Materi Teach Others

11
  MATERI TEACH OTHERS AIRWAY MANAGEMENT Disusun untuk memenuhi tugas profesi stase peminatan ICU/ICCU Periode 2 November 2009  2 Januari 2009 Disusun oleh : Diah Husna N., S.Kep Khairul Bariyah S.Kep Eka Rohmah E.,S.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM YOGYAKARTA 2009 MANAJEMEN JALAN NAPAS

Transcript of Materi Teach Others

Page 1: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 1/11

 

 

MATERI TEACH OTHERS

AIRWAY MANAGEMENT

Disusun untuk memenuhi tugas profesi stase peminatan ICU/ICCU Periode 2 November 2009  – 2 Januari 2009

Disusun oleh :

Diah Husna N., S.Kep

Khairul Bariyah S.Kep

Eka Rohmah E.,S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

YOGYAKARTA

2009MANAJEMEN JALAN NAPAS

Page 2: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 2/11

 

 

Apa yang dimaksud Jalan Napas?

Rongga yang menghubungkan antara udara luar dengan paru.

Organ apa saja yang termasuk jalan napas?

Untuk menjamin oksigenasi yang adekuat maka jalan napas harus paten, yaitu terbebas

dari sumbatan. Sumbatan jalan napas bisa parsial atau total, bisa berasal dari luar/benda

asing atau dari pasien sendiri, misal lidah/terjadi penyempitan jalan napas.

Hubungan jalan napas dan dunia luar didapatkan melalui dua jalan:

•  Hidung menuju nasofaring

•  Mulut menuju orofaring

Apabila ada masalah terkait jalan napas, langkah apa yang musti dilakukan?

1.  Mengenali adanya sumbatan jalan napas

2.  Menentukan penyebabnya untuk dapat mengambil tindakan yang diperlukan

Untuk mengenali adanya sumbatan pada jalan napas, maka kita harus mengerti ciri

pernapasan yang normal, yaitu: napas teratur, frekuensi dbn, gerakan dada dan abdomen

sinkron, tidak disertai bunyi napas tambahan, otot-otot tambahan pernapasan tidak ikut

serta (retraksi sela iga, supraklavikula, dan cuping hidung). Disamping itu, kita juga harus

mengetahui ciri dari adanya gawat napas dan gagal napas.

Gawat Nafas ( Resp. Distress )

  Frekwensi nafas cepat

  Otot-otot tambahan ikut bekerja

  Nadi cepat pada dewasa, lambat pada bayi dan anak.

  Gelisah, disorientasi

  Berkeringat

  Sianosis

Gagal nafas ( Resp. Failure )

Gambaran klinik gawat nafas ditambah:

  PaO2 < 60 mmHg ( udara biasa )

  PaCO2 > 50 mmHg ( udara biasa )

  pH < 7,35Obstruksi jalan nafas sering terjadi di jalan nafas atas / hipofaring partial / total, yang

dapat disebabkan oleh:

Jalan nafas atas :

- Mulut

- Hidung

- Pharing (oro,naso,laringo)

Jalan nafas bawah :

- Laring

- Trakhea

- Bronkhus

- Bronkheolus- Alveoli

Page 3: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 3/11

 

 

1.  Otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding

belakang pharing sehingga lidah jatuh menutup jalan nafas. Ini sering terjadi pada

pasien tidak sadar dengan posisi kepala fleksi atau mid posisi

2.  Benda asing : cairan, darah,sekret, benda padat.

3.  Laringospasme

4.  Infeksi5.  Udem laring

6.  Neoplasma

7.  Trauma

8.  Luka bakar.

Suara napas tambahan:

  Snoring ( dengkur ) lidah jatuh

  Crowing ( lengking ) laringospasme

  Wheezing ( bengek ) sumbatan bronkhus

  Gurgling (bunyi kumur-kumur) yang disebabkan adanya cairan pada jalan napas

(misalnya partikel makanan, muntah, bekuan darah )

  Stridor (bunyi napas saat inspirasi bertambah) disebabkan karena sumbatan secara

anatomis (misalnya trauma maksilofasial, trauma leher, trauma laring).

Penatalaksanaan jalan napas:

1.  Membebaskan jalan napas

2.  Memberikan tambahan oksigen

3.  Menunjang ventilasi

4.  Mencegah aspirasi

MEMBEBASKAN/ MEMBUKA JALAN NAPAS

a.  TANPA ALAT  Anjurkan untuk batuk kuat 

Pada Obstruksi total biasanya penyebabnya adalah benda asing padat, yang kita

lakukan adalah membuat batuk buatan sehingga benda asing terlempar keluar.

