Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta

29
22 BAB I PENDAHULUAN A.Pengantar Pada Perjanjian Giyanti 1972, Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. 1 Di Daerah Istimewa Yogyakarta dibangun empat masjid yang dijadikan sebagai Pathok Negoro yang masing-masing masjid tersebut dibagi sesuai dengan arah mata angin. Saat itu masjid Pathok Negoro dipergunakan sebagai sarana penyebaran dakwah/pengembangan agama Islam. Masjid tersebut antara lain Masjid Mlangi sebagai Pathok Negoro sebelah Barat, Masjid Dongkelan untuk Pathok Negoro sebelah Selatan, Masjid Babadan untuk sebelah Timur dan Masjid Ploso Kuning untuk sebelah Utara. 2 Sedangkan untuk Masjid Mlangi sendiri, merupakan masjid yang dibangun setelah masjid Kauman dan menjadi Masjid Pathok Negoro dalam khasanah Karaton Yogyakarta sekaligus pendamping Masjid Kampung Kauman yang sudah lama berdiri. Pendiri masjid Mlangi sendiri adalah Mbah Kyai Nur Iman. Sedangkan Masjid Pathok Negoro di Ploso Kuning, Masjid Pathok Negoro di Babadan dan Masjid Pathok Negoro Di Dongkelan yang mendirikan adalah putra-putra dari Mbah Kyai Nur Iman. 3 1 Hasil wawancara terhadap Bapak Mustafid (selaku anak takmir Masjid Mlangi) di rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015. 2 Film Dokumenter Masjid Pathok Negoro Masjid Mlangi. Fajar Yulianto. 2013. 3 Ibid.,

Transcript of Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta

22

BAB I

PENDAHULUAN

A. PengantarPada Perjanjian Giyanti 1972, Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua,

yaitu Yogyakarta dan Surakarta.1Di Daerah Istimewa Yogyakarta dibangun empat

masjid yang dijadikan sebagai Pathok Negoro yang masing-masing masjid tersebut

dibagi sesuai dengan arah mata angin. Saat itu masjid Pathok Negoro dipergunakan

sebagai sarana penyebaran dakwah/pengembangan agama Islam. Masjid tersebut

antara lain Masjid Mlangi sebagai Pathok Negoro sebelah Barat, Masjid Dongkelan

untuk Pathok Negoro sebelah Selatan, Masjid Babadan untuk sebelah Timur dan

Masjid Ploso Kuning untuk sebelah Utara.2

Sedangkan untuk Masjid Mlangi sendiri, merupakan masjid yang dibangun

setelah masjid Kauman dan menjadi Masjid Pathok Negoro dalam khasanah Karaton

Yogyakarta sekaligus pendamping Masjid Kampung Kauman yang sudah lama

berdiri. Pendiri masjid Mlangi sendiri adalah Mbah Kyai Nur Iman. Sedangkan

Masjid Pathok Negoro di Ploso Kuning, Masjid Pathok Negoro di Babadan dan

Masjid Pathok Negoro Di Dongkelan yang mendirikan adalah putra-putra dari Mbah

Kyai Nur Iman.3

B. Tujuan1. Mengenal Masjid Mlangi lebih dekat

2. Mengetahui sejarah berdirinya Masjid Mlangi

3. Mengetahui peran dan fungsi Masjid Mlangi ketika kerajaan Islam berjaya

4. Mengetahui keadaan realitas Masjid Mlangi saat ini

5. Mengetahui pengaruh Masjid Mlangi terhadap masyarakat sekitar

6. Mengetahui pendapat warga sekitar tentang Masjid Mlangi

1Hasil wawancara terhadap Bapak Mustafid (selaku anak takmir Masjid Mlangi) di rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.2Film Dokumenter Masjid Pathok Negoro Masjid Mlangi. Fajar Yulianto. 2013.3Ibid.,

22

BAB II

PROFIL

A. LokasiPathok Negoro Masjid Mlangi terletak di tengah-tengah Dusun Mlangi,

Kelurahan Nogotirto Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Secara geografis

dusun ini memiliki kawasan yang sangat luas yaitu sekitar 4 hektar. Masjid tersebut

dibangun pada tahun 1728 oleh Kyai Nur Iman atau Bendoro Raden Mas Sandiyo

atau Pangeran Hangebehi Sandiyo (kakak pertama Sri Sultan Hamengkubuono I) dan

dibangun saat masa kesultanan Sri Sultan Hamengkubuono I. Pada masa

pemerintahan Hamengkubuwono II bangunan Masjid di pindah sedikit ke timur

bangunan lama dan di bangun sama dengan ketiga masjid Pathok Negoro lainnya.

