Materi Uts Hukum Pajak

50
HUKUM PAJAK (2 SKS)

description

hukum pajak

Transcript of Materi Uts Hukum Pajak

Page 1: Materi Uts Hukum Pajak

HUKUM PAJAK(2 SKS)

Page 2: Materi Uts Hukum Pajak

Sejarah Singkat Pajak di Indonesia

Mulai tahun 1983, sektor pajak di Indonesia telah dikelola secara serius, sehingga lama kelamaan hasil pajak menggeser posisi pendapatan yang berasal dari sektor Miyak Bumi dan Gas (MIGAS) yang pada tahun 1980-an pernah menjadi “primadona” bagi penerimaan negara, sebab sektor ini pernah menjadi penyumbang penerimaan negara terbesar dibandingkan dengan penerimaan yang berasal dari sektor lain. Harapan terhadap MIGAS ternyata tidak dapat diandalkan terus menerus, dikarenakan harga MIGAS sangat fluktuatif disebabkan oleh pengaruh keadaan atau stabilitas politik internasional yang tidak menentu. Demikian pula negara produsen MIGAS selama ini tidak dapat mentukan harga MIGAS secara sepihak ditambah dengan adanya pembatasan kuota bagi negara penghasil minyak.

Page 3: Materi Uts Hukum Pajak

Lanjutan …

Keberhasilan penerimaan negara dari sektor pajak antara lain dikarenakan tahun 1983 Pemerintah Indonesia melakukan penanganan secara serius dengan cara mengadakan pembaharuan (reformasi) peraturan perundang-undangan bidang perpajakan dengan tujuan agar sesuai dengan perkembangan keadaan yang dialami bangsa Indonesia dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1983.

Page 4: Materi Uts Hukum Pajak

Dasar Pertimbangan Pembaharuan Bidang Perpajakan Menurut UU No. 6/1983

1) Menempatkan perpajakan sebagai salah satu bentuk kewajiban warga negara kepada negaranya yang merupakan peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional;

2) Bahwa sistem perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia;

3) Bahwa sistem perpajakan yang tertuang di dalam ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku selama ini belum dapat menggerakkan peran serta semua subyek pajak dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri yang diperlukan untuk kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional.

Page 5: Materi Uts Hukum Pajak

Pengertian Pajak

Menurut Adriani, sebagaimana dikutip oleh Santoso Brotodihardjo, pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terhutang oleh wajib pajak menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Page 6: Materi Uts Hukum Pajak

Pengertian Hukum Pajak

Rochmat Soemitro menyatakan bahwa hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Hukum pajak menerangkan siapa wajib pajak (subyek) dan apa kewajiban-kewajiban mereka terhadap pemerintah, hak-hak pemerintah, obyek-obyek apa yang dikenakan pemerintah, cara penagihan, cara pengajuan keberatan-keberatan, dan sebagainya.

Page 7: Materi Uts Hukum Pajak

Lanjutan …

Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak merupakan hukum fiskal, secara lengkapnya adalah: “Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui Kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak)”.

Page 8: Materi Uts Hukum Pajak

Dasar Hukum Pajak

Pasal 23A UUD 1945: “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.UU No. 6/1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanUU No. 16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanUU No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Page 9: Materi Uts Hukum Pajak

Pajak Menurut Islam

Menurut Abdul Qadim Zallum, berpendapat bahwa Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum Muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta. Karena dalam definisinya tersebut terangkum 5 (lima) unsur pokok yang merupakan unsur penting yang harus terdapat dalam ketentuan pajak menurut syariat, yaitu: (1) Diwajibkan oleh Allah SWT; (2) Objeknya adalah harta (al-mal); (3) Subjeknya kaum Muslim yang kaya (ghaniyyun), tidak termasuk non-muslim; (4) Tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum Muslim) saja; (5) Diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus) yang segera harus diatasi oleh Ulil Amri (Pemerintah).

