Mastitis

59
MASTITIS Definisi Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Mastitis infeksi dapat terjadi ketika bakteri memasuki payudara sementara menyusui. Puting susu dapat menjadi retak atau sakit akibat menyusui. Epidemiologi a. Insiden Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian mastitis laktasi berkisar 4-27% wanita menyusui Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca melahirkan setelah ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, sekitar sepertiga dari kasus-kasus ibu menyusui jangka panjang terjadi setelah bayi berusia 6 bulan. Etiologi Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat

description

fgdduffyfufnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyytttttttttttttttttttttttttttttrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrdddddddddddddddddddddddddddddddddddddiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuupppppppppppppppppppppppppppppppppppppkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq

Transcript of Mastitis

MASTITIS

DefinisiMastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak

disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Mastitis infeksi dapat terjadi ketika bakteri memasuki payudara sementara menyusui. Puting susu dapat menjadi retak atau sakit akibat menyusui.

Epidemiologi

a. Insiden

Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian mastitis laktasi berkisar 4-27% wanita menyusui

Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca melahirkan setelah ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, sekitar sepertiga dari kasus-kasus ibu menyusui jangka panjang terjadi setelah bayi berusia 6 bulan.

Etiologi

Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri. Thomsen dan kawan-kawan pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri

dalam ASI dari payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut ini :

- stasis ASI

- inflamasi noninfeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

- mastitis infeksiosa.

Pada studi acak, mereka menemukan bahwa stasis ASI (1eukosit <106

dan bakteri <103) membaik hanya dengan terus menyusui. Mastitis noninfeksiosa (leukosit >106 dan bakteri <103) membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui, tanpa diobati, gejala inflamasi berlangsung 7 hari, 50% berkembang menjadi mastitis lanjutan, dan hanya 21% kembali ke laktasi normal. Bila payudara sering dikosongkan oleh laktasi lanjutan, gejala berlangsung 3 hari, dan 96% kembali ke laktasi normal. Mastitis infeksiosa (leukosit >106 dan bakteri >103) hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Keterlambatan terapi menyebabkan pembentukan abses pada 11% kasus, dan hanya 15% kembali ke laktasi normal. Sering mengosongkan payudara yang terinfeksi dengan perawatan lanjut mengurangi resiko pembentukan abses, namun hanya 51% kembali ke laktasi normal. Terapi antibiotik tambahan meningkatkan kembali laktasi normal pada 97% dengan resolusi gejala dalam 21 hari. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis noninfeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses.

Berikut ini keterangan mengenai 2 penyebab utama mastitis :

a. Stasis ASI

Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau saat bayi tidak mengisap ASI, yang dihasilkan oleh sebagian

atau seluruh payudara. Penyebabnya termasuk pengisapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang mempengaruhi predisposisi terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih. Berikut faktor-faktor penyebab stasis asi :

1. Bendungan payudara

Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga stasis ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi adalah sarana pengeluaran ASI yang efektif.

2. Frekuensi menyusui

Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar menyusui semakin lama.

3. Pengisapan pada payudara

Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis. Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu

menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.

4. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien

Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan bahwa pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan stasis ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui.

5. Faktor mekanis lain

- Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-

pecah. Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan predisposisi untuk mastitis.

- Penggunaan dot atau botol dan puting karet berkaitan dengan puting luka saat pulang dari rumah sakit. Penggunaan dot juga berkaitan dengan pengisapan yang tidak tepat pada payudara, bendungan, dan pengurangan frekuensi dan durasi rnenyusui. Lagipula, dot rnengganggu pengeluaran ASI dan merupakan predisposisi untuk stasis ASI.

- Pakaian yang ketat dan posisi tidur telungkup dapat merupakan penyebab.

b. Infeksi

1. Organisme penyebab infeksi

Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staph. albus, kadang-kadang ditemukan Escherichia coli dan Streptococcus, dan organisme infeksi streptokokal neonatus ditemukan pada sedikit kasus. M.tuberculosis adalah penyebab mastitis lain yang jarang ditemukan. Dalam populasi yang endemik tuberkulosis, M.tuberbulosis dapat ditemukan pada kira-kira 1% dari kasus mastitis dan berkaitan dengan beberapa kasus tonsillitis tuberkulosis pada bayi.

Bakteri sering ditemukan dalam ASI dari payudara yang asimtomatik di negara-negara industri dan berkembang. Spektrum bakteri sering serupa dengan yang ditemukan di kulit. Berdasarkan penelitian, hanya 50% biakan AS1 bersifat steril, sedangkan yang lain menunjukkan hitungan koloni "normal" dari 0-2.500 koloni per ml. Oleh karena itu, adanya bakteri dalam ASl tidak selalu menunjukkan terjadinya infeksi, bahkan bila bakteri bukan kontaminan dari kulit.

