maskoki key'B

82
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maskoki termasuk jenis ikan yang sudah ada sejak lama atau bahkan bisa dibilang menjadi jenis ikan yang pertama kali dipelihara sebagai ikan hias. Ikan hias asal negeri Cina ini memiliki perawakan yang sangat lucu dan menyenangkan untuk dipandang. Gaya berenang santai dan merayap di air terlihat anggun (Darti Satyani Lesmana dan Deden Daelami; 2009). Secara ekonomis, Maskoki merupakan ikan hias yang murah jika dibandingkan dengan ikan Koi atau Arwana, dengan variasi dari bentuk dan warna badan Maskoki yang beragam harga murah merupakan suatu keuntungan ganda yang dapat dinikmati penggemar Maskoki. Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembenihan Maskoki yaitu berkaitan dengan induk yang akan dipijahkan. Kualitas benih Maskoki yang dihasilkan bergantung pada kualitas induk yang dibiakkan. Induk menurunkan warna, bentuk badan bahkan daya imun kepada keturunannya. Semakin bagus kualitas induk, diharapkan menghasilkan kualitas anakan yang tidak jauh berbeda dengan induk. 1

description

semoga bermanfaat bagi semua,,,,,,

Transcript of maskoki key'B

Page 1: maskoki key'B

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maskoki termasuk jenis ikan yang sudah ada sejak lama atau bahkan bisa

dibilang menjadi jenis ikan yang pertama kali dipelihara sebagai ikan hias.

Ikan hias asal negeri Cina ini memiliki perawakan yang sangat lucu dan

menyenangkan untuk dipandang. Gaya berenang santai dan merayap di air

terlihat anggun (Darti Satyani Lesmana dan Deden Daelami; 2009).

Secara ekonomis, Maskoki merupakan ikan hias yang murah jika

dibandingkan dengan ikan Koi atau Arwana, dengan variasi dari bentuk dan

warna badan Maskoki yang beragam harga murah merupakan suatu

keuntungan ganda yang dapat dinikmati penggemar Maskoki.

Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembenihan Maskoki yaitu

berkaitan dengan induk yang akan dipijahkan. Kualitas benih Maskoki yang

dihasilkan bergantung pada kualitas induk yang dibiakkan. Induk

menurunkan warna, bentuk badan bahkan daya imun kepada keturunannya.

Semakin bagus kualitas induk, diharapkan menghasilkan kualitas anakan

yang tidak jauh berbeda dengan induk.

Kondisi lingkungan pemeliharaan dan pembudidaya juga menjadi faktor

penting dalam proses pembenihan Maskoki. Ketika kondisi lingkungan tidak

mendukung, larva tidak dapat bertahan hidup dan pada akhirnya proses

pembenihan tidak dapat berlangsung. Melihat dari hal ini, diperlukan

peningkatan dan penerapan pola teknologi yang tepat dan praktis dalam usaha

pembenihan Maskoki.

Semua hal di atas yang memacu penulis untuk melakukan kegiatan praktik

Industri di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)

Sukabumi mengingat bahwa lembaga ini berada di bawah naungan Negara

1

Page 2: maskoki key'B

dengan tugas untuk mengelola kegiatan budidaya ikan air tawar yang

diharuskan berinovatif dan selalu menerapkan teknologi tepat guna di bidang

perikanan air tawar.

B. Tujuan Praktik Industri

Praktik Industri dilaksanakan dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui mekanisme kerja dan sistem pembenihan Maskoki yang

dilakukan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.

2. Melaksanakan dan membandingkan proses pembenihan yang diperoleh di

ruang kelas dengan yang dilakukan secara langsung di lapangan.

3. Menambah keterampilan kerja juga memahami permasalahan yang

menjadi kendala dalam proses pembenihan Maskoki serta mampu

mengatasi masalah yang muncul.

4. Mengetahui aspek usaha yang berkaitan dengan pembenihan Maskoki

serta mampu menerapkan ilmu yang didapat selama melaksanakan praktik

industri baik dari segi teknis maupun ekonomis.

C. Sasaran

Secara umum sasaran dilakukannya praktik industri ini adalah pembuatan

laporan yang ditujukan menjadi salah satu sumber informasi mengenai

pembenihan Maskoki bagi hobiis dan petani ikan hias khusunya Maskoki.

Secara khusus kegiatan praktik industri ini bermanfaat:

1. Bagi mahasiswa dengan praktik industri dapat menambah pengetahuan

tentang teknik pembenihan Maskoki serta kendala yang dihadapi.

2. Bagi lembaga (Universitas) dengan adanya laporan praktik industri ini,

dapat menambah sumber informasi dan literatur mengenai teknik

pembenihan Maskoki yang dapat digunakan di masa datang.

3. Bagi pemerintah setempat, dengan adanya laporan praktik industri ini,

maka telah terbantu dengan tersedianya tenaga ahli dalam bidang

pembenihan Maskoki.

2

Page 3: maskoki key'B

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Asal Usul Maskoki (Carassius auratus)

Ikan mas secara umum dapat dibagi ke dalam dua penggolongan besar yaitu

ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Secara umum pula bahwa ikan mas

konsumsi tentu yang diperlukan adalah pertumbuhan daging yang cepat

besar, sementara ikan mas hias yang dibutuhkan adalah keindahannya,

walaupun ada jenis ikan hias yang bertubuh besar semisal jenis ikan mas hias

koi.

Khususnya ikan mas jenis ikan hias juga sangat banyak jenisnya. Secara

umum di Indonesia disebutkan dengan nama Maskoki, ikan mas komet dan

ikan mas koi, padahal semuanya dimasukkan dalam satu penggolongan yang

disebut ikan mas hias atau Fancy goldfish.

Dari genaelogy tree dapat terlihat berbagai jenis ikan mas hias yang awalnya

memang berasal dari jenis ikan mas konsumsi, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Genaelogy Tree Maskoki

3

Page 4: maskoki key'B

Menurut Mashudi (2006), sebagian dari jenis ikan mas hias tersebut dapat

digambarkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Ikan Mas Hias

No. Uraian Singkat Gambar

1.

Common goldfish adalah tipe ikan mas hias

standar yang belum berubah bentuk dari

asalnya kecuali warna-warna yang

bervariasi seperti merah, oranye atau emas,

kuning atau lemon, hitam, putih, dan

belakangan ini sudah muncul yang

transparan.

 

2.

Celestial eye goldfish or Choten gan adalah

jenis turunan ekor ganda dari ikan mas lucu

(fancy) dan matanya berbentuk teleskop

menghadap keatas dan biji mata menatap ke

langit.

 

3.

The lionhead (Kepala Naga) adalah turunan

dari jenis ikan mas hias lucu. Jenis ini

adalah pendahulu jenis Ranchu.

 

4.

Pompoms atau Pompon atau Hana Fusa

adalah jenis ikan mas hias lucu yang telah

kehilangan pertumbuhan daging di sekitar

lubang hidung pada setiap sisi kepala.

 

4

Page 5: maskoki key'B

5.

Telescope eye atau Demekin adalah ikan

mas lucu ditandai dengan mata yang

nongol. Juga dikenal dengan nama ikan mas

bola dunia (Globe eye goldfish) atau Ikan

mas mata naga (Dragon eye goldfish).

 

6.

The veiltail adalah Ikan mas lucu yang

memiliki ekor ekstra panjang dan

melambaikan ekor gandanya.

 

7.

Black moor adalah jenis lain dari ikan mas

lucu bermata teleskop (Telescope-eyed of

Fancy goldfish) yang mencirikan pada

matanya yang menonjol. Di Jepang dikenal

dengan sebutan Popeye, Telescope, Kuro

demekin, sementara di Cina dikenal dengan

nama Dragon eye.

8.

Comet atau Comet tailed goldfish (Ikan mas

ekor komet) adalah varietas ikan mas lucu

dari Amerika. Ikan mas ini sama dengan

Common goldfish atau ikan mas standar,

kecuali ukurannya yang lebih kecil dan

ramping, dan biasanya ditandai dengan ekor

panjang berbentuk garpu.

 

9.

Oranda adalah ikan mas hias yang ditandai

dengan semacam buah berry yang

menempel di kepala. Pertumbuhan butir-

butir mirip berry yang menempel di kepala

disebut juga wen dan bertumbuh di sekujur

atas kepala kecuali pada mata dan mulut.

 

5

Page 6: maskoki key'B

10.

Ryukin adalah jenis ikan hias berbodi buntal

yang ditandai dengan adanya punuk di

sekitar punggungnya.

 

11.

Ranchu adalah turunan ikan mas hias yang

dikembangkan di Jepang. Di Jepang disebut

sebagai Rajanya ikan mas.

 

12.

Bubble Eye adalah jenis ikan mas hias

berjenis kecil dan ditandai dengan mata

yang menghadap ke atas dan terbungkus

berisi cairan.

 

13.

Fantail goldfish adalah jenis yang

dikembangkan di barat dari jenis Ryukin

sehingga bentuknya seperti telur, sirip

punggung tinggi, sirip ekor panjang

berjumlah empat, dan tidak memiliki punuk.

 

14.

Pearlscale atau disebut Chinshurin di

Jepang, adalah jenis ikan mas hias

berbentuk bola dengan sirip-siripnya mirip

dengan jenis Fantail.

 

15.

Shubunkins (diartikan sebagai kain brokat

merah) adalah ikan mas hias  berekor

tunggal bercorak Calico (macam-macam).

Jenis ikan mas hias ini adalah asli dari

Jepang.

 

6

Page 7: maskoki key'B

16.

Panda moor adalah jenis ikan mas hias

bercirikan warna hitam dan putih dan

bentuk mata menonjol.

 

17.

Transparent goldfish adalah jenis ikan mas

hias yang tidak memiliki sisik dan tembus

pandang.