Kalau tidak berhasil, bisa dilakukan krikotiroidotomi.

Bayi / anak

Lakukan tehnik back blow : pemukulan antara 2 skapula, kepala lebih rendah,

5 pukulan atau chest thrust : pemijatan pada Px

Dewasa

Bila pasien sadar, lakukan Back blow : sedikit bungkukkan, pukul antara 2

skapula 5 pukulan. Tidak berhasil, Heimlich manuver/abdominal thrust:

Berdiri dibelakang pasien, rangkul pasien, kepalkan satu tangan pada perut

korban antara Px dan pusar, tarik tangan ke dalam dan ke atas secara

menghentak, 5 kali. Bila pasien tidak sadar, miringkan pasien menghadap

penolong, lakukan back blow kemudian telentangkan, lakukan abdominal Thrust

5 hentakan berturut-turut.

  Lakukan airway positioning

Macam Airway Positioning : 

1)  Head-tilt 

2)  Head tilt – chin lift  

3)  Head tilt – neck lift  

4)  Jaw thrust  

No Manuver Kriteria Pasien Teknik

Page 4: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 4/11

 

 

1. Head Tilt   Korban Sadar

  Tanpa cedera

kepala, leher atau

spinal

  Duduk: korban yang duduk kepala

cenderung fleksi ke arah dada.

Lakukan reposisi agar kepala tidak

menunduk

  Berbaring : Letakkan salah satu

tangan penolong pada dahi korban,lalu dengan hati-hati dan mantap

tekan ke belakang menggunakan

telapak tangan

2. Head Tilt-

Chin Lift

  Korban sadar / tidak

sadar

  Tanpa cedera

kepala, leher atau

spinal

 3. Head Tilt -

Neck Lift

  Korban sadar / tidak

sadar

  Tanpa cedera

kepala, leher atau

spinal

Penolong berlutut di sebelah kepala

korban, letakkan tangan penolong

yang paling dekat dengan kepala

korban pada dahi dan tangan yang

lain di bawah leher. Angkat leher

korban smabil menekan dahi korban

dengan lembut. Gerakan ini akan

menggeser lidah korban dari belakang

tenggorok dan membantumembukanya jalan nafas yang

adekuat. 

4. Modified

Jaw Thrust

  Korban Tidak Sadar

  Dengan Cedera

leher dan spinal

Komplikasi•  Jika jalan napas tetap terobstruksi, suction perlu dilakukan, dan kemudian

lakukan pemasangan OPA (oropharyngeal airway, misal: gudel/mayo) atau

NPA (nasopharyngeal airway).

•  Cedera pada spinal dapat terjadi jika dilakukan pergerakan pada kepala

dan/atau leher pada pasien dengan cedera servical.

•  Pasien trauma yg tidak sadar atau pasien yang diketahui atau dicurigai

mengalami cedera/trauma leher, maka kepala dan leher harus dipertahankan

dalam posisi netral tanpa hiperekstensi leher. Gunakan  jaw thrust  untuk

membuka jalan napas pada situasi tersebut. Perhatian: Jika jari-jari

menekan terlalu dalam jaringan lunak di bawah dagu, maka jalan napas akan

terobstruksi.

b.  DENGAN ALAT

Page 5: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 5/11

 

 

1.  Oropharyngeal Airway (OPA)

ADALAH : bentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang di tengahnya

dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras.

-  Tujuan :

•  Mencegah/menahan lidah melekat pada dinding posterior faring

•  Mempermudah penghisapan lender (suction)•  Mencegah pasien mengigit pipa endotrakheal (ETT)

No Jenis Alat Kriteria

Pasien

Teknik Ukuran

1. Orofaringeal

airway

(OPA)

 Bernafas

spontan

 Saat ventilasi

dengan

sungkup atau

bagging,

penolong

secara tidak

sadar

menekan dagu

ke bawah

sehingga jalan

nafas

tersumbat.

  Jangan

dipakai jika

reflex muntahmasih (+)

 GCS > 10

  Bersihkan mulut dan faring

dari segala kotoran

  Masukkan alat dengan

bagian yang cekung

menghadap ke langit-langit

(mengarah ke atas) sampai

didorong mendekati dinding

belakang faring, alat

diputar 180o 

  Fiksasi dengan plester

 jangan menutupi bagian

yang terbuka di jalan nafas.

  Ukuran alat dan

penempatan yang tepat

menghasilkan bunyi nafas

yang nyaring pada

auskultasi paru saatdilakukan ventilasi

  Pertahankan posisikepala

yang tepat setelah alat

yang terpasang.

00 = neonatus

0 = bayi

1 = usia 1-3 th

2 = usia 3-8 th

3 = usia >8 th

4 & 5 = dewasa

Komplikasi :

-  Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau

apabila ukuran terlampau panjang epiglotis akan tertekan menutup rimaglotis

sehingga jalan napas tersumbat

-  Terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat

-  Muntah dan spasme laring. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana

refleks faring masih ada karena dapat menyebabkan muntah dan spasme

laring.

2.  Nasofaringeal Airway (NPA)

Adalah : bentuk seperti pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari karet lateks atauplastic yang lembut.

Tujuan :

Page 6: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 6/11

 

 

-  Mempertahankan jalan napas adekuat

No Jenis Alat Kriteria Pasien Teknik Ukuran

2. Nasofaringe

al Airway

 Pasien menolak

menggunakanorofaring

 Secara teknis

orofaring tidak

dapat dipakai

karena adanya

trismus,rahang

menutup kuat

atau trauma/

cedera berat

daerah mulut)

  Pilih alat dengan ukuran

yang tepat.Tentukandiameter alat (Sesuai dg

Diameter lubang hidung

luar)

  Lumasi alat dengan jelly dan

masukkan menyusuri bagian

tengah dan dasar rongga

hidung hingga mencapai

daerah belakang lidah

  Apabila ada tahanan dengan

dorongan ringan alat diputar

sedikit

Panjang =±15cm

Diameter = 6 – 8mm 

Komplikasi : 

– Alat ini dapat merangsang, muntah dan spasme laring

– Dapat menyebabkan perdarahan akibat kerusakan mukosa akibat pernasangan,

oleh sebab itu alat penghisap harus selalu siap saat pernasangan.

3.  Penghisapan Lendir (Suctioning)

Suctioning adalah prosedur yang steril yang harus dilakukan hanya bila pasien

membutuhkan dan tidak pada jadwal yang rutin. Merupakan suatu cara untuk

mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan menggunakan suatu suction kateter,

yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut ke dalam faring atau trakea.

Prinsip STERIL.

Tujuan :

-  Mempertahankan jalan napas yang adekuat

-  mempertahankan kepatenan jalan nafas pada pasien dengan ET atau TT

-  Memelihara saluran nafas tetap bersih

-  Mengeluarkan/membersihkan sekret dari jalan nafas pada pasien yang tidak

mampu mengeluarkan sekret sendiri/tidak mampu batuk.

No Jenis Alat Kriteria Pasien Teknik Ukuran

3. Suction   Pasien dengan

intubasi /

trakeostomi

  Koma

  Tidak bisa

batuk karenakelumpuhan

otot pernafasan

  Buka ujung kateter yang

akan dihubungkan dengan

tube suction

  Dorong kateter keluar dari

kemasan

  Nyalakan tekanan negatif untuk penghisapan

  Masukkan kateter melalui

Bayi : 5 Fr

Anak-anak: 6-12 Fr

Dewasa : 12-16 Fr

Page 7: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 7/11

 

 

  Pasien dengan

sekret banyak

dan kental,

yang mana dia

sulit

mengeluarkan

mulut atau hidung secara

perlahan sampai trakea

  Apabila pasien terbatuk

saat kateter dimasukkan,

berarti ujung kateter

sudah mencapai trakea.  Lakukan suction dengan

menutup lubang kontrol

yang ada pada kateter

dengan ibu jari

  Lepaskan ibu jari sambil

memutar kateter ke

permukaan yang lebih

terbuka (atau kalau

menggunakan sarung

tangan steril: gerakan

mengeluarkan kateter

secara terpilin)

  Lakukan pengulangan

suction, durasi waktu

penghisapan < 5-15 detik

  Keluarkan kateter

perlahan setelah

penghisapan selesai.

  Bersihkan kateter dan

tube dengan sterill

solution  Reoksigenasi dan suction

lagi jika perlu

  Posisikan pasien setengah

duduk apabila pasien

muntah.

Kekuatan / daya penghisap

UsiaKekuatan

Portable Suction Wall 

Bayi 3-5 mmHg 60-100 mmHg

Anak-anak 5-10 mmHg 100-120 mmHg

Dewasa 7-15 mmHg 120-150 mmHg

Komplikasi :

  Perdarahan / kerusakan struktur

  Kontaminasi bakteri

  Kekurangan oksigen sesaat

  Ketakutan dan panik pada pasien sadar

  Ekstra iritasi akan menyebabkan ekstra produksi sekret.

  Trauma jalan nafas.

4.  Intubasi (Permasangan Pipa Endotrakeal (ETT))

Page 8: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 8/11

 

 

Tujuan :

•  Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun

•  Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

•  Pencegahan aspirasi

Keuntungan :•  Terpeliharanya jalan napas

•  Dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi

•  Menjamin tercapainya volume tidal yang, diinginkan

•  Memberikan ventilasi dengan adekuat

•  Mencegah teriadinya aspirasi isi lambung

•  Mencegah distensi lambung

•  Mempermudah penghisapan lendir di trakea

•  Merupakan jalur masuk beberapa obat-obat resusitasi

•  Karena kesalahan letak pipa endotrakeal dapat menyebabkan kematian

maka tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh penolong yang terlatih

No Jenis Alat Kriteria

Pasien

Teknik Ukuran

4. Endotrakeal

Tube (ETT)

Indikasi:

  Henti jantung

  Pasien sadar

tapi ventilasi

kurang

adekuat

  Pasien tidak

dapat

mempertahan

kan jalan

nafas

adekuat

  Penolong

tidak dapat

memberikan

ventilasi

adekuat

dengan carakonvensional

Persiapan alat:

1.  Laringoskopi, (dengan handle

dan blade)

2.  Pipa endotrakeal / ETT

3.  Stilet

4.  Korset magil

5.  Jeli

6.  Spet 20 / 10 cc

7.  Stetoskop

8.  Bantal

9.  Plester dan gunting

10.  Mesin suction

11.  Ambubag

12.  Masker

13.  Obat sedasi

Cara Pemasangan:

 Cek alat yang diperlukan dan pilih

ETT sesuai ukuran Lakukan Hiperventilasi (min.30

detik) sambil Sellick Manuver  

Cara melakukan Sellick maneuver :

o  Cara puncak tulang tiroid

( Adam's Apple)

o  Geser jari sedikit ke kaudal

sepanjang garis median

sampai menemukan lekukkan

kecil (membran krikotiroid)

o  Geser lagi jari sedikit ke

bawah sepanjang garismedian hingga ditemukan

tonjolan kecil tulang

Perempuan = 7;

7,5; 8

Laki-laki = 8;

8,5

Emergency = 7,5

Page 9: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 9/11

 

 

(kartilago krikoid)

o  Tekan tonjolan ini diantara

ibu jari dan telunjuk ke arah

dorsokranial.

o  Gerakan ini akan

menyebabkan oesophagusterjepit diantara bagian

belakang kartilago krikoid

dengan tulang belakang dan

lubang trakhea/rimaglotis

akan terdorong ke arah dorsal

sehingga lebih mudah

terlihat.

 Lumasi ETT sampai daerah cuff 

 Letakkan bantal pada oksipital

setinggi 10 cm, pertahankan

kepala tetap ekstensi.

  Jika perlu lakukan penghisapan

lendir pada mulut dan faring

 Buka mulut ( cross finger  ) dan

tangan kiri memegang laringoskop

 Masukkan bilah laringoskop

(menelusuri mulut sebelah kanan,

& sisihkan lidah ke kiri) sampai

mencapai dasar lidah. Perhatikan

agar lidah atau bibir tidak terjepit

diantara bilah dan gigi pasien. Angkat laringoskop ke atas dan ke

depan dengan kemiringan 30-40o.

Jangan menggunakan gigi sebagai

titik tumpu.

 Bila pita suara sudah terlihat,

masukkan ETT sambil

memperhatikan bagian proksimal

dari cuff ETT melewati pita suara ±

1-2 cm atau pada orang dewasa

kedalaman ETT ± 19-23 cm

 Lama Intubasi ≤ 30 detik 

 Lakukan ventilasi dengan

mengunakan bagging. Lakukan

auskultasi dengan urutan :

lambung, paru kanan dan kiri,

sambil memperhatikan pergerakan

dada.

