Mat A

15
TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI PALPEBRA DAN KONJUNGTIVA Anatomi Kelopak Mata (Palpebra) Kelopak mata (palpebra) mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak, terdapat bagian-bagian: 1. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, kelenjar Meibom pada tarsus. 2. Otot seperti: M. orbikularis oculi, M. Levala lakrimal. toglandur palpebra. Otot tersebut dipersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. 3. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. 4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 1

Transcript of Mat A

Page 1: Mat A

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PALPEBRA DAN KONJUNGTIVA

Anatomi Kelopak Mata (Palpebra)

Kelopak mata (palpebra) mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian

depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut

konjungtiva tarsal. Pada kelopak, terdapat bagian-bagian:

1. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada

pangkal rambut, kelenjar Meibom pada tarsus.

2. Otot seperti: M. orbikularis oculi, M. Levala lakrimal. toglandur palpebra.

Otot tersebut dipersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak

mata atau membuka mata.

3. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebra.

4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

5. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebrae.

6. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontalis n.V

sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Fungsinya :

a. memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior

b. Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata

c. Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea

d. Mencegah mata menjadi kering

1

Page 2: Mat A

e. Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal

Kelopak mata terdiri dari :

a. Suatu lapisan permukaan kulit

b. Otot-otot orbikularis

c. Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal)

d. Suatu lapisan epitel, konjungtiva, berlanjut sampai ke bola mata

Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng

tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau

perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).

Suatu otot polos dasar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi

pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika

persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis

ringan.

Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini

mengandung muara kelenjar minyak meibom yang terletak di lempeng tarsal.

Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada

kelopak mata atas dan bawah, dua pungtan kecil membentuk bagian awal sistem

drainase lakrimal.

Sistem drainase lakrimal, air mata mengalir pungtan atas dan bawah dan

kemudian ke dalam sakus lakrimalis melalui kanalikuli atas dan bawah.

Kanalikuli-kanalikuli membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus

lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Kegagalan

bagian distal duktus nasolakrimalis untuk membentuk saluran sempurna pada saat

lahir biasanya merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase

air mata merupakan suatu proses aktif. Tiap kedipan kelopak mata membantu

memompa air mata melalui sistem ini.

2

Page 3: Mat A

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin

bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.

2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan

dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Pada konjuntiva terdapat pembuluh darah :

Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjuntivabulbi

Arteri siliaris anterior atau episklera yang memberikan cabang:

Arteri episklera masuk kedalam bola mata dan arteri siliar posterior

longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar,

yang akan memperdarahi iris dan badan siliar.

Arteriperikornea, yang memperdarahi kornea.

Arteri episklera yang terletak di atas sklera,merupakan bagian arteri siliar

anterior yang memberikan perdarahan ke dalam bolamata.

Apabila terjadi pelebaran/vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah di atas

maka akan terjadi mata merah. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah

3

Page 4: Mat A

juga dapat terjadi akibat pecahnnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas

dan darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut sebagai

perdarahan subkonjungtiva.

B. DEFINISI

Blepharitis adalah suatu peradangan pada kelopak mata dan terjadi

dalamdua bentuk, anterior (bagian luar kelopak mata) dan posterior (bagian dalam

kelopak mata). Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihandi

dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai

oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit dan konjungtivitis

adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian

dalam kelopak mata yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan

eksudasi.

Blefarokonjungtivitis adalah peradangan pada kelopak mata dan

konjungtiva, berupa gatal pada mata dan ada krusta pada tepi kelopak mata.

C. PATOFISIOLOGI

Karena lokasinya, konjungtiva terpapar banyak mikroorganisme dan faktor

limgkungan lainnya yang menganggu. Patogen umum yang dapat menyebabkan

konjungtivitis seperti bakteri, virus menyebabkan inflamasi pada konjungtiva

sehingga pembuluh darah pada konjungtiva melebar sehingga mata tampak

merah. Mikroorganisme tersebut dapat menyebar ke daerah kelopak mata.

Kolonisasi bakteri pada mata karena adanya pembentukan minyak

berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan

yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini

mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar

kelopak mata, mengakibatkan kerusakan system imun atau terjadi kerusakan yang

disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari

tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan

kelainan fungsi kelenjar meibom.

4

Page 5: Mat A

D. ETIOLOGI

Blepharitis

Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik,

gangguan kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior

biasanya disebabkan karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang

menyerang bulu mata. Pada infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada 50%

pada pasien yang menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang tidak

memberikan gejala blefaritis namun ditemukan bakteri staphylococcus.