 

Sumber: Mashudi (2006)

B. Klasifikasi Ilmiah, Morfologi dan Anatomi Maskoki (Carassius auratus)

Menurut Lingga dan Susanto dalam Chui et al. (2009), taksonomi Maskoki

antara lain:

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariphisysoidei

Sub ordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Menurut Iskandar (2004), Maskoki memiliki bentuk tubuh yang unik dan

sisik yang sangat menarik. Maskoki tergolong ke dalam jenis ikan yang

mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Bentuk tubuh

Maskoki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya

terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian

ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi

kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum,

hampir seluruh tubuh Maskoki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif

kecil.

7

Page 8: maskoki key'B

Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari tulang

keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip

punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur

(anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan

bergerigi dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang.

Garis rusuk atau gurat sisi (linnea lateralis) pada Maskoki tergolong lengkap,

berada di pertengahan tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang

sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

Menurut Ardi et al. (2008), adapun ciri-ciri induk jantan Maskoki adalah

pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa

kasar. Warna tubuhnya cemerlang dibandingkan dengan induk betina, ukuran

tubuhnya lebih ramping, gerakannya lebih lincah, dan induk jantan yang telah

matang gonad bila diurut pada bagian perut sampai pada lubang urogenital

akan mengeluarkan cairan berwarna putih yang disebut dengan sperma.

Sedangkan pada induk betina, sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa

halus jika diraba. Warna tubuh agak pucat tidak secerah induk jantan,

gerakannya relatif lebih lambat, ukuran tubuhnya lebih besar dari induk

jantan. Induk betina yang sudah matang gonad bila diurut di bagian perut

sampai lubang urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna kuning yang

disebut dengan sel telur.

Menurut Peter J. Ponzio (1999), anatomi tubuh Maskoki dapat dilihat pada

Gambar 2.

8

Page 9: maskoki key'B

Gambar 2. Anatomi Tubuh Maskoki

Keterangan Gambar:

A: Badan

B: Mata

C: Caudal Peduncle

D: Garis Lateral

E: Kepala

F: Jambul

G: Sub Orbital Region (Of Head)

H: Operkulum

I: nasal septum

J: Sirip punggung

K: Sirip dada

L: Sirip perut

M: Sirip anal

N: Sirip ekor

O: Upper Caudal Lobes

P: Lower Caudal Lobes

Q: Cabang ekor

C. Habitat dan Penyebaran

Menurut Chui et al. (2009), Maskoki (Carassius auratus) memerlukan tempat

hidup yang luas baik dalam akuarium dengan sistem aerasi yang kuat dan air

yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti

minimal 25% air akuarium tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar

akuarium dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu Maskoki dalam

mencari makan karena Maskoki akan dapat menyaringnya pada saat

memakan plankton.

9

Page 10: maskoki key'B

Maskoki yang pelihara di kolam atau di akuarium dapat dipijahkan sepanjang

tahun. Tetapi Maskoki di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena

banyak dataran yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena

tempat tersebut mengeluarkan bau ampo atau bau has dari dalam tanah

sehingga merangsang induk ikan memijah di tempat itu.

Maskoki sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di

Indonesia, Maskoki mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Maskoki yang

terdapat di Indonesia merupakan ikan yang dibawa dari Cina. Penyebarannya

merata di daratan Asia, Eropa, Amerika Utara dan Australia. Sedangkan

pembudidayaan Maskoki di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatera.

D. Syarat Hidup Maskoki (Carassius auratus)

Menurut Karl-Heinz Bernhardt (1998), secara umum dapat dikatakan bahwa

Maskoki termasuk ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai variasi

kualitas air dan juga suhu.

Nilai pH yang dianggap ideal untuk menumbuhkembangkan Maskoki

berkisar dari 7,0 hingga 8,0. Meskipun demikian diketahui bahwa Maskoki

masih dapat mentolerir nilai pH lebih rendah atau lebih tinggi dari kisaran

tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah membiarkan terlebih dahulu

Maskoki yang akan dipelihara untuk beradaptasi dengan kualitas air yang

disiapkan. Sangat tidak disarankan untuk melakukan pergantian air atau

melakukan perubahan kualitas air secara drastis (Karl-Heinz Bernhardt;

1998).

Walaupun Maskoki diketahui mempunyai toleransi tinggi terhadap berbagai

nilai pH, seperti halnya kelompok ikan mas pada umumnya Maskoki tidak

10

Page 11: maskoki key'B

akan bisa bertahan pada pH di bawah 5,0 atau di atas 10,0. Untuk itu dalam

melakukan pengelolaan air angka-angka ini perlu diperhatikan agar tidak

sampai membahayakan ikan yang dipelihara (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

Kebutuhan tingkat kesadahan air untuk Maskoki diperkirakan antara rendah

sampai sedang. Tidak ada informasi yang akurat mengenai hal ini. Meskipun

demikian, dari berbagai laporan diketahui bahwa kondisi kesadahan air yang

ideal bagi Maskoki berkisar antara 17 hingga 22 (Karl-Heinz Bernhardt;

1998).

Maskoki sangat sensitif terhadap kadar klorin yang biasa digunakan sebagai

desinfektan pada air olahan. Oleh karena itu dalam menyiapkan air bagi

Maskoki pastikan bahwa air tersebut bebas dari klorin. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengendapkan terlebih dahulu air yang akan digunakan

atau dengan menambahkan antiklorin (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

Menurut Usni Arie dan Cecep Muharam (2010), air sebagai media

pemeliharaan merupakan faktor utama bagi kehidupan ikan. Kualitas air

menentukan kesehatan maupun pertumbuhan ikan, bahkan turut

mempengaruhi warna ikan. Secara alami, air merupakan pelarut yang sangat

baik sehingga hampir semua material dapat larut di dalamnya. Adapun

berbagai material terlarut dalam air adalah sebagai berikut:

1. Berbagai gas seperti Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), ammonia

(NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Sulfida (H2S) dan Metan.

2. Berbagai mineral seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na),

Kalium (K), Besi (Fe), Seng (Zn), serta mineral berbentuk ion atau

molekul organik maupun anorganik.

3. Material organik terlarut seperti gula, lemak, asam, dan vitamin.

4. Material anorganik seperti lumpur dan tanah liat.

5. Material biologis seperti bakteri, jamur, virus, zooplankton, dan

fitoplankton.

11

Page 12: maskoki key'B

Tidak semua jenis perairan dapat cocok dengan ikan yang dipelihara, ikan

akan menjadi tidak sehat jika kebutuhan lingkungan atau airnya tidak sesuai.

Terdapat beberapa tingkatan modifikasi dari parameter-parameter air yang

mungkin dapat diadaptasi oleh ikan, namun sistem dalam badan ikan lebih

sering tidak dapat mentolerir perubahan-perubahan yang menyebabkan ikan

merasa tak nyaman, sakit, bahkan mati terutama bila perubahan terjadi

mendadak (Darti Satyani Lesmana dan Deden Daelami; 2009).

Secara umum dapat dikatakan bahwa Maskoki termasuk ikan yang mampu

beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan juga suhu baik itu di

akuarium maupun di kolam. Hanya pH air yang memberikan pengaruh besar

pada Maskoki. Oleh karena itu, pH air harus netral yakni berkisar 7,0 atau

sedikit di atas dan di bawah tujuh. Walaupun pH 6,0 dan 8,0 masih dapat

ditolerir oleh Maskoki, pH optimum yang cocok berada pada kisaran 6,7

(Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

Air hujan menjadi salah satu kendala yang tidak bisa dianggap remeh,

mengingat tingginya tingkat pencemaran bukan hanya di daerah penghasil

polusi tinggi, jika akan menggunakan air hujan yang pertama turun perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu karena air hujan yang turun pertama kali

mengandung bahan-bahan berat berbahaya sperti klorin. Penggunaan air

hujan sebagai air budidaya sebaiknya diberi perlakukan terlebih dahulu

seperti disaring dengan menggunakan arang aktif, ini mampu meningkatkan

kualitas air hujan. Air hujan yang akan digunakan tidak boleh turun langsung

dari atap ke kolam (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

Maskoki termasuk jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap suhu

walaupun Maskoki dikenal sebagai ikan air dingin. Pada habitat aslinya,

Maskoki hidup pada kisaran suhu 18-20 oC, akan tetapi Maskoki mampu

beradaptasi dengan suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi tanpa ada

masalah. Seperti halnya ikan lain, jika akan ditebar ke kolam dengan

perbedaan suhu dari tempat awalnya, maka harus dilakukan aklimatisasi suhu

12

Page 13: maskoki key'B

terlebih dahulu. Jika kisaran perbedaan suhu lebih dari 5 oC disarankan

dilakukan aklimatisasi secara bertahap (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

Di Jerman, Maskoki mampu hidup selama musim dingin tanpa masalah,

bahkan jika permukaan air membeku. Tapi jangan merawat Maskoki dengan

air bersuhu di bawah 10 oC (Karl-Heinz Bernhardt; 1998).

E. Pembenihan Maskoki (Carassius auratus)

1. Persiapan wadah dan media

Menurut Rahmat et al. (2009), untuk kegiatan pembenihan Maskoki

wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 100x60x60 cm dengan

bentuk persegi panjang. Akuarium yang digunakan, sebelumnya

dibersihkan dengan menggunakan sabun kemudian dibilas dengan air

tawar dan selanjutnya dijemur untuk menghilangkan jamur-jamur dan

bakteri yang masih menempel.

