masalah kemiskinan lengkap

9
1. Masalah Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum. Kemiskinan dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu : a. Kemiskinan Absolut Dimana dengan pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tertentu. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. b. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat. Dengan kata lain, kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan. Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari: (1) Kemiskinan natural, (2) Kemiskinan kultural, dan (3) Kemiskinan structural 1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah. 2. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah

Transcript of masalah kemiskinan lengkap

Page 1: masalah kemiskinan lengkap

1.     Masalah Kemiskinan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.

Kemiskinan dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu :

a.   Kemiskinan Absolut

Dimana dengan pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup dibawah

garis kemiskinan tertentu.  Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan

untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.

b.  Kemiskinan RelatifKemiskinan relatif yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing

golongan pendapatan.  Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk

mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat.  Dengan kata lain,

kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan.

Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus

menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari: (1) Kemiskinan

natural, (2) Kemiskinan kultural, dan (3) Kemiskinan structural

1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang

miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak

memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya

manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut

serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan

yang rendah.

2. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok

masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya

di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.

Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi

dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah

tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah

menurut ukuran yang dipakai secara umum.

3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktorfaktor

buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi

aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi

dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu

2.     Beban Kemiskinan Global

Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya kaum

wanita yang pada umumnya merupakan pihak yang selalu dirugikan.   Mereka merupakan pihak

yang menanggung beban kerja yang lebih banyak daripada kaum pria di saat berada dalam

situasi rumah tangga miskin.  Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat

adanya ketidakmerataan tersebut dan kualitas hidup masa depan mereka terancam karena tidak

tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan dan pendidikan.

Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan(inequality).  Perbedaanya

yaitu kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup yang absolut dari bagian masyarakat

tertentu , sedangkan ketimpangan mengacu pada standar hidup yang relatif dariseluruh

Page 2: masalah kemiskinan lengkap

masyarakat.  Pada tingkat ketimpangan yang ekstrim, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja dan

tingkat kemiskinan semakin tinggi.

3.     Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (Consumption-based Poverty

Line) terdiri atas dua elemen, yaitu :

1) Pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi standar gizi minimum dan kebutuhan

mendasar lainnya.  Biaya untuk mendapatkan kalori minimum dan kebutuhan lain dihitung

dengan melihat harga-harga makanan yang menjadi menu golongan miskin.

2) Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi yang mencerminkan biaya partisipasi dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari.  Sehingga sifatnya lebih subyektif.

Kriteria untuk membedakan penduduk miskin dengan yang tidak miskin mencerminkan

prioritas nasional tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan.  Namun umumnya pada

saat negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum yang bisa

diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan akan berubah.

4.     Besarnya Tingkat Kemiskinan yang     Terjadi

Cara yang paling sederhana untuk mengukur jumlah kemiskinan adalah dengan

menghitung jumlah orang miskin sebagai proporsi dari populasi. Cara yang lazim disebut

dengan Headcount index, ini sangat bermanfaat meskipun indikator ini sering dikritik karena

mengabaikan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.  Oleh karena itu, untuk

mengatasi kesenjangan kemiskinan pendapatan atau Poverty Gap digunakan untuk mengatasi

kelemahan Headcount Index.  Poverty Gap menghitung transfer yang akan membawa

pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis kemiskinan, sehingga

kemiskinan dapat dilenyapkan.

Ada 3 tingkat kemiskinan, antara lain :

a) Kemiskinan Ekstrim (Extreme Poverty)

Menunjukkan kondisi rumah tangga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk

bertahan hidup, menderita kelaparan kronis, tidak mampu mengakses kesehatan, tidak

memiliki air bersih dan sanitasi, tidak mampu menyekolahkan sebagian atau seluruh anaknya,

rumahnya tidak memiliki atap yang memadai untuk melindungi dari panas atau hujan, dan

pakaian atau sepatu yang sederhana.

b) Kemiskinan Moderat (Moderate Poverty)

Menunjukkan kondisi hidup dimana kebutuhan dasar sudah terpenuhi, namun masih relatif

sederhana, karena umumnya hanya memiliki pendapatan antara US$1-2 per hari.

c) Kemiskinan Relatif (Relative Poverty)

Umumnya ditemukan untuk rumah tangga dengan pndapatan di bawah proporsi rata-rata

pendapatan nasional.

