materi praktikum
-
Upload
amin-kamaril-wahyudi-arrdian -
Category
Documents
-
view
144 -
download
11
description
Transcript of materi praktikum
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan terselesainya penyusunan Buku
Petunjuk Praktikum Blok 3. Blok Sel & Molekul merupakan blok ketiga dari keseluruhan
blok belajar dalam Kurikulum Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.. Pada blok ini peserta didik belajar menyiapkan diri sebagai seorang
mahasiswa kedokteran dan calon dokter dengan membangun suatu pemahaman yang
komprehensif tentang sel dan molekul sebagai dasar ilmu kedokteran, untuk menunjang
karirnya di masa depan.
Dalam blok 3, terdapat 6 kegiatan praktikum yang menunjang materi tutorial
dimana diskusi tutorial sebagai jantung dari seluruh kegiatan. Materi praktikum blok 3
yaitu. Buku petunjuk praktikum disusun untuk memudahkan dan menunjang kegiatan
praktikum mahasiswa supaya tujuan pembelajaran tercapai.
Terima kasih kepada narasumber, sejawat, dan seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku ini dapat digunakan sesuai tujuan
yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan
buku ini.
Jember, Nopember 2012
Tim Penyusun
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
1. Praktikum 1: Histologi Jaringan Ikat & Epitel............................................................. 1
2. Praktikum 2: Farmakokinetik....................................................................................... 6
3. Praktikum 3: Jejas Sel & Adaptasi............................................................................... 8
4. Praktikum 4: Pengaruh PH Dan Suhu Terhadap Reaksi Enzimatik............................. 18
5. Praktikum 5: Isolasi DNA............................................................................................ 23
6. Praktikum 6: Statistik Uji Komparatif Tidak Berpasangan.......................................... 28
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul iii
PRAKTIKUM 1
HISTOLOGI JARINGAN IKAT & EPITEL
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul)
II. Topik Praktikum
Jaringan ikat & epitel
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium Histologi
IV. Tujuan Belajar
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu:
a. Menjelaskan perbedaan secara histologi jenis jaringan ikat & epithel
b. Menunjukkan ciri-ciri histologi macam-macam jaringan ikat dan epithel pada preparat
praktikum
c. Menyebutkan macam-macam sel yang terdapat pada jaringan ikat
d. Menunjukkan ciri-ciri histologi sel-sel yang terdapat pada jaringan ikat pada preparat
