Materi 1 PJ Dan SIG

4

Click here to load reader

Transcript of Materi 1 PJ Dan SIG

Page 1: Materi 1 PJ Dan SIG

1

Penginderaan Jauh

dan

Integrasi Data Penginderaan Jauh dengan SIG

A. Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh atau Remote Sensing didefinisikan sebagai

proses atau teknik pengambilan atau pengumpulan data / informasi

mengenai sebuah fenomena, obyek atau benda dengan menggunakan

sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan bahan

kajian.

Alat yang dimaksud ialah alat yang pada waktu perekaman tidak

ada di permukaan bumi, tetapi di udara atau di angkasa. Karena itu

dalam perekaman tersebut menggunakan wahana (platform) seperti

satelit, pesawat udara, balon udara dan sebagainya. Sedangkan data

yang merupakan hasil perekaman alat (sensor) masih merupakan data

mentah yang perlu dianalisis. Untuk menjadi suatu informasi tentang

permukaan bumi yang berguna bagi berbagai kepentingan bidang ilmu

yang berkaitan perlu dianalisis dengan cara interpretasi.

Penginderaan jauh merupakan suatu metodologi yang digunakan

untuk mengkaji dari kejauhan tentang karakteristik fisik dan kimia dari

obyek. Satu hal menarik yang perlu dicatat bahwa pandangan,

Page 2: Materi 1 PJ Dan SIG

2

penciuman, dan pendengaran manusia adalah contoh bentuk dasar

penginderaan jauh.

Gambar 1. Wahana Penginderaan Jauh (Lindgren, 1985)

Perekaman objek dapat dilakukan, karena tenaga dalam bentuk

tenaga elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari ke segala

arah terutama ke permukaan bumi, tenaga tersebut dipantulkan dan

dipancarkan oleh permukaan bumi. Tenaga pantulan dan pancaran

tersebut direkam oleh alat yang disimpan oleh wahana.

B. Integrasi Data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi

Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem untuk

menyimpan, mengolah, mengelola dan menganalisis informasi

kebumian, serta menyajikan informasi tersebut secara efisien sesuai

dengan kebutuhan pengguna. SIG dewasa ini umumnya berbasis

teknologi Komputer.

Page 3: Materi 1 PJ Dan SIG

3

Proses integrasi data penginderaan jauh dan SIG dapat dijelaskan

sebagai berikut: dalam proses penginderaan jauh/remote sensing

dibutuhkan sumber energi elektromagnetik. Sumber tersebut

memberikan energi untuk interaksi dengan obyek. Setelah interaksi

dengan obyek, energi tersebut dipantulkan oleh obyek dan datanya

diterima oleh sensor. Data yg telah diterima oleh sensor dibedakan

menjadi 2 yaitu data analog dan data digital. Jika data analog maka

proses analisis informasinya dikenal dengan klasifikasi secara visual

dan hasilnya berupa peta dalam bentuk vektor. Jika data digital maka

proses analisinya menggunakan komputer yg dikenal dgn klasifikasi

secara digital dan hasilnya berupa peta dalam bentuk raster. Baik data

raster maupun digital dapat digunakan sebagai sumber data informasi

untuk input proses SIG selanjutnya misalnya untuk pengambilan

keputusan untuk suatu kegiatan. Selain itu dapat ditambahkan pula

informasi-informasi pendukung yang lain ke dalam proses SIG berupa

data atribut agar sesuai dengan tujuan pembuatannya.

Energi

Elektromagnetik

Interaksi dgn

obyek

Data diterima

oleh sensor

Data

analog

Datadigital

Klasifikasi visual

Klasifikasi digital

PetaRaster

PetaVektor

SIGHasil

Data

tambahan

Bagan alir proses integrasi data penginderaan jauh dengan SIG

Page 4: Materi 1 PJ Dan SIG

4

Salah satu contoh integrasi data penginderaan jauh dengan SIG

ialah pada proses pembuatan peta penggunahan lahan. Data hasil

penginderaan jauh seperti citra satelit diolah dan dikoreksi

menggunakan aplikasi komputer. Citra yang telah terkoreksi

diinterpretasikan dan dipadukan dengan data ground check. Kemudian

diklasifikasikan dan diproses secara kartografi hingga terbentuk peta

penggunaan lahan.

Peta

Topografi

Titik Kontrol

Tanah(GCP)

Survei

Lapangan

Sampling

Citra Satelit

Pra Pengolahan

Kor. Radiometrik

Registrasi

Kor. Geometrik

Klasifikasi/

Interpretasi

Penggunaan

Lahan

Proses Kartografi

Peta Penggunaan Lahan

Bagan alir proses integrasi data penginderaan jauh dengan SIG pada pembuatan peta

penggunaan lahan

Gambar 2. Hasil interpretasi citra pada peta penggunaan lahan