Gaya bangunannya Masjid Mlangi sendiri mengikuti gaya arsitektur Jawa dengan

penyangga-penyangga kayu dan beratap tumpang.4

Saat ini beberapa komponen bangunan tersebut merupakan material baru.

Hasil renovasi pemerintah pada tahun 2012 yang dilakukan untuk mengembalikan

bentuk asli masjid Pathok Negoro Mlangi.5 Pada tahun 1955 pihak Keraton

Yogyakarta menyerahkan pengelolaan masjid kepada masyarakat Mlangi dan pada

tahun 1988 pengurus masjid melakukan renovasi untuk menambah daya tampung

jamaah karena jumlah jamaah yang terus bertambah.6

Memasuki gapura halaman masjid, terdapat beberapa tangga menurun.

Apabila dilihat dari tinggi tanah pada umumnya, lokasi masjid ini lebih rendah

dibanding tanah sekitarnya. Sisi luar masjid terdapat tembok beteng mengelilingi

masjid. Halaman bagian utara terdapat bangunan ruang pertemuan. Di sisi barat, utara

dan timur laut terdapat makam warga-warga sekitar yang dimakamkan bersampingan

dengan masjid. Sedangkan di sisi barat Masjid terdapat persemayaman Kyai Nur Iman

selaku pendiri masjid dan keluarga. Makam Kyai Nur Imam mendapat tempat khusus,

yakni makamnya di tempatkan di bangunan seperti rumah dan hanya dibuka pada

4http://jogja.tribunnews.com/2014/07/05/masjid-pathok-negoro-yang-pertama-dibangun-di-mlangi/ . Diakses pada tanggal 13 januari 2015. Jam 15:18.5Ibid.,6Ibid.,

22

waktu-waktu tertentu. Bagian depan tempat wudhu wanita dan pria, sisi kanan dan

kiri masjid terdapat blumbang (kolam kecil) sebagai tempat membersihkan kaki

jamaah sebelum memasuki masjid. Selain itu di dalam masjid terdapat bedug yang

cukup besar, mimbar dan kenthongan yang terdapat di sisi kanan dekat tempat wudhu

perempuan. Sedangkan di depan pintu masjid terdapat kaligrafi yang bertuliskan

“Niat untuk menjalankan iktikaf”.

22

BAB III

KEGIATAN

A. Sejarah Mesjid MlangiMenurut hasil wawancara kelompok terhadap Bapak Mustafid7, Mesjid Jami

Mlangi didirikan oleh Mbah Nuriman pada tahun 1758. Beliau adalah Kakak

kandung Sri Sultan Hamengkubuwono I, tetapi berbeda ibu. Hal ini tidak terlepas dari

peristiwa perjanjian Giyanti 1972, Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua, yaitu

Yogyakarta dan Surakarta. Kemudian Keraton membangun masjid-masjid di empat

penjuru negara sesuai arah mata angin yang kemudian disebut Pathok Negoro, dengan

Mesjid Gede sebagai pusatnya. Mesjid Jami Mlangi sendiri terletak di bagian barat.

Daerah Mlangi disebut dengan tanah Perdekan. Ketika Sri Sultan

Hamengkubuwono I ingin menduduki tahta dan diangkat menjadi Sultan atau Raja,

beliau merasa kesulitan. Ada saja hambatan yang datang. Kemudian

dispiritualisasikan oleh pihak Keraton dan diselidiki penyebab-penyebabnya, ternyata

masih ada kakak kandung yang berhak menjadi raja.

Pihak Keraton meminta Mbah Nuriman untuk menjadi raja. Akan tetapi Mbah

Nuriman tidak bersedia menjadi raja. Beliau lebih memilih untuk mengembara dan

mengembangkan dakwah Islam. Atas pilihannya itu, Keraton memberinya tanah

Perdekan kemudian memilih Mlangi sebagai tanah Perdekan. Di tanah itulah beliau

membangun masjid dan berdakwah, mengembangkan dan mengajarkan ajaran Islam.

Nama Mlangi sendiri berasal dari kata bahasa Jawa mulangi yang berarti

mengajar. Selain itu Mbah Nuriman menjadi tokoh sentral dalam mempelopori

budaya pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan Islam di daerah Mlangi ini.

