Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

21
KONSEP TA’DIB MENURUT SYED M. NAQUIB AL-ATTAS DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi sebagian syarat penulisan Skripsi Disusun Oleh : Ichsan Wibowo Saputro NIM. 10410069 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

description

proposal

Transcript of Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

Page 1: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

KONSEP TA’DIB MENURUT SYED M. NAQUIB AL-ATTAS DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk memenuhi sebagian syarat penulisan Skripsi

Disusun Oleh :

Ichsan Wibowo Saputro

NIM. 10410069

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

KONSEP TA’DIB MENURUT SYED M. NAQUIB AL-ATTAS DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Agama Islam,

dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.1

Namun penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PAI) di lembaga pendidikan formal

sekarang ini banyak mendapatkan kritik dari masyarakat, karena PAI dinilai gagal dalam

membentuk kepribadiandan moral siswa.

Berbagai perilaku menyimpang siswa, nampaknya sangat kontradiktif dengan

rumusan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang No. 20

tahun 2003 pasal 3 bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta

bertanggungjawab.”2

Terlebih lagi, Islam tidak hanya mengatur hubungan antara makhluk dengan

Tuhannya (Allah SWT) atau ibadah-ibadah yang bersifat ritual seperti shalat, puasa, zakat,

haji dll.3 Tetapi Islam juga mengatur tentang masalah muamalah seperti, politik, ekonomi,

sosial, budaya dan pendidikan. Sejak tidak adanya institusi (negara) yang menjalankan

syariah Islam, ajaran Islam mulai terpisahkan dengan kehidupan dunia, umat Islam sendiri

pun sudah berkiblat pada pemikiran-pemikiran serta konsep-konsep kehidupan di luar Islam,

seperti sekulerisme, liberalisme, ataupun kapitalisme. Ini mengakibatkan semakin

terpinggirkannya pemikiran-pemikiran Islam yang besar dan sempurna dalam mengatur

kehidupan, termasuk pemikiran-pemikiran tentang pendidikan Islam.

1Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 130.

2Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm 8.3 Abdullah, Islam, Pandangan Hidup yang Sempurna,(Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), hlm. 63.

2

Page 3: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

Khususnya dalam dunia pendidikan, konsep-konsep pendidikan Islam saat ini belum

begitu dikenal secara komprehensif, apalagi untuk mengembangkanya yang sesuai dengan

konsep Islam yang berlandaskan aqidah Islam. Alhasil Konsep Pendidikan Islam sekarang ini

belum mampu bersaing dengan konsep-konsep pendidikan yang cenderung sekuler dan

materialistik, walaupun konsep-konsep Pendidikan sekarang ini terbukti gagal melahirkan

generasi yang shaleh sekaligus menguasai IPTEK.4 Output atau produk dari hasil pendidikan

yang materialistik sekarang ini, sangat mudah terombang-ambing oleh kondisi dan situasi,

lebih-lebih di era globalisasi sekarang ini, dimana percepatan arus informasi dan teknologi

dapat dengan mudah mengubah visi, misi serta tujuan hidup masyarakat yang bertolak

belakang dengan ajaran Agama, apalagi manusia-manusianya tidak memliki keteguhan

aqidah yang kuat.

Dalam bidang budaya, pengaruh globalisasi dapat menghapuskan budaya suatu

bangsa, misalnya di Indonesia, yang semakin lama kekhasan budayanya semakin kabur,

sementara budaya-budaya dari luar mudah sekali diterima oleh masyarakatnya tanpa

memperhitungkan sisi lemahnya. Sekarang jika kita cermati lebih teliti, budaya Barat mana

yang tidak ada di Indonesia, dari cara berpakaian hingga pergaulan, dari perpolitikan sampai

penyusunan kurikulum pendidikan yang cenderung materialistis dan pragmatis.

Dalam lingkup yang lebih luas, globalisasi mengakibatkan persaingan tak sehat antar

bangsa semakin jelas, bangsa yang lebih kuat akan selalu “memangsa” bangsa yang lebih

lemah, khususnya negara-negara dunia ketiga, yang banyak tergantung dengan negara-negara

maju, akan selalu didekte dalam kebijakan-kebijakan pemerintahannya. Ironisnya negara-

negara ketiga ini kebanyakan negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Penguasa-

penguasanya seakan tak mau terlepas dari ketergantungan itu, dengan bukti negara-negara

yang kuat masih leluasa untuk mencampuri urusan bangsa lain.

