Materi

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi berakar dari kata Latin , comunicare ”, yang artinya " to make common " – membuat kesamaan pengertian, kesamaan persepsi. Akar kata Latin lainnya communis ” atau “ communicatus ” atau “ common ” dalam bahasa Inggris yang berarti “sama”, kesamaan makna ( commonness ). Ada juga akar kata Latin ” communico ” yang artinya membagi. Maksudnya membagi gagasan, ide, atau pikiran. Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara verbal (lisan) atau pun non verbal (seperti menggerakan badan atau menunjukan sikap tertentu). Pembangunan dan komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat terutama pada era komunikasi kini yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), termasuk teknologi komunikasi dan 1

description

homework

Transcript of Materi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi berakar dari kataLatin, comunicare, yang artinya "to make common" membuat kesamaan pengertian, kesamaan persepsi. Akar kata Latin lainnya communis atau communicatus atau common dalam bahasa Inggris yang berarti sama, kesamaan makna (commonness). Ada juga akar kata Latin communico yang artinya membagi. Maksudnya membagi gagasan, ide, atau pikiran.Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara verbal (lisan) atau pun non verbal (seperti menggerakan badan atau menunjukan sikap tertentu).

Pembangunan dan komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat terutama pada era komunikasi kini yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), termasuk teknologi komunikasi dan informasi, telah menciptakan masyarakat informasi dan pengetahuan yang berpengaruh pada pembangunan ekonomi dan sosial. Seperti halnya pada pertemuan ke-9 PBB pada tanggal 69 September 2004 di Roma, Italia menetapkan pentingnya komunikasi pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan tiga isu penting, yakni: 1) komunikasi dan sumber daya alam, 2) komunikasi untuk penelitian, penyuluhan dan pendidikan, serta 3) komunikasi untuk daerah yang terisolir dan kelompok terabaikan. Pertemuan tersebut merekomendasikan beberapa aspek yang terkait dengan peningkatan peran komunikasi pembangunan, antara lain pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, adopsi inovasi teknologi, dan perubahan sosial yang terkait dengan globalisasi dan kultur lokal.

Maka dari itu dengan seiring perkembangan zaman diperlukan strategi dalam berkomunikasi sehingga pesan penting dapat disebarluaskan secara sistematik untuk memperoleh hasil yang optimal dan juga menjembatani kesenjangan antar budaya pada penggunaan media massa sehingga tidak merusak nilai budaya yang ada.1.2 TujuanAdapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut;1. Mengetahui berbagai model dan desain strategi komunikasi pembangunan.2. Menganalisa peran model dan strategi komunikasi dalam pembangunan.3. Memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan.BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Definisi dan Proses KomunikasiSecara etimologis, kata Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dari kata yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kemudian dlm bahasa, Latin communicatus, yang artinya berbagi atau milik bersama. Atau dari kata communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana, sehingga kata communis opinio mempunyai arti pendapat umum atau pendapat mayoritas (Liliweri, Alo. 1991:3). Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau kelompok masyarakat menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya. Pada umumnya, komunikasi terjadi secara lisan atau verbal. Komunikasi dapat terjadi jika ada persamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima pesan.Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian komunikasi, berikut ini pengertian komunikasi menurut pendapat para ahli :

1. Carl I. Hovland

Hovland berpendapat mengenai pengertian komunikasi, menurutnya Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).2. Everett M. Rogers

Everett berpendapat bahwa Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka atau penerima.3. Onong Uchjana Effendy

Ia mengungkapkan pengertian dari komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran tersebut bisa merupakan informasi, gagasan, opini, dll yang muncul dari pikirannya sendiri.4. Hafield Cangara

Hafield menyatakan suatu definisi baru mengenai pengertian komunikasi, ia menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian.Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :

a. Komunikasi Intra-Pribadi (Intrapersonal Communication)

Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupapengolahan informasi melaluipancaindra dan sistem syaraf.Contoh : berpikir,merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.

b. Komunikasi Antar-Pribadi

Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antaraseseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka,korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya.

c. Komunikasi Dalam Kelompok

Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok.Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasisesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasiyang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok,bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anakdalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan, dsbnya.

d. Komunikasi Antar Kelompok/Asosiasi

Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompokdengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannyasebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing.

e. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatuorganisasi dan komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebihmengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatankomunikasinya.

f. Komunikasi Dengan Masyarakat Secara Luas

Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinyadapat dilakukan melalui dua cara: Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, suratkabar,TV, dsbnya.Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka.

2.2Model-model Komunikasi1. Model S-R

Model ini merupakan model yang paling sederhana dari model-model komunikasi lainnya. Hakikatnya terdapat pada proses aksi- reaksi, maksudnya apabila seseorang memberikan aksi maka orang yang merupakan sasaran komunikasi akan memberikan reaksi berupa respon tertentu, dalam hal ini aksi yang dilakukan dapat berbentuk verbal (kata-kata), isyarat, perbuatan atau hanya sekedar gambar. Secara luas, model ini juga menjelaskan bahwa suatu reaksi yang dilakukan dapat berhubungan dengan kegiatan komunikasi yang akan terjadi setelahnya. Dapat diasumsikan bahwa perilaku komunikasi manusia dapat diramalkan. Manusia pada model ini adalah makhluk yang statis, yang melakukan segala sesuatunya akibat adanya rangsangan dari luar(stimulus) bukan berdasarkan inisiatif dan kehendak masing- masing individu.

2. Model Aristoteles atau Model Retoris

Pada saat Yunani sangat mengagungkan kemampuan berpidato, Aristoteles muncul dengan teori retorisnya. Teori ini memaparkan bahwa komunikasi terjadi apabila seseorang mulai menyampaikan pembicaraannyapada khalayak pendengar. Maka dapat dikatakan Aristoteles menganggap ada setidaknya 3 unsur terpenting dalam komunikasi yaitu pembicara (speaker),pesan atau isi pembicaraan (messages), pendengar (listener). Kekurangan model ini terdapat pada asumsi bahwa komunikasi adalah suatu kegiatran terstruktur yang selalu disengaja, jadi pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa dibahas mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian, efek yang akan terjadi dan sebagainya. 3. Model Shannon dan Weaver

Model yang diciptakan oleh Shannon dan Weaver adalah model yang paling mempengaruhi model komunikasi lain. Pada model ini Shannon dan Weaver menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi terjadi pengubahanpesan oleh transmetter yang berasal dari sumber informasi menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Kelemahan dari model ini lagi-lagi adalah, komunikasi masih dianggap sebagi sesuatu yang statis dan satu arah.

4. Model Schramm

Schramm telah memaparkan tiga model. Model pertama mirip dengan model yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver. Pada model kedua beliau memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidangpengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan karena bagian dari sinyal itulah yang dianut sama oleh kedua belah pihak. Kemudian model ketiga yang diperkenalkan oleh Schramm yaitu anggapan bahwa komunikasi adalah interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal.

5. Model Westley dan Maclean

Westley dan Maclean merumuskan suatu model yang mengaitkan komunikasi antar pribadi, komunikasi massa,dan memasukkan umpan balik dalam proses komunikasi. Menurut kedua pakar ini umpan balik merupakan pembeda yang mendasar antara komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa. Dalam model ini terdapat lima unsur objek yaitu orientasi, pesan, sumber, penerima,dan umpan balik Model ini mencakup beberapa konsep yaitu umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi media serta peranan opinion leader sebagai unsur tambahan dalam komunikasi massa. Model inijuga menjelaskan mngenai dua bentuk pesan yaitu pesan yangbertujuan (purposif) dan pesan yang tidak bertujuan (unpurposif). Bertujuan disini maksudnya apakah pesan tersebut bertujuan mengubah citra penerima mengenai sesuatu yang disampaikan oleh sumber atau tidak.6. Model Interaksional

Berbeda dengan model S-R yang lebih bersifat linier, model yang dikemukakan oleh George Herbert Mead lebih menganggap manusia merupakan makhluk yang lebih aktif, reflektif, kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang lebih rumit, dan sulit diramalkan. Bukanhanya sekedar makhluk pasif yang melakukan sesutua berdasarkan stimulus dari luar tubuhnya. Ada tiga premis yang menjadi dasar model ini. Pertama, manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungannya. Kedua, makna itu berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individuterhadap lingkungan sosialnya. Ketiga, makna yang diciptakan oleh suatu proses yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

7. Model Newcomb

Model ini memeiliki pendekatan pada psikologi sosial mengenai interaksi antar manusia. Interaksi manusia sederhana yang melibatkan duaorang yang membicarakan satu topik, maka diantara ketiga unsurtersebut akan membentuk suatu korelasi dan menbentuk empat orientasi(sikap) yaitu:1. Orientasi A terhadap X,

2. Orientasi A terhadap B,3. Orientasi B terhadap X,4. Orientasi B terhadap A,Orientasi yang terjadi bisa berupa ketertarikan positif ataunegatif dan tentang sikap senang atau tidak senang. Newcombmenambahkan bahwa semua sistem memiliki keseimbangan dayadan setiap adanya perubahan orientasi terhadap suatu bagian akanmenimbulkan ketidakseimbangan dalm suatu sistem.Bisa digambarkan bila Adan B memiliki ketertarikan satu sama lain, dan begitu pulayang terjaditerhadap X maka sistem tersebut akan seimbang (simetri). Sebaliknya, bila Adan Bsaling menyukai namun mereka membenci X atau mereka salingmembenci tapimemiliki pendapat yang sama mengenai X maka hal ini disebutasimetri.

8. Model Tubbs

Model ini menggambarkan komunikasi yang paling mendasar, yaitu komunikasi antar dua orang. Komunikasi pada model ini diasumsikan sebaga itransaksi antara kedua pelaku komunikasi sebagai sumber merangkup sebagai sasaran dari sebuah pesan, kedua proses ini bersifat timbal balik. Tanpa kita sadari bila kita melakukan sebuah aktifitas komunikasi maka sebenarnya dalam proses mengamati lawan bicara dan memberikan respon tertentu terhadap apa yang dilakukan oleh lawan bicara. Tubbs menerangkanbahwa komunikasi merupakan transaksi yangberkesinambungan, komunikasi bisa saja dimulai dari satu orang yang bisa sementara disebut sebagai sumber akan tetapi pada kenyataannya diantara kedua pelaku komunikasi akan terjadi pengiriman dan penerimaan pesan secaraterus menerus. 9. Model BerloModel ini dikenal dengan model SMCR (source, message, channel, receiver). Sumber (source) adalah pihak yang menciptakan pesan baik seseorang maupun suatu kelompok.

Pesan (message) adalah terjemahan gagasan kedalam kode simbolik seperti bahasa atau isyarat saluran (channel) adalam medium yang membawa pesan dan penerima (receiver) adalam orang yang menjadi sasaran komunikasi.10. Model DeFleurMenggambarkan komunikasi massa ketimbang komunikasi antar pribadi. Modelnya merupakan perluasan dari model yang dikemukakan para ahli lain khususnya Shannon dan Weaver dengan memasukan perangkan media massa (mass medium service) dan peragkat umpan balik (feedback).2.3Strategi KomunikasiStrategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul Dimensi-dimensi Komunikasi menyatakan bahwa : strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi. (1981 : 84).

Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku Strategi Komunikasi menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 :10)

Ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut : (1) To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. (2) To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. (3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya, dan (4) To Goals Which Communicator Sought To Achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.2.4 Model Desain Strategi Komunikasi PembangunanDalam perkembangannya, perencanaan desain strategi komunikasi pembangunan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Mulai dari yang bersifat top down, bottom up, hingga penguatan saluran komunikasi dialogis. Menarik untuk mengkaji bagaimana perkembangan perencanaan desain strategi pembangunan dan perubahan-perubahan yang dihasilkan dengan pendekatan yang berbeda.1. Strategy Extentions CampaignStrategy Extention Campaign (SEC) atau kampanye penyuluhan strategis diperkenalkan pada era 1980 an, adalah metode yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan strategi, sistematika manajemen dan implementasinya di lapangan pada penyuluhan pertanian. Tujuan yang paling mendasar dari SEC adalah menerapkan pendekatan yang menyeluruh, rasional dan pragmatis dalam merencanakan, menerapkan, mengatur, memonitor dan mengevaluasi program penyuluhan pertanian.2. Health Communicaton StrategyHealth communication strategy (HCS) merupakan salah satu varian dari pemasaran sosial di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan bantuan pada ratusan organisasi lokal, regional dan nasional di seluruh dunia yang berusaha untuk meningkatkan kesehatan untuk khalayak tertentu. Health communication strategy difokuskan pada permasalahan kesehatan, namun juga dapat diaplikasikan dalam isu-isu pembangunan lainnya di negara berkembang seperti pada masalah-masalah demokrasi dan pemerintah.3. Participation Rural Communication AppraisalPRCA (Participation Rural Communication Appraisal) yang diperkenalkan pada tahun 1994, adalah sebuah metode riset komunikasi yang menggunakan teknik visualisasi, wawancara, dan kelompok kerja yang berbasis lapangan. Pendekatan yang digunakan dalam PRCA merupakan formulasi dari pendekatan- pendekatan partisipatif lainnya, seperti: Pengkajian pedesaan partisipatif (PRA) dan belajar dan bertindak partisipatif (PLA), PRCA meminjam model riset kualitatif dan kuantitatif juga etnografi, PRCA menggabungkan ide-ide dan teknik-teknik dari pendekatan kerangka kerja Logis (LFP), perencanaan proyek berorientasi tujuan (OOPP), serta penelitian periklanan dan pemasaran. Oleh karena itu itu PRCA dapat digunakan dalam berbagai proyek pembangunan. (Anyaegbunam, C. et. al. 2004).4. Participation communication Strategy DesignParticipation communication strategy design (PCSD) adalah desain strategi komunikasi pembangunan yang merupakan lanjutan dari PRCA diperkenalkan pada tahun 2004. Sebagai suatu kelanjutan logis dari PRCA, PCSD menyertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang mungkin mengarahkan pada perencanaan komunikasi efektif dan tindakan untuk meningkatkan mata pencaharian. PCSD focus pada cara-cara berpartisipasi dengan masyarakat, bagaimana menghadirkan permasalahan dan kebutuhan praktis yang diidentifikasi. Mendesain pesan dan menciptakan tema diskusi sesuai dengan prinsip media komunikasi, materi dan aktivitas-aktivitas pembangunan dan produksi.BAB III

ANALISIS STUDI KASUS

Studi Kasus:Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

3.1 Pendahuluan

Masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Kegiatan pembangunan di kawasan pesisir tidak terlepas dari daya dukung lingkungan, keberlangsungan sumberdaya alam dan dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak terkait dengan menekankan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan sumberdaya alam di daratan yang semakin menipis tidak akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk yang terus bertambah sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Sektor perikanan dan kelautan sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Sektor ini memiliki dua bidang usaha (Amanah dan Yulianto 2002) yaitu perikanan darat dan perikanan tangkap.

Kabupaten Buleleng memiliki panjang pantai sekitar 144 km dan ada enam dari sembilan kecamatannya berbatasan langsung dengan pantai utara. Masyarakat pesisir di wilayah ini umumnya bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, baik untuk usaha perikanan, maupun untuk usaha jasa wisata. Permasalahan yang dihadapi saat ini yaitu proses-proses komunikasi pembangunan belum berlangsung simultan, dan nelayan masih dihadapkan pada persoalan klasik seperti hasil tangkapan yang bervariasi, keterbatasan akses pada sumber-sumber permodalan, pasar, dan program penyuluhan yang belum berjalan sesuai harapan. Telaahan tentang permasalahan yang dihadapi nelayan, penyebab masalah, alternatif penyelesaian masalah, diperlukan untuk mendesain rancangan strategi komunikasi pembangunan yang relevan. Tanpa strategi komunikasi pembangunan yang jitu, masyarakat pesisir akan makin tertinggal. Terdapat beberapa program pemerintah dalam konteks komunikasi pembangunan, namun belum memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk dapat mendeskripsikan kondisi dan permasalahan dan dapat menganalisis peran dan strategi alternatif komunikasi pembangunan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir agar diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi sebagai referensi dalam pengembangan masyarakat pesisir melalui pendekatan dan strategi komunikasi yang efektif.

3.2 Perumusan Masalah

Adanya kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan di lokasi kajian dalam konteks masyarakat pesisir. Secara konseptual, komunikasi pembangunan berperan menjembatani kondisi saat ini menuju kondisi yang diharapkan terwujud di tingkat komunitas pesisir. Menghadapi permasalahan seperti keterbatasan aset, akses dan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, diperlukan komunikasi pembangunan sebagai sebuah proses yang dialogis dalam penyampaian ide informasi, dan inovasi, oleh pihak-pihak terkait guna menunjang terjadinya proses perubahan sosial ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Perubahan tersebut dampaknya dapat dilihat pada tingkat individu, keluarga, kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Prosesproses komunikasi pembangunan akan memiliki dampak luas apabila dilaksanakan secara sistemik dan berkelanjutan.

3.3 Konsepsi dan Hasil Penelitian Terdahulu tentang Komunikasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Nasution (2004) mengutip pernyataan Hedebro tentang tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang berkaitan dengan tingkat analisisnya. Ketiga aspek tersebut meliputi hal berikut: (i) Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan peran media massa menyumbang upaya tersebut. Untuk studi jenis ini, digunakan istilah kebijakan komunikasi dan merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat umum; (ii) Pendekatan untuk memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional, namun lebih jauh spesifik. Persoalan utama dalam studi ini adalah penggunaan media agar dapat dipakai secara efisien, untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa; dan (iii) Pendekatan yang berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru.

Harris (1996) menyatakan bahwa pendekatan komunikasi pembangunan partisipatif perlu dikembangkan untuk mengembangkan masyarakat di tingkat bawah melalui pendekatan pendidikan non formal. Terkait dengan pendekatan pembangunan yang diterapkan di Indonesia, Waskita (2005) mencermati bahwa pembangunan sampai saat ini masih terlalu berfokus pada hal-hal fisik dan terukur. Hal ini pada gilirannya, berkontribusi terhadap model komunikasi yang dianut cenderung menunjukkan pola interaksi yang terbatas dan berkaitan dengan kekuasaan dan pelayanan. Alternatif model komunikasi yang diusulkan adalah komunikasi dialogis antar orang yang terlibat dalam proses pembangunan.

Pemberdayaan memiliki berbagai interpretasi, pemberdayaan dapat dilihat sebagai suatu proses dan program. Payne (1997) mengemukakan bahwa pemberdayaan (empowerment) pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan kekuatan (daya) untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Pemberdayaan dilakukan dengan jalan meningkatkan kapasitas, pengembangan rasa percaya diri untuk menggunakan kekuatan, dan mentransfer kekuatan dari lingkungannya. Sebagai suatu proses, pemberdayaan adalah usaha yang terjadi terus menerus sepanjang hidup manusia.

Pemberdayaan masyarakat pesisir mencakup dua dimensi yaitu budaya dan struktur sosial (Satria 2001). Selain itu, pemberdayaan dalam komunitas nelayan akan lebih berhasil jika menerapkan prinsip kejelasan tujuan, prinsip dihargainya pengetahuan dan penguatan nilai lokal, prinsip keberlanjutan, prinsip ketepatan kelompok sasaran atau tidak bias pada nelayan pada strata maupun golongan tertentu, dan prinsip kesetaraan gender, artinya baik pria maupun wanita memiliki secara aktif diakui hak haknya dalam masyarakat, memiliki status dan peran sesuai budaya setempat, dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga dan masyarakat.3.4 Metode Penelitian

wilayah pesisir Kabupaten Buleleng yakni di Kecamatan Grokgak dengan jarak lebih kurang 55 km sebelah barat ibu kota kabupaten, dan di Kecamatan Buleleng yang letaknya lebih kurang 8 km dari ibu kota kabupaten. Penelitian dilaksanakan mulai tahun 2004 s.d. 2006. Responden penelitian adalah pelaku utama dalam usaha penangkapan, pengolahan, pembudidaya dan pemasar. Tercatat lebih kurang 692 rumah tangga perikanan (RTP) melaksanakan usaha di dua wilayah tersebut dan 159 RTP dipilih untuk sebagai responden secara acak; namun untuk keperluan analisis statistic dipilih responden yang memiliki aktivitas serupa untuk mewakili populasi yaitu 128 RTP.

Data primer yang diperoleh dari responden meliputi (1) keragaan social ekonomi responden penelitian; (2) informasi tentang SDP terutama masalah penurunan kualitas SDP meliputi jenis ikan hasil tangkapan, kualitas terumbu karang, dan kondisi pantai; (3) program pemberdayaan dan atau intervensi yang pernah berlangsung, hasil yang dicapai dan kontinuitas program; (4) kompetensi komunikasi penyuluh/fasilitator program pemberdayaan; (5) kualitas sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan. Selain dari responden, data diperoleh pula dari sumber sekunder yakni Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Kecamatan, Badan Pusat Statistik, literatur dan media. Paduan metode wawancara semi terstruktur, pengamatan, dan diskusi dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi selama penelitian. Data dianalisis secara deskriptif dengan menerapkan konsep Checkland (1984) tentang soft system methodology (SSM). Di dalam SSM dikemukakan bahwa untuk mendinamiskan aktivitas manusia sebagai sebuah sistem, perlu adanya desain konsep tentang CATWOE. CATWOE merupakan singkatan dari Customers (C), Actors (A), Transformation (T), Welstanchaung (W), Owner (O) dan Environment (E). Konsep CATWOE digunakan menganalisis peran para pihak dalam pengembangan stategi komunikasi pembangunan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir.

3.5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Buleleng merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali. Jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi pada tahun 2007 berjumlah sebanyak 643.274 jiwa, dari jumlah 167.780 Kepala Keluarga.

Tabel 1. Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha di Kabupaten Buleleng dari Tahun 2005 s.d. 2006

NoLapangan UsahaTahun 2005Tahun 2006

Penduduk yang bekerja (orang)Persentase (%)Penduduk yang bekerja (orang)Persentase (%)

1Pertanian dalam arti luas141.83942,07141.83942,07

2Pertambangan dan penggalian3.9101,163.9101,16

3Industri50.03314,8450.03314,84

4Listrik, gas & air minum1.4500,431.4500,43

5Bangunan19.3195,7319.3195,73

6Perdagangan72.28521,4472.28521,44

7Angkutan & Komunikasi14.5654,3214.5654,32

8Keuangan/Persewaan2.9330,872.9330,87

9Jasa-jasa30.8169,1430.8169,14

Jumlah337.151100,00337.151100,00

Pengelolaan pesisir kabupaten Buleleng dibagi ke dalam tiga wilayah pengembangan yaitu (1) Buleleng Barat dengan usaha utama adalah penangkapan ikan di laut, budi daya laut, dan pembenihan, (2) Buleleng Tengah untuk usaha penangkapan ikan, dan pengolahan hasil perikanan, dan (3) Buleleng Timur untuk penangkapan ikan hias, ikan konsumsi, dan pengolahan (Dinas Kelautan dan Perikanan Buleleng 2003). Guna menganti-sipasi hal tersebut, strategi komunikasi pembangunan perikanan dan kelautan harus berfokus pada peningkatan kemampuan nelayan dalam pengelolaan teknologi penangkapan, penguatan kapasitas permodalan, kemampuan pengelolaan keuangan, dan yang paling urgen adalah perubahan sikap dan perilaku yang positif memanfaatkan kekayaan bahari.

Proses-proses komunikasi pembangunan yang saat ini berlangsung masih terlalu berfokus pada sosialisasi informasi tentang program kerja dan prioritas pemerintah, belum mengarah pada terobosan pendayagunaan saluran dan media komunikasi lokal untuk memperkuat jaringan sosial masyarakat pesisir.

Menghadapi permasalahan masyarakat pesisir di lokasi kajian, maka dalam aplikasinya di lapangan, dapat dikomunikasikan program berikut:

a) Peningkatan keterampilan nelayan dan keluarganya dalam mengelola hasil tangkapan, memperbaiki sikap yang merusak lingkungan dengan mensosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam;

b) Peningkatan kemampuan manajemen usaha penangkapan dan diversifikasi usaha yang disertai penguatan ekonomi keluarga melalui usaha produktif;

c) Penguatan kelembagaan local termasuk organisasi pemasaran hasil perikanan;

d) Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dengan mengedepankan prinsip sustainability (sumberdaya alam) dan kesejahteraan masyarakat; dan

e) Membangun jejaring (network) dengan mitra usaha guna memperbesar armada dan menggunakan alat tangkap yang lebih efektif dan tidak merusak lingkungan.

Dengan demikian, pesan-pesan atau materi dalam komunikasi pembangunan masyarakat pesisir tidak sekedar mentransferkan informasi saja, tetapi menyangkut aspek transformasi keadaan dari kondisi sekarang yakni nelayan dan keluarganya yang masih terpinggirkan, menjadi lebih mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Komunikasi pembangunan dapat memainkan peran dalam perubahan berencana, sebagaimana dikemukakan pula oleh S.C. Dube (1976), bahwa dalam pembangunan di India, komunikasi memegang peran nyata dalam mengembangkan media untuk memobilisasi masyarakat dan pemerintahnya.

Sejatinya, dalam kaitan pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat (PSPBM), Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa di beberapa daerah di Indonesia seperti Maluku, dalam menangkap ikan hanya menggunakan alat tangkap sederhana. Sedangkan di Irian Jaya menurut Nikijuluw (2002) menerapkan aturan bahwa jika penduduk suatu suku ingin menangkap ikan di perairan yang menjadi wilayah suku lain, maka teknologi yang digunakan harus sama. Kehadiran alat tangkap modern, cenderung mendesak nelayan kecil untuk meninggalkan daerahnya dan keluar dari perairan daerah asalnya, sehingga seringkali menimbulkan konflik antara nelayan satu dengan lain karena perebutan fishing ground dan penggunaan teknologi yang berbeda. Atas dasar pemikiran ini, maka sebenarnya peran program komunikasi pembangunan sangat luas mulai dari sekedar pentransferan informasi dan teknologi, pemberdayaan hingga peningkatan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai budaya lain (able to understand).

Prinsip partisipasi dalam komunikasi pembangunan bukan sebatas proses sekedar hadir, memberikan pendapat atau hanya berdasarkan persepsi pemerintah atau penyuluh sendiri.. Sangat rasional, jika masyarakat pesisir belum mau terlibat dalam berbagai program pembangunan khususnya kegiatan penyuluhan karena sejak awal masyarakat tidak terlibat dalam menentukan kegiatan yang diprog-ramkan. Terkait dengan hal ini, proses aksi sosial dan proses pengambilan keputusan dalam model adopsi inovasi Rogers (1994) dapat dimodifikasi. Proses aksi social meliputi lima tahap: (1) stimulasi minat (stimulation of interest) yaitu inisiatif dalam komunitas mulai berkembang pada tahap awal dalam ide baru dan praktek; (2) inisiasi (initiation) yaitu kelompok yang besar mempertimbangkan ide baru atau praktek, dan alternatif dalam implementasi; (3) legitimitasi (legitimation) merupakan tahap saat pimpinan komunitas memutuskan akan meneruskan tindakan atau tidak; (4) keputusan bertindak adalah rencana spesifik tindakan mulai dibangun; dan (5) aksi yaitu penerapan rencana (Donnermeyer et al. 1997). Model adopsi inovasi Rogers meliputi lima tahap: (1) pengetahuan (knowledge) seseorang menjadi sadar akan adanya ide atau cara baru; (2) persuasi (persuasion) yaitu individu mulai mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap ide tersebut, (3) keputusan (decision) adalah individu membuat keputusan awal untuk mengadopsi atau tidak ide tersebut; (4) implementasi (implementation) adalah individu mencoba ide atau cara baru tersebut untuk pertama kali; dan (5) konfirmasi (confirmation) adalah individu memutuskan menerapkan ide atau cara baru secara berulang dan dapat disertai modifikasi.

Masyarakat pesisir merupakan sistem sosial, sehingga framework CATWOE ini relevan dengan proses transformasi masyarakat pesisir ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, pihak terkait yang dapat komunikasi pembangunan berorientasi pemberdayaan meliputi:

Customers: Masyarakat pesisir termasuk nelayan dan anggota keluarganya,

Actors: Pemuka masyarakat, agen pembaharu, penyuluh, ketua dan anggota kelompok nelayan,

Transformation: proses perubahan berupa proses komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan martabat masyarakat pesisir, seperti kegiatan penguatan kelembagaan lokal (seperti lembaga pemasaran, kelompok nelayan), pengembangan kapasitas sumberdaya manusia setempat, pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan terpadu dan lain-lain.

Welstanchaung = worldview: pemahaman terhadap cara pandang, nilai-nilai lokal yang dianut oleh masyarakat pesisir, dan dihargai sebagai aset masyarakat setempat. Di wilayah penelitian, masingmasing kelompok nelayan memiliki awig-awig (peraturan yang dikelola oleh komunitas lokal dan didasarkan pada adat istiadat dan budaya Bali) sangat ditaati oleh nelayan dan masyarakat pesisir setempat.