2. Kolonisasi bakteri pada bayi dan payudara

Kolonisasi bakteri pada bayi dan payudara adalah proses normal yang terjadi segera setelah lahir. Saluran susu ibu dan nasofaring bayi terkolonisasi oleh berbagai organisme, beberapa di antaranya potensial bersifat patogenik, seperti Staph. aureus. Namun, kehadiran bakteri-bakteri tersebut tidak dengan sendirinya menyebabkan mastitis. Bila ibu melakukan kontak yang erat dengan bayinya segera setelah lahir, ibu memindahkan organisme saluran napas dan kulit dari strainnya kepada bayinya. Organisme ini tumbuh dan membentuk populasi pada usus, kulit, dan saluran napas bayi. Bila organisme flora komensal terbentuk, pertumbuhan bakteri patogen terhambat. Proses ini, dikenal sebagai interferensi bakterial, telah di gunakan secara luas pada keadaan klinis untuk mencegah dan mengendalikan wabah infeksi bentuk Staph.aureus yang lebih virulen. Karena itu, dukungan untuk menyusui dan memeluk, kontak kulit dini antara ibu dan bayinya, dan rawat gabung, merupakan cara yang paling alami dan efisien untuk mencegah penyebaran infeksi, termasuk penyebaran organisme yang bertanggung jawab untuk mastitis.

3. Rute infeksi

Bagaimana infeksi memasuki payudara belum diketahui. Beberapa jalur telah diduga, yaitu melalui duktus laktiferus ke dalam lobus, dengan penyebaran hematogen dan melalui fisura puting susu ke dalam sistem limfatik periduktal. Frekuensi fisura puting susu telah dilaporkan meningkat dengan adanya mastitis. Mastitis dan puting pecah-pecah terjadi bersamaan karena keduanya dapat

mengakibatkan pengisapan yang buruk pada payudara, selain itu, seringkali fisura menjadi titik masuk infeksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan risiko mastitis. Faktor-faktor tersebut kurang penting bila dibandingkan dengan teknik menyusui, yaitu pengisapan yang baik dan pengeluaran ASI yang efektif.

1. Umur

Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita di bawah usia 21 dan di atas 35 tahun. Studi lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tertinggi, bahkan bila paritas dan kerja purnawaktu telah dikontrol.

2. Paritas

Primipara ditemukan sebagai faktor risiko pada beberapa studi.

3. Serangan sebelumnya

Terdapat bukti yang kuat bahwa serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang. Pada beberapa studi, 40-54% wanita pernah menderita satu atau lebih serangan sebelumnya. Hal ini merupakan akibat dari teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

4. Gizi

Faktor gizi sering diduga sebagai predisposisi untuk mastitis, termasuk asupan garam dan lemak yang tinggi, dan anemia, tetapi bukti yang ada bersifat inkonklusif. Gizi yang buruk juga telah diduga, khususnya status mikronutrien yang buruk.

5. Stres dan kelelahan

Stres dan kelelahan maternal sering dikaitkan dengan mastitis. Ibu dengan mastitis tingkat stres dan kelelahan menjadi faktor utama yang mengarah ke infeksi.

6. Pekerjaan di luar rumah

Bekerja purnawaktu di luar rumah berkaitan dengan peningkatan risiko mastitis. Penjelasan yang diajukan adalah akibat stasis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat.

7. Faktor lokal dalam payudara

Faktor seperti jenis kulit, reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, dan pemajanan terhadap suhu dingin tidak tampak mempengaruhi insiden mastitis. Beberapa prosedur seperti penggunaan krim puting susu untuk mencegah mastitis masih tetap bersifat spekulatif. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa ukuran payudara meningkatkan risiko mastitis.

8. Trauma

Trauma pada payudara karena penyebab apa pun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

9. Puting pecah-pecah, nyeri puting

Kerusakan pada epidermis memberikan jalan masuk ke jaringan payudara, meskipun kerusakan bukan prasyarat untuk infeksi payudara. Mastitis dari puting susu yang luka biasanya terjadi di beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

10. Saluran tersumbat

Beberapa wanita berulang kali berkembang menjadi saluran tersumbat, beberapa di antaranya menyebabkan infeksi penuh. Sumbatan ini terlihat sebagai “kepala" putih dan terasa tekanan dan tegang disekitar sumbatan.

Pijat yang lembut di atas daerah yang tegang ketika bayi menyusui dari payudara dapat membantu, terutama jika sumbatan baru saja terbentuk.

11. Pasokan susu yang banyak dan / atau penurunan jumlah menyusui

Perempuan dengan pasokan susu yang berlimpah lebih menyebabkan saluran tersumbat dibandingkan dengan pasokan normal.

12. Pembesaran dan stasis

Penurunan frekuensi menyusui menyebabkan pembengkakan atau stasis susu. Jarang menyusui dan stasis susu sering dikaitkan dengan mastitis.

13. Pemakaian bra yang ketat dan posisi tidur, dapat menghambat sirkulasi ASI

Patologi dan gambaran klinis

a. Bendungan

Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis, dan dengan pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun, dapat berkembang menjadi bendungan, dan kedua kondisi ini sering membingungkan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematous. Payudara penuh yang bersifat fisiologis maupun penuh karena bendungan, biasanya mengenai kedua payudara. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting,yaitu:

- payudara yang perih terasa panas, berat, dan keras. Tidak terlihat mengkilat,edema, atau merah. ASI biasanya mengalir dengan lancar, dan

kadang-kadangmenetes keluar secara spontan. Bayi mudah mengisap dan mengeluarkan ASI.

- payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudaradapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susuteregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit untukmengisap ASI sampai pembengkakan berkurang. Wanita kadang-kadang menjadidemam. Walaupun demikian, demam biasanya hilang dalam 24 jam.

b. Sumbatan saluran payudara

Stasis ASI lokal, mempengaruhi sebagian payudara, seperti sebuah lobus, sering menunjukkan sumbatan saluran payudara. "Bendungan payudara fokal", atau "saluran payudara tersumbat” merupakan istilah lain yang kadang-kadang digunakan. Kondisi ini dianggap akibat dari obstruksi benda padat, tetapi dapat pula hanya akibat pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara tersebut. Tanda klinis berupa benjolan yang sangat nyeri pada satu payudara, sering dengan bercak kemerahan pada kulit di atasnya. Hanya sebagian dari satu payudarayang terkena. Wanita biasanya tidak demam dan merasa sehat.

