MATERI

18
INTEGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGI TIGA Frase “Model bersudut segitiga” merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat menyingkap misteri, maka penggunaannya dapat diperluas. Berbagai subtansi yang tercakup dalam integrasi dimensi dalam dimensi dalam model segitiga lainnya dapat dikorelasikan dan ternyata memiliki keterkaitan dengan fungsi dari masing-masing sudut model segitiga. Cara mengapresiasikan konsepsi segi tiga insane, ikhsan dan iman, dapat dipandang secara horizontal dengan korelasi yang sama dan simetris yang secara simultan diarahkan pada konsepsi Ilahiyah. Cara lain dapat dipandang juga secara vertical, dimana yang diatas dibidang segitiga, dimensi Iman, Ikhsan, dan Insan mempunyai proporsi yang sama, sehingga satu dimensi akan mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam penjabarannya menuju konsepsi Ilahiyah. Dimana Insan, Ikhsan, dan Iman dalam frase model segitiga pada gambar diperlihatkan adanya tiga subtansi lain yang menopang masing-masing dimensi tersebut. Subtansi intelektualitas, sensibilitas, dan moralitas yang menopang dimensi Iman dapat diturunkan dari masing-masing sudutnya. Menuju kanan bawah, Intelektualitas kea rah sains, sensibilitas kearah seni, moralitas kearah teknologi dan menuju kiri bawah, yaitu intelektualitas kearah filsafat, sensibilitas kearah estetika, moralitas kearah etika. Secara

Transcript of MATERI

Page 1: MATERI

INTEGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGI TIGA

Frase “Model bersudut segitiga” merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat menyingkap misteri, maka penggunaannya dapat diperluas. Berbagai subtansi yang tercakup dalam integrasi dimensi dalam dimensi dalam model segitiga lainnya dapat dikorelasikan dan ternyata memiliki keterkaitan dengan fungsi dari masing-masing sudut model segitiga. Cara mengapresiasikan konsepsi segi tiga insane, ikhsan dan iman, dapat dipandang secara horizontal dengan korelasi yang sama dan simetris yang secara simultan diarahkan pada konsepsi Ilahiyah. Cara lain dapat dipandang juga secara vertical, dimana yang diatas dibidang segitiga, dimensi Iman, Ikhsan, dan Insan mempunyai proporsi yang sama, sehingga satu dimensi akan mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam penjabarannya menuju konsepsi Ilahiyah.

Dimana Insan, Ikhsan, dan Iman dalam frase model segitiga pada gambar diperlihatkan adanya tiga subtansi lain yang menopang masing-masing dimensi tersebut. Subtansi intelektualitas, sensibilitas, dan moralitas yang menopang dimensi Iman dapat diturunkan dari masing-masing sudutnya. Menuju kanan bawah, Intelektualitas kea rah sains, sensibilitas kearah seni, moralitas kearah teknologi dan menuju kiri bawah, yaitu intelektualitas kearah filsafat, sensibilitas kearah estetika, moralitas kearah etika. Secara mendatar sudut filsafat berkaitan langsung dengan sains, estetika berkaitan langsung dengan seni, dan etika berkaitan langsung dengan teknologi. Dari hasil pengembangan ini diperoleh bahwa subtansi ipteks pada dimensi Insan ditopang oleh dimensi Ihsan dengan tiga subtansi yaitu : filsafat, Etika, dan estetika. Dimensi Iman juga dengan tiga subtansi yaitu : intelektual, Moralitas dan Sensibilitas.

Page 2: MATERI

Kualiatas seni maupun ilmu akan dapat memiliki kemajuan yang baik dengan bantuan teknologi. Terdapat begitu luas wilayah lahir (realita) mungkin terdapat berupa gejala alam yang tidak berimpit dengan wilayah batin atau bahkan berimpitan dengan wilayah batin atau bahkan mungkin terdapat wilayah batin yang tidak memiliki realita. Perluasan atau diperbesar dengan bantuan teknologi berada pada garis tengah yang memisahkan antara ilmu dan teknologi secara langsung, begitu pula hubungan langsung antara teknologi dengan seni.

Dalam proses invensi teknologi juga dapat terjadi dimulai dari filosofi dan seni lalu menjadi ide lalu dikaitkan dengan science sehingga kemudian terciptalah teknologi. Walaupun para engineer, nanti karyanya telah tercipta baru diberikan sentuhan seni. Plato menjelaskan seni dengan kata “techne” dan “poesis” secara berdampingan, dimana kata “poesis” berarti pengetahuan mencipta seni puitis dan dalam “trilogi plato” diperoleh keterkaitan antar intelektual dengan keberan, etika dengan kebaikan dan estetika dengan keindahan. Bahkan pada pertengahan abad ke-17 kata science dari kata “scientia” masih bersenyawa dengan pengertian seni, sehingga memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi kreatif mengenai ketertiban. Oleh karena itu ketiganya membentuk suatu segitiga ilmu,

IMAN

IHSAN INSAN

ETIKATEKNOLOGI

MORALITAS

INTELEKTUALITAS SENSIBILITAS

FILSAFAT ESTETIKA SAINS SENI

Page 3: MATERI

teknologi dan seni yang selanjutnya menjadi dasar terbangunnya flase sistim “dunia segi tiga”.

Jika kita mencermati gambar tersebut, maka keberadaan insane manusia berhubungan erat dengan ihsan erat dengan ihsan dan iman. Kata “ihsan”, secara harfiah berkaitan dengan berbuat atau berkarya oleh karena kita sebagai manusia merasa didalam pengawasan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta alam semesta ini. Jadi ini adalah kesadaran batin yang terekspresi dengan sendirinya oleh karena kita sebagai insan sadar dan paham makna keberadaan diri kita sendiri yang diamanahkan mengelola dan memelihara alam semesta ini. Pengalaman ini dapat diwujudkan dengan selalu belajar tanpa henti baik formal ataupun non formal atau melakukan proses pengkajian potensi keilmuan diri manusia melalui jalur filsafat, etika maupun estetika sebagaimana subtansi yang terkait dengan nilai ihsan.

Adapun kata “iman”, ini adalah konsepsi jiwa yang abstrak dan terpatri secara mendalam pada diri manusia namun dapat terpencar tak terhingga tanpa batas, dimana kekuatan dan keberadaannya bahkan dapat melalui batas-batas yang kongkrit sekalipun iman itu adalah konsepsi abstark. Manusia yang memiliki nilai iman, maka intelektualitas, sensibilitas, dan moralitasnya akan bersinergi satu sama lain bagai suatu bangunan yang tidak sempurna jika salah satu diantara ketiganya tidak ada.

Berdasarkan keyakinan tentang kesatupaduan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam diri manusai, maka secara individu melalui metode induktif kita mencoba menggunkan tiga pendapat untuk ilu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga terbentuk kesatupaduan pendapat yang disebut ilmu pengetahuan, teknologi dan seni membentuk kata IPTEKS yang selanjutnya menjadi substansi yang dikaji dan ditelaah dalam mata kuliah wawasan ipteks.

Pertama, ilmu pengetahuan bagi Al-fatabi sebagai seorang cendkiawan islam pada zaman keemasan islam menyampaikan bahwa: ilmu yang sebenarnya bagaikan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik dan sebagai disiplin ilmu akan memiliki tujuan, premis dasar dan obyek kajian serta metode ilmiah tertentu.

Page 4: MATERI

Kedua, menggunakan pengertian konsepsi teknologi yang ditemukan oleh Frederick Ferre (1988). Menurutnya, teknologi adalah kecerdasan pengalaman praktis dan pengetahuan atau ilmu, pengetahuan tentang ketertiban alam dan manusia yang diwujudkan dalam suatu bentuk dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan yang harus dipandang secra utuh keduanya. Artinya dalam memandang konsepsi teknologi harus diliha secara utuh mulai dari awal terbetiknya di benak seseorang pencipta karya teknologi, proses yang terkait sampai terciptanya sebuah karya teknologi yang artinya terbetiknya dibenak seseorang dan prosen yang tekait sampai sebelum terbentuknya suatu karya adalah konsepsi kecerdasan dan hasil karya teknologinya adalah konsepsi kebendaannya.

Ketiga, menggunakan konsepsi seni berdasarkan pendapat Prof. Hamka, bahwa seni yang setinggi-tingginya adalah ketika berkupul didalamnya kebenaran, keadilan dan keindahan yang direkat oleh cinta yang kudus. Berdasarkan pada ketig komponen tersebuat ykni ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, mka pemahaman tentang integritas IPTEKS yang utuh tidak lain adalah : suatu konsepsi multi dimensi yang didalamnya memiliki nilai kebenaran (ilmu pengetahuan), kebaukan (teknologi ), dan keindahan (seni) yang selanjutnya seni akan mewarnai secara utuh perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi, sehingga ketiganya akan bahu – membahu, saling membantu dan bersinergi satu dengan yang yang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Karya-karya seni baik yang bersifat kebendaan maupun kecerdasan selain ditunjang oleh beragam gagasan keindahan dari seniman itu sendiri, juga akan Nampak dalam bukti-bukti kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknolog yang menunjukkan kesatupaduan IPTEKS sebagai hasil olah pikir, olah pisik dan olah jiwa manusia. Beberapa hasil karya IPTEKS yang mendukung dan berkaitan pengerti tersebut. Adalah : Candi Borobudur di Indonesia, Bangunan Taj Mahal di Inida, Pyramid di Mesir, Tembok china di Cina, Patung liberty di Amerika Serikat, Masjid Al-Maharamain sebagai masjid terbesar di Arab Saudi, Menara pizza di Itala, Barj Dubai sebagai gedung tetinggi dengan tinggi 828 Meter di Uni

Page 5: MATERI

Emirat Arab dan beberapa karya lainnya, dimana semuanya memperlihatkan kesatupaduan hasil karya IPTEKS yang luar biasa.

ASPEK ETIKA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI

Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat dikemukakan disini, dari sekian banyak teori tentang Erika yang terdapat dari beberapa literatur, yaitu :

1. Konsekuensialisme

Teori ini menjawab “ apa yang harus kita lakukan”, dengan memandang konsekuensi dari berbagai jawaban. Ini berarti bahwa yang harus idanggap etis adalahkonsekuensi yang membawa paling banyak hal yang menguntungkan, melebihi segala hal merugika, atau yang mengakibatkan kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Manfaat paling beasr dari teori ini adalah bawah teori sangat memperhatikan dampak actual sebuah keputusan tertentu dan memperhatikan bagaimana orang terpengaruh. Kelemahan dari teor ini bahwa lingkungan tidak menyediakan standar untuk mengukur hasilnya.

2. Deontologi

Teori Deontologi, berasal dari kata Yunani yaitu “deon” yang berarti “kewajiban”. Teori ini menganut bahwa kewajiban dalam mementukan apakah tindakannya bersifat etis atau tidak, dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis atau tidak, dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis atau tidak, dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis, bila memenuhi kewajiban atau berpegang pada tanggung jawabnya, jadi yang paling penting adlaah kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan, karena hanya dengan memperhatikan segi-segi moralitas ini dipastikan tidak akan menyalahkan moral. Manfaat paling besar yang dibawakan oleh etika deontologi adalah kejelasan deontologi tidak peka terhadap konsekuens-konsekuensi perbuatan oleh karena hanya pada kewajiban, yang mengarahkan seseorang terkadang tidak melihar beberapa aspek penting yang lain terhadap sebuah masalah.

Page 6: MATERI

3. Etika Hak

Teori ini memandang dengan menentukan hak dan tuntutan moral yang ada didlamanya, selanjutnya dilemma-dilema tertentu dipecahkan dengan hirarki hak. Yang penting dalam hal ini adalah tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Teori hak ini pantas dihargai terutama karena terkanannya pada nilai moral seorng manusia dan tuntutan moralnya dalam suatu situasi konflik etis. Selain teori ini juga menjelaskan tentang bagaimana konflik hak anat individu. Teori ini menempatkan hak individu dalam pusat perhatian yang menerangkan bagaimana memecahkan konflik hak yang biasa timbul

4. Intuisionisme

Teori ini berusaha mememcahkan dilemma-dilema etis dengan berpijak pada instuisi, yaitu kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah suatu baik atau buruk. Dengan demikian seorang instuisionis mengetahui apa yang baik dan apa yang bruk berdasarkan perasaan moralnya, bukan berdasarkan situasi, kewajiban atau hak. Dengan instuisi kita dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi tetapi kita tidak dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan. Etika menajdi acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan karena penghormatan atas manusia. Sebagaimana dikemukakan, filsuf Jerman, Imanuel Kant, penghormatan kepada martabat manusia adalah suatu keharusan karena manusia adalah satu-satunya mahluk yang merupakan tujuan dirinya, tidak boleh ditaklukkan untuk tujuan lain.

Menghadapi implikasi kemajuan peradaban manusia, IPTEKS sepertinya ditarik masuk kedalam rimba dilema. Sebagian ilmuan, teknologiawan dan seniman yang seruis segera mempertanyakan dan bahkan mengumpulkan maslah tagging jawab mereka manakla tiba pada masalah pemakaian hasil-hasil temuan IPTEKS. Penetapan ambang batas bahaya bagi suatu produk teknologi mencerminkan sekelumit kesadaran akan keterbatasan kemampuan para ilmuwan maupun teknologiwan betepa mereka sebetulnya tidak berkuasa penuh atas hasil karya mereka.munculnya film-film cerita mengenai robot hasil karya

Page 7: MATERI

ilmuwan yang akhirnya menjadi boomerang karena menghancurkan sendiri penemunya atau terjadi mekanisme teknologi diluar kontrolmanusia oenemuronot tersebut, penemu virus dan anti virus dalam karya bioteknologi, itu semua adalah sekelumit ilustrasi yang tidak asing bagi kita.

Pendapat sementara suatu pihak mengenai adanya kencendrungan meningkatnya keklahan manusia dibelakang musibah-musibah industry teknologi yang sering terjadi, lrbih mendorong lagi akan perlunya sistem pengawasan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal dalam pemakiain atau penerapan hasil-hasil IPTEKS. Semakin canggih penemuan karya ilmiah dalam Ilmpu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, semakin peka kemungkinan penemuan tersebut denga kesalahan, sehingga apabila tidak disertai sikap ektra hati-hati pada manusia, maka pemakaian produk teknologi tersebut akan dapat berdampak buruk bagi manusia.

Berkaitan dengan pembatasan etika atas ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Maka perlu jelas bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ailah cara memperoleh, carapengujian dan cara penggunaan IPTEKS pada saat penerapannya dengan pihak lain. Jadi pembatasan etis tersebut tidak berkaitan dengan lahirnya IPTEKS sebagai suatu kebenaran ilmiah. Sebagai contoh untuk menentuka bahwa 2 x 2 = 4, orang tidak perlu dibatasi oleh noma etis pada penentuannya, demikian pula halnta manakala ilmuan hendak menentukan kebenaran pada daun, dimana setelah dilakukan penelitian, pada daun terdapat sel-sel yang mengandung klorofil yang dapat melangsungkan proses fotosintesis. Namun jika berkaitan dengan pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir yang diperoleh dari temuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalahapakah produk IPTEKS tersebut menunjang kehidupan manusia, apakah produk tidak malah sebaliknya justru merusak kehidupan manusia, untuk menjawabnya dibutuhkan data-data objektif dan otenik dari hasil penelitian mengenai teknologi nuklirnya maupun daerah dimana pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan didirikan sebelum kita memutuskan baik atau tidaknya pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut apabila didirikan di daerah itu.

Page 8: MATERI

Para ilmuwan professional dari berbagai disiplin IPTEKS, pada dasarnya sepakat bahwa disetiap cabang ilmu, teknologi, dan seni diperluka seperangkat norma yang akan digunakan sebagai garis pembatas bagi pemberlakuan IPTEKS di lingkungan masyarakat. Ada yang mengharapkan agar norma-norma itu sepnuhnya merupakan tanggung jawab para ahli IPTEKS dan bebas dari pengaruh lembaga pemerintah, tetapi ada pula yang merasa perlu adanaya peranan lembaga pemerintah dalam penerapan norma-norma tersebut untuk memperoleh daya kebebasan dan kekuatan mengikat seluruh anggota masyarakat.

Manusia hanya berharap dengan tindakan yang bijak akan menghasilkan buah yang bermanfaat. Tindakan yang bijak lahir dari intuisi dan nurani yang memproyeksikan nilai-nilai tertentu, ketika berhadapan dengan teknologi. Tindakan yang bijak apabila tidak menolak mentah-mentah karya IPTEKS, tetapi diambil lalu dinali dan dikaji sehingga kita mampu menguasai bahkan menggunakan jika memang merupakan karya IPTEKS tersebut bersinergi dengan kemaslahatan manusia dan alam semesta.

SISTEM TATA NILAI DAN KEARIFAN LOKAL

Sebelum masuk kedalam hal bagaimana cara atau alternative yang mungkin dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negative IPTEKS, ada baiknya kita simak urain berikut ini. Jika kita berfikir tentang sensor bersikap dan bertindak, maka sitem nilai merupakan indicator perubahan yang paling menentukan, karena perubahan pada aspek yang lain akan diambil.

Sistem tata nilai merupakan standar normative yang mempengaruhi manusia dalam penetapan tindakan diantara beragam alternatif pilihan sesuai persepsinya. Sitem tata nilai secara esensi merupakan sikap (penilaian) berdasarkan suatu keyakinan terhadap suatu peristiwa atau gejala bahwa sesuatu itu akan menguntungkan atau merugikan bagi seseorang, kelompok atau lembaga dan seterusnya. Sistim tata nilai yang dimaksud adalah harus memiliki makna yang utuh baik duniawi maupun ukhrawi. Nilai-nilai duniawi secara dinamis diserahkan sepenuhnya kepada kita sebagai khalifah untuk menggali,

Page 9: MATERI

menghidupkan dan memeliharanya dan nilai-nilai ukhrawi adalah nilai-nilai Ilahiyah yang bersumber dari Tuahn Yang Maha Kuasa yang harus kita gali dan senergikan agar kita sebagai khalifah yang dititipi amanah secuil dari nilai-nilai Ilahiyah tersebut dapat memancarkannya dalam aktifitas kehidupan, sebagai wujud pertanggung jawaban kita.

Salah satu tata nilai adalah kearifan lokal yang akan memperkaya nilai-nilai kearifan nasional. Nilai-nilai keraifan lokal kita begitu beragam, mulai dari nilai-nilai kebaharian, nilai-nilai kejuangan, nilai-nilai senatunan, nilai-nilai kegotong royongan, dan lain-lain yang ternyata Negara kita Indonesia sangat kaya dan perlu dihidupkan agar dapat menginspirasi nilai-nilai kejuangan kita sebagai generasi penerus bangsa, di-era kemajuan IPTEKS sekarang ini.

CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS

Mungkin pencapaian optimal terhadap produk IPTEKS, perlu diambil ketimbang memaksimalkan hasil, karena tidak selamanya yang “baik atau benar” itu bermanfaat” atau mungkin juga kita menyempurnakakn kecerdasan artificial ke tingakt optimal ketimbang meningkatkan sesuai kompetensi dan kapasitas masing-masing dalam mempersepsikan dan memanfaatkan karya IPTEKS.

Berdasarkan uraian tersebut, maka jelas kiranya betapa pentingnya etika IPTEKS untuk membatasi pengaruh negatif IPTEKS terhadap manusia. Yang paling urgen adalah etika yang menyangkut hidup mati orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Etika akan lebih sempurna apabila didukung oleh agama, moralitas, social, hokum dan pendidikan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negative ipteks antara lain adalah :

1. Rehumanisasi

Mengembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteksmodern yang sangat cepat dengan berbagai cara. Kecepatan perkembangan ipteks sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-nilai agama, etika,hokum dan kebijakan dapat lebih lambat dari perkembangan ipteks, maka maslaah ini harus dapat perhatian khusus.

Page 10: MATERI

Artinya lebih jauh manusia harus dipandang cecara utuh baik lahir maupun batin sehingga pembangunan dan pengembangan IPTEKS selalu harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan kesejahtraan manusia seutuhnya antara lahiriyah dan batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karenanya semua pihak harus mengambil bagian dan berkontribusi positif didalamnya.

2. Kemampuan Memilih

Dengan makin banyaknya kebolehjadian yang diakibatkan oleh IPTEKS, maka timbul kesukaran dalam memilih, meskipun pilihan relatif lebih sedikit daripada kebolehjadian. Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Terkikisnya nilai-nilai menyebabkan menurunnya perbedaan antara yang mungkin dengan yang terjadi, bahkan mana yang bernar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk sudah susa di bedakan. Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring oleh nilai-nilai kemanusian, artinya prinsip dasar yang esensi dari suatu hal malah terabaikan. Etika yang didukung oleh aspek moral keagamaan, social, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya ,menentukan apa yang mungkin diteliti dan dikembangkan, kemudian tidak dilakukan jika tidak manusiawi, tidak adil, tidak bermoral, dan lain-lain.

3. Arah Perkembangan Kemajuan

Anomali yang ditumbulkan oleh perkembangan IPTEKS sekarang, akan mengakibatkan banyak ahli yang mempertanyakan apakah tepat cara-cara yang dipakai menuju kesejahtraan kuantitatif dan kemajuan material manusia. Hamper seluruh dunia meniru model kemajuan Negara barat dan timur itu hanya istilah dan yang terpenting adalah nilai-nilai yang baik dapat berasal dari barat dan timur. Beberapa ahli mengkonstalasi bawah penyediaan kebutuhan material berlebihan pun tidak akan membawa kebahagian dan kesejahtraan, bahkan sebaliknya menimbulkan dekomposisi lingkunga, dehumanisasi dan ketegangan-ketegangan dalam interrelasi unsur-unsur dalam ekosistem, termasuk diantara sesame manusia. Pada peringkat internasional dan hak asasi

Page 11: MATERI

bangsa-bangsa, jika gaya pkir baru tidak berhasil dikembangkan untuk hadapi masalah besar ini, maka masa depan yang kelam bagi umat manusia dan bumi kitatinggal menunggu waktu.

4. Revitalisasi

Perlunya upaya positif untuk mecegah distorsi biokultural yang berkelanjutan. Pembangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru dimasa depan, sehingga diperluka perisapan-persiapan yang menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhhi baik secara positif maupun negatif oleh faktor-faktor dalam maupun luar negri, oleh karena itu beberapa sikap pribadi yang paripurna harus demiliki demi memproteksi diri dari pengaruh negatif IPTEKS.

Page 12: MATERI

MAKALAH WAWASAN IPTEKS

INTEGRITAS DAN ASPEK ETIKA IPTEKS

KELOMPOK IX (SEMBILAN):

ARIFUDDIN (D22112277)

AJI AKBAR (D22112276)

ALFIAN AKBAR (D22112901)

NOVITASARI (D22112902)

WAHYUDIMAN A. (D22112903)

TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012