Sebetulnya kalau kita pahami, pendidikan Agama dalam hal ini Islam, sebelum

adanya era globalisasi ataupun multi media, telah memberikan petunjuk bahwa Agamalah

yang mampu membentuk diri manusia menjadi berbudi luhur, punya komitmen untuk selalu

berkembang, serta membentengi manusia dari pengaruh yang buruk. Dengan ilmu agama,

manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Firman Allah SWT.

dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 269 :

4 Muhammad Ismail Yusanto, dkk. Menggagas Pendidkan Islami, (Al Azhar Press), hlm. 3.3

Page 4: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

Artinya: Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam

tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah

dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang

berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Drs. H. Moh. Rifai menafsirkan, Allah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada

siapa saja yang dikehendakinya, atau dalam arti lain siapa yang benar-benar ingin

mencarinya. Dan barang siapa yang diberi ilmu yang bermanfaat, maka ia berarti mendapat

kebaikan yang tinggi, dan karena itulah ia dapat membedakan mana yang baik dan mana

yang buruk.5

Pada akhirnya pokok permasalahannya bukanlah semata-mata kesalahan dari

globalisasi itu sendiri, tapi juga karena lemahnya iman dan kurangnya pendidikan yang

memadai pada masyarakat. Oleh karena itu, seharusnya dunia pendidikan dapat mengambil

peran, paling tidak dunia pendidikan dapat memberi pencerahan terhadap permasalahan di

atas, dengan tidak hanya mengutamakan ilmu pengetahuan umum, tapi juga memadukan

secara seimbang dengan ilmu-ilmu agama yang sesuai dengan konsep Islam, tidak malah

mensekulerisasikan dunia pendidikan, seperti yang sedang berlangsung saat ini.

Secara formal, sekulerisasi pendidikan di negeri ini dapat kita lihat pada dua

departemen yang mengeluarkan produk kurikulum yang berbeda, yakni Departemen Agama

dan Departemen Pendidikan, disini jelas terlihat ada pembatas antara ilmu umum dan ilmu

agama, karena yang menjadi standar kompetensi prestasi adalah ilmu umum (non agama).

Ilmu agama di posisikan di tempat yang individual, ajaran nilai-nilai transendental agama

dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan standar penilaian pendidikan.

Dalam faktanya, pendidikan saat ini sulit menghasilkan manusia-manusia yang

beriman, berbudi luhur, berakhlaq mulia sekaligus menguasai IPTEK. Seperti tokoh-tokoh

terkenal dahulu yang pernah dihasilkan oleh konsep pendidikan Islam dimasa kekhalifahan

berdiri. Produk pendidikan saat itu tidak hanya mampu menguasai IPTEK, tapi juga beriman,

5Muh. Rifai, Terjemah dan Tafsir Al-Quran, (Semarang: CV. Wicaksana, 2004), hlm. 91.4

Page 5: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

berbudi luhur serta menguasai ilmu agama yang mumpuni, misal: Al Razi dan Ibnu Sina

(pakar kedokteran), Al Farazi dan Al Fargani (pakar astronomi), Abu Ali al Hasan (pakar

optik), Jabir Ibnu Hayyan (pakar kimia), Muhammad Ibn Musa al Khawarizmi (pakar

matematika), sementara dalam bidang filsafat, terdapat nama Al Farabi dan Ibn Rusyd tokoh

ini juga melakukan interpretasi terhadap pemikiran Aristoteles.6 dan masih banyak lagi

tokoh-tokoh Islam yang karyanya masih berguna sampai detik ini.

Tidak dapat dipungkiri kemunculan para tokoh ataupun pakar di atas tidak terlepas

dari keberhasilan pendidikan masa itu, dimana konsep pendidikan saat itu tidak memisahkan

antara Ilmu agama dan umum, selain itu juga tujuan pendidikan masa itu berdasar pada

aqidah Islam, mencari ilmu tidak sekedar tuntutan zaman tapi suatu kewajiban yang dapat

meraih ridho Allah SWT. Mencari ilmu tidak sekedar untuk tujuan meningkatkan taraf hidup

individual, atau sekedar mudah untuk mendapatkan pekerjaan (materi) yang serba pragmatis.