Beberapa wanita dengan sumbatan saluran ASI melaporkan adanya bahan partikel pada air susu yang diperas. Pada kasus ini mungkin terdapat sumbatan sejati pada saluran ASI. Gejala hilang dengan cepat ketika materi partikel yang keras dikeluarkan, dan ASI keluar dari bagian payudara yang terkena. Granula putih yang dapat ditemukan pada ASI yang terkumpul diduga terbentuk dari campuran kasein dan materi lain yang mengeras oleh garam yang mengandung kalsium. Materi yang tampak berlemak atau seperti benang, kadang-kadang berwarna coklat atau kehijauan, juga kadang-kadang keluar dari saluran yang tampak tersumbat, diikuti dengan hilangnya gejala. Kondisi yang berhubungan adalah tampaknya bintik putih pada ujung puting susu, biasanya berdiameter sekitar 1 mm pada bagian

payudara dengan saluran yang tersumbat. Bintik putih dapat sangat nyeri selama pengisapan. Sumbatan cepat hilang bila bintik putih dibuang, misalnya, dengan menggunakan jarum steril atau diusap dengan handuk. Bintik putih diduga akibat pertumbuhan epitel yang berlebihan (membentuk sebuah bula), atau akumulasi materi partikel atau berlemak. Keadaan lain yang tidak lazim berhubungan adalah galaktokel. Galaktokel adalah kista yang terisi susu, diduga merupakan perkembangan dari saluran ASI yang tersumbat. Galaktokel timbul sebagai pembengkakan yang bulat licin pada payudara, awalnya hanya terisi dengan susu, kemudian dengan materi yang kental seperti krim bila cairan diabsorbsi. Bila pembengkakan diperas, cairan seperti susu dapat keluar dari puting susu. Diagnosis dapat dibuat dengan aspirasi atau ultrasound. ASI dapat diaspirasi, tetapi kista biasanya terisi lagi setelah beberapa hari, dan diperlukan aspirasi ulangan. Galaktokel dapat dibuang secara bedah dengananestesi lokal. Menyusui tidak perlu dihentikan.

c. Mastitis noninfeksiosa

Bila ASI tidak dikeluarkan dari sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan akhirnya berhenti. Namun, proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons peradangan. Sitokin, baik inflamasi dan antiinflamasi normal ditemukan dalam ASI. Sitokin antiinflamasi dan faktor-faktor lain diduga merupakan pelindung bayi, tetapi sitokin inflamasi, seperti interleukin-8 (IL-8), mungkin lebih penting sebagai pelindung payudara terhadap infeksi. Peningkatan kadar IL-8 ditemukan dalam payudara selama mastitis, dan merupakan tanda respon inflamasi telah terjadi. Sebagai bagian dari respons inflamasi, jalur paraseluler, yang berhubungan erat, dengan sel pensekresi ASI di alveoli payudara terbuka, sehingga menyebabkan bahan-bahan dari plasma masuk ke dalam ASI, terutama imunoprotein dan natrium. Pada saat yang sama, peningkatan tekanan dalam saluran ASI dan alveoli dapat

menyebabkan substansi tersebut kembali masuk ke jaringan sekitar. Sitokin dari ASI dapat menginduksi respons inflamasi di dalam jaringan sekitar, dan sitokin juga membantu komponen lain menginduksi reaksi antigen. Inflamasi juga bertanggung jawab terhadap tanda dan gejala mastitis. Sebagian payudara sangat nyeri, merah, membengkak, dan keras. Biasanya hanyasatu payudara yang terkena. Wanita sering demam dan merasa tidak sehat. Namun,

dalam penelitian diamati bahwa sepertiga sampai setengah wanita dengan mastitis hanya memiliki tanda lokal. Jalur paraseluler yang terbuka mengakibatkan perubahan komposisi ASI, kadar natrium dan klorida meningkat, dan kadar laktosa dan kalium menurun. ASI berubah rasa menjadi lebih asin dan kurang manis. Biasanya rasa asin ini bersifat sementara, berlangsung kira-kira satu minggu. Kadang-kadang payudara kurang digunakan, dan stasis ASI serta perubahan rasa menetap. Namun, kondisi ini bersifat reversibel, dan setelah kehamilan berikutnya, payudara yang terkena kembali berfungsi normal.

d. Mastitis subklinis

Mastitis subklinis didiagnosis dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam ASI, dan peningkatan konsentrasi interleukin-8 (IL-8), bila tidak ditemukan mastitis secara klinis. Peningkatan kadar natrium dan IL-8 diduga menunjukkan bahwa sedang terjadi respons inflamasi,walaupun tidak ada tanda klinis. Mastitis subklinis sering ditemukan pada wanita di Banglades, Tanzania, Malawi, dan Afrika Selatan. Peningkatan rasio natrium-kalium dalam ASI juga telah diamati berhubungan dengan pertambahan berat badan yang buruk pada bayi, dan bila makanan tambahan yang diberikan pada bayi, atau bila frekuensi menyusui berkurang, sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai di bawah 400 ml per hari. Hal ini menunjukkan bahwa mastitis subklinis dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, dan bahwa mastitis subklinis agak sering terjadi pada situasi

terscbut. Morton pada tahun 1994 menemukan bahwa pemberian bimbingan yang benar pada ibu bayi berusia di atas satu bulan, termasuk membantu mereka agar bayi dapat mengisap payudara dengan baik, berhubungan dengan perbaikan laktasi dan penurunan kadar natrium ASI yang meningkat.