Page 10: Materi Uts Hukum Pajak

Lanjutan …

Definisi yang dikemukakan oleh Abdul Qadim Zallum tersebut, jelas terlihat bahwa pajak adalah kewajiban yang datang secara temporer, diwajibkan oleh Ulil Amri sebagai kewajiban tambahan sesudah zakat (jadi dharibah bukan zakat), karena kekosongan/kekurangan baitul mal, dapat dihapus jika keadaan baitul mal sudah terisi kembali, diwajibkan hanya kepada kaum Muslim yang kaya, dan harus digunakan untuk kepentingan mereka (kaum Muslim), bukan kepentingan umum, sebagai bentuk jihad kaum Muslim untuk mencegah datangnya bahaya yang lebih besar jika hal itu tidak dilakukan.

Page 11: Materi Uts Hukum Pajak

Lanjutan …

Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah dharibah. Dharaba adalah bentuk kata kerja (fi’il), sedangkan bentuk kata bendanya (ism) adalah dharibah yang artinya beban. Disebut beban, karena merupakan kewajiban tambahan atas harta setelah zakat. Dari definisi Abdul Qadim Zallum, terlihat perbedaan antara pajak (dharibah) dengan kharaj dan jizyah, yang seringkali dalam berbagai literatur disebut juga dengan pajak, padahal sesungguhnya ketiganya berbeda. Objek pajak (dharibah) adalah al-Mal (harta), objek jizyah adalah jiwa (an-nafs), dan objek kharaj adalah tanah (status tanahnya). Namun, jika dilihat dari sisi objeknya, objek pajak (dharibah) adalah harta, sama dengan zakat. Oleh sebab itu, pajak (dharibah) adalah pajak tambahan sesudah zakat.

Page 12: Materi Uts Hukum Pajak

PIHAK-PIHAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN HUKUM PAJAK

Masalah pajak adalah masalah antara pemerintah sebagai pihak yang berhak memungut pajak dan wajib pajak sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pemerintah yang berhak memungut pajak berdasarkan undang-undang perpajakan disebut fiscus, yang berasal dari kata fiscale, yang berarti keranjang berisi uang, atau kantong uang.

Page 13: Materi Uts Hukum Pajak

Fiskus pada Pajak Pusat

Fiskus pada pajak pusat terbagi kedalam beberapa jabatan yang diatur oleh undang-undang perpajakan dan memiliki kewenangan tertentu, diantaranya adalah (1) Menteri Keuangan; (2) Direktur Jenderal Pajak; (3) Pejabat yang Menerima Pelimpahan Kewenangan dari Direktur Jenderal Pajak; (4) Pejabat yang Berwenang Melakukan Penagihan Pajak; (5) Jurusita Pajak; (6) Pemeriksa Pajak; (7) Penyidik.

Page 14: Materi Uts Hukum Pajak

Fiskus pada Pajak Daerah

Undang-Undang Pajak Daerah Retribusi Daerah (PDRD) pada dasarnya hanya menentukan Kepala Daerah sebagai fiskus.Seperti halnya Pajak Pusat, dalam pengelolaan pajak daerah juga terdapat pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penagihan pajak, jurusita pajak, pemeriksa pajak, dan penyidik pajak.

Page 15: Materi Uts Hukum Pajak

Kewenangan Fiskus pada Pajak Pusat

a) Kewenangan terkait dengan pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak;

b) Kewenangan terkait dengan pembayaran pajak;c) Kewenangan terkait dengan pelaporan pajak;d) Kewenangan terkait dengan penetapan dan ketetapan pajak;e) Kewenangan terkait dengan penagihan pajak;f) Kewenangan terkait dengan keberatan dan banding;g) Kewenangan terkait dengan pembukuan dan pencatatan;h) Kewenangan terkait dengan pemeriksaan pajak;i) Kewenangan terkait dengan pengurangan dan pembatalan surat ketetapan pajak

yang tidak benar;j) Kewenangan terkait dengan penetapan ketentuan material perpajakan di bidang

PPh, PPN, dan PPnBM;k) Kewenangan terkait dengan penetapan ketentuan material perpajakan di bidang

PBB dan BPHTB.