praktikum
V. Alat dan Bahan
1. Slide demo
2. preparat praktikum
3. mikroskop cahaya
VI. Prosedur
Tahap Kegiatan PengajarKegiatan
Mahasiswa
Media & Alat
Belajar
Pendahuluan 1. Membuka pertemuan
2. Menjelaskan cakupan materi
3. Menjelaskan kompetensi-
kompetensi TIK
Memperhatikan Pengeras
suara
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 1
Penyajian 1. Menyebutkan jenis jaringan
ikat & epithel
2. Menjelaskan ciri histologi
jenis jaringan ikat dan epithel
3. Menjelaskan macam-macam
sel pada jaringan ikat
4. Menjelaskan ciri-ciri
histologi sel-sel yang
terdapat pada jaringan ikat
Brainstrorming
materi yang
pernah
didapatkan
sebelumnya
Aktif
Mendengarkan
Mencatat
Slide Demo
Preparat
praktikum
Penutup 1. Menjelaskan kembali
materi yang belum
dimengerti mahasiswa
2. Merangkum praktikum
yang telah diberikan
3. Menunjuk beberapa
mahasiswa secara acak
diberi pertanyaan yang
berkaitan dengan materi
4. Menutup pertemuan
Mendengarkan
Mencatat
Menjawab
pertanyaan
Slide Demo
Preparat
praktikum
VII. Metode
1. Ceramah.
2. Pengamatan.
3. Diskusi.
VIII. Dasar Teori
JARINGAN EPITEL
Epitel
Epitel selapis pipih capsula bowman pada ginjal [52]
Epitel selapis kubis TC I, TC II, ductus colligentes pada ginjal [52]
Epitel selapis silindris dengan striated border usus halus (intestinum) [20,21]
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 2
kinocilia tuba falopii [62]
Epitel berlapis piph tanpa tanduk vagina, oesophagus [58, 12-14]
bertanduk kulit tebal & tipis [82-86]
Epitel berlapis kubis kelenjar keringat pars ekskretoris [82,85]
Epitel berlapis silindris
Epitel berderet silindris dengan stereocilia epididimis [49]
Kinocilia trachea, cavum nasi [36, 38]
Epitel peralihan vesica urinaria [55]
Berdasarkan Cara Membentuk Sekret
Kelenjar merokrin kelj pancreas [30], parotis [27], submaxilaris [28], sub
lingualis [29]
Kelenjar apokrin kelj keringat axila [85], kelj seruminous
Kelenjar holokrin kel sebacea kulit [82, 85]
Berdasarkan Jenis Sekret
Kelenjar serous pancreas [30], parotis [27]
Kelenjar mucous kelj weber (lidah) [7]
Kelenjar seromucous kelj submaxilaris [28], sub lngualis 29]
Berdasarkan Cara Mengeluarkan Sekret
Kelenjar eksokrin
Kelenjar endokrin thyroid [74], hypofise [72], adrenal [76], parathyroid [75], pulau
langerhans [30]
Sel
Sel payung
Sel raket
Sel basal [55]
BAS (BAHAN ANTAR SEL) DAN JARINGAN IKAT
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 3
BASA (Bahan Antar Sel Amorf)
Cairan jaringan jaringan ikat umum
Bahan dasar setengah padat jaringan ikat embryonal [3, 66, 71]
Bahan dasar padat lunak jaringan tulang rawan [91-93]
Bahan dasar padat keras jaringan tulang muda & dewasa [90, 88]
BASB (Bahan Antar Sel Berbentuk)
Sabut kolagen dalam jaringan ikat kendor [82-85]
jaringan ikat teratur tendon, ligamentum nuchae [96, 95]
jaringan ikat tak teratur
Pada pewarnaan HE: merah
Pada pewarnaan MA: biru
Sabut elastis dinding pembuluh darah [43, 44]
tulang rawan elastis [92]
ligamentum nuchae [95]
Pada pewarnaan VvG: hitam, bergelombang
Sabut retikuler kelenjar getah bening [97]
Pada pewarnaan Ag impregnasi: coklat kehitaman, halus bercabang
JARINGAN
Jaringan ikat embrional
Jaringan ikat padat teratur tendon, ligamentum nuchae [96, 95]
Jaringan ikat padat tidak teratur pada dermis kulit [82-85]
Jumlah sabut banyak, arah tidak teratur
Jaringan ikat kendor pada lamina propria, subcutis [12-14]
Sabut kolagen sedikit, arah tak beraturan
Sel fibrosit/fibroblast +
Jaringan limforetikuler kelenjar getah bening [97]
Jaringan lemak payudara, subcutis [70, 82-85]
Jaringan berpigmen mata
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 4
Jaringan tulang rawan chondrosit [91-93]
Jaringan tulang muda trabekel [90]
Jaringan tulang dewasa sistem havers [88]
Sediaan
Tendon [96]
Ligamentum nuchae [95]
Sel
Stellate fibroblast
Fibroblast
Fibrosit
Makrofag
Mast cell (=basophil jaringan)
Sel plasma
Lmfosit T [97]
Tissue eosinophyl
Sel tendon potongan membujur
Winged cell potongan melintang
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 5
PRAKTIKUM 2
FARMAKOKINETIK
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul).
II. Topik Praktikum
Farmakokinetik.
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium Farmakologi.
IV. Tujuan Belajar
1. Menjelaskan perjalanan obat dari mulai absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi
2. Menjelaskan hubungan waktu dengan proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi
3. Membuat dan melakukan inform concent untuk praktikum menggunakan manusia
sebagai subyek
V. Alat dan Bahan
1) Probandus (subyek yang diamati)
2) Obat: rifampisin atau eritromisin kaplet
3) Kantong plastik ukuran 1 kg 20 buah
4) Tabung reaksi 10 buah
5) Spuit 5 cc /pipet
6) Kolorimeter
7) Lembar inform concent
VI. Pengantar
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat mulai dari absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi.
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 6
Absorbsi obat dapat melalui berbagai cara tergantung pada jalur pemberiannya. Obat dapat
diberikan melaluo oral, suntikan intravena, suntikan intramuskular atau subkutan, serta jalur
lain (inhalasi, rektal, sublingual, topikal). Proses absorbsi dipengaruhi banyak faktor, namun
yang paling berperan adalah kelarutan obat dalam lemak. Obat dapat melewati membran sel
dengan cara difusi pasif atau transporta aktif.
Bioavailabilitas adalah jumlah obat yang diabsorbsi setelah pemberian melalui jalur tertentu
dibandingkan dengan jumlah obat yang diabsorbsi jika diberikan secara intravena (iv).
Dengan kata lain bioavailabilitas adalah proporsi obat yang diberikan yang mencapai
sirkulasi sistemik.
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi. Selanjutnya obat akan
masuk ke jaringan untuk bekerja. Waktu paruh (t½) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
konsentrasi obat dalam darah berkuang setengah dari jumlah awal. Volume distribusi (VD)
adalah volume yang menunjukkan distribusi obat. Bersihan (Clearance) adalah volume darah
atau plasma yang dibersihkan dari obat dalam satuan waktu.
Hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat. Metabolisme obat mempunyai dua
efek penting yaitu
a. obat menjadi lebih hidrofilik, hal ini mmepercepat eksresi melalui ginjal
b. obat menjadi kurang aktif daripada obat asalnya, namun sebagian obat justru menjadi lebih aktif
(prodrug)
Ekskresi ginjal memegang tanggung jawab utama untuk eliminasi sebagian besar obat. Obat
terdapat dalam filtrat glomerulus, tetapi bila larut lemak obat ini dapat direabsorbsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif. Metabolisme obat sering menghasilkan senyawa yang
kurang larut lemak sehingga membantu ekskresi ginjal. Ekskresi bilier dilakukan bila obat
terkonsentrasi dalam empedu sehingga diekskresikan ke dalam usus halus.