d. Mastitis infeksiosa

Mastitis infeksi terjadi bila stasis ASI tidak sembuh, dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respons inflamasi kalah. Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, harus terdapat kondisi yang mencegah payudara untuk menghancurkan dan mengeliminasi bakteri. Aliran ASI alami sepanjang saluran payudara, bila dikeluarkan secara efisien, diharapkan akan menghanyutkan bakteri keluar dari payudara. Pengeluaran ASI yang tidak efisien, yang menyebabkan akumulasi ASI, membuat suatu keadaan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri, dan proses antiinfeksi dapat kalah. Tanda dan gejala mastitis infeksiosa, seperti yang telah didiskusikan diatas, tidak mungkin dibedakan dari mastitis noninfeksiosa. Biasanya sebagian dari satu payudara menjadi merah, sangat nyeri, membengkak, dan keras, dan mungkin terdapat beberapa gejala umum, seperti demam dan malaise. Tanda yang menyertai mungkin adalah puting pecah-pecah. Mastitis infeksiosa telah diklasifikasikan oleh beberapa penulis dalam beberapa cara. Pertama, berdasarkan tempat, yaitu: mastitis superfisialis dan mastitis intramamaria yang terletak pada jaringan kelenjar itu sendiri (parenkimatosa) atau pada jaringan ikat payudara (interstisial). Kedua berdasarkan pola epidemiologis

yaitu epidemik atau sporadik. Penghitungan sel dan koloni bakteri berguna untuk membedakan antara mastitis infeksiosa dan noninfeksiosa. Biakan ASI dapat membantu menentukan organisme penyebab infeksi, bila ada, dan sensitivitasnya terhadap antibiotik. Bila biakan tidak mungkin dilakukan secara rutin, dapat dilakukan secara selektif pada:

- mastitis yang didapat di rumah sakit, atau kasus berat atau kasus yang tidak biasa

- ketiadaan respons terhadap antibiotik dalam dua hari;

- mastitis berulang.

Mastitis berulang dapat diakibatkan oleh pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat terhadap kondisi awal atau teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki. Kadang-kadang terdapat keadaan payudara yang menyebabkan drainase yang buruk pada sebagian payudara, seperti kelainan saluran payudara, kista atau tumor, yang harus diidentifikasi dan diobati dengan baik.

Gejala

a. Bengkak,nyeri seluruh payudara atau nyeri lokalb. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya lokalc. Payudara keras dan berbenjol-benjol d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak

seperti pecah-pecah.e. Badan demam seperti terserang fluf. Menggigil (deman malaise)g. Nyeri tekan pada payudara h. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:

1) Nyeri bertambah hebat dipayudara2) Kuli diatas abses mengkilap3) Suhu tubuh (39 – 40 C )4) Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara.sakit,seolah bayi

tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.

JenisMastitis ada 2 berdasarkann waktunya yaitu:

a. Mastitis gravidarum.b. Mastitis puerperalis

Penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.Sedangkan mastitis berdasarkan tempatnya dapat dibedakan menjadi:

a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses

ditempat itu.c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

Tingkat MastitisTingkat mastitis ini ada 2 yaitu:

a. Tingkat awal peradangan (non infeksi).

Pada tingkatan ini mastitis sering diakibatkan oleh bendungan ASI. Hal ini terjadi karena proses menyusui yang tidak berjalan dengan baik, dimana bayi tidak secara maksimal mendapatkan ASI. Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat, taraf ini cukup memberi penyangga pada mammae itu dengan kain tiga segi, agar tidak menggantung yang memberika rasa nyeri, dan disamping itu perlu diberikan antibiotika.Dalam hal antibiotika dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang dibiakkan dan diperiksa resistensinya terhadap antibiotika ternyata banyak yang resistensi terhadap penisilin dan streptomisin. Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh mengemukakan bahwa stafilokokus aureus yang dibiakkan, 93% resisten terhadap penisilin dan 55% terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak resisten terhadap linkosin dan oksasilin, yang diberikan 500 mg setiap 6 jam selama 7-10 hari dan kalau ternyata alergis terhadap obat-obat ini, eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantu agar ibu tetap meneteki, dianjurkan untuk menyangga payudaranya dan melakukan kompres hangat sebelum meneteki

untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol 500 mg dan ibu perlu dievaluasi selama 3 hari.

b. Tingkat abses (infeksi)

Infeksi payudara dapat berlanjut menjadi abses. Dari tingkat radang ke abses berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala abses ini pada ibu yang menderita mastitis infeksi adalah warna kulit menjadi merah, nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi (39-400C), sehingga ibu mengalami demam, dan pada pemeriksaan ada pembengkakan, dan dibawah kulit teraba cairan. Dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu yang sebelah itu campur nanah. Didaerah payudara ini akan terlihat daerah kemerahan yang jelas. Meskipun demikian laktasi tidak harus disupresi karena mastitis. Ibu harus didorong untuk selalu mengeluarkan ASInya dengan menggunakan pompa atau secara manual, karena tindakan mempertahankan aliran ASI akan mengurangi jumlah mikroorganisme. Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol bila perlu dan lakukan evaluasi selama 3 hari. Berikan antibiotika kloksasilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Lakukan insisi. Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera. Anestesia umum dianjurkan. Tampon dan drain dilepaskan setelah 24 jam, ganti dengan tampon kecil. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang.

