materi proposal.docx

13
Pre eklamsia - Pengertian Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. - Patofisiologi Penyebab pre eklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya. - Gejala klinis Gejala klinis pre eklamsia ringan meliputi : a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. b. Proteinuria : secara kuantatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2). c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan. d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut minggu e. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat. - Pemeriksaan dan diagnosis a. Kehamilan lebih 20 minggu b. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit) c. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai. - Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan : Banyak istirahat (berbaring tidur/miring) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

Transcript of materi proposal.docx

Page 1: materi proposal.docx

Pre eklamsia

- PengertianPre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.

- Patofisiologi Penyebab pre eklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

- Gejala klinis Gejala klinis pre eklamsia ringan meliputi :a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari

tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.

b. Proteinuria : secara kuantatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut minggue. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat.

- Pemeriksaan dan diagnosisa. Kehamilan lebih 20 minggub. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam

dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit)

c. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai.- Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan : Banyak istirahat (berbaring tidur/miring) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. Sedative ringan : tablet Phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg per oral selama 7

hari. Roborantia Kunjungan ulang setiap 1 minggu Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam

urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.b. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklamsia ringan berdasarkan criteria :

Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklamsia seperti :

Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu)

Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat.

Page 2: materi proposal.docx

Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre eklamsia ringan di anggap sebagai pre eklamsia berat. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.

Perawatan obstetric pasien pre eklamsia ringan :

1. Kehamilan preterm ( kurang 37 minggu)Bila desakan darah mencapai normosentif selama perawatan, persalinan ditunggu smapai aterm. Dan bila desakan turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

3. Cara persalinanPersalinan dapat dilakukn spontan, bila perlu memperpendek kala II.

PRE EKLAMSIA BERAT

1. PengertianPre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai dengan proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2. PenatalaksanaanDi tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklamsia eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan

medicinal.b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.

- Perawatan aktifSedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST dan USG). Ibu, usia kehamilan 37 minggu atau lebih ; adanya tanda-tanda atau gejala impending

eklamsia, kegagalan tanpa konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal,ada gejala status quo (tidak ada perbaikan)

JaninHasil fetal asassesment jelek (NST dan USG) ; adanya tanda IUGR

LaboratoriumAdanya “Help Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)

Page 3: materi proposal.docx

- Pengobatan medicinalPengobatan medicinal pasien pre eklamsia berat yaitu :a. Segera masuk rumah sakitb. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflex patella

setiap 1 jam.c. Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL (60-125 cc/jam) 500

cc.d. Antacidae. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garamf. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfatg. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung

kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemide injeksi 40 mg/im.h. Antihipertensi diberikan bila :

Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat

antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infuse atau proses disesuaikan dengan tekanan darah.

Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.

i. KardiotonikaIndikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.

j. Lain-lain Konsul bagian penyakit dalam/ jantung, mata. Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih dari 38,5 derajat celcius dapat

dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alcohol atau xylamidon 2 cc IM. Antibiotic diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari. Antinyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat

diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya sebelum janin lahir.k. Pemberian magnesium sulfat

Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Di ikuti segera 4 gr bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no. 21 panjang 3,7 cm. untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

Page 4: materi proposal.docx

Dosis ulangan : diberikan 4 gram IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

EKLAMSIA

1. Pengertian Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologic) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre ekalmsia.

2. Patofisiologi Sama dengan pre eklamsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.

3. Gejala klinis Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas Tanda-tanda pre eklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria) Kejang-kejang atau koma Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ

4. Pemeriksaan diagnosis Berdasarkan gejala klinik diatas Pemeriksaan laboratorium, adanya protein dalam urine; fungsi organ hepar. Ginjal dan

jantung ; fungsi hematologi/hemostasis.5. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan : Untuk menghentikan dan mencegah kejang Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis Sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan umum ibu seoptimal mungkin Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.

- Pengobatan medicinal sama seperti pengobatan pre ekalamsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram IV selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir . dosis tambahan 2 gram hanya diberika 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahanmasih tetap kejang, maka diberikan amobarbital/thiopental 3-5 mg/kgBB/ IV perlahan-lahan.

- Perawatan bersama, konsul bagian saraf, penyakit dalam/jantung, mata,anastesi dan anak : perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang/ICU

- Pengobatan obstetric6. Terminasi kehamilan

Apabila ada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.

Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan section caesarea.

Page 5: materi proposal.docx

Terminasi kehamilan- Penderita belum inpartu- Fase laten- Gawat janin tindakan section caesarea diperkejakan dengan mempertimbangkan

keadaan atau kondisi ibu.

Plasenta previa

1. PengertianKeadaan dimana plasenta berimplantasi di tempat abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).

2. KlasifikasiMenurut de snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm:a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila ada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi

seluruh ostiumb. Plasenta prevue lateralis, bila ada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh

plasenta, dibagi 2: Plasenta previa lateralis posterior : bila sebagian menutupi ostium bagian belakang. Plasenta previa lateralis anterior : bila menutupi ostium bagian depan. Plasenta previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi

plasenta.

Menurut penulis buku Amerika Serikat:

a. Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasentab. Plasenta previa lateralis: sebagian ditutupi plasentac. Plasenta letak rendah: tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada

pemeriksaan dalam tidak teraba.

Menurut Browne:

a. Tingkat 1: lateral plasenta previaPinggir bawah plasenta berinsersi sampai segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.

b. Tingkat 2: marginal plasenta previaPlasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)

c. Tingkat 3: complete plasenta previaPlasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

d. Tingkat 4: central plasenta previaPlasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Page 6: materi proposal.docx

3. Etiologia. Endometrium yang inferiorb. Chorion leave yang persistenc. Chorpus luteum yang beraksi lambatd. Vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan e. Villi khoriolis yang persisten pada desidua kapsularis.

4. Factor etiologi a. Umur ( dibawah 17 tahun, di atas 35 tahun) dan paritas lebih dari 4b. Hipoplasi endometrium; bila kawin dan hamil diumur mudac. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan

manual plasenta.d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.f. Kadang-kadang malnutrisi.

5. Diagnosis dan gambaran klinisa. Anamnesis

Perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulangb. Inspeksi

Perdarahan keluar pervaginam; banyak, sedikit, darah beku. Ibu terlihat pucat dan anemisc. Palpasi abdomen

Janin belum cukup bulan, fundus uteri masih rendah Sering dijumpai kelainan letak Bagian bawah janin belum turun, kepala masih goyang

d. Pemeriksaan inspekuloLihat asal perdarahan: dari uterus, kelainan serviks, vagina, varises pecah.

e. USG: penentuan lokasi plasenta6. Pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan dan persalinan

a. Pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan: kelainan letak dan prematuritas.b. Pengaruh plasenta previa terhadap partus:

Kelainan letak menyebabkan partus pathologi Bila terjadi plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan akan terjadi prolaps

funikuli. Sering dijumpai inersia uteri perdarahan

7. Komplikasi plasenta previaa. Prolaps tali b. Prolaps plasentac. Plasenta melekat, dikeluarkan dengan manual atau kerokand. Robekan jalan lahir karena tindakane. Perdarahan postpartumf. Infeksi karena perdarahan yang banyak

Page 7: materi proposal.docx

g. Bayi premature atau bayi mati8. Prognosis

Kematian maternal 0,1-5%; kematian perinatal 7-25%9. Penanganan

a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

b. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa segera lakukan rujukan ke pelayanan yang lebih tinggi dilengkapi dengan

c. Penanganan pasif Kirim ke RS tanpa melakukan manipulasi baik rectal maupun vaginal Apabila penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan

belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500gr, maka kehamilan dipertahankan, istirahat dan pemberian obat seperti spasmolitika, progestin atau progesterone.

Beri obat-obatan penambah darah Cek golongan darah dan siapkan donor transfuse darah

d. Cara persalinan Persalinan pervaginam, amniotomi dengan syarat (plasenta previa lateralis/marginalis

dengan pembukaan 4 cm/ letak rendah/ janin sudah meninggal). Persalinan perabdomen:

- Plasenta previa sentralis janin hidup/meninggal- Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan sulit dikontrol- Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang

Penanganan plasenta previa lateralis dan marginalis- Lakukan amniotomi- Berikan oksitosin tiap setengah jam per drips- Bila belum berhasil lakukan SC

Penanganan plasenta previa sentralis (totalis): lakukan SC

Solusio plasenta

1. PengertianSuatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.

2. KlasifikasiMenurut derajat lepasnya plasenta:a. Solusio plasenta parsialis: bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari perlekatannya.b. Solusio plasenta totalis: bila seluruh plasenta sudah terlepas dari perlekatannya.c. Prolapsus plasenta: plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

3. Etiologi Factor yang mempengaruhi:

Page 8: materi proposal.docx

a. Factor vaskuler (80-90%) yaitu toxemia gravidarum, gromeluronefritis kronika dan hipertensi esensial.

b. Factor trauma: Pengecilan tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemelli Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi

luar atau pertolongan persalinanc. Factor paritas: sering terjadi pada multiparad. Pengaruh lain: anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cafa inferiore. Trauma langsung jatuh dan kena tendang

4. Diagnosis dan gejala klinisa. Anamnesis

Perasaan sakit yang tiba-tiba Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong terdiri dari

darah segar dan bekuan-bekuan darah Pergerakan anak mulai hebat, kemudian pelan-pelan dan kahirnya berhenti Kepala terasa pusing, lemas, pucat, pandangan berkunag-kunang

b. Inspeksi Ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar Pasien gelisah dan sering mengerang karena kesakitan. Pucat, sianosis, keringat dingin Kelihatan darah keluar pervaginam

c. Palpasi Uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Uterus teraba tegang dan keras seperti papan Nyeri tekan ditempat plasenta terlepas Bagian-bagian janin susah dikenali karena uterus tegang.

d. AuskultasiSulit karena uterus tegang bila terdengar di atas 140 kemudian turun 100 dan akhirnya tidak terdengar.

e. Pemeriksaan umum Tensi tinggi kemudian turun dan pasien jatuh syok Nadi cepat dan kecil

f. Pemeriksaan lab Urin: albumin Darah: hb menurun (anemi), periksaan golongan darah karena pada solution plasenta

sering terjadi kelainan pembekuan darah (hipofibrinogenemia).g. Pemeriksaan plasenta

Pada bagian yang terlepas tampak tipis dan cekung dan terdapat darah beku dibelakang plasenta yang disebut hematoma retoplasenter.

5. Diagnosis bandingPlasenta previa dan rupture uteri

6. Komplikasi

Page 9: materi proposal.docx

a. Langsung Perdarahan Infeksi Emboli dan syok obstetric

b. Tidak langsung Kontraksi uterus tidak baik, perdarahan PP Hipofibrinogenemia dengan perdarahan PP Nekrosis korteks renalis menyebabkan anuria dan uremia Kerusakan organ hati dan hipofise

7. Prognosisa. Terhadap ibu: mortalitas 5-10%b. Terhadap anak: 70-80%

8. Terapia. Lakukan rujukan ke rumah sakit dengan melakukan:

Pemasangan infuse Tanpa melakukan pemeriksaan dalam Diantar petugas Mempersiapkan donor Menyertakan surat rujukan

b. Terapi konservatif (ekspektatif)Menunggu sampai perdarahan berhenti dengan observasi dan akhirnya partus spontan dengan memberikan: Suntikan morfin subkutan Stimulus dengan kardiotonika seperti pentazol Transfuse darah

c. Terapi aktif: mencoba tindakan agar anak segera lahir dan perdarahan berhenti. Amniotomi, pemberian oksitosin kemudian partus spontan Bila pembukaan, kepala di H III-IV, janin hidup lakukan ekstraksi vakum atau forsep. SC dilakukan pada indikasi:

- Anak hidup, pembukaan kecil- Ada toxemia berat, perdarahan banyak dan pembukaan kecil- Panggul sempit atau letak lintang

Histerektomi dilakukan pada afibrinogenemia