Penulis juga menyadari bahwa saat ini memang sudah ada usaha untuk

mengembangkan konsep-konsep pendidikan Islam. Akan tetapi masih dipandang sebelah

mata oleh praktisi pendidikan dan masyarakat, karena boleh dibilang masih kalah pamor

dengan konsep pendidikan yang lain. Untuk itu, dalam kesempatan kali ini agar pemikiran-

pemikiran tentang pendidikan Islam semakin jelas, mudah difahami, menjadi sebuahgagasan

sekaligus mempunyai nilai di lingkungan akademisi, peneliti/pengamat dan juga di kalangan

masyarakat umum, penulis mencoba untuk menggali dan memaparkan konsep Ta’dib sebagai

sebuah landasan dalam pengembangan pendidikan Islam dan menilai relevansi konsep

tersebut dengan tujuan pendidikan Islam.

Pemikiran-pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas banyak dituangkan dalam buku-buku

serta tulisan-tulisannya atau artikel-artikel, yang sekarang menjadi inti dari konsep-konsep

serta ide-ide dalam International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC).Oleh

karena itu skripsi ini diharapkan akan banyak menggali pemikiran atau sumber dari lembaga

pendidikan tersebut.

6Fahmi Amhar, TSQ Stories edisi 2; 50 Kisah Penelitian dan Pengembangan Sains dan Teknologi di Masa Peradaban Islam, (Bogor: Al-Azhar Press, 2011), hlm. 262.

5

Page 6: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami dapat merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas?

2. Bagaimana relevansi konsep Ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas dengan

tujuan Pendidikan Islam?

C. Tujuan dan KegunaanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep Ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas.

2. Untuk mengetahuirelevansi konsep Ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas

dengan tujuan Pendidikan Islam.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan dari segi teoritis adalah sebagai kontribusi pemikiran pemikiran bagi

pengembangan keilmuwan, khususnya dalam bidang Pendidikan Islam.

2. Kegunaan praktis penelitian ini adalahuntuk menumbuhkan pemahaman

tentangpendidikan Islam yang didasarkan pada konsep Ta’dib menurut Syed M.

Naquib Al-Attas, sekaligus dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

dan pengembangan lebih lanjut terhadap konsep-konsep pendidikan yang sesuai

dengan aqidah Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian ataupun penelitian tentang konsep Ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas

yang mendasari sebuah model Pendidikan Islam, saat ini memang banyak diperbincangkan,

termasuk karya-karya atau tulisan-tulisan dari organisasi-organisasi masyarakat, organisasi

politik, ataupun perorangan yang mengkaji tentang pendidikan Islam.

Begitu pula dengan pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas yang sekarang

direpresentasikan oleh ISTAC,yang sempat beliau dirikan. ISTAC akhirnya sedikit banyak

memberikan bentuk terhadap pendidikan Islam, bentuk yang berupa gagasan pemikiran ini

kemudian dipublikasikan dalam bentuk buku, makalah, jurnal, majalah maupun tulisan-

tulisan dalam bentuk lainnya.

6

Page 7: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

Sejauh pengamatan penulis, penelitian pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas memang

sudah ada, keberadaan hasil penelitian tersebut penulis jadikan kajian pustaka serta referensi

untuk penelitian ini. Literatur-literatur yang mengkaji atau meneliti tentang pemikiran-

pemikiran pendidikan Islam secara umum, tetap menjadi pertimbangan tersendiri dalam

mengeksplorasi pendidikan Islam yang didasarkan pada konsepTa’dib menurutSyed M.

Naquib Al-Attas. Untuk itu sebagai pembanding, penelitian ini berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya, baik dalam bentuk kajian maupun metode pendekatan yang dipakai,

di antaranya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wastuti dalam skripsinyayang berjudul

“Konsep Ta’dib dalam Pendidikan Islam (Studi atas Pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas)”,

2009, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.7 Dalam penelitian tersebut

dipaparkan mengenai konsep ta’dib, namun dalam pembahasannya tidak dipaparkan secara

terperinci mengenai kesesuaian konsep ta’dib yang digagas oleh al-Attas dengan tujuan

pendidikan Islam yang ada di Indonesia.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Andi Pratama dalam skripsinya yang

berjudul“Epistemologi Pendidikan Islam (Telaah atas Pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas)”,

2004, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.8 Dalam penelitian tersebut

mengungkapkan berbagai permasalahan yang ada dalam bidang epistemologi, khususnya

epistemologi Islam. Namun penelitian ini tidak membahas lebih lanjut tujuan dari pendidikan