Diagnosis

Dokter mendiagnosis mastitis berdasarkan anamnesis tentang gejala-gejala yang dialami, riwayat sebelumnya, dan pemeriksaan fisik. Tanda lainnya yang cukup jelas adalah adanya bentuk prisma segitiga tidak beraturan

(wedge ) pada payudara, yang sakit bila disentuh. Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada abses (komplikasi yang timbul bila mastitis tidak ditangani dengan tepat). Jika diagnosis sulit, belum pasti atau terjadi mastitis rekuren dapat dilakukan pemeriksaan:

- Kultur ASI atau cairan puting

- Biopsi pada daerah yang terkena

- Ultrasound payudara

- Mammogram atau x-ray

Kultur ASI, menyediakan koloni bakteri untuk bertumbuh. Identifikasi bakteri penyebab dapat dilihat melalui mikroskop. Pada saat yang sama tes dapat dilakukan untuk menentukan antibiotik apa yang paling efektif untuk melawan bakteri penyebab.

Penanganan

Untuk menangani setiap kondisi yang telah didiskusikan, penting untuk:

1. Menganamnesis ibu, untuk mempelajari adanya penyebab nyata untuk kesulitan ibu, atau faktor predisposisi.

2. Mengamati cara menyusui, dan mengkaji apakah teknik ibu menyusui dan isapan bayi pada payudara memuaskan, dan bagaimana hal itu dapat diperbaiki.

Sumbatan saluran payudara

Penanganan dilakukan dengan memperbaiki pengeluaran ASI, dan mencegah obstruksi aliran ASI.

- Pastikan bahwa bayi mempunyai posisi dan isapan yang baik. Beberapa penulis menganjurkan menggendong bayi dengan dagu mendekati bagian payudara yang terkena, untuk mempermudah pengeluaran ASI dari bagian tersebut, sedangkan yang lain secara umum mempertimbangkan perbaikan pengisapan yang adekuat.

- Jelaskan perlunya menghindari semua yang dapat menyumbat aliran ASI, seperti pakaian yang ketat, dan yang menyangga payudara terlalu dekat dengan puting susu.

- Mendorong ibu untuk menyusui sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan.

- Menyarankan ibu untuk menggunakan panas basah (misalnya, kompres hangat

atau pancuran hangat)

Kadang-kadang, teknik tersebut tidak menghilangkan gejala. Hal ini disebabkan adanya materi partikel yang menyumbat saluran. Pemijatan payudara, menggunakan gerakan jempol yang keras pada benjolan ke arah puting susu mungkin membantu. Namun, hal ini harus dilakukan dengan lembut, karena jika jaringan payudara meradang, pemijatan, kadang-kadang, memperburuk situasi. Bila terlihat bintik putih pada ujung puting susu, bintik tersebut harus disingkirkan, dengan kuku, kain kasar, atau dengan bantuan jarum steril.

b. Mastitis

Jika dengan semua usaha pencegahan, mastitis tetap terjadi, maka ia harus ditangani dengan cepat dan adekuat. Bila penanganan ditunda, penyembuhan kurang memuaskan. Terdapat peningkatan risiko abses payudara dan kekambuhan. Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah:

1. Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ia mungkin telah mendapat nasihat yang membingungkan dari petugas kesehatan, mungkin disarankan untuk berhenti menyusui, atau tidak diberi petunjuk apapun. Ia dapat menjadi bingung dan cemas, dan tidak ingin terus menyusui. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya, dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya. Ia memerlukan dukungan bahwa perlu sekali untuk berusaha melampaui kesulitan ini. Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui atau memeras ASI dari payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus-menerus dan bimbingan sampai ia benar-benar pulih.

2. Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting. Antibiotik dan terapi simtomatik membuat wanita merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi kondisi tersebut akan memburuk atau berulang walaupun sudah diberikan antibiotik kecuali pengeluaran ASI diperbaiki.

- Bantu ibu memperbaiki pengisapan bayi pada payudara,

- Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa

pembatasan.

- Bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas,

sampai menyusui dapat dimulai lagi.

3. Terapi Antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada:

- hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi

- gejala berat sejak awal

- terlihat puting pecah-pecah

- gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki.

Antibiotik yang tepat harus digunakan, Antibiotik B-laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staph. aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin atau amoksisilin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensitivitas bakteri antibiotik ditentukan. Antibiotik terpilih harus diberikan dalam jangka panjang. Saat ini dianjurkan pemberian 10-14 hari oleh kebanyakan ahli. Pemberian jangka pendek berkaitandengan insiden kekambuhan yang tinggi.

Antibiotik untuk pengobatan mastitis infeksiosa

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg tiap 6 jam

Dikloksasilin 125-500 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam

4. Terapi Simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang tepat. Istirahat sangat penting dipertimbangkan dan seharusnya ditempat tidur jika mungkin. Selain membantu ibu sendiri, tirah baring dengan bayinya sangat berguna untuk meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu. Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu minum cukup cairan.