Beberapa pondok pesantren yang terdapat di Daerah Mlangi diasuh oleh keturunan

Mbah Nurimam. Adapun pondok pesantren yang terdapat di Mlangi adalah Pondok

Pesantren An Nawawi, Pondok Pesantren Al Miftah,Pondok Pesantren As Salafiyah

(pondok pesatren tertua), Pondok Pesantren Falahiyah, Pondok Pesantren Al Huda,

7Hasil wawancara terhadap Bapak Mustafid (selaku anak takmir Masjid Mlangi) di rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.

22

Pondok Pesantren Mlangi Timur, Pondok Pesantren Hujatul Islam, Pondok Pesantren

As Salamiyyah, Pondok Pesantren An Nasyath, Pondok Pesantren Ar Risalah, Pondok

Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, Pondok Pesantren Al Qur’an, Pondok Pesantren

Darussalam, Pondok Pesantren Aswaja Nusantara, dan Pondok Pesantren Kuno. Oleh

karena itu Daerah Mlangi dikenal sebagai daerah santri di Yogyakarta.

B. Peran dan Fungsi Masjid ketika Kerajaan Islam BerjayaPak Mustafid tidak mengetahui secara spesifik peran dan fungsi Masjid Jami

Mlangi pada masa kejayaan Islam. Peran Masjid Mlangi pada awal pendiriannya

kemungkinan secara konvensional untuk kegiatan ibadah, shalat, pendidikan.

Sementara fungsinya adalah sebagai benteng Keraton atau pilar spiritual Keraton,

serta benteng moral.8

Di daerah Mlangi ini, ada 15 pesantren yang difungsikan sebagai sarana

tafaqquh fiddin untuk anak-anak dan remaja. Semua pemuda Mlangi disekolahkan di

pesantren-pesantren tersebut. Setiap sore hari pemuda sekitar pergi ke pondok

pesantren untuk mengaji atau belajar keagamaan lainnya.

C. Realitas Masjid Saat IniMenurut hasil wawancara dengan Pak Mustafid,Masjid Jami’ Mlangi masih

eksis sampai sekarang. Masjid ini juga masih menjadi pusat kegiatan keagamaan di

masyarakat. Sedangkan Masjid Mlangi saat ini lebih sering dipergunakan oleh para

orang tua dan orang dewasa laki-laki. Setiap ba’da shubuh dan ba’da magrib, di

mesjid ini diadakan pengajaran atau ceramah mengenai tasawuf. Sedangkan ibu-ibu

dan para pemuda atau remaja melaksanakan shalat berjamaah di pesantren atau di

rumah.

Selain itu, masjid ini biasanya digunakan sebagai pusat kegiatan perayaan hari

besar Islam. Contohnya kegiatan Maulid Nabi. Masyarakat sekitar menyebutnya

Gladen, yaitu membacakan shalawat menggunakan langgam (lagu) Jawa. Acara

Gladen ini sasarannya adalah seluruh masyarakat dari mulai anak-anak hingga orang

tua. Seperti yang dilaksanakan pada Sabtu tanggal 03 Januari 2015. Malam harinya

8Ibid,.

22

dilaksanakan acara Rodatan yang diiringi dengan permainan rebana, tetapi masyarakat

Mlangi menyebutnya Kojan. kojan merupakan tarian seperti Tari Saman, tetapi khas

masyarakat Mlangi. Fungsinya bukan sebagai entertainment tetapi lebih kepada puji-

pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan membaca Albarjanji di mesjid.

Kegiatannya diselenggarakan dari pagi hingga siang, diikuti oleh anak-anak dan

remaja hingga orang tua. Tetapi malam harinya, biasanya diikuti oleh pemuda.

Sedangkan pada siang haridi isi dengan kesenian khas yang berupa shalawat khas

Mlangi.

Sehari-hari, masjid Mlangi hanya digunakan untuk shalat berjamaah oleh para

orang tua dan orang dewasa yang laki-laki. Di bagian samping masjid, ada ruangan

khusus untuk jamaah wanita yang sedang berkunjung di masjid. Namun para pemudi

dan ibu-ibu biasa melaksanakan salat berjamaah di masing-masing pondok atau di

rumah. Hal ini sudah menjadi tradisi masyarakat Mlangi.