VII. Tugas
1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja
2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok
3) Tetapkan probandus atau subyek penelitian (bisa salah satu dari anggota kelompok)
4) Buatlah inform concent untuk probandus.
5) Selesai makan siang probandus mengosongkan urine dan ditampung dalam kantong
plastik, setelah itu minum obat yang sudah ditetapkan
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 7
6) Selanjutnya setiap kali mengosongkan urine probandus menampung dalam kantong
plastik dan dicatat waktunya.
7) Pindahkan masing-masing urine tampung ke tabung reaksi menggunakan spuit atau pipet
sebanyak 3 cc.
8) Lakukan pengamatan warna menggunakan kolorimetri
9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut:
a) Judul
b) Pendahuluan
c) Metode
d) Hasil pengamatan
e) Pembahasan
f) Kesimpulan dan Saran
g) Kepustakaan
h) Lampiran (foto-foto)
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 8
PRAKTIKUM 3
JEJAS SEL & ADAPTASI
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul)
II. Topik Praktikum
Jejas sel & adaptasi
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium Patologi Anatomi
IV. Tujuan Belajar
Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran makros & mikroskopis jejas, adaptasi, & kematian
sel yang terdapat pada sediaan:
pielonefritis kronik
chorio carsinoma
mola hidatidosa
hiperplasia endometrium
BPH
hidrosalfing
polip servix
V. Alat dan Bahan
1. Slide demo
2. preparat praktikum
3. mikroskop cahaya
VI. Prosedur
Pengamatan preparat
VII. Metode
1. Ceramah.
2. Pengamatan.
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 9
3. Diskusi.
VIII. Tugas
PIELONEFRITIS KRONIK
Makroskopik :
Ginjal mengalami kontraksi dengan pembentukan jaringan parut
Besarnya tidak teratur
Perlekatan kapsul
Mikroskopik :
Degenerasi hyaline
Epitel tubuli kontorti bengkak, batas sel tidak jelas, sitoplasma eosinofilik dan
granular
Lumen tubuli sempit
Epitel rupture
Hyaline bodies dalam lumen tubuli (silinder albumin)
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 10
CHORIO CARSINOMA
Makroskopik :
Tumor lunak putih kekuningan pada dinding uterus
Didapatkan daerah nekrosis, perdarahan dan peradangan
Mikroskopik :
Degenerasi mukoid
Musin terdiri dari glikoprotein dan asam asetat, disekresi epitel
Infiltrasi sel trofoblas yang proliferatif dan anaplasi ke miometrium
Sel-sel trofoblas anaplasi, bengkak, sitoplasma berisi musin
Hemoragik karena menginvasi vaskular
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 11
MOLA HYDATIDOSA
Makroskopik :
Uterus lebih besar dari umur kehamilan normal
Terdapat gelembung-gelembung mola, bentukan buah anggur
Pada umumnya tidak ada janin
Mikroskopik :
Stroma vili korealis renggang, avaskular
Degenerasi hidrofik
Gangguan membran sel → vakuola intrasel
Proliferasi trofoblas
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 12
HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Mikroskopik:
Kelenjar endometrium bertambah banyak karena pengaruh hormon estrogen
Epitel kelenjar normal sampai atypic
Kelenjar lebih banyak, berkelok-kelok dan berdesakan
Lumen kelenjar melebar dan tidak sama besar
Proliferasi struma sehingga tampak padat
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 13
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Makroskopik :
Ukuran prostate membesar
Nodul pada lobus medius berwarna putih kekuningan atau putih abu-abu
Pseudokapsul
Mikroskopik :
Hyperplasia nodular
Proses fisiologis
Pengaruh dihidro testosterone
Kelenjar hiperplasi
Sel epitel kuboid, sitoplasma jernih, membentuk papil-papil
Sel basal normal
Proliferasi sel otot dan fibroblast pada struma
Terdapat corpora amilacea (degenerasi hyaline), atau secret pada lumen
Pembesaran Obyektif 10 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 14
Pembesaran Obyektif 40 x :
HIDROSALFING
Makroskopik :
Ukuran tuba fallopi membengkak
Dinding tipis
Lumen berisi cairan serous
Mikroskopik :
Atrofi tekan
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 15
Lumen tuba fallopii terisi eksudat, jaringan nekrotik, sel lekosit
Epitel tuba atrofi
Sel epitel selapis silindris berubah menjadi sel epitel pipih
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
POLIP SERVIKS
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 16
Makroskopik :
Massa bertangkai, berasal dari endoserviks
Permukaan licin
Mikroskopik:
Metaplasia epitel
Kelainan pada endoserviks
Metaplasia epitel kolumnar menjadi epitel squamosa
Tangkai polip +/-
Pembesaran Obyektif 10 x :
Pembesaran Obyektif 40 x :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 17
PRAKTIKUM 4
PENGARUH PH DAN SUHU TERHADAP REAKSI ENZIMATIK
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul)
II. Topik Praktikum
Pengaruh pH dan suhu terhadap reaksi enzimatik
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium Biokimia
IV. Tujuan Belajar
1. Mahasiswa dapat menjelaskan perjalanan reaksi enzimatis (progess curve)
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara kecepatan sesaat, keceaptan awal dan
kecepatan rata-rata reaksi enzimatik
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap reaksi enzimtis.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pH optimum dan suhu optimum
V. Alat dan Bahan
Reagen yang digunakan pada praktikum ini, adalah:
Larutan enzim amilase
Larutan NaCl 0,9 %
Larutan amilum 1 %
Larutan penyangga, masing-masing kelompok dengan satu macam pH ( 4; 5; 6,5; 8 dan 10 )
Larutan KI-KIO3 : KI 5,0 g
KIO3 0,357 g
NaOH 1 N 2,0 ml
Aqua ad 1 L
Larutan HCL 0,05 N
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 18
VI. Prosedur
1. Prosedur Pengaruh pH terhadap Reaksi Enzimatik
Sediakan 5 tabung reaksi, berilah tanda masing-masing 0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’.