Diagnosis Banding

a. Saluran susu tersumbat

Benjolan pada payudara tegang tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik, dapat sembuh setelah kompres hangat dan pijat. Saluran tersumbat dapat menyebabkan galaktokel, kista awalnya diisi dengan susu tapi bisa dikonversi ke suatu zat. Ini bisa diobati dengan kompres hangat dan pijat tetapi mungkin memerlukan perawatan ultrasound atau aspirasi jarum.

b. Pembengkakan payudara

Biasanya bilateral, ketegangan seluruh payudara, sering terjadi 2-4 hari setelah melahirkan dan berhubungan dengan demam ringan. Dapat diobati dengan penerapan kompres hangat diikuti dengan tangan atau pompa ekspresi dari susu dan menyusui-lanjutan.

c. Inflamasi kanker payudara

Suatu bentuk yang jarang dari kanker payudara yang hadir dengan payudara tegang dan perubahan kulit payudara.

d. Abses payudara

Payudara yang laktasi, seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan, panas, dan edema pada kulit di atasnya. Pada kasus yang terlambat ditangani, benjolan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis.

ABSES PAYUDARA

Terbentuknya abses diakibatkan terjadi proses peradangan pada payudara. Namun, peradangan payudara jarang ditemukan dan selama stadium akut biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di bagian yang terkena.

EPIDEMIOLOGI

Terjadinya infeksi pada wanita yang tidak menyusui jarang terjadi. Abses subareolar berkembang pada wanita muda atau paruh baya yang tidak menyusui.

ETIOLOGI

Infeksi stafilokokus dapat menyebabkan terbentuknya abses tung gal atau multiple dan juga terdapat perubahan peradangan akut klinis khas jika abses terletak dekat permukaan. Apabila abses culup besar setelah sembuh akan membentuk suatu focus residual parut yang teraba sebagai indurasi local. Infeksi streptokokus umumnya menyebar ke seluruh payudara, menimbulkan nyeri, pembengkakan mencolok, nyeri tekan payudara. Apabila mereda tidak seperti pada infeksi stafilokokus yang meninggalkan jaringan residual, infeksi streptokokus tidak.

PATOGENESIS

Adapun patogenesis dari abses payudara adalah luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) pengeluaran susuterhambat à produksi susu normal penyumbatan duktus  terbentuk abses.

Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara : Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadangbisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : 1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya

infeksi. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang. 2. Terdapat gangguan system kekebalan. Abses Payudara merupakan

komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara(mastitis). Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara. 

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :1. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh,

membengkak danadanya nyeri tekan).2. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit

biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebihputih karena kulit diatasnya menipis.

3. Area akan terlihat kemerahan, agak keras, dan muncul indurasi pada payudara.

4. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.5. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung

nanah)6. Gatal-gatal

DIAGNOSIS

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalamseringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasilpemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi ataubiopsy payudara.

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlahsel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukanpemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.

TATALAKSANA

Meliputi:

1. Aspirasi (dengan atau tanpa bantuan USG)

2. Insisi

3. Penyaliran

Bila abses telah terbentuk, pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara insisi atau penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum. Tetapi juga dapat dilakukan dengan aspirasi, dengan bantuan ultrasound bila tersedia. Ultrasound berguna sebagai alat diagnosis abses payudara dan dengan dilakukan secara menyeluruh, aspirasi pus dengan bantuan ultrasound dapat bersifat kuratif. Hal ini mempunyai efek yang kurang nyeri dan melukai jika dibandingkan dengan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anestesi local, sering dilakukan pada pasien rawat jalan.

Pengobatan sistemik dengan antibiotic sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Namun, antibiotic saja tanpa pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Hal ini disebabkan karena dinding abses melindungi bakteri pathogen dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan yang terinfeksi.

Untuk menjamin agar pemberian ASI yang baik terus berlangsung, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut :

Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan Bayi dapat terus menyusui dari payudara yang sehat Saat ibu menjalani pembedahan , bila sekiranya ibu tidak dapat

menyusui selama lebih dari 3 jam, maka bayi sebaiknya diberi makanan lain

Sebagai bagian dari persiapan bedah, ibu dapt memeras ASInya dari payudara yang sehat, dan diberikan ke bayi dengan menggunakan cangkir saat ibu dalam pengobatan

Segera setelah ibu sadar kembali (bila diberikan anestesi umum) atau segera setelah pembedahan selesai, ibu dapat menyusui kembali pada payudara yang sehat

Segera setealah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapt kembali menyusui dari payudara yang terkena.

Bila pada mulanya bayi tidak mau mengisap dari payudara yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali

Bila produksi ASI pada payudara yang terkena berhenti, pengisapan merupakan jalan yang paling efektif untuk merangsang peningkatan produksi

Untuk sementara waktu, bayi dapat terus menyusu dari payudara yang sehat, hingga payudara yang terkena pulih kembali.

PENCEGAHANMenurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila

menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.

 Terapi bedahBila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat

dilakukan insisi dan penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara.  Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus  dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani  rawat jalan.

Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari

pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan terinfeksi

Dukungan untuk menyusui 

Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini. Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut:1.  Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan2.   Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat3.  Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain.4.   Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.5.   Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar yang sehat.6.   Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini.7.  Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan

beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang baik.8.  Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.9.  Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif untuk merangsang peningkatan produksi.11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.

Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :a.  Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife.b.  Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .

c.  Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.

d.   Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila puting bernanah  atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat

e.   Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan.

f.  Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.

g.   Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI

h.   Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan.

i.   Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara  mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting susu sakit dan infeksi pada payudara.

j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.

k.  Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.

