1

KEDUDUKAN SILA-SILA PANCASILA

1. KELIMA SILA MERUPAKAN SATU TOTALITAS YANG SENAFAS DAN SEJIWA 2. KELIMA SILA MERUPAKAN TOTALITAS YANG TIDAK DAPAT DIPECAH-PECAH

LAGI. 3. KELIMA SILA MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG BULAT DAN UTUH.

KEDUDUKAN PANCASILA TERHADAP NEGARA INDONESIA MERUPAKAN LIMA PRINSIP ATAU AZAS YANG MERUPAKAN DASAR BAGI BERDIRINYA NEGARA INDONESIA YANG MERDEKA.

KEDUDUKAN PANCASILA DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 MERUPAKAN DASAR FALSAFAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

2

ARTI DAN MAKSUD SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. TUHAN YME ADALAH PENCAIPTA ALAM SEMESTA BESERTA SEGALA ISINYA; 2. BANGSA INDONESIA PERCAYA DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YME; 3. NEGARA INDONESIA DISUSUN BERDASAR KETAQWAAN KEPADA TUHAN YME; 4. SEGALA HUKUM DI NKRI HARUS DILAKSANAKAN ATAS RAHMAT TUHAN YME; 5. NEGARA MENJAMIN KEMERDEKAAN WNI MEMELUK AGAMANYA DAN

BERIBADAH MENURUT AGAMA KEPERCAYAANNYA; 6. ADANYA SIKAP SALING HORMAT MENGHORMATI SATU SAMA LAIN SESUAI

DENGAN AJARAN AGAMANYA; 7. AGAMA MERUPAKAN UNSUR MUTLAK PEMBINAAN WATAK DAN BANGSA.

3

ARTI DAN MAKSUD SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. SETIAP ORANG HARUS BEBAS DARI SEGALA BENTUK :

PENJAJAHAN, PENINDASAN, PERKOSAAN, KESEWENANG-WENANGAN, PENGHINAAN, KETAKUTAN, KESENGSARAAN, DAN PENDERITAAN LAINNYA;

2. HUBUNGAN KEKELUARGAAN ANTAR BANGSA-BANGSA ATAS DASAR

PERSAMAAN DERAJAT DAN HAK ANTAR SESAMA UMAT MANUSIA; 3. PERGAULAN ANTAR SESAMA UMAT MANUSIA DAN ANTAR BANGSA HARUS

BERDASARKAN KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB.

4

ARTI DAN MAKSUD SILA PERSATUAN INDONESIA

1. MEMBINA PERSATUAN ANTAR SESAMA WARGA NEGARA INDONESIA TANPA MEMANDANG PERBEDAAN IDENTITAS DAN PERBEDAAN LAINNYA;

2. MEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA BERAZASKAN SATU TEKAD

YANG ULAT DAN SATU CITA-CITA NASIONAL YANG SAMA; 3. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DARI UJUNG SUMATERA SAMPAI

IRIAN; 4. HARUS HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI DENGAN SESAMA BANGSA DI

DUNIA ATAS DASAR PERSAMAAN DERAJAT DAN SALING MENGHORMATI; 5. KEBANGSAAN INDONESIA ADALAH KEBANGSAAN YANG BERPERI

KEMANUSIAAN.

5

ARTI DAN MAKSUD SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT

KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1. NEGARA INDONESIA MENGANUT FAHAM DEMOKRASI ATAU SISTEM PERWAKILAN RAKYAT;

2. MELALUI LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT, WAKIL-WAKIL RAKYAT

MEMPERJUANGKAN CITA-CITA NASIONAL UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT, BANGSA DAN NEGARA SERTA PEMERINTAH;

3. DEMOKRASI DI INDONESIA BUKAN DEMOKRASI TOTALITER ATAU DEMOKRASI

LIBERAL; 4. DEMOKRASI DI INDONESIA ADALAH DEMOKRASI PANCASILA.