Page 16: Materi Uts Hukum Pajak

Kewajiban Fiskus

a) Kewajiban terkait dengan pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak;

b) Kewajiban terkait dengan pembayaran pajak;c) Kewajiban terkait dengan pelaporan pajak;d) Kewajiban terkait dengan penetapan dan ketetapan pajak;e) Kewajiban terkait dengan penagihan pajak;f) Kewajiban terkait dengan keberatan dan banding;g) Kewajiban terkait dengan pemeriksaan pajak;h) Kewajiban terkait dengan pengurangan dan pembatalan surat

ketetapan pajak yang tidak benar;i) Kewajiban terkait dengan ketentuan material perpajakan di bidang

PBB dan BPHTB.

Page 17: Materi Uts Hukum Pajak

WAJIB PAJAK

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dalam Hukum Pajak Indonesia tidak ada undang-undang yang secara tegas menyatakan apa yang dimaksud dengan orang pribadi yang menjadi wajib pajak. Hanya saja secara umum dapat dikatakan bahwa orang adalah manusia yang memiliki darah dan daging. Seseorang dapat menjadi wajib pajak tanpa memandang pada usia, jenis kelamin, agama, suku, asalkan ia memenuhi syarat ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan.

Page 18: Materi Uts Hukum Pajak

lanjutan …

Pengertian Badan dalam Hukum Pajak Indonesia diatur dengan tegas dalam UU No. 28/2007 tentang KUP, bahwa Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpula, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya (Pasal 1 angka 3 UU KUP).

Page 19: Materi Uts Hukum Pajak

Fungsi Pajak

Fungsi Anggaran (Budgeter) yaitu untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya kepada kas negara;Fungsi Mengatur (Regulerend) yaitu fungsi pajak untuk mengatur dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Penerapan fungsi regulerend dengan cara positif dilakukan antara lain dalam bentuk:a. Pemberian insentif perpajakan secara tepat guna bagi pengusaha sebagai cara

untuk mendorong kegiatan investasi;b. Pemberian kelonggaran perpajakan, yang berbentuk pembebasan pajak (tax

holiday) dan keringanan pajak;c. Memberikan pengecualian pengenaan pajak pada daerah tertentu;d. Memberikan hak kepada wajib pajak untuk melakukan kompensasi kerugian

untuk jangka waktu tertentu;e. Memberikan penundaan pengenaan pajak dalam jangka waktu tertentu;f. Memberikan pengurangan pajak.

Page 20: Materi Uts Hukum Pajak

Teori Pembenaran Pemungutan Pajak

1) Teori AsuransiPajak yang dibayar oleh masyarakat kepada negara dianalogikan sebagai pembayaran premi asuransi. Artinya, bahwa dengan mengikuti program asuransi maka seseorang atau suatu badan akan mendapatkan perlindungan tersebut, perusahaan asuransi memungut sejumlah pembayaran atas perlindungan yang diberikannya, yang disebut sebagai premi. Besarnya premi dan cara pembayaran adalah atas kesepakatan antara perusahaan asuransi dan peserta yang dituangkan dalam suatu kontrak asuransi, yang disebut polis asuransi.

Page 21: Materi Uts Hukum Pajak

Walaupun terdapat persamaan, tetapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara pembayaran pajak dan asuransi. Perbedaan pertama adalah apabila dalam asuransi terjadi musibah, pembayar premi akan menerima ganti rugi kepada wajib pajak, bilamana rakyat mengalami musibah. Perbedaan kedua adalah apabila pada asuransi terdapat hubungan yang erat dan jelas antara besarnya premi terhadap jumlah ganti rugi (kontraprestasi) yang diterima, maka pada pajak tidak ada hubungan yang langsung antara pembayaran pajak dengan kontraprestasi yang dapat diperoleh oleh wajib pajak.

Page 22: Materi Uts Hukum Pajak

2) Teori kepentingan Teori ini dalam ajarannya yang semula hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari penduduk seluruhnya. Dalam teori ini berlaku pandangan bahwa semakin besar kepentingan yang dinikmati oleh pembayar pajak, semakin besar pula jumlah pajak yang harus dibayar.

Page 23: Materi Uts Hukum Pajak

3) Teori Gaya PikulBahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Yang menjadi titik pangkal teori gaya pikul adalah azas keadilan, yaitu tekanan pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Hal ini berarti pemungutan pajak didasarkan pada gaya pikul (kekuatan) masing-masing wajib pajak. Untuk mengukur gaya pikul seseorang dapat digunakan antara lain: jumlah penghasilan, kekayaan, belanja dan pengeluaran, serta jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan.

