atas faktor faktor diatas maka diperoleh

rumusan visi Kalimantan Selatan dalam waktu 20 tahun mendatang yaitu :

KALIMANTAN SELATAN 2025 MAJU DAN SEJAHTERA SEBAGAI

WILAYAH PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS AGRO INDUSTRI

Visi Kalimantan Selatan Tahun 2005-2025 ini mencerminkan

keinginan seluruh komponen masyarakat untuk menuju pada kehidupan

yang lebih baik dimasa datang yang selaras dengan tujuan pembangunan

sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

a. Visi “Maju dan Sejahtera ” mengandung makna bahwa dalam 20

tahun mendatang Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sumber daya

Page 32: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

21

yang handal dan fondasi ekonomi yang kuat serta dapat memberikan

kesempatan yang secara relatif seimbang pada semua lapisan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati

hasil-hasilnya.

b. Visi “Perdagangan dan Jasa Berbasis Agroindustri” mengandung

makna bahwa pembangunan yang dilaksanakan berorientasi pada

perdagangan dan jasa dengan menumbuhkan agro industri sebagai

pilar utama. Agro industri dimaksud merupakan kegiatan yang

berperan menciptakan nilai tambah, menghasilkan produk untuk

dipasarkan/digunakan/dikonsumsi, meningkatkan daya simpan,

menambah pendapatan dan keuntungan produsen, menciptakan

lapangan kerja, memperbaiki pemerataan pendapatan serta menarik

pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku.

Optimalisasi nilai tambah dicapai dengan pola industri yang

berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan perusahaan

pertanian.

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan

tersebut ditempuh berbagai misi sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM, dengan

menitikberatkan pada aspek kesehatan, pendidikan dan kehidupan

sosial budaya dan agama berlandaskan pada IPTEK dan IMTAQ.

2. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang

berbasis pada potensi agraris dan kerakyatan dengan dukungan

transportasi yang baik.

3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif

merata pada berbagai wilayah pembangunan

4. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien, untuk menjamin

kelanjutan pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan

pemerintahan daerah, kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan

agama.

Page 33: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

22

Arah pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dengan berbagai kebijakan yang pada dasarnya

dapat mendorong :

a. peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan

b. peningkatan swadaya dan partisipasi masyarakat

c. peningkatan pembiayaan kesehatan

d. pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan.

e. peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya kesehatan disertai

pemerataan distribusinya.

f. pengembangan sistem jaminan kesehatan

g. pengembangan sistem pencegahan dan pemberantasan wabah

penyakit dan penyalahgunaan obat terlarang\

h. penurunan fertilitas dan angka kematian ibu (maternal mortality rate)

serta bayi (infant mortality rate)

i. pembudayaan hidup sehat dalam setiap lapisan masyarakat (PHBS)

2.4.2 R

encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Kalimantan Selatan

Dengan dilantiknya Gubernur Kalimantan Selatan yang terpilih dalam

pilkada serentak Tahun 2015 pada Tanggal 12 Februari 2016, maka

disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 sebagai bentuk pencapaian Visi

Gubernur dalam lima tahun kedepan. RPJMD merupakan penjabaran dari

visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran,

strategi, arah kebijakan pembangunan dan keuangan daerah, serta

program perangkat daerah dan lintas perangkat daerah. Hal tersebut

disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN disertai dengan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima)

tahun. RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 merupakan

dokumen perencanaan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPD Provinsi

Kalimantan Selatan Tahun 2005-2025. RPJMD Provinsi Kalimantan

Page 34: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

23 Selatan Tahun 2016-2021 disusun berdasarkan RPJMD Teknokratik yang

telah diselaraskan dengan Visi dan Misi Gubernur terpilih.

Hubungan RPJMD Prov Kalsel dan Dokumen Perencanaan lainnya

Gambar 4 Hubungan RPJMD Prov Kalsel dan Dokumen Perencanaan

lainnya

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 merupakan

pelaksanaan dari arah kebijakan dan sasaran pokok RPJPD tahap ketiga

Provinsi Kalimantan Selatan 2016-2021. RPJMD dan Renstra

merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan. Sasaran RPJMD termasuk

program prioritas akan dicapai melalui Renstra Perangkat Daerah

selama lima tahun. Implementasi dari RPJMD Provinsi Kalimantan

Selatan dituangkan dalam Renstra masing-masing Perangkat Daerah sesuai

tugas dan fungsinya.

Selain itu RPJMD sinergi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

(RTRWP), terutama terkait dengan Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola

Ruang, untuk program-program strategis dan prioritas daerah.

Page 35: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

24 2.4.3. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Kalimantan

Selatan

Strategi merupakan suatu rangkaian tahapan atau langkah-langkah yang

berisikan grand design perencanaan pembangunan dalam upaya untuk

mewujudkan tujuan dan sasaran misi pembangunan daerah yang telah

ditetapkan. Rumusan strategi menunjukkan keinginan yang kuat dari

pemerintah daerah dalam menciptakan nilai tambah (value added) perencanaan

bagi para pemangku kepentingan pembangunan daerah. Strategi merupakan

langkah- langkah yang berisikan program-program indikatif untuk

mewujudkan visi dan misi dalam sasaran RPJMD. Rumusan strategi dijadikan

salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah.

Perumusan kebijakan umum merupakan penjabaran dari strategi yang

diterjemahkan ke dalam rencana program - program prioritas pembangunan.

Kebijakan umum memberikan arah perumusan rencana program prioritas

pembangunan agar selaras dengan strategi dan sasaran pembangunan

jangka menengah. Selain itu, kebijakan umum harus disertai kerangka

pengeluaran jangka menengah daerah dan menjadi pedoman bagi Perangkat

Daerah dalam menyusun program dan kegiatan pada Rencana Strategis

(Renstra) masing-masing.

Program pembangunan merupakan bentuk instrumen kebijakan

berupa program prioritas yang memuat satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah atau masyarakat. Pelaksanaan program-

program pembangunan daerah bertujuan untuk mencapai sasaran dan tujuan

pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil

Gubernur. Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran

pembangunan yang berpedoman kepada strategi dan kebijakan umum yang

telah ditetapkan sebelumnya, maka disusunlah program-program pembangunan

Provisi Kalimantan Selatan tahun 2016 sampai dengan 2021.

Berikut ini merupakan program prioritas pembangunan kesehatan dalam

RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 36: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

25

Tabel 2. Program Prioritas Pembangunan Kesehatan

NO

SASARAN

STRATEGI

ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM

INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

CAP AI AN KINERJA URUSAN

PERANGKAT DAERAH

PENANGGUNG JAWAB

KONDISI AWAL

KONDISI AKHIR

Misi 1: Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Agamis, Sehat dan Terampil

Prioritas: Kalsel Cerdas, Kalsel Sehat, Kalsel Terampil dan Kalsel Agamis

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

1. Peningkata Promosi

Kesehatan 2. Peningkata

nkualitas layanan

1. Pengembangan kesadaran pola hidup sehat

11. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat

Persentase penyediaan Tenaga Kesehatan

50 85 Kesehatan Dinas Kesehatan dan UPT

12. Peningkatan Promosi dan Sumber Daya Kesehatan

Persentase penyediaan Tenaga Kesehatan

50 85 Kesehatan Dinas Kesehatan dan UPT

13. Pengembangan Lingkungan Sehat

Prosentasi Rumah Tangga memiliki tempat

60 90 Kesehatan Dinas Kesehatan dan UPT

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada institusi pelayanan Kesehatan.

14. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Persentase Penurunan Kasus/Wabah Penyakit menular

2

0

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

15. Obat dan Perbekalan Kesehatan

Persentase Pemenuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan

50

90

Kesehatan

Dinas Kesehatan, UPT dan Rumah Sakit;

14. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Persentase Penurunan Kasus/Wabah Penyakit menular

2

0

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

15. Obat dan Perbekalan Kesehatan

Persentase Pemenuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan

50

90

Kesehatan

Dinas Kesehatan, UPT, dan Rumah Sakit;

16. Perbaikan Gizi Masyarakat Persentase Penurunan Masyarakat Bermasalah Gizi

28

18

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

Page 37: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

26

NO

SASARAN

STRATEGI

ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM

INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

CAP AI AN KINERJA URUSAN

PERANGKAT DAERAH

PENANGGUNG JAWAB

KONDISI AWAL

KONDISI AKHIR

17. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Persentase Institusi Kesehatan yang dibina

100 100 Kesehatan Dinas Kesehatan dan

UPT

18. Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar dan Rujukan

Porsentasi Sarana Pelayanan Yang memilliki Rujukan

15

85

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

19. Jaminan Kesehatan Nasional dan Dukungan Finansial Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin Non PBI

Persentase Jaminan kesehatan nasional kesehatan masyarakat (%)

17

100

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan

UPT

20. Pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatnya penggunaan obat Rasional

40

100

Kesehatan

Dinas Kesehatan, UPT dan Rumah Sakit;

21. pengadaan, peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit

Persentase Rumah Sakit yang memiliki Sarana dan Prasarana yang memenuhi standar

0

45

Kesehatan

Dinas Kesehatan, UPT dan Rumah Sakit;