GINEKOMASTIA

Ginekomastia merupakan pembesaran kelenjar payudara pada laki-laki yang disebabkan

proliferasi dari sel kelenjar payudara, sel fibroblast dari stroma dan jar adipose.

Etiologinya adalah ketidakseimbangan antara hormone estrogen dengan hormone androgen pada

laki-laki dimana aktivitas hormone estrogen lebih besar dan terjadi peningkatan sinsitivitas

reseptor terhadap hormone estrogen yang menyebabkan pembesaran jaringan payudara.

Ginekomastia dapat terjadi pada pubertas dan usia lebih tua dan penyebabnya ialah pengaruh

estrogen yang berlebihan, biasanya dari kelenjar adrenal. Ginekomastia terjadi karena adanya

hiperestrinisme, yaitu bila:

-          Penghancuran estrogen terganggu

Pada penderita sirosis hepatis fungsi hati berkurang sehingga terjadi peninggian kadar estrogen

dalam darah.

-          Fungsi androgen berkurang

Karena fungsi androgen testis berkurang maka secara relatif estrogen bertambah. Ditemukan

pada usia lanjut dan pada sindrom klinefelter.

-          Tumor testis

Pada kronik karsinoma testis juga dapat ditemukan ginekomastia.

Jadi kelainan ini dapat digolongkan dalam displasi: dapat unilateral biasanya dialami oleh pria

berusia di atas 50 tahun dan bilateral terjadi pada anak laki-laki selama masa pubertas.

Kelainan ini mula-mula dapat diraba sebagai jaringan keras seperti kancing pada daerah

subareola, dan bila telah lanjut maka payudara menyerupai payudara wanita. Kelainan ini dalam

gambaran mikroskopik menunjukkan proliferasi serabut kolagen, degenerasi hialin dan

hiperplasi epitel duktus. Epitel duktus menjadi hiperplastik dan bertumpuk-tumpuk tampak

disorientasi, tetapi tidak tampak anaplasi dan membran basalis masih utuh. Kelainan ini tidak

berhubungan dengan karsinoma.

Tipe nya dibagi berdasarkan umur

1. Infant, ginekomastia ini terjadi hanya sementara dalam beberapa ulan saja terus dapat

kembali ke normal. Terjadi karena aktivitas hormone estrogen dari ibu yang terbawa

ke anak.

2. Pubertas, normalnya aktivits estrogen dalam memacu pertumbuhan payudara itu

berhenti ketika laki-laki mengalami masa pubertas. Hormon estrogen akan

merangsang proliferasi stroma sel kelenjar payudara sehingga payudara membesar.

Karena ketidakseimbangan antara estrogen dengan androgen ini lah yang

menyebabkan ginekomastia pada remaja.

3. Lansia, sering pada usia 50-80 th.

Tanda dan Gejala

-          Nyeri, nyeri tekan

-          Timbul sebagai massa lunak di bawah areola

-          Retraksi puting

-          Ulserasi kulit, Bila sudah menjadi kanker

-          Benjolan tidak nyeri di bawah areola.

Test Diagnostik

Mammografi

Mendeteksi adanya tumor sebelum tumor tersebut secara klinik dapat teraba.

Galaktografi

Mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran

duktus, dilakukan ketika terdapat rabas, mengandung darah/ketika ditemukan duktus soliter yang

mengalami dilatasi saat mammografi yang merupakan gejala/indikatif adanya lesi jinak atau

kanker.

Ultrasonografi

Untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.

 

Aspirasi jarum halus

Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi.

Biopsi bedah

Mencakup eksisi lesi dan mengirimnya ke lab untuk dilakukan pemeriksaan patologis.

Lokalisasi jarum kabel

Teknik yang digunakan ketika mammografi mendeteksi lesi kalsifikasi seujung jarum yang

sangat kecil atau yang menandakan potensial malignansi atau lesi yang tidak dapat teraba.

Ginekomastia dapat diobati dengan obat yang membantu menyeimbangkan kadar hormon.

Dalam beberapa kasus, pembedahan untuk mengangkat jaringan payudara juga dapat menjadi

pilihan.

Komplikasi

-          Kanker payudara

-          Pemanjanan terhadap radiasi

-          Sindrom klinefelter (kondisi kromosom yang mencerminkan penurunan kadar

testosteron).

INVERTED NIPPLE

Definisi

Puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung masuk

kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar.

Etiologi

a. Penyebab yang sering terjadi

- Faktor menyusui:

1. Penyusuan yang tertunda.

2. Perlekatan yang tidak baik.

3. Penyusuan yang jarang atau dilakukan dalam waktu singkat.

4. Tidak menyusui pada malam hari.

5. Pemberian botol atau empeng.

6. Pemberian minuman lain selain ASI.

- Faktor psikologis ibu:

1. Kurang percaya diri

2. Ibu khawatir / terlalu stres

3. Ibu terlalu lelah 4. Ibu tidak suka menyusui

5. Ibu mengalami baby blues

b. Penyebab yang jarang terjadi

- Kondisi fisik ibu:

1. Penggunaan pil kontrasepsi, obat diuretik

2. Kehamilan berikutnya semasa menyusui

3. Kekurangan gizi yang cukup berat

4. Ibu minum minuman yang mengandung alkohol, atau merokok

5. Tersisanya jaringan plasenta dalam rahim

6. Payudara yang kurang berkembangan.

- Kondisi bayi:

1. Bayi sakit.

2. Bayi memiliki kelainan, seperti bibir sumbing sehingga bayi menjadi sulit

menghisap.