6

ARTI DAN MAKSUD SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1. SETIAP WNI BERHAK MENDAPATKAN PERLAKUAN YANG ADIL DALAM BIDANG

HUKUM, POLITIK, SOSIAL, EKONOMI DAN KULTURAL; 2. MEWUJUDKAN DEMOKRASI EKONOMI YANG MENGUTAMAKAN KEMAKMURAN

RAKYAT; 3. PEREKONOMIAN DISUSUN SEBAGAI USAHA BERSAMA ATAS DASAR

KEKELUARGAAN; 4. CABANG-CABANG PRODUKSI YANG PENTING DAN MENGUASAI HAJAT HIDUP

ORANG BANYAK, DIKUASAI NEGARA DAN DIPERGUNAKAN SEBESAR-BESARNYA UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT;

5. HENDAK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERSAMA.

7

FUNGSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA

1. MERUPAKAN LANDASAN BANGUNAN NEGARA, SEHINGGA TIDAK MUDAH DITUMBANGKAN;

2. MERUPAKAN FILSAFAT KEHIDUPAN DAN CITA-CITA BANGSA DAN NEGARA

INDONESIA YANG MERDEKA; 3. SEGALA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM YANG BERLAKU

DI INDONESIA DIJIWAI OLEH PANCASILA DAN TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN PANCASILA;

4. PANCASILA ADALAH SUMBER TERTIB HUKUM BAGI NEGARA REPUBLIK

INDONESIA.

8

FUNGSI PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA INDONESIA

1. MENAMPUNG SEGALA ALIRAN DAN GOLONGAN MASYARAKAT; 2. SEMUA GOLONGAN MENDAPAT PERLAKUAN, PERLINDUNGAN, KESEMPATAN,

DAN KELELUASAAN YANG SAMA; 3. MASYARAKAT DAPAT HIDUP, MEMENUHI KEBUTUHAN, DAN MENCAPAI TUJUAN

DENGAN AMAN DAN TENTERAM; 4. TERCIPTA SIKAP TOLERAN DAN TENGGANG RASA ANTAR GOLONGAN,

SEHINGGA DAPAT HIDUP RUKUN, DAMAI, DAN BERSATU.

9

FUNGSI PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

BANGSA INDONESIA ; 1. BERSIFAT RELIGIUS DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YME; 2. BERSIFAT RAMAH, SUKA MENOLONG, CINTA DAMAI, SUKA BERSAHABAT, DAN

CINTA KEMERDEKAAN; 3. BERJIWA GOTONG ROYONG, KEKELUARGAAN, TOLERAN, DAN MENG-

UTAMAKAN HIDUP RUKUN SESAMA BANGSA TANPA MENGENAL PERBEDAAN; 4. MENGUTAMAKAN MUSYAWARAH DAN MUFAKAT, TIDAK MEMAKSAKAN

KEHENDAK TERHADAP ORANG LAIN; 5. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM DARI PADA KEPENTINGAN SENDIRI.

10

PANCASILA SEBAGAI JIWA BANGSA 1. DIKUKUHKAN DALAM KEHIDUPAN KONSTITUSIONAL; 2. MENJADI PEGANGAN BERSAMA PADA SAAT KRISIS NASIONAL DAN ANCAMAN

TERHADAP EKSISTENSI BANGSA.

PANCASILA MERUPAKAN KESATUAN BULAT DAN UTUH DARI KE – 5 SILANYA

1. MASING-MASING SILA TIDAK DAPAT DIPAHAMI DAN DIBERI ARTI SECARA

TERPISAH DARI KESELURUHAN SILA LAINNYA; 2. PEMAHAMAN SILA SECARA TERPISAH AKAN MEMBERI PENGERTIAN YANG

KELIRU TENTANG PANCASILA.

11

TUJUAN YANG HENDAK DICAPAI BANGSA INDONESIA SUATU MASYARAKAT ADIL DAN MERATA YANG MERATA, MATERIIL DAN SPIRITUIL

BERDASARKAN PANCASILA DI DALAM WADAH NKRI YANG MERDEKA, BERDAULAT,

BERSATU DAN BERKEDAULATAN RAKYAT DALAM MAKNA PERIKEHIDUPAN

BANGSA YANG AMAN, TENTERAM, TERTIB DAN DINAMIS SERTA DALAM

LINGKUNGAN PERGAULAN DUNIA YANG MERDEKA, BERSAHABAT,

TERTIB, DAN DAMAI.