22. Standarisasi & Sertifikasi Layanan Kesehatan

Akreditasi Rumah Sakit 1 3 Kesehatan

Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit

23. Pelayanan BLUD Porsentasi Pelayanan BLUD

100 100 Kesehatan Rumah Sakit

24. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Persentase Penurunan Kasus Wabah Penyakit menular

2

0

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

Page 38: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

27

NO

SASARAN

STRATEGI

ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM

INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

CAP AI AN KINERJA URUSAN

PERANGKAT DAERAH

PENANGGUNG JAWAB

KONDISI AWAL

KONDISI AKHIR

3. Peningkatan kesehatan berbasis masyarakat.

26. Upaya Kesehatan Masyarakat Persentase Peningkatanan kelembagaan masyarakat berbasis kesehatan Kelembagaan

0

100

Kesehatan

Dinas Kesehatan dan UPT

27. Kemitraan layanan kesehatan Persentase Peningkatan jaminan Kesehatan

100

100

Kesehatan

Rumah Sakit

28. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

Persentase pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (%)

54

100

Kesehatan

Rumah Sakit

29. Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Prosentase Peningkatan jaminan Kesehatan

60

100

Kesehatan

Dinas Kesehatan, UPT

. Meningkatkan penyediaan suply air bersih dan sanitasi layak

30. Program Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Publik, Aparatur, Perumahan, Air Minum, Persampahan dan Limbah

Persentase Rumah Tangga Penggunaan Air Minum yang Aman

61,54

100

Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman

Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman, dan

DInas PUPR

Persentase Cakupan Pelayanan Sistem Air Limbah Domestik

24,14

100

Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman

Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman, dan

DInas PUPR

Page 39: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

28

NO

SASARAN

STRATEGI

ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM

INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

CAP AI AN KINERJA URUSAN

PERANGKAT DAERAH

PENANGGUNG JAWAB

KONDISI AWAL

KONDISI AKHIR

31. Pengembangan Lingkungan Sehat Permukiman

Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan

19,13

0

Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman

Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan

Permukiman, dan DInas PUPR

31. Pengembangan Lingkungan Sehat Permukiman

persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan

19,13

0

Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman

Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan

Rakyat dan Kawasan Permukiman, dan

DInas PUPR

Page 40: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

30

2.5 Peran Rencana Tata Ruang Dalam Perencanaan Pembangunan

Kegiatan penataan ruang berkaitan juga dengan perencanaan pembangunan

sehingga dokumen yang dihasilkan dari kegiatan penataan ruang dan perencanaan

pembangunan sama-sama ditujukan untuk memprediksi kegiatan yang akan dilakukan

di masa mendatang. Selain itu, rencana tata ruang sebagai hasil dari kegiatan

perencanaan tata ruang merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan

yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pemanfaatan ruang merupakan

serangkaian program pelaksanaan beserta pembiayaannya selama jangka waktu

perencanaan. Kegiatan pemanfaatan ruang antara lain berupa penyuluhan dan

pemasyarakatan rencana, penyusunan program, penyusunan peraturan pelaksanaan

dan perangkat insentif dan disinsentif, penyusunan dan pengusulan proyek dan

pelaksanaan program dan proyek (Oetomo, 1998). Rencana tata ruang harus dapat

dioperasionalisasikan sehingga dapat menjadi strategi dan kebijaksanaan daerah untuk

mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Disamping itu,

rencana tata ruang harus berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program/proyek

yang akan dilaksanakan di daerah yang berasal dari berbagai sumber dana, sebagai

wujud dari pemanfaatan rencana tata ruang di daerah.

Rencana tata ruang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk

menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan program-

program pembangunan dalam jangka panjang (Nurmandi, 1999). Oleh karena itu,

rencana tata ruang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan

rencana program pembangunan yang merupakan rencana jangka menengah dan

jangka pendek. Kedudukan rencana tata ruang wilayah dalam mekanisme perencanaan

pembangunan daerah di Indonesia dapat dilihat pada Gambar Kedudukan Rencana

Tata Ruang Wilayah Dalam Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah Berikut:

Page 41: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

31

Gambar 5 Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan tata ruang dapat mempengaruhi proses pembangunan melalui 3 alat

utama yaitu (Cadman dan Crowe, 1991):

1. Rencana pembangunan, yang menyediakan pengendalian keputusan melalui

keputusan stategis dimana pemerintah mengadopsi rencana tata ruang untuk

mengatur guna lahan dan perubahan lingkungan.

2. Kontrol pembangunan, yang menyediakan mekanisme administratif bagi

perencana untuk mewujudkan rencana pembangunan setelah mengadopsi rencana

tata ruang. Kontrol pembangunan ini berlaku pula bagi pemilik lahan, pengembang

(developers) dan investor.

Page 42: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

32

3. Promosi pembangunan, merupakan cara yang paling mudah mengetahui

interaksi antara perencanaan tata ruang dengan proses pembangunan. Dalam

konteks pemerintahan, maka dengan adanya rencana tata ruang, pemerintah

menginginkan adanya pembangunan dan investasi di daerahnya dengan cara

mempromosikan dan memasarkan lokasi, membuat lahan yang siap bangun dan

menyediakan bantuan dana serta subsidi.

Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kebutuhan untuk mengembangkan lahan

secara intensif. Selain itu, kegiatan implementasi rencana tata ruang melalui promosi

pembangunan perlu dilakukan dalam rangka mencegah pembangunan yang tidak

diinginkan dan mendorong terjadinya pembangunan (Cadman dan Crowe, 1991). Hal

ini diikuti dengan ketertarikan para developer (termasuk pemerintah), untuk ikut serta

berpartisipasi dalam pembangunan, penyiapan proposal rencana, kemungkinan

perubahan pada lahan milik, penyediaan dana, persiapan fisik dan konstruksi kerja.

Dalam membahas rencana spasial dan rencana pembangunan daerah secara

sekaligus, maka akan tidak terlepas juga dari aspek keuangan. Saat ini, tantangan yang

harus dihadapi adalah bagaimana memanfaatkan rencana tata ruang sebagai media

manajemen pembangunan daerah. Dalam hal ini, rencana tata ruang dihadapkan tidak

hanya pada masalah bagaimana mengimplementasikannya dalam konteks

pembangunan, tetapi juga rencana tersebut dapat digunakan sebagai suatu alat yang

dapat memperkirakan besarnya investasi yang diperlukan dan berapa pendapatan

(revenue) yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu, pembangunan akan memerlukan

peran berbagai aktor tersebut agar ruang dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai

dengan rencana tata ruang dalam rangka peningkatan pendapatan daerah dan

tercapainya tujuan pembangunan.

Suatu rencana tata ruang akan dimanfaatkan untuk diwujudkan apabila dalam

perencanaannya sesuai dan tidak bertentangan dengan kehendak seluruh

pemanfaatnya, serta karakteristik dan kondisi wilayah perencanaannya, sehingga dapat

digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya.

Dilengkapi dengan kesadaran pertimbangan pembiayaan dan waktu, maka dengan kata

lain suatu rencana tata ruang harus disusun dalam suatu wawasan yang lengkap dan

terpadu serta operasional, yang tentu saja tingkat operasionalnya disesuaikan dengan

Page 43: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

33

tingkat hirarki dan fungsi dari rencana tata ruang tersebut.

Rencana tata ruang dapat menjadi dasar dalam:

1. Penyusunan Propeda

2. Penentuan lokasi pembangunan tiap sector

3. Penyusunan anggaran daerah dan sector

4. Pengaturan dan pengendalian pembangunan melalui mekanisme perijinan dan

penertiban penggunaan lahan.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa rencana tata ruang tidak hanya

digunakan dalam mekanisme penerbitan ijin saja, tetapi juga sebagai dasar dalam

penyusunan dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah dan jangka

pendek serta penyusunan anggaran daerah. Yang perlu ditekankan di sini adalah

bahwa setiap kegiatan, baik fisik maupun non-fisik, pasti akan memerlukan ruang agar

kegiatan tersebut berlangsung. Selain itu, seperti dikemukakan oleh Foley (1967)

bahwa tata ruang tidak hanya merupakan konsepsi keruangan (spasial), tetapi juga

terdapat wawasan bukan keruangan (a-spasial) karena kegiatan yang menyangkut

spasial tidak terlepas dari kondisi a-spasial yang terjadi.

Usman dalam Munir (2002) memandang perlu bahwa dimensi spasial dalam

pembangunan daerah dapat menjadikan pembangunan daerah mempunyai watak atau

ciri tersendiri, serta memiliki pola dan spirit sesuai dengan kondisi dan potensi yang

dimilikinya. Dalam upaya peningkatan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna,

khususnya dalam pelaksanaan otonomi daerah serta mendorong pembangunan

berkelanjutan, ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan, antara lain:

1. Penyusunan rencana tata ruang harus bersifat partisipatif dan dinamis dalam

rangka menghadapi tuntutan globalisasi dan kebutuhan ruang masyarakat serta

sesuai dengan kondisi, karakteristik dan daya dukung daerah.

2. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang demi

tercapainya penataan ruang yang berbasis peran serta masyarakat.

3. Menggunakan rencana tata ruang yang ditetapkan sebagai pedoman

penyusunan program-program pembangunan dan penerbitan perijinan pemanfaatan

ruang serta alat kendali dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang agar

tujuan dari rencana tata ruang tercapai.

Page 44: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

34

4. Melaksanakan pembangunan daerah melalui pendekatan pengembangan

wilayah bukan pendekatan sektor dimana program/proyek dari sektor/bidang serta

alokasi pendanaannya diarahkan untuk pengembangan wilayah/kawasan prioritas

yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.

5. Meningkatkan sosialisasi serta menyebarluaskan seluruh informasi rencana tata

ruang dan kebijaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang, agar masyarakat

(stakeholder) dapat mengetahuinya secara jelas dan pasti tentang kebijaksanaan

rencana tata ruang yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

6. Menegakkan peraturan dan penerapan sanksi bagi pelanggar tata ruang ditinjau

dari jenis pelanggarannya.

7. Menciptakan dan meningkatkan hubungan kerja sama antar daerah dalam pola

pemanfaatan ruang, agar tercipta keserasian, keseimbangan dan keselarasan tata

ruang.

8. Menyiapkan kebijaksanaan tentang insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan

ruang, agar fungsi/peruntukan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang

dapat terwujud.

Pembangunan dengan pendekatan kewilayahan yang merupakan pembangunan

terpadu menurut Budiharsono (2001) diharapkan dapat mengurangi kesalahan-

kesalahan pembangunan di masa lalu. Dengan pendekatan wilayah, akan dapat

tercipta suatu sistem pembangunan yang bersifat terpadu dengan mendorong

terciptanya berbagai bentuk spatial linkages, seperti jaringan interaksi fisik, sosial,

ekonomi, teknologi dan administrasi.

Penyusunan dan pengusulan program dan proyek yang sesuai dengan rencana

tata ruang bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan antara program pembangunan

dengan rencana tata ruang yang ada sehingga rencana tata ruang tidak hanya dilihat

sebagai aspek prosedural dalam penyelenggaraan pembangunan daerah tetapi juga

sebagai kegiatan yang dapat menunjang tercapainya sasaran-sasaran pembangunan.

Oleh karena itu, rencana tata ruang merupakan salah satu kebijaksanaan yang

strategis di daerah.

Page 45: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

35

2.5.1 Kinerja Kesehatan

Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan

sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan

hasil seperti yang diharapkan. Penilaian kinerja adalah suatu prosedur yang meliputi

penetapan standar kerja, penilaian kinerja nyata individu/kelompok yang berkaitan

dengan standar kerja dan penyediaan umpan balik kepada individu/kelompok dengan

tujuan memotivasi individu/kelompok tersebut untuk menghilangkan kekurangan kinerja

atau meneruskan kinerja yang lebih baik. Sehingga penilaian kinerja merupakan

mekanisme yang dapat digunakan untuk menilai apakah kinerja sudah sesuai dengan

standar dan sebagai media untuk memotivasi untuk meningkatkan kinerjanya

(Wikendari, 2010).

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya

memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk

memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi

turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran

kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara

membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan

kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada

akhir tahun anggaran (Ditjen Kesmas,2016).

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan

anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah

pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai

hasil analisis terhadap pengukuran kinerja (Ditjen Kesmas,2016).

Beberapa metode penilaian kinerja ialah :

a. Penilaian kinerja model tradisional

1) Rating scale, Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak

digunakan, dimana penilaian dilakukan oleh atasan langsung atau supervisor untuk

mengukur karakteristik,misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan, kematangan,

dan kontribusinya terhadap tujuan kerjanya.

Page 46: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

36

2) Employee comparation, Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan

dengan cara membandingkan antara seorang pekerja dengan pekerja lainnya.

3) Checklist, Dengan metode ini penilai sebenarnya tidak menilai tetapi hanya

memberikan masukan atau informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian

personalia.

4) Freeform essay, Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan

yang berkenaan dengan orang/karyawan yang sedang dinilainya.

5) Critical incident, Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian

mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukkan ke

dalam buku catatan khusus terdiri dari berbagai macam kategori tingkah laku

bawahannya.

b. Penilaian kinerja model modern :

1) Assessment Center, Assessment center atau pusat penilaian sebagai metode lain

dari evaluasi potensi mendatang, tapi pusat -pusat penilaian ini tidak bertumpu

kepada ketetapan psikolog. Penilaian ini sebagai suatu bentuk penilaian pekerjaan

terstandar yang bertumpu pada beragam tipe evaluasi dan beragam penilai.

2) Management by Objective (MBO), Management by Objective (MBO) yang berarti

manajemen berdasarkan sasaran merupakan satu bentuk penilaian di mana

karyawan dan penilai bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-

sasaran pelaksanaan kerja karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

Pada akhir periode tertentu, karyawan dievaluasi tentang seberapa baik mencapai

sasaran tertentu yang telah ditetapkan dan faktor-faktor penting apa saja yang

dialami dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

3) Human Assset Accounting, Dengan metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai

individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara

membandingkan terhadap variable-variabel yang dapat mempengaruhi

keberhasilan perusahaan. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat laba pun akan

meningkat. Maka peningkatan tenaga kerja tersebut telah berhasil.

Page 47: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

37

BAB III

METODE PEELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup Provinsi Kalimantan Selatan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian mix method yang bertujuan untuk

mengkaji kinerja bidang kesehatan berdasarkan pada RPJMD Provinsi

Kalimantan Selatan

Subjek penelitian ini adalah semua semua pemegang program pada

bidang yang tercantum dalam RPJMD provinsi Kalimantan Selatan sebanyak

13 kabupaten Kota.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Artinya

penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menginterpretasi kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang

berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah

berkembang. Analisis data yang menggunakan tekhnik deskriptif kualitatif

memanfaatkan prosentase hanya merupakan langkah awal saja dari

keseluruhan proses analisis. Prosentase yang dinyatakan dalam bilangan

sudah jelas merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif bukan kualitatif. Jadi

pernyataan prosentase bukan merupakan hasil analisis kualitatif. Analisis

kulitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada

pernyataan keadaan, ukuran, kualitas. Oleh karena itu hasil penilaian yang

berupa bilangan tersebut harus diubah menjadi sebuah predikat, misalnya :

Baik, Cukup, Kurang (Arikunto, 1998:67).

3.2.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran,

pengamatan, survei dan lain-lain yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Data

primer pada penelitian ini diperoleh dari kumpulan jawaban responden dari

Page 48: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

38

lembar kuesioner yang sebelumnya sudah disiapkan oleh peneliti.

Responden menjawab kuesioner sendiri dengan pengawasan peneliti.

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain. Data yang

diambil berdasarkan 12 bidang kesehatan sesuai dengan RPJMD

3.3 Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari

sumber data primer dan sekunder. Setelah setiap wawancara mendalam

berakhir, dilakukan analisis awal untuk mendata semua informasi yang

penting. Seluruh daftar hal yang penting tersebut kemudian dikumpulkan

dalam suatu matriks, sehingga dapat dilakukan suatu perbandingan yang

tetap/konstan. Kemudian pencocokan hasil temuan berdasarkan teori dengan

mengaitkan fenomena dengan masalah, sehingga perkiraan hubungan sebab

akibat dan analisis lintas kasus dapat dijelaskan.

Guna menjamin validitas data dalam penelitian ini, maka peneliti

menggunakan triangulasi metode dan sumber data. Informasi yang diperoleh

dari berbagai sumber informan kunci digunakan untuk membuat suatu data

yang saling melengkapi. Triangulasi metode bertujuan untuk memperoleh

kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai

informasi tertentu, peneliti menggunakan wawancara dan observasi pada

triangulasi ini. Triangulasi sumber data digunakan untuk menggali kebenaran

informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

Peneliti menggunakan dokumen tertulis dan wawancara. Hal ini akan

memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti

Selanjutnya berdasarkan kinerja yang diperoleh, dilakukan analisis SWOT

melalui FGD (Focus Group Discusion).

Page 49: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

39

3.4 Susunan Tim Peneliti

1). Pembina : Kepala BALITBANG Propinsi Kalimantan Selatan

2). Penanggung jawab : Kepala Bidang..............................

3). Counterpart : .....................................................

4). Pelaksana : Pusat Kajian Kebijakan Kesehatan Universitas

Lambung Mangkurat

a) Ketua peneliti : dr. Syamsul Arifin, M.Pd, DLP

b) Anggota Peneliti : 1. Nita Pudjianti, S.Farm, Apt, MPH

2. Rudi Fakhriadi, SKM, M.Kes (Epid)

3. Nida Ulfah, SKM

Ketua Peneliti:

Nama lengkap dan gelar : dr. Syamsul Arifin, M.Pd, DLP

Gol/ Pangkat/ NIP : IV.a/Pembina/19750218 200212 1 008

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Bidang Keahlian : Kesehatan Masyarakat

Jangka Penelitian : 3 bulan

3.5 Tahapan Penelitian

Jalan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian yang dilakukan dengan

menyiapkan proposal penelitian yang berisi latar belakang penelitian, kajian

teori, dan metodologi penelitian, serta pengumpulan data- data yang terkait

dengan penelitian melalui studi literatur, dan juga penyiapan panduan survei

untuk pengumpulan data.

Page 50: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

40

2.Tahapan Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap pengumpulan informasi

dan data mengenai RPJMN, RPJP dan RPJMD Provinsi Kalimantan

Selatan serta Visi-Misi Kepala Daerah Kalimantan Selatan 2015-

2020.Pengumpulan informasi ini dilakukan melalui survei sekunder ke

instansi/dinas/ lembaga/ badan yang terkait dengan penelitian ini.

3.Tahapan Analisis

Merupakan tahapan pengolahan data dan informasi yang telah

dikumpulkan guna menjawab maksud penelitian ini. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yang terdiri

atas dua tahapan analisis. Analisis tahapan pertama yaitu mereview

kesesuaian rencana dan indikator kinerja pembangunan jangka menengah

daerah (RPJMD) dengan rencana kerja pemerintah daerah serta

implementasi capaiannya. Kemudian tahapan analisis yang kedua, yaitu

menganalisis pemetaan indikator kinerja bidang kesehatan dengan indikator

kinerja kesehatan berdasarkan RPJMN, RPJP Provinsi Kalimantan Selatan

dan Visi-Misi Kepala Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dengan

menggunakan pendekatan holistik.

4.Rekomendasi

Tahap rekomendasi merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian

tahap penelitian. Tahap rekomendasi ini merupakan Output penelitian

dimana penyusunannya mengacu dari hasil analisis yang telah dilakukan.

Rekomendasi yang diharapkan pada penelitian ini berupa penetapan baru

tentang indikator kinerja bidang kesehatan dan program yang akan

diimplementasikan untuk mencapai indikator kinerja tersebut.

Page 51: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

41

3.6 Variabel Peneltian

Indikator penilaian kinerja berdasarkan RPJMD bidang kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan 2016-2021 adalah sebagai berikut :

No Indikator Kinerja Program Baseline 2015(%)

Target (%)

Capai (%) 2016

1 Penyediaan Tenaga Promosi Kesehatan 50 85

2 Rumah Tangga memiliki tempat sampah

60 90

3 Penurunan Kasus/Wabah Penyakit menular

2 0

4 Pemenuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan

50 90

5 Penurunan Masyarakat Bermasalah Gizi 18 28

6 Persentase Institusi Kesehatan yang dibina

100 100

7 Peningkatan kelembagaan masyarakat bidang kesehatan

0 100

8 Sarana Pelayanan Yang memilliki Rujukan

15 85

9 Jaminan kesehatan nasional kesehatan masyarakat

17 100

10 Meningkatnya penggunaan obat Rasional

40 100

11 Rumah Sakit yang memiliki Sarana dan Prasarana yang memenuhi standar

60 100

12 Persentase pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

54 100

Berdasarkan prosentase cakupan/ capaian tersebut, kinerja pelayanan

kesehatan dikelompokkan menjadi (depkes, 2006) :

a. Baik jika hasil pencapaian cakupan pelayanan kesehatan >91%,

b. Cukup jika hasil pencapaian cakupan pelayanan kesehatan 81-90%

c. Kurang jika hasil pencapaian cakupan pelayanan kesehatan <80%

Page 52: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

42

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3. Jadwal Penelitian

No Kegiatan/Tanggal

Sasaran

Peserta

1 FGD 1 6 Nov 2017

Kajian awal untuk penentuan teknik analisis data yang termuat dalam proposal penelitian

a.Tim peneliti ULM b.Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d.Tim Bappeda Provinsi

2 FGD 2 8 Nov 2017

Permasalahan dan Isu strategis Pembangunan Kesehatan di Kalimantan Selatan

a.Tim peneliti ULM b. Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d. Tim Bappeda Provinsi

3 FGD 3 16 Nov 2017

Pemetaan sinkronisasi indikator kinerja bidang Kesehatan di RPJMD 2016 – 2021 berdasarkan RPJMN, RPJD, Visi-Misi Kepala Daerah dan Ketentuan dalam Permendagri No. 86 tahun 2017

a.Tim peneliti ULM b. Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d. Tim Bappeda Provinsi

4 FGD 4 20 Nov 2017

Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kesehatan di Kalimantan Selatan

a.Tim peneliti ULM b. Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d. Tim Bappeda Provinsi

5 FGD 5 27 Nov 2017

Rekomendasi program kegiatan dalam pencapaian indikator kinerja pembangunan kesehatan di Kalimantan Selatan

a.Tim peneliti ULM b. Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d. Tim Bappeda Provinsi

Page 53: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

43

No Kegiatan/Tanggal

Sasaran

Peserta

6 FGD 6 8 Des 2017

Kajian menyeluruh seluruh laporan hasil penelitian

a.Tim peneliti ULM b. Tim Bapelitbang Provinsi c.Perwakilan Dinkes Provinsi d. Tim Bappeda Provinsi

Page 54: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Analisis Permasalahan dan Isu Strategis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Kalimantan Selatan merupakan pembangunan jangka menengah tahap

ketiga atas pelaksanaan RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005-

2025. Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2005-2025 sesusai Perda Nomor 17 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan

Selatan Tahun 2005- 2025, yang merupakan kristalisasi, komitmen dan

kesepakatan seluruh lapisan masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan adalah

“Kalimantan Selatan 2025 Maju Dan Sejahtera Sebagai Wilayah

Perdagangan Dan Jasa Berbasis Agroindustri” dengan misi:

1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM, dengan

menitikberatkan pada aspek kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial

budaya dan agama berlandaskan pada IPTEK dan IMTAQ.

2. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang

berbasis pada potensi agraris dan kerakyatan dengan dukungan

transportasi yang baik.

3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif

merata pada berbagai wilayah pembangunan

4. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien, untuk menjamin

kelanjutan pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan

pemerintahan daerah, kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan agama.

Visi Pembangunan dalam lima tahun kedepan yang merupakan Visi

Kepala Daerah terpilih yang ditetapkan sebagai visi Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan) Tahun 2016 – 2021

yaitu: “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera,

Page 55: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

45 Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing”. Berdasarkan visi dijelaskan

sebelumnya , maka ditetapkan misi pembangunan daerah jangka menengah

Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016-2021 sebagai berikut:

1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat,

Cerdas Dan Terampil;

2. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan

Berorientasi Pada Pelayanan Publik;

3. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan

Kearifan Lokal;

4. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung

Percepatan Pengembangan Ekonomi Dan Sosial Budaya;

5. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis

Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian

Lingkungan.

Fokus kajian ini ada pada indikator kesehatan yang mana laporan Dinas

Kesehatan salah satunya menjadi acuan pemetaan hal-hal apa saja yang

diperlukan untuk diprioritaskan dalam review kajian RPJMD ini. Profil

tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan bahwa

Angka Kematian Bayi dan Balita dalam 5 tahun terakhir menunjukkan tren

penurunan yang lambat. Pada tahun 2015 jumlah kematian bayi di Kalsel

sebanyak 804 kasus (sumber BPS). Sedangkan Angka Kematian Ibu juga

masih terbilang tinggi, karena masih jauh diatas angka nasional yaitu laporan

tahun 2015 menunjukkan 89 kasus jumlah kematian ibu melahirkan. Selain

itu Umur Harapan Hidup (UHH) lebih umum disebut sebagai indikator yang

mewakili pembangunan kesehatan, di tahun 2015 UHH Provinsi Kalimantan

Selatan sebesar 67.47 tahun dan angka ini meningkat dibadingkan tahun

sebelumnya. Meskipun demikian UHH Provinsi Kalimantan Selatan masih

dibawah angka nasional. Telaah kajian indikator kesehatan pada RPJMD

Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 merupakan gabungan dari

Page 56: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

46 pedoman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN),

Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Indeks Pembangunan Kesehatan

Masyarakat (IPKM) 2014 serta Permendagri No. 86 Tahun 2017.

Pencapaian perencanaan kesehatan masyarakat daerah yang optimal

dan efisien, pemilihan program dan kegiatan pembangunan sangat

tergantung dari prioritas-prioritas yang diambil sebagai bentuk akselerasi

penyelesaian permasalahan kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya

pengkajian terhadap berbagai isu-isu yang berkembang menjadi isu-isu

strategis. Isu-isu strategis merupakan berbagai persoalan baik di tingkat

internasional, nasional, hingga regional. Isu-isu strategis kesehatan di

Provinsi Kalimantan Selatan dirumuskan melalui identifikasi berbagai

permasalahan kesehatan daerah, regional, nasional, maupun fenomena

internasional yang bersifat strategis dari berbagai bidang dan memiliki

pengaruh terhadap agenda pembangunan lima tahun ke depan. Rumusan

dari isu strategis tersebut akan mencakup isu internasional, isu nasional, dan

isu regional yang saling memiliki hierarki secara langsung. Berdasarkan hasil

kajian, dirumuskan Isu Strategis dan Tujuan sebagai berikut.