Masukkan ke dalam sebuah labu erlenmeyer 15 ml larutan penyangga dengan berbagai
pH yang telah ditentukan, 3 ml larutan amilum dan 6 ml larutan NaCl 0,9 %. Kocoklah
agar semua larutan tercampur.
Isilah masing-masing tabung reaksi yang telah diberi tanda dengan 1 ml larutan HCl 0,05
N.
Ambillah 1 ml cairan dari labu erlenmeyer dan masukkan ke dalam tabung reaksi dengan
tanda 0’, kocok sebentar.
Tambahkan 1 ml larutan enzim ke dalam labu erlenmeyer dan campur dengan cepat.
Tepat pada saat penambahan enzim ini catatlah waktunya (jalankan stopwatch).
Mendekati 5 menit setelah enzim dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, pipetlah 1 ml
larutan dari labu erlenmeyer. Masukkan larutan dalam pipet tersebut ke dalam tabung
reaksi bertanda 5’ tepat pada saat penunjuk waktu menunjukkan 5 menit. Kocok
sebentar.
Demikian seterusnya : tepat setiap 5 menit kemudian masukkan 1 ml larutan dari labu
erlenmeyer berturut-turut ke dalam tabung-tabung reaksi dengan tanda 10’, 15’, dan 20’
seperti di atas. Kocok sebentar.
Setelah semua selesai, ke dalam tiap tabung reaksi tambahkan 1 ml larutan KI-KIO3,
campur baik-baik sampai merata, tunggu 5 – 10 menit.
Tentukan intensitas warna yang terjadi dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm.
Jumlah substrat yang dicerna pada setiap waktu yang telah ditentukan dapat dihitung
dengan rumus:
(Absorbance) waktu t
% Substart yang dicerna = 100% - -------------------------- X 100%
(Absorbance) waktu to
Catat hasil yang didapat, kemudian berdasarkan data tersebut buatlah gafik hubungan antara
% subtrat yang dicerna ( ordinat ) dengan waktu ( absis ).
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 19
2 Prosedur Pengaruh Suhu Terhadap Reaksi Enzimatik
Isilah labu erlenmeyer dengan:
15 ml larutan penyangga pH 6,5; 3 ml larutan amilum, 6 ml larutan NaCl 0,9%. Campur
baik-baik, lalu letakkan pada suhu yang telah ditentukan selama kira-kira 30 menit.
Sediakan 5 tabung reaksi, beri tanda 0’, 5’, 15’ dan 20’.
Isilah masing-masing dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N.
Ambillah 1 ml larutan dari erlenmeyer, masukkan ke dalam tabung reaksi tanda 0’.Lalu
masukkan 1 ml larutan enzim ke dalam erlenmeyer. Campur dengan cepat dan jalankan
pencatat waktu. Setiap 5 menit setelah ini, masukkan 1 ml, larutan dari erlenmeyer
berturut-turt ke dalam tabung 5’, 10’ 15’ dan 20’.
Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml larutan KI-KO3 ke dalam tiap-tiap tabung reaksi,
campur baik-baik dan tunggu 5-10 menit.
Tentukan intensitas warna yang timbul dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm.
Buat gafik yang menunjukkan hubungan antara % substrat tercerna (ordinat) dengan
waktu (absis) pada bermacam suhu di atas.
Prinsip Praktikum
Enzim sebagai katalisator ikut bereaksi dan mempercepat reaksi kimia, tetapi pada
akhir reaksi akan didapatkan kembali dalam bentuk semula, sehingga dapat mengkatalisis
reaksi kimia berikutnya. Kenyataan ini mengakibatkan tubuh tidak perlu memproduksi enzim
dalam jumlah yang besar (kadar enzim di dalam tubuh kecil), sehingga pengukuran enzim
tidak bisa dilakukan secara langsung. Pengukuran jumlah enzim dilakukan berdasarkan
kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara :(1)
dibandingkan dengan enzim murni yang diketahui kadarnya (satuan: µg); (2) berdasarkan
jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu (Satuan: unit).
Satu internasional unit merupakan jumlah enzim yang mengkatalisis pembentukan 1 µ mol
produk per menit pada kondisi tertentu.
Untuk mengetahui pengaruh pH pada reaksi enzimatik, dilakukan pengamatan reaksi
antara amilum sebagai substrat dan amilase sebagai enzim yang dilakukan pada beberapa pH
yang berbeda. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi reaksi enzimatik dibuat sama.
Amilum merupakan suatu polisakarida yang berwarna biru bila bereaksi dengan yodium.
Enzim amilase mencerna amilum secara bertahap, menghasilkan produk diantaranya suatu
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 20
disakarida yang tidak berwarna bila direaksikan dengan yodium. Perubahan warna yang
terjadi (berkurangnya warna biru) menunjukkan sebagian substrat telah dicerna oleh enzim
amilase. Perubahan warna tersebut dapat diukur menggunakan alat spektrofotometer.
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik dilakukan percobaan
seperti diatas menggunakan pH 6,5 dan dilakukan pada beberapa macam suhu yang berbeda
yaitu, 0, 27, 40 dan 70o Celsius sedangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada reaksi
enzimatik dibuat sama.
Dasar Teori
Untuk mempercepat reaksi kimia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1)
Menaikkan suhu; (2) menambahkan katalisator. Manusia mempunyai suhu yang cenderung
konstant (normal), karena itu untuk mempercepat reaksi kimia tergantung pada cara ke-dua.
Katalisator mempercepat reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasi. Energi
aktivasi adalah jumlah energi yang diperlukan untuk membawa semua molekul dalam satu
mole suatu bahan pada suatu suhu tertentu dari keadaan awal menuju keadaan transisi. Pada
keadaan transisi kemungkinan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia sangat besar.
Secara umum katalisator mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Ikut bereaksi
2. Mempercepat reaksi dan tercapainya keseimbangan
3. Tidak merubah Keq dan perubahan energi bebas (∆G).
4. Tidak mempunyi hubungan stoikiometrik
5. Pada akhir reaksi didapat kembali dalam bentuk semula.
Enzim merupakan protein yang bertindak sebagai biokatalisator. Reaksi enzimatik
dipengaruhi oleh pH, suhu, kadar substrat, kadar enzim, aktivator dan inhibitor. Enzim
merupakan protrein jadi peka terhadap perubahan pH. Enzim hanya aktif dalam batas-batas
pH tertentu, pH dapat mempengaruhi muatan enzim maupun subtrat. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, enzim akan mengalami denaturasi.
Pada umumnya reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, tetapi
pada suhu yang tinggi enzim dapat mengalami denaturasi ( pada suhu 70˚C, sebagian besar
enzim menjadi inaktif). Kenaikan suhu akan menyebabkan energi kinetik dari molekul-
molekul yang bereaksi menjadi semakin besar, sehingga kecepatan suatu reaksi kimia
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 21
menjadi bertambah besar. Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan perubahan stuktur
molekul protein. Enzim merupakan suatu protein yang pada suhu tertentu dapat mengalami
denaturasi.
VII. Tugas Pendahuluan
1. Buatlah bagan dari percobaan yang akan saudara lakukan secara singkat/jelas.
2. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas suatu reaksi enzimatik ?
3. Jelaskan perbedaan antara kecepatan sesaat, kecepatan awal (initial velocity) dan
kecepatan rata-rata suatu reaksi enzimatik?
4. Apa yang dimaksud dengan pH optimum pada reaksi enzimatik?
5. Apa fungsi larutan NaCl, HCl, HGCl2 dan KI-KIO3 pada percobaan di atas ?
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 22
PRAKTIKUM 5
ISOLASI DNA
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul)
II. Topik Praktikum
Sel & molekul
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium Biomol
IV. Tujuan Belajar
Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur isolasi DNA genom
Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur isolasi DNA plasmid
Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi masing-masing reagen & tahapan dalam proses
isolasi DNA genom & DNA plasmid
V. Alat dan Bahan
ISOLASI DNA GENOM
Bahan: Tanaman sampel, alkohol 70%, alkohol 96 %, akuades, CTAB
(cetyltrimethylammonium bromide), β-merkaptol, KIA (kloroform: isoamilalkohol= 24:1),
isopropanol, bufer TE, SDS,RNA-se
RNAse, amonium asetat.
Alat: Tabung reaksi, beaker glass, spatula, mikropipet beserta tipnya, tabung mikrosentrifuga
1,5 ml, vortex, waterbath, mikrosentrifuga, LAF, freezer, dan sarung tangan.