Air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya ikan. Untuk itu

perlu disediakan air yang sangat bersih dan steril. Air yang digunakan

untuk pemijahan ini adalah air yang berasal dari air sumur yang sudah

diendapkan selama 24 jam, karena kemungkinan air tersebut mengandung

zat-zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan budidaya

Maskoki. Air yang diendapkan diaerasi kuat supaya kandungan oksigen

yang ada di dalamnya bertambah. Air tersebut dimasukan ke dalam

akuarium dengan ketinggian 30 cm dan diberi aerasi.

Maskoki termasuk salah satu ikan hias air tawar yang tidak memelihara

telurnya. Jadi telur yang dikeluarkan oleh induk diletakkan pada substrat.

Oleh karena itu, dalam kegiatan pemijahannya perlu dipersiapkan substrat

sebagai tempat menempelnya telur. Ada banyak jenis tanaman air yang

dapat dipakai sebagai substrat. Namun, tanaman air yang sering

digunakan adalah tanaman yang tumbuhnya mengapung seperti Eceng

gondok (Eichornia crassipes).

13

Page 14: maskoki key'B

Sebelum Eceng gondok digunakan terlebih dahulu dibersihkan agar hama

yang menempel pada tanaman tersebut tidak terakumulasi di dalam air

pemeliharaan Maskoki. Eceng gondok yang akan digunakan sebelumnya

sudah direndam dalam larutan Methylen blue dengan dosis 100 ppm

selama 5 – 10 menit. Dengan demikian Eceng gondok terbebas dari

bakteri maupun pathogen yang dapat membahayakan Maskoki. Setelah

itu, Eceng gondok dapat dimasukkan ke dalam akuarium.

2. Seleksi Induk

Seleksi induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada

kegiatan pembenihan. Untuk Maskoki biasanya mudah dilakukan seleksi

terhadap induk yang matang gonad.

Seleksi induk Maskoki dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ciri-ciri Induk Maskoki Matang Gonad

No

.Induk Jantan Induk Betina

1.

Pada sirip dada terdapat

bintik-bintik bulat menonjol

dan jika diraba terasa kasar.

Pada sirip dada terdapat bintik-

bintik dan terasa halus jika

diraba.

2.

Jika perut diurut pelan ke

arah lubang genital akan

keluar cairan berwarna putih

Jika perut diurut, keluar cairan

kuning bening. perut terasa

lembek dan lubang genital

kemerahan merahan.

3. Berusia 6 – 7 bulan Berusia 7 bulan

4. Pergerakan normal Warna cerah dan agresif

5. Berbadan sehat Organ tubuh lengkap

Sumber: Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990)

14

Page 15: maskoki key'B

Menurut Rahmat et al. (2009), tanda-tanda lain pada induk Maskoki yang

siap melakukan pemijahan adalah dengan adanya tingkah laku dari kedua

induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar-

kejaran. Induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina. Dengan

adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk

Maskoki tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk jantan dan

betina yang digunakan dalam kegiatan pemijahan Maskoki adalah 1 : 2.

Induk yang sudah diseleksi selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah

pemijahan.

3. Pemijahan

Menurut http://iniikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-ikan-Maskoki-

gold-fish-koki.html (2009), proses pemijahan adalah sebagai berikut:

a. Persiapan sarana pemijahan

Maskoki dapat dikawinkan secara masal maupun berpasang-pasangan

pada bak semen atau akuarium. Bak semen ukuran 1 x 1 m2 setinggi

0,50 m cukup untuk mengawinkan tiga sampai lima pasang. Akuarium

ukuran 80 x 45 x 40 cm3 bisa menampung maksimum dua pasang.

Maskoki sangat menyukai air jernih sehingga air untuk bak atau

akuarium diambilkan dari sumur atau air PAM, meskipun harus

diendapkan dulu selama 24 jam dan diaerasi dengan aerator. Sarana

penempel telur sebaiknya berupa tanaman air.

b. Pemilihan induk

Umur minimum calon induk adalah satu tahun, jika kurang dari satu

tahun, telur masih sedikit, anak yang dihasilkan kecil dan

pertumbuhannya lambat. Namun jika terlalu tua (lebih dari empat

tahun) telurnya besar tapi sulit untuk menetas. Induk sebaiknya sehat

dan tidak cacat.

15

Page 16: maskoki key'B

Pada umur yang sama, jika jantan lebih kecil meskipun tidak

mencolok, pada tutup insang dan jari-jari pertama sirip dada terdapat

bintik-bintik putih dan terasa kasar. Induk betina yang sudah matang

kelamin perutnya gendut membulat dan terasa lembek bila diraba,

sedangkan pada jantan perutnya gendut tetapi tetap keras.

c. Pemijahan induk

Suhu air optimal dalam bak pemijahan 20 – 25 oC. Oleh karena itu,

induk sebaiknya dilepas pada sore hari dan pemijahannya diharapkan

berlangsung sempurna pada saat suhu sedikit dingin pada malam hari

menjelang pagi. Usahakan pH sekitar 7,2-7,5 dengan kesadahan

sedang. Selama proses pemijahan, dibutuhkan aerasi atau aliran air

secara terus menerus. Sarana penempel telur berupa tanaman air

cukup memenuhi setengah dari permukaan air.

Induk yang telah dipilih melalui seleksi dilepaskan ke dalam bak

pemijahan dengan perbandingan betina dan jantan 1:2. Dengan

persiapan yang matang diharapkan keesokan harinya Maskoki sudah

bertelur. Induk yang telah selesai memijah segera diistirahatkan di

tempat penyimpanan induk, sedangkan telur tetap dibiarkan di bak

pemijahan sampai menetas. Pada saat usia benih mencapai tujuh hari

dipindahkan untuk dipelihara pada bak pendederan.

4. Pemeliharaan larva

Larva umur tujuh hari sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi

sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu,

perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi resiko

kematian benih (http://iniikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-ikan-

Maskoki-gold-fish-koki.html; 2009).

5. Pendederan benih

16

Page 17: maskoki key'B

Menurut http://iniikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-ikan-Maskoki-

gold-fish-koki.html (2009), bak pendederan harus bersih dan sudah

dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh

bibit parasit. Selanjutnya tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam

500g/m2. Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul

larut dan pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari

setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama lima hari

agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva Maskoki dari bak

penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.

Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan.

Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi

setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak

Maskoki mulai tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang

warna dari sebagian anak Maskoki sudah keluar. Seleksi awal ditujukan

untuk memilih ikan yang mempunyai bentuk ekor persis sama seperti

ekor induknya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa terjadi, dari

hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak Maskoki berlainan

ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak Maskoki apkir yang

harus disingkirkan.

F. Pakan

Dalam memelihara Maskoki pakan memegang peranan penting di samping

kualitas air. Pemberian pakan yang berlebihan akan berdampak buruk pada

kualitas air dan ikan. Ikan akan mengalami over feeding (kekenyangan)

hingga pada akhirnya dapat timbul penyakit. Namun, kekurangan dan teknik

pemberian pakan yang salah juga akan berakibat fatal (Mashudi; 2006).

Berdasarkan sumber, pakan dibagi ke dalam dua yakni pakan alami dan

pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang dihasilkan secara alami baik

didapat langsung dari alam maupun di lingkungan tertentu yang sengaja

17

Page 18: maskoki key'B

disiapkan oleh manusia. Pakan buatan adalah makanan yang sengaja dibuat

oleh manusia dengan komposisi tertentu sesuai dengan kebutuhan ikan

(Mashudi; 2006).

Maskoki seperti halnya ikan mas lainnya memiliki sifat omnivora atau

pemakan segala. Pakan utama berupa tumbuhan, namun ini bukan berarti

Maskoki dapat diberi pakan apa saja. Maskoki memerlukan pakan yang

beragam, teratur dengan karbohidrat cukup.

Menurut Mashudi (2006), pemberian pakan pada Maskoki hendaknya

memperhatikan tata cara agar makanan tidak banyak terbuang dan membuat

ikan terganggu kesehatannya. Tata cara pemberian pakan yang baik adalah

sebagai berikut:

1. Tepat mutu

Makanan yang diberikan untuk Maskoki selain untuk mempertahankan

hidup, juga untuk pertumbuhan. Oleh sebab itu, kandungan gizinya harus

tercukupi.

Ikan hias akan tumbuh dengan baik jika diberi pakan yang tepat mutunya.

Tepat mutu berarti kandungan gizi dalam pakan harus bebas dari jamur.

2. Tepat jumlah

Makanan yang diberikan tidak kurang dan tidak lebih. Dampak dari

jumlah pakan kurang adalah ikan menjadi agresif dan sering menyerang

ikan lainnya sedangkan dampak dari kelebihan pakan yakni banyak sisa

pakan yang mengendap didasar wadah budidaya sehingga kualitas air

menurun dan daya ikat oksigen menjadi berkurang.

3. Tepat ukuran

18

Page 19: maskoki key'B

Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut.

Maskoki tidak akan memakan pakan yang ukurannya melebihi bukaan

mulut.

4. Tepat waktu

Maskoki adalah salah satu spesies ikan yang makan tepat waktu, ketika

Maskoki terbiasa menerima pakan pada pukul 08:00 dan 15:00 WIB maka

di luar jam itu Maskoki tidak mau makan pakan yang diberikan.

Menurut Mashudi (2006), selain tata cara, harus dipertimbangkan juga

kandungan nutrisi pakan yang diberikan. Berikut kandungan nutrisi pakan

optimal untuk Maskoki:

- Protein 40-50%

- Karbohidrat 5-10%

- Lemak 10-40%

- Vitamin dan mineral

G. Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang

1. Penyakit Jangkar

Disebut penyakit jangkar karena bentuk tubuh hewan penyerangnya

menyerupai jangkar. Penyakit jangkar biasanya menyerang benih, ikan

yang baru ditebar. Tanda yang bisa dilihat adalah pada tubuh ikan terlihat

benda seperti jarum, bila dicabut akan keluar darah, secara morfologi,

hewan ini mirip jangkar.