Owners: Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, pemerintahan desa dan kecamatan dan instansi terkait lainnya yang berfungsi mengembangkan masyarakat setempat

Environment: kondisi lingkungan setempat perlu diperhatikan seperti kebijakan lokal apakah mendukung atau tidak terhadap program pemberdayaan masyarakat pesisir.

Terdapat tiga pilihan metode pendekatan atau kombinasi ketiganya yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program ketahanan pangan, yaitu:

a. Pendekatan perorangan, misalnya kegiatan kunjungan perorangan, konsultasi ke rumah, penggunaan surat atau telepon, dan magang.

b. Pendekatan kelompok, misalnya kursus tani-nelayan, demonstrasi cara atau hasil, kunjungan kelompok, karyawisata, diskusi kelompok, ceramah, pertunjukan film, slide, karyawisata.c. Pendekatan massal seperti pameran, Pekan Nasional (Penas), Pekan Daerah (Peda), pertunjukkan film atau wayang, drama, penyebaran pesan melalui siaran radio, televisi, surat kabar, selebaran atau majalah, pemasangan poster atau spanduk dan sebagainya.BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Kondisi masyarakat pesisir dan nelayan di lokasi penelitian belum terbebas dari persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha kecil menengah meliputi, akses terhadap aset dan sumber-sumber modal terbatas, kebutuhan akan penguatan kelembagaan kelompok untuk pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Peran penting komunikasi pembangunan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir adalah menjembatani kesenjangan yang terjadi antara kondisi masyarakat saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai melalui proses-proses komunikasi yang partisipatif, dialogis, dan memotivasi.

Strategi komunikasi pembangunan untuk wilayah pesisir hendaknya spesifik lokasi, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: (i) Program pembangunan perlu menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan non fisik, tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi harus menanamkan modal manusia untuk masa depan; (ii) Pesan-pesan dalam komunikasi pembangunan tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat nelayan, dan ditransformasikan kepada masyarakat melalui metode-metode yang relevan dengan situasi dan kondisi setempat, (iii) Diperlukan perencanaan yang matang dalam rancang bangun strategi komunikasi pembangunan, melibatkan peran serta masyarakat pesisir dan stakeholders terkait dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga tindak lanjut, dan (iv) Sinkronisasi dan koordinasi antar stakeholders terkait dengan masyarakat pesisir dapat menjamin keberlanjutan program pembangunan dan mendorong terwujudnya struktur sosio-ekonomi masyarakat lokal yang kuat.4.2Saran

Seharusnya pelaku usaha kecil di wilayah pesisir diberikan kemudahan dalam melakukan akses terhadap aset dan sumber-sumber modal terbatas agar tidak terjadi kesenjangan pada masyarakat pesisir khususnya para pelaku usaha kecil menengahDAFTAR PUSTAKAJumrana. 2012. MODEL-MODEL DESAIN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN, Vol 8 No 2. Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Haluoleo. Kendari, Sulawesi Tenggara.

Nurdin, Ali. ____. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DI PROPINSI BANTEN DAN LAMPUNG. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya, Jawa Timur.Fitriyah Saatuzzamani.___. Definisi Komunikasi dan Organisasi. http://www.academia.edu/7723512/Definisi_Komunikasi_and_Organisasi_Menurut_Para_Ahli. (Diakses pada 15 Maret 2015, pukul 10:00 Wib).Syarifah, Sarah dkk. 2014. MAKALAH DEFINISI KOMUNIKASI DAN TINGKATAN PROSES KOMUNIKASI. Fakultas Ilmu Komunikasi, UniversitasMercuBuana.Jakarta.(http://www.academia.edu/6415006/Definisi_Komunikasi_Dan_TIngkatan_Proses_Komunikasi. Diakses pada 15 Maret 2015, 10:20 Wib).

Anonim. ______. Model - Model Komunikasi. http://www.academia.edu/4611224/Model_Model_Komunikasi. Diakses pada 15 Maret 2015, 10:20 Wib.

Anonim. 2013. Model model komuikasi. http://greenskycompany.blogspot.com/2013/10/pengantar-ilmu-komunikasi-model-model.html. Diakses pada 15 Maret 2015, 10:50 Wib.20