Gambar 1

Jumlah Penduduk yang Tergolong Miskin Ekstrim

Berdasarkan Kawasan

 Keterangannya adalah 93% penduduk miskin yang tergolong ekstrim berada di kawasan

Asia Timur, Asia selatan, dan Subsahara Afrika.  Hampir separuh penduduk Afrika hidup miskin

secara ekstrim dan bahkan cenderung meningkat selama 1981-2001.  Negara-negara di Asia

Selatan dan asia Timur merupakan kawasan kedua dan ketiga yang memiliki jumlah penduduk

miskin terbesar.  Proporsi penduduk ekstrim di Asia Timur turun drastis dari 58% pada tahun

Page 3: masalah kemiskinan lengkap

1981 menjadi 15% pada tahun 2001.  Di Asia Selatan tingkat kemiskinan ekstrim juga turun

meski tidak begitu drastis yaitu dari 52% tahun 1981 menjadi 31% tahun 2001.

5.     Indikator Kemiskinan di Indonesia

5. 1.  Garis Kemiskinan BPS

Badan Pusat Statistik  (BPS) menggunakan batas miskin dari komponen kebutuhan dasar

terdiri dari pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan pedesaan

berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu :

a)   Pendekatan Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach)

Pendekatan ini paling sering digunakan.  Dalam metode BPS, kemiskinan

dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.  Dengan

demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food

line) dan garis makanan non makanan (non-food line).

3 Kelemahan utama dalam penggunaan pendekatan kebutuhan dasar, antara lain:

1.Kemiskinan dikonseptualisasikan memenuhi kebutuhan dasar dan hanya diukur dari sisi

pengeluaran perkapita, padahal kemiskinan sangat kompleks dan mempunyai banyak dimensi

sosial dan kultural.

2.Metodologi pengukuran standar kebutuhan minimum. Misalnya, perbandingan garis

kemiskinan antara daerah perkotaan dan pedesaan yang digunakan dalam metode BPS kurang

merepresentasikan perbedaan biaya hidup riil antara daerah perkotaan dan pedesaan (terutama

untuk periode sebelum 1993).

3. Masih adanya perdebatan tentang pengukuran nilai standar minimum.

b)   Pendekatan Headcount Index

Rumus :

P α = 1ni=1qz-yiz

Keterangan:

α = 0, 1, 2

z = Garis Kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan (i = 1, 2, …, q), z < yi

q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

n = Jumlah penduduk

Jika α = 0 maka diperoleh Head Count Index P0 yaitu persentase penduduk miskin.  Jika α

= 1 disebut indeks kedalaman kemiskinan P1 sedangkan jika α = 2 disebut indeks keparahan

kemiskinan P2.  Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan

pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin.  Indeks keparahan

kemiskinan merupakan jumlah dari poverty gap tertimbang dimana penimbangnya sebanding

dengan poverty gap itu sendiri.

5. 2.  Garis Kemiskinan Versi BKKBN

Pendataan keluarga oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN)

dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan keluarga.  Pendekatan BKKBN ini masih

dianggap kurang realistis karena konsep Keluarga Pra Sejahtera dan KS l sifatnya normatif dan

lebih sesuai dengan keluarga kecil.

Page 4: masalah kemiskinan lengkap

5. 3.  Garis Kemiskinan Versi World Bank

Bank dunia menggunakan dua kriteria dalam menentukan garis kemiskinan, yaitu :

1)   Menggunakan garis kemiskinan nasional yang didasarkan pada pola konsumsi 2.100 kalori

per hari.

2)   Menggunakan garis kemiskinan internasional berdasarkan PPP(Purchasing Power

Parity) US$1 dan US$2.

Untuk dapat membandingkan tingkat kemiskinan antarnegara, Bank Dunia menggunakan

estimasi konsumsi yang dikonversi ke dalam dolar AS dengan menggunakan PPP (PPP for

Consumption)dan bukan nilai tukar (Exchange Rate).  Digunakannya PPP dan bukan kurs

sebagai dasar perbandingan kemiskinan antarnegara, karena konversi kurs nilai mata uang suatu

negara terhadap PDB dan komponen-komponennya dapat memberikan hasil yang tidak

konsisten.  Ketidakkonsistenan tersebut berupa :

1)   Konversi kurs gagal mencerminkan tingkat volume barang dan jasa yang sebenarnya

diperbandingkan selama tahun tertentu.

2)   Konversi kurs gagal mencerminkan pergerakan dalam volume relatif barang dan jasa

sepanjang waktu.