Islam, terutama konsep Ta’dibyang dijadikan sebuah dasar untuk menghasilkan model

manusia ideal yakni manusia universal atau manusia yang beradab sebagai tujuan yang ingin

dicapai oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam pendidikan Islam.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ana Khoiriyah dalam skripsinyayang

berjudul“Karakteristik Epitemologi Pendidikan Islam (Studi Terhadap Pemikiran Syed

Muhammad Naquib al-Attas dan Implementasinya dalam Metode Pendidikan Agama

Islam)”, 2006, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.9 Dalam penelitian

tersebutdipaparkan tentang karakteristik epistemologi Islam yang mencoba berpijak untuk

7Wastuti, Konsep Ta’dib dalam Pendidikan Islam (Studi atas Pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009).

8Andi Pratama, Epistemologi Pendidikan Islam (Telaah atas Pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004).

9Ana Khoiriyah, Karakteristik Epitemologi Pendidikan Islam (Studi Terhadap Pemikiran Syed Muhammad naquib al-Attas dan Implementasinya dalam Metode Pendidikan Agama Islam), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006).

7

Page 8: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

mengembalikan pendidikan pada sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist. Namun

penelitian ini menitik beratkan pada implementasi dalam bentuk metode pangajaran yang

didasarkan pada epistemologi Islam yang digagas oleh Syed M. Naquib al-Attas.

E. Landasan Teori

1. Konsep

Menurut arti bahasa, Konsep memiliki arti umum, pemikiran, rancangan, atau

pendapat yang diabstraksikan melalui peristiwa nyata. Konsep merupakan

penggambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Lebih lanjut Lorens Bagus

mengutarakan bahwa konsep dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang

diberikan sebagai hasil dari daya persepsi atau pengindraan.

Konsep merupakan hasil pemikiran, gagasan atau ungkapan abstrak-ruhani

tentang sesuatu yang memiliki fungsi untuk memunculkan dalam pikiran, obyek-

obyek yang menarik pemikiran atau perhatian kita, dari sudut pandang praktis dan

sudut pandang ilmu pengetahuan. Setiap konsep adalah abstraksi. Abstraksi ini

menjadikan konsep seakan-akan suatu penyimpangan dari realitas. Sebuah konsep

dapat membantu memperoleh pengetahuan lebih mendalam tentang realitas dengan

cara menonjolkan dan meneliti aspek-aspek hakiki dalam realitas tersebut. Jadi dalam

ungkapan lain, Konsep merupakan suatu pondasi yang mendasar untuk menjalankan

suatu program serta melancarkan suatu program yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan.

2. Ta’dib menurut Al-Attas

Dalam upaya merefleksikan Manusia Sempurna dalam dunia pendidikan

Islam, pada Konferensi dunia Pertama mengenai Pendidikan Islam yang terselenggara

di Makkah, pada April 1971, ketika tampil sebagai salah seorang pembicara utama

dan mengetuai komite yang mambahas cita-cita dan tujuan pendidikan, secara

sistematis Al-Attasmengajukan agar definisi pendidikan Islam diganti dengan

penanaman adab dan istilahn pendidikan dalam Islam menjadi ta’dib.

Al-Attas menyatakan bahwa struktur konsep ta’dib meliputi unsur ilmu (‘ilm),

instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Perkataan adab memiliki arti

yang sangat luas dan mendalam, sebab pada awalnya perkataan adab berarti undangan 8

Page 9: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

ke sebuah jamuan makan, yang di dalamnya sudah terkandung ide mengenai

hubungan sosial yang baik dan mulia. Al-Attas menganggap bahwa aktivitas

Muhammad SAW berupa pengajaran Al-Qur’an dan hikmah penyucian umat adalah

menifestasi langsung dari peranan Ta’dib.10

3. Pendidikan

Ki Hajar Dewantara, yang selama ini diakui sebagai bapak pendidikan

Indonesia, jauh sebelum Indonesia merdeka sudah dengan tegas mengisaratkan

pentingnya sebuah pendidikan.

Pendidikan merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan dilakukan melalui usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang dimiliki anak, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.11

Lebih jauh lagi, sebelum benua Amerika ditemukan, Islam sudah

memposisikan pendidikan di posisi yang amat tinggi.Dakwah Nabi SAW di Jazirah

Arab pernah menyatakan bahwa ketika mendapati tawanan perang yang pandai baca

tulis, maka sebagai penebus untuk bisa bebas, tawanan tersebut harus mengajarkan

baca tulis orang-orang Islam. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa Nabi SAW

paham benar pentingnya pendidikan bagi sebuah peradaban.