Infeksi staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar 95% pasien.

Blefaritis seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis

(meibomian blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar meibom. Kelenjar

meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu mata,

kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini

disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa menghambat penguapan air

mata, dan membuat permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu menjaga

struktur dan keadaan mata. Dermatitis seboroik dan rosesea keduanya

mempengaruhi glandula sebassea. Pada dermatitis seboroik, glandula sebasea

memproduksi secret berlebihan. Sedangkan pada rosea glandula sebasea dihambat

dan sekresi ke kulit. Ini menjelaskan hubungan ganguan kelenjar meibom dengan

dermatitis seboroik dan rosea.

Conjunctivitis

Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:

Infeksi olah virus atau bakteri

Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las

listrik atau sinar matahari.

5

Page 6: Mat A

Untuk kasus blepharoconjunctivitis yang merupakan gabungan dari

keduanya biasanya sering disebakan oleh infeksi dari staphilococcus. Untuk kasus

yang kronis blepharoconjunctivitis bisa juga disebakan oleh virus varicella-zoster

dan mollusca.

E. KLASIFIKASI

Conjunctivitis

a) Konjungtivitis Karena agen infeksi

b) Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

c) Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

d) Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

e) Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

f) Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

g) Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

Blepharitis

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:

Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,

tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan

oleh infeksi bakteri (staphyloccus blepharits) atau ketombe di kepala dan

alis mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan

karena alergi.

Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam,

bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat

disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang

berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya

lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu, dapat

pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.

Berdasarkan penyebab, blefaritis dibagi menjadi:

a) Blepharitis bakteri

b) Blepharitis virus

c) Blepharitis jamur

6

Page 7: Mat A

Blefarokonjungtivitis

a) Molluscum Contagiosum

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat

menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior,

dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang

mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,

berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas

molluscum kontagiosum.

b) Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas

sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah

khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah

ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian

berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal

penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah

sekuele.

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala blepharoconjunctivitis merupakan gabungan dari tanda

dan gejala conjunctivitis dan blepharitis.

1) Manifestasi klinis conjunctivitis

a. Subjekstif

Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas, berair, gatal, kadang kabur,

lengket waktu pagi

b. Objektif

7

Page 8: Mat A

Injeksi Konjungtiva

Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran

berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju

kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.

Folikel

Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira

1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai,

licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir

folikel yang naik kearah puncak folikel.

Papil raksasa (Coble-stone)

Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan

permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah

sentral.

Flikten

Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel

konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan

epitel mengalami nekrosis.

Membran

Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau

seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa

puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan

disebut pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi konjungtiva

dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar

diangkat, disebut membran.

2) Manifestasi klinis blepharitis

Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik

dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Blefaritis

bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan

kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi

pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. Mata

8

Page 9: Mat A

menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa terbentuk

keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata, jika keropeng dilepaskan,

bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika

bangun kelopak mata sukar dibuka.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak

mata dan konjungtiva. Banyak kasus blefarokonjungtiviitis dapat didiagnosa

dengan menanyakan tentang tanda, dan melakukan pemeriksaan mata serta

memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung seperti dermatitis seboroik dan

rosea.

H. PENATALAKSANAAN

Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik

yang sesuai. Pada blefaritis sering dilakukan kompres hangat. Pada infeksi ringan,

diberi antibiotik lokal sekali sehari pada kelopak dan kompres basah dengan asam

borat. Bila terjsdi blefaritis menahun, maka dilakukan penekanan manual kelenjar

meibum untuk mengeluarkan nanah. Pada blefaritis seborik, kelopak harus

dibersihkan dengan kapas lidi hangat, soda bikarbonat, atau nitras argenti 1%.

Dapat digunakan salep sulfonamid untuk aksi keratolitiknya. Kompres hangat

selama 5-10 menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan dengan sampo bayi.

Diberikan juga antibiotik sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau eritromisin 3x250

mg atau sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan pada infeksi virus bersifat

simtomatik, antibiotik diberikan bila etrdapat infeksi sekunder. Bila disebabkan

jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1mg gram sehari dengan

dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan sampai 1-2 minggu setelah gejala

menurun. Bila disebabkan kandida diberikan nistatin topikal 100.000 unit per

gram. Pada infeksi jamur sistemik, bila duisebabkan aktinomises atau nokarida

diobati dengan sulfonamid, penisilin, atau antibiotikspektrum luas. Amfoterisin B

diberikan untuk histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis dan lainnya.

9

Page 10: Mat A

I. PROGNOSIS

Pada blepharoconjunctivitis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan

terapi.

10