Penyakit ini disebabkan Lernea sp. Sejenis parasit yang menyukai

lingkungan yang mengandung bahan organik tinggi dan bersuhu rendah.

Pengendalian dapat dilakukan dengan persiapan wadah budidaya yang

baik. Pemberantasan dapat dilakukan secara mekanis, yakni dengan

mencabut parasit satu persatu.

19

Page 20: maskoki key'B

2. Penyakit Kembung (Dropsy)

Penyakit kembung merupakan penyakit yang menyerang dengan ciri-ciri

serangannya timbul tonjolan-tonjolan seperti kembung, bila tonjolan

tersebut dipijat akan keluar nanah atau darah kotor.

Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit kembung antara lain

gerakannya tidak seimbang (kadang terapung sebelah), nafsu makannya

menurun, dan respon terhadap suatu rangsangan menurun.

Kembung pada ikan disebabkan oleh Myxobolus sp. dan Myxosoma.

Kedua hewan tersebut tergolong bakteri. Penyakit kembung dapat dicegah

dengan persiapan wadah budidaya yang baik. Pengobatan penyakit

kembung dapat dilakukan dengan antibiotik yang dicampur pada pakan.

Namun, penggunaan antibiotik telah dilarang pemerintah, sementara obat

lain belum ditemukan.

3. Penyakit Chilodonelliasis

Chilodonelliasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

Chilodonella. Parasit ini hidup di atas permukaan tubuh ikan sebagai

ektoparasit. Chilodonella memakan sel-sel epithel yang kemudian

dimasukkan lewat phariynx. Parasit ini berbahaya bagi larva dan ikan

kecil.

Tanda-tanda ikan yang terserang parasit Chilodonella tidak memiliki ciri

khusus kecuali ikan pucat, nafsu makan menurun, gelisah, dan

memproduksi lendir secara berlebih. Dampak parasit ini sangat nyata dan

menyebabkan kematian masal apabila ikan berhenti makan. (Tim karya

tani mandiri; 2009).

4. Penyakit Ichthyophthiriosis

Ichthyophthiriosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Ich

(Ichthyophthirius multifiliis). Parasit Ich merupakan ektoparasit yang

20

Page 21: maskoki key'B

paling berbahaya di antara ektoparasit yang paling berbahaya di antara

parasit ikan air tawar lainnya.

Penyakit Ichthyophthiriosis menyebabkan kematian masal baik pada ikan

stadia larva, ikan kecil maupun ikan dewasa. Larva dan ikan kecil adalah

stadia yang paling rentan. Kematian masal terjadi secara bertahap, dan

kurang dari satu minggu lebih dari 70% ikan akan mati.

Penyakit Ichthyophthiriosis memiliki tanda klinis yang khas, yaitu adanya

bercak putih pada permukaan kulit dan insang dari ikan yang terinfeksi.

Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan

pada jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit,

ephitelial sel rusak, pembuluh darah di daerah infeksi pecah dan jaringan

akan diselimuti oleh sel darah.

Parasit akan tumbuh dan menyebabkan bengkaknya permukaan kulit ikan.

Pada perkembangan selanjutnya rongga parasit akan pecah, dan

ephitelium rusak meninggalkan luka menganga, sehingga lapisan dermis

terekpose pada perairan. Pada keadaan seperti ini ikan akan mengalami

ketidakseimbangan osmoregulasi (Tim karya tani mandiri; 2009).

21

Page 22: maskoki key'B

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI

A. Tempat dan Pelaksanaan Praktik Industri

Kegiatan Praktik Industri dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai

dengan 25 Nopember 2011, bertempat di Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar Jalan Selabintana no 37, Sukabumi Jawa Barat.

B. Metode

Dalam melaksanakan kegiatan praktik di Industri, ada beberapa metode yang

dilaksanakan oleh mahasiswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, wawasan

dan keterampilan mengenai Pengembangan Budidaya Air Tawar. Diantaranya

metode-metode yang dilakukan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut:

1. Orientasi

Orientasi ini dilakukan sebelum kegiatan Praktik Industri (PI)

dilaksanakan, terlebih dahulu mahasiswa melakukan pemilihan perusahaan

atau instansi yang akan menjadi tempat Praktik Industri (PI). Penentuan

lokasi praktik industri dilakukan berdasarkan pertimbangan dengan

berbekal informasi dari berbagai sumber dan berdasarkan bidang yang

relevan dengan bidang konsentrasi mahasiswa.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk pamantauan lokasi

praktik industri. Kegiatan observasi dilakukan oleh pihak kampus dan

mahasiswa. Pihak kampus menghubungi pihak BBPBAT dengan

mengirimkan surat permohonan praktik industri untuk selanjutnya

mendapat balasan berupa perizinan dan persyaratan untuk melakukan

praktik industri di lokasi. Mahasiswa selaku pelaksana kegiatan praktik

industri melakukan kunjungan langsung ke lokasi praktik industri dengan

membawa persyaratan yang diajukan serta mengisi administrasi serta

kontrak kerja.

22

Page 23: maskoki key'B

3. Adaptasi

Adaptasi merupakan proses penyesuaian kondisi mahasiswa dengan

lingkungan lokasi praktik industri. Adaptasi lingkungan yang dimaksud

berupa adaptasi jam kerja, adaptasi kegiatan harian, adaptasi kegiatan

mingguan, serta adaptasi sosial.

4. Pelaksanaan Praktik Industri

Pelaksanaan Praktik Industri di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air

Tawar (BBPBAT) dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengenalan Instansi

Kegiatan ini dilaksanakan pada saat hari pertama mahasiswa datang di

BBPBAT. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal

seluruh pegawai, ruangan, laboratorium serta sarana dan prasarana

lainnya yang ada di lingkungan BBPBAT.

b. Partisipasi Aktif

Kegiatan ini dilakukan pada beberapa kelompok komoditas yang ada di

BBPBAT, dengan cara mengikuti semua kegiatan budidaya yang

dilakukan. Masing-masing kegiatan tersebut bertempat di hatchery,

kolam pendederan dan kolam pembesaran.

c. Diskusi

Kegiatan ini dilakukan pada saat melakukan kegiatan budidaya.

Kegiatan tanya jawab ini dilakukan santai dan terbuka di sela-sela

pelaksanaan praktik. Kegiatan ini berguna dalam usaha menambah

wawasan dan mempererat hubungan antara pembimbing lapangan

BBPBAT dengan mahasiswa yang menjalani praktik industri.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan proses penambahan pengetahuan mahasiswa

mengenai komoditas yang diambil dengan cara memperoleh informasi

23

Page 24: maskoki key'B

dari buku yang terdapat di perpustakaan BBPBAT guna memudahkan

dalam pembuatan laporan praktik industri.

Seluruh kegiatan mahasiswa praktik industri yang dilakukan di Balai

Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dapat

dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

24

Page 25: maskoki key'B

IV. HASIL PRAKTIK INDUSTRI DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri

Keadaan Umum

BBPBAT Sukabumi terletak di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Tepatnya

sekitar 3 km ke arah objek parawisata Selabintana atau 120 km dari

Jakarta menuju arah tenggara. Suhu udara berkisar 20-27 oC dengan

ketinggian + 700 meter di atas permukaan laut. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada Lampiran 3.

Luas Areal 25,6 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal perkolaman 2 Ha areal

pesawahan dan sisanya dipergunakan untuk perkantoran, perumahan

karyawan serta sarana penunjang lainnya. Sumber air untuk perkolaman

berasal dari sungai Panjalu dan Cisarua keduanya berasal dari kaki

Gunung Gede. 

Sejarah

BBPBAT Sukabumi dimulai pada saat pemerintahan Belanda yaitu sekitar

tahun 1918 dan mulai beroperasi pada tahun 1920 bernama Sekolah

Perkebunan atau lebih dikenal dengan nama Cultuur School dan berganti

nama menjadi Landbouw School sampai dengan tahun 1943, dengan

masuknya jepang ke Indonesia maka dimulai pada tahun 1943 s/d 1945

namanya berganti menjadi Noo gakko, Setelah Indonesia merdeka pada

tahun 1945 maka namanyapun berubah menjadi Sekolah Pertanian

Menengah sampai dengan tahun 1954 terus berubah lagi pada tahun 1954

s.d 1968 menjadi Pusat Latihan Perikanan, pada tahun 1968 s.d 1976

menjadi Training Center Perikanan, pada tahun 1976 s.d 1978 menjadi

Pangkalan Pengembangan Pola Keterampilan Budidaya Air Tawar dan

baru tahun 1978 berubah menjadi Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.

25

Page 26: maskoki key'B

PER.06/MEN/2006 tanggal 12 Januari 2006 namanya berubah menjadi

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. 

Kedudukan

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan

di bidang budidaya air tawar yang berada dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.

 

Tugas

Melaksanakan pengembangan dan penerapan teknik pembenihan,

pembudidayaan, pengelolaan kesehatan ikan dan  pelestarian perlindungan

budidaya air tawar.

Fungsi

1. Identifikasi dan perumusan program pengembangan teknik budidaya

air tawar;

2. Pengujian standar perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;

3. Pengujian alat, mesin dan teknik perbenihan serta pembudidayaan

ikan air tawar;

4. Melaksanakan bimbingan penerapan standar pembenihan dan

pembudidayaan ikan air tawar;

5. Melaksanaan sertifikasi mutu dan sertifikasi personil pembenihan dan

pembudidayaan ikan air tawar;

6. Melaksanaan produksi dan pengelolaan induk penjenis dan induk

dasar ikan air tawar;

7. Pengawasan perbenihan, pembudidayaan ikan serta pengendalian

hama dan penyakit ikan air tawar;

8. Pengembangan teknik dan pengujian standar pengendalian lingkungan

dan sumberdaya induk dan benih ikan air tawar;

26

Page 27: maskoki key'B

9. Pengelolaan sistem jaringan laboratorium penguji dan pengawasan

pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar;

10. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi

pembudidayaan ikan air tawar;

11. Pengelolaan keanekaragaman hayati;

12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Visi

Mewujudkan Balai Besar Sebagai Institusi Pelayanan Prima Dalam

Pembangunan dan Pengembangan Sistem Usaha Budidaya Air Tawar

yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkeadilan. 