Dalam konteks sekarang, pemahamam tentang pentingnya pendidikan tidak

bisa dibantahkan.Oleh karena itu pengembangan pendidikan yang bermutu

merupakan keniscayaan. Mutu pendidikan yang dimaksud tentunya menyangkut

dimensi proses dan hasil pendidikan,12 agar dimensi pendidikan itu dapat terwujud

dan berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan, maka pengunaan konsep-konsep

pendidikan tentunya harus yang benar-benar bermutu dan telah teruji (terbukti

kualitasnya).

4. Pendidikan Islam

10 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, (Bandung: Mizan, 2003). hlm. 175-176.

11Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:Laks Bang Mediatama, 2009), hlm.v.

12Ibid.,hlm. V9

Page 10: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

Pendidikan Islam terlahir dari sebuah paradigma,13 paradigma menurut kamus

besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kerangka berfikir. Dalam hal ini Islam juga

merupakan pemikiran, yaitu pemikiran yang menyeluruh tentang ciptaan Tuhan

termasuk bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Paradigma pendidikan

Islam tidak bisa terlepas dari paradigma Islam itu sendiri, karena paradigma

pendidikan Islam berpangkal dan memang harus berpangkal pada paradigma Islam,

untuk itu dalam mengembangkan pendidikan Islam haruslah berpegang pada

paradigma Islam.14 Jadi mustahil mengembangkan pendidikan Islam dengan

menggunakan paradigma selain dari Islam.

Secara tekstual pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran

Islam, yakni bersumber dari Al-Quran dan Sunah. Adapun secara definitif

konsepsional, pendidikan Islam memiliki pengertian sebagai proses pembelajaran dan

pengembangan Ilmu pengetahuan manusia yang bersumber dan berpedoman dengan

ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al-Quran dan terjabarkan dalam sunnah

Rasul. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan norma-

norma agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-

ukuran Islam.15

Dalam masalah ini M. Arifin menjabarkan, Pendidikan Islam merupakan

konsep berpikir dan penanaman ilmu pengetahuan kepada seseorang yang bersifat

mendalam dan terperinci tentang masalah pendidikan yang bersumberkan dari ajaran

Islam, dimana rumusan-rumusan konsep dasar, pola, sistem, tujuan, metode dan

materi (substansi) kependidikan tersebut disusun menjadi ilmu yang terstruktur dan

utuh.16

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci

13 Muhammad Ismail Yusanto, dkk. Menggagas Pendidkan Islami. (Bogor, Al Azhar Press), 2002 hlm. 46.

14Ibid.15 Abuddin Nata, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 292.16 M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 14.10

Page 11: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.17 Hampir senada,

Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa metode penelitian ialah cara-cara berfikir atau berbuat

yang direncanakan dengan sungguh-sungguh untuk menjalankan suatu penelitian.18 Pada

metode-metode penelitian umumnya memuat jenis penelitian, pendekatan, metode

pengumpulan data, analisis data serta subyek penelitian yang akan dipaparkan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian library research (kepustakaan)

yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan menelaah obyek utamanya,

yaitu buku-buku kepustakaan.19 Namun, dalam penelitian ini juga ditambah dengan

literatur lainnya yang sesuai dengan judul.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan filosofis. Pendekatan filosofis dipakai untuk merumuskan dengan jelas

permasalahan-permasalahan pokok yang mendasari konsep-konsep suatu pemikiran.

Selain itu pendekatan filosofis di dalam penelitian ini dipakai untuk dasar kajian yang

mendalam mengenai inti permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Islam,

sehingga dari inti permasalahan yang mendasar tersebutdapat dicari solusi atau cara

yang tepat untuk menghadapi berbagai masalah yang ada dalam dunia pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis karena penelitian konsep Ta’dib

menurutSyed M. Naquib al-Attas dan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam

ini mengkaji permasalahan substansial yang berkaitan dengan konsep-konsep ataupun

istilah-istilah tertentu yang dijadikan sebagai dalil, ide ataupun gagasan al-Attas

dalam mengenalkan konsep Ta’dib sebagai konsep pendidikan dalam Islam.