Masjid Jami’ Mlangi ini juga menjadi tempat wisata religius yang cukup

diminati. Pengunjung biasanya datang dari berbagai daerah, baik dari dalam kota

maupun luar kota. Khususnya pada hari-hari besar Islam, misalnya bulan Ruwah,

banyak pendatang yang menyambanginya untuk melakukan ziarah ke makam Kyai

Nur Imam dan Masjid Mlangi sendiri sebagai salah satu Pathok Negoro.Para Ziarah

biasa datang harian, dan setiap malam jum’at dan bulan-bulan tertentu, yaitu bulan

Ruwah banyak yang datang. Sedangkan saat menjelang ujian, banyak remaja yang

datang untuk belajar disekitaran masjid atau makam. Mereka merasa belajar disana

lebih masuk.

D. Pengaruh Masjid terhadap MasyarakatMenurut hasil wawancara, masyarakat Mlangi sebagian besar bekerja sebagai

wirausahawan.9 Mereka memiliki dan mengelola toko makanan dan perlengkapan

busana muslim. Seperti pembuatan jilbab yang dikreasikan dengan di lukis sesuai

dengan motif pesanan. Ada juga yang berprofesi sebagai pembuat kaligrafi. Hanya

sedikit masyarakat sekitar yang bekerja sebagai petani.

Ketika melakukan pengamatan, kami menemukan banyak pemudi yang

merupakan santri dari pondok sekitar yang membantu di toko-toko milik masyarakat.

9Ibid,.

22

Mereka membantu membuat kerajianan tangan dan kreasi seni, misalnya kaligrafi,

jilbab lukis, dan lain-lain.

Kami juga melihat tingginya kesadaran keberagamaan pada masyarakat sekitar

masjid. Hal ini dibuktikan ketika adzan berkumandang, toko-toko yang sedang buka

segera ditutup, kemudian pemiliknya bersiap untuk melaksanakan shalat berjamaah di

masjid, terutama para orangtua yang laki-laki. Setelah shalat jamaah di masjid selesai,

toko-toko kemudian dibuka kembali.

Masyarakat Mlangi sebagian besar merupakan Nahdiyin. Di antara yang

menunjukkannya adalah lambang Nahdlatul Ulama yang tertera di gapura Masjid

Jami’ Mlangi. Menurut Pak Mustafied, lambang tersebut tidak sejak awal tertera pada

gapura. Lambang tersebut baru dibuat setelah terjadi konflik antara kelompok

masyarakat Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Mlangi. Konflik tersebut

disebabkan oleh kelompok Muhammadiyah yang ingin mengambil alih Masjid

Mlangi. Takmir masjid pada saat itu merupakan kelompok Muhammadiyah dan ingin

mengubah hal-hal yang sudah menjadi tradisi di masyarakat Mlangi. Tetapi kelompok

NU bersikap resisten, dan ingin tetap melestarikan tradisi yang sudah ada di

masyarakat. Sebagai penegaskan bahwa masjid ini mengikuti Nahdlatul Ulama, oleh

karena itu dibuatlah lambang Nahdlatul Ulama pada gapura masjid.

Secara umum konflik ini tidak mempengaruhi peran dan fungsi masjid Mlangi

bagi masyarakat. Konflik tersebut tidak mengurangi jamaah masjid dan kegiatan

masyarakat berjalan sebagaimana biasanya. Akan tetapi kelompok Muhammadiyah

yang cenderung keras kemudian mendirikan masjid sendiri yaitu masjid Hujjatul

Islam. Menurut Pak Mustahfid konflik ini merupakan bagian dari dinamika

masyarakat.

Religiusitas masyarakat sekitar masjid juga tercermin dari gaya berpakaian

mereka. Banyak ditemui para remaja putri dan ibu-ibu mengenakan jilbab dan

kerudung di luar rumah maupun di dalam rumah. Sementara anak-anak dan remaja

laki-laki mengenakan sarung dan peci khas anak pesantren, baik di luar rumah

maupun di dalam rumah. Karena rata-rata masyarakat Mlangi beragama Islam dan

sudah menunaikan ibadah haji.

22

E. Pendapat Masyarakat Sekitar dengan Adanya Masjid Pathoknegoro

1. Pendapat bapak Sudirman

Bapak Sudirman berusia 60 tahun, beliau bekerja sebagai petugas kebersihan

di masjid. Menurut beliau, warga disini semuanya mayoritas islam NU (Nahdhatul

Ulama).10

a. Untuk kegiatan di masjid sendiri, jika ada peringatan hari besar Islam selalu di

adakan di masjid Pathoknegoroini. Pada peringatan hari besar Islam, masjid

Pathoknegoro menjadi pusat terlaksananya acara untuk memperingati hari

besar Islam. Misalnya, pada Maulid Nabi Muhammad SAW. Di masjid

mengadakan acara yaitu shalawat Nabi bersama, ada juga tarian yang hampir

menyerupai dengan tarian Aceh, namun yang ditampilkan itu hasil buatan

masyarakat sekitar.