Misi

1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan

2. Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya berbasis akuabisnis dan

melaksanakan alih teknologi kepada dunia usaha

3. Mengembangkan sistem informasi iptek perikanan

4. Meningkatkan jasa pelayanan dan sertifikasi

5. Memfasilitasi upaya pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan

Motto

Untuk meningkatkan kinerja Balai dan mendukung visi dan misi Balai

ditetapkan Motto Balai yaitu: ” Disiplin, Profesional, Jujur “

Tujuan

1. Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia balai besar;

2. Meningkatkan efektifitas dan produktifitas kinerja balai besar;

3. Menyediakan teknologi adaptif;

4. Menyediakan benih dan induk bermutu;

5. Mempercepat penyebarluasan iptek perikanan;

6. Memperkuat peran balai besar sebagai pusat iptek budidaya;

27

Page 28: maskoki key'B

7. Meningkatkan keterampilan pembudidaya ikan dan pendamping

teknologi;

8. Meningkatkan kualitas produk perikanan budidaya;

9. Meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP);

10. Melestarikan sumberdaya perikanan budidaya;

11. Memelihara lingkungan budidaya perikanan.

Sasaran

1. Tersedianya tenaga teknik, administrasi yang profesional;

2. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai;

3. Tersedianya paket teknologi budidaya;

4. Tersedianya induk, benih ikan yang unggul;

5. Tersedianya informasi iptek perikanan;

6. Tersedianya koleksi referensi yang lengkap dan terkini;

7. Terwujudnya pembudidaya ikan dan tenaga pendamping yang

profesional;

8. Tersedianya produk perikanan budidaya yang bersertifikat;

9. Tersedianya jenis ikan lokal dari alam menjadi jenis ikan

kultur/dibudidayakan;

10. Tercapainya usaha budidaya yang ramah lingkungan;

11. Tercapainya target penerimaan negara bukan pajak.

Kebijakan Strategis

Optimalisasi lahan dan sarana balai besar dengan menggerakkan

sumberdaya manusia secara profesional untuk menghasilkan teknologi

budidaya dan induk serta benih unggul dalam rangka mendukung

pengembangan kawasan budidaya air tawar, serta memberikan pelayanan

prima.

Kebijakan Operasional

1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai besar;

28

Page 29: maskoki key'B

2. Pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas balai;

3. Penyediaan benih dan induk yang bermutu;

4. Peningkatan rekayasa teknologi budidaya;

5. Optimalisasi pemanfaatan jasa dan asset balai besar;

6. Pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya perairan;

7. Penerapan sertifikasi sistem mutu dan pengawasan budidaya;

8. Pengembangan sistem informasi perikanan budidaya;

9. Pemberdayaan masyarakat pembudidaya ikan;

10. Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan;

11. Perikanan berbasis budidaya.

a. Program

Program adalah kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang

dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah atau dalam

rangka kerjasama dengan masyarakat atau yang merupakan partisipasi

aktif masyarakat, guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

Program yang telah ditetapkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan aparatur pemerintah

2. Pengadaan sarana dan prasarana;

3. Rekayasa teknologi budidaya air tawar;

4. Penyediaan benih dan induk ikan yang bermutu;

5. Pengembangan sistem informasi perikanan budidaya;

6. Penguatan kelembagaan kelompok masyarakat pembudidaya ikan;

7. Pengembangan sertifikasi budidaya;

8. Kerjasama dalam negeri dan luar negeri;

9. Penebaran kembali/restocking;

10. Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan;

11. Peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

29

Page 30: maskoki key'B

KEPALA

BAGIAN TATAUSAHA

SUB BAGIAN UMUMSUB BAGIAN KEUANGAN

BIDANG PELAYANAN TEKNIKBIDANG STANDARISASI DAN INFORMASI

SEKSI SARANA LABORATORIUMSEKSI SARANA LAPANGSEKSI INFORMASISEKSI STANDARDISASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Bagan Organisasi BBPBAT Sukabumi

Sumberdaya Manusia

Struktur BBPBAT dilengkapi 160 orang pegawai, termasuk didalamnya

kelompok pejabat fungsional yang terdiri dari perekayasa, teknisi

litkayasa, pengawas benih, pengawas budidaya, pengendalian hama dan

penyakit, pustakawan, pranata humas, serta 22 orang tenaga kontrak.

Sumberdaya manusia yang tersedia mendukung kemampuan BBPBAT

untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam bidang

perekayasaan pengembangan budidaya air tawar serta memberikan

bantuan teknis dan pelatihan budidaya air tawar.

30

Page 31: maskoki key'B

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar yang digunakan sebagai fasilitas pendukung dalam melakukan

kegiatan diantaranya:

- 126 buah kolam

- Hatchery benih ikan nila, Carp (ikan mas, Grasscarp, Mola), Gurame,

Catfish (Lele, Patin, Baung), Kodok, Lobster air tawar (Cherax) dan

ikan hias.

- Laboratorium kesehatan ikan, kualitas air dan nutrisi

a. Laboratorium kesehatan ikan

Laboratorium kesehatan ikan berfungsi sebagai tempat pengujian

kesehatan ikan yang ada di BBPBAT dan sudah berstandarisasi.

Kegiatan yang dilakukan di antaranya:

- Identifikasi Trichodina sp

- Identifikasi Ichthyophthyrius multifiliis

- Identifikasi Aeromonas hydrophila

- Identifikasi Vibrio sp, Identifikasi KHV dengan PCR

b. Laboratorium kualitas air

Laboratorium kualitas air berfungsi sebagai tempat pengujian

kualitas air pada kolam dan untuk mengidentifikasi jenis

phytoplankton yang ada di kolam BBPBAT dan sudah

berstandarisasi. Kegiatan yang dilakukan di laboratorium kualitas air

diantaranya:

- Suhu

- Kekeruhan/Turbiditas

- Alkalinitas

- Oksigen Terlarut/DO

- pH

- Carbon Dioksida/CO2

- Ammonia/NH3

- Nitrit/NO3

31

Page 32: maskoki key'B

- Phosphat

- Karantina

- Unit kolam air deras di Cisaat

- Unit keramba jaring apung di waduk Cirata

- Panti benih udang galah di Palabuhan Ratu

- 3 buah ruang rapat dengan kapasitas 180 orang

- Auditorium dengan kapasitas 600 orang

- Wisma tamu 24 kamar dengan kapasitas 84 orang

- Perpustakaan

- Masjid dengan kapasitas 150 orang

- Lapangan olahraga

- Hotspot internet

- Jaringan listrik

Sumber daya listrik yang dipergunakan di BBPBAT Sukabumi berasal

dari PLN distribusi Jawa Barat dengan daya sebesar 99.000 VA untuk

semua lokasi BBPBAT Sukabumi. Penanggulangan gangguan atau

pemadaman listrik di BBPBAT menyiapkan generator set (Genset)

dengan daya 80 KVA (1 unit).

Komoditas Budidaya Utama

- Ikan Nila (Oreochromis sp)

- Mas (Cyprinus carpio L)

- Gurame (Osphrenemus gouramy Lac)

- Patin (Pangasianodon hypophthalmus)

- Mola (Hypopthalmicthys molitrix)

- Koan (Ctenopharyngodon idella)

- Baung (Mystus nemurus)

- Lobster Air Tawar (Cherax sp)

- Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de man)

- Sidat (Angguilla sp)

- Lele (Clarias gariepinus)

32

Page 33: maskoki key'B

- Kodok Lembu (Rana catesbeiania Shaw)

- Ikan Hias

B. Hasil Kegiatan Praktik Industri

1. Jenis Maskoki

Maskoki yang terdapat di BBPBAT Sukabumi terdiri dari tiga jenis yaitu

Oranda, Black moor dan Calico. Bentuk dari tiap jenis Maskoki dapat

dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5.

2.

Pembenihan Maskoki

a. Pemeliharaan induk

- Wadah Pengelolaan Induk

Induk Maskoki di BBPBAT Sukabumi dipelihara dalam wadah

berupa bak fiber bulat berdiameter 150 cm, tinggi 70 cm dengan

ketinggian air 50 cm. Selain bak fiber bulat, ada juga dua buah bak

fiber persegi dengan ukuran 30 x 150 x 50 cm3.

Semua bak fiber dilengkapi dengan pipa saluran pengeluaran air

(outlet) berukuran 2 inchi yang terletak pada dasar bak dan pipa

33

Gambar 3. Oranda Gambar 4. Black moor

Gambar 5. Calico

Page 34: maskoki key'B

(inlet) yang terbuat dari pipa PVC 0,5 inchi sebagai penyalur air ke

bak filter. Bak fiber dalam pemeliharaan Maskoki dapat dilihat

pada Gambar 6.

a B

c

Gambar 6. (a) Bak Pemeliharaan induk; (b) Bak Fiber Persegi;

(c) Bak Filter

Saluran pembuangan terbuat dari pipa paralon, dengan lubang-

lubang kecil berdiameter 0,5 cm, terletak di bagian bawah bak

induk untuk mencegah Maskoki keluar dari bak. Kotoran dan sisa

pakan yang mengendap akan keluar melalui lubang-lubang pada

pipa outlet, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pipa Outlet Dasar Bak

34

Page 35: maskoki key'B

Sebanyak 14 buah bak bulat, dua bak fiber persegi digunakan di

hatchery sebagai wadah pengelolaan induk dan calon indukan

Maskoki. Dua bak digunakan untuk memelihara induk yang telah

mijah, dua bak digunakan untuk memelihara calon indukan yang

belum mijah tapi ukuran dan umurnya telah siap pijah, sedangkan

10 bak dan dua bak persegi lain digunakan sebagai wadah

pemeliharaan calon induk yang berumur rata-rata empat bulan.