Garis kemiskinan nasional yang dikeluarkan BPS berdasarkan pola konsumsi digunakan

Bank Dunia untuk menganalisis profil kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan telaah strategi

atau program antikemiskinan di sebuah negara.  Namun, parameter kemiskinan yang digunakan

oleh suatu negara tidak bisa digunakan oleh negara lain. Oleh karena itu, dibuatlah garis

kemiskinan internasional dalam bentuk nilai tukar PPP US$1 dan US$2 sebagai standar

internasional yang bisa diterapkan di seluruh negara.

5. 4.  Garis Kemiskinan yang Lain

Garis kemiskinan lain yang paling dikenal adalah versi Profesor Sajogyo, yang

menggunakan suatu garis kemiskinan yang didasarkan atas harga beras.  Sajogyo mendefinisikan

batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras.

Sayangnya, pendekatan Sajogyo ini memiliki kelemahan yaitu tidak mempertimbangkan

perkembangan tingkat biaya riil.

Ukuran kemiskinan Sajogyo banyak dikritik setidaknya dua hal yaitu mengandalkan pada

satu harga dan beras tetap menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, porsinya

dalam anggaran keluarga, bahkan dalam keluarga miskin menurun secara cepat.  Oleh karena itu,

Professor Hendra Esmara mencoba menetapkan suatu garis kemiskinan, karena ukuran Esmara

mampu menangkap dampak inflasi maupun dampak penghasilan riil yang meningkat terhadap

kuantitas barang-barang esensial yang dikonsumsi.  Ukuran kemiskinan Esmara ini meningkat

lebih cepat daripada ukuran BPS maupun Sajogyo.

6.  Penyebab kemiskinan

Penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu :

1)Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber

daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.

3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Page 5: masalah kemiskinan lengkap

7.     Alternatif Solusi Kemiskinan

Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan adanya berbagai model mobilisasi

perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu :

1)   Mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih belum didayagunakan (idle) dalam

rumah tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan.

2)   Menitikberatkan pada transfer sumberdaya dari pertanian ke industri melalui mekanisme

pasar.

Secara analitik, yang dapat dipetik adalah bahwa mobilisasi sumber daya dari

sektorpertanian hanya layak karena produksi tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan

penduduk, dan akibatnya produktivitas tenaga kerja meningkat pada kecepatan yang

memungkinkan kenaikan moderat dalam konsumsi per kapita di sektor pertanian, meskipun

dibarengi dengan tingginya sewa yang dibayar kepada pemilik tanah dan memburuknya nilai

tukar.

3)   Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan

kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor pertanian menjadi sektor yang memimpin.

Model ini dikenal dengan nama “Model pertumbuhan berbasis Teknologi (Rural led

Development)”.  Beberapa permasalahan dalam strategi pembangunan dengan sektor pemimpin

pertanian didasarkan atas kemungkinan dibukanya pertanian oleh teknologi modern.  Sektor

pertanian tidak hanya sebagai sumber pemasok sumberdaya tetapi sebagai sektor yang mampu

meningkatkan permintaan atas produk pertanian dan nonpertanian.   Oleh karena itu mendukung

proses pertumbuhan seimbang.  Proses ini akan berhasil apabila dua syarat terpenuhi, yaitu :

a) Kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi.

b) Menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan.

Pertumbuhan pertanian yang pesat dapat menciptakan pola pembangunan yang dipimpin

pertanian hanya apabila terjadi distribusi kekayaan yang lebih merata dalam perekonomian

agraris.  Kasus di Cina, Taiwan, dan Korea Selatan setelah Perang Dunia II menunjukkan bahwa

ini dapat dicapai dengan program Land Reform yang dikombinasikan dengan eksploitasi potensi

sumber daya dengan teknologi modern untuk perluasan tanah, penggunaan tenaga kerja secara

intensif, peningkatan pendapatan, dan permintaan secara meluas dalam masyarakat desa.

8.     Studi Pertumbuhan, Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia

8. 1.  Studi SMERU

Hasil studi tersebut menemukan bahwa :

a.   Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan.

b.   Pertumbuhan tidak mengurangi kemiskinan secara permanen.

c.    Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan sehingga pertumbuhan

yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan.

d.   Pertumbuhan dalam jangka panjang tidak mengurangi kemiskinan.

e.    Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan sehingga sangat

penting untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan.

f.    Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk golongan

masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan, merangsang pertumbuhan, dan

mengurangi kemiskinan.