 Bila terdengar suara gargling pada

lambung dan dada tidak

mengembang => lepaskan ETT

=> Hiperventilasi 30 detik denganO2 100% => intubasi ulang

 Kembangkan balon cuff  dengan

Page 10: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 10/11

 

 

Komplikasi Pemasangan ETT

•  ETT masuk kedalam oesophagus, yang dapat menyebabkan hipoksia.

•  Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringoskop dengan gigi.

•  Gigi patah.

•  Laserasi pada faring dan trakhea akibat stilet (mandrin) dan ujung ETT.

•  Kerusakan pita suara.

•  Perforasi pada faring dan oesophagus.

•  Muntah dan aspirasi.

•  Pelepasan adrenalin dan noradrenalin akibat rangsangan intubasi sehingga

terjadi hipertensi, takikardi dan aritmia.

•  ETT masuk ke salah satu bronkus. Umumnya masuk kebronkus kanan, untuk

mengatasinya tarik ETT 1-2 cm sambil dilakukan inspeksi gerakan dada dan

auskultasi bilateral.

c.  DENGAN PEMBEDAHAN

1. KrikotiroidotomiKrikotiroidotomi adalah : Tindakan yang dilakukan untuk membuka jalan napas

sementara dengan cepat, apabila cara lain sulit dilakukan. Pada tekhnik ini membran

krikotiroid disayat kecil vertikal, dilebarkan dan dimasukan ETT. Krikotiroidotomi

lebih mudah dilaksanakan pada keadaaan gawat darurat daripada trakeostomi,

setelah jalan napas dibebaskan maka krikotiroidotomi dapat dikonversikan dalam

trakeostomi elektif 

2. Trakheostomi

spuit 20 cc atau 10 cc dengan

volume secukupnya sampai tidak

terdengar suara kebocoran udara

di mulut saat dilakukan ventilasi

(bagging)

 Fiksasi ETT dengan plester Lakukan ventilasi berkelanjutan

dengan O2 100%

Tindakan Indikasi Teknik

Krikotiroidotomi

 Tindakan ini dilakukan jika

pasien tidak dapatdiintubasi dan tidak dapat

diberi ventilasi melalui

mulut

 Tindakan ini dilakukan

untuk membuka jalan nafas

sementara dengan cepat

apabila cara lain sulit

dilakukan 

Setelah membran krikotiroid

dapat diraba, lakukan irisanpada kulit hingga menembus

membran krikotiroid tersebut.

Kemudian irisan dilebarkan

dengan forsep/klem arteri.

Masukkan pipa endotrakea kecil

(4-6 mm) atau pipa

trakeostomi kecil, lalu lakukan

fiksasi 

Page 11: Materi Teach Others

5/16/2018 Materi Teach Others - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-teach-others 11/11

 

 

Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang ke dalam trakea, trakeostomi

dapat temporer atau permanen. trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu

obstruksi jalan nafas atas untuk membuang mengatasi pasien dengan ventilasi yang

tidak adekuat dan obstruksi jalan pernapasan bagian atas dan untuk memungkinkan

penggunaan ventilasi mekanis jangka pajang.

------0-----

Tindakan Indikasi Teknik

Trakeostomi -  pasien yang memerlukan

ventilasi mekanis dalam

 jangka panjang,

-  pasien dengan keganasan

kepala dan leher yang

akan dilakukan reseksi

yang sulit dilakukan

intubasi,

-  pasien dengan trauma

maksilofasial disertai

dengan risiko sumbatan

 jalan napas,

-  Pasien dengan sumbatan

 jalan napas akibat dari

trauma, luka bakar atau

keduanya,

-  Pasien dengan gangguan

neurologis yang disertai

dengan risiko sumbatan jalan napas,

 Tindakan membuat lubang pada

trakea untuk jalan nafas.

 Tekhnik ini bukan pilihan pada

keadaan darurat (live saving).

 Tindakan ini sebaiknya

dilakukan pada kamar bedah

oleh seorang yang ahli.

Keuntungan:

Lebih baik dari pada dengan

intubasi, dimana pasien masih

dapat bicara, makan, mudah

disuction, tahanan pada waktu

memasukkan sedikit, tidak terjadi

trauma laring karena insersi dan

deadspace dapat dikurangi, dapat

batuk dengan spontan

Kerugian:

Trakeostomi dapat beresiko tinggi

terjadinya perdarahan danstenosis. Prinsipnya, selagi tidak

ada penyempitan saluran nafas

atas maka dianjurkan untuk

intubasi