Page 24: Materi Uts Hukum Pajak

4) Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)Mendasarkan pemungutan pajak pada hubungan antara negara dengan rakyat yang dinaunginya. Negara memiliki hak mutlak untuk memungut pajak dari rakyatnya. Disisi lain rakyat atau masyarakat memandang bahwa ia memiliki kewajiban untuk menunjukkan tanda baktinya kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak yang dipungut oleh pemerintah. Sebagai alasannya, maka negara (melalui pemerintah) yang memungut pajak berkewajiban untuk menyelenggarakan pemerintahan dan berbagai kebutuhan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraannya.

Page 25: Materi Uts Hukum Pajak

5) Teori Asas Daya BeliMerupakan suatu teori modern yang tidak mempersoalkan alasan awal mengapa negara memungut pajak, sebagaimana keempat teori sebelumnya, Teori asas daya beli ini hanya mendasarkan pemungutan pajak kepada efek atau pengaruhnya saja. Teori ini memandang efek yang baik dari pemungutan pajak sebagai dasar keadilan pemungutan pajak. Teori ini mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu, dan bukan pula untuk kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya. Kesimpulannya, bahwa teori ini menitikberatkan ajarannya kepada fungsi kedua dari pemungutan pajak, yaitu fungsi mengatur.

Page 26: Materi Uts Hukum Pajak

Asas Pemungutan Pajak

- Asas Domisili- Asas Sumber- Asas Kebangsaan

Page 27: Materi Uts Hukum Pajak

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Asas Domisili adalah suatu asas pemungutan pajak yang digantungkan pada domisili (tempat kediaman) wajib pajak di suatu negara;Asas Sumber adalah suatu asas yang pemungutan pajak yang digantungkan kepada adanya sesuatu sumber di suatu negara;Asas Kebangsaan adalah suatu asas yang dikenakan oleh suatu negara pada orang-orang yang mempunyai hubungan kebangsaan dengan negara itu.

Page 28: Materi Uts Hukum Pajak

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK YANG BAIK

Asas Pemungutan Pajak Menurut Adam Smith (four canons of taxation), dikenal ada empat asas pemungutan pajak yang baik, yaitu (a) asas persamaan (equality), asas keadilan (equity), asas kemampuan (ability); (b) asas kepastian (certainty); (c) asas kenyamanan pembayaran (convenience of payment); dan asas efisiensi (economic of collection). Keempat asas ini sangat perlu dipahami oleh pembuat undang-undang maupun pelaksananya agar pemungutan pajak dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 29: Materi Uts Hukum Pajak

a) Asas Persamaan, Keadilan, dan Kemampuan (Equality, Equity, and Ability). Equality mengandung arti bahwa keadaan yang sama atau orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak yang sama. Dengan demikian diharapkan akan tercapai keadilan (equity) diantara pembayar pajak, karena mereka akan dikenakan pajak beradasarkan kemampuannya dalam membayar pajak (ability to pay) yang memang berbeda antara seorang wajib pajak dengan wajib pajak lainnya.

Page 30: Materi Uts Hukum Pajak

b) Asas Kepastian (Certainty), artinya kepastian yang berhubungan dengan hukum, yang mengandung arti jaminan hukum dan bukan kepastian yang didasarkan pada kesewenang-wenangan. Berarti, penarikan pajak oleh negara (fiskus) kepada para wajib pajak harus dilakukan dengan kepastian hukum berdasarkan peraturan tertulis dalam suatu sumber hukum, yang dalam arti formal berbentuk undang-undang yang dibuat melalui badan legislatif.

Page 31: Materi Uts Hukum Pajak

c) Asas Kenyamanan Pembayaran (Convenience of Payment), artinya pemungutan dan pembayaran pajak hendaknya dilakukan pada waktu wajib pajak dalam keadaan yang menyenangkan. Dengan demikian pajak harus dipungut pada saat dan keadaan paling tepat dan baik, yaitu pada saat wajib pajak mampu membayar pajak (sewaktu mempunyai uang) atau saat menerima penghasilan. Misalnya, pada waktu menerima upah, pada saat menerima hasil penjualan panenan, pada waktu membeli barang, dan lain-lain. Jadi bukan sebaliknya, pada waktu sedang dalam “keadaan susah” seperti musim tanam pada waktu paceklik, pada waktu habis bulan, dan lain-lain.