ISOLASI DNA PLASMID
A. BAHAN
1. Solution I (150mM glukosa, 25mM Tris C1 (pH 8.0), 10mM EDTA (pH 8.0))
2. Solution II (0,2 n NaOH, 1% SDS)
3. Solution III (60 ml 5M potassium acetate, 11,5 ml Glacial acetic acid, 28,5 ml H20)
4. PCI/phenol : chloroform Isoamylalcohol (24:1)
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 23
5. Buffer TE
6. Ethanol pa
7. NaAc
B. ALAT
1. Mini sentrifuge berpendingin
2. Micropipet
3. Vortex
4. Pengering DNA
VI. Prosedur
A. CARA KERJA ISOLASI DNA GENOM
1. 2 gram sampel gerus dengan N2
2. Pindahkan serbuk sampel halus dalam kondisi beku ke tabung sentrifugasi
3. add 8 ml buffer ekstraksi, 10 µl betamercopto, 400 µl 20% SDS
4. Vortex sampai homogen, inkubasi pada suhu 65°C for 10min
5. Tambahkan 2,6 ml 5 M potasium acetat, mix dengan membolak-balik
6. Inkubasi on ice 20 min
7. Sentrifugasi 10.000 rpm, 20 min, 40°C
8. Take supernantan + 5 ml 1sopropanol, mix gentle
9. Jika DNA tampak melayang-layang, keringkan, larutkan dengan 600 µl TE buffer
10. Bila tidak inkubasikan suhu -20°C, for 30 min
11. Sentrifugasi 10.000 rpm, 10 min 4°C
12. Take pellet, keringkan +600 µl TE buffer
PURIFIKASI DNA
13. +5 µl RNA-se (10 mg/ml), inkubasi suhu 37°C, for 15 min
14. +PCI 700 µl, vortex,
15. Sentrifugasi 10.000 rpm, 20 min, 40°C
16. Kloroform equal volume, kemudian sentrifugasi seperti PCI
17. Pindahkan larutan bagian atas + 0,8 vol isoprapanol dan 0,2 vol 3M sodium asetat
18. Campur, inkubasi suhu -80°C, for 15 h
19. Sentrifugasi 10.000 rpm, 20 min, 40°C
20. Pellet cuci dengan 70% ethanol, kemudian disentrifugasi lagi.
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 24
21. Pellet DNA dikeringkan dengan vacum + 200 µl TE buffer
22. Estimasi kandungan DNA dengan spektrofotometer.
CARA KERJA ISOLASI DNA PLASMID
1. Transfer single koloni bakteri pada media LB 2 ml yang mengandung antibiotik dan
diinkubasi selama satu malam pada suhu 37°C di dalam penggojok dengan kecepatan 120
rpm
2. Masukkan 1,5 ml kultur bakteri pada ependolf. Sentrifuge pada 12.000 rpm selama 10
menit pada suhu 4°C, kemudian supernatan dibuang
3. Tambahkan 100 µl solution I, padfa pellet bakteri dan di vortex sampai bakteri benar-
benar tersuspensi
4. Tambahkan 200 µl fresh solution II, kemudian dibolak-balik 5c (swirling) dan jangan di
vortex. Inkubasi selama 5 menit sampai bening (menunjukkan lisis terjadi)
5. Tambahkan 150 µl solution III, lakukan swirling dan letakkan dalam es selama 5 menit
6. Sentrifuge 12.000 rpm selama 5 menit pada suhu 4°C. Transfer supernatan pada tube
sentrifuge baru.
7. Selanjutnya ukur volume supernatan dan tambahkan PCI equal volume, lakukan vortex
dan sentrifuge pada kecepatan 12.000 rpm selam 10 menit
8. Ambil supernatan (lap. Atas) lalu tambahkan ethanol pa dan 3M NaAc, ditambahkan
masing-masing sebanyak 2,5 dan 0,1 dari volume supernatan. Selanjutnya dipresipitasi
pada suhu -20°C selama satu jam
9. Kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm 10 menit pada suhu 4°C
10. Pellet dicuci dengan 1ml 70% ethanol dan disentrifuge pada kecepatan 12.000 rpm 5
menit pada suhu 4°C
11. Pellet dikeringkan dan diresuspensi dalam 20 µl buffer TE dan disimpan pada suhu 4°C
dan disimpan sampai siap digunakan
VII. DASAR TEORI
Komponen utama kromosom pada eukariota adalah DNA dan protein histon. Protein
histon ini bersifat basa, sehingga dapat menetralkan sifat asam dari DNA. Pada dasarnya sel
mengandung dua asam nukleat, yaitu RNA dan DNA. DNA yang terdapat di nukleus disebut
DNA kromosomal, sedangkan DNA lain yang terdapat di dalam sel dan di luar nukleus yaitu
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 25
DNA mitokondria, DNA kloroplas, dan DNA plasmid, ketiganya disebut DNA
ekstrakromomal.
Isolasi DNA merupakan tahap pertama dari berbagai teknologi analisis DNA. DNA
dapat ditemukan baik pada kromosom inti maupun pada organel, yaitu pada motokondria dan
kloroplas. Untuk mengekstrak DNA, diperlukan langkah-langkah laboratorium untuk
memecahkan dinding sel dan membran inti, yang dilanjutkan dengan pemisahan DNA dari
berbagai komponen sela yang lain. Pada saat melakukannya, DNA harus dijaga agar tidak
rusak dan didapatkan DNA dalam bentuk rantai yang panjang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi DNA
Proses pengeluaran DNA dari nukleus, mitokondria maupun organel lain – dengan
cara diekstraksi atau dilisiskan – biasanya dilakukan dengan homogenasi dengan penambahan
bufer ekstraksi atau bufer lisis untuk mencegah DNA rusak. Pada kondisi sampel tertentu,
untuk membantu lisis dari membran sel/nukleus/organel atau juga dinding sel, maka sampel
daun dimasukkan dulu ke nitrogen cair dan langsung digerus sebelum ditambahkan bufer
ekstraksi. Senyawa yang biasa digunakan untuk memaksimalkan hasil isolat DNA yang
murni ditambahkan yaitu fenol, kloroform, dan isoamil alkohol.
Proses selanjutnya adalah pemisahan DNA dari komponen sel yang lain atau
kontaminan yang tidak diinginkan. Pemisahan DNA dari komponen sela yang lain, termasuk
debris sel, dilakukan dengan sentrifugasi.
Kontaminan yang umum ditemukan di antaranya adalah polisakarida yang dapat
mengganggu proses lanjutan seperti PCR, dimana terjajdi hambatan aktifitas Taq polimerase,
atau kontaminan lainnya yaitu polifenol yang dalam bentuk teroksidasi akan mengikat DNA
secara kovalen. Untuk menghindari terjadinya hal ini, maka jaringan yang digunakan dijaga
tetap dingin sebelum dan selama proses ekstraksi.
Setelah dilakukan ekstraksi, maka proses dilanjutkan dengan presipitasi DNA dengan
menggunakan etanol absolut atau isopropanol. Selain DNA, semua bahan yang lain akan larut
dalam etanol dingin. Dengan demikian, saat dilakukan sentrifugasi, maka DNA akan
mengendap dan terpisah dari senyawa-senyawa atau bahan lain. Pada sampel darah,
presipitasi dilakukan dengan salting-out yaitu supernatan dipisahkan dari protein dan debris
sela dengan pemberian larutan garam berkonsentrasi tinggi. Biasanya akan diperoleh
supernatan DNA yang kental pada saat dimasukkan ke etanol absolut. Bila hal ini terjadi,
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 26
siapkan tabung yang berisi 70%-etanol, dan segera ambil DNA tadi dengan mikropipet 1000
µL, dan pindahkan ke tabung yang berisi 70%-etanol.
Sebagai bahan dasar untuk analisis lanjutan seperti PCR, RFLP, kloning atau sekuensing,
maka DNA yang digunakan harus bersih dari kontaminan (mempunyai kemurnian tinggi) dan
memiliki berat molekul yang tinggi. Selama proses ekstraksi DNA, beberapa hal yang dapat
terjadi antara lain :
DNA patah-patah selama proses isolasi.
DNA terdegradasi oleh enzim nuklease.
Terjadi kontaminasi oleh polisakarida.
Metabolit sekunder ikut terisolasi.
Denaturasi dan Renaturasi DNA
Proses denutarasi dan renaturasi melekul DNA tergantung pada banyak faktor, antara lain:
1. Suhu. Suhu leleh (melting temperature, Tm) yang tinggi menyebabkan untai ganda DNA
akan terurai menjadi untai tunggal, tetapi bila suhu ini diturunkan secara perlahan, maka
akan terjadi renaturasi menjadi untai heliks ganda DNA seperti semula.
2. Derajat keasaman (pH) yang ekstrem (pH<3 atau pH>10) dapat menyebabkan DNA
terdenaturasi.
3. Konsentrasi isoelektrolit seperti Na+ dan K pada larutan ekstraksi yang digunakan.
4. Perbandingan kandungan antara basa nukleotida GC terdapat AT. Tingginya kandungan
GC akan memperlambat proses denaturasi molekul DNA. Sebaliknya, kandungan AT
yang tinggi akan menyebabkan pita DNA mudah putus/patah.
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 27
PRAKTIKUM 6
STATISTIK UJI KOMPARATIF TIDAK BERPASANGAN
I. Judul Blok
Blok 3 (Sel & Molekul)
II. Topik Praktikum
Sel & molekul
III. Laboratorium Pelaksana
Laboratorium IKM/biostatistika
IV. Tujuan Belajar
1. Memahami dan dapat menggunakan Uji T tidak berpasangan
2. Memahami dan dapat menggunakan Uji Mann-Whitney
3. Memahami dan dapat menggunakan Uji One Way ANOVA
4. Memahami dan dapat menggunakan Uji Kruskal-Walis
V. Alat dan Bahan :
a. Media audiovisual
b. Program Statistik SPSS v.17
c. Laptop instruktur yang telah teristall SPSS
d. Laptop mahasiswa yang telah terinstall SPSS
e. Set data untuk latihan
f. Alat Tulis (ATK) dan Papan tulis
VI. Prosedur Umum Pelaksanaan Praktikum :
1. Mahasiswa sebanyak 60 orang dengan didampingi oleh 3 istruktur dan 1 asisten
2. Mahasiswa terlebih dahulu menginstal serta meng-copy set data latihan sebelum
praktikum
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 28
3. Intsruktur dan asisten menmeriksa dan memastikan setiap mahasiswa sudah
menginstall SPSS dan set data latihan pada laptop mahasiswa sebelum memulai
praktikum
4. Saat praktikum Instruktur terlebih dahulu menjelaskan dasar teori dan langkah-
langkah pengujian statistik komparatif data numerik tidak berpasangan
5. Instruktur memberi contoh pengujian statistik komparatif variabel data numerik tidak
berpasangan
6. Mahasiswa berlatih melakukan pengujian statistik dibantu oleh instruktur dan asisten
7. Melakukan diskusi dan tanya jawab
8. Membuat kesimpulan atas praktikum yang telah dilakukan
VII. Metode
Uji T Tidak Berpasangan :
1) Data yang akan diuji adalah set data 2 kelompok dengan variabel numerik tidak
berpasangan
2) Memeriksa syarat uji T Tidak berpasangan :
i. Data harus Berdistribusi Normal (WAJIB)
ii. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama
3) Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal), maka dipilih uji T tidak berpasangan