Page 6: masalah kemiskinan lengkap

8. 2.  Studi Strauss dan Kawan-kawan

Studi yang dilakukan oleh Strauss menggunakan Indonesian Familylife surveys (IFLS)

untuk meneliti dimensi lain dari kesejahteraan masyarakat Indonesia Selma krisis.  IFLS

merupakan survei panel terhadap rumah tangga dan masyarakat di 13 provinsi di Indonesia yaitu

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera selatan, lampung, Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Data yang dikumpulkan meliputi pengeluaran rumah tangga yang memungkinkan peneliti

untuk mengetahui apa yang terjadi terhadap pengeluaran riil dan kemiskinan.  IFLS juga berisi

informasi dengan beberapa topik yang merupakan fokus utama dalam pengukuran perubahan

kesejahteraan.  IFLS mencakup data mengenai upah, tenaga kerja, dan kesehatan, juga informasi

rinci mengenai pendidikan, KB, JPS dan JPS lainnya.  IFLS memasukkan data yang

dikumpulkan pada tingkat masyarakat dan dari fasilitas kesehatan dan sekolah, sehingga bisa

melacak ketersediaan dan kualitas layanan, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun

swasta.  Dengan data jenis ini, seorang peneliti memiliki kesempatan untuk meneliti pengaruh

jangka menengah terhadap tingkat dan transisi kemiskinan, kesehatan dan ukuran kesejahteraan

lainnya.

Hasil studi dengan menggunakan IFLS menunjukkan bukti bahwa selama tiga tahun

(1997-2000) tingkat kemiskinan sedikit menurun tetapi tidak signifikan yaitu dari 17,4% menjadi

15,5%. Walaupun terdapat perbedaan antarprovinsi dan antardaerah perkotaan dan

pedesaan.  Jika melihat peningkatan kemiskinan yang besar dan signifikan menjadi 27% yang

terjadi antara tahun 1997 sampai akhir tahun 1998, hal ini menunjukkan kembalinya tingkat

kemiskinan.

9.     Tren Kemiskinan

9. 1.  Perkembangan jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Terdapat dua alasan utama mengapa penurunan jumlah penduduk miskin dan tingkat

kemiskinan yang berkesinambungan cukup cepat, yaitu :

1)   Ketidakseimbangan dalam kawasan pedesaan menurun antara tahun 1981 dan 1987.

2)   Garis kemiskinan pedesaan yang ditetapkan oleh BPS dalam kenyataannya bertambah lebih

lambat antara tahun 1981 dan 1987 dibanding indeks harga pedesaan yang digunakan.

3)   Persentase populasi kaum miskin yang tinggal di kawasan perkotaan menurut BPS dalam

kenyataannya meningkat lebih cepat dari garis kemiskinan pedesaan sejak tahun 1967,

sehingga di tahun 1987 garis kemiskinan perkotaan hampir 70% lebih tinggi dibanding

kawasan pedesaan.

Metode yang digunakan dalam penentuan rumah tangga miskin adalah dengan

menggunakan sistem skoring dimana setiap variabel diberi skor yang diberi bobot dan bobotnya

didasarkan kepada besarnya pengaruh dari setiap variabel terhadap kemiskinan.  Jumlah variabel

dan besarnya bobot berbeda di setiap kabupaten.

Page 7: masalah kemiskinan lengkap

9. 2.  Rumus

Rumus Perhitungan Indeks Rumah Tangga :

IRM= Wi.Xi

Keterangan :

Wi    =  Bobot variabel terpilih, dan Wi=1

Xi     =  Nilai skor variabel terpilih (skor 1 untuk jawaban yang mengindikasikan miskin dan skor

0 untuk jawaban yang mengindikasikan tidak miskin)

IRM   =  Indeks rumah tangga miskin, dengan nilai antara 0 dan 1

Atau

IRM= i=111Si.Wi100

Keterangan :

IRM  =  Indeks Rumah Tangga Miskin

Si    =  Skor variabel ke-i

Wi   =  Penimbang setiap variabel (total penimbang = 100)

Rumus Perhitungan Indeks RT :

IRT= iNIRMiN

Keterangan :

IRT    =  Indeks RT

IRMi   =  Indeks RT miskin ke-i

I         =  1, 2, 3, …, N

N        =  jumlah rumah tangga miskin dalam RT

Rumus Indeks perhitungan Desa/Kelurahan :

IDS= j=1mIRTj.Wjj=1mWj

Keterangan :

IDS    =  Indeks desa/kelurahan

IRTj   =  indeks RT ke-j

j         =  1, 2, 3, …, m

W       =  Jumlah rumah tangga miskin di dalam setiap RT