Ukuran bak yang tidak terlalu luas memudahkan dalam

pengontrolan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan

sanitasi bak, sehingga pemeliharaan induk dilakukan secara

terkontrol. Bak fiber yang digunakan untuk pemeliharaan induk

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Bak Induk

- Induk yang dipelihara

Terdapat 20 ekor betina dan 15 ekor jantan Induk Maskoki dari

ketiga jenis yang dipelihara (Oranda, Black moor dan Calico) yang

berumur kurang lebih tiga tahun yang dipelihara pada dua bak dan

dibagi berdasarkan jenis kelamin. Induk ini telah memijah kurang

lebih enam kali dalam satu tahun. Ada pula 24 ekor betina dan 17

ekor jantan calon indukan berumur kurang lebih delapan bulan

yang siap pijah tetapi belum pernah memijah.

35

Page 36: maskoki key'B

Panjang induk antara 16-17 cm dengan bobot berkisar 111-119

gram. Induk jantan dan induk betina dipelihara pada bak yang

berbeda, hal ini bertujuan untuk mencegah Maskoki mijah maling.

Induk dipelihara dengan ketinggian air 50 cm.

b. Pemijahan

- Persiapan sarana pemijahan

Wadah yang digunakan dalam proses pemijahan adalah akuarium

berukuran 100 x 60 x 60 cm3 dengan ketinggian air 30 cm.

Induk Maskoki merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki

sifat merawat telurnya yakni dengan cara meletakkan telur pada

objek atau substrat, untuk itu perlu dipersiapkan substrat sebagai

media penempelan telur. BBPBAT menggunakan substrat yang

terbuat dari tali plastik yang telah disisir dengan rapi. Sebelum

digunakan, substrat telah dibersihkan dan dijemur kering untuk

meminimalisir penyakit.

Substrat diletakkan melayang pada badan air dengan cara diberi

pemberat pada ujung substrat untuk menghindari substrat

melayang di permukaan air seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Wadah dan Media Pemijahan

Kadar oksigen terlarut juga perlu diperhatikan dalam proses

pemijahan, untuk itu media pemijahan juga dilengkapi dengan

36

Page 37: maskoki key'B

aerator yang berfungsi untuk menambah kadar oksigen terlarut

dalam media pemijahan, dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pemasangan Aerasi pada Akuarium

- Seleksi induk

Seleksi induk di BBPBAT Sukabumi dilakukan dengan cara visual

dan perabaan. Secara visual dilihat dari bentuk badan, betina

memiliki bentuk tubuh yang membulat jika dilihat dari atas

sedangkan jantan lebih ramping. Bentuk kelamin jantan dilihat dari

samping tidak menonjol serta berbentuk ouval sedangkan betina

memiliki kelamin yang menonjol jika dilihat dari samping.

Sedangkan kenampakan fisik seperti warna, bentuk ekor,

kecerahan tidak diperhatikan.

Secara perabaan, induk betina memiliki perut yang lembek

sedangkan jantan ketika perutnya diurut akan mengeluarkan cairan

putih susu. Sirip dada pada jantan jika diraba akan terasa kasar

seperti butiran pasir sedangkan betina memiliki sirip dada yang

halus.

Jantan dan betina hasil seleksi kemudian disatukan pada akuarium

yang telah dsiapkan dengan perbandingan jantan dan betina 2:1.

Secara fisik, induk jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 11.

37

Page 38: maskoki key'B

a b

Gambar 11. (a) Induk Jantan; (b) Induk Betina

- Pemijahan

Dalam satu kali pemijahan, BBPBAT Sukabumi menerapkan dua

teknik pemijahan yakni secara alami dan buatan. Secara alami,

induk Maskoki siap pijah disatukan pada akuarium dan bak yang

telah disiapkan. Tidak dilakukan penimbangan berat induk dan

penghitungan jumlah induk yang dipijahkan pada proses pemijahan

ini. Dapat dilihat pada Gambar 12.

a b

Gambar 12. (a) Pemijahan Alami 2 Pasang; (b) Pemijahan Alami

secara Masal

38

Page 39: maskoki key'B

Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan induk betina

menggunakan hormon ovaprim 0,5 cc/kg induk. Induk yang

dipijahkan dengan cara buatan merupakan dari jenis Oranda yang

terdiri dari tiga induk betina dan enam induk jantan. Induk yang

digunakan memiliki bobot 111,06 - 119,62 gram maka jumlah

hormon yang digunakan adalah 0,06 cc. Setelah disuntik, induk

kemudian ditempatkan pada bak sementara induk jantan dan betina

ditempatkan terpisah. Kematangan gonad terjadi 10-12 jam setelah

penyuntikan.

Setelah kurang lebih delapan jam dari penyuntikan dilakukan

pencampuran antara jantan dan betina untuk memancing

percepatan kematangan gonad. Induk yang siap dipijahkan akan

menunjukkan pergerakan yang agresif, jantan dan betina saling

berkejaran, jika telah terlihat tanda-tanda ini, segera angkat indukan

untuk selanjutnya dilakukan stripping. Dapat dilihat pada Gambar

13.

a b

c d

Gambar 13. (a) Penyuntikan Induk Betina; (b) Pengeluaran

Sperma; (c) Striping; (d) Pencampuran Sperma dan Telur

39

Page 40: maskoki key'B

Sperma yang dikeluarkan menggunakan spuit kemudian dilarutkan

menggunakan larutan NaCl 0,9% untuk kemudian dicampur

dengan telur hasil striping. Campuran telur dan sperma segera

ditebar pada akuarium yang telah disiapkan tanpa menggunakan

kakaban. Telur ditebar secara cepat agar tidak terjadi gumpalan.

Penebaran telur dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tebaran Telur Hasil Pembuahan

c. Penetasan telur dan pemeliharaan larva

Telur yang terbuahi akan berwarna putih bening sedangkan telur yang

tidak terbuahi berwarna putih. Telur yang tak terbuahi biasanya terkena

jamur sehingga bisa menulari telur yang sehat, untuk itu perlu

ditambahkan Blitch Ich sebagai anti jamur. Derajat pembuahan

diperoleh dari masing-masing induk sebanyak 54,6%, 53,6% dan

56,1%.

Telur hasil penebaran menetas dalam waktu 48 jam, akan tetapi tidak

semua telur dapat menetas karena tidak terbuahi dan terkena jamur.

Dari ketiga induk betina Maskoki Oranda yang dipijahkan, didapati HR

dari masing-masing induk sebesar 22,2%, 63,5% dan 59,9%.

40

Page 41: maskoki key'B

Larva yang baru menetas hingga berumur tiga hari tidak diberi pakan

karena masih mengandalkan makanan dari kuning telur. Pada hari

keempat barulah larva diberi pakan berupa pelet serbuk atau suspensi.

d. Pendederan benih

Larva dipindahkan ke kolam pendederan pertama yang disebut bak

kerangkeng pada saat berumur tujuh hari, dimana larva telah mampu

mencari makanannya sendiri.

Bak kerangkeng sebelumnya telah dipupuk menggunakan pupuk

kandang yang dibungkus dengan kantong plastik dan digantung

menggunakan tali plastik untuk menumbuhkan pakan alami sebagai

pakan larva, dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. (a) dan (b) Pemupukan Kolam Kerangkeng

Larva pasca penebaran tidak diberi pakan buatan selama tujuh hari

karena pakan alami dalam bak kerangkeng cukup untuk kehidupan

larva. Larva berumur 15-25 hari diberi pakan berupa pelet serbuk atau

bubur pelet. Pakan diberikan sebanyak dua kali sehari pada pukul 08.00

dan 15.00 WIB.

41

ba

Page 42: maskoki key'B

Maskoki berusia 40 hari kemudian di dederkan lagi pada kolam sekat

yang letaknya dekat dengan bak kerangkeng. Dilakukan secara

konvensional di kolam besar (luas) tanpa dilakukan pengelolaan pakan

dan pembesaran secara intensif yang terkontrol dan dikelola dengan

baik. Kolam sekat dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Kolam Sekat

3. Pakan

Pakan yang diberikan berupa pelet apung dan pelet tenggelam. Empat

bentuk pakan diberikan berdasarkan stadia Maskoki, pelet apung PF 1000

serta pelet tenggelam diberikan untuk induk berusia delapan bulan keatas,

pelet apung PF 800 digunakan untuk benih dan calon indukan berumur dua

bulan hingga tujuh bulan, sedangkan pemberian pakan untuk larva atau

benih berupa pelet yang sebelumnya ditumbuk terlebih dahulu atau

dilarutkan menjadi bubur pakan juga suspensi.

Untuk semua stadia, frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari

pada pukul 08.00 dan 15.00 WIB. Penghentian pemberian pakan sementara

dilakukan jika induk akan dipijahkan atau pada saat proses pengobatan

Maskoki sakit.

Pakan yang digunakan dari merk Prima Feed, Sinta dan Sinar Intan.

Masing-masing memiliki kandungan bahan baku berbeda, dapat dilihat

pada Tabel 3.