Page 32: Materi Uts Hukum Pajak

Lanjutan …

Dalam pelaksanaan asas kenyamanan pembayaran (convenience of payment), fiskus perlu mengembangkan penarikan pajak dengan cara pelayanan yang baik, cara yang ditempuh dalam melayani yang baik antara lain dengan:(a) memperbanyak kantor-kantor pajak yang berdekatan dengan tempat bagi

wajib pajak;(b) mempermudah cara pembayaran pajak melalui giro pos, menggunakan

materai dan membolehkan bagi yang berpenghasilan berupa uang asing membayar dengan uang asing;

(c) negara memberikan pelayanan yang baik dengan cara memberikan penerangan tentang pajak dan petugas pajak mendatangi para wajib pajak;

(d) dilakukan secara tidak langsung kepada para wajib pajak tersebut, seperti pada waktu ia makan di restoran dengan ditarik Pajak Restoran dan pada karcis bioskop dipungut pajak bersama-sama dengan uang pembelian tanda masuk (hal ini mungkin dilakukan untuk pajak daerah).

Page 33: Materi Uts Hukum Pajak

d) Asas Efisiensi (Economic of Collection) adalah biaya pemungutan pajak, artinya biaya sejak wajib pajak membayar pajak sampai uang pajak masuk ke kas negara hendaknya seminim mungkin dan diusahakan supaya hasil pemungutan pajak jauh lebih besar dari biaya pemungutannya. Dengan kata lain, hendaknya biaya pemungutan pajak harus relatif lebih kecil dibandingkan dengan uang pajak yang masuk.

Page 34: Materi Uts Hukum Pajak

Untuk memenuhi asas efisiensi ini, Adam Smith mengemukakan empat cara yang perlu diperhatikan (yang hendaknya dihindarkan), diantaranya adalah:(a) Dalam melaksanakan pemungutan pajak membutuhkan

banyak staf yang gajinya menggunakan sebagian besar hasil penerimaan pajak dan ada kemungkinan harus mengenakan pajak baru, karena hasil penerimaan pajak masih kurang;

(b) Pemungutan pajak mungkin mematikan usaha masyarakat atau menghambat usaha-usaha tertentu yang banyak memberikan kesempatan kerja dengan menggunakan banyak bahan mentah serta input lain yang telah tersedia;

Page 35: Materi Uts Hukum Pajak

lanjutan …

(c) Pemungutan pajak mungkin berakibat menghukum atau mematikan kesempatan untuk investasi modal yang sangat diperlukan bagi kemajuan masyarakat. Pajak yang terlalu berat akan menimbulkan penghindaran pajak, menimbulkan penyelundupan pajak, dan tindakan lain sehingga dapat menimbulkan banyak kejahatan di bidang perpajakan;d) Pemungutan pajak mungkin menimbulkan tekanan-tekanan, suapan-suapan, dan kesulitan-kesulitan lain dalam pelaksanaannya.

Page 36: Materi Uts Hukum Pajak

SYARAT-SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

(1) Pemungutan pajak harus adil“Adil” dalam pemungutan pajak tidak berarti bahwa setiap orang harus membayar pajak dalam jumlah yang sama, tetapi harus diusahakan agar pemungutan pajak diselenggarakan secara umum dan merata yaitu bahwa pemungutan pajak harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga setiap orang dapat mendapat beban atau tekanan yang sama. Apabila pemungutan pajak telah dilakukan secara adil, maka kesadaran rakyat untuk membayar pajak akan semakin besar, karena mereka yakin bahwa semua orang mendapat beban pajak sesuai kemampuannya.