4) Jika tidak memenuhi syarat uji (data tidak berdistribusi normal) dilakukan dahulu
Transformasi data
5) Jika data hasil transformasi berdistribusi normal, maka dipakai uji T tidak berpasangan
6) Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal, maka dipilih uji Mann-
Whitney
7) Langkah pengujian dengan uji T tidak berpasangan adalah sebagai berikut :
i. Bukalah file Unpaired t-test
ii. Lakukanlah uji normalitas terlebih dahulu :
Lihat variable View dab Data View terlkebih dahulu, pilih mana yang akan diuji
Noramliatasnya AnalyzeDescrptives StatisticsExploreMasukkan Variabel
dependent dalam Dependent List
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 29
Pilih Both pada displaybiarkan kotak Statsitics sesuai defaultklik Plotspilih
Factor levels together pada Boxplots, pilih Histogram pada Descriptives, pilih
Normality with testContinueOK
iii. Buka lagi file Unpaired T-testAnalyzeCompare meansIndependent-sample T
iv. Masukkan variabel dependent pada kotak Test variable
v. Masukkan faktor/variable independent pada kotak Grouping Variable
vi. Aktifkan Define Group
vii. Masukkan angka 1 untuk grup 1 dan angka 2 untuk grup 2
viii. Continue OKlakukanlah interpretasi hasil uji
Uji Mann-Whitney :
1) Data yang akan diuji adalah set data 2 kelompok dengan variabel numerik tidak
berpasangan
2) Memeriksa syarat uji T Tidak berpasangan :
i. Data harus Berdistribusi Normal (WAJIB)
ii. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama
3) Karena data tidak memenuhi syarat (data berdistribusi normal), maka dipilih Mann-
Whitney
4) Karena variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal, maka dipilih uji
Mann-Whitney, langkahnya adalah sebagai berikut :
i. Buka file Mann-Whitney
ii. AnalyzeNonparametrics test2 independent samples
iii. Masukkan variabel yg diuji kedalam Test variables
iv. Masukkan faktor kedalam Grouping Variable
v. Aktifkan uji Mann-Whitney
vi. Klik Define groupmasukkan angka 1 pada kotak grup 1 dan 2 pada kotak grup 2
vii. ContinueOKinterpretasilah hasil uji
Uji One Way ANOVA :
1) Data yang akan diuji adalah set data > 2 kelompok dengan variabel numerik tidak
berpasangan
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 30
2) Memeriksa syarat Uji One Way ANOVA untuk >2 kelompok tidak berpasangan :
i. Distribusi data harus normal (WAJIB)
ii. Varians data harus sama (WAJIB)
3) Jika tidak memenuhi syarat diupayakan melakukan transformasi data supaya distribusi
menjadi normal dan varians menjadi sama
4) Jika syarat terpenuhi, maka dipilih uji one way ANOVA
5) Jika syarat tidak terpenuhi maka alternatifnya dipakai uji Kruskal-Wallis
6) Jika pada Uji ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<0,05 maka
dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc
7) Langkah pengujian data dengan One Way ANOVA adalah sebagai berikut :
i. Bukalah file One Way ANOVA
ii. AnalyzeCompare meansOne-Way ANOVA
iii. Masukkan variabel dependen kedalam Dependent List
iv. Masukkan variabel independent kedalam Factor list
v. Aktifkan kotak Options
vi. Pilih Homogenity of Variance
vii. Klik ContinueOKlakukan analisis hasil uji
8) Analisis Post Hoc :
i. Analyze Compare meansOne-Way ANOVA
ii. Masukkan variabel Dependent 1 dalam Dependent list
iii. Masukkan variabel kelompok Independent kedalam Factor list
iv. Aktifkan kkotak Post hoc
v. Pilih LSD pada kotak Equal variances Assumed
vi. Klik ContinueOKlakukan analisis
Uji Kruskal-Wallis :
1) Data yang akan diuji adalah set data > 2 kelompok dengan variabel numerik tidak
berpasangan
2) Memeriksa syarat Uji One Way ANOVA untuk >2 kelompok tidak berpasangan :
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 31
3) Distribusi data harus normal (WAJIB)
4) Varians data harus sama (WAJIB)
5) Jika syarat tidak terpenuhi maka alternatifnya dipakai uji Kruskal-Wallis
6) Jika pada Uji ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<0,05 maka
dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc
7) Langkah uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut :
i. Bukalah file data Kruskal-Wallis
ii. Analyze non-parametric testsk-independent samples
iii. Masukkan Variabel Independen kedalam Test Variable list
iv. Aktifkan Uji Kruskal-Wallis
v. Masukkan faktor dependent dalam Grouping Variabel
vi. Aktifkan Define range
vii. Masukkan angka 1 (sebagai kode buruk/lemah) pada kotak Minimum
viii. Masukkan angka 3 (sebagai kode baik/kuat) pada kotak Maksimum
ix. Klik ContinueOKlakukan analisis hasil uji
Modul Praktikum Blok 3 : Sel & Molekul 32