3. Subyek Penelitian

Yang dimaksud dengan subyek penelitian disini adalah sumber data. Sumber

data yang dimaksud dapat berupa orang ataupun benda yang berkaitan dengan hal

tersebut.Khusus untuk penelitian ini subyek penelitiannya adalah benda. Benda yang

17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 2.18 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,

1993), hlm. 124.19Dudung Abdurahman, PengantarMetode Penelitian, (Yogyakarta: Karunia Kalam Semesta, 2003),

hlm. 7-8.11

Page 12: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

dimaksud dapat berupa buku, majalah, artikel, buletin, koran, karya tulis mahasiswa

(skripsi), dll.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data atas dasar data primer

dan data sekunder.

a. Data primer ialah data-data yang secara langsung memberikan informasi

tentang konsep Ta’dib yang digagas oleh Syed M. Naquib Al-Attas. Data-data

tersebut berupa buku-buku, majalah, dan media cetak lainnya. Adapun bahan

rujukan sumber primer yang telah ditemukan adalah :

1) The Concept of Education in Islam, duterjemahkan oleh Haidar Bagir ke

dalam Bahasa Indonesia dengan judul Konsep Pendidikan dalam Islam;

Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Syed Muhammad

Naquib al-Attas.20

2) Islam and Secularism, diterjemahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno ke

dalam Bahasa Indonesia dengan judul Islam dan Sekularisme.21

3) Islam and the Philosophy of Science, diterjemahkan oleh Saiful Muzani ke

dalam Bahasa Indonesia dengan judul Islam dan Filsafat Sains.22

b. Sedangkan data sekunder ialah data-data yang tidak secara langsung

membahas tentang konsep Ta’dibyang digagas oleh Syed M. Naquib Al-Attas,

namun masih relevan dengan judul yang dibahas.Hal ini mempunyai maksud

untuk mendukung ataupun untuk memperjelas data-data primer. Sumber-

sumber sekunder tersebut antara lain :

1) Wan Mohd Noor Wan Daud, “Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed

Moh. Naquib al-Attas”, Penerjemah: Hamid Fahmy, dkk. (Bandung:

Mizan, 2003).

2) A. Syafi’i Ma’arif, dkk, “Pendidikan Islam di antara Cita dan Fakta”,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991).

20Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam, (ABIM, Kuala Lumpur, 1980) diterjemahkan oleh Haidar Baqir, Konsep Pendidikan dalam Islam; Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka, 1984).

21Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (ABIM, Kuala Lumpur, 1978) diterjemahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno, Islam dan Sekularisme, (Bandung: Mizan, 1995).

22Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and the Philosophy of Science, (ISTAC, Kuala Lumpur, 1989) diterjemahkan oleh Saiful Muzani, Islam dan Filsafat Sains, (Bandung: Mizan, 1995).

12

Page 13: Metode Penelitian Pendidikan; Proposal.docx

3) Jurnal Islamia, “Membangun Peradaban Islam dari Westernisasi kepada

Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005).

4) Jurnal Islamia, “Peran Sentral Universitas Islam”, (Jakarta: Khairul Bayan,

2008)

5) Ismail Fajrie Alatas, “Risalah Konsep Ilmu dalam Islam”, (Jakarta:

Diwan, 2006).

6) Ramayulis, Samsul Nizar, “Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam”,

(Ciputat: Quantum Teaching, 2005).

5. Metode Analisis Data

Analisis data adalah sebuah cara atau proses untuk mencari, mendapatkan

sekaligus menyusun data secara sistematis. Penyusunan ini bisa dengan

mengorganisasikan data dan menjabarkannya ke dalam kategori-kategori, dan

memilih mana yang penting atau yang sesuai dengan judul atau tema penelitian.

Selanjutnya adalah membuat kesimpulan agar mudah dipahami oleh pembaca atau

yang mempelajarinya. Data-data tersebut dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian

rupa sampai berhasil mengumpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk

menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.23

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan analisis data dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mereduksi data, yaitu mengumpulkan, merangkum dan memilih data yang

relevan.

b. Menganalisa/menelaah data, yaitu data yang telah berhasil dirangkum,

selanjutnya dianalisa dan diolah dengan menggunakan data-data pendukung

(sekunder) yang ada.

c. Memverifikasi, yaitu melakukan interprestasi data atau perlengkapan data

dengan mencari sumber-sumber data baru yang dibutuhkan untuk menarik

kesimpulan.

d. Menarik kesimpulan, yaitu sebagai hasil dari metode-metode yang telah

dipaparkan di atas.

23Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm.17.13