42

Page 43: maskoki key'B

43

Page 44: maskoki key'B

Tabel 3. Kandungan Bahan Baku Pakan

No.Kandungan

bahan baku

Prima

feed

(%)

Sinta

(%)

Sinar Intan

Pelet apung

(%)

Pelet

tenggelam

(%)

1. Kadar air Max 10 Max 12 Max 10 Max 11

2. Protein 39-41 Min 29 31-33 24-26

3. Lemak Min 5 Min 6 Min 5 Min 5

4. Serat kasar Max 6 Max 7 Max 5 Max 6

5. Abu Max 16 Max 12 Max 13 Max 13

Sumber: Label Pakan

4. Kualitas air

Adapun parameter kualitas air yang ada di BBPBAT Sukabumi dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Parameter Kualitas Air

No.

Parameter

Kualitas

Air

Satuan

Lokasi pengambilan sampel

Sumur

(sumber

air)

Bak

Induk

Maskoki

Inle

tOutlet

1. Suhu oC 25,9 26,2 26 25,7

2. pH - 5,75 6,15 6,77 6,89

3. O2 Mg/L 1,73 2,48 7,72 7,77

4. CO2 Mg/L 2,7 2,3 1,1 1,1

6.Amoniak

(NH3)Mg/L 0,5 0,37 0,25 0,28

Sumber: Data Primer

44

Page 45: maskoki key'B

5. Hama dan penyakit

Maskoki yang dipelihara di BBPBAT Sukabumi banyak terjangkit

penyakit, baik itu akibat bakteri, parasit atau jamur. Argulus sp dan cacing

jangkar (Lernae sp) merupakan organisme yang paling banyak menyerang

Maskoki di BBPBAT Sukabumi.

Selain kedua organisme di atas, ada pula penyerangan oleh parasit Ich

yang menyerang Maskoki hampir di semua stadia dan jamur yang sering

menyerang telur Maskoki ketika suhu terlalu rendah.

Gejala yang ditimbulkan berupa terjadinya perubahan warna menjadi

pucat, gerakan lamban, nafsu makan menurun, lebih sering berada di

permukaan air, menggesekkan badannya pada dinding serta sering

meloncat ke atas permukaan air, pada kondisi parah Maskoki mengalami

pendarahan, gangguan respirasi bahkan terjadi pembusukan pada organ-

organ yang terkena serangan.

C. Pembahasan

Maskoki yang dipelihara terdiri dari tiga jenis Maskoki yakni Oranda, Black

moor dan Calico. Penentuan jenis ini dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik

Maskoki yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Evi Liviawaty dan Eddy

Afrianto (1990) sebagai berikut:

1. Oranda

Nama lokal untuk Oranda adalah Spencer, tubuhnya nyaris tidak berbeda

dengan Lion head. Jambulnya berwarna oranye sampai merah sedangkan

tubuhnya kuning keemasan serta sirip pada punggung, dada dan ekor

relatif panjang.

2. Black moor

Bentuk tubuh Maskoki Black moor merupakan gabungan dari Tosa dan

Red head. Bentuk kepala mirip Tosa sedangkan mata agak membengkok

45

Page 46: maskoki key'B

(menonjol keluar) seperti Red head. Ciri yang paling mudah dilihat

adalah warna dari Maskoki Black moor yakni keseluruhan tubuhnya

berwarna hitam pekat.

3. Calico

Tubuh Calico agak bundar dan memiliki kepala yang relatif kecil dengan

mulut sedikit runcing, sirip ekor dan sirip punggungnya cukup panjang.

Ciri khas dari Calico yang sangat digemari terutama adalah kombinasi

warna pada tubuhnya yang terdiri atas hitam, putih, kuning emas dan

merah.

Merawat induk Maskoki dapat dilakukan di akuarium, kolam semen atau bak

fiber, faktor penting dalam pemeliharaan yakni kebersihan wadah serta air

yang digunakan sesuai untuk kelangsungan hidup Maskoki. BBPBAT

Sukabumi memelihara induk Maskoki di bak fiber dengan diameter 150 cm,

tinggi 70 cm dan ketinggian air 50 cm dengan menggunakan air yang berasal

dari sumber air berupa sumur.

Air sumur dialirkan dengan pompa menuju bak filter, filter yang digunakan

berupa batu karang, spons dan saringan kain yang berbingkai dengan kata lain

penyaringan air hanya untuk menyingkirkan partikel-partikel yang ada di air

tanpa mengubah kandungan zat dalam air (penyakit, DO, CO2, amoniak, dll).

Sistem filter yang digunakan BBPBAT Sukabumi menggunakan model filter

vertikal seperti yang dikemukakan oleh Mashudi (2006). Filter dengan model

ini biasanya diletakkan di luar wadah pemeliharaan. Prinsip kerja filter model

vertikal ini adalah hukum gaya grafitasi, air dari dalam bak dialirkan

menggunakan pompa menuju bak filter, di dalam bak filter air disaring

kemudian air hasil saringan dialirkan kembali menuju bak-bak pemeliharaan.

46

Page 47: maskoki key'B

Pemasangan pompa air bertujuan untuk menciptakan sirkulasi (aliran air)

dalam wadah pemeliharaan induk sehingga air tetap bersih. Sirkulasi air

tersebut juga dapat membantu distribusi oksigen dan dapat menghanyutkan

sisa-sisa metabolisme, bahkan sirkulasi air tersebut dapat menekan daya

racun yang terkandung dalam air. Sedotan air di bawah bak yang kurang kuat

tetap menyisakan bahan organik dalam bak sehingga perlu dilakukan

penyifonan bak. Penyifonan dilakukan setiap dua hari atau jika dasar bak

sudah mulai dipenuhi bahan organik.

Dampak negatif dari sirkulasi air adalah menyebarnya penyakit yang diderita

satu Maskoki ke Maskoki lain. Untuk itu proses penyaringan seharusnya

melalui berbagai filter (biologi, fisik dan kimia). Bak filter di hatchery

Maskoki BBPBAT Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. (a), (b) dan (c) Filter Air hatchery

Selain kualitas air, pakan juga berperan penting dalam proses pemeliharaan

induk. Pakan yang diberikan berupa pelet buatan tanpa pakan tambahan lain.

Sedangkan pakan yang baik untuk Maskoki berupa pakan yang seimbang

kadar gizi dan seratnya.

Menurut Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990) penggunaan pakan alami

lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan karena

pakan alami dapat menghasilkan pertumbuhan lebih baik, hal ini disebabkan

oleh kandungan gizi dari pakan alami lebih mudah dicerna dan tidak

menyebabkan penurunan kualitas air.

47

a cb

Page 48: maskoki key'B

Pemberian pakan terhadap Maskoki untuk mengoptimalkan pertumbuhan

hendaknya dilakukan dengan mengkombinasikan antara pakan alami, pakan

buatan serta vitamin dan mineral.

Proses pemijahan dilakukan dengan dua cara yakni alami dan buatan.

Pemijahan baik secara alami maupun buatan tidak dilakukan pengukuran

panjang dan berat induk serta jumlah gonad maka sulit untuk melakukan

penghitungan FR, HR, serta SR. Hal ini dikarenakan komoditas Maskoki

bukan merupakan komoditas ikan yang intensif dibudidayakan di BBPBAT

Sukabumi.

Dalam Praktik Industri yang mahasiswa lakukan, mahasiswa diberi

kesempatan untuk melakukan pemijahan secara buatan serta melakukan

pengukuran panjang dan berat induk awal dan akhir sehingga dapat diketahui

berat gonad dengan cara mengurangkan berat induk awal dengan berat induk

hasil pemijahan. Dari data ini dapat diketahui derajat penetasan (HR) dari

masing-masing induk yang dipijahkan.

Penghitungan HR berdasarkan pada data hasil pengukuran yang terdapat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Berat Badan, Panjang Tubuh dan Berat Gonad

Indukan Maskoki

No. KeteranganOranda oranye

sirip potong

Oranda

oranye

Oranda

Merah

1.Berat badan dan panjang

tubuh sebelum striping

119,62 gr

17 cm

119,58 gr

16 cm

111,06 gr

17 cm

2.Berat badan dan panjang

tubuh setelah striping

104,77 gr

17 cm

107,01 gr

16 cm

93,87 cm

17 cm

3. Berat gonad 14,85 gr 12,57 gr 17,19 gr

Sumber: Data Primer

48

Page 49: maskoki key'B

Dari Tabel 5 dapat dihitung fekunditas telur Maskoki tiap indukan. Hal yang

dilakukan adalah mengambil sampel telur kemudian menimbang berat telur

sampel lalu menghitung jumlah telur.