Page 37: Materi Uts Hukum Pajak

(2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undangSyarat ini sering disebut syarat yuridis, artinya bahwa hukum pajak itu harus dapat memberikan jaminan atau kepastian hukum, baik bagi negara maupun bagi warganya. Bagi negara hukum, segala sesuatu itu harus diatur dengan undang-undang, termasuk pemungutan pajak.(3) Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran roda perekonomianKeseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu karena adanya pemungutan pajak, bahkan harus tetap berjalan, sesuai dengan fungsi kedua dari pemungutan pajak yaitu fungsi mengatur.

Page 38: Materi Uts Hukum Pajak

(4) Pemungutan pajak harus dilakukan secara efisienSesuai dengan fungsi yang pertama dari fungsi pemungutan pajak, yaitu sebagai sumber keuangan negara (anggaran), maka hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup sebagian pengeluaran-pengeluaran negara. Oleh karena itu dalam melaksanakan pemungutan pajak hendaknya tidak memakan biaya pemungutan yang besar (pemungutan pajak harus dilakukan secara efisien) dan pemungutan pajak ini mencegah inflasi.(5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan warga masyarakat untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus diterapkan sistem pemungutan pajak yang sederhana yang mudah dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit.

Page 39: Materi Uts Hukum Pajak

Menurut Syariat, Pajak Dibolehkan Karena Alasan Kemaslahatan Umat

Jika diikuti pendapat Ulama yang membolehkan, maka pajak saat ini memang merupakan sudah menjadi kewajiban warga negara dalam sebuah negara Muslim, dengan alasan dana Pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai berbagai pengeluaran, yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan timbul kemudharatan. Sedangkan, mencegah suatu kemudharatan adalah suatu kewajiban, sebagaimana kaidah ushul fiqh mengatakan: “segala sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan demi terlaksananya kewajiban selain harus dengannya, maka sesuatu itupun wajib hukumnya”.

Page 40: Materi Uts Hukum Pajak

HUKUM PAJAK MATERIIL DAN HUKUM PAJAK FORMIL

Hukum Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hukum pajak materiel dan hukum pajak formil. Pembedaan ini didasarkan pada pemikiran bahwa yang menimbulkan hutang pajak adalah hukum pajak materiil dan bukan hukum pajak formil. (1) Hukum Pajak MateriilKategori hukum pajak ini memuat norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya pajak. Intinya, segala sesuatu tentang timbul, besar dan hapusnya hutang pajak dan hubungan hukum antara Pemerintah dan Wajib Pajak. Termasuk didalamnya peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan, denda-denda, hukuman-hukuman serta cara-cara pembebasan-pembebasan dan pengembalian pajak dan ketentuan yang memberi hak tagihan utama kepada fiskus.

Page 41: Materi Uts Hukum Pajak

a) Keadaan-keadaan, misalnya hak pemerintah (fiscus) melakukan penagihan pajak kepada wajib pajak, meliputi pokok pajak, bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan, kurun waktu daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan. Sebagaimana diatur dalam UU No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Contohnya, orang asing yang berdomisili di luar wilayah Indonesia tetapi kenyataannya memperoleh penghasilan dari wilayah Indonesia (Wajib Pajak Luar Negeri). Demikian pula bagi Wajib Pajak Dalam Negeri orang pribadi yang memiliki penghasilan yang jumlahnya melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak akan dikenakan pajak penghasilan karena keadaan tersebut.

Page 42: Materi Uts Hukum Pajak

b) Peristiwa-peristiwa hukum, dilihat dari sudut hukum, berbagai peristiwa itu dibedakan ke dalam peristiwa hukum (rechtsfeit) dan bukan peristiwa hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang oleh kaidah hukum diberi akibat hukum, yaitu berupa timbulnya atau hapusnya hak dan/atau kewajiban tertentu bagi subyek hukum yang terkait dengan peristiwa tersebut.Peristiwa hukum dibedakan kedalam peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum dan peristiwa hukum yang merupakan perbuatan subyek hukum.

Page 43: Materi Uts Hukum Pajak

c) Perbuatan-perbuatan hukum, perbuatan hukum merupakan perbuatan subyek hukum. Contohnya, dalam ketentuan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa yang menetapkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (peristiwa hukum yang merupakan perbuatan subyek hukum pajak) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Peristiwa hukum yang merupakan perbuatan subjek hukum pajak yang lainnya adalah peristiwa jual beli tanah yang menimbulkan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor juga merupakan salah satu peristiwa hukum.