Klasifikasi

1. Grade I puting tertarik ke dalam, tetapi mudah untuk ditarik keluar dan dapat

bertahan lama.

2. Grade II puting tertarik ke dalam dan dapat ditarik keluar, namun setelah tarikan

dilepaskan puting akan kembali tertarik ke dalam.

3. Grade III puting tertarik ke dalam dan sangat sulit untuk ditarik keluar, setelah

dapat ditarik keluar pun akan dengan mudah kembali tertarik ke dalam.

Terapi

Pencegahan:

1. Saat memasuki usia kehamilan ketujuh bulan, biasakan diri menarik putting

susudengan jari tangan sampa ia menonjol.

2. Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.

Cara perawatan puting susu terbenam

a. Menggunakan alat suntik

b. Memerah ASI

1. Letakkan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan ke dalam kearah dinding dada

2. Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari dan jari telunjuk

3. Tekan dari samping untuk mengosongkan semua bagian

c. Menggunakan pompa payudara Cara:

1. Pasang batang penghisap di dalam silinder bagian luar.

2. Pastikan bahwa tutup karetnya dalam kondisi baik.

3. Pasang corong pada puting.

4. Pastikan seluruh keliling corong menyentuh kulit, untuk membuat kondisi hampa

udara.

5. Tarik silinder luar ke bawah. Puting akan tersedot ke dalam corong.

6. Kembalikan silinder luar ke posisi semula, dan kemudian tarik ke bawah lagi. Bila ASI

berhenti mengalir, lepaskan ruang hampa udara, Luang ASI ke luar silinder, dan

kemudian ulangi prosedur.

Perawatan payudara di kamar bersalin

Payudara dibersihkan dengan air bersih. Bayi baru lahir dibersihkan, tali pusat dirawat, lendir

dalam mulut dan saluran pernafasan diisap, mata jangan ditetesi dulu dengan nitrate argenti,

setelah tindakan ini selesai mulut bayi dihadapkan ke puting susu atau IMD.

CRACKED NIPPLE

Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Puting lecet adalah hal terburuk yang dialami ibu menyusui, selain sedikitnya produksi ASI atau bayi sakit. Beberapa ibu mengalaminya hanya dalam waktu singkat, dan segera hal ini dapat diatasi setelah bayi sudah pintar menyusu. Namun apabila berlanjut, perlu dicari penyebab dan solusi mengatasinya. Ibu dengan putting lecet terkadang menunda menyusui atau memerah ASI-nya sehingga akan mempengaruhi produksi ASI.

Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi tidak mengisap dengan baik.  Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya).  Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan yang kurang baik.  Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting

lecet.  Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat menyebabkan puting lecet.

1. Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara, bila bayi menyusu hanya pada puting susu. Maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri/kelecetan pada puting susunya.

2. Selain itu puting yang lecet juga dapat disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.

3. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu.

4. Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai kalang payudara dan hisapan hanya pada putingnya saja.

5. Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.

Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu.  Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif.  Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya.  Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif.  Rasa sakit akibat infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar.  Jika rasa sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksiCandida, meskipun infeksi tersebut dapat

pula merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak pernah terjadi.  Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur.  Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting.  Ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan puting lecet.

Posisi dan Pelekatan yang Tepat

Wajar ketika seorang ibu mengalami kesulitan dalam memposisikan dan melakukan pelekatan saat menyusui.  Jika ibu dapat memposisikan bayi dengan tepat ketika menyusu, ia membantu bayinya untuk melekat dengan baik dan pelekatan yang baik tidak hanya mengurangi risiko lecet pada puting, tetapi juga mengurangi kemungkinan bayi menjadi ‘kembung’ karena pelekatan yang baik membantu bayi untuk mengontrol aliran ASI yang masuk.  Dengan demikian pelekatan yang kurang baik dapat menyebabkan berat badan bayi tidak bertambah dengan baik, atau bayi sering menyusu, atau bayi menjadi kolik.

Memposisikan bayi

Posisi dan perlekatan menyusuiTerdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara sepertimemegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Langkah-langkah menyusui yang benarCuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayiSegera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar

Gambar 13. Perlekatan salah

Cara pengamatan teknik menyusui yang benarMenyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting

susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.2. Badan bayi menempel pada perut ibu.3. Mulut bayi terbuka lebar.4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang

masuk.6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.7. Puting susu tidak terasa nyeri.8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.9. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar

Penatalaksanaan

1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal/yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusui harus sering dirubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu kita harus yakin bahwa teknik menyusui bayi adalah benar, yaitu bayi harus menyusu sampai kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, atau pipet.

2. Setiap kali habis menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya, karena bekas ASI berfungsi sebagai pelembut puting dan sekaligus sebagai anti infeksi.

3. Jangan menggunakan sabun, alkohol atau zat iritan lainnya untuk membersihkan puting susu.

4. Pada puting susu bila dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.

5. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam). Sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar akan menyusu tidak terlalu rakus.

6. Periksalah apakah bayi tidak menderita Moniliasis, yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Kalau ditemukan gejala Moniliasis, dapat diberikan nistatin.

Dengan mengikuti petunjuk di atas, maka puting susu yang lecet tersebut akan sembuh

setelah beberapa hari, dan tidak akan bertambah berat.

Pencegahan

1. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.

2. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari hisapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.

3. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.