b. Untuk kegiatan sehari-hari, setiap selesai shalat maghrib hingga isya’ hari

sabtu malam sampai kamis terdapat pengajian. Bukan hanya selesai shalat

maghrib, tapi juga selesai shalat subuh. Waktu pengajiannya lebih banyak

setelah maghrib, setelah subuh hanya setengah jam.

c. Untuk jama’ah sehari-hari, masyarakat banyak yang mengikuti jama’ah bisa

hingga 3 hingga 4 shaff mulai dari shalat subuh hingga isya’, tapi shalat

dhuhur cenderung berkurang karena masih banyak yang bekerja. Namun juga

yang mengikuti jama’ah di masjid hanyalah kaum laki-laki dankaum

perempuan berjama’ah di pesantren.

2. Pendapat Ibu Lastri

Ibu Lastri berumur 35 tahun, kegiatan beliau sehari-hari sebagai Ibu Rumah

Tangga. Menurut beliau adanya masjid Pathoknegoro ini aktif digunakan untuk

shalat Fardhu, sebagai wisata religi setiap bulan maulud, untuk ziarah (kuburan

yang ada disekeliling masjid Pathoknegoro yang dibuka pada setahun sekali),

banyak pondok juga yang mengunjungi masjid Pathoknegoro juga yang

berziarah.11

3. Pendapat Ibu Rumaya

Ibu Rumaya adalah seorang warga yang rumahnya bersebelahan dengan

masjid Pathoknegoro, kegiatan sehari-hari Ibu Rumaya yaitu sebagai wiraswasta.

10Hasil wawancara terhadap Bapak Sudirman di teras Masjid Mlangi. Pada tanggal 05 Januari 2015.11Hasil wawancara terhadap Ibu Lastri di toko. Pada tanggal 05 Januari 2015.

22

Menurut Ibu Rumaya di dirikannya masjid Pathoknegoro ada keuntungan

tersendiri karena dari adanya masjid tersebut Ibu Rumaya bisa melaksanakan atau

mengikuti kegiatan ibadah yang di adakan di masjid tersebut.12

4. Pendapat Pak Asmuni

Bapak Asmuni adalah warga sekitar masjid Pathoknegoro yang bekerja di

sebuah Rumah Sakit di Yogyakarta. Hal yang bisa di dapatkan dari adanya

didirikannya masjid Pathoknegoro menurut Bapak Asmuni yaitu bisa mendapat

ilmu sejarah dari zaman dahulu dan ilmu agama dari ilmu sorof, mendapat ilmu

hukum-hukum agama, mengetahui budaya-budaya yang ada di masjid

Pathoknegoro.13

5. Humaidah (santri pondok)

Humaidah adalah salah satu santri pondok yang ada di sekitar masjid. Menurut

pendapat Humaidah dengan adanya masjid Pathoknegoro yaitu bisa mengikuti dan

memperingati maulid Nabi dengan seksama dan meriah, bisa mengikuti TPA yang

diadakan setiap bulan ramadhan, bisa belajar kitab kuning karena setiap pagi

diadakan pengajian yang menggunakan kitab kuning.14

12Hasil wawancara terhadap Ibu Rumaya di warungnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.13Hasil wawancara terhadap Pak Asmuni di depan rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.14Hasil wawancara terhadap Humaidah di rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.

22

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanPathok Negoro Masjid Mlangi terletak di tengah-tengah Dusun Mlangi,

Kelurahan Nogotirto Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Masjid tersebut

dibangun pada tahun 1728 oleh Kyai Nur Iman atau Bendoro Raden Mas Sandiyo

atau Pangeran Hangebehi Sandiyo (kakak pertama Sri Sultan Hamengkubuono I) dan

dibangun saat masa kesultanan Sri Sultan Hamengkubuono I. Gaya bangunannya

Masjid Mlangi sendiri mengikuti gaya arsitektur Jawa dengan penyangga-penyangga

kayu dan beratap tumpang. Selain itu masjid ini sudah beberapa kali mengalami

renovasi, untuk mengembalikan bentu asli masjid. Di sekitaran masjid dikelilingi

dengan benteng, dan makam-makam warga sekitar serta Mbah Kyai Nuriman selaku

pendiri masjid.