Page 44: Materi Uts Hukum Pajak

d) Subjek hukum pajak, artinya segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum atau suatu pendukung hak dan kewajiban menurut hukum atau suatu pendukung hak dan kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum (rechtsbevoegd). Subjek hukum pajak adalah Orang pribadi dan Badan. Tetapi, dalam ketentuan pajak penghasilan, subjek hukum meliputi: (1) orang pribadi; (2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; (3) Badan; dan (4) Bentuk Usaha Tetap.

Page 45: Materi Uts Hukum Pajak

e) Besarnya tarif pajak, perbedaan pajak lebih dari satu macam menyebabkan bermacam-macamnya tarif pajak, hal itu dapat menimbulkan perbedaan tarif antara pajak yang satu dengan yang lain, termasuk tarif Pajak Pusat dan Daerah. Contohnya, tarif Pajak Penghasilan yang merupakan tarif progresif. Bagi Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi tarifnya adalah 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan 30%. Sedangkan bagi Wajib Pajak Dalam Negeri Badan dan Badan Usaha Tetap tarifnya adalah 10%, 15%, dan 30%.Latar belakang terjadinya perbedaan tarif pajak antara pajak yang satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain aspek keadilan maupun aspek ekonomis. Contohnya, tarif 0% bagi barang kena pajak yang diekspor untuk memberi motivasi kepada wajib pajak supaya berani bersaing dengan produk negara lain, supaya industri dalam negeri dapat berkembang (aspek ekonomis).

Page 46: Materi Uts Hukum Pajak

2) Hukum Pajak Formil adalah untuk melindungi baik fiscus maupun Wajib Pajak atau untuk memberi jaminan bahwa hukum pajak materiil akan dapat diselenggarakan setepat-tepatnya.Termasuk hukum pajak formil adalah peraturan-peraturan mengenai cara-cara untuk menjelmakan hukum pajak materiil menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu hutang pajak, kontrol oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para Wajib Pajak, kewajiban pihak ketiga dan prosedur dalam pemungutannya.

Page 47: Materi Uts Hukum Pajak

a) Ketetapan Hutang Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal: (1) Pajak yang terhutang tidak atau kurang dibayar; (2) Jika, Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan pada waktu yang telah ditetapkan; (3) Apabila tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.

b) Kontrol oleh Pemerintah, Direktur Jenderal Pajak atas nama Pemerintah berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 48: Materi Uts Hukum Pajak

c) Prosedur pemungutannya, dapat menggunakan salah satu sistem (official assesment system, semi self assesment system, self assesment, white holding system) baik secara mutlak maupun secara tidak mutlak. Pajak yang terhutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, selanjutnya harus disetor ke Kas Negara, dan dilaporkan oleh pemungut kepada Direktorat Jenderal Pajak.Di Indonesia, pada dasarnya Wajib Pajak berpedoman pada “self assesment system”, sebab Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri kepada Kantor Direktorat Jenderal untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Page 49: Materi Uts Hukum Pajak

SISTEM PENGENAAN PAJAK

Cara untuk menentukan jumlah pajak dapat dilakukan dengan beberapa sistem, antara lain Official Assesment System, Semi Self Assesment System, Self Assesment System, dan With Holding System. a) Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan kepada Pemerintah sebagai pihak pemungut pajak atau fiscus untuk menghitung dan menetapkan besar kecilnya jumlah hutang pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sebagai penanggung pajak.

Page 50: Materi Uts Hukum Pajak

b) Semi Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan menentukan berapa jumlah pajak yang terhutang berada pada kedua belah pihak (pemungut pajak dan wajib pajak). Apabila pelaksanaan pemungutan pajak menggunakan sistem ini, maka di awal tahun pajak, Wajib Pajak diberi kewenangan melakukan kewajiban menghitung atau menaksir dan menentukan besar kecilnya pajak terhutang yang harus dibayar. Berdasarkan penghitungan di awal waktu, Wajib Pajak sudah dapat melaksanakan pembayaran pajak sebagai angsuran, tetapi pada akhir