Tabel 4 Rangkuman Isu Strategis dan Tujuan

No Data Masalah Isu Strategis Tujuan Indikator

Outcome SKPD

Penanggung Jawab

1. IPM Kalsel 2016 = 69,05 dan IPKM kalsel = 0,6487

Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan IPKM Kalsel masih rendah

Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kal Sel masih berada pada urutan 26 dari 34 provinsi di Indonesia dan IPKM berada pada posisi 32 dari 34 provinsi di Indonesia

Meningkatnya status kesehatan masyarakat Kalimantan Selatan

a. Kesehatan Balita

b. Kesehatan Reproduksi

c. Pelayanan Kesehatan

d. Perilaku Kesehatan

e. Penyakit Tidak Menular

f. Penyakit Menular

Dinas Kesehatan

Page 57: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

47 No Data Masalah Isu Strategis Tujuan Indikator

Outcome SKPD

Penanggung Jawab

g. Kesehatan Lingkungan

2 Data Pencandu Narkoba Kalsel Tahun 2015 = 55.598 pecandu dan meningkat 2000 orang setiap tahunnya

Banyaknya masyarakat kalsel yang terjerat narkoba

Semakin merebaknya peredaran narkotika di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan

Menurunkan angka pecandu narkoba

angka pecandu narkoba

BNN

3. Laju pertumbuhan penduduk kalsel = 1,84 pertahun

Pertumbuhan penduduk kalsel masih tinggi

Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi berakibat pada tingginya kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan

Mengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan

Kepadatan Penduduk

BKKBN, BPS

4 Data statistik hingga April 2017 tercatat sekitar 1.271.343 kepersertaaan dari 2.711.529 jumlah penduduk di Kalsel menjadi anggota BPJS.

Rendahnya penduduk kalsel yang menjadi anggota BPJS

Universal Health Coverage

Meningkatnya daya tanggap (Responsiveness) dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang Kesehatan

Data Kepesertaan BPJS

BPJS, Dinas Kesehatan

Perencanaan pembangunan kesehatan masyarakat di daerah memiliki

peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Page 58: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

48 Oleh karena itu, dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah,

kualitas analisis permasalahan kesehatan masyarakat di daerah baik

melalui identifikasi, pemahaman, hingga solusi menjadi salah satu poin

penting. Terkait dengan hal tersebut, analisis permasalahan kesehatan

dapat memberikan petunjuk bagi pemerintah dalam menemukan

permasalahan utama yang dihadapi sehingga berbagai program

pembangunan kesehatan yang dirumuskan dapat lebih efektif dan efisien

dalam mewujudkan sasaran pembangunan.

Data morbidity (angka kesakitan) yang terangkum dalam profil Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan untuk penyakit TB

Paru di tahun 2015 baru ditemukan 3.328 kasus penderita TB BTA Positif

yang artinya hamper 60% penderita di Kalsel belum ditemukan. Untuk

targetnya sebesar 225 per 100.000 penduduk pada tahun 2015. Upaya

penanggulangan TB capaian di tahun 2015 dilihat dari angka CDR sebesar

43.7% dan angka RT sebesar 94.36%. Kejadian kasus diare di Kalsel

menggambarkan fluktuatif sepanjang tahun dan ditahun 2010 menunjukkan

angka 66.765 kasus. Penyebaran kasus HIV/AIDs di Kalsel selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil laporan kumulatif di tahun

2015 terdapat 229 orang menderita HIV dan 66 orang menderita AIDS.

Beberapa penyakit bersumber binatang yang ada di Kalsel, untuk data

kejadian malaria sesuai hasil Riskesdas 2010 menunjukkan angka kejadian

19.3% dan persentase ini berada dibawah angka nasional yaitu sebesar

22.9 %. Kasus DBD di tahun 2015 dengan IR/1000 penduduk adalah

sebesar 11.03 sedangkan kasus Filaria berada pada posisi 16 dari 33

provinsi di Indonesia, dengan jumlah penderita kronis sebanyak 144 orang.

Kasus gizi buruk juga masih menjadi kendala besar di dalam

pencapaian kesehatan masyarakat Kalsel, dimana data tahun 2015

menunjukkan persentase kejadian gizi buruk berdasarkan diagnosa, yaitu :

Page 59: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

49

NO KATEGORI KASUS (%)

1 Marasmus 37%

2 Kwashiorkor 3%

3 Marasmus + Kwashiorkor 14%

4 Non Klinis 46%

Untuk cakupan pemberian vitamin A pada balita dengan target minimal

80% hanya dipenuhi oleh 4 kabupaten yaitu : Tapin, Hulu Sungai Selatan,

Tanah Laut dan Barito Kuala, sedangkan persentase balita BGM di tahun

2010, angka tertinggi sebesar 7.79% ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Sumber daya kesehatan merupakan perangkat dalam proses

implementasi/penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Jika sumber daya

kesehatan baik/memenuhi standard maka hasil nya pun akan baik. Data

jumlah puskesmas di tahun 2015, di Kalsel sudah terdapat 228 unit

puskesmas perawatan dan non perawatan. Sedangkan untuk rumah sakit

saat ini berjumlah 15 unit.

Permasalahan kesehatan yang telah dikaji dan dianalisa dengan baik

akan memberikan kemudahan pemerintah serta stake holder memprediksi

berbagai peluang ataupun prediksi ancaman/gangguan/hambatan bagi

pelaksanaan kesehatan masyarakat di daerah.

4.2 Sinkronisasi Indikator Kinerja Bidang Kesehatan di RPJMD 2016-

2021

Strategi atau Prioritas Pembangunan memberikan gambaran,

bagaimana berbagai sasaran pembangunan dapat dicapai melalui program-

program pembangunan. Hasil kajian ini merumuskan 8 (delapan) sasaran

dan strategi, yang mana perencanaan strategis merupakan proses

mengagendakan aktivitas pembangunan, selain itu juga merancang

segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat

Page 60: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

50 agar dapat dilakukan dengan baik. 8 sasaran ini merupakan pengembangan

dari sasaran sebelumnya yang dituliskan di dalam RPJMD yang berbunyi

“Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat” dengan strategi terbatas

pada Peningkatan Promosi Kesehatan serta Peningkatan kualitas layanan

kesehatan.

Berikut ini pemetaan program dan indikator di bidang kesehatan yang

bersumber pada RPJMN, IPKM, Permendagri No.86 Tahun 2017 serta

pohon Kinerja yang menjadi acuan pembuatan Renstra Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Selatan yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5 Program dan Indikator Kinerja sesuai dengan Arah Kebijakan

No Data Masalah Isu Strategis

1. IPM Kalsel 2016 = 69,05 dan IPKM Kalsel = 0,6487

Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan IPKM Kalsel masih rendah

Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel masih berada pada urutan 26 dari 34 provinsi di Indonesia dan IPKM berada pada posisi 32 dari 34 provinsi di Indonesia

2. Data Pecandu Narkoba Kalsel Tahun 2015 = 55.598 = pecandu dan meningkat 2000 orang setiap tahunnya

Banyaknya masyarakat Kalsel yang terjerat Narkoba

Semakin merebaknya peredaran narkotika di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan

3. Laju pertumbuhan penduduk Kalsel = 1,84 pertahun

Pertumbuhan penduduk Kalsel masih tinggi

Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi berakibat pada tingginya kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan

4. Data statistik hingga April 2017 tercatat sekitar 1.271.343 kepersertaan dari 2.711.529 jumlah penduduk di Kalsel menjadi anggota BPJS

Rendahnya penduduk Kalsel yang menjadi anggota BPJS

Universal Health Coverage

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat masalah yang muncul dari data-data

yang berhubungan dengan indikator IPKM. Dari masalah tersebut,

dirumuskan isu-isu strategis yang akan dirumuskan tujuan, sasaran isu dan

Page 61: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

51 stategi untuk memecahkan isu strategis tersbut yang tertuang dalam tabel 6

berikut.

Tabel 6 Isu Strategis, Tujuan, Sasaran dan Strategi

No Issu Strategis Tujuan Sasaran Strategi

1. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel masih berada pada urutan 26 dari 34 provinsi di Indonesia dan IPKM berada pada proporsi32 dari 34 provinsi di Indonesia

Meningkatnya status kesehatan masyarakat Kalimantan Selatan

1. Meningkatnya status Kesehatan Balita

2. Meningkatnya status Kesehatan Reproduksi

3. Terpenuhnya Pelayanan Kesehatan

4. Terwujudnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

5. Terkendalinya Penyakit Tidak Menular dan Penyalahgunaan NAPZA

6. Terkendalinya Penyakit menular

7. Terwujudnya Lingkungan yang sehat

8. Meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan

1. Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia

2. Peningkatan Status Gizi Masyarakat

3. Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular serta Penyehatan Lingkungan

4. Peningkatan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

5. Pemenuhan ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan

6. Pemenuhan ketersediaan dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan

7. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

8. Peningkatan pengelolaan data dan informasi

Page 62: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

52 No Issu Strategis Tujuan Sasaran Strategi

kesehatan

2. Semakin merebaknya peredaran narkoba di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan

Meningkatkan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Narkoba

Terkendalinya Penyakit Tidak Menular dan Penyalahgunaan NAPZA

1. Pengendalian Penyakit tidak menular dan Penyalahgunaan NAPZA

2. Peningkatan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

3. Pemenuhan Pengawasan Obat dan Makanan

4. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

3. Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi berakibat pada tingginya kebutuhan sarana dan prasarana kedehatan

Mengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan

Meningkatnya status Kesehatan Reproduksi

Peningkatan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi

4. Universal Helath Coverage

Meningkatnya daya tanggap (Responsiveness) dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang Kesehatan

1. Meningkatnya status Kesehatan Balita

2. Meningkatnya statuis Kesehatan Reproduksi

3. Terpenuhnya Pelayanan Kesehatan

Peningkatan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya

Page 63: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

53

4.3 Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kesehatan di Kalimantan

Selatan

Berdasarkan tabel 6 diatas, perlu di rumuskan indikator RPJMD yang

mengacu pada indikator IPKM berdasarkan tabel 7, tabel 9, tabel 11 dan

tabel 13 berikut.

Tabel 7. Tujuan Pertama : Meningkatnya status kesehatan masyarakat Kalimantan Selatan

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

1 Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia

1. Akselerasi Pemenuhan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia

2. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan

3. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas Pembiayaan Kesehatan

1. Program Kesehatan Ibu dan Anak

2. Program Kesehatan Reproduksi

3. Program Pembinaan dan pelayanan Kesehatan Lansia

4. Program Pembinaan Upaya Kesehatan Khusus

5. Program penguatan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

6. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

1. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan (Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan)

2. Komplikasi obstetri yang tertangani di RS PONEK (Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani)

3. Persentase kunjungan Neonatal

4. Prevalensi bayi BBLR

5. Contraceptive prevalence rate

6. Persentase MKJP (proporsi KB)

7. Persentase ASI ekslusif

8. Imunisasi dasar lengkap

9. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

11. Persentase kab/kota yang mencapai 95% Imunisasi pada anak sekolah/ BIAS

12. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 (1-1-2)

13. Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup

14. Angka kelangsungan hidup bayi

15. Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup

16. Angka kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup

17. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

18. Cakupan kunjungan bayi

19. Cakupan pelayanan nifas

20. Cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani

21. Cakupan pelayanan balita

22. Persentase Puskesmas yang melaksanakan P4K

Page 64: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

54

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

10. Persentase kb/kota yang mencapai 95% Imunisasi lanjutan/booster pada balita

23. Persentase Puskesmas yang menyelenggerakan pelayanan kesehatan remaja

24. Persentase Puskesmas yang melaksanakan Santun Lansia

2 Peningkatan Status Gizi Masyarakat

Mempercepat perbaikan Gizi Masyarakat

Program Bina Gizi 1. Prevalensi kekurangan gizi pada anak dibawah 5 tahun

2. Ibu hamil yang mendapat tablet besi

3. Persentase anemia pada bumil

4. Persentase stunting pada anak dibawah 2 tahun (balita sangat pendek dan pendek)

5. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang

6. Prevalensi bumil KEK (Lila , 23,5)

7. Prevalensi balita gemuk

8. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan

9. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di abwah tingkat konsumsi minimum (standar t=yang digunakan Indonesia 2.100 Kkal/kapital/hari)

10. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin

11. Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat

12. Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah

13. Persentase Bayi Baru Lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

14. Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat makanan tambahan

15. Persentase Balita Kurus yang mendapat PMT

3 Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular sertaPenyehatan Lingkungan

Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

1. Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA

2. Eliminasi kusta, frambusia

3. Prosentase penduduk dengan aktivitas fisik

4. Prosentasi penduduk > 15 tahun yang merokok

5. Prosentase penduduk konsumsi buah dan sayur yang

30. Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi Penggunaan kondom pada hubungan seks bersiko tinggi terkahir

31. Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS

32. Cakupan desa/kelurahan yang

Page 65: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

55

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

cukup 6. Prosentase kawasan

sehat 7. Prevalensi

pneumonia 8. Cakupan balita

pneumonia yang ditangani

9. Prevalensi diare pada balita

10. Penderita diare yang ditangani

11. Prevalensi ISPA balita

12. Prevalensi hipertensi

13. Prevalensi cedera 14. Prevalensi diabtes

mellitus 15. Prevalensi

gangguan mental 16. Proporsi obestias

sentral 17. Prevalensi sakitgigi

dan mulut 18. Prosentase

penduduk dengan akses air bersih yang layak

19. Prosentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak

20. Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak

21. Non Polio AFP rate per 100.000 penduduk

22. Tingkat prevalensi Tubercolusis (per 100.000 penduduk)

23. Tingkat kematian kerana tubercolusis (per 100.000 penduduk)

24. Proporsi jumlah kasus tubercolusis yang terdeteksi program DOTS

mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

33. Jumlah kab/kota menyelenggarakan surveilans HIV dan Spillis

34. Persentase cakupan pengobatan massal Filariasis terhadap jumlah penduduk endemis

35. Persentase kasus Zoonosis lainnya yang ditangani sesuai standart

36. Persentase kab/kota yang melakukan Pengendalian Vektor terpadu

37. Terselenggaranya Desiminasi Informasi dan KIE

38. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM

39. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan

40. Persentase sekolah dan Puskesmas yang memenuhi persyaratan kesehatan

41. Persentase TPM yang dilakukan pengawasan

42. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan KKS

43. Persentase Kab/Kota yang melakukan PE < 24 jam

44. Jumlah penemuan kasus AFP 2/100.000 anak usia 15 tahun

45. Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

46. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan Respon Dini Pada

Page 66: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

56

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

25. Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD

26. Angka kejadian malaria

27. Tingkat kematian akibat malaria

28. Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida

29. Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

Penyakit yang bisa menimbulkan Wabah

47. Karantina sumber penyebab penyakit menular

48. Persentase wanita usia 30-50 tahun yang dideteksi KLR dengan metode IVA

49. Mempertahankan prevalensi obesitas

50. Persentase Puskesmas yang melaksanakan PTM Terpadu

4 Peningkatan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

1. Meningkatkan Akses pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas

2. Meningkatkan Akses pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas

1. Program pembinaan upaya kesehatan dasar

2. Program pembinaan upaya kesehatan rujukan

1. Persentase fasilitas kesehatan yang memenuhi standard

2. Persentase fasilitas kesehatan yang terakreditasi

3. Persentase fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya preventif dan promotif sesuai standar

4. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

5. Cakupan Puskesmas

6. Cakupan Puskesmas Pembantu

7. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk

8. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan PIS PK

9. (Persentase klinik perorangan yang ber mitra sesuai dengan standar)

10. Terbentuknya sistem rujukan Nasional

11. Terbentuknya medical record system

12. Cakupan Pelayanan Kesehatan

13. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS)

14. Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit yang melaksanakan Kesehatan Tradisional

5 Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Pengawasan Obat

1. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan

2. Meningkatkan Pengawasan

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

1. Persentase pelayanan kefarmasian yang tepat waktu

2. Presentase penggunaan obat sesuai formularium/pedoman pengobatan

3. Ketersediaan obat

13. Persentase produk alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di peredaran yang memnuhi syarat sebesar 83%

14. Jumlah Instalasi Farmasi Rumah Sakit pemerintah yang

Page 67: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

57

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

dan Makanan

Obat dan Makanan

prioritas essensial untuk mendukung sasaran umum (penurunan kematian ibu dan anak, TB, malaria dan HIV)

4. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%

5. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional serta alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri sebesar 35.

6. (Persentase Kab/Kota yang melaksanakn pendataan kesehatan Tradisional)

7. Persentase obat beredar yang memenuhi standar

8. Persentase makanan yang memenuhi standar

9. Persentase Kab/Kota yang sudah mengalokasikan anggaran untuk pengawasan makanan

10. Jumlah hasil produk PIRT yang memiliki ijin

11. Jumlah kasder PIRT yang mendapat pelatihan Cara Produksi pangan yang Baik (CPPB)

12. Persentase ketersediaan obat buffer stock provinsi

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

15. Persentase Puskesmas melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar

16. Perdentase Apotik melaksanakan peayanan kefarmasian susuai standar

17. Jumlah simplisia yang dihasilkan oleh P4T0 sesuai standar

18. Jumlah peralatan kesehatan yang terdistribusikan ke fasyankes sesuai kebutuhan

19. Jumlah alat kesehatan yang diklaribrasi sesuai standar

20. Jumlah petugas operator alat kesehatan yang memahami penggunaan alat kesehatan sesuai prosedur

21. Jumlah Alat Kesehatan yang memiliki izin

22. Jumlah dokumen Perencanaan Kebutuhan Obat Terapdu

23. Persentase penggunaan obat rasional di sarana Pelayanan Kesehatan Dasar

24. Persentase penggunaan obat sesuai Formularium nasional di Fasilitas Kesehatan Dasar

Page 68: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

58

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

6 Pemenuhan ketersediaan dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan

Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia kesehatan

Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

1. Persentase fasilitas kesehatan yang terpenuhi kebutuhan tenaga kesehatannya

2. Jumlah tenaga kesehatan di daerah terpencil dan sulita terpenuhi

3. Proporsi kecamatan dengan kecukupan dokter (rasio dokter per satuan penduduk)

4. Proporsi kecamatan dengan kecukupan bidan (rasio tenaga medis per satuan penduduk)

5. Persentase tenaga kesehatan yang lulus uji kompetensi

6. Jumlah Puskesmas yang mempunyai ketenagaan sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014

7. Jumlah RSUD Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah terpenuhi Nakes sesuai Permenkes

8. Jumlah tenaga kesehatan strategis yang mendapatkan pengetahuan tentang tugas di lapangan

9. Jumlah Nakes teladan tingkat Provinsi

10. Jumlah Nakes yang teregitrasi (STR) jumlah fungsional yang melaksanakan uji kompentensi

11. Persentase Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit yang profesional dalam memberikan Yankestrad

12. Presentase RS yang memnuhi standar ketenagaan

7 Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat

Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat

Program Promosi Kesehatan

1. Presentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik

2. Presentase penduduk dengan konsumsi buah dan sayur cukup

3. Prevalensi merokok pada anak-anak

4. Proporsi perilaku cuci tangan

5. Proporsi perilaku BAB

6. Proporsi aktifitas fisik

7. Proporsi gosok gigi 8. Jumlah UKBM yang

aktif 9. Presentase Keluarga

Sehat 10. Terlaksananya

12. Terlaksananya gerakan masyarakat hidup sehat kepada masyarakat (persentase kabupaten/Kota yang melaksanakan minimal 5 tema kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)