12

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945

TERKAIT DENGAN IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA, TELAH BEBERAPA KALI DIADAKAN PERUBAHAN UUD 1945 DENGAN LATAR BELAKANG ADANYA DESAKAN MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN SOSIAL SERTA BUDAYA (KHUSUSNYA PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM KEHIDUPAN BERPOLITIK).

PASAL-PASAL YANG DIAMANDEMEN ANTARA LAIN : A. PASAL 1 AYAT (2), YANG SEMULA BERBUNYI : KEDAULATAN ADALAH DITANGAN RAKYAT, DAN DILAKUKAN SEPENUHNYA

OLEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT. BERUBAH MENJADI : KEDAULATAN BERADA DITANGAN RAKYAT, DAN DILAKSANAKAN MENURUT

UNDANG-UNDANG DASAR.

13

b. PASAL 3, YANG SEMULA BERBUNYI :

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT MENETAPKAN UNDANG-UNDANG DASAR DAN GARIS-GARIS BESAR DARI PADA HALUAN NEGARA.

BERUBAH MENJADI :

(1) MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT BERWENANG DAN MENETAPKAN UNDANG-UNDANG DASAR.

(2) MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT MELANTIK PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN.

(3) MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT HANYA DAPAT MEMBERHENTIKAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR.

14

C. PASAL 5, YANG SEMULA BERBUNYI : (1) PRESIDEN MEMEGANG KEKUASAAN MEMBENTUK UNDANG-UNDANG

DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. (2) MENETAPKAN PERATURAN PEMERINTAH UNTUK MENJALANKAN UNDANG-

UNDANG SEBAGAIMANA MESTINYA.

BERUBAH MENJADI :

(1) PRESIDEN BERHAK MENGAJUKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

D. PASAL 13, YANG SEMULA BERBUNYI :

(1) PRESIDEN MENGANGKAT DUTA DAN KONSUL. (2) PRESIDEN MENERIMA DUTA NEGARA LAIN. BERUBAH MENJADI : (2) HAL MENGANGKAT DUTA, PRESIDEN MEMPERHATIKAN PERTIMBANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

15

(3) PRESIDEN MENERIMA PENEMPATAN DUTA NEGARA LAIN DENGAN MEMPERHATIKAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

E. PASAL 14, YANG SEMULA BERBUNYI :

PRESIDEN MEMBERI GRASI, AMNESTI, ABOLISI DAN REHABILITASI. BERUBAH MENJADI : (1) PRESIDEN MEMBERI GRASI DAN REHABILITASI DENGAN MEMPERHATIKAN

PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG. (2) PRESIDEN MEMBERI AMNESTI DAN ABOLISI DENGAN MEMPERHATIKAN

PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

F. PASAL 15, YANG SEMULA BERBUNYI : PRESIDEN MEMBERI MEMBERI GELARAN, TANDA JASA DAN LAIN-LAIN TANDA KEHORMATAN.

16

BERUBAH MENJADI : PRESIDEN MEMBERI GELARAN TANDA JASA, DAN LAIN-LAIN TANDA KEHORMATAN YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG.

G. PASAL 16, YANG SEMULA BERBUNYI : (1) SUSUNAN DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG DITETAPKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG. (2) DEWAN INI BERKEWAJIBAN MEMBERI JAWAB ATAS PERTANYAAN

PRESIDEN DAN BERHAK MEMAJUKAN USUL KEPADA PEMERINTAH. BERUBAH MENJADI : PRESIDEN MEMBERI SUATU DEWAN PERTIMBANGAN YANG BERTUGAS MEMBERIKAN NASIHAT DAN PERTIMBANGAN KEPADA PRESIDEN, YANG SELANJUTNYA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG.

17

H. PASAL 21, YANG SEMULA BERBUNYI : (1) ANGGOTA-ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BERHAK MEMAJUKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG. (2) JIKA RANCANGAN ITU, MESKIPUN DISETUJUI OLEH DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT, TIDAK DISAHKAN OLEH PRESIDEN MAKA RANCANGAN TADI TIDAK BOLEH DIMAJUKAN LAGI DALAM PERSIDANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MASA ITU.

BERUBAH MENJADI : (1) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BERHAK MENGAJUKAN USUL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG.