MATERIAL-BALANCE.docx

download MATERIAL-BALANCE.docx

of 4

Transcript of MATERIAL-BALANCE.docx

Perencanaan Penimbunan MaterialTempat penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump dan stockpile. Waste dump adalah suatu daerah pada operasi tambang terbuka dimana tanah penutup(overburden) dibuang sedangkan stockpile digunakan untuk menyimpan batubara atau material yang akan digunakan diwaktu yang akan datang seperti top soil. Waste dump ada dua macam, yakni :a. In pit dump (IPD) lokasinya pada daerah penambangan yang sudah selesai tambang.b. Out pit dump (OPD) lokasinya berada diluar daerah pit limit (steril area)Perencanaani lokasi serta bentuk dari waste dump dan stockpile akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk (match factor) yang diperlukan, demikian pula biaya operasi yang diperlukan. Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada umumnya luasnya 2 3 kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :a. Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30 45 % dibandingkan dengan material in situ atau biasa disebut swell factor.b. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit.c. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit.

Metode penimbunan material sendiri ada beberapa macam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Jenis metode penimbunana antara lain :1. Valley Fill / Crest DumpsMetode ini dapat diterapkan di daerah yang mempunyai topografi curam. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan dump. Truck membawa muatannya ke elevasi ini dan membuang muatannya ke lembah di bawahnya. Elevasi crest ini dipertahankan sepanjang umur tambang. Dump dibangun dengan besarnya sudut kemiringan lereng sama dengan angle of repose. Kerugiannya pada daerah dengan topografi curam akan membutuhkan biaya yang mahal. Dumping akan mulai pada kaki (toe) dari dump final, yang berarti pengangkutan truck yang panjang pada awal proyek serta diperlukan usaha yang cukup besar untuk pemadatan yang memenuhi persyaratan reklamasi.2. Terraced DumpDapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi timbunan. Timbunan dibangun dari bawah ke atas dan tiap lift biasanya 2040 meter tingginya. Ada untung ruginya dari segi ekonomi antara jarak horisontal untuk perluasan lift terhadap kapan memulai suatu lift baru. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke belakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) mendekati yang dibutuhkan untuk reklamasi.

Hal-hal yang diatur dalam kaitannya dengan penimbunan adalah manajemen tanah pucuk, konstruksi timbunan dan rehabilitasi serta rencana revegetasi. Pelapisan top soil merupakan salah satu hal yang perlu diperhatika. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan penimbunan overburden telah sesuai rancangan. Urutan tahapan pelapisan top soil terdiri dari :a. Penimbunan tanah penutup dengan rancangan tinggi jenjang maksimum 10 m dan sudut lereng sesuai sudut jatuh material (angle of repose) 55.b. Pemotongan crest untuk membentuk sudut 22 s/d 25.c. Penimbunan soil untuk melapisi timbunan overburden.d. Perataan soil dengan ketebalan pelapisan 1,25 m, dan pada lereng membentuk sudut 20.

Perhitungan material balancePerhitungan material menjadi hal yang penting untuk direncanakan dalam membuat suatu rencana tahapan penambangan. Material balance berkaitan dengan pembagian material overburden dan top soil ke tempat penimbunan. Ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan material balance, antara lain :1. Membuat semua Design Tambang & Disposal (IPD/OPD) untuk bisa melihat semua kemungkinan penempatan material.2. Hasil perhitungan Volume dari Minescape (software), ditotal apakah balance antara total material terambil dengan waste dump yang tersedia.3. Pemilihan loading point Dump Point sesuai rencana dan volume yang diinginkan, di tahap ini dapat ditentukan juga jarak dumping yang diingikan4. Tahap simulasi semua data, design dan jarak yang disesuaikan dengan rencana yang ada