13. Terlaksananya pemberdayaan kesehatan masyarakat

14. (posyandu aktif, dana desa untuk UKBM, Puskesmas yang mempunyai pangkalan Saka Bakti Husada)

15. Proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu

16. Rasio posyandu per satuan balita

Page 69: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

59

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikiator

promosi kesehatan dan pemberdayaan kepada masyarakat (Persentase Kab/Kota yang memiliki kebijakan PHBS)

11. Jumlah Kab.kota yang melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang penggunaan obat rasional (GEMA CERMAT)

17. Jumlah Kelompok Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional

8 Peningkatan Pengelola data dan informasi kesehatan

Menguatkan Manajemen, penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi

Program Sistem Informasi Kesehatan

1. Terbentuknya Sistem Informasi terintegrasi

2. Terbentuknya sistem insentif tenaga kesehatan

3. Presesntase penelitian sebagai dasar kebijakan kesehatan

4. Terbentuknya Pusat kritis Kesehatan Daerah

5. Persentase Kabupaten/kota yang melaporakan data kesehatan prioritas

6. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk pelaksanaan e-kesehatan

7. Persentase Puskesmas yang melakukan manajemen Puskesmas

Berdasarkan tabel 7, dalam perumusan indikator, perlu adanya indikator kinerja dan

capaian kinerja. Adapun, capaian kinerja dari indikator pada tabel 7 dapat dilihat pada

tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Indikator Kinerja dan Capaian Kinerja

No Indikator

Capaian Kinerja No Indikator

Capaian Kinerja

2013 2021 2016 2021

1 Presentase gizi buruk dan kurang

27,40 19,63 31 Prevalensi Tbper 100.000 penduduk

245

2 presentase pendek dan sangat pendek

44,24 37,21 32 Prevalensi HIVpada populasi dewasa (persen)

< 0,5

3 Gemuk 9,85 11,76 33 Jumlah kab/koya mencapai eliminasi malaria

13

4 Cakupan penimbangan bayi dan balita

62,76 68,28 34 Persentase kabupaten/kota yang memenuhi syarat kualitas

40

Page 70: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

60

No Indikator

Capaian Kinerja No Indikator

Capaian Kinerja

2013 2021 2016 2021

kesehatan lingkungan

5 Cakupan imunisasi lengkap 46,85 50,39 35 Prevalensi tekanan darah tinggi (persen)

23,4

6 Kunjungan Neonatalo (KN1) 95,02 88,73 36 Prevalensi berat badan lebih dari obesitas pada penduduk usia 18 + tahun (persen)

15,4

7 MKJP 5,91 11,28 37 Prevalensi merokok pada usia < 18 tahun

5,4

8 Kunjungan antenatal lengkap (K4)

54,36 60,93 38 Persentase 40

9 KEK pada WUS 23,03 20,97 39 Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lenkgap pada bayi

95

10 Merokok 25,66 29,31 40 Persentase ketersediaan obat dan baksin di Puskesmas

90

11 Cuci tangan dengan benar 32,35 47,01 41 Persentase obat yang memenuhi syarat

94

12 BAB di jamban 75,52 82,59 42 90,1

13 Aktivitas fisik cukup 20,86 22,82 43 Menurunnya angka kematian ibu per 1.000.000 penduduk

306

14 Menggosok gigi dengan benar

4,69 2,14 44 Menurunnya angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup

24

15 Persalinan oleh Nakes di Faskes

42,49 69,99 45 Menurunnya BBLR 8

16 Proporsi kecamatan dengan kecukupan jumlah dokter per penduduk

3,30 9,55 46 Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS

70%

17 Proporsi desa dengan kecukupan jumlah posyandu per desa

11 40,72 47 Prevalensi anemia ibu hamil 28

18 Proporsi desa dengan kecukupan jumlah bidan per desa

31,20 24,54 48 Presentasi bayi kurang 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif

50

19 Kepemilikan jaminan kesehatan nasional

39,14 49,47 49 Prevalensi kurang gizi balita 17

20 Hipertensi 29,09 24,33 50 Prevalensi wasting balita 9,5

21 Cedera 9,64 8,25 51 Prevalensi Stunting Baduta 28

22 Diabetes Mellitus 1,37 1,53

23 Gangguan mental 5,09 5,98

24 Obesitas sentral 25,94 26,60

25 Sakit gigi dan mulut 36,10 25,93

26 Pneumonia 2,86 2,14

27 Diare 10,78 7,04

28 ISPA 42,82 42,82

29 Akses sanitasi 54,03 58,19

30 Akses dan sarana air bersih 43,75 50,41

Page 71: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

61

Tujuan kedua dari indikator IPKM yaitu meningkatkan pencegahan dan penanganan

narkoba. Indikator dari tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Tujuan kedua : Peningkatkan pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Narkoba

No Strategi Arah kebijakan Program Indikator

1 Pengendalian Penyakit tidak menular Penyalahgunaan NAPZA

Meningkatkan Pengendalian Penyakit tidak menular dan kejiwaan

Program Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA

Jumlah pelayanan kesehatan sebagai IPWL (Institut Penerima Wajib lapor) di provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan rehabilitasi medis pada penyalahgunaan NAPZA

Jumlah sekolah sehat di Kab/kota yang melaksanakan pencegahan dan pengendalian masalah siswa dan NAPZA di sekolah PAUD, SD, SMP, SMA dan yang sederajat

2 Peningkatan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan dasar dan Rujukan

3. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas

Program Pembinaan upaya kesehatan dasar

1. Jumlah Kab/Kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan Upaya kesehatan jiwa dan NAPZA

2. Jumlah Kab/Kota yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan (PPT dan PKT) yang melaksanakan penanganan dampak spikologis korban kekerasan dan pelaku kejahatan seksual pada anak dan remaja

4. Meningkatkan Akses pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas

Program pembinaan upya kesehatan rujukan

1. Jumlah Kab/Kota yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan (PPT dan PKT) yang melaksanakan penanganan dampak psikologis korban kekerasan dan pelaku kejahatan seksual pada anak dan remaja

3 Pemenuhan Pengawasan Obat dan

Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan

Program Pengawasan Obat

Presentase obat beredar yang memenuhi standar

Page 72: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

62

No Strategi Arah kebijakan Program Indikator

Makanan

4 Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Program promosi kesehatan Remaja dan NAPZA

Terselenggaranya Desiminasi Informasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

Berdadsarkan tabel 9, perlu adanya capaian kinerja. Adapun, capaian idikator

kinerja dari tabel 9 dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Capaian indikator kinerja peningkatkan pencegahan dan penanganan

penyalahgunaan Narkoba

No Indikator

Capaian

2016 2021

1 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan institusi penerima wajib lapor (IPWL) pecandu narkoba aktif

50

2 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

60%

3 Persentase RS umum rujukan regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa

60

Tujuan ketiga dari IPKM yaitu mengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan

Selatan. Indikator dari tujuan ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11. Tujuan ketiga : Mengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikator

1 Peningkatan Pelayanan KB dan kesehatan Reproduksi

Penguatan pelkayanan KB dan kesehatan reproduksi

Program Kependudukan, keluarga berencana dan Pembangunan keluarga

1. Persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP)

2. Angka kelahiran total (total fertility rate/TFR per WUS (15-19 tahun)

3. Persentase pemakaian kontrasepsi (Contraceptive

5. Persentase penggunaan MKJP

6. Persentase kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi (unmet need)

7. Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 atau ASFR 15-19 tahun

8. Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-19 tahun)

Page 73: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

63

No Strategi Arah Kebijakan Program Indikator

prevalence rate/CPR)

4. Persentase tingkat putus pakai kontrasepsi

Adapun, indikator capaian kinerja dari tabel 11 dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Capaian Indikator Kinerja Pengendalikan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan

No Indikator

Capaian Kinerja No Indikator

Capaian Kinerja

2013 2021 2016 2021

1 Persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP)

1,19 5 Oersentase penggunaan MKJP 23,5

2 Angka kelahiran total (total fertility rate/TFR per WUS (15-49 tahun)

2,28 6 Persentase kebutuhan ber Kbyang tidak terpenuhi (unmet need)

9,91

3 Persentase pemakaian kontrasepsi (Contraceptive prevalence rate/CPR)

66,0 7 Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 atau ASFR 15-19 tahun/1000 kelahiran

38

4 Persentase tingkat putus pakai kontrasepsi

24,6 8 Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun)

6,6

Tujuan keempat dari IPKM yaitu meningkatkan daya tanggap (Responsiveness)

dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan.

Adapun, indikator dari tujuan ini dapat dilihat dari tabel 12 berikut.

Tabel 13. Tujuan keempat dari IPKM yaitu meningkatkan daya tanggap (Responsiveness) dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan.

No Strategi Arah kebijakan Program Indikator

1 Peningkatan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya

Peningkatan Cakupan kepesertaan Melalui KIS

Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

1. Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan

2. Persentase masyarakat miskin yang terintegrasi Jamkesda ke JKN

3. Persentase kab/kota yang melaksanakan integrasi JKN

Peningkatan Jumlah Faskes yang menjadi Penyedia layanan sesuai

Jumlah Puskesmas Klinik dan RS yang bekerjasama dengan BPJS Terbentuknya sistem

Terbentuknya Health Technology Assesment (HTA)

Page 74: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

64

standar monev JKN

Berdasarkan tabel 13 diatas, indikator capaian kinerja dapat dilihat pada tabel 14 berikut

Tabel 14. Capaian Indikator Kinerja meningkatkan daya tanggap (Responsiveness) dan Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan.

No Indikator Capaian

2016 2021

1 Meningkatnya indeks resposiveness terhadap pelayanan kesehatan 8

2 Meningkatnya jumlah penduduk yang mempunyai jaminan terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu (SJSN)

95%

3 Unmet need pelayanan kesehatan 1

4 Jumlah Puskesmas, RS yang bekerjasama dengan BPJS 100%

Perumusan arah kebijakan merupakan penjabaran dari strategi yang

diterjemahkan ke dalam rencana program - program prioritas pembangunan. Arah

kebijakan memberikan arah perumusan rencana program prioritas pembangunan

agar selaras dengan strategi dan sasaran pembangunan jangka menengah.

Selain itu, arah kebijakan harus disertai kerangka pengeluaran jangka menengah

daerah dan menjadi pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun program

dan kegiatan pada Rencana Strategis (Renstra) masing-masing, dalam hal ini

Renstra yang dimaksud ialah yang dibuat oleh SKPD terkait dalam pembangunan

kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel 15 Matrik Kegiatan Strategis RPJMD Bidang Kesehatan

No Kegiatan Strategis SKPD

1 Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja dan Lansia

Dinas Kesehatan, Rumah Sakit

2 Peningkatan Status Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian

3 Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular serta Penyehatan Lingkungan

Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Dinas Lingkungan hidup

4 Peningkatan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan

Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Dinas Pekerjaan Umum

Page 75: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

65 No Kegiatan Strategis SKPD

Rujukan.

5 Pemenuhan Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan

Dinas Kesehatan, Balai POM, BNN

6 Pemenuhan ketersediaan dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan

Badan Kepegawaian Daerah

7 Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dinas Kesehatan

8 Peningkatan pengelolaan data dan informasi kesehatan

Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Page 76: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Isu strategis dari RPJMD sebelum kajian yaitu membangun dan

mempercepat penguatan pangan, perlunya perhatian serius terkait

kondisi lingkungan hidup dan peningkatan infrastruktur di Kalimantan

Selatan, sedangkan isu strategis setelah kajian yaitu angka indeks

pembangunan manusia (IPM) Kalimantan Selatan masih berada pada

urutan 26 dari 34 provinsi dan IPKM masih berada pada posisi 32 dari 34

provinsi di Indonesia. Semakin merebaknya peredaran narkoba di

kalangan masyarakat Kalimantan Selatan. Tingkat pertumbuhan

penduduk yang masih tinggi berakibat pada tingginya kebutuhan sarana

dan prasarana dan Universal Health Coverage.

2. Tujuan dari RPJMD setelah kajian yaitu meningkatnya status kesehatan

masyarakat Kalimantan Selatan. Meningkatnya pencegahan dan

penangganan penyalahgunaan narkoba. Mengendalikan pertumbuhan

penduduk Kalimantan Selatan dan meningkatkan daya tanggap

(responsiveness) da perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan

finansial dibidang kesehatan.

3. Sasaran dari RPJMD sebelum kajian yaitu meningkatka derajat kesehata

masyarakat, sedangkan sasaran dari RPJMD setelah kajian yaitu

meningkatnya status kesehatan balita, status kesehatan reproduksi,

terpenuhinya pelayanan kesehatan, terwujudnya perilaku hidup bersih

dan sehat, terkendalinya penyakit tidak menular dan penyalahgunaan

NAPZA, terkendalinya penyakit menular, terwujudnya lingkungan sehat

dan meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan.

4. Strategi RPJMD sebelum kajian yaitu peningkatan promosi kesehatan

dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan strategi

Page 77: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

67

RPJMD setelah kajian yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak remaja dan

lansia. Penigkatan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit

menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan, peningkatan

akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, pemenuhan

ketersediaan farmasi, alkes dan oengawasan obat dan makanan.

Pemenuhan ketersediaan dan mutu SDMK, peningkatan promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta peningkatan

pengelolaan data dan informasi kesehatan.

5. Arah kebijakan dari RPJMD sebelum kajian yaitu pengembanga

kesadaran pola hidup sehat, meningkatkan pelayanan kesehatan pada

institusi pelayanan kesehatan, peningkatan kesehatan berbasis

masyarakat, meningkatkan pelayanan supply air bersih dan sanitasi layak

dan fasilitas penyediaan pemukiman sehat. Sedangkan arah kebujakan

setelah kajian yaitu akselerasi pemenuhan akses dan mutu pelayanan

kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia. Mempercepat perbaikan gizi

masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan

lingkungan. Meningkatkan akses pelayana kesehatan dasar dan rujukan

yang berkualitas, meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan,

pemerataa dan kualitas farmasi dan alat kesehata. Meningkatkan

pengawasan obat dan makanan, meningkatkan ketersediaan,

penyebaran, mutu, sumber daya manusia kesehtan, meningkatkan

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. selain itu juga

menguatkan manajemen penelitian dan pengembangan dan sistem

informasi, memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional

(SJSN) bidang kesehatan dan mengembangkan dan meningkatkan

efektifitas pembiayaan kesehatan.

6. Indikator kinerja RPJMD sebelum kajian yaitu penyediaan tenagan

promosi kesehatan, rumah tangga memiliki tempat sampah, penurunan

kasus penyakit menular, pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan,

Page 78: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

68

penurunan masyarakat bermasalah gizi, persentase institusu kesehatan

yang dibina, peningkatan kelembagaan masyarakat bidang kesehatan,

sarana pelayanan yang memiliki rujukan, jaminan kesehatan nasional

kesehatan masyarakat, meningkatnya penggunaan obat rasional, rumah

sakit yang memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi standard an

persentase pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sedangkan

indikator kinerja dari RPJMD setelah kajian yaitu kombinasi dari indikator

IPKM (30 indikator), RPJMN dan Permendagri 84/2017.

5.2 Rekomendasi

1. Indikator kinerja bidang kesehatan di RPJMD Provinsi Kalimantan

Selatan dalam rangka pencapaian IPM perlu dtambah berdasarkan pada

indikator IPKM dan RPJMN.

2. Penentuan besar target indikator kinerja yang telah dicantumkan

sebagian besar mengikuti target tahun 2019 yang telah ada, sehingga

perlu dilakukan penyesuaian dengan memperbesar target dan

penambahan untuk pencapaian target tahun 2021.

Page 79: LAPORAN AKHIR KAJIAN KINERJA BIDANG KESEHATAN …

DAFTAR PUSTAKA

Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Cadman, David, dan Leslie Austin-Crowe. 1991. Development Property. Third

Edition. London: E&FN Spon. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan selatan. 2015. Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan selatan. Banjarmasin. Foley, Donald. 1967. An Approach to Metropolitan Spatial Structure.

Pennsylvania: University Of Pennsylvania Press. Indrawati, Sri Mulyani. 1994. Permasalahan Sistem dan Strategi

Perencanaan Pembangunan Daerah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Perencanaan Pengembangan Wilayah Kabupaten Dati II dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Kerjasama Jurusan Planologi FTSP-ITB GTZ, Bandung.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Lapaoran Kinerja. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Rencana Aksi Direktorat Jendral Bina

Upaya Kesehatan 2015-2019. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Program Direktorat

Jendral Bina Gizi dan KIA. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2016-2019. Jakarta. Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah, Dalam Perspektif

Otonomi Daerah. NTB: Badan Penerbit Bappeda Prop NTB. Nurmandi, Achmad. 1999. Manajemen Perkotaan: Aktor, Organisasi dan

Pengelolaan Daerah Perkotaan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Lingkaran Bangsa.

Oetomo, Andi. 1998. Administrasi Perencanaan. Bahan Pra Pascasarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung.

Poppe, Manfred, Syahroni & Luc Spyckerelle. 2001. Capacity Building for

Local Development Planning. Disampaikan dalam Konferensi Internasional IRSA ke-3. Jakarta: 20-21 Maret 2001.