Telur yang diambil sebagai sampel memiliki berat 0,08 gram dengan jumlah

86 butir telur maka dalam satu gram telur terdapat 1.075 butir telur, dengan

perhitungan sebagai berikut:

jumla h telur (1 gr )=1 gr x 86 butir0,08 gr

=1.075 butir

Setelah mengetahui berat gonad dan jumlah telur dalam satu gramam maka

diperoleh fekunditas telur tiap induk dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Oranda oranye sirip potong

fekunditas=14,85 gr x 1.075butir

gr=15.963 butir

2. Oranda oranye

fekunditas=12,57 gr x 1.075butir

gr=13.512 butir

3. Oranda merah

fekunditas=17,19 gr x 1.075butir

gr=18.479 butir

Telur hasil striping yang dicampur sperma tidak semua terbuahi, maka

dihitung jumlah telur terbuahi dan tidak terbuahi hingga memperoleh angka

derajat pembuahan (FR) dengan perhitungan sebagai berikut:

49

fekunditas=berat gonad ( gr ) x jumlahbutir

gr

jumlah telur (1 gr )=1 gr x jumlahtelur sampelberat telur sampel

FR= jumlah telur terbuahijumlahtelur total

x 100 %

Page 50: maskoki key'B

1. Oranda oranye sirip potong

FR= 8.71515.963

x 100 %=54,6 %

2. Oranda oranye

FR= 7.24513.512

x100 %=53,6 %

3. Oranda merah

FR=10.36018.479

x 100 %=56,1 %

Hari ketujuh setelah penetasan dilakukan panen larva untuk didederkan ke

kolam pendederan pertama, larva dari akuarium dipanen lalu dihitung untuk

mengetahui derajat penetasan (HR) telur hasil pemijahan tiap induk. Derajat

penetasan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Oranda oranye sirip potong

HR=1.9408.715

x 100 %=22,2%

2. Oranda oranye

HR=4.6007.245

x100 %=63,5 %

3. Oranda merah

HR= 6.21010.360

x 100 %=59,9 %

Larva hasil pemanenan kemudian didederkan pada kolam kerangkeng II

untuk pendederan pertama. Pada hari ke 10 dilakukan pemanenan untuk

pendederan kedua yakni dipindahkan ke kolam sekat. Dilakukan

50

HR= jumlahlarvajumlah telur terbuahi

x100 %

Page 51: maskoki key'B

penghitungan dan diperoleh nilai kelulus hidupan (SR) dengan perhitungan

sebagai berikut:

SR= 27512.650

x 100 %=2,17 %

Diperoleh nilai SR yang rendah karena pada sore hari setelah penebaran larva

turun hujan pertama kali sehingga larva tidak mampu bertahan hidup karena

kandungan logam berat dalam air hujan yang turun pertama kali setelah

musim kemarau sangat tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat dari Karl-Heinz

Bernhardt (1998) yang menyatakan “air hujan menjadi salah satu kendala

yang tidak bisa dianggap remeh, mengingat tingginya tingkat pencemaran

bukan hanya di daerah penghasil polusi tinggi, jika akan menggunakan air

hujan yang pertama turun perlu dipertimbangkan terlebih dahulu karena air

hujan yang turun pertama kali mengandung bahan-bahan berat berbahaya

sperti klorin”.

Untuk mencegah rendahnya nilai SR, pembudidaya harus mengetahui kondisi

cuaca sebelum melakukan proses pembenihan.

Media pemeliharaan induk memerlukan air yang bersih dan memiliki oksigen

yang cukup tinggi. Maskoki termasuk ikan yang mampu toleran dengan

berbagai variasi kualitas air dan suhu. Nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan

Maskoki dari 6 hingga 7. Maskoki mampu beradaptasi dengan baik, syaratnya

Maskoki terlebih dahulu harus diaklimatisasi, dengan tujuan agar terbiasa

dengan lingkungan barunya.

Maskoki sangat sensitif terhadap klorin yang biasanya digunakan pada air

olahan, untuk itu sebelum memelihara Maskoki sebaiknya air dibiarkan

51

SR= jumlahbenihjumlah larva saat tebar

x100 %

Page 52: maskoki key'B

minimal 24 jam dengan tujuan mengendapkan klorin yang ada dan dapat juga

ditambahkan zat anti klorin.

Penanganan hama dan penyakit Maskoki di BBPBAT Sukabumi tidak

dilakukan dengan cara yang dianjurkan. Ikan sakit disimpan dalam satu bak

fiber yang menggunakan sirkulasi air, jika telah cukup banyak ikan sakit

maka dilakukan pengobatan dengan cara menyiapkan akuarium kemudian

melarutkan abate 10 gram/100 l air, selanjutnya ikan sakit disatukan dalam

satu akuarium yang telah berisi larutan abate dan direndam selama 13 hari

dengan perlakuan pergantian air sebanyak satu kali pada seminggu pertama.

Penanganan hama dan penyakit tidak sesuai dengan prosedur, seharusnya ada

indikasi awal terlebih dahulu mengenai hama dan penyakit apa yang

menyerang masing-masing ikan, lalu setelah itu dilakukan penanganan

berdasarkan hama dan penyakit yang menyerang. Sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990) “penggunaan zat

kimia untuk memberantas serangan penyakit atau parasit pada ikan harus

didasarkan pada jenis organisme dan tempat penyerangan”.

Menurut Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990), Maskoki juga mempunyai

penyakit atau parasit tertentu yang sering menyerang bahkan menimbulkan

kematian. Sebenarnya banyak organisme penyakit atau parasit yang dapat

menyerang Maskoki akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah organisme

yang sering dijumpai saja.

Penanganan terhadap hama dan penyakit yang baik menurut Evi Liviawaty

dan Eddy Afrianto (1990) serta Mashudi (2006) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penanganan Hama dan Penyakit

No.Jenis hama dan

penyakitPenanganan

1. Argulus sp - Diberantas dengan cara manual yakni

52

Page 53: maskoki key'B

mencabut parasit satu-persatu dengan tangan

untuk melepaskannya dari tubuh ikan.

- Telur dan larva Argulus sp dapat dibunuh

dengan cara mengeringkan atau

memeberikan kapur ke dasar bak.

- Jika ikan yang terserang terlalu banyak dan

sulit jika dilakukan pencabutan secara

manual maka cara yang dilakukan untuk

membasmi Argulus sp adalah dengan

merendam ikan yang terkena Argulus sp ke

dalam larutan garam (NaCl) 20 gram per liter

air selama lima menit.

2. Lernea sp

- Diberantas dengan cara manual yakni

mencabut parasit satu-persatu dengan tangan

untuk melepaskannya dari tubuh ikan.

- Jika ikan yang terserang terlalu banyak maka

dilakukan pemberantasan dengan

perendaman dalam larutan formalin 250 mg

per 100 ml air selama 10 menit dan diulangi

sebanyak tiga kali setiap hari.

3.Ichthyophthirius

multifilis

- Dilakukan perendaman dengan larutan NaCl

murni 10-30 gram per liter air degan lama

perendaman tidak lebih dari 20 menit.

- Dapat pula dilakukan dengan perendaman

menggunakan larutan Methylen blue 2-4 ml

per empat liter air, perendaman dilakukan

selama 24 jam dan diulangi hingga 3-5 kali

hingga ikan benar-benar sembuh

Sumber: Evi Liviawaty dan Eddy Afrianto (1990) serta Mashudi (2006)

53

Page 54: maskoki key'B

Dalam hal pengolahan limbah ikan mati, BBPBAT Sukabumi belum

memiliki tempat dan cara yang tepat. Ikan mati dibuang begitu saja pada

tempat pembuangan berupa tanah yang sedikit berlubang dan terdapat

tanaman sejenis talas yang terletak di samping hatchery.

54

Page 55: maskoki key'B

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Proses produksi pembenihan Maskoki (Carassius auratus) di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merupakan

satu rangkaian produksi yang dimulai dari persiapan wadah dan media

pembenihan, pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur,

pemeliharaan larva dan pendederan benih Maskoki.

2. Proses pembenihan Maskoki di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air

Tawar (BBPBAT) Sukabumi tidak sepenuhnya menerapkan teknik yang

sering dipaparkan di berbagai literatur. Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi tidak menerapkan pengukuran

berat dan panjang induk sebelum dipijahkan sehingga tidak jarang tidak

ada data FR, HR dan SR pada tiap pemijahan. Selama praktik industri,

dilakukan satu siklus pembenihan Maskoki Oranda secara buatan dengan

FR rata-rata 54,77%, HR rata-rata 48,53%, dan SR 2,17%.

Pendederan dilakukan secara konvensional di kolam besar (luas) tanpa

dilakukan pengelolaan pakan dan pembesaran secara intensif yang

terkontrol dan dikelola dengan baik.

3. Penanganan hama dan penyakit yang dilakukan Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dilakukan

dengan perendaman menggunakan abate tanpa batas waktu perendaman.

Hal ini bersimpangan dengan prosedur yang baik yakni dilakukan indikasi

awal terlebih dahulu untuk menentukan jenis hama dan penyakit yang

menyerang kemudian dilakukan penanganan sesuai dengan serangan.

4. Maskoki merupakan komoditas ikan yang tidak secara intensif

dibudidayan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar

55

Page 56: maskoki key'B

(BBPBAT) Sukabumi untuk itu tidak dilakukan penghitungan untuk

analisis usaha.

B. Saran

1. Untuk menghasilkan benih Maskoki yang baik, sebaiknya dilakukan

pemilihan dan pemeliharaan induk secara intensif agar induk yang

dipijahkan dalam kondisi prima baik secara fisik maupun secara

kesehatan.

2. Air yang digunakan untuk proses pembenihan Maskoki sebaiknya air

yang telah diberi perlakuan terlebih dahulu yakni diendapkan minimal 24

jam untuk menambah kadar oksigen terlarut dan mengendapkan logam

berat yang terkandung dalam air tersebut. Penggunaan air hujan secara

langsung tidak dianjurkan karena mengandung klorin yang tidak baik

untuk pertumbuhan Maskoki.

3. Sebelum melakukan penanganan hama dan penyakit sebaiknya dilakukan

indikasi terlebih dahulu hama dan penyakit apa yang menyerang sehingga

proses penanganan dapat efektif.

56

Page 57: maskoki key'B

DAFTAR PUSTAKA

Arie, Usni dan Cecep Muharam. 2010. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Bernhardt, Karl Heinz. 1998. Goldfish and Fancy Goldfish. German: EURO

ART.

Lesmana, Darti Satyani dan Deden Daelami. 2009. Panduan Lengkap Ikan Hias

Air Tawar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya.

Liviawaty, Evi dan Eddy Afrianto. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya.

Bandung: Kanisius

Mashudi. 2006. Maskoki untuk Kontes. Jakarta: CV. Citra Cipta Purwosari.

Ndilo, Yunias. 2011. Pembenihan Maskoki di BBPBAT. Artikel [Online].

Tersedia: http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/10/pembenihan-ikan-

mas-koki-di-bbpbat.html [diunduh pada Sabtu 29 Oktober 2011 Pukul 14:21

WIB].

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas.

Bandung: Nuansa Aulia.

57