Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan
-
Upload
ginda-rahmita-sari -
Category
Documents
-
view
64 -
download
0
Transcript of Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 1/9
MATERIALISME DAN PEMILIHAN KONSEP IKLAN
A. KEPRIBADIAN DAN KERAGAMAN KONSUMEN
Kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan dan pengalaman masa kanak-
kanak. Sebagian lainnya menyatakan bahwa, kepribadian ditentukan oleh pengaruh
sosial dan lingkungan yang lebih luas, serta kenyataan bahwa kepribadian
berkembang secara terus menerus sepanjang waktu (Schiffman & Kanuk, 2010).
Dalam pembahasan ini, kepribadian didefinisi sebagai karaktekristik psikologis dari
dalam (inner psychological), yang menentukan sekaligus merefleksikan bagaimana
seseorang memberi respon ter-hadap lingkungannya.
Schiffman dan Kanuk (2010) berpendapat bahwa kepribadian memiliki tiga
karakteristik berbeda yang merupakan pusat perhatian, yaitu (1) kepribadian
mencerminkan perbedaan individu; (2) kepribadian bersifat konsisten dan tahan lama;
dan (3) kepribadian dapat berubah. Kepribadian merupakan suatu konsep yang sangat
berguna karena hal itu memungkinkan pemasar untuk mengkategorisasi konsumen ke
dalam kelompok-kelompok yang berbeda atas dasar satu atau beberapa trait.
Bila tiap orang berbeda sama sekali dalam semua aspek, maka tidaklah
mungkin untuk mengelompokkan mereka ke dalam kelompok atau segmen, dan
karena itu tidak ada alasan untuk mengembangkan produk yang distandarisasi dan
merancang kampanye promosi. Sifat stabil kepribadian mengindikasi bahwa, tidak
beralasan bagi pemasar untuk mencoba mengubah kepribadian konsumen agar cocok
dengan produk tertentu. Bagi pemasar, yang lebih baik dilakukan adalahmengidentifikasi karakteristik kepribadian tertentu yang mempengaruhi respon
konsumen dan mencoba untuk menarik trait tertentu dan relevan yang melekat pada
konsumen target mereka.
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 2/9
Meskipun kepribadian seorang individu cenderung konsisten, perilaku
konsumen seringkali bervariasi karena berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku
itu, misalnya faktor psikologis, sosial budaya, dan lingkungan. Sebagai contoh, meski
kepribadian umumnya bersifat stabil, adanya kebutuhan atau motif tertentu, sikap,
reaksi terhadap tekanan kelompok, atau bahkan respon terhadap adanya merek baru
bisa menyebabkan perubahan dalam perilaku konsumen. Kepribadian hanyalah
merupakan salah satu kombinasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi seorang
konsumen berperilaku. Teori kepribadian yang digunakan dalam tugas ini adalah teori
trait tunggal. Teori trait tunggal menekankan pada trait kepribadian yang khususnya
relevan untuk memahami seperangkat perilaku tertentu. Ini tidak berarti trait lainnya
tidak ada atau tidak penting, tetapi teori ini membahas sebuah trait tunggal dan
relevansinya dengan seperangkat perilaku. Dalam hal ini berkaitan dengan konsumsi.
Trait yang dibahas dalam tugas kali ini adalah nilai materialisme dengan kaitannya
dengan pemilihan konsep sebuah produk.
B. MATERIALISME
1. Definisi Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan
hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra (KBBI, 2000). Sementara itu, orang-orang yang hidupnya
berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah parapengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan
kebendaan semata (harta,uang,dsb).
Hirschman (1992) berpendapat bahwa materialisme adalah salah satu trait
kepribadian yang berkaitan dengan kepemilikan barang atau materi. Trait ini
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 3/9
membedakan seseorang dari orang lain terkait dengan apakah materi merupakan
sesuatu yang penting dan memberinya identitas ataukah hanya merupakan sesuatu
yang sekunder. Pandangan serupa tentang materialism adalah gambaran sejauh mana
seorang individu menganggap kepemilikan atau posession merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi identitas dan kehidupan mereka dan sejauh mana mereka
menganggap itu tidak penting (Prayitno, 2011).
Menurut Reber (dalam Furnham & Valgeirsson, 2007), materialisme adalah
kesenangan seorang individu dalam mengejar materi dengan mengabaikan aspek
mental dan spiritual dari kehidupan. Tujuan utama dari kepemilikan material adalah
untuk mengesankan orang lain dibandingkan dengan diri sendiri (Yoo dan Lee,
2009). Pengertian yang serupa dijelaskan oleh Richins dan Dawson (1992) dimana
materialisme adalah sekumpulan keyakinan tentang pentingnya kepemilikan di dalam
kehidupan seseorang. Keyakinan ini merupakan manifestasi dari tingkat dimana
kepemilikan materi merupakan sumber utama dari kepuasan dan ketidakpuasan
seseorang dalam hidupnya (Rindfleisch dkk., 1997).
Studi yang dilakukan oleh Dittmar (2005) menunjukkan bahwa, nilaimaterialisme yang dimiliki oleh individu menyebabkan seseorang memiliki
kecenderungan untuk melakukan pembelian secara kompulsif. Keinginan untuk
mendapatkan barang dipersepsi menjadikan seseorang memiliki kepuasan dan
kualitas hidup tanpa mempertimbangkan konsekuensi negatif (Belk, 1985).
Konsekuensi negatif bisa berupa risiko sosial, keuangan, psikis, bahkan fisik. Bagi
individu, kepemilikan materi menjadi aspek terpenting dalam kehidupannya. Makin
kuat nilai materialisme yang dimiliki oleh seseorang, makin kuat kecenderungan
untuk tidak dapat menunda suatu pembelian. Individu dengan nilai materialisme yang
kuat menganggap bahwa dengan melakukan pembelian barang dengan segera akan
memuaskan hidupnya. Kepemilikan terhadap benda menjadi sesuatu yang dipuja.
Nilai materialisme yang kuat menyebabkan individu merasakan tidak berarti bila
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 4/9
tidak memiliki suatu barang. Konsep meterialisme menurut Richins dan Dawson
(1992) terdiri dari tiga dimensi, yaitu : kesuksesan, sentralitas dan kebahagiaan.
Karakteristik dari individu materialisme adalah:
1. Individu menekankan nilai pada materi dan menunjukkan kepemilikan.
2. Umumnya bersifat mementingkan diri sendiri.
3. Mencari gaya hidup yang penuh dengan kepemilikan (ingin memiliki banyak
barang).
4. Banyaknya materi yang dimiliki tidak memberinya kepuasan pribadi yang
lebih besar (kepemilikan tidak menyebabkan dirinya menjadi lebih bahagia).
Beberapa peneliti pemasaran melihat materialisme sebagai “sisi gelap” dari perilaku
konsumen. Menurut Belk (2001) materialisme berhubungan erat dengan tiga dimensi
yaitu: kepemilikan ( possessiveness), ketidakdermawanan (non-generosity) dan
kecemburuan (envy). Sedangkan Richins dan Dawson (1992) menilai bahwa nilai –
nilai material dihubungkan dengan kepercayaan diri yang rendah, ketidakpuasan
dengan kehidupan, dan ketidakpuasan dengan penghasilan yang tinggi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa materialisme merupakan keyakinan utama individu bahwa uang,
kepemilikan, dan kekayaan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang relatif tinggi dan
menonjol dalam kehidupan seseorang dibandingkan dengan penerimaan diri,
persahabatan serta rasa kemanusiaan.
2. Dimensi Materialisme
Konsep meterialisme menurut Richins dan Dawson (1992) terdiri dari tiga
dimensi, yaitu: kesuksesan, sentralitas dan kebahagiaan. Tiga dimensi ini
menjelaskan bagaimana individu menilai kepemilikan suatu barang miliknya atau
orang lain dengan anggapan apakah mereka menikmati hidup, sukses dan status.
Sehingga semua kepemilikan suatu barang berhubungan dengan seperangkat nilai-
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 5/9
nilai yaitu kenikmatan hidup, kesusksesan dan status. Ketiga dimensi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kesuksesan (success):
Setiap orang mendambakan kesuksesan, baik kalangan pengusaha, dosen,
mahasiswa, atau kalangan lainnya. Setiap orang mendefinisikan kesuksesan
bermacam-macam. Seseorang akan menganggap diri mereka sudah sukses jika
telah mendapatkan apa yang telah dicita-citakan. Namun, parameter kesuksesan
dari seseorang tidaklah sama dengan orang lain. Berbagai anggapan bahwa sukses
itu tidak hanya dinilai lewat materi. Orang yang sukses adalah orang yang telah
berhasil meraih sesuatu tujuan. tujuan ini bisa dalam berbagai rupa: keuangan,
cinta, keluarga, dan sebagainya.
Banyak orang yang menilai sebuah kesuksesan dari sebuah materi atau
uang. Kata “sukses” sendiri memang didefinisikan berbeda oleh setiap orang
menurut pandangan masing-masing. Definisi menurut kamus Merriam-Webster
(2012), sukses terbagi menjadi dua kategori, yaitu sukses yang dapat dihitung dan
sukses yang tidak dapat dihitung. Sukses yang dapat dihitung adalah seseorang
atau sesuatu yang berhasil: orang atau hal yang berhasil (contohnya adalah
“pertumbuhan industri pariwisata merupakan salah satu keberhasilan besar suatu
kota”). Sedangkan sukses yang tidak dapat dihitung adalah (1) fakta untuk
mendapatkan atau mencapai kekayaan, rasa hormat, atau ketenaran (contoh:
“sukses datang dengan mudah bagi diri seseorang”); (2) hasil yang benar atau
yang diinginkan dari suatu usaha (contoh: “seseorang sukses untuk memperbaiki
mesinnya”).
b. Sentralitas (Centrality)
Menurut Mirriam-Webster (2012), sentralitas adalah (1) suatu hal yang
menjadi pusatnya; (2) suatu keadaan dimana suatu hal menjadi pusat atau
kecenderungan menjadi pusat. Dalam kaitannya dengan dimensi ini adalah
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 6/9
seseorang yang ingin menjadi pusat pada suatu keadaan dimana tempat dia
berada. Misalnya seseorang yang ingin memiliki suatu barang agar ia menjadi
pusat perhatian di lingkungannya.
c. Kebahagiaan ( Happiness)
Kebahagiaan menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy (2006) adalah
suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta,
kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan. Aristoteles (dalam Adler, 2003)
menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau
bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu
yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia
menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good
birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good
money and goodness.
Happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007)
merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat
kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik,kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan
positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai
dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika
melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya
perasaan menderita.
Setiap manusia mencari kebahagiaan. Seperti pada kesuksesan, dimana
parameter kebahagiaan menurut orang lain tidak sama dengan yang lain. Bahagia
untuk satu orang tidak berarti bahagia untuk orang lain. Kebahagiaan seseorang
bisa dikarenakan oleh sebuah materi, pencapaian suatu keinginan atau cita-cita,
kepemilikan atas suatu hal, kesehatan, kecantikan, dan lainnya. Dalam
hubungannya dengan perilaku materialisme, seseorang akan merasa bahagia jika
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 7/9
memiliki suatu barang yang mahal, mewah, atau barang yang diinginkan oleh
orang lain. Orang yang berdasarkan pada materialis, kebahagiaan seseorang dikur
dengan kepemilikian suatu materi.
C. HASIL SKALA MATERIALISME
Berdasarkan skala materialisme yang telah kami adaptasi, kami mencoba
melakukan pemetaan personal trait pada 50 orang mahasiswa dan mahasiswi pasca
sarjana magister psikologi UGM. Data yang berhasil kami kumpulkan kemudian
kami interpretasikan melalui berbagai macam cara. Data tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
Jumlah total
mahasiswa
kesuksesan Sentralitas kebahagiaan
50 335.4 201.5 229.4933
Berdasarkan hasil tabel di atas maka kesuksesan merupakan nilai yang
melekat dalam diri subyek terkait dengan kepemilikan benda atau barang.
Jenis
kelamin
Jumlah
mahasiswa
Kesuksesan Sentralitas Kebahagiaan
Laki-laki 19 46.6 37.8 43
Wanita 31 77.4 74.4 82
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 8/9
Berdasarkan hasil tabel diatas, terdapat perbedaan pandangan mengenai rasa
memiliki suatu benda bagi laki-laki dan wanita. Laki-laki memandang kepemilikan
benda sebagai kesuksesan dan wanita memandang sebagai suatu kebahagiaan.
umur Jumlah
mahasiswa
Kesuksesan sentralitas Kebahagiaan
20-25 tahun 19 50 44 48.66667
26-30 tahun 14 28.8 32.4 34.66667
31 tahun
keatas
7 15 16.2 14.3
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan pandangan
terkait kepemilikan benda terjadi juga pada setiap segmen usia. Pada segmen usia 20-
25 tahun, kepemilikan benda cenderung pada kesuksesan. Pada segmen 26-30 tahun,
kepemilikan benda lebih mengarah kepada kebahagiaan diri seseorang sedangkan
pada segmen 31 tahun ke atas kepemilikan benda lebih melekat pada sisi sentralitas.
Selanjutnya, kami menggabungkan segmentasi umur dan jenis kelamin untuk
mengetahui lebih mendalam berbagai macam perbedaan personal trait antara laki-laki
dan perempuan terkait dengan kepemilikan barang.
umur Jenis
kelamin
Jumlah
mahasiswa
kesuksesan sentralitas Kebahagiaan
20-25
tahun
Laki-laki 7 18.4 14.2 17.66667
5/17/2018 Material is Me Konsumen Dan Konsep Iklan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/material-is-me-konsumen-dan-konsep-iklan 9/9
perempuan 12 31.6 29.8 31
26-30
tahun
Laki-laki 9 17.4 17.8 19
Perempuan 5 11.4 14.6 15.66667
31 tahun
keatas
Laki-laki 2 4.4 3.8 3.67
perempuan 5 10.6 12.4 10.7
Berdasarkan hasil tabel di atas, perbedaan antara segmentasi umur dan jenis
kelamin terjadi pada segmen umur 31 tahun keatas di mana wanita memandang
kepemilikan benda terkait dengan sisi sentralitas sedangkan pada laki-laki
memandang kepemilikan benda terkait dengan kesuksesan.