Sejarah berdirinya Masjid Mlangi adalah ketika Sri Sultan Hamengkubuwono

I ingin menjadi Raja, beliau merasa kesulitan. Kemudian dispiritualisasikan oleh

pihak Keraton dan diselidiki penyebabnya, ternyata masih ada kakak Sri Sultan

Hamengkubuono yang berhak menjadi raja. Lalu pihak Keraton meminta Mbah

Nuriman untuk menjadi raja. Akan tetapi Mbah Nuriman tidak bersedia menjadi raja.

Beliau lebih memilih untuk mengembara dan mengembangkan dakwah Islam. Atas

pilihannya itu, Keraton memberinya tanah Perdekan kemudian memilih Mlangi

sebagai tanah Perdekan. Sedangkan nama Mlangi sendiri berasal dari kata bahasa

Jawa mulangi yang berarti mengajar. Selain itu disekitaran daerah Mlangi terdapat

beberapa pondok pesantren yang difungsikan sebagai sarana tafaqquh fiddin untuk

anak-anak dan remaja.

Peran Masjid Mlangi saat kerajaan Islam berjaya adalah peran konvensional,

yaitu untuk kegiatan ibadah, shalat, pendidikan. Sementara fungsinya adalah sebagai

benteng Keraton atau pilar spiritual Keraton, serta benteng moral.

Realitas Masjid Mlangi saat ini adalah menjadi pusat kegiatan keagamaan di

masyarakat. Sedangkan untuk sholat fardhu dan jumaatan Masjid Mlangi saat ini lebih

sering dipergunakan oleh para orang tua dan orang dewasa laki-laki. Sedangkan ibu-

22

ibu dan para pemuda atau remaja melaksanakan shalat berjamaah di pesantren atau di

rumah. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah setiap ba’da shubuh dan ba’da

magrib, di mesjid ini diadakan pengajaran atau ceramah mengenai tasawuf, pusat

kegiatan perayaan hari besar Islam. Contohnya kegiatan Maulid Nabi, bulan

Ramadhan, wisata religi, dll.

Pengaruh Masjid Mlangi terhadap masyarakat sekitar terciptanya masyarakat

religiusitas di sekitar masjid yang tercermin dari gaya berpakaian mereka. Banyak

ditemui para remaja putri dan ibu-ibu mengenakan jilbab dan kerudung di luar rumah

maupun di dalam rumah. Sementara anak-anak dan remaja laki-laki mengenakan

sarung dan peci khas anak pesantren, baik di luar rumah maupun di dalam rumah.

B. SaranSebagai peninggalan sejarah islam, sebagai seorang muslim sepatutnya kita

jaga dan mengkaji dusun Mlangi ini sebagi ilmu pengetahuan perkembangan Islam di

Yogyakarta. Serta dapat menerapkan hal-hal positif yang dapat diambil untuk

dijadikan pembelajaran.

22

DAFTAR PUSTAKA

Film Dokumenter Masjid Pathok Negoro Masjid Mlangi. Fajar Yulianto. 2013.

Hasil wawancara terhadap Bapak Mustafid (selaku anak takmir Masjid Mlangi) di

rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.

Hasil wawancara terhadap Bapak Sudirman di teras Masjid Mlangi. Pada tanggal 05

Januari 2015.

Hasil wawancara terhadap Humaidah di rumahnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.

Hasil wawancara terhadap Ibu Lastri di toko. Pada tanggal 05 Januari 2015.

Hasil wawancara terhadap Ibu Rumaya di warungnya. Pada tanggal 05 Januari 2015.

Hasil wawancara terhadap Pak Asmuni di depan rumahnya. Pada tanggal 05 Januari

2015.

http://jogja.tribunnews.com/2014/07/05/masjid-pathok-negoro-yang-pertama-

dibangun-di-mlangi/. Diakses pada tanggal 13 januari 2015. Jam 15:18.

22

LAMPIRAN

1. Kegiatan wawancara di Rumah Bapak Mustafid

22

22

22

2. Kegiatan/pekerjaan masyarakat setempat

Kaligrafi menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat

22

Salah satu usaha masyarakat sekitar yang berjualan snack dan jilbab

Jilbab tulis kreasi masyarakat setempat

3. Observasi bangunan Masjid Mlangi

22

22

22

22

22

4. Salah seorang masyarakat sekitar, yang saat adzan berkumandang. Beliau menutup

warungnya.

5. Salah satu wawancara pendapat masyarakat sekitar (Mbak Humaidah) tentang Masjid

Mlangi