Material Cetak
description
Transcript of Material Cetak
2.1 Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif dari
rongga mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi tersebut
digunakan oleh dokter gigi sebagai model studi maupun sebagai model kerja. Untuk
menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat tiruan dari
jaringan intraoral dan ekstraoral harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, bahan
tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk
tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua, selama di
mulut bahan tersebut harus berubah (mengeras) menjadi bahan padat menyerupai karet dalam
waktu tertentu, idealnya waktu pengerasan total harus kurang dari tujuh menit. Akhirnya
cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan
dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat dituang. Bahan cetak dapat
dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada dua jenis bahan cetak, yakni bahan cetak
elastis dan bahan cetak non-elastis. Bahan cetak non elastis dibagi lagi menjadi bahan cetak
non elastis yang irreversible dan bahan cetak non elastis yang reversible. Sedangkan bahan
cetak elastis, dapat dibagi lagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer
tanpa air.
Bahan cetak elastis dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun
lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal. Meskipun bahan ini
dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa gigi, kebanyakan dibuat untuk model cor untuk
gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi tunggal. Bahan cetak elastik
dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid dan elastomer.
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa
koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Koloid merupakan
kombinasi dari wujud benda apapun, terkecuali bentuk gas. Semua penghambur koloid
disebut sol. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak
hidrokoloid irreversible, dan bahan cetak hidrokoloid reversible.
Bahan cetak hidrokoloid irreversible dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan ini
disebut irreversible, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah
bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan pada saat bahan cetak yang digunakan
sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang dunia kedua. Bahan ini memiliki
kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang mudah,
nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan.
Bahan cetak hidrokoloid lainnya, yakni bahan cetak hidrokoloid jenis reversible. Bahan ini
dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula (reversible).
Bahan ini leleh pada temperatur 70-100( C, sedangkan pada temperatur 37-50( C, bahan ini
dapat menjadi gel.
Elastomer merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan cetak hidrokoloid.
Suatu bahan cetak elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh
sejumlah kecil ikatan. Ikatan tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik
tertentu untuk membentuk jalinan tiga dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada keadaan
ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas
tertentu yang dapat kembali ke keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan
berikatan ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kekakuan dan sifat elastis
bahan tersebut.
Bahan cetak lainnya yakni bahan cetak non elastis. Bahan cetak ini dapat dibedakan
menjadi irreversible dan reversible. Contoh dari bahan cetak jenis ini yang irreversible ialah
plaster of paris dan zinc oxyde eugenol. Sedangkan contoh dari yang reversible ialah malam
dan compound. Bahan cetak jenis ini memiliki sifat keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui
undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini
digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya cetakan agar. Meskipun bahan
tersebut sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi, bahan tidak elastis ini memiliki
keunggulan dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc
oxyde eugenol dan plaster of paris disebut bahan cetak mukostatik karena bahan tersebut
tidak menekan jaringan selama perlekatan cetakan (Anusavice, 2004).
2.1.1 Bahan cetak elastik
Bahan cetak elastik dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras
maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal.
Bahan cetak elastik terdiri dari:
1. Hidrokoloid
Merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan
dengan air. Dapat di klasifikasikan menjadi:
a. Hidrokoloid Irreversibel
Dikatakan irreversibel karena bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud
dasarnya setelah bereaksi membentuk sol.
Contohnya: alginate.
Komposisi bahan cetak alginate yaitu larutan garam asam alginik yang
bereaksi dengan kalsium menghasilkan gel kalsium alginate, garam kalsium
alginate yang lambat larut (trisodium phospat) melepas kalsium untuk bereaksi
dengan alginate, bahan pengisi untuk meningkatkan kohesi campuran
memperkuat gel, siliko flourida atau flourida untuk memperbaiki permukaan
model stone, bahan pewangi agar bahan lebih disenangi pasien, indicator
kimia agar warna dapat berubah dengan berubahnya pH.
Untuk memperoleh hasil cetakan yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini :
a) Container dikocok lebih dahulu, agar campuran merata,
b) Bubuk dan air hendaknya sesuai dengan aturan pakai dari pabrik,
c) Biasanya menggunakan air dengan suhu kamar,
d) Retensi dengan sendok cetak diperoleh dengan salah satu atau kedua
cara berikut, menggunakan sendok cetak yang berlubang-lubang atau
memakai bahan adesif seperti sticky wax yang dicairkan,
e) Pencampuran hendaknya dilakukan dengan homogen,
f) Bahan cetak alginate hendaknya dikeluarkan dengan tiba-tiba atau
cepat dari jaringan,
g) Setelah dikeluarkan dari dalam mulut cetakan hendaknya disiram
dengan air dingin untuk menghilangkan saliva, ditutup dengan kain
kasa lembab, dan diisi sesegera mungkin (Anusavice, 2004).
1) Sifat-sifat bahan cetak alginate:
a. Selama proses pengerasan bahan perlu diperhatikan agar cetakan jangan
dibuka bahan yang berkontak dengan jaringan mengeras lebih dahulu
b. Bahan ini cukup elastic
c. Dimensi cetakan alginate tidak stabil pada penyimpanan, karena adanya
syneresis
d. Dapat kompatibel dengan model plaster dan stone
e. Tidak toksik dan tidak mengiritasi
f. Waktu setting tergantung pada komposisi
g. Bubuk alginate tidak stabil disimpan pada ruangan yang lembab atau
kondisi yang lebih hangat dari suhu kamar (Anusavice, 2004).
2) Aplikasi
Bahan ini biasanya tidak dipergunakan untuk mencetak inlay, mahkota,
dan jembatan, tetapi dipergunakan dengan hasil yang sangat baik untuk
cetakan prostodonti dan ortodonti. Alginate kurang stabil dibandingkan
dengan elastomer (Anusavice, 2004).
b. Hidrokoloid reverrsibel
Bahan ini leleh pada temperatur 70-100(((c, sedangkan pada temperatur 37-50(c
bahan ini akan menjadi gel.
Contonya: Agar
a) Komposisi agar
Agar merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organic yang
diekstrat dari rumput laut jenis tertentu. Terdapat dalam konsentrasi
8% - 15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud. Kandungan
utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel, biasanya ditambah
sedikit boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis
retarder terbaik untuk pengerasan gypsum.
Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat memperlambat
pengerasan gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pengaruh
air dan boraks pada gel, ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium
sulfat merupakan zat pemercepat pengerasan gypsum. Beberapa bahan
pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma, tanah liat, silica, malam,
karet dan serbuk serupa. Zat lain seperti timol dan gliserin juga
ditambahkan untuk menjadi bahan pembuat plastic (Combe,1992).
b) Proses Gelasi
Proses gelasi merupakan suatu proses pengerasan hidrokoloid
reversible. Perubahan fisik sol-gel dipengaruhi oleh perubahan
temperature. Namun untuk perubahan dari gel menjadi sol diperlukan titik
didih yang lebih tinggi (temperature liquefaction = 70-100 derajat).
Biasanya sol berubah menjadi gel pada suhu 37-50 derajat.
Temperature gelasi dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk
berat molekul, kemurnian agar, dan rasio terhadap komposisinya.
Ketidaksamaan temperature gelasi dan temperatur pendinginan inilah
yang menyebabkan agar dapat digunakan sebagai bahan cetak dalam
kedokteran gigi (Combe,1992).
c) Manipulasi bahan agar
Secara umum ada tiga tahapan, yaitu:
1. Persiapan bahan
Tahapan pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol.
Cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan air panas.
Sebaiknya bahan dibiarkan dalam tempertur ini selama 10 menit.
Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan dalam keadaan sol sampai
waktunya diinjeksikan ke dalam preparasi kevitas atau diisikan ke
sendok cetak.
Temperatur yang terlalu rendah dapat menghasilkan bahan
cetak dengan kekentalan yang lebih tinggi dan tidak mampu
mereproduksi detail halus dengan tepat.
2. Kondisioning atau pendinginan
Suhu penyimpanan 65 ( terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh
karena itu, bahan perlu didinginkan terlebih dahulu (ditempered).
Untuk tahap preparasi, sebuah tube dikeluarkan dari kompartemen
penyimpanan dan dimasukkan ke sendok cetak, sepotong kasa
diletakkan diatas bahan yang terletak di sendok cetak, kemudian
diletakkan lagi di kompertemen pendingin 45( selama 3-10menit.
Waktu yang berbeda-beda tergantung pada jenis hidrokoloid dan
keenceran yang diinginkan oleh dokter gigi. Sebagai tambahan, selain
menurunkan temperature, pendinginan juga dapat meningkatkan
kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan tidak mengalir keluar
sendok cetak.
3. Membuat cetakan
Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan bahan
semprit diambil dari kompartemen penyimpanan dan diaplikasikan
pada kavitas yang direparasi. Mula-mula diaplikasikan pada dasar
preparasi, kemudian pada bagian lain yang belum tertutup. Ujung
semprit diletakkan di dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit
untuk mencegah gelembung udara.
Begitu kavitas yang akan dipreparasi telah tertutup bahan cetak,
sendok cetak yang telah sempurna didinginkan siap untuk
dimasukkan kedalam rongga mulut. Proses gelasi dapat dipercepat
dengan mengalirkan air dingin sekitar 18( - 21( selama 3-5 menit
(Combe,1992).
d) Keakuratan Bahan Cetak Agar
Bahan Cetak Reversibel adalah bahan cetak paling akurat. Untuk
mencapai keakuratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal,
diantaranya :
1) Kekentalan sol
Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting dalam
keberhasilan memanipulasi bahan. Bahan tidak boleh terlalu encer
sehingga mengalir keluar sendok cetak, terutama saat mencetak
rahang bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh terlalu kental, sehingga
sulit menembus semua detail gigi-geligi dan jaringan lunak.
2) Sifat Viskoelastik
Hubungan tegangan – regangan dari bahan hidrokoloid berubah
begitu besarnya beban berubah. Sifat ini menunjukkan perlunya
mengeluarkan cetakan dari dalam mulut dengan cepat. Karena apabila
pengeluaran cetakan dari dalam mulut secra perlahan, diputar atau
diungkit akan menyebabkan terjadi distorsi.
3) Daya reproduksi
Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat dari
serangkaian cetakan. Untuk teknik die gandi, dibuat satu cetakan dan
kemudian dipotong-potong menjadi die individual untuk gigi yang
akan